OLEH :
KELOMPOK 2
1. SELLY SAGITA PUTRI
2. FENTI DWI SINTA
3. DEWI SURYANI
4. LILI SURYANI H
DOSEN PENGAMPU :
SEPTIWIYARSI, S.ST, M.KES
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkan atas berkah dan rahmat dariAllah
SWT yang telah memberikat berkat kesehatan dan nikmat berfikir bagi kami untuk dapat
menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “melakukan format pengkajian resiko dan
menganalisis kesejahteraan janin”.
Makalah ini disusun untuk memberikan atau menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi pembacanya khususnya. Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih memiliki
banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki nan menambah penulisan dan
kelengkapan isi makalah ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi saya sendiri khususnya, teman-teman sependidikan kebidanan dan bagi siapapun yang
membacanya.
Penulisbruar
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………......................1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………...........3
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..........20
3.2 Saran………………………………………………………………………....20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendokumentasian merupakan hal terpenting bagi seorang tenaga kesehatan, terutama
bidan. Karena dengan pendokumentasian yang baik dan benar, bidan dapat menjadikan
dokumen-dokumen yang tersimpan sebagai barang bukti dan pelindung jika terjadi
sebuah konflik yang berhubungan dengan hukum.
Salah satu bentuk pendokumentasian yang sangat penting adalah format pengkajian
pada ibu hamil dan ibu bersalin. Jika hasil pengkajian, baik pada ibu hamil maupun pada
ibu bersalin, didokumentasikan dengan baik dan benar, maka dapat dijadikan sebagai
sumber ataupun acuan untuk asuhan selanjutnya.
Pengkajian janin harus dilakukan secara berkelanjutan selama kehamilan. Pengkajian
klinis & tehnologi sama-sama dapat memberikan gambaran janin yang berkaitan dgn
kesehatan dan kesejahteraan serta dapat mempermudah pengambilan keputusan klinis.
Perkembangan janin merupakan keajaiban alam ciptaan Tuhan, dan kini menjadi
perhatian dunia kedokteran. Dengan teknologi pencitraan kita dapat melihat
perkembangan fisik dan fungsi organ janin. Dengan demikian riset mengungkapkan
pengertian peranan janin pada implantasi, pengenalan ibu terhadap kehamilan, aspek
immunologi, fungsi endokrin, nutrisi dan persalinan. Beberapa tahun terakhir ini, angka
kematian dan kesakitan perinatal telah menurun secara signifikan, akan tetapi kematian
janin antenatal masih merupakan masalah. Kematian janin tidak selalu pada kelompok
kehamilan risiko tinggi, akan tetapi beberapa kematian tersebut terjadi pada kehamilan
dengan risiko rendah bahkan normal.
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin,
terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan
pemantauan janin, hal ini tampak nyata setelah era tahun 1960an. Sayangnya, data
epidemiologis menunjukkan hanya sekitar 10% kasus serebral palsi yang disebabkan oleh
gangguan intrapartum dapat dideteksi dengan pemantauan elektronik tersebut.
Angkamorbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indicator kualitas pelayanan
obstetric disuatu tempat atau negara. Angka mortalitas peri natal Indonesia masih jauh
diatas rata-rata Negara maju, yaitu 60– 170 berbanding kurang dari 10 per 1.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah
hipoksia intrauterin. Kardiotokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia
dan kematian intrauterine atau mengalami kerusakan neurologik , sehingga dapat
dilakukan tindakan untuk memperbaiki nasib neonatus.
Asuhan antenatal modern memerlukan tata laksana yang efisien, efektif, andal, dan
komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga medis dan paramedic yang melakukan asuhan antenatal dan
asuhan persalinan. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu pra syarat yang harus
dipenuhi agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang
dikaitkan dengan luaran perinatal dapat dilaksanakan dengan baik. Bila hal ini dapat
dilakukan dengan baik, diharapkan angka kematian ibu dan perinatal dapat diturunkan.
Standarisasi memerlukan kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan
evaluasi berkala melalui suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui resiko ibu hamil dan bersalin
2. Untuk mengetahui konsep dasar pemantauan kesejahteraan janin.
3. Untuk mengetahui tata cara pemantauan kesejahteraan janin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c). Pernafasan
Gambaran pada respirasi janin adalah gerakan dinding pada paradoks. Selama
inspirasi dinding dada justru kolaps dan abdomen menonjol (Jhonson dkk.,). Ada 2
jenis gerakan pernapasan:
1. Nafas tersengal-sengal (gasps atau sighs) yg terjdi dgn frekuensi 1-4/mnt
2. Letupan gerakan nafas irreguler (irreguler bursts of breathing) yg terjadi dgn
laju sampai 240 siklus/mnt (Dawes, ).
d) Produksi Cairan Ketuban
Pemeriksaan cairan amnion pengkajian antepartum resiko kematian
janin ↓ perfusi uteroplasenta - aliran darah ginjal janin ↓ frekuensi
berkemih oligohidramion.
