Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT : SYOK

DI RUANG IGD RSUD KANJURUAN KEPANJEN MALANG

Disusun Oleh :

DEVI AMALIA YASITA

NIM. 201910461011090

KELOMPOK 7

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK

1.1 Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam
jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa
klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan
sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme
(Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat,
kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak,
tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun.
Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50
mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah penurunan perfusi
(aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian oksigen ke jaringan.
Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme hemodinamik dan transport
oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena tidak mendapat oksigen yang
cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel melakukan metabolism aerobic maka
akan dihasilkan asam laktat yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin
tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard sehingga
menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi gagal fungsi
ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat seiring dengan
jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple Organ Failure).
Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ mencapai > 90%.

1.2 Penilaian Awal Syok


Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan ini
disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan
berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh merupakan
indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan di dalam
peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan mengenali
adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok,
Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa
dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di dasarkan pada adanya gangguan perfusi
organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma,
semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik
syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus
dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat
diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis. Pada umumnya trauma
kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan trauma medulla spinalis pada
keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik karena vasodilatasi (neurogenic)
maupun karena hemoragik. Syok septik jarang ditemukan, namun harus
dipertimbangkan pada penderita yang datang pada keadaan lebih lanjut. Dengan
demikian langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap
penderita sehingga dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil
mencari sebab syok. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan
klinis biasanya memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab
syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap
keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut
yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah
di kenal.
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator syok akan
menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme kompensasi
dapat menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30% volume darah.
Perhatian harus di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit, dan tekanan
nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic). Gejala paling dini adalah
tachikardia dan vaso-kontriksi perifer. Dengan demikian setiap penderita trauma
yang dalam keadaan tachikardia dan kulit dingin dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk mengukur
kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang rendah
menunjukkan kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum
trauma sudah ada), sedangkan hematocrit normal dapat saja terjadi walaupun sudah
ada kehilangan darah cukup banyak. (Theodore 1993).

1.3 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga
timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan
gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi
untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan
aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi
air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di
daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan
kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan
respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal
menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan,
metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi
kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak mampu berkonstriksi
sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun.
Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak
dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-
kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC =
Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak
menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini
menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya
toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia
dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan
toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim
retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan
juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.
Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat
ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.

3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
Gambar 1.1 Pathway Syok

1.4 Jenis - Jenis Syok


Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
a. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah
terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
1. Penyebab
a. Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang sering/frekuensi,
peritonitis)
b. Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
c. Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan post
partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).
2. Diagnosa
a. Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat,
Capillary refill time memanjang > 2 detik
b. Tachikardia
c. Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah, Penurunan
produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis, kesadaran menurun
3. Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus cairan
kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi yang
hilang.
Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)
Klasifikasi Klinis Pengelolaan

Dehidrasi ringan - Nadi normal atau Penggantian volume cairan yang


meningkat hilang dengan cairan kristaloid
Kehilangan cairan - Selaput lendir (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat
tubuh sekitar 5 % kering atau Ringer Asetat
BB

Dehidrasi sedang - Nadi cepat Penggantian volume cairan yang


- Tekanan darah  hilang dengan cairan kristaloid
Kehilangan cairan - Selaput (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat
tubuh sekitar 8 % lendirkering atau Ringer Asetat
BB - Oliguria
- Status mental
tampak lesu dan
lemas
Dehidrasi berat - Nadi sangat cepat, Penggantian volume cairan yang
kecil, sulit diraba hilang dengan cairan kristaloid
Kehilangan cairan
- -Tekanan darah (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat
tubuh sekitar 10 %
turun atau Ringer Asetat
BB
- Anuria
- Selaput lendir
pecah-pecah
- Kesadaran
menurun

Tabel 1.1 Syok Hipovolemik


b. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang.
Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin
besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok.
Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar
risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut “The Golden Hour”.
Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan,
yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan voleume
darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok menyebabkan
kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell),
maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
1. Perdarahan Menyebabkan :
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan
jumlah oksigen jaringan menurun
b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport
oksigen per unit volume darah menurun Tubuh memiliki Estimated
Blood Volume (jumlah darah yang beredar) 65-75 ml/kg, untuk
mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah
15 ml/kg (20% EBV), terjadilah perubahan hemodinamik :
1) Nadi meningkat
2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan nadi turun
2. Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan
oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga.
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid
sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan
dapat diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid).
3. Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah
perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.

Klasifikasi Klinis Pengelolaan

Kelas I : - Takikardia Tidak perlu penggantian


kehilangan volume minimal, <100 volume
darah < 15% x/menit

Kelas II : - Takikardia (100-


kehilangan volume 120 x/menit) Penggantian volume darah
darah 15-30% - Penurunan pulse yang hilang dengan cairan
pressure kristaloid sejumlah 2-4 kali
- Penurunan volume darah yang hilang.
produksi urine
(20-30 cc/jam)
Kelas III : - Tachypnea Penggantian volume darah
kehilangan volume (30-40 yang hilang dengan cairan
darah 30-40% x/menit) kristaloid dan darah.
- Penurunan
produksi urine
(5-15 cc/jam)
Kelas IV : - Tachypnea Penggantian volume darah
Kehilangan volume (>35 x/menit) yang hilang dengan cairan
darah - Takikardia kristaloid dan darah.
>40% (>140x/menit)
- Perfusi pucat,
dingin, basah
- Perubahan
mental

Tabel 1.2 Syok Hemoragik

c. Syok Anafilaktik
1. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid
adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-
antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi
sebagai anafilaksis
2. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
3. Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan
darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal – hal
lain) atau riwayat setelah pemberian obat-obatan.
4. Tindakan
a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid (RL).
Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra muscular dengan
dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1
mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak berdenyut).
b. Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.
d. Syok Septik
1. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat
dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan
teknik aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang
jaringan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat
dan mencuci tangan secara menyeluruh.
2. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang
mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan
cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien
sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60%
disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi
saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah
sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter
intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock
sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat
diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
4. Diagnosis
a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
5. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure
60 mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber infeksi
(pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor
(Dopamine atau dikomnbinasi dengan Noradrenaline).

e. Syock Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung
yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinya
meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan
mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
2. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan
antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension
pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang membagi
bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang disebabkan karena
gangguan pada fungsi myocard. Missal : decomp cordis, trauma langsung
pada jantung, kontusio jantung. Tamponad jantung dan tension
pneumothoraks dikelompokkan dalam syok obstructive (syok karena
obstruksi mekanik)
3. Diagnose
a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung (bunyi
jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks
(hipersonor dan pergeseran letak trakea).
4. Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring
EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di ICS
II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga pleura
(dekompresi).

1.5 Manifestasi Klinis


1. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
2. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
3. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
4. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
5. Asidosis metabolik.
6. Pemantauan hemodinamik :
a. Tekanan darah arteri
b. Tekanan vena sentral
c. Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
d. Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit. (Mansjoer, 2000)

1.6 Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-
mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat
trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi
cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan
pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan
volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma
atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik
intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis
cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan,
plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan
hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti
dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat
canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk mengobati
disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi
oksigen miocard.
1) Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2) Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4) Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5) Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung,
menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
3. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih
tinggi dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas
sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)
1.7 Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
BAB II
ANALISIS KASUS

Tn. AY usia 23 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan mobil tunggal.
Menurut saksi mata, mobil korban tergelincir karena jalanan licin dan menyebabkan
mobil korban terguling-guling. Korban diketemukan satu jam setelah kejadian. Di
TKP, korban masih dalam keadaan sadar dan mengeluh nyeri di punggung dan tungkai
kaki kanannya. Saat di IGD, dilakukan pemeriksaan dengan hasil berikut ini: Suhu 35,6;
nadi 106 x/menit; TD 110/88 mmHg; RR 24 x/menit; GCS 455. Terdapat multiple
abrasi pada bagian leher, bahu, abdomen dan tungkai bawah kaki kanan. Pada abdomen
kuadran kiri atas terdapat kontusio dan nyeri tekan sedang. Pelvis stabil. Terdapat
deformitas, krepitasi, instability, pembengkakan dan nyeri tekan di tungkai bawah kaki
kanan. Hasil pemeriksaan Focused Abdominal Sonographic Examination For Trauma
(FAST) ditemukan adanya cairan bebas di kantong Morrison. Pemeriksaan
laboratorium: leukosit 14.800 sel/mm3, Hb 11.2 g.dL dan hematokrit 34,4%.
FORMAT PENGKAJIAN ASKEP
GAWAT DARURAT

IDENTITAS No. Rekam Medis RM87621XXX

Diagnosa Medis : Syok

Nama : Tn. AY

Jenis kelamin :L

Usia : 23 th

Pendidikan : tidak terkaji

Status perkawinan : tidak terkaji

Pekerjaan : tidak terkaji

Alamat : tidak terkaji

Sumber informasi

TRIAGE P1 P2 P3 P4

PRIMAR GENERAL IMPRESSION


Y
Keluhan utama : Nyeri di punggung dan tungkai kaki kanannya
SURVEY

Mekanisme cidera :

Orientasi (Tempat,
waktu dan orang) : baik tidak baik
AIRWAY

Jalan nafas : paten tidak paten

Obstruksi : lidah cairan/darah tidak ada

benda asing tidak diketahui


Suara nafas : snoring gurgling tidak ada
tambahan
stridor tidak diketahui
Keluhan lain :

BREATHING

Gerakan dada : simetris asimetris


Irama nafas : cepat dangkal normal

Pola nafas : teratur tidak teratur

Retraksi dada : ada tidak ada

RR : 24 x / mnt

Keluhan lain :

CIRCULATION

Perdarahan mayor : ada tidak ada

Nadi : teraba tidak teraba

regular irregular

lemah kuat
Tekanan darah : 110/88 MAP: mm/Hg PP: mmHg
mm/Hg
Cyanosis : ya tidak

CRT : < 2 detik > 2 detik

Keluhan lain :

DISABILITY

Respon pasien : alert verbal

pain unresponsive
GCS 455

Kesadaran CM Apathies delirium somnolen


stupor semicoma Coma
Pupil : isokor unisokor midriasis Miosis

Reflex cahaya : ada tidak ada

Keluhan lain :

EXPOSURE

Deformitas : ada tidak ada

Contusio : ada tidak ada


Abrasi : ada tidak ada

Penetrasi : ada, tidak ada

Luka bakar : ada tidak ada

Laserasi : ada tidak ada

Edema : ada tidak ada

Keluhan lain :

SECONDAR ANAMNESA
Y SURVEY
Tanda dan gejala :

Alergi :

Medikasi :

Riwayat penyakit :
sebelumnya

Makan dan minum :


terakhir

Peristiwa penyebab :

Tanda-tanda vital BP: mmHg N: x/menit

RR: x/menit T: ºC

PEMERIKSAAN FISIK (tuliskan temuan data abnormal)

Kepala dan Leher

Inspeksi

Palpasi

Dada

Inspeksi

Palpasi

Perkusi
Auskultasi

Abdomen

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Pelvis

Inspeksi

Palpasi

Ekstremitas Atas

Inspeksi Deformities Contusion


Abrasion Penetration Burn
Laceration Swelling

Palpasi Tenderness Instability Crepitating

Ekstremitas Bawah

Inspeksi Deformities Contusion


Abrasion Penetration Burn
Laceration Swelling

Palpasi Tenderness Instability Crepitating

Bagian punggung

Inspeksi Deformities Contusion


Abrasion Penetration Burn
Laceration Swelling

Palpasi Tenderness Instability Crepitating

INTEGUMEN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

X-Ray CT-Scan USG

EKG lain-lain……FAST….…….…
Hasil Fast : di temukan adanya cairan bebas di kantong Morrison

Terapi :

Tanggal pengkajian : 23 Juni 2020

Jam : 23:00
Tanda tangan

Nama terang
: DEVI AMALIA YASITA
ANALISA DATA

DATA (DS & DO) ETIOLO PROBLEM DIAGNOSA


GI KEPERAWATAN
Ds : Kehilangan cairan aktif Hipovolemia Hipovolemia berhubungan
Do : (D.0023) dengan Kehilangan cairan
- Frekuensi nadi aktif (D.0023)
meningkat : 106x/mnt
(N : 60-100x/mnt)
- Nadi teraba lemah
- Hematokrit meningkat :

Ds : Px mengeluh sulit Nyeri Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Mobilitas Fisik


menggerakkan ekstremitas dan (D.0054) berhubungan dengan Nyeri
nyeri saat bergerak (D.0054)
Do :
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM)
menurun
- Fisik Lemah
- Gerakan terbatas
DS : Trauma Risiko Perdarahan Risiko Perdarahan
DO : Pada abdomen kuadran (D.0012) berhubungan dengan
kiri atas terdapat kontusio dan Trauma (D.0012)
nyeri tekan sedang. Pelvis stabil.
Terdapat deformitas, krepitasi,
instability, pembengkakan dan
nyeri tekan di tungkai bawah
kaki kanan.
Hasil pemeriksaan Focused
Abdominal Sonographic
Examination For Trauma
(FAST) ditemukan adanya
cairan bebas di kantong
Morrison.)
Ds : Kecelakaan Kecelakaan Sindrom Pasca Trauma
Do : berhubungan dengan
- Px mengalami Kecelakaan
kecelakaan mobil (D.0104)
tunggal
- Mobil tergelincir karena
jalan licin

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif (D.0023)
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri (D.0054)
3. Risiko Perdarahan berhubungan dengan Trauma (D.0012)
4. Sindrom Pasca Trauma berhubungan dengan Kecelakaan (D.0104)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. Ay

Diagnosa H
N SLKI SIKI a Implementasi Evaluasi
Keperawata
o ri
n
/
T
gl
1. Hipovolemi b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok Manajemen S:
Kehilangan keperawatan selama 1 x 24 Hipovolemik Syok
Cairan Aktif jam diharapkan “Status (1.02050) Hipovolemik O:
Cairan menmbaik (L.03028) 1. Memonitor status Frekuensi nadi : 100x/mnt
Observasi
dengan kriteria hasil : kardiopulmonal (Frekuensi Membaik (5)
1. Monitor status
Frekuensi nadi : 106x/mnt kardiopulmonal (Frekuensi dan kekuatan nadi, Tekanan nadi Membaik (4)
Membaik (4) dan kekuatan nadi,
Frekuensi napas, TD, Frekuensi napas, TD, Kadar Ht : 34,4%
Tekanan nadi Membaik MAP) MAP) Membaik (5)
(4) 2. Monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD) 2. Memonitor status Intake Cairan Membaik
Kadar Ht : 34,4% oksigenasi (oksimetri nadi, (4)
3. Monitor status cairan AGD)
Membaik (4) (masukan dan haluaran, Suhu Tubuh : 35,7C
turgor kulit, CRT) 3. Memonitor status cairan
Intake Cairan Membaik
(masukan dan haluaran, Membaik (4)
(4) 4. Periksa seluruh permukaan turgor kulit, CRT)
tubuh terhadap adanya
Suhu Tubuh : 35,6C DOTS 4. Memeriksa seluruh A: Masalah teratasi
(deformity/deformitas, permukaan tubuh
Membaik (3) terhadap adanya DOTS sebagian
open wound/luka terbuka,
tenderness/nyeri tekan, (deformity/deformitas,
P: Lanjutkan Intervensi
swelling/bengkak) open wound/luka
terbuka, tenderness/nyeri
Terapeutik tekan, swelling/bengkak)
1. Pertahankan jalan napas 5. Pertahankan jalan
paten napas paten
2. Berikan oksigen untuk 6. Berikan posisi syok
mempertahankan (Modified
saturasi O2 >94% Trendelenberg)
3. Berikan posisi syok
(Modified
Trendelenberg)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
infus cairan kristaloid 1-2
L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian
transfuse darah, jika perlu
Diagnosa H
N SLKI SIKI a Implementasi Evaluasi
Keperawata
o ri
n
/
T
gl
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi S : Px mengeluh sulit
mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 24 (1.05173) menggerakkan ekstremitas
1. Mengidentifikasi adanya
b/d jam diharapkan “Mobilitas nyeri atau keluhan fisik dan nyeri saat bergerak
Observasi
Fisik meningkat (L.05042) lainnya
Nyeri
1. Identifikasi adanya nyeri 2. Mengidentifikasi toleransi O :
dengan kriteria hasil : atau keluhan fisik lainnya fisik melakukan
Pergerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi fisik pergerakan Pergerakan ekstremitas
Meningkat (4) melakukan pergerakan 3. Memonitor frekuensi Meningkat (4)
Rentang gerak (ROM) 3. Monitor frekuensi jantung jantung dan tekanan darah
dan tekanan darah sebelum sebelum memulai Rentang gerak (ROM)
Meningkat (4) memulai mobilisasi mobilisasi Meningkat (4)
Nyeri Menurun (4) 4. Monitor kondisi umum 4. Memonitor kondisi umum Nyeri Menurun
selama melakukan selama melakukan
Kecemasan Menurun (4) mobilisasi (4)
mobilisasi
Kelemahan fisik Menurun (3) Terapeutik 5. Memfasilitasi aktivitas Kecemasan Menurun
mobilisasi dengan alat bantu
1. Fasilitas aktivitas mobilisasi (5)
(mis. Pagar tempat tidur)
dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur) 6. Melibatkan keluarga untuk Kelemahan fisik Menurun
2. Fasilitas melakukan membantu pasien dalam (4)
pergerakan, jika perlu meningkatkan pergerakan
A: Masalah teratasi
3. Libatkan keluarga untuk 7. Menjelaskan tujuan dan
membantu pasien dalam prosedur mobilisasi sebagian
meningkatkan pergerakan P: Lanjutkan Intervensi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
(empat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

Diagnosa H
N SLKI SIKI a Implementasi Evaluasi
Keperawata
o ri
n
/
T
gl
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan Pencegahan Perdarahan S:
. Perdarahan keperawatan selama 1 x 24 (1.02067)
1. Memonitor tanda dan
berhubungan jam diharapkan “Tingkat gejala perdarahan O:
Observasi
dengan Trauma Perdarahan” menurun 2. Memonitor nilai Kelembapan kulit
1. Monitor tanda dan gejala
(L.02017) dengan kriteria hematocrit/hemoglobin
(D.0012) perdarahan Meningkat (4)
sebelum dan setelah
hasil : 2. Monitor nilai kehilangan darah Distensi abdomen
Kelembapan kulit hematocrit/hemoglobin
3. Mempertahankan bed rest Menurun (4)
sebelum dan setelah
Meningkat (3) selama perdarahan
kehilangan darah Hematokrit
Distensi abdomen 3. Monitor 4. Menghndarkan
koagulasi (mis. Membaik (4)
pengukuran suhu rektal
Menurun (3) Prothrombin time (PT), 5. Menjelaskan tanda dan Tekanan Darah Membaik
partial thromboplastin time gejala perdarahan
Hematokrit Membaik (PTT), fibrinogen, (5)
(4) degradasi fibrin dan/atau 6. Menganjurkan Suhu Membaik
platelet) meningkatkan asupan
Tekanan Darah Membaik (4) cairan untuk menghindari (4)
Terapeutik konstipasi
Suhu Membaik (4) A: Masalah teratasi
1. Pertahankan bed rest 7. Menganjurkan
selama perdarahan menghindari aspirin atau sebagian
2. Batasi tindakan invasive, antikoagulan P: Lanjutkan Intervensi
jika perlu 8. menganjurkan
3. Hindari pengukuran suhu meningkatkan asupan
rektal makanan dan vitamin K
Edukasi 9. menganjurkan segera
melapor jika terjadi
1. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
perdarahan
2. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
6. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
BAB III
DOPS

3.1 Intervensi ASKEP berdasarkan Jurnal EBN


Jurnal EBN : Trendelenburg position in hypovolemic shock
Kathleen Rich, PhD, RN, CCNS, CCRN-CSC, CNN
Journal of Vascular Nursing Vol. XXXVII No.1 March 2019
www.sciencedirect.com/journal/journal-of-vascular-nursing

Tujuan kolom klinis ini adalah untuk meninjau penggunaan posisi Trendelenburg (TP) pada
syok hipovolemik. Teori fisiologis di balik posisi Trendelenburg adalah bahwa peningkatan aliran
balik vena akan terjadi oleh perubahan gradien hidrostatik, dengan kaki terangkat di atas tingkat
jantung dan kepala turun. Melalui mekanisme Frank-Starling, penambahan dalam aliran darah vena
dari ekstremitas dan perut ini selanjutnya akan meningkatkan volume stroke dan curah jantung,
sehingga meningkatkan perfusi ke organ-organ vital seperti otak dan jantung. Intinya, asumsinya
adalah TP meningkatkan volume darah ke toraks dan otak melalui efek autotransfusi.
Rekomendasi saat ini untuk penentuan posisi syok adalah agar pasien telentang dengan kaki
diangkat secara pasif pada 30 hingga 60 jika tidak ada bukti trauma atau cedera (seperti pingsan
sederhana, syok akibat perdarahan nontraumatic, sepsis, dehidrasi). Namun, TP tetap sesuai untuk
banyak operasi (seperti prosedur robotik dan ginekologis) selain penempatan garis pusat jugularis
atau subklavia. Terus menggunakan TP dalam kasus syok hipovolemik meskipun temuan
penelitian negatif kemungkinan besar multifaktorial dan termasuk unsur tradisi dan defisit
pengetahuan tentang apa yang dianggap praktik terbaik.

3.2 Video
Posisi Trendelenburg : https://youtu.be/M_hwFPr3TNc
Penanganan Fraktur Pada Kecelakaan Lalu Lintas : https://youtu.be/eM4Zjxe5U5w
Penanganan Pasien Kecelakaan Di UGD : https://youtu.be/NzLY0tldC6I
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta: EGC.

Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and Management


of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical

www.sciencedirect.com/journal/journal-of-vascular-nursing

https://youtu.be/M_hwFPr3TNc

https://youtu.be/eM4Zjxe5U5w

https://youtu.be/NzLY0tldC6I

Anda mungkin juga menyukai