DI SUSUN 0LEH
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian pendarahan .......................................................................................6
2.2 Pendarahan pada masa kehamilan .......................................................................6
2.3 Pendarahan pada masa persalinan .......................................................................9
2.4 Deteksi dini pendarahan pada persalinan ............................................................11
2.5 Penanganan pendarahan pada persalinan ............................................................11
2.6 Pendarahan pada masa nifas .............................................................................12
2.7 Deteksi dini pendarahan pada masa nifas ...........................................................13
2.8 Penanganan pendarahan masa nifas ..................................................................14
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
3.2 Saran …………………………………………………………………………...……16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Proses kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang dilalui dengan
kegembiraan dan suka cita. Akan tetapi dari 5-10% kehamilan didalamnya termasuk
kehamilan resiko tinggi.Wanita dengan kehamilan resiko tinggi harus dapat
mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan kesehatan dan perawatannya dalam
menghadapi kehamilan resiko tinggi ini. Kematian ibu dapat terjadi karena penyebab
langsung berupa komplikasi media seperti perdarahan, darah tinggi (hipertensi), infeksi
dan gangguan sistem peredaran darah. Sedangkan penyebab tidak langsung dari aspek
non medis seperti social budaya, ekonomis, pendidikan dan geografis (Ratnawati, 2018).
Kelahiran seorang anak akan menyebabkan timbulnya suatu tantangan tersendiri
terhadap struktur interaksi keluarga tersebut. Bagi seorang ibu yang melahirkan bayinya
adalah suatu peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus juga suatu peristiwa yang
sangat berat dan penuh dengan tantangan serta kecemasan pada ibu. Sehingga hal ini
dapat dipahami bahwa hampir 70 persen ibu mengalami kesedihan setelah melahirkan
dikarenakan faktor lain seperti ekonomi, kondisi bayi dan faktor yang menyebabkan ibu
itu merasa tidak bahagia dengan kelahirannya. Selain itu dari sebagian atau 30 persennya
ibu yang mengalami kesedihan tidak terlalu larut dan dapat segera memikirkan 2 untuk
pulih dalam mencapai kestabilan, maka kesedihan ini sebatas rasa syukur ibu berkat
kelahirannya (Shinaga, 2008).
Persalinan dan komplikasi merupakan suatu kondisi yang tidak terduga sehingga
dapat menimbulkan gangguan secara fisik pada ibu hamil, dapat terjadi emosi dan
gangguan kognitif bagi ibu serta keluarganya. Ibu yang mengalami persalinan dengan
komplikasi beresiko mengalami gangguan pada status kesehatannya, gangguan selama
proses persalinan ini juga mempengaruhi kemampuan ibu dalam menjalin suatu ikatan
yaitu ikatan baik dengan bayinya kelak. Komplikasi persalina yang terdiri dari ketuban
pecah dini, infeksi, perdarahan, persalinan lama atau persalinan macet yaitu persalinan
yang akan membuat ibu memiliki pengalaman persalinan yang kurang memuaskan,
sehingga ibu menunjukkan citra diri negatif dan dapat berlanjut menjadi kemarahan yang
menimbulkann masalah pada proses adaptasi ibu terhadap peran fungsi barunya. Proses
ini berlangsung dengan penuh tekannan yang akan membuat ibu lebih sulit mengontrol
4
dirinya sehingga membuat ibu lebih mudah marah dan dapat menurunkan kemampuan
koping ibu yang efektif (Machmudah, Setyowati, Rahmah, & Rachmawati, 2012).
Penyebab lain komplikasi persalinan disebabkan karena infeksi dan perdarahan.
Infeksi dan perdarahan merupakan suatu komplikas yang terjadi dari awal mula
terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan pecahnya
air ketuban atau selaput ketuban sebelum terjadinya in partu atau proses persalinan, yaitu
bila pembukaan 3 pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
dalam keadaan normal ketuban pecah saat persalinan. Bila periode laten panjang dan
ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang meningkatkan angka kematian ibu
dan anak sebanyak 65% disebabkan karena ketuban pecah dini (KPD).
BAB II
PEMBAHASAN
7
mengalami keguguran atau tidak. Selain USG, tes darah juga dilakukan untuk
memeriksa kadar hormon HCG yang seharusnya meningkat saat kehamilan.
2. Kehamilan Ektopik
Tanda awal kehamilan ektopik mirip dengan kehamilan biasa, seperti mual,
payudara mengeras, dan menstruasi terhenti. Sedangkan pada tahap lanjut, ada
beberapa gejala yang sering dirasakan penderita kehamilan ektopik, yaitu nyeri
perut dan perdarahan dari vagina
3. Hamil anggur
Hamil anggur biasanya terdeteksi mengalami hamil anggur saat pemeriksaan
rutin kehamilan. Tanda awal yang nampak adalah pembesaran perut yang tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Kemudian dokter kandungan dapat mendeteksi
hamil anggur (mola hydatidosa) melalui USG kehamilan dan pemeriksaan darah.
