Anda di halaman 1dari 97

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus ini. Sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Fisiologis yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY. E
G3P2A0 HAMIL 38 MINGGU DENGAN ANEMIA RINGAN” di Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I Jakarta Utara.

Pada kali kesempatan ini penulis menyampaikan ucapakan terima kasih yang
terhormat:

1. Ibu Niken Purbowati, SST, M.Kes selaku pembimbing institusi yang telah
memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, serta dukungan moral sