INTOKSIKASI
Disusun Oleh :
NIM : 201920461011056
2020
KONSEP DASAR MEDIS
Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Intoksikasi atau
keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung
departemen kedaruratan dating karena masalah toksik.
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen
dan karbon. Hidrokarbon banyak ditemukan di dalam minyak bumi, gas alam
dan batubara.
Intoksikasi hidrokarbon biasanya terjadi karena anak menelan hasil
penyulingan minyak bumi, seperti bensin, minyak tanah, pengencer cat dan
hidrokarbon terhalogenasi (misalnya karbon tetraklorida yang banyak
ditemukan di dalam larutan dan pencair dry-cleaning atau etilen diklorida).
Kematian banyak terjadi pada remaja yang dengan sengaja menghirup
atsiri. Sejumlah kecil bahan tersebut (terutama dalam bentuk cairan yang mudah
mengalir) bisa masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan pada
paru-paru. Cairan yang lebih kental, yang digunakan pada semir furnitur, sangat
berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi dan pneumonia aspirasi yang berat.
Klasifikasi
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung
pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
Tangani syok yang tepat.
Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditela, yaitu:
a. Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b. Dialisis
c. Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
Menurunkan peningkatan suhu.
Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda
dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
3. Keracunan makanan.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan.
Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-
banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi
badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
5. Gigitan ular.
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan
steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket
tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan
cepat meliputi :
Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
Menentukan keparahan dampak keracunan.
Memantau tanda vital.
Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
6. Sengatan serangga.
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas,
sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya
waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang
berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:
Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
a. Injeksi segera dengan epineprin
b. Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
c. Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
d. Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Etiologi
a. Percobaan bunuh diri
b.
c. Tidak sengaja
Patofisiologi
Efek toksis terpenting dari hidrokarbon adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada
saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau
muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat
segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada
membran mukosa, merusak epithel jalan napas, serta alveoli, dan menurunkan
jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun
kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan
kerusakan yang bermakna. Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak +
2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB
hidokarbon dapat menyebabkan depresi CNS ringan–sedang, karditis, kerusakan
hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik
tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran
pencernaan. Hidrokarbon juga diekskresikan lewat urin.
Manifestasi klinis
Intoksikasi hidrokarbon memiliki tanda khas, tanda khususnya adalah:
Bau:
a. Aceton: Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
b. Coal gas: Carbon monoksida
c. Buah per: Chloralhidrat
d. Bawang putih: Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
e. Alkohol: Ethanol, methanol
f. Minyak: Minyak tanah atau destilat minyak
Kulit:
a. Kemerahan: Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
b. Berkeringat: Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
c. Kering: Anticholinergik
d. Bulla: Barbiturat, carbonmonoksida
e. Ikterus: Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
f. Purpura: Aspirin,warfarin, gigitan ular
g. Sianosis: Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain
Suhu tubuh:
a. Hipothermia: Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,
fenothiazin
b. Hiperthermia: Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin,
theofilin.
Tekanan darah:
a. Hipertensi: Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin .
b. Hipotensi: Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
Nadi:
a. Bradikardia: Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol.
b. Tachikardia: Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol,
cokain, aspirin, theofilin
c. Arithmia: Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida,
cyanida, beta-blocker
Selaput lendir
a. Kering: Anticholinergik
b. Salivasi: Organofosfat, carbamat
c. Lesi mulut: Bahan korosif, paraquat
d. Lakrimasi: Kaustik, organofosfat, gas irritan
Respirasi:
a. Depressi: Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
b. Tachipnea: Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
c. Kussmaull: Methanol, ethyliene glycol, salisilat
d. Oedema paru: Salisilat, narkotika, simpatomimetik
Saluran pencernaan:
Muntah, diare: Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida,
organofosfat nyeri perut.
Penatalaksanaan intoksikasi
a. Penatalaksanaan umum keracunan
Mencegah/menghentikan penyerapan racun
1. Racun melalui mulut (ditelan/tertelan)
a. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit).
b. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara :
1). Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran
menurun dan penderita kejang.
2). Bilas lambung:
o Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
o Pasang NGT dan bilas dengan: air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
o Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
o Kontraindikasi: keracunan zat korosif & kejang.
3). Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
3. Keracunan Arsenikum
a. Gejala: mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan,
kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2). Atasi syok dan gangguan elektrolit
3). Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari
kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d
ke sepuluh dosis diturunkan.
6. Keracunan Ikan
a. Gejala: panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual,
muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa
otot pernafasan.
b. Tindakan: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
7. Keracunan Jamur
a. Gejala: air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis,
muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2). Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3). Infus Glukosa.
8. Keracunan Jengkol
a. Gejala: kolik ureter, hematuria, oliguria–anuria, muncul gejala
Uremia.
b. Tindakan:
1). Infus Natrium bikarbonat
2). Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
9. Keracunan Singkong
a. Gejala: Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi,
dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
b. Tindakan:
1). Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
2). Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
Prognosi
Prognostic Score :
Dilakukan sebagai panduan dalam terapi dan menentukan prognosis penderita.
Parameter yang diambil adalah panas badan, malnutrisi berat, distress respirasi,
dan gejala neurologis.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis(RL)
2. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid
3.