4. Solusia Plasenta
Beberapa metode pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh dokter untuk
memastikan diagnosis solusio plasenta adalah: Pemeriksaan fisik guna mengecek
kondisi rahim. Tes darah dan tes urine untuk melihat apakah Anda mengalami
perdarahan pada area vagina (vaginal bleeding), yang merupakan salah satu
gejala solusio plasenta.
5. Plasenta previa
adalah kondisi yang bisa didiagnosis melalui prosedur USG atau
ultrasonografi. Umumnya, tanda awal adanya masalah pada plasenta ini sudah akan
muncul saat pemeriksaan USG rutin sekitar minggu ke-20 kehamilan. Atau paling
tidak, selama kehamilan trimester kedua.
c. Penangan Pendarahan pada kehamilan
1. Keguguran
Melakukan USG untuk melihat apakah ibu mengalami keguguran atau tidak dan
untuk melihat sisa janin yang tertinggal didalam rahim
a) Kehamilan Ektopik
Dilakukan dengan operasi SC untuk mengeluarkan janin yang ada dalam uterus
b) Kehamilan Mola
8
Dilakukan dengan operasi SC untuk mengeluarkan cairan yang ada id dalam
Rahim
c) Solusio Plasenta
Pasien diberikan cairan impus dan transpusi darah untuk mengantikan darah
yang keluar
d) Pasenta Previa
Dapat dilakukan SC karna plasenta previa tidak dapat untuk melahirkan
Normal
10
ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Disarankan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan dengan intensitas sebagai berikut:
-1 bulan sekali pada usia kehamilan 0 hingga 6 bulan
- 2 minggu sekali pada usia kehamilan 7 hingga 8 bulan
- 1 minggu sekali pada usia kehamilan 9 bulan
c. Plasenta Akreta
mengimbau pada para ibu hamil untuk melakukan USG dengan dokter
kandungan secara rutin, salah satu manfaatnya adalah untuk mendeteksi dini ada
tidaknya plasenta akreta. Utamanya pada mereka yang memiliki faktor risiko, yakni
para wanita yang memiliki riwayat operasi caesar, opreasi myoma, kuret dan kelainan
rahim bawaan.
d. Trauma Jalan Lahir
Dapat dilakukan pada saat proses kelahiran dengan melihat trau jalan lahir
disebabkan oleh apa misal terkena prenium kaku maka dilakukan episotomi
e. Gangguan Koagulasi (pembekuan darah)
Tes Darah dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah secara lengkap.
Walaupun hemofilia tidak memengaruhi sel darah merah secara langsung, perdarahan
yang berlangsung lama bisanya akan menyebabkan seseorang mengalami
kekurangan sel darah merah dan hemoglobin (anemia).
2.5 Penanganan pendarahan pada persalinan
a. Antonia Uteri
1. Pijat uterus atau rahim, dokter akan meletakkan satu tangan di vagina dan
menekannya melawan rahim, sementara tangan yang lain menekan rahim melalui
perut.
2. Obat-obatan uterotonik seperti oxytocin dan methylergonovine.
3. Transfusi darah.
b. Retensio Plasenta
Terapi definitif untuk retensio plasenta adalah manual plasenta. Terapi medis
lain, seperti prostaglandin, asam traneksamat, nitrogliserin, dan oxytocin juga dapat
diberikan. Beberapa intervensi farmakologis, seperti oxytocin, carboprost
tromethamine, asam traneksamat, dan nitrogliserin.
11
c. Retensio Plasenta
Persalinan akan dilakukan secara operasi caesar. Operasi ini dibuat berdasarkan
kesepakatan pasien dengan dokter mengingat kondisi pasien dan risiko
perdarahan pasca persalinan.
d. Trauma jalan lahir
Biasanya dilakukan pimijitan prenium dan pada saat proses persalinan
dilakukan episiotomi
e. Gangguan koagulasi (pembekuan darah)
1. Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.
2. Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal
di dalam uterus.
3. Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat perdarahan masif
pada pengidap.
2.6 PENDARAHAN PADA MASA NIFAS
Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah keluarnya darah
dari jalan lahir segera setelah melahirkan. Perdarahan setelah melahirkan dengan jumlah
wajar merupakan hal yang normal terjadi, hal ini disebut lochia.
a. Apa saja pendarahan pada masa Nipas
Atonia uteri merupakan penyebab paling umum dari perdarahan setelah
melahirkan.Atonia uteri adalah kondisi di mana rahim tidak dapat berkontraksi
dengan baik untuk mengeluarkan plasenta. Akhirnya, kondisi ini dapat menjadi
penyebab perdarahan hebat saat maupun setelah ibu melahirkan entah normal maupun
caesar. Berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan atonia uteri adalah kehamilan
kembar, makrosomia (bayi besar), cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion),
kelainan janin, kelainan struktur rahim, dan sebagainya. Ibu juga lebih berisiko
mengalami perdarahan hebat jika melahirkan dalam waktu terlampau lama maupun
sangat cepat.
1. Retensi plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di
dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta dapat menyebabkan infeksi dan
12
perdarahan pascamelahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan terbagi
dalam tiga tahap.
2. Luka robek pada jalan lahir
Ruptur perineum tingkat 1–2 adalah kondisi ketika terjadi robekan pada
jalan lahir, yaitu vagina dan daerah di sekitarnya, setelah melahirkan. Robeknya
jaringan kulit dan otot di area tersebut bisa terjadi akibat peregangan atau tekanan
yang kuat di jalan lahir saat ibu mengejan untuk melahirkan bayinya
3. Pembekuan Darah
Gangguan pembekuan darah juga dapat menjadi penyebab ibu mengalami
perdarahan saat dan setelah melahirkan. Beberapa kondisi yang berhubungan
dengan pembekuan darah adalah penyakit hemofilia danidiopatik trombositopenia
purpura. Selain itu, komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan hipertensi
dalam kehamilan juga dapat memengaruhi kemampuan pembekuan darah.
2.7 Deteksi dini pendarahan pada Nifas
a. Antonia Uteri
Untuk melakukan pencegahan atonia uteri, dokter juga selalu memeriksa
tanda vital tubuh ibu melahirkan untuk deteksi dini jika terjadi pendarahan pasca
persalinan. Tanda vital yang diperiksa, antara lain: pemantauan denyut nadi.
pemantauan tekanan darah
b. Retensio Plansenta
deteksi lebih dini bisa membantu mempermudah penanganan di kemudian
hari. Oleh sebab itu, bagi ibu hamil sebaiknya melakukan kontrol kehamilan secara
teratur ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Disarankan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan dengan intensitas sebagai berikut:
- 1 bulan sekali pada usia kehamilan 0 hingga 6 bulan
- 2 minggu sekali pada usia kehamilan 7 hingga 8 bulan
- 1 minggu sekali pada usia kehamilan 9 bulan
c. Luka robek pada jalan lahir
Robekan jalan lahir bisa disebabkan oleh bayi yang besar,prenium kaku
d. Pembekuan darah
- Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.
13
- Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal di
dalam uterus.
- Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat perdarahan massif
pada pengidap.
2.8 Penanganan pendarahan pada Nifas
a. Antonia Uteri
-Pijat uterus atau rahim, dokter akan meletakkan satu tangan di vagina dan
menekannya melawan rahim, sementara tangan yang lain menekan rahim melalui
perut.
- Obat-obatan uterotonik seperti oxytocin dan methylergonovine.
- Transfusi darah.
b. Retensio Plasenta
Terapi definitif untuk retensio plasenta adalah manual plasenta. Terapi medis
lain, seperti prostaglandin, asam traneksamat, nitrogliserin, dan oxytocin juga dapat
diberikan. Beberapa intervensi farmakologis, seperti oxytocin, carboprost
tromethamine, asam traneksamat, dan nitrogliserin
1. Luka robek pada jalan lahir
Dapat dilakukan penjahitan pada prenium dan membersihkan luka robekan
2. Pembekuan darah
- Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.
- Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal
di dalam uterus.
-Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat
perdarahan masif pada pengidap.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendarahan adalah kondisi di mana seseorang kehilangan darah. Darah dapat
ditemukan pada organ tubuh dan pembuluh darah. Apabila organ tubuh atau pembuluh
darah mengalami kerusakan, darah dapat mengalir dengan bebas di dalam atau di luar
tubuh. Apabila darah mengalir di dalam tubuh, maka kondisi ini disebut sebagai
pendarahan dalam. Apabila darah mengalir melalui lubang pada kulit atau celah alami
tubuh, seperti vagina, rektum, mulut, hidung, atau telinga, maka kondisi ini disebut
sebagai pendarahan luar.
Penyebab lain komplikasi persalinan disebabkan karena infeksi dan perdarahan.
Infeksi dan perdarahan merupakan suatu komplikas yang terjadi dari awal mula
15
terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan pecahnya
air ketuban atau selaput ketuban sebelum terjadinya in partu atau proses persalinan, yaitu
bila pembukaan 3 pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
dalam keadaan normal ketuban pecah saat persalinan. Bila periode laten panjang dan
ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang meningkatkan angka kematian ibu
dan anak sebanyak 65% disebabkan karena ketuban pecah dini (KPD).
3.2 Saran
Bagi bu Hamil sebaiknya untuk melakukan pemeriksaan kesalama kehamilan
menimal melakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali selama kehamilan agar mengetahui
secara cepat masalah yang terjadi atau yang timbul selama proses dari
kehamilan,persalinan dan hingga masa Nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Jakarta: Cv Trans Info Media Prawirohardjo S, 2010, Ilmu
Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
16
17