D. Auskultasi.
Selama kehamilan trimester II pengkajian DJJ terus dilakukan dengan
menggunakan stetoscope monocular atau stetoscope leanec. Teknik
pemeriksaannya sebagai berikut:
Tentukan letak atau posisi janin dengan menggunakan tekknik palpasi
menurut leopold II dan III.
Tempelkan stetoscope pada lokasi dimana diperkirakan jterletak punggung
atau dada janin.
Bedakan DJJ dengan denyut nadi ibu dengan cara meraba nadi di
pergelangan tangan ibu.
Hitung selama 5 detik, berhenti 5 detik, dan pada primigravidda
pergerakan janin dapat dirasakan pertama kali oleh ibu pada usia kehamilan
18-20 minggu, sedangkan pada multigravida dapat dirasakan pada 16
minggu.
Pada prima gravida, bising usus kadang-kadang dirasakan sebagai gerakan
janin.
Sementara dopller dapat digunakan untuk menentukan lokasi DJJ setiap saat
selama masa hamil. Denyut jantung janin dibawah 100 dpm (denyut per menit)
sangat jarang terjadi. Kondisi ini biasanya mengindikasi blok jantung
konginetal dan situasi ini perlu mendapat konsultasi medis. Denyut jantung di
atas 180 dpm secara terus menerus dapat terjadi pada janin yang mengalami
hidrops, suatu kondisi serius yang perlu mendapat konsultasi medis. Denyut
jantung janin yang tidak regular hamper selalu tidak berbahaya, tetapi perlu
dikonsultasikan. DJJ mudah ditemukan setelah minggu ke 26 gestasi.
Dengarkan denyut ini di tengah kuadran bawah pada kedua sisi abdomen. Jika
DJJ tidak terdengar di tempat ini, dengarkan dengan meletakkan fetoskop di
atas umbilicus, atau dengarkan denyut ini dipertengahan kuadran abdomen
bagian atas. Apabila DJJ ditemukan disalah satu kuadran abdomen bagian atas,
maka bayi muingkin berada di presentasi bokong.
E. USG (Ultrasonography)
USG merupakan alat bantu diagnostic yang semakin penting didalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, bahkan mungkin saja suatu saat alat USG ini
menjadi sepertis tetoskop bagi dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Salah satu
fungsi penting dari alat ini adalah menentukan usia gestasi dan pemantauan keadaan
janin (deteksi dini anomali). Pemeriksaan panjang kepala-bokong janin (CRL=
crown-rumplength) yang dilakukan pada kehamilan trimester pertama memiliki
akurasi dengan kesalahan kurang dari satu minggu dalam hal penentuan usia gestasi.
Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-satunya parameter tunggal untuk
penentuan usia gestasi dengan kesalahan terkecil. Pengukuran diameter biparietal
(DBP) atau panjang femur memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Manfaat lain
dari pemeriksaan USG adalah penapisan anomaly congenital yang dilakukan rutin
pada kehamilan 10–14 minggu dan 18–22 minggu. Janin-janin dengan kelainan
bawaan, terutama system saraf pusat dan jantung akan memberikan perubahan
dalam pola gerak janin dan hasil kardiotokografi. Jangan sampai kesalahan
interpretasi kardiotokografi terjadi akibat tidak terdeteksinya cacat bawaan pada
janin.
a) Tujuan EFM :
Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena menanggapi
lingkungan dan rangsangan lainnya.
Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik pada
selembar kertas.
Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan berisiko tinggi,
saat bayi berada dalam bahaya kesusahan.
Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang, persalinan
premature.
c) Interpretasi EFM
Pertimbangan interpretasi dipengaruhi
– Intrapartum/antepartum
– Fase persalinan (stage of labor)
– Usia kehamilan
– Presentasi janin Malpresentasi
Terapi induksi persalinan
Monitoring langsung atau tidak langsung
Janin normal : pada saat kontraksi : jika frekuensi denyut jantung tetap normal
atau meningkat dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak
ada hipoksia).
Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi
deselerasi / perlambatan, setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda
insufisiensi plasenta).
g) EFM Deselerasi
Perlambatan sementara dibawah tingkat basal 15dpm selama 15 detik.
Deselerasi Dini
Kompresi kepala pada jalan lahir
Penurunan DJJ dimulai saat kontraksi dan kembali ke basal setelah kontraksi
berakhir
Perlu diperhatikan terutama bila ditemukan pada awal proses persalinan atau
pemeriksaan antenatal
Jika ada deselerasi dini : dalam batas normal, observasi. Kemungkinan akibat
turunnya kepala, atau refleks vasovagal
Deselerasi Lambat
Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke
basal
Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya resiko asidosis arteri
umbilikalis dengan nilai Apgar <7 pada menit ke 5 dan meningkatkan resiko
serebral palsy.
Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera.