Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH TENTANG ASPEK PSIKOSOSIAL

DAN KULTURAL PADA


IBU NIFAS

Disusun Oleh:
Shely Sagita Putri
193001070085

Dosen Pengampu : Eprina Intami, SST.,M.Kes

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI


S1 KEBIDANAN TRANSFER
TAHUN AJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunianya penulisan dapat menyelesaikan makalah ini berjudul
“ASPEK PSIKOSOSIAL DAN KULTURAL PADA IBU NIFAS”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

dosen,selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para

pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen yang telah

memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

sesuai dengan bidang studi yang telah saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang sya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaa makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jambi, April 2020

                                                                                                          Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................…1
KATA PENGANTAR..................................................................................…2
DAFTAR ISI ................................................................................................…3
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................…4
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….……4
1.2 Rumusan Masalah…….……………………………………………5
1.3 Tujuan …………….……………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN ……….……………………………………………6
2.1 Pengertian Masa Nifas…….………………………………………6
2.2 Tahap Masa Nifas ………….……………………………………..6
2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas………………….……………………7
2.4 Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas………………..7
2.5 Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas …………………………...9
2.6 Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi pada Masa
Nifas………………………………………………………………13
2.7 Konsep Budaya Dalam Perawatan Post Partum………………….16
2.8 Macam-macam Aspek Sosial Budaya Pada Masa Nifas ………...18
2.9 Konsep Budaya …………………………………………………..27
2.10 Konsep Budaya Tentang Perawatan Pada masa Nifas……….28
2.11 Perawatan Masa Nifas Masyarakat Aceh…………………….29
2.12 Perawatan Masa Nifas Masyarakat Jawa …………………….30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………31
3.2 Saran ……………………………………………………………..31
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta


keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8
minggu. Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini.
Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui
tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Ibu biasanya akan
mengalami atau merasakan hal-hal yang baru setelah melahirkan. Beberapa
ibu setelah melahirkan akan mengalami masa–masa sulit, ibu akan
terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Ibu akan mulai beradaptasi dengan
hal yang baru seperti adanya bayi.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang   umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah
melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama
gejala depresi diri ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic,
antara lain rasa takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan
yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat
perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat
kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan
pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit
jiwa. Sering pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan
berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa
pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga
baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung
jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan
serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat
beragam.Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu

4
alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa senidan
lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses psikologi pada masa nifas?
2. Apa saja gannguan psikologi pada masa nifas ?
3. Bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan psikologi ?
4. Apa saja macam-macam aspek social budaya pada masa nifas ?
5. Apa konsep budaya tentang perawatan masa nifas ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses psikologi pada masa nifas
2. Untuk mengetahui apa saja ganguan psikologi pada masa nifas
3. Untuk mengetahui cara mencegah dan menangani gangguan psikologi
4. Untuk mengetahui macam-macam aspek social budaya pada masa nifas
5. Untuk mengetahui konsep budaya tentang perawatan masa nifas

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,


plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu(Prawihardjo A, 2002).

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8


minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan
psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan


masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawihardjo A, 2002). Secara
tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat. Yaitu
ketika ibu dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat
darahnya dari vagina sehingga tidak bersih.

2.2 Tahap masa nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :


a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena
atonia uteri.Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu(Saleha, 2009).

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik(Saleha, 2009).

6
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB(Saleha, 2009).

2.3 Tujuan asuhan masa nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan


kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa
dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli
bilamana perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan
ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode
yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan
hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).

2.4 Proses Adaptasi Psikologi Ibu dalam Masa Nifas


Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah dan sering
sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi
yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan yang lain.
Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya
sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan
kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi
akan dijalani. Perubahan tubuh yang biasanya terjadi juga dapat
mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita dapat
bertambah. Gambaran tentang proses persalinan yang diceritakan orang lain
dapat menambah kegelisahannya. Kehadiran suami dan keluarga yang
menemani selama proses berlangsung merupakan dukungan yang tidak ternilai
harganya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan tersebut.
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu,
masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi
psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum
kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang
sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas
agar ibu dapat leluasa menumpahkan segala kasih sayang kepada bayinya

7
tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja, tapi juga
dari segi psikologis seperti menatap, mencium, sehingga kasih sayang ibu
dapat terus terjaga.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Periode
masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pasca persalinan,
terutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
d. Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut
ini.
1. Taking in period
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami. Ibu akan
berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal
sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini
seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
2. Taking hold period
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitif seperti mudah tersinggung dan gampang marah, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
ibu.
3. Letting go period
Periode yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu mulai secara

8
penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari
atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Fisik
Istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara yang segar,
dan lingkungan yang bersih.
b. Psikologi
Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
c.  Sosial
Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya,
menanggapi dan memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu
terlihat sedih.
d. Psikososial

2.5 Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas


a. Post Partum Blues
Post partum blues sering juga disebut sebagai maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama pasca persalinan atau merupakan
kesedihan atau kemurungan pascapersalinan, yang biasanya hanya muncul
sementara waktu yakni sekitar 2 hari – 2 minggu sejak kelahiran
bayi. Biasanya disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat
hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini
merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga
karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan. Gejala-gejalanya sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab.
2. Reaksi depresi/sedih/ disforia.
3. Menangis tanpa sebab.
4. Tidak sabar.
5. Tidak percaya diri.
6. Sensitif, cepat marah dan mudah tersinggung (iriabilitas).
7. Merasa kurang menyayangi bayinya.
8. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira.
9. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya.
10. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

9
12.  Kelelahan.
13.  Sangat pelupa.
Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai
berikut:
1. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen progesterone,
prolaktin, serta estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara
tajam setelah melahirkan dan ternyata estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam
suasana hati dan kejadian depresi.
2. fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita
pasca melahirkan misalnya, rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak
pada payudara.
3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi, seperti perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
4. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
5. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6. Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya, tingkat
pendidikan, kehamilan yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau
riwayat gangguan jiwa pada wanita tersebut.
7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang
tua dan keluarga.
8. Stres dalam keluarga misalnya, faktor ekonomi memburuk, persoalan
dengan suami, problem dengan mertua atau orang tua.
9. Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya, karena belum bisa
menyusui bayinya atau ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau
tidur, rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
10. Kelelahan pasca melahirkan.
11. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang dialami ibu dan adanya
rasa cemas terhadap kemampuan merawat bayi
12. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam, sehingga timbul rasa takut
yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
13. Problem anak setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu
dari anak sebelumnya, sehingga hal tersebut cukup mengganggu
emosional ibu.
b. Post Partum Depression/Neurosa Post Partum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan
merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban terhadap tangung jawab

10
terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk
menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum dapat berlangsung
selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat
atau lebih ringan. Gejalanya sama saja tetapi di samping itu, ibu mungkin
terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang
ibu.
Walaupun banyak wanita yang mengalami depresi post partum segera
setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi
sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja
terjadi dalam kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi post partum
mungkin saja berkembang menjadi post partum psikosis, walaupun jarang
terjadi.

Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang


terdapat pada kelainan depresi lainnya. Gejala-gejala yang mungkin
diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah sebagai berikut :
1.    Perasaan sedih dan kecewa.
2.    Sering menangis.
3.    Merasa gelisah dan cemas.
4.    Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan dan
sukar konsentrasi.
5.    Nafsu makan menurun.
6.    Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
7.    Phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan
yang tidak dapat dihilangakan (paranoid).
8.    Tidak bisa tidur (insomnia) dan terkadang mimpi buruk.
9.    Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless), hingga pikiran mau
bunuh diri.
10.  Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
11.  Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya dan
terkadang ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
Faktor terjadinya depresi post partum diantaranya adalah, kurangnya
dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran akan
bayi yang sebetulnya sehat, kesulitan selama persalinan dan
melahirkan, merasa terasing, masalah/perselisihan perkawinan atau
keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan. Adapun faktor lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya neurosa post partum, antara lain :

11
1.      Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi post partum
sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan
prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau
mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2.      Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang
tepat bagi seorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-
30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi
perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan
dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang
ibu.
3.      Faktor pengalaman. Depresi pasca persalinan ini lebih banyak
ditemukan pada primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan
segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama
sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
4.      Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi,
menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai
perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktifitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah
tangga dan orang tua dari anak-anak mereka.
5.      Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya
persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses
pesalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada
saat persalinan maka akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pasca persalinan.
6.      Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, beban seorang ibu
karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
c. Psikosis Post Partum (Post Partum Psychosis)
Insiden terjadinya psikosis port partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran.
Pada kasus tersebut sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan
gejala yang membahayakan seperti, menyakiti diri sendiri atau bayinya. Hal
tersebut merupakan penyakit yang sangat serius dan merupakan depresi
yang paling berat, bahkan bisa sampai membunuh anak-anaknya.
Gejala psikosis port partum, diantaranya :
1.      Gangguan tidur.

12
2.      Gaya bicara yang keras dan cepat marah.
3.      Inkoheren (berbicaranya kacau).
4.      Menarik diri dari pergaulan.
5.      Pikiran obsesif (pikiran yang menyimpang dan berulang-ulang).
6.      Impulsif (bertindak diluar kesadaran).
7.      Curiga berlebihan.
8.      Delusi dan halusinasi.
9.      kebingungan.
10.  Sulit konsentrasi.
Faktor pemicu psikosis post partum, antara lain :
1.  Faktor keturunan atau adanya riwayat keluarga menderita kelainan
psikiatri.
2.  Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri.
3.  Adanya masalah keluarga dan perkawinan
4.  Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau
etnik)
5.  Faktor obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi)
6.  Faktor psikososial (adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat
mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional, dll)
7.  Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
8.  Perubahan hormonal yang cepat.
9.  Masalah medis dalam kehamilan (pre eklampsia, DM).
10. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan
orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
11.  Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
12.  Merasa terisolasi dan adanya ketakutan akan melahirkan anak cacat atau
tidak sempurna.
2.6  Cara Mencegah dan Menangani Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

a. Pencegahan

Beberapa intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas


dari ancaman depresi setelah melahirkan.
1.  Pelajari Diri Sendiri

13
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi post partum,
sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi,
maka ibu akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2.  Tidur dan Makan yang Cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang
terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama
periode post partum dan kehamilan.
3. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi depresi post partum.
Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,
sehingga membuat ibu merasa lebih baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam dirinya.
4. Hindari Perubahan Hidup Sebelum atau Sesudah Melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti
membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan.
Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat
segera dan lebih mudah menyembuhkan depresi post partum yang
diderita.
5. Beritahukan Perasaan Ibu
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan
yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika memiliki
masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan
kepada pasangan atau orang terdekat.
6. Dukungan Keluarga dan Orang Lain Diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang ibu cintai selama
melahirkan sangat diperlukan. Ceritakan kepada pasangan atau orang
tua, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik.
Yakinkan diri, bahwa mereka akan selalu berada di sisi ibu setiap
mengalami kesulitan.
7. Persiapkan Diri dengan Baik
Persiapan sebelum melahirkan sangatlah diperlukan. Ikutlah kelas
senam hamil yang sangat membantu serta buku atau artikel lainnya
yang ibu perlukan. Kelas senam hamil akan sangat membantu ibu dalam
mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga
nantinya ibu tidak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.
Jika ibu tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
melahirkan akan dapat dihindari.

14
8. Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat
membantu ibu melupakan gejolak perasaan yang terjadi selama periode
post partum. Kondisi ibu yang belum stabil bisa dicurahkan dengan
memasak atau membersihkan rumah.
9.  Dukungan Emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga akan
membantu ibu dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan
kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan yang ibu
alami, sehingga ibu merasa lebih baik setelahnya.

10. Dukungan Kelompok Depresi Post Partum


Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami
dan merasakan hal yang sama dengan ibu. Carilah informasi mengenai
adanya kelompok depresi post partum yang bisa diikuti,
sehingga ibu tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
b. Penanganan
Cara untuk menangani gangguan psikologi post partum, antara lain
dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan
baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan
cara:
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif
a) Dengan cara peningkatan suport mental/dukungan keluarga kepada
ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih agar tidak
merasa kehilangan perhatian.
b) Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
c) Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakan ibu, mintalah
dukungan dan pertolongannya.
d) Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran
akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat
bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
e) Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu
untuk diri sendiri

15
f) Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga
yang ringan, berbagi cerita dengan orang lain, bersikap fleksibel,
bergabung dengan orang-orang baru.
g) Respon yang terbaik dalam menangani kasus post
partum depression adalah kombinasi antara psikoterapi, dukungan
sosial, dan medikasi seperti anti depresan. Suami dan anggota
keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling,
sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu
terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkannya.
h) Pada psikosis post partum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan
yaitu dengan pemberian anti depresan atau lithium dan perawatan di
rumah sakit, serta sebaiknya menyusui dihentikan karena anti
depresan disekresi melalui ASI.

2.7 Konsep budaya dalam perawatan postpartum


a. Definisi budaya
Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan
dengan akal. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat
(Syafrudin, 2009).

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat


beragam.Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat,
ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran
bahwa senidan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman,
2003).

Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur.


Variasi ini sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan
pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan individual pada perawatan
kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi perawat untuk
mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat
perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam
memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada
kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk
memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat
mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene & Gloria, 2001).

16
b. Aspek budaya dalam perawatan masa nifas
Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada
yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009).
Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat
terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu
pendidikan disamping faktor-faktor lainnya.Jika masyarakat mengetahui
dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut
maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat istiadat
yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas
(syafrudin. 2009).
Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan
keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang
diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan
dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-
masing (syafrudin, 2009).
Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain:
1. Harus pakaisandal kemana pun Bufas pergi, selama 40hari.
2. Harus memakai Stagen /udet/ centing. (positif)
3. Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4. Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badannya
cepat hilang.
5. Tidak boleh bicara dengan keras keras
6. Tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan
peredaran darah lancar .
7. Kalau tidur/duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk/posisi miring,
hal itu dapatmempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi
baru melahirkan/mudah terkenaVarises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-
sayuran.
c. Aspek sosial sosial budaya

Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa
nias yaitu 6-8 minggu (Rustam Mochtar, 1998).

17
Tujuan perawatan masa nifas yaitu:

1. Memulihkan kesehatan umum penderita,


2. Mendapatkan kesehatan emosi yang stabil,
3. Mencegah terjadinya ineksi dan komplikasi,
4. Memperlancar pembentukan ASI, dan
5. Agar penderita dapat melaksanaan perawatan sampai masa nifasselesai
dan memelihara bayi dengan baik.
Kebutuhan ibu masa nifas meliputi:

1. Kebutuhan fisik,
Selama hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit.Untuk
memenuhi kebutuhan fisik seperti istirahat, makanan yang bergizi,
lingkungan bersih dilakukan pengawasan dan perawatan yang
sempurna serta pengertian dari lingkungan setelah ibu pulang nanti.

2. Kebutuhan psikologis.
Kebutuhan bagi tiap-tiap individu bahwa manusia butuh diakui,
dihargai, diperhatikan oleh manusia lain. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan psikologis, bidan dan keluarga harus bersikap
dan bertindak bijaksana dan menunjukan rasa simpati dan
menghormati.
3. Kebutuhan sosial
Ibu dipenuhi dengan memfasilitasi pasangan atau keluarga
mendampingi ibu bila murung, menunjukkan rasa sayang pada bayi,
memberi bantuan dan pelajaran yang dibutuhkan untuk
mengembalikan kesehatannya(Rustam Mochtar, 1998).

2.8 Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas


Pada ibu yang sedang masa nifas dilarang makan telur, daging,
udang, ikan laut, nanas, dan makanan yang berminyak.karena menyebabkan
ASI berbau anyir yang membuat bayi muntah saaat di susui, dan selain itu
proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat. Dampak
negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur, daging, udang, ikan
laut,nanas,dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena
pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu
dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada,
karena seharusnya ibu mengkonsumsi telur, ikan karena baik untuk hasil
produksi susu ibu bagi bayinya.

18
a. Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang akan mengakibatkan mata
minus, katarak, sayu, dan wajah terlihat tua. Adapun dampak negative
dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat
sedangkan pada masa ini seorang ibu harus cukup istirahat dan
mengurangi kerja berat , selain itu ibu pun harus makan yang teratur,
karena saat masa nifas ibu bukan hanya memberikan vitamin atau pun
zat lainnya untuk tubuh, tapi ibu pun memberikan asupan untuk
bayinya dengan menyusui .
b. Selama masa nifas ibu hanya boleh mengkonsumsi tahu dan tempe
tanpa rasa (tanpa di beri rasa atau di beri garam), karena dapat
membuat sel darah putih ibu naik, selain itu ibu pun di larang untuk
banyak makan dan banyak minum, bahkan ada yang beredar bahwa
bila ibu ingin makan harus di sangrai terlebih dahulu sebelum di
konsumsi. Padahal seharusnya ibu memakan makanan yang sehat
karena akan mempercepat penyembuhan pada alat kandung ibu. Pada
masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak makan makanan
yang padat setelah waktu maghrib.Karena dapat menyebabkan gemuk.
Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah
maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan
lemak , namun terdapat dampak negatifnya yaitu ibu menjadi kurang
nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang. Masa nifas tidak boleh
keluar rumah sebelum 40 hari.agar ibu tidak terlalu letih beraktivitas dan
kalau capek produk ASI ibu berkurang.
Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian
imunisasi) harus periksakesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam
bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari.

1. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi
pilis atau lerongan dan tapel supaya ibu cepat sembuh. Dalam hal ini
jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi
lancar namun jika pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat
merusak kandungan . Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang
tidak kuat atau menyebabkan alergi .

19
2. Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring,
dicampur garam dan asamdiminumkan supaya ASI banyak. Dalam hal
ini sama sekali tidak memiliki dampak yang positif karena abu, dan
asam tidak mengandung zat yang di gunakan ibu untuk memproduksi
ASInya, dan abu serta asam ini tidak mempengaruhi ibu untuk
memproduksi ASInya lebih banyak.
3. Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intimnanti lukanya makin
besar. Dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari
pertama usai melahirkan. Alasannya aktivitas yang satu ini akan
menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim
yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula
Contohnya infeksi atau akan perdarahan ataupun pengaruh psikologis,
kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil
lagi.
4. Adapun sosial budaya yang terjadi pada kalangan masyarakat, contoh
lainnya adalah seorang ibu yang ingin keluar rumah harus memakai
sendal jepit selama 40 hari selama masa nifas.
5. Kemudian harus meminum jamu , agar rahim ibu cepat memulih.
Padahal sebenarnya tidak harus meminum jamu pun rahim ibu akan
memulih , hanya dengan mengkonsumsi makanan yang
bernutrisi(Syafrudin, 2009).

20
Tabel aspek sosial budaya dalam masa nifas

No Aspek sosial Dampak positif Dampak Analisa


budaya negative
1. masa nifas Tidak ada Memeperlambat Di dalam daging,telur ikan dan
dilarang makan proses udang terdapat kandungan
telur, daging, penyembuhan protein yang tinggi , protein
udang, ikan ibu dapat membentuk kembali sel-
laut, nanas , dan sel barudan
makanan yang menggantikan sel-sel yang
berminyak rusak dan ini dapat
karena mempercepat proses pemulihan
menyebabkan alat kandungan ibu
ASI berbau
anyir yang
membuat bayi
muntah saaat di
susui
dan selain itu
proses
penyembuhan
luka-luka di
jalan lahir akan
lebih lambat
2. Masa nifas ibu Ibu menjadi Tidur siang sangat dibutuhkan
dilarang tidur kekurangan oleh ibu karena biasanya bayi
siang karena istirahat sering rewel di malam hari
akan sehingga ibu tidak bisa tidur
mengakibatkan jadi dengan tidur sianglah
mata minus, istirahat ibu dapat tercukupi.
katarak, sayu, Tidur berkepanjangan
dan wajah memang mengundang proses

21
terlihat tua recovery yang lebih
lambat.”makin lama berbaring
maka makin besar pula peluang
terjadi tromboemboli atau
pengendapan elemen-elemen
garam”. Lalu bila ibu
bangun/berdiri
mendadak,endapan tersebut di
khauatirkan lepas dari
perlekatannya di dinding
pembuluh darah akibatnya
endapan-endapan tadi masuk
kedalam pembuluh darah lalu
ikut aliran darah lalu ikut aliran
darah ke jantung, otak dan
organ-organ penting penting
lain yang akan memunculkan
stroke.

Tidur siang berfungsi


meregenerasi sel-sel tubuh
yang rusak menjadi baru,
melancarkan produksi hormon
pertumbuhan tubuh,
mengistirahatkan tubuh dari
kelelahan fisik, melancarkan
produksi ASI,dll.
3. Pada masa nifas Pada masa nifas Ibu menjadi di waktu maghrib ibu dilarang
dan saat makan setelah kekurangan makan karena pada saat itu
menyusui, ibu maghrib dapat nutrisi sehingga terjadi proses penimbunan
harus puasa, menyebabkan produksi ASI lemak jadi hal ini dibenarkan

22
tidak makan badan masa berkurang akan tetapi jika ibu harus puasa
makanan yang nifas mengalami maka ibu akan kekurangan
padat setelah penimbunan nutrisi karena pada masa ini
waktu maghrib. lemak ibu sanagt dianjurkan banyak
Karena dapat Oleh sebab itu makan-makanan yang
menyebabkan hal ini di bernutrisi untuk proses
gemuk. benarkan pemulihannya

4. Selama masa kepala ibu tidak Menggganggu Ibu nifas juga membutuhkan
nifas ibu hanya pusing keseimbangan asupan garam untuk kebutuhan
boleh tubuh ibu tubuh akan elektrolit agar
mengkonsumsi keseimbangan tubuh ibu
tahu dan tempe terjaga namun jika diberikan
tanpa rasa terlalu banyak dapat
(tanpa di beri mengakibatkan pengendepan
rasa atau di beri yangmengakibatkan kepala ibu
garam) , selain menjadi pusing
itu ibu pun di
larang untuk
banyak makan
dan banyak
minum karena
dapat membuat
sel darah putih
ibu naik

23
5. Masa nifas -ibu tidak Ibu tidak bisa Kondisi tubuh ibu setelah
tidak boleh kelelahan membawa bayi melahirkan masih sangat lemah
keluar rumah -Produksi ASI imunisasi jika ibu bepergian terlalu lama
sebelum 40 bagus maka ibu akan kecapean dan
hari.dan -bayi tidak jika bayi diajak bayi akan
membawa bayi terpapar mudah terpapar penyakit
bepergian agar penyakit karena sistem imunitas bayi
ibu tidak terlalu masih lemah dan bayi masih
letih beradaptasi dengan lingkungan.
beraktivitas dan Jadi bisa saja bayi kedinginan
kalau capek ataupun kepanasan,
produk ASI ibu
berkurang.

6. Ibu setelah jika pijatannya namun jika Pilis dan tapel dapat merusak
melahirkan dan benar maka pijatan yang kulit bagi yang tidak kuat atau
bayinya harus peredaran darah salah sangat menyebabkan alergi .karena
dipijat atau ibu dan bayi berbahaya tapel dan pilis mengandung
diurut, diberi menjadi lancar,. karena dapat bahan seperti kapur sirih, air
pilis atau rasa sakit-sakit merusak jeruk nipis yang dibalurkan
lerongan dan di perut ibu kandungan pada perut dan sebelum
tapel supaya ibu berkurang menyebabkan memakai stagen, tapel dapat
cepat sembuh alergi dan luka menghangatkan perut yang
bakar membuat usus bekerja atau
berkontraksi lebih cepat
sehingga angin yang berada di
dalamnya bisa keluar dengan
mudah, dan pilis di oleskan ke
dahi tujuannya untuk
menghilangkan pening,
mencegah naiknya darah

24
putih,dll air kapur dan jeruk
nipis memiliki sifat anti selulit
dan jika kulit ibu sensitif atau
terlalu banyak kapur sirihnya
akan menimbulkan lalergi dan
luka bakar

7. Masa nifas Tidak ada Membuat ibu Kita tidak tahu apakah abu
harus minum batuk dan dapur terjamin kebersihannya
abu dari dapur menggangu dan jika abu ini diminum ibu
dicampur air, sistem maka dapat membuat ibu batuk
disaring, pencernaan ibu
dicampur garam
dan asam
diminumkan
supaya ASI
banyak.
8. Masa nifas Mempercepat Jika melakukan Jika melakukan hub.intim
tidak proses hub.intim maka maka dapat menghambat
diperbolehkan penyembuhan dapat proses penyembuhan jalan lahir
berhubungan jalan lahir. menghambat maupun involusi rahim yakni
intim nanti proses mengecilnya rahim kembali ke
lukanya makin Menjarakakan penyembuhan bentuk dan ukuran semula
besar kehamilan jalan lahir Contohnya infeksi atau akan
maupun perdarahan ataupun pengaruh
involusi rahim psikologis, kekhawatiran akan
robeknya jahitan maupun
ketakutan lagi.

15
9. seorang ibu Mungkin dengan memakai
yang ingin Tidak ada Tidak ada sendal jepit ibu lebih nyaman

25
keluar rumah dan lebih terjaga
harus memakai keseimbangannya saat berjalan
sendal jepit sehingga mengurangi resiko
selama 40 hari terjatuh saat ibu berjalan
(selama masa
nifas )

10 harus meminum mengencangkan bagi yang Jamu di metabolisme di dalam


jamu , agar otot-otot perut memiliki hati sehinnga bagi yang
rahim ibu cepat yang kendur, gangguan memiliki gangguan fungsi hati,
memulih. mengembalikan fungsi hati, misalnya hepatitis B positif
stamina,member misalnya atau penyakit kuning akan
sihkan darah hepatitis B bertambah parah sakitnya.
kotor dalam positif atau
rahim, penyakit kuning
memperlancar akan bertambah
ASI, parah
penyakitnya
pada ibu, bayi
menjadi diare,
dan membuat
kontraksi rahim
yang berlebihan
11. Pemakaian Dapat Menghambat Pemakaian stagen dapat
stagen untuk mengecilkan sirkulasi darah mengecilkan perut ibu karena
mengempiskan perut ibu post ibu jika stagen dapat membantu
perut dan partum, atau pemakaiannya membentuk kembali bentuk
membuang mengencangkan tidak benar perut ibu, namun jika terlalu
angin di perut otot-otot perut erat ikatannya dapat
yang kendur. menghambat sirkulasi darah

26
2.9 Konsep Budaya
Kebudayaan adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu
yang dipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya
malah mengundang risiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak
dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-
struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan yaitu sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat
abstrak.
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Definisi dari budaya yaitu suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi selanjutnya. Budaya terbentuk dari unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan
dan karya seni.
Bagi seorang ahli antropogi istilah kebudayaan umumnya mencakup
cara berpikir dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa
atau masyarakat tertua. Syafrudin (2009), Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, dan adat
istiadat. Semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai
tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan,
serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis,
psikologis dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu. Masyarakat di
Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa
ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda
Keanekaragaman budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai
tingginya. Kekayaan tersebut harus dipahami terus dari generasi ke generasi.

27
Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan budaya Muarif (2009)
membagi 5 aspek yang masing-masing saling terkait yaitu:

a. Dimensi ruang dan waktu,


b. Konsep manusia sebagai animal rational dan latar belakang sejarah,
c. Setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir, sistem
sosial serta budaya yang mereka warisi dari para pendahulu,
d. Pola hubungan antara budaya dan kekuasaan,
e. Bentuk kebudayaan dan unsur-unsur yang menpengaruhinya.

2.10 Konsep Budaya Tentang Perawatan Masa Nifas


Sistim budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat
abstrak dan terdiri atas pikiran pikiran,gagasan,konsep,serta
keyakinan,dengan demikian system kebudayaan merupakan bagian dari
kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut adat
istiadat.dalam adat-istiadat terdapat juga system norma dan disitulah salah
satu fungsi system budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-
tindakan dan tingkah laku manusia.
Dalam system budaya terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu
dengan lainnya, sehingga tercipta tata kelakuanmanusia yang terwujud dalam
unsure kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi
status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam
masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak
sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara
kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau
kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya
pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.
Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan
dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan
miksi dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama
untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan
lain-lain (Rustam Mochtar, 1998 dan Sayfuddin et al, 2002).
2.11 Perawatan masa nifas masyarakat Aceh
Contoh perawatan pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa
pantangan meninggalkan rumah selama 44 hari bagi wanita yang baru

28
melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa nifas, perawatan nifas
dengan pengurutan, penghangatan badan, konsumsi minuman berupa jamu-
jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu (Swasono, 1998).
Ada beberapa tahapan adat Aceh (pidie) terhadap wanita yang telah
melahirkan, didasarkan pada fitrah manusiawi:
1. Setelah melahirkan ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram
dengan ie boh kruet (jeruk purut) guna menghilangkan bau amis, setelah
menganti pakaian diberikan ssmerah telur dengan madu.
Setelah melahirkan ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram
dengan ie boh kruet (jeruk purut) guna menghilangkan bau amis, setelah
menganti pakaian diberikan merah telur dengan madu.
2. Selama tiga hari diberikan ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun
peugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring) daun-daunan ini
diremas dengan air lalu diminum. Hal tersebut berkhasiat untuk
membersihkan darah kotor.
3. Selama tujuh hari kemudian diberikan ramuan, dari kunyit, gula merah,
asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada. Semua bahan ini
ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan air ditambah madu dan
kuning telur. Khasiatnya menambah darah dan membersihkan darah
kotor.
4. Ibu tidak boleh memakan sembarangan .
5. Ibu yang menyusui biasanya diminumkan air sari daun-daunan seperti
daun katuk, dan lain – lain. Tujuannya agar air susu lebih banyak.
6. Pada masa nifas, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
7. Setelah melahirkan ibu dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis
atau lerongan dan tapel.
8. Pada masa nifas, ibu harus minum abu dari dapur yang dicampur dengan
air, kemudian disaring, dicampur garam dan asam lalu diminumkan
kepada si ibu supaya ASI banyak.
9. Ibu harus memakai stagen atau udet (centing).
10.Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu. Hal ini jelas
berdampak positif karena dapat mempercepat pemulihan rahim ke kondisi

29
semula dan tidak ada dampak negative meengenai anjuran untuk
mengkonsumsu jamu ini.
11.Jika sang ibu tidur atau duduk harus meluruskan kakinya. Pada ibu yang
baru saja melahirkan atau berada pada masa nifas .
12.Ibu pada masa nifas harus mengkonsumsi makanan yang bergizi terlebih
sang ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran.

2.12 Perawatan masa nifas masyarakat jawa


Suku Jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa
postpartum(nifas). Namun, tidak semua perawatan yang dilakukan oleh
masyarakat suku Jawa tersebut dapat diterima bila ditinjau dari aspek medis
karena ada dampak yang baik dan tidak baiknya bagi ibu nifas.Oleh sebab
itu, informasi tentang perawatan masa nifas pada suku Jawa merupakan salah
satu aspek penting diketahui para pelayan kesehatan untuk lebih
memudahkan memberikan pendekatan dalam pelayanan kesehatan.
a. Perawatan ari-ari
Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-
embing atau mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-
ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan
dijaga sebaik mungkin,misalnya :
1. Tepat di tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai
penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan symbol penerangan
bagi bayi yang dimaksudkan agar kehidupan bayi nanti akan terang
juga bila di terangi oleh sinar lampu.

Dampak positive  : Agar binatang tidak berani mendekat dan memakan


ari-ari tersebut

Dampak negative : Tidak ada

2. Ari-ari bayi dibungkus bersama buku,bunga setaman (bunga mawar,


melati, dan kenanga) di atasnya dsb ditujukan agar mendo’akan sibayi
dalam jalan hidupnya nanti terang dan kehidupanya baik.

30
Dampak positive :  Tidak ada

Dampak negative :  Tidak ada

3. Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian


atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak
masuk ke tempat itu dan juga kepercayaan kepada makhluk mistis
yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu bila tidak dipagari.
Dampak positive :  Agar ari-ari tidak dibongkar dan dimakan oleh
binatang
Dampak negative :  Tidak ada
b. Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang
ditujukan terhadap ibu nifas padahal, banyak juga yang berdampak
negative dan merugikan bila ditinjau dari aspek kesehatan diantaranya
yang berdampak negative dan positif yaitu.
1. Masa nifas dilarang makan telur, dan s yang berbau amis karena
kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh
bila mereka memakan itu.
Dampak positif     :  Tidak ada
Dampak negative :  Merugikan karena masa nifas memerlukan
makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.

Kandungan gizi telur utuh terdiri lebih dari 90 % kalsium, mineral dan
zat besi pada bagian kuning telur, dan mengandung 6 gram protein
berkualitas tinggi dan 9 asam amino esensial termasuk bagian
putihnya.

2. Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak
makan makanan yang padat karena ibu akan mengalami penimbunan
lemak.
Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas
setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami
penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa
nifas belum pulih kembali.

31
Dampak negative : Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI
menjadi berkurang.
3. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bau dari
ibu nifas akan tercium oleh makhluk halus.
Dampak positif :  Tidak ada
Dampak negative :  Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi
baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-
kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari
dan ibu juga butuh sinar matahari.
4. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /
lerongan dan tapel agar peredaran darah ibu lancar.
Dampak positif  : Jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu
dan bayi menjadi lancar.
Dampak negative : Pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat
merusak kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak
kuat / menyebabkan alergi.
5. Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim karena luka pada
premium ibu belum kering takut terjadi lecet dan perdarahan.
Dampak positif           : Dari sisi medis, sanggama memang dilarang
selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu
ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi
rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang
mungkin memang belum muncul atau pun pengaruh psikologis, semisal
kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil
lagi.
Dampak negative        : Tidak ada

c. Perawatan pada bayi


1. Pada dahi bayi diberikan ujung tali bedungan yang telah digigit yang
bertujuan untuk penghilang cegukan.
Dampak positive         :Tidak ada
Dampak negative        :Tidak ada
2. Pada dahi bayi juga diletakan olesan hitam dari pantat kuali yang
bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan cegukan serta sering

32
diberikan pada menjelang sore hari agar bayi terhindar dari gangguan
makhluk mistis.
Dampak positiv           :Tidak ada
Dampak negative        : Bila kulit bayi sensitive dapat menyebabkan
Iritasi karena pantat kuali/wajan iu bersifat kasar dan mengandung zat
kimia karbon
3. Jika bayi sering menangis dan diduga diganggu oleh makhluk halus,
didahi bayi diberikan kunyit(parutan nya).
Dampak positive         : Tidak ada
Dampak negative        :  Bayi akan merasa tidak nyaman dan tidak ada
rasionalnya.
4. Sebelum tali pusar lepas atau tercopot maka bayi pun dilarang untuk
keluar dari rumah dikarenakan takut akan gangguan dari makhluk
halus.
Dampak positive : Tidak ada
Dampak negative : Bayi membutuhkan sinar matahari yang baik untuk
perkembanganya dan merugikan bila bayi hanya di ddalam rumah
saja dan tidak mendapatkan vitamin D.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Perubahan
psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga

33
terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada
keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan
pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas, ibu
dapat mengalami gangguan psikologi post partum diantaranya, post partum
blues, post partum depression, dan psikosis post partum. Saat hal tersebut
terjadi maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya maupun
petugas kesehatan merupakan dukungan positif bagi ibu.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Prawihardjo A, 2002). Secara tradisional,
bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat. Yaitu ketika ibu
dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat darahnya
dari vagina sehingga tidak bersih.

3.2 Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum
melahirkan agar persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang
supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik
keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai
pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya. Serta
diharapkan kita mengetahui perawatan masa nifas di berbagai daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Suherni, dkk.2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Ambarawati, Eny Ratna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta:
Nuha Medika.

34
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3575/1/obstetri-
tmhanafiah.pdf , diunduh pada tanggal 22 Maret 2015.
Endrawarsa suwardi. 2006. Medode, teory, teknik, penelitian kebudayaan.
Yogyakarta: pustaka widya tama
Ihromi. 2006. Pokok pokok antropologi budaya. Jakarta : yayasan obor Indonesia
Effendi,Ridwan.2006.ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR.Jakarta: kencana
prenadamedia group
Ihromi.2006.Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
http://andinurfitri27.blogspot.com/2013/04/makalah-prose-adaptasi-psikologi-
ibu.html
http://yolandavivian.blogspot.com/2014/06/gangguan-psikologis-ibu-pada-masa-
nifas.html
http://himmah-atika.blogspot.com/2012/07/gangguan-psikologis-pada-masa-
nifas.html
http://bnhina.blogspot.com/2013/10/gangguan-psikologi-pada-masa-nifas.html
http://yunivia88.blogspot.com/2013/03/nifas.html
http://khalilaturrozha.blogspot.com/2013/12/gangguan-psikologis-pada-masa-
nifas.html
http://wwwnyantai.blogspot.com/2011/04/artikel-psikologi-depresi-post-
partum.html

35

Anda mungkin juga menyukai