Anda di halaman 1dari 29

MELAKUKAN FORMAT PENGKAJIAN RESIKO

DAN MENGANALISIS KESEJAHTERAAN JANIN SELAMA KEHAMILAN DAN


PERSALINAN TERMASUK FETAL MONITORING
“Dalam Mata Kuliah Praktik Kebidanan”

OLEH :
KELOMPOK 2
1. SELLY SAGITA PUTRI
2. FENTI DWI SINTA
3. DEWI SURYANI
4. LILI SURYANI H

DOSEN PENGAMPU :
SEPTIWIYARSI, S.ST, M.KES

PROGRAM S1 KEBIDANAN TRANSFER


UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkan atas berkah dan rahmat dariAllah
SWT yang telah memberikat berkat kesehatan dan nikmat berfikir bagi kami untuk dapat
menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “melakukan format pengkajian resiko dan
menganalisis kesejahteraan janin”.

Makalah ini disusun untuk memberikan atau menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi pembacanya khususnya. Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih memiliki
banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki nan menambah penulisan dan
kelengkapan isi makalah ini.

Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi saya sendiri khususnya, teman-teman sependidikan kebidanan dan bagi siapapun yang
membacanya.

Jambi, Oktober 2020

Penulisbruar
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………......................1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………...........3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...........4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..........5

1.3 Tujuan ................………………………………………………………….......5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Melakukan Penggunaan Format Pengkajian Resiko........………………........6

2.2 Menganalisis Kesejahteraan Janin Selama Kehamilan dan Persalinan

Termasuk Penggunaan Fetal Monitoring…………………............................6

2.3 Pemantauan Kesejahteraan Janin Pada Persalinan............…..............8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..........20

3.2 Saran………………………………………………………………………....20

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendokumentasian merupakan hal terpenting bagi seorang tenaga kesehatan, terutama
bidan. Karena dengan pendokumentasian yang baik dan benar, bidan dapat menjadikan
dokumen-dokumen yang tersimpan sebagai barang bukti dan pelindung jika terjadi
sebuah konflik yang berhubungan dengan hukum.
Salah satu bentuk pendokumentasian yang sangat penting adalah format pengkajian
pada ibu hamil dan ibu bersalin. Jika hasil pengkajian, baik pada ibu hamil maupun pada
ibu bersalin, didokumentasikan dengan baik dan benar, maka dapat dijadikan sebagai
sumber ataupun acuan untuk asuhan selanjutnya.
Pengkajian janin harus dilakukan secara berkelanjutan selama kehamilan. Pengkajian
klinis & tehnologi sama-sama dapat memberikan gambaran janin yang berkaitan dgn
kesehatan dan kesejahteraan serta dapat mempermudah pengambilan keputusan klinis.
Perkembangan janin merupakan keajaiban alam ciptaan Tuhan, dan kini menjadi
perhatian dunia kedokteran. Dengan teknologi pencitraan kita dapat melihat
perkembangan fisik dan fungsi organ janin. Dengan demikian riset mengungkapkan
pengertian peranan janin pada implantasi, pengenalan ibu terhadap kehamilan, aspek
immunologi, fungsi endokrin, nutrisi dan persalinan. Beberapa tahun terakhir ini, angka
kematian dan kesakitan perinatal telah menurun secara signifikan, akan tetapi kematian
janin antenatal masih merupakan masalah. Kematian janin tidak selalu pada kelompok
kehamilan risiko tinggi, akan tetapi beberapa kematian tersebut terjadi pada kehamilan
dengan risiko rendah bahkan normal.
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin,
terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan
pemantauan janin, hal ini tampak nyata setelah era tahun 1960an. Sayangnya, data
epidemiologis menunjukkan hanya sekitar 10% kasus serebral palsi yang disebabkan oleh
gangguan intrapartum dapat dideteksi dengan pemantauan elektronik tersebut.
Angkamorbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indicator kualitas pelayanan
obstetric disuatu tempat atau negara. Angka mortalitas peri natal Indonesia masih jauh
diatas rata-rata Negara maju, yaitu 60– 170 berbanding kurang dari 10 per 1.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah
hipoksia intrauterin. Kardiotokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia
dan kematian intrauterine atau mengalami kerusakan neurologik , sehingga dapat
dilakukan tindakan untuk memperbaiki nasib neonatus.
Asuhan antenatal modern memerlukan tata laksana yang efisien, efektif, andal, dan
komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga medis dan paramedic yang melakukan asuhan antenatal dan
asuhan persalinan. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu pra syarat yang harus
dipenuhi agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang
dikaitkan dengan luaran perinatal dapat dilaksanakan dengan baik. Bila hal ini dapat
dilakukan dengan baik, diharapkan angka kematian ibu dan perinatal dapat diturunkan.
Standarisasi memerlukan kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan
evaluasi berkala melalui suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana melakukan format pengkaian resiko ibu hamil dan bersalin?
2. Bagaimana konsep dasar pemantauan kesejahteraan janin?
3. Bagaimana tata cara pemantauan kesejahteraan janin?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui resiko ibu hamil dan bersalin
2. Untuk mengetahui konsep dasar pemantauan kesejahteraan janin.
3. Untuk mengetahui tata cara pemantauan kesejahteraan janin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Melakukan Penggunaan Format Pengkajian Resiko


A. Pengertian
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien secara keseluruhan.
Bidan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus menggunakan format
pengkajian yang terstandar agar hasil pengkajian lebih relevan.

B. Hal-Hal Yang Di Kaji


1. Pada Ibu Hamil
a. Data Subjektif
1) Biodata Pasien
Hal-hal yang ditanyakan meliputi :
a) Nama pasien dan suami, untuk mempermudah bidan dalam
mengetahui pasien, sehinga dapat diberikan asuhan yang sesuai
dengan kondisi pasien, selain itu juga dapat mempererat hubungan
antara bidan dan pasien sehingga dapat meningkatkan rasa percaya
pasien terhadap bidan.
b) Umur, untuk mengetahui apakan pasien memiliki kehamilan yang
berisiko atau tidak, sehingga jika pasien berisiko dapat diantisipasi
sedini mungkin.
c) Suku dan Bangsa, untuk mengetahui kebudayaan dan
perilaku/kebiasaan pasien, apakah sesuai atau tidak dengan pola
hidup sehat.
d) Agama, untuk memotivasi pasien dengan kata-kata yang bersifat
religius, terutama pada pasien dengan gangguan pskologis
e) Pendidikan, untuk mengetahui jenjang pendidikan pasien maupun
suami sehingga bidan dapat menggunakan kata-kata yang sesuai
dengan jenjang pendidikan pasien/suami. Misalnya, penggunaan
bahasa pada pasien yang pendidikan terakhirnya hanya Sekolah
Dasar tentu saja berbeda dengan pasien yang pendidikan terakhirnya
S1 Kimia.
f) Pekerjaan, untuk mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga
saat diberikan asuhan dapat disesuaikan dengan kondisi
ekonominya.
g) Nomor telepon dan alamat, untuk mempermudah bidan dalam
memberikan asuhan dan menghubungi pasien dan suami.
h) Keluarga dekat yang mudah dihubungi, untuk mempermudah bidan
dalam memberikan asuhan jika terjadi keadaan gawat darurat dan
jika pasien dan suami sulit dihubungi.
2) Alasan Masuk Dan Keluhan Utama
Untuk mempermudah bidan dalam memberikan asuhan dan
menegakkan diagnosa pada tahap selanjutnya, apakah keluhan pasien
merupakan hal yang fisiologis atau patologis.
3) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui apakah kondisis menstruasi pasien normal atau
abnormal. Hal-hal yang ditanyakan, yaitu :

a) Menarche, yaitu menstruasi pasien pertama kali, pada umur berapa,


b) Siklus,
c) Banyaknya darah menstruasi,
d) Lamanya menstruasi, berapa hari, dan
e) Ada atau tidaknya dismenorrhoe (nyeri saat menstruasi).
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui apakah pasien baru pertama kali hamil atau
sudah pernah hamil, mendeteksi secara dini faktor-faktor risiko, dan
untuk mengetahui jalan lahir pasien normal atau tidak.
5) Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah/sedang menggunakan
kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang pernah digunakan ibu. Secara
tidak langsung dapat diketahui apakah kehamilan ibu saat ini diterima
atau tidak, baik oleh ibu maupun oleh suami dan keluarganya.
Indikasinya yaitu jika ibu sedang menggunakan kontrasepsi dan ibu
hamil, kemungkinan besar ibu tidak menerima kehamilannya, jika ibu
tidak sedang menggunakan kontrasepsi, maka ibu menerima
kehamilannya. Hal-hal yang ditanyakan, meliputi :
a) Jenis Kontrasepsi
b) Lama Pemakaiannya. Dan
c) Keluhan-keluhan yang ada setelah menggunakan kontrasepsi.
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kehamilan ibu saat
ini. Adapun hal-hal yang perlu dikaji, adalah :
a) Hari pertama haid terakhir (HPHT) dan taksiran persalinan (TP),
untuk mengethui usia kehamilan ibu saat berkunjung, kesesuaian
perbesaran perut dengan usia kehamilan, dapat mengklasifikasi
kehamilan ibu sesuai dengan trimesternya dan keluhan-keluhan
yang mungkin muncul.
b) Keluhan pada trimester I, trimester II, dan trimester III, untuk
mengetahui apakah keluhan-keluhan tersebut fisiologis atau
patologis.
c) Pergerakan janin pertama kali, secara tidak langsung dapat
mengetahui apakah ibu pertama kali hamil (primigravida) atau
sudah pernah hamil sebelumnya (multigravida) dan mengetahui
kesesuaian pergerakan janin dengan usia kehamilan, dan untuk
memantau perkembangan janin.
d) Pergerakan janin 24 jam terakhir, biasanya terasa pada usia
kehamilan 16 minggu ke atas (pada multigravida) dan 20 minggu ke
atas (primigravida), tujuannya adalah untuk memantau
perkembangan janin.
e) Keluhan yang dirasakan ibu, seperti :
(1) 5 L
(2) Mual dan muntah terus menerus
(3) Nyeri perut
(4) Sakit kepala berat
(5) Penglihatan kabur
(6) Rasa panas/nyeri BAK
(7) Gatal pada vulva
(8) Pengeluaran pervaginam
(9) Nyeri dan kemerahan pada tungkai
(10) Bengkak pada wajah, tangan dan kaki
7) Obat yang Dikonsumsi, untuk mengetahui obat/suplemen yang
dikonsumsi ibu selama hamil dan pengaruhnya terhadap kehamilan dan
kondisi ibu.
8) Imunisasi, untuk mengetahui apakah ibu sudah/belum mengimunisasikan
dirinya, sehingga kecil kemungkinan ibu dan janin terinfeksi.
9) Riwayat Kesehatan Ibu, untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita
ibu, riwayat alergi, dan riwayat penyakit jiwa.
10) Riwayat Kesehatan Keluarga, untuk mengetahui apakah ada keluarga ibu
yang menderita penyakit keturunan (diabetes melitus, hipertensi, dan
sebagainya), jika ada besar kemungkinan ibu dan/atau janin juga
mengalaminya, serta riwayat kehamilan kembar.
11) Riwayat Psikososial, untuk mengetahui keadaan emosional ibu. Hal-hal
yang dikaji, yaitu :
a) Kehamilan ini direncanakan/tidak,
b) Respon ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan,
c) Keadaan hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan tetangga, dan
d) Ada/tidaknya kekhawatiran-kekhawatiran khusus.
12) Riwayat Perkawinan, untuk mengetahui status/kondisi perkawinan ibu.
Hal-hal yang dikaji, yaitu :
a) Kawin pertama umur berapa, dan
b) Setelah kawin berapa lama baru hamil.
13) Keadaan Ekonomi, untuk mengetahui kondisi perekonomian ibu dan
keluarga-nya, sehingga bisa diberikan asuhan yang sesuai dan tidak
membebani ibu dan keluarganya. Hal-hal yang dikaji, yaitu :
a) Penghasilan per bulan,
b) Jumlah anggota keluarga yang ditanggung, dan
c) Penghasilan per kapita.
14) Kebiasaan Sehari-hari, untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari ibu,
meliputi :
a) Personal Hygiene,
b) Pola makan dan minum,
c) Pola eliminasi,
d) Pola istirahat,
e) Aktivitas sehari-hari,
f) Hubungan seksual, dan
g) Ada/tidaknya kebiasaan yang merugikan kesehatan.
15) Persiapan Kegawatdaruratan, untuk mempersiapkan penolong, ibu dan
keluarga jika terjadi keadaan gawat darurat, sehingga bisa diatasi dengan
cepat. Hal-hal yang dikaji, meliputi :
a) Pengambilan keputusan oleh siapa,
b) Tempat bersalin yang diinginkan,
c) Penolong yang diinginkan,
d) Persiapan donor darah,
e) Persiapan biaya, dan
f) Transportasi.
b. Data Objektif
Adapun hal-hal yang harus diperiksa oleh bidan adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Umum, meliputi :
a) Kesadaran ibu,
b) Berat bada sebelum hamil,
c) Berat badan sekarang, untuk mengetahui apakah ibu mengalami
obesitas atau kekurangan gizi,
d) Tinggi badan, dan
e) Lingkar Lengan Atas (LILA), untuk mengetahui apakah ibu
kekurangan gizi, normal, atau obesitas.
2) Tanda-tanda Vital (TTV), untuk mengetahui kondisi ibu apakah sedang
sakit atau baik-baik saja. Pemeriksaan TTV meliputi :
a) Tekanan darah,
b) Nadi,
c) Pernapasan, dan
d) Suhu.
3) Pemeriksaan Fisik, untuk mengetahui ada/tidaknya keabnormalan secara
fisik pada bagian tubuh ibu, dilakukan secara sistematis dari kepala
hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Kepala
(1) Inspeksi
(a) Rambut, lihat kebersihan kulit kepala dan rambut.
(b) Telinga, lihat kesimetrisan, kelengkapan, dan kebersihan
telinga,
(c) Mata, lihat kesimetrisan, kelengkapan, conjungtiva
pucat/tidak, dan kebersihan mata,
(d) Bibir, nilai keadaan bibir (stomatitis), kering/tidak,
(e) Mulut, nilai kebersihan mulut, pucat/tidak.
(f) Lidah, nilai kebersihan lidah,
(g) Gigi, nilai kebersihan gigi, ada/tidak karies dentis.
(h) Muka, nilai ada/tidaknya odema.
(2) Palpasi
Muka, nilai muka ada udem/tidak, tepatnya pada palpebra.
b) Leher
(1) Inspeksi, ada/tidak pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
(2) Palpasi, ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
c) Dada
(1) Inspeksi
(a) Mamae, nilai kesimetrisannya, hiperpigmentasi pada papilla
dan areolla, nilai papilla menonjol/tidak,
(b) Areolla, nilai hiperpigmentasinya.
(c) Kelenjar Montgomery, ada/tidak.
(2) Palpasi
(a) Benjolan, ada/tidaknya benjolan pada mamae, apakah ada
nodul-nodul pada mamae dan areolla,
(b) Apakah ada rasa nyeri saat dipalpasi, dan
(c) Nilai pengeluaran colostrum, dengan memencet areolla.
d) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Ada/tidaknya bekas jahitan/operasi,
(b) Nilai kesesuaian antara pembesaran perut dengan usia
kehamilan, dan
(c) Lihat ada/tidaknya striae dan linea.
(2) Palpasi
(a) Leopold :
 Leopold I, untuk mengetahui bagian apa yang ada pada
fundus dan menilai tinggi fundus uteri.
 Leopold II, untuk mengetahui bagian janin terhadap
dinding perut ibu.
 Leopold III, untuk mengetahui apakah bagian terbawah
jannin (kepala/bokong) masih bisa digerakkan/tidak.
 Leopod IV, untuk mengetahui sejauh mana kepala janin
telah turun/masuk ke panggul.
(b) Tinggi Fundus Uteri (TFU), untuk mengetahui apakah
perbesaran rahim sesuai/tidak dengan usia kehamilan atau
ada kemungkinan kehmilan kembar.
(c) Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ), untuk mengetahui
perkiraan berat badan janin.
(3) Auskultasi
(a) Detak Jantung Janin (DJJ), untuk memantau kesejahteraan
janin.
(b) Frekuensi
(c)  Irama
(d) Intensitas
(e) Punctum Maximum, untuk mengetahui posisi terjelas
terdengarnya DJJ.
e) Ekstremitas
(1) Ekstremitas Atas
(a) Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan
sebagainya.
(b) Palpasi, raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.
(2) Ekstremitas Bawah
(a) Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan
sebagainya.
(b) Palpasi, raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.
(c)  Perkusi, untuk menilai refleks patella kiri dan kanan.
f) Genitalia
Inspeksi :

(1) Vulva dan vagina, apakah ada udem, varises,


hipervaskularisasi, dan sebagainya.
(2) Pengeluaran pervaginam
(3) Perineum, lihat kebersihan perineum dan genitalianya.
4) Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium, untuk memeriksa kondisi ibu
apakah ada kelainan pada ibu atau tidak yang dapat mempengaruh
kondisi ibu dan janin. Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
a) Hemoglobin (Hb),
b) Protein Urin, dan
c) Glukosa Urin

2. Pada Ibu Bersalin


a. Data Subjektif
Data subjektif yang dikaji antara ibu hamil dan ibu bersalin tidak jauh
berbeda, yaitu menanyakan :
1) Biodata Pasien
a) Nama pasien dan suami
b) Umur
c) Suku dan Bangsa
d) Agama
e) Pendidikan
f) Pekerjaan
g) Nomor telepon dan alamat
h) Keluarga dekat yang mudah dihubungi

2) Alasan masuk dan keluhan utama


3) Riwayat menstruasi
a) Menarche, yaitu menstruasi pasien pertama kali, pada umur berapa,
b) Siklus,
c) Banyaknya darah menstruasi,
d) Lamanya menstruasi, berapa hari, dan
e) Ada atau tidaknya dismenorrhoe (nyeri saat menstruasi).
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
5) Kontrasepsi
a) Jenis kontrasepsi,
b) Lama pemakaiannya, dan
c) Keluhan-keluhan yang ada setelah menggunakan kontrasepsi.

6) Riwayat kehamilan sekarang


a) Hari pertama haid terakhir (HPHT) dan taksiran persalinan (TP)
b) Keluhan pada trimester I, trimester II, dan trimester III
c) Pergerakan janin pertama kali
d) Pergerakan janin 24 jam terakhir
e) Keluhan yang dirasakan ibu

7) Obat yang dikonsumsi


8) Imunisasi
9) Riwayat kesehatan ibu
10) Riwayat kesehatan keluarga
11) Riwayat psikososial
12) Riwayat perkawinan
13) Keadaan ekonomi
14) Kebiasaan sehari-hari
15) Persiapan kegawatdaruratan
b. Data Obyektif
Pemeriksaan yang dilakukan bidan terhadp ibu hamil dan ibu bersalin
adalah sama. Hanya saja pada ibu bersalin bidan harus melakukan
pemeriksaan tambahan yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan dalam.
Adapun hal-hal yang harus diperiksa oleh bidan adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan umum, meliputi :
a) Kesadaran ibu,
b) Berat bada sebelum hamil,
c) Berat badan sekarang
d) Tinggi badan, dan
e) Lingkar Lengan Atas (LILA)
2) Tanda-Tanda Vital, meliputi:
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Suhu, dan
d) Penafasan
3) Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Kepala
(1) Inspeksi
(a) Rambut, lihat kebersihan kulit kepala dan rambut,
(b) Telinga, lihat kesimetrisan, kelengkapan, dan kebersihan
telinga,
(c) Mata, lihat kesimetrisan, kelengkapan, conjungtiva
pucat/tidak, dan kebersihan mata,
(d) Bibir, nilai keadaan bibir (stomatitis), kering/tidak,
(e) Mulut, nilai kebersihan mulut, pucat/tidak,
(f) Lidah, nilai kebersihan lidah,
(g) Gigi, nilai kebersihan gigi, ada/tidak karies dentis.
(h) Muka, nilai ada/tidaknya udem.
(2) Palpasi
Muka, nilai muka ada udem/tidak, tepatnya pada palpebra.
b) Leher
(1) Inspeksi, ada/tidak pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
(2) Palpasi, ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
c) Dada
(1) Inspeksi
(a) Mamae, nilai kesimetrisannya, hiperpigmentasi pada papilla
dan areolla, nilai papilla menonjol/tidak,
(b) Areolla, nilai hiperpigmentasinya.
(c) Kelenjar Montgomery, ada/tidak.
(2) Palpasi
(a) Benjolan, ada/tidaknya benjolan pada mamae, apakah ada
nodul-nodul pada mamae dan areolla,
(b) Apakah ada rasa nyeri saat dipalpasi, dan
(c) Nilai pengeluaran colostrum, dengan memencet areolla.
d) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Ada/tidaknya bekas jahitan/operasi,
(b) Nilai kesesuaian antara pembesaran perut dengan usia
kehamilan, dan
(c) Lihat ada/tidaknya striae dan linea.
(2) Palpasi
(a) Leopold :
- Leopold I, untuk mengetahui bagian apa yang ada pada
fundus dan menilai tinggi fundus uteri.
- Leopold II, untuk mengetahui bagian janin terhadap
dinding perut ibu.
- Leopold III, untuk mengetahui apakah bagian terbawah
jannin (kepala/bokong) masih bisa digerakkan/tidak.
- Leopod IV, untuk mengetahui sejauh mana kepala janin
telah turun/masuk ke panggul.
(b) Tinggi Fundus Uteri (TFU), untuk mengetahui apakah
perbesaran rahim sesuai/tidak dengan usia kehamilan atau
ada kemungkinan kehmilan kembar.
(c) Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ), untuk mengetahui
perkiraan berat badan janin.
(3) Auskultasi
(a) Detak Jantung Janin (DJJ), untuk memantau kesejahteraan
janin.
(b) Frekuensi
(c) Irama
(d) Intensitas
(e) Punctum Maximum, untuk mengetahui posisi terjelas
terdengarnya DJJ.
e) Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
(a) Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan
sebagainya.
(b) Palpasi, raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.
2) Ekstremitas Bawah
(a) Inspeksi, lihat apakah ada tanda-tanda udem, varises, dan
sebagainya.
(b) Palpasi, raba apakah ada udem, varises, dan sebagainya.
(c) Perkusi, untuk menilai refleks patella kiri dan kanan.
f) Anogenitalia, tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
keadaan jalan lahir ibu, apakah normal atau abnormal.
1) Inspeksi
(a) Pemeriksaan Dalam
(1) Pembukaan Serviks
(2)  Portio
(3)  Ketuban
(4) Presentasi
(5) Posisi
(6) Penurunan
(7) Bagian Terkemuka
(b) Ukuran Panggul Dalam (UPD)
(1) Promotorium
(2) Linea Innominata
(3) Os Sakrum
(4) Dinding samping panggul
(5) Spina Ischiadica
(6) Arcus Pubis
(c) Ukuran Panggul Luar : Distantia Inter Tuberosum (DIT).
4) Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium, meliputi :
a) Hemoglobin (Hb),
b) Protein Urin, dan
c) Glukosa Urin

2.2 Menganalisis Kesejahteraan Janin Selama Kehamilan dan Persalinan Termasuk


Penggunaan Fetal Monitoring
1. Masa Kehamilan
A. Konsep Dasar Pemantauan Kesejahteraan Janin
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan
kehamilan dan persalinan. Teknologi yang begitu cepat berkembang memberikan
banyak harapan akan semakin baiknya kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,
melahirkan dan nifas. Kemajuan ini tidak mudah untuk diikuti oleh Negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia, selain mahalnya harga peralatan, juga
terbatasnya sumber daya manusia yang handal dalam pengoperasionalan alat canggih
tersebut.
B. Tata Cara Pemantauan Kesejahteraan Janin
Banyak cara yang dapat dipakai untuk melakukan pemantauan kesejahteraan
janin, dari cara sederhana hingga yang canggih. Pembahasan ini memang dibuat
sederhana agar mudah dipahami.
Beberapa hal yang diperiksa selama pemantauan kesejahteraan janin (aktifitas fisik
janin) :
a) Gerakan Janin
 Vindla dan James: aktivitas janin pasif tanpa rangsangan sudah dimulai sejak
minggu ke-7 dan menjadi lebih canggih dan terkoordinasi pada akhir
kehamilan.
 De Vries dkk.: mulai 8 minggu setelah haid terakhir, gerakan janin tidak
pernah berhenti dengan periode waktu lebih dari 13 menit.
 Soronkin, dkk.,: antara minggu ke-20 sampai 30, gerakan tubuh umum
menjadi lebih teratur & janin mulai memperlihatkan siklus istirahat-aktivitas.
 Pada trimester ketiga pematangan gerakan janin terus berlanjut sampai sekitar
36 minggu, pada saat ini, 80 % janin normal sudah dapat diketahui keadaan
perilakunya.
 Nijhuis dkk. Mempelajari pola frekuensi  denyut jantung janin, gerakan tubuh
umum, dan gerakan mata serta menjelaskan 4 keadaan perilaku janin :
1F : keadaan diam (tidur tenang), dengan variasi frekuensi DJJ yg sempit.
2F : gerakan kasar tubuh janin yg sering, gerakan mata kontinu, dan variasi
frekuensi DJJ yg lebih lebar. Analog dengan REM pada neonatus
3F : gerakan mata kuntinu tanpa gerakan tubuh & tdk ada akselarasi denyut
jantung
4F : gerakan kasar tubuh disertai gerakan mata kontinu dan akselarasi DJJ.
Setara dengan terjaga pada neonatus.
b). Observasi Gerak Janin
Pemantauan gerak janin sudah lama dilakukan dan banyak tata cara yang
diperkenalkan, tetapi tidak ada satu pun yang lebih superior dibanding lainnya.
Gerak janin ini dipantau sejak kehamilan 28 minggu setelah system susunan saraf
pusat dan autonom berfungsi dengan optimal. Pemantauan ini terutama dilakukan
pada kehamilan resiko tinggi terhadap terjadinya kematian janin atau asfiksia.
Misalnya pada kasus pertumbuhan janin terhambat. Ada dua cara pemantauan,
yaitu cara :
 Cara Cardiff
Pemantauan dilakukan mulai jam 9 pagi, tidur miring kekiri atau duduk,
dan menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai 10 gerakan
janin. Bila hingga jam 9 malam tidak tercapai 10 gerakan, maka pasien
harus segera kedokter/ bidan untuk penanganan lebih lanjut.
 Cara Sadovsky
Pasien tidur miring kekiri, kemudian hitung gerakan janin. Harus dapat
dicapai 4 gerakan janin dalam satu jam, bila belum tercapai, waktunya
ditambah satu jam lagi, bila ternyata tetap tidak tercapai 4 gerakan, maka
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter/ bidan.

c). Pernafasan
Gambaran pada respirasi janin adalah gerakan dinding pada paradoks. Selama
inspirasi dinding dada justru kolaps dan abdomen menonjol (Jhonson dkk.,). Ada 2
jenis gerakan pernapasan:
1.    Nafas tersengal-sengal (gasps atau sighs) yg terjdi dgn frekuensi 1-4/mnt
2.    Letupan gerakan nafas irreguler (irreguler bursts of breathing) yg terjadi dgn
laju sampai 240 siklus/mnt (Dawes, ).
d) Produksi Cairan Ketuban
Pemeriksaan cairan amnion  pengkajian antepartum  resiko kematian
janin  ↓ perfusi uteroplasenta  - aliran darah ginjal janin  ↓ frekuensi
berkemih  oligohidramion.

e). Frekuensi Denyut jantung


DJJ dipengaruhi oleh faktor anatomis, biomedis, farmakologis, kemoreseptor
dalam arteri karotik & arkus aortik. Reaktifitas DJJ dipengaruhi oleh usia gestasi
janin. Minggu ke-24 sampai ke-28 kira-kira 50% dari uji nonstres akan nonreaktif,
dan pada minggu ke-32 15% dari uji nonstres tetap nonreaktif (Druzim dan
Gabbe,).
C. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Dengan menggunakan meteran, cara ini akurat bila kehamilan memasuki usia
20 minggu, yaitu tinggi fundus uterus setinggi pusat. Hukum Mc Donald merupakan
metode yang dahulu digunakan untuk mengukur  tinggi fundus : jarak fundus-
simfisis dalam centimeter sama dengan minggu gestasi. Cara mengukurnya, garis
nol pada pita meteran, diletakkan pada tepi atas simpisis pubis. Kemudian di rentang
keatas melalui perut hingga mencapai fundus uteri. Tinggi fundus uteri dinyatakan
dengan centimeter.  Pada waktu fundus uteri setinggi pusat,  hasil pengukuran
berkisar 20 cm. Dan terjadi kenaikan tinggi fundus uteri  sebanyak kurang lebih 1
cm. Dengan demikkian apabila didapatkan hasil pengukuran setinggi 33 cm maka
usia kehamilannya diperkirakan sekitar 33 minggu. Cara pengukuran fundus ini juga
dapat dilakukan untuk pekiraan berat janin dengan rumus dari Jhonsonn Tausak :
(tinggi fundus uterus dalam cm – 12) x 155 = taksiran berat janin.

D. Auskultasi.
Selama kehamilan trimester II pengkajian DJJ terus dilakukan dengan
menggunakan stetoscope monocular atau stetoscope leanec. Teknik
pemeriksaannya sebagai berikut:
 Tentukan letak atau posisi janin dengan menggunakan tekknik palpasi
menurut leopold II dan III.
 Tempelkan stetoscope pada lokasi dimana diperkirakan jterletak punggung
atau dada janin.
 Bedakan DJJ dengan denyut nadi ibu dengan cara meraba nadi di
pergelangan tangan ibu.
  Hitung selama 5 detik, berhenti 5 detik,  dan pada primigravidda
pergerakan janin dapat dirasakan pertama kali oleh ibu pada usia kehamilan
18-20 minggu, sedangkan pada multigravida dapat dirasakan pada 16
minggu.
 Pada prima gravida, bising usus kadang-kadang dirasakan sebagai gerakan
janin.
Sementara dopller dapat digunakan untuk menentukan lokasi DJJ setiap saat
selama masa hamil. Denyut jantung janin dibawah 100 dpm (denyut per menit)
sangat jarang terjadi. Kondisi ini biasanya mengindikasi blok jantung
konginetal dan situasi ini perlu mendapat konsultasi medis. Denyut jantung di
atas 180 dpm secara terus menerus dapat terjadi pada janin yang mengalami
hidrops, suatu kondisi serius yang perlu mendapat konsultasi medis. Denyut
jantung janin yang tidak regular hamper selalu tidak berbahaya, tetapi perlu
dikonsultasikan. DJJ mudah ditemukan setelah minggu ke 26 gestasi.
Dengarkan denyut ini di tengah kuadran bawah pada kedua sisi abdomen. Jika
DJJ tidak terdengar di tempat ini, dengarkan dengan meletakkan fetoskop di
atas umbilicus, atau dengarkan denyut ini dipertengahan kuadran abdomen
bagian atas. Apabila DJJ ditemukan disalah satu kuadran abdomen bagian atas,
maka bayi muingkin berada di presentasi bokong.
E. USG (Ultrasonography)
USG merupakan alat bantu diagnostic yang semakin penting didalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, bahkan mungkin saja suatu saat alat USG ini
menjadi sepertis tetoskop bagi dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Salah satu
fungsi penting dari alat ini adalah menentukan usia gestasi dan pemantauan keadaan
janin (deteksi dini anomali). Pemeriksaan panjang kepala-bokong janin (CRL=
crown-rumplength) yang dilakukan pada kehamilan trimester pertama memiliki
akurasi dengan kesalahan kurang dari satu minggu dalam hal penentuan usia gestasi.
Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-satunya parameter tunggal untuk
penentuan usia gestasi dengan kesalahan terkecil. Pengukuran diameter biparietal
(DBP)  atau panjang femur memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Manfaat lain
dari pemeriksaan USG adalah penapisan anomaly congenital yang dilakukan rutin
pada kehamilan 10–14 minggu dan 18–22 minggu. Janin-janin dengan kelainan
bawaan, terutama system saraf pusat dan jantung akan memberikan perubahan
dalam pola gerak janin dan hasil kardiotokografi. Jangan sampai kesalahan
interpretasi kardiotokografi terjadi akibat tidak terdeteksinya cacat bawaan pada
janin.

F. EFM (Electronic Fetal Monitoring)


EFM merupakan metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam rahim dengan
mencatat setiap perubahan yang tidak biasa dalam denyut jantung
nya. Menggunakan dua elektrode yang dipasang pada fundus (untuk menilai aktifitas
uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada perut
ibu. Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his / kontraksi maupun pada saat
di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan antara denyut jantung dan tekanan
intrauterin.

a) Tujuan EFM :
 Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena menanggapi
lingkungan dan rangsangan lainnya.
 Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik pada
selembar kertas.
 Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan berisiko tinggi,
saat bayi berada dalam bahaya kesusahan.
 Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang, persalinan
premature.

b) Indikasi Pemeriksaan EFM :


 Oligohidramnion Hipertensi
 FHR abnormal
 Malpresentasi dalam persalinan
 DM, Kehamilan ganda
 Persalinan bekas SC
 Trauma abdomen
 Ketuban pecah lama
 Air ketuban kehijauan
 Kehamilan resiko tinggi
 Induksi persalinan
 Persalinan prematur

c) Interpretasi EFM
 Pertimbangan interpretasi dipengaruhi
–    Intrapartum/antepartum
–    Fase persalinan (stage of labor)
–    Usia kehamilan
–    Presentasi janin   Malpresentasi
 Terapi induksi persalinan
 Monitoring langsung atau tidak langsung
 Janin normal : pada saat kontraksi : jika frekuensi denyut jantung tetap normal
atau meningkat dalam batas normal, berarti cadangan oksigen janin baik (tidak
ada hipoksia).
 Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi justru terjadi
deselerasi / perlambatan, setelah kontraksi kemudian mulai menghilang (tanda
insufisiensi plasenta).

d) Interpretasi Dasar EFM


 Rerata djj (FHR) dalam keadaan stabil kecuali akselerasi dan deselerasi (110-160
dpm)
 Takikardia
 Bradikardia
Baseline Variability
 Normal                5 bpm antar kontraksi
 Ragu                     5 bpm selama < 30 menit
 Abnormal             < 5 bpm selama 90 menit

e) Kriteria Hasil EFM


 Hasil Normal
 Detak jantung bayi yang belum lahir ini biasanya berkisar 120-160 denyut per
menit (bpm)
 Seorang bayi yang menerima cukup oksigen melalui plasenta akan bergerak di
sekitarnya.
 Strip monitor akan menunjukkan detak jantung bayi meningkat sebentar saat ia
bergerak (seperti denyut jantung orang dewasa meningkat ketika ia bergerak).
 Strip monitor bayi dianggap reaktif ketika detak jantung bayi meningkat
setidaknya 20 bpm di atas denyut jantung dasar minimal 20 detik.
 Hal ini harus terjadi setidaknya dua kali dalam periode 20 menit.
 Pelacak denyut jantung reaktif (juga dikenal sebagai tes non-stres reaktif)
dianggap sebagai tanda baik bayi.

 Hasil Tidak Normal


 Jika denyut jantung bayi turun sangat rendah atau naik sangat tinggi, hal ini
menandakan masalah serius. Dalam kedua kasus ini jelas bahwa bayi dalam
kesusahan dan harus disampaikan segera. Namun, banyak bayi yang mengalami
masalah tidak memberikan tanda-tanda yang jelas seperti itu.
 Selama kontraksi, aliran oksigen (dari ibu) melalui plasenta (untuk bayi) untuk
sementara dihentikan. Seolah-olah bayi harus menahan napas selama setiap
kontraksi. Baik plasenta dan bayi yang dirancang untuk menahan kondisi ini.
Antara kontraksi, bayi harus menerima lebih dari oksigen yang cukup untuk
melakukannya dengan baik selama kontraksi.
 Tanda pertama bahwa bayi tidak mendapatkan cukup oksigen antara kontraksi
seringkali penurunan detak jantung bayi setelah kontraksi (deselerasi akhir).
Detak jantung bayi pulih ke tingkat normal antara kontraksi, hanya untuk drop
lagi setelah kontraksi berikutnya. Ini juga merupakan tanda lebih halus dari
marabahaya.
 Bayi-bayi ini akan melakukannya dengan baik jika mereka disampaikan dalam
waktu singkat. Kadang-kadang, tanda-tanda berkembang jauh sebelum
pengiriman diharapkan. Dalam kasus itu, C-section mungkin diperlukan.
f) EFM Akselerasi
 Akselerasi – peningkatan sesaat FHR  15 dpm selama sekurangnya 15 detik
 Arti klinis tidak ditemukannya akselerasi pada KTG normal masih belum jelas
 Ditemukannya akselerasi pada KTG memiliki korelasi dengan outcome janin
(bayi) yang baik

g) EFM Deselerasi
Perlambatan sementara dibawah tingkat basal 15dpm selama 15 detik.
 Deselerasi Dini
 Kompresi kepala pada jalan lahir
 Penurunan DJJ dimulai saat kontraksi dan kembali ke basal setelah kontraksi
berakhir 
 Perlu diperhatikan terutama bila ditemukan pada awal proses persalinan atau
pemeriksaan antenatal
 Jika ada deselerasi dini : dalam batas normal, observasi. Kemungkinan akibat
turunnya kepala, atau refleks vasovagal
 Deselerasi Lambat
 Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi uterus telah kembali ke
basal
 Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya resiko asidosis arteri
umbilikalis dengan nilai Apgar <7 pada menit ke 5 dan meningkatkan  resiko
serebral palsy.
 Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera.

Penyebab deselerasi lambat :


o   Insufisiensi akut dan kronik pembuluh feto-plasenter
o   Terjadi pada kontrasi uterus yang memanjang
o   Dirangsang oleh hipoksemia
o   Dihubungkan dengan asidosis metabolik dan respiratorik
o   Biasanya ditemukan pada pasien hipertensi/preeklampsiaCommon pada pasien
dengan PIH, DM, IUGR atau lainnya, diabetes mellitus dari kekurangan plasenta.
 Deselerasi variabel
 Konfigurasi FHR tidak ritmik dan konsisten
 Rule of 60 (decrease of 60 bpm,or rate of 60 bpm and longer than 60 sec)
 Disebabkan oleh kompresi tali pusat atau plasenta
 Sering ditemukan pada keadaan oligohidramnion atau ketuban pecah dini
 Sering menimbulkan RDS/Sindroma distres pernafasan meskipun ringan
 Potensial menimbulkan asidosis bila muncul berulang kali
 Jika ada deselerasi variabel (seperti deselerasi dini tetapi ekstrim), hal ini
merupakan tanda keadaan patologis misalnya akibat kompresi pada tali pusat
(oligohidramnion, lilitan tali pusat, dan sebagainya). Juga indikasi untuk
terminasi segera.
 Batasan waktu untuk menilai deselerasi : tidak ada.
 Seharusnya penilaian ideal sampai waktu 20 menit, tapi dalam praktek, kalau
menunggu lebih lama pada keadaan hipoksia atau gawat janin akan makin
memperburuk prognosis
  Kalau grafik denyut datar terus : keadaan janin non-reaktif.
  Uji dengan bel ("klakson"…ngooook), normal frekuensi denyut jantung akan
meningkat.

h). Masalah dan kenyataan penggunaan EFM


 Pemantauan denyut jantung janin secara elektronik saat ini “harus” dilakukan pada
kehamilan resiko tinggi.
 Masalah perbedaan interpretasi termasuk “over confidence” ditemukan tidak hanya
antar dokter pemeriksa tetapi pada seorang pemeriksa yang memeriksa hasil KTG
yang sama 2 kali
 Meningkatkan kejadian seksio sesarea (RR 1.41)
 Meningkatkan persalinan bedah obstetrik pervaginam (RR 1.20)
 Tidak mempengaruhi kejadian cerebral palsy
 Menurunkan rerata kejang neonatorum (RR 0.51)
 Tidak mempengaruhi nilai APGAR

2.Pemantauan Kesejahteraan Janin Pada Persalinan


Ada dua monitoring yang bisa dilakukan untuk memantau kesejahteraan janin selama
masa persalinan yaitu :
1. Monitoring Eksternal : Pada tahap persalinan awal, pada pinggang akan dililitkan 2
tali pinggang yang tebal. Satu tali pinggang untuk tempat meletakkan peralatan USG
yang akan mendeteksi bunyi jantung janin dan ikat pinggang yang lainnya untuk
tempat peralatan sensor tekanan untuk mendeteksi kekuatan serta lama kontraksi.
Kedua ikat pinggang ini disambungkan oleh kabel ke mesin yang akan merekam dan
mencetak data bunyi jantung janin serta kontraksi ibu hamil. Ikat pinggang ini
mungkin dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman namun tekhnologi baru
(telemetri) saat ini telah mampu mendeteksinya dengan memakai remote control,
sehingga ibu hamil dapat berjalan-jalan dan tidak perlu berbaring terus menerus.
2. Monitoring Internal : monitoring semacam ini juga disebut  foetal scalp
monitoring dan hasilnya lebih akurat dibanding dengan monitoring eksternal.
Monitoring ini dapat dilakukan selama persalinan berlangsung terutama pada ibu
hamil beresiko tinggi. Bila ketuban belum pecah, maka ketuban ibu hamil akan dibuat
pecah dan sebuah kawat berisi elektroda kecil akan dimasukkan melalui vagina dan
mulut rahim untuk diletakkan pada kepala bayi. Kawat ini akan dihubungkan ke
monitor dan ditempelkan pada paha ibu hamil. Elektroda akan menangkap bunyi
jantung janin yang kemudian kan dicetak oleh computer. Setelah persalinan selesai,
mungkin akan terdapat semacam memar atau guratan kecil pada kepala bayi di bekas
tempat elektroda tersebut diletakkan. Bekas luka ini akan membaik dengan sendirinya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemantauan kesejahteraan janin memegang peranan penting di dalam pengawasan
kehamilan dan persalinan. Pemantauan ini seharusnya sudah dilakukan sejak kehamilan
trimester pertama hingga trimemester ketiga dan saat persalinan. Metode sederhana seperti
pemantauan gerak janin dan mendengarkan DJJ dapat membantu mendeteksi abnormalitas
secara dini asalkan dilakukan dengan benar. Alat bantu diagnostik canggih bukan merupakan
sesuatu yang harus disediakan karena masih banyak hal penting lain yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan janin serta kualitas pelayanan kesehatan di
Indonesia. Pemeriksaan KTG saja tidak cukup untuk menilai kesejahteraan janin.
Penambahan pemeriksaan volume cairan amnion merupakan prasyarat minimal yang harus
ditambahkan pada pemeriksaan KTG. Pemeriksaan profil biofisik telah terbukti
meningkatkan ketepatan evaluasi kesejahteraan janin. Mengingat dampak jangka panjang dari
hipoksia intrauterin terhadap janin, maka hasil pemeriksaan KTG beserta interpretasinya
disarankan untuk disimpan selama 25 tahun. Pelatihan pemantauan kesejahteraan janin yang
terstandarisasi akan meningkatkan kualitas pelayanan berbasis pendidikan dan penelitian.
3.2 Saran
1. Diharapkan dapat mempelajari dan memahami tentang penggunaan format pengka
jian resiko dan menganalisis kesejahteraan janin selama kehamilan dan persalinan
2. Dalam bidang kebidanan, menganalisis kesejahteraan janin itu penting dan
diharapkan mampu membuat konsep teoritis dalam menganalisis dan mengkaji
resiko- resiko yang terjadi pada ibu hamil dan bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC


Rayburn, William F dkk. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Suyono, Y. Joko. 1995. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Diposting oleh Mayah di 06.53
 http://sahabatsejatimayah.blogspot.com/2013/02/makalah-pemantauan-kesejahteraan-
janin.html
https://zaifbio.wordpress.com/2014/11/25/pemantauan-kesejahteraan-janin-selama-
kehamilan/
http://ani-ajaaa.blogspot.com/2011/05/kesejahteraan-janin-askeb-1-kehamilan.html

Anda mungkin juga menyukai