Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOKSIKASI

Disusun Oleh :

Nama : Aditya Dwi Sandya

NIM : 201920461011056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
KONSEP DASAR MEDIS

   Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Intoksikasi atau
keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung
departemen kedaruratan dating karena masalah toksik.
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen
dan karbon. Hidrokarbon banyak ditemukan di dalam minyak bumi, gas alam
dan batubara.
Intoksikasi hidrokarbon biasanya terjadi karena anak menelan hasil
penyulingan minyak bumi, seperti bensin, minyak tanah, pengencer cat dan
hidrokarbon terhalogenasi (misalnya karbon tetraklorida yang banyak
ditemukan di dalam larutan dan pencair dry-cleaning atau etilen diklorida).
Kematian banyak terjadi pada remaja yang dengan sengaja menghirup
atsiri. Sejumlah kecil bahan tersebut (terutama dalam bentuk cairan yang mudah
mengalir) bisa masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan pada
paru-paru. Cairan yang lebih kental, yang digunakan pada semir furnitur, sangat
berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi dan pneumonia aspirasi yang berat.

Klasifikasi
1. Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk
menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi
racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
 Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan
tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung
pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
 Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
 Tangani syok yang tepat.
 Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
 Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
 Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system
saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
 Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat
yang ditela, yaitu:
a. Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b. Dialisis
c. Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
 Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
 Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Menurunkan peningkatan suhu.
 Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
 Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
 Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
 Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
 Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda
dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

2. Keracunan melalui inhalasi


Penatalaksanaan umum :
 Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan
jendela.
 Longgarkan semua pakaian ketat.
 Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
 Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
 Pertahankan pesien setenang mungkin.
 Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3. Keracunan makanan.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang
dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan.
 Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-
banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
 Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
 Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan
garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
 Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan
dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi
badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
 Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit
atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

4. Keracunan akibat gigitan binatang.


Kondisi lingkungan dipedesaan memungkinkan berbagai jenis bintang
peliharaan maupun binatang liar dapat hidup berdampingan dengan
masyarakatnya walaupun binatang peliharaan kita sudah jinak namun bahaya
dari binatang ini perlu di waspadai.
Pada kondisi tertentu jenis binatang berdarah panas seperti pada anjing,
kucing, dan monyet yang terkena rabies dapat membahayakan kesehatan
masyarakat. Demikian pula jenis binatang melata yang memiliki racun seperti
ular, kalajengking, dan lipan (kelabang) yang masih banyak terdapat dialam
pedesaan. Binatang-binatang tersebut akan menggigit siapa saja yang ada
didekatnya bila mereka akan merasa terganggu. Bila hal ini terjadi maka
gigitan tersebut akan meninggalkan racun dalam tubuh orang yang digigitnya.

5. Gigitan ular.
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan
steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket
tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan
cepat meliputi :
 Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
 Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
 Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
 Menentukan keparahan dampak keracunan.
 Memantau tanda vital.
 Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area
pada beberapa titik.
 Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).

6. Sengatan serangga.
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas,
sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya
waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang
berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:
 Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk
mempercepat absorbsi.
 Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
 Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
a. Injeksi segera dengan epineprin
b. Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
c. Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
d. Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
 Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

Etiologi
a. Percobaan bunuh diri
b.
c. Tidak sengaja

Patofisiologi
Efek toksis terpenting dari hidrokarbon adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada
saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau
muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat
segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada
membran mukosa, merusak epithel jalan napas, serta alveoli, dan menurunkan
jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun
kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan
kerusakan yang bermakna. Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak +
2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB
hidokarbon dapat menyebabkan depresi CNS ringan–sedang, karditis, kerusakan
hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik
tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran
pencernaan. Hidrokarbon juga diekskresikan lewat urin.

Manifestasi klinis
Intoksikasi hidrokarbon memiliki tanda khas, tanda khususnya adalah:
 Bau:
a. Aceton: Methanol, isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
b. Coal gas: Carbon monoksida
c. Buah per: Chloralhidrat
d. Bawang putih: Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
e. Alkohol: Ethanol, methanol
f. Minyak: Minyak tanah atau destilat minyak

 Kulit:
a. Kemerahan: Co, cyanida, asam borax, anticholinergik
b. Berkeringat: Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturat
c. Kering: Anticholinergik
d. Bulla: Barbiturat, carbonmonoksida
e. Ikterus: Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
f. Purpura: Aspirin,warfarin, gigitan ular
g. Sianosis: Nitrit, nitrat,fenacetin, benzocain

 Suhu tubuh:
a. Hipothermia: Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida,clonidin,
fenothiazin
b. Hiperthermia: Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin,
theofilin.

 Tekanan darah:
a. Hipertensi: Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin .
b. Hipotensi: Sedatif hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker

 Nadi:
a. Bradikardia: Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol.
b. Tachikardia: Anticholinergik, amfetamin, simpatomimetik, alkohol,
cokain, aspirin, theofilin
c. Arithmia: Anticholinergik, organofosfat, fenothiazin, carbonmonoksida,
cyanida, beta-blocker
 Selaput lendir
a. Kering: Anticholinergik
b. Salivasi: Organofosfat, carbamat
c. Lesi mulut: Bahan korosif, paraquat
d. Lakrimasi: Kaustik, organofosfat, gas irritan

 Respirasi:
a. Depressi: Alkohol, narkotika, barbiturat, sedatif hipnotik
b. Tachipnea: Salisilat, amfetamin, carbonmonoksida
c. Kussmaull: Methanol, ethyliene glycol, salisilat
d. Oedema paru: Salisilat, narkotika, simpatomimetik

 Susunan syaraf pusat:


a. Kejang: Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer, tembaga, isoniazid,
organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
b. Miosis: Narkotika (kecuali demerol dan lomotil), fenothiazin, diazepam,
organofosfat (stadium lanjut), barbiturat,jamur.
c. Midriasis: Anticholinergik,simpatomimetik,cocain,methanol,lSD,
glutethimid.
d. Buta, atropi optik: Methanol
e. Fasikulasi: Organofosfat
f. Nistagmus: Difenilhidantoin, barbiturat, carbamazepim,
carbonmonoksida, ethanol
g. Hipertoni: Anticholinergik, fenothiazin, strichnyn
h. Mioklonus,rigiditas: Anticholinergik, fenothiazin, haloperidol
i. Delirium/psikosis: Anticholinergik, simpatomimetik, alkohol, fenothiazin,
logam berat, marijuana, cocain, heroin, metaqualon
j. Koma: Alkohol, anticholinergik, sedative hipnotik, carbonmonoksida,
Narkotika,  anti depressi trisiklik, salisilat, organofosfat
k. Kelemahan, paralise: Organofosfat, carbamat, logam berat

 Saluran pencernaan:
Muntah, diare: Besi, fosfat, logam berat, jamur, lithium, flourida,
organofosfat nyeri perut.

Penatalaksanaan intoksikasi
a. Penatalaksanaan umum keracunan
 Mencegah/menghentikan penyerapan racun
1. Racun melalui mulut (ditelan/tertelan)
a. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit).
b. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara :
1). Dimuntahkan:
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran
menurun dan penderita kejang.
2). Bilas lambung:
o Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
o Pasang NGT dan bilas dengan: air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
o Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
o Kontraindikasi: keracunan zat korosif & kejang.
3). Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).

2. Racun melalui melalui kulit atau mata:


a. Pakaian yang terkena racun dilepas
b. Cuci/bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka/bicnat encer).
c. Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

3. Racun melalui inhalasi:


a. Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
b. Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun
yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.

4. Racun melalui suntikan:


a. Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut
arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1
menit.
b. Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
c. Beri kompres dingin di tempat suntikan.

 Mengeluarkan racun yang telah diserap


Dilakukan dengan cara:
1. Diuretic: lasix, manitol
2. Dialisa
3. Transfusi exchange

 Pengobatan simptomatis atau mengatasi gejala


1. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi: RJP
2. Gangguan sistem susunan saraf pusat:
a. Kejang: beri diazepam atau fenobarbital
b. Odem otak: beri manitol atau dexametason.

 Pengobatan spesifik dan antidotum


1. Keracunan Asam atau Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam
Cuka Pekat, Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida).
a. Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
b. Gejala: nyeri perut, muntah dan diare
c. Tindakan:
1). Keracunan pada kulit dan mata:
o irigasi dengan air mengalir
o beri antibiotik dan antiinflamasi.
2). Keracunan ditelan atau tertelan:
o asam kuat dinetralisir dengan antasida
o basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
o jangan bilas lambung atau tindakan emesis
o beri antibiotik dan antiinflamasi

2. Keracunan Alkohol atau Minuman Keras


a. Gejala: emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan,
stupor sampai koma.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan air
2). Beri kopi pahit
3). Infus glukosa: mencegah hipoglikemia

3. Keracunan Arsenikum
a. Gejala: mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan,
kolik usus, muntah, diare, perdarahan, oliguri, syok.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
2). Atasi syok dan gangguan elektrolit
3). Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari
kedua sampai ketiga setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d
ke sepuluh dosis diturunkan.

4. Keracunan Tempe Bongkrek


a. Gejala: mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot,
vertigo sampai koma.
b. Tindakan: terapi simptomatik.

5. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)


a. Gejala: gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan
kesadaran.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan norit
2). Beri ATS 10.000 unit.
3). Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

6. Keracunan Ikan
a. Gejala: panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual,
muntah, diare, nyeri perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa
otot pernafasan.
b. Tindakan: Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.

7. Keracunan Jamur
a. Gejala: air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis,
muntah, diare, nyeri perut, kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
2). Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
3). Infus Glukosa.

8. Keracunan Jengkol
a. Gejala: kolik ureter, hematuria, oliguria–anuria, muncul gejala
Uremia.
b. Tindakan:
1). Infus Natrium bikarbonat
2). Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari

9. Keracunan Singkong
a. Gejala: Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi,
dispneu, kejang, koma (cepat meninggal dalam waktu 1-15 menit).
b. Tindakan:
1). Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
2). Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

10. Keracunan Marihuana atau Ganja


a. Gejala: halusinasi, mulut kering, mata midriasis
b. Tindakan: simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam
pertama.

11. Keracunan Formalin


a. Gejala:
1). Inhalasi: iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring,
gejala bronchitis dan pneumonia,
2). Kulit: iritasi, nekrosis, dermatitis.
3). Ditelan/tertelan: nyeri perut, mual, muntah, hematemesis,
hematuria, syok, koma, gagal nafas
b. Tindakan: bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian
diberi minum norit/air susu.

12. Keracunan Barbiturat


a. Gejala: mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi
pernafasan, syok sampai koma.
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
2). Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
3). Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra
muskular.

13. Keracunan Amfetamin


a. Gejala: mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia,
psikosis, kegagalan pernafasan dan sirkulasi.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung
2). Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
3). Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)

14. Keracunan Aminopirin (Antalgin)


a. Gejala: gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis
b. Tindakan:
1). Beri antihistamin im/iv
2). Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.

15. Keracunan Digitalis (Digoxin)


a. Gejala: anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi
b. Tindakan:
1). Propranolol
2). KCl iv

16. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)


a. Gejala: mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata
miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi
pernafasan dan kejang.
b. Tindakan:
1). Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
2). Jangan diberi morfin dan aminophilin.

17. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)


a. Gejala: muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d
kegagalan ventrikel, koma
b. Tindakan:
1). Jangan gunakan epinefrin
2). Bilas lambung hati-hati
3). Beri pencahar
4). Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.

18. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)


a. Gejala:
1). Inhalasi: nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
2). Ditelan/tertelan: muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi
aspirasi (masuk paru)
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis
2). Bilas lambung hati-hati
3). Beri pencahar
4). Depresi pernafasan: Kafein 200-500 mg im
5). Pengawasan: kemungkinan edem paru.

19. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)


a. Gejala: kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing
kepala, dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan
sampai koma.
b. Tindakan:
1). Pasang O2 bertekanan
2). Jangan gunakan stimulant
3). Pengawasan: kemungkinan edem otak

20. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)


a. Gejala: mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis,
pernafasan dangkal sampai koma.
b. Tindakan:
1). Jangan lakukan emesis
2). Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg
BB. Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak
mendepresi pernafasan, memperbaiki kesadaran, hanya punya
efek samping emetik. Karenanya pada penderita koma tindakan
preventif untuk aspirasi harus disiapkan.

b. Penatalaksanaan keracuanan hidrokarbon


Harus diingat bahwa obat yang dapat menimbulkan muntah di kontra
indikasikan pada intoksikasi minyak tanah ini. Juga sebaiknya dihindarkan
mengingat bahaya inhalasi yang dapat ditimbulkan. Pemakaian adrenalin
sebaiknya dihindarkan, mengingat miokardium yang sudah sensitive
terhadap intoksikasi minyak tanah. Alkohol dan minyak mineral jangan
diberikan sebab mempermudah absorbs minyak tanah. Terapi yang
sebaiknya adalah sebagai berikut:
 Terapi suportif
 Pemberian O2
Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat
bisa dilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator.
 Kalau perlu lakukan i.v.f.d.
 Antibiotika sebagai profilaksis
 Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada intoksikasi
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita
memang sangat berat, membutuh kan bantuan pernafasan dengan alat
atau anak-anak dengan immunocompromized. Bila gejala depresi
susunan syaraf pusat jelas terlihat, dapat diberikan kafein 200-500 mg
dengen intra muskuler.

Prognosi
Prognostic Score :
Dilakukan sebagai panduan dalam terapi dan menentukan prognosis penderita.
Parameter yang diambil adalah panas badan, malnutrisi berat, distress respirasi,
dan gejala neurologis.

Parameter Temuan Klinis Point


(-) 0
Panas badan
(+) 1
(-) 0
Malnutrisi berat
(+) 1
(-) 0
Distress respirasi ( + ) tanpa sianosis 2
( + ) dengan sianosis 4
(-) 0
Gejala neurologis ( + ) tanpa konvulsi 2
( + ) dengan konvulsi 4
Prognostic Score = (poin dari panas) + (poin dari malnutrisi) + (poin dari
distress pernapasan) + (poin dari gejala neurologis)
Interpretasi :
Skor minimum = 0
Skor maksimum = 10
Skor > 4 berhubungan dengan lamanya MRS dan komplikasi
Skor > 8 berhubungan dengan peningkatan resiko kematian
Skor < 7 mengindikasikan anak akan selamat.
ASUHAN KEPERAWATAN
No. SDKI SLKI SIKI
1 Risiko gangguan sirkulasi Setelah dilakukan intervensi 1. Pertolongan
spontan b/d toksin keperawatan selama 24 jam, Pertama(Utama)
maka Sirkulasi Spontan:
1. Tingkat kesadaran: 2. Pemantauan
5(Meningkat) Tanda
2. Frekuensi nadi: 5(Menurun) vital(Pendukung)
3. Tekanan darah: 5(Menurun)
4. Frekuensi napas: 5(Menurun) 3. Pemantauan
Cairan(Pendukung)
2. Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen
keperawatan selama 24 jam, Hipovolemia
maka Status Cairan Membaik:
1. Kekuatan nadi: 5(Meningkat) Observasi:
2. Frekuensi nadi: 5(membaik) 1. Periksa tanda dan
3. Tekanan darah: 5(Membaik) gejala hypovolemia
4. Tekanan nadi: 5(Membaik) 2. monitor intake dan
output cairan

Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis(RL)
2. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid
3.

Anda mungkin juga menyukai