Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE (PROM)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Departemen Maternitas di Ruang Kaber RS Ben Mari Malang

OLEH:
PUTU AYU DIAN KHARISMASANTHI
NIM. 140070300011206
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE (PROM)
ATAU KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. PENGERTIAN
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat
akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari
37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).
Ketuban pecah dini (premature rupture of the membrane) ada bermacam-macam
batasan teori atau definisi, yaitu:

Ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu pecahnya ketuban
sebelum tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda
persalinan (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, Manuaba)

Ada yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya pecahnya
ketuban sebelum inpartu, yaitu apabila selaput ketuban pecah saat pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm daripada multi kurang dari 5 cm (Sinopsis Obsetri & Patologi)

Ada yang mengatakan dari usia kehamilan, midalnya keluar cairan berupa air-air dari vagina
setelah usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum proses persalinan berlangsung
(Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kejadian ketidaknormalan yang terjadi dimana robeknya selaput janin di dalam kandungan
sebelum fase aktif (salah satu tandanya yaitu pembukaan belum melewati 4 cm)
persalinan. KPD ini terjadi jika membran atau selaput janin robek sebelum tanda
persalinan muncul (High Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries).
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak sehingga
tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan berkembangnya paru. Air ketuban penting untuk
menghilangkan friksi kinetik yang terjadi pada persalinan akibat tidak bullet shape-nya janin.
Pada kehamilan preterm pecahnya ketuban akan merangsang persalinan dan kelahiran
(50% persalinan preterm dengan KPD akan berakhir dengan kelahiran).
B. ETIOLOGI
Infeksi genetalia yang berasal dari bakterial proteus atau pun metabolisme bakterial
jenis lain (60-70%). Meningkatnya tekanan intra-uteri secara berlebihan (over distensi
uterus) misalnya trauma hidramnion, dan gemelli. Berkurangnya kekuatan membran salah

satunya disebabkan oleh adanya infeksi yang berasal dari vagina dan servik. Serviks
incompeten. Berkurangnya kekuatan dari leher rahim atau panggul ibu sehingga
menyebabkan selaput ketuban mudah robek. Kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan pada serviks (akibat persalinan atau curetage).
Ibu hamil melakukan coitus diwaktu yang tidak tepat sehingga menyebabkan
pecahnya selaput ketuban misalnya ibu hamil trimester III melakukan coitus saat selaput
ketuban meregang dan ereksi pada penis sedang dalam keadaan kuat yang akan
mengakibatkan selaput ketuban mudah sobek. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah. Apabila kepala sudah masuk panggul dan
diikuti bagian terkecil janin/tali pusat, bagian tersebut dapat merobek tali pusat.
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan factor- factor yang berhubungan erat dengan KPD, namun
faktor mana yang lebih berperan sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi factor
predisposisinya adalah :
1.

Infeksi

: Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban maupun

senderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2.

Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).

3.

Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.

4.

Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun


amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya disertai infeksi.

5.

Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.

6.

Keadaan social ekonomi

7.

Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak seuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuit ketuban.

8.

Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.

9.

Faktor multi gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum.

10.

Defisiensi gizi dari tembaga atau asa askorbat (Vitamin C).


(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan
selama kehamilan. Beberapa faktor resiko dari KPD adalah:
1.

Infeksi

2.

Inkompetensi serviks

3.

Polihidramnion

4.

Riwayat KPD sebelumnya

5.

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban, servik yang pendek (< 25 mm) pada usia
kehamilan 23 minggu

6.

Kehamilan kembar

7.

Trauma

8.

Malposisi

9.

Multi gravida, merokok, perdarahan ante partum

10.

Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)


D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%) yang
menyebabkan berkurangnya kekuatan membran, high virulence; Bacteroides, Low
Virulence, Lactobacillur.
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vascularisasi atau penambahan tekanan intra uteri, atau
keduanya.
Prognosis sangat variatif bergantung maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi,
pada usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk prognosisnya.
Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Tetapi kemungkinan penyebab
yaitu infeksi pada vagina seperti oleh gonorrhoe dan streptococcus yang menyebabkan
teinfeksinya selaput amnion sehingga memudahkan selaput tersebut untuk pacah secara
dini. Chorioamnionitis merupakan infeksi selaput ketuban yang juga akan merusak selaput
amnion sehinga bisa pula pecah. Penyebab selanjutnya adalah peningkatan tekana
intracterine seperti pada kehamilan kembar dan polihidromnion, menyebabkan terjadinya
intrumnion meningkat akhirnya selaput amnion pecah. Trauma pada amniosintesis
menyebabkan cairan ketuban bisa pecah. demikian juga halnya dengan hipermotilitas

uterus dimana kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat yang menekan selaput
amnion.
Semua hal diatas dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Pada ibu dengan ketuban
pecah dini tetapi his (-) sehinga pembukaan akan terganggu dan terhambat sementara janin
mudah kekeringan karena pecahnya selaput amnion tersebut, maka Janin harus segera
untuk dilahirkan atau pengakhiran kehamilan harus segera dilakukan. Tindakan yang
dilakukan adalah menginduksi dengan oksitosin, jika gagal lakukan persalinan dengan
caecar.
Akibat ketuban pecah dini pada janin yang preterm yaitu melahirkan janin yang
premature dimana paru janin belumlah matur, akibatnya produksi surfaktan berkurang, paru
tidak mengembang sehingga beresiko terhadap RDS ( Rapirasi distiess syndrome ).
Ditandai dengan apgar score yang abnormal, aspixia, dan tachipnoe yang menyebabkan
kerusakan pertukaran gas pada janin.
Pada ibu dengan ketuban pecah dini dan hisnya adal (+) persalinan dapat segera
dilakukan. Apabila adanya pemeriksaan dalam yang terlalu sering dapat beresiko terhadap
infeksi. Ketuban yang telah pecah dapat menyebabkan persalinan menjadi terganggu
karena tidak ada untuk pelicin Jalan lahir. Sehingga persalinan menjadi kering ( dry labor).
Akibatnya terjadi persalinan yang lama.
Akibat persalinan yang lama terjadi pula penekanan yang lama pada janin dijalan
lahir, dan jika terjadi fetal distress mengakibatkan untuk melakukan persalinan atau ekstraksi
vacum dan cuna, atau terjadi asphyxia akibat penekanan yang lama pada jalan lahir inipun
mengakibatkan iskhcmia pada jalan lahir dan akhirnya terjadi nekrosis jaringan. Hal ini
beresiko terhadap cidera pada ibu dan janin, dan juga beresiko tinggi terhadap infeksi
E. MANIFESTASI KLINIK
Pasien mengeluh pengeluaran cairan dari pervaginam tanpa bisa ditahan dengan
bau yang khas, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Pada pemeriksaan spekulum terlihat
cairan keluar dari ostium uteri externum.
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawa
biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin beramba
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)


Saat palpasi janin mudah teraba, selaput ketuban tidak ada, dan air ketuban kering.
Pemeriksaan mikroskopis terlihat lanugo dan verniks casiosa. Bila dilakukan pemeriksaan
penunjang, akan ditemukan:
o

Test Nitrazine
Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban
(alkalis), PH normal vagina yaitu 4,5-5,3 tidak terjadi perubahan warna (kuning) dan
apabila terdapat cairan ketuban, maka PH menjadi 7,0-7,5 (Practical Guide to High
Risk Pregnancy and Delivery). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan hasil
test yang positif basa.

Test Ferning / Test Pakis


Dengan meneteskan cairan ketuban pada kertas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis.
Diagnosis ketuban pecah dini dapat 100% diakui apabila tes cairan vagina
memberikan hasil test positif untuk Test Nitrazin dan Test Ferning (Practical Guide to
High Risk Pregnancy and Delivery)

USG
Ini tidak digunakan sebagai cara yang utama untuk menentukan KPD. Dari USG ini
hanya dilihat volume dari cairan ketuban tersebut apakah berkurang atau tidak dan
juga untuk menentukan usia kehamilannya.

Test penguapan
Dengan mengambil sample cairan endoservikal yang kemudian dipanaskan sampai
airnya menguap. Dilihat apabila sisa putih yang tertinggal, maka itu sudah berarti
ketuban pecah, tetapi apabila sisa berwarna coklat tua maka ketuban masih utuh.

Beberapa pemeriksaan lain, namun sangat jarang dilakukan seperti : Intra-amniotic


Flourecein, Amnioscopy, Tes Oksidasi Diamen Fetal Fibronecitin,

Tes Alfa-

Fetoprotein, dan High Leaks.


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif
palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan
seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu
berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam
kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat
dan tepat. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau belum ada, dan
belum ada pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan spekulum.
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium
uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan,
penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava, atau bagian
terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul
pada fornik anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut
bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan
dibatasi sedikit mungkin.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning.
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7

7,5, darah dan infeksi

vagina dapat mengahasilkan tes yang positif palsu.


c. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
d. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis
KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
F. KOMPLIKASI
Terhadap janin:

Infeksi intrauterine, walaupun ibu belum menunjukkan tanda-tanda infeksi

Sindrom Distress Pernapasan yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir atau pada
janin yang dikarenakan hipoksia pada prolaps tali pusat.

Hiploplasia pulmonary, karena oligohidramnion sebagai akibat dari KPD yang terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu (100%) dan lagi periode yang lebih dari
5 minggu

Malpresentasi janin berhubungan dengan prematuritas

Kerusakan membrane hyaline berhubungan dengan usia kehamilan

Terhadap ibu:

Infeksi intrapartal, apalagi bila sering dilakukan pemeriksaan dalam. Semua ibu hamil
dengann

KPD

prematur

sebaiknya

dievaluasi

untuk

kemungkinan

terjadi

korioamnionitis. Infeksi perpuralis, peritonitis, dan septikomia.

Masalah psikologi karena terlalu lama dirawat

Merasa lelah karena berbaring terus ditempat tidur.

Terhadap kehamilan dan persalinan

Dapat terjadi persalinan kapan saja, terjadi kelahiran preterm.

Abruption placenta, karena adanya penurunan yang progresif pada permukaan intra
uterin.

Prolaps tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi letak bokong atau letak
lintang).

Oligohydramnion, dry labor.

Partus lama.

Perdarahan pada`saat persalinan.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Manuaba, secara umum untuk penanganan ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:

Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru


sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat

Mencegah terjadinya infeksi

Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.

Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu perlu dipertimbangkan untuk melakukan


induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

Menghadapi ketuban pecah dini diperlukan konseling terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan
janinnya.

Pemeriksaan yang penting adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan
perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan
paru.

Waktu terminasi pada hamil preterm dapat disarankan selang waktu 8 jam sampai 24
jam bila tidak terjadi his spontan.
Dan menurut buku pedoman diagnosis dan terapi obsetri dan ginekologi RSHS tahun

2005, pengelolaan untuk KPD ini dibagi dua yaitu:


1. Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan apabila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun
janin) pada usia kehamilan 28-36 minggu dirawat selama 2 hari.
Selama perawatan dilakukan:

Observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi


o Ibu : suhu > 38C, takikardi ibu, lekositosis, tanda-tanda infeksi intra uterine,
rasa nyeri pada rahim, secret vagina purulen.
o Janin : takikardi janin

Pengawasan timbulnya tanda persalinan

Pemberian antibiotika (ampicillin 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg dan


metrodinazole 2x500 mg) selama 3-5 hari

USG untuk menilai kesejahteraan janin

Bila ada indikasi untuk melahirkan, dilakukan pematangan paru janin


(deksametason 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis atau betametason 12 mg IM
sampai 2 dosis dengan interval 24 jam)

2. Aktif

a.

Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan 37
minggu dilakukan terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan > 20-28 minggu
o Misoprostol 100 g intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam sesudah
pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20 tetes/menit
sampai 60 tetes/menit
o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati
o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
Catatan: dilakukan histerektomi bila upaya melahirkan pervaginam di anggap
tidak berhasil atau atas indikasi ibu dengan sepengetahuan konsulen
Terminasi kehamilan > 28 minggu
o Misoprostol 100 g intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam sesudah
pemberian pertama
o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20 tetes/menit
sampai maksimal 60 tetes/menit untuk primi dan multigravida, 40 tetes/menit
untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
o Kombinasi 2 cara tersebut
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil atau
bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Menurut Sujiyatini, penanganan ketuban pecah dini dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kehamilan aterm (> 37 minggu)


KPD aterm biasanya akan melahirkan dalam waktu 24 jam, bila masih belum ada
tanda persalinan maka di induksi (bishops score > 8), dan bila gagal lakukan SC.
Pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan untuk mencegah infeksi.
2. Kehamilan preterm (< 37 minggu)
Bila tidak ada tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai antibiotik
yang adekuat. Pasien perlu di rawat di RS, ditidurkan dalam posisi trendelenberg,
tidak perlu dilakuka periksa dalam. Diusahakan kehamilan bisa mencapai 37 minggu,
diberikan uteronelaksen atau tokolitik agent. Pemberian kortikosteroid dapat
menurunkan angka RDS, sediannya terdiri dari betametason 2 dosis masing-masing
12 mg IM tiap 24 jam atau deksametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.
Jika muncul tanda-tanda infeksi lakukan induksi.
Menurut POGI tahun 2006 penatalaksanaan dibagi menjadi 3 masa kehamilan,yaitu:

1. Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu

Prinsipnya lahirkan janin

Beri antibiotika profilaksis

2. Ketuban pecah dini pada kehamilan 32 35 minggu

Terapi antibiotik

Pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV

Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker

Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi

Ekspektatif bila paru telah matang

3. Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu

Terapi antibiotik

Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan > 28


minggu

Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker

Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi

Sedapat mungkin dipertahankan sampai 33 35 minggu, jika tidak ada infeksi

Bagan I. Persalinan Bayi pada Penanganan Aktif KPD Aterm menurut Sujiyatini.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan


untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien dan
membuat catatan tentang respon kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
-

riwayat kesehatan dahulu


Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,

TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.


Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar

pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.


Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan

kepada klien ( Depkes RI, 1993:66)


Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

d. Pola-pola fungsi kesehatan


-

pola persepsi dan tata leksana hidup sehat


Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan,

penanganan,

dan perawatan

serta

kurangnya

mrnjaga

kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya


Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari

keinginan untuk menyusui bayinya.


Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami

kelemahan dan nyeri.


Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi

konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.


Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
-

orang lain.
Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi

kurangnya pengetahuan merawat bayinya


Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri

antara lain dan body image dan ideal diri


Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan

nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)


Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus

sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.


e. Pemeriksaan fisik
- Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
-

adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan


Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena

adanya proses menerang yang salah


Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses

persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing


Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,

adakah cairan yang keluar dari telinga.


Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang

ditemukan pernapasan cuping hidung


Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola

mamae dan papila mamae


Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.

Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.


Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat


pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
-

menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)


Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya

uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.


Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya

luka episiotomy
Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. Diagnose keperawatan
a. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
c. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
d. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir
premature
3. Rencana Asuhan Keperawatan
N
o
1

Diagnose
keperawatan
Resiko infeksi
b.d ketuban
pecah dini

Tujuan dan
criteria hasil
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 324 jam di
harapkan pasien
tidak menunjukan
tanda-tanda infeksi .
dengan criteria hasil
:
- Tanda-tanda infeksi
tidak tidak ada.
- Tidak ada lagi
cairan ketuban
yang keluar dari
pervaginaan.

Intervensi
1. Kaji tanda-tanda
infeksi .
2. Pantau keadaan
umum pasien
3. Bina hubungan
saling percaya
melalui komunikasi
therapeutic.
4. Berikan lingkungan
yang nyaman
untuk pasien.
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan obat
antiseptik sesuai
terapi.

Rasional
1. Untuk mengetahui
tanda-tanda infeksi
yang muncul.
2. Untuk melihat
perkembangan
kesehatan pasien.
3. Untuk memudahkan
perawat melakukan
tindakan.
4. Agar istirahat pasien
terpenuhi.
5. Untuk proses
penyembuhan
pasien

- DJJ normal
- Leukosit pasien
kembali normal
- Suhu 36-37

Gangguan
rasa nyaman :
nyeri b.d
ketegangan
otot rahim.

Setelah dilakukan 1.
Kali tanda1. Untuk mengetahui
tindakan
tanda Vital pasien.
keadaan umum
keperawatan
pasien.
Kaji skala nyeri 2. Untuk mengetahui
selama 324 jam di 2.
derajat nyeri pasien
(1-10)
harapkan nyeri
dan menentukan
berkurang / nyeri
tindakan yang akan
3.
Ajarkan pasien
hilang . dengan
dilakukan.
teknik relaksasi
criteria hasil :
3. Untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan
4.
Atur posisi
-Tanda-tanda vital
pasien.
pasien
dalam batas
4. Untuk memberikan
normal.
rasa nyaman.
-TD :120/80 mm Hg 5.
Berikan
5.
Untuk mengurangi
-N : 60-120 X/ menit.
lingkungan yang
tingkat stress pasien
-Pasien tampak
nyaman dan batasi
dan pasien dapat
tenang/rileks.
pengunjung.
-Pasien mengatakan
beristirahat.
nyeri pada perut
berkurang.

Defisit / kurang
pengetahuan
b.d pengakuan
persalinan
premature

Setelah dilakukan 1.
Kaji apa
1. Untuk mengetahui
tindakan
pasien tahu tentang
tentang pemahaman
keperawatan
tanda-tanda dan
pasien untuk
selama 324 jam di
gejala normal
tindakan selanjutnya.
harapkan pasien
selama kehamilan 2. Mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak
memahami
diinginkan terjadi
2.
Ajarkan
pengetahuan
yang bisa
tentang apa yang
tentang penyakitnya
membahayakan ibuharus dilakukan jika
. dengan criteria
janin.
tanda KPD muncul
hasil :
3.
Untuk membantu
kembali.
merencanakan
- Pasien terlihat
tindakan berikutnya.
3.
Libatkan
tidak bingung
keluarga agar
lagi.
- Pasien
memantau kondisi
memahami
pasien .
tentang

penyakitnya

Kecemasan /
ansietas b.d
persalinan
premature dan
neonates
berpotensi
lahir premature

Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat


1. Mengetahui
tindakan
kecemasan pasien.
tingkatan kecemasan
2. Dorong pasien
keperawatan
yang dialami pasien.
untuk istirahat total. 2. Untuk mempercepat
selama 324 jam di
3.
Berikan suasana
proses
harapkan ansietas
yang
tenang
dan
penyembuhan
pasien teratasi.
ajarkan
keluarga
3.
Untuk memberikan
dengan criteria hasil
untuk memberikan
rasa nyaman dan
:
dukungan
menurunkan
emosional pasien.
kecemasan pasien.
- Pasien tidak cemas
lagi
- Pasien sudah
mengetahui
tentang penyakit

DAFTAR PUSTAKA
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC
Indarso, Fatimah dr. Hj. Sp.A(K). 2004. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dari Ibu yang
Bermasalah. Surabaya: FK Unair/RSU Dr. Soetomo Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak.
Moeloek, Farid Anfasa Prof. Dr. dr, SpOG, KFER. 2006. Standar Pelayanan Medic Obstetric
dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetric dan Ginekologi Indonesia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sujiyatini, SSt M.Keb. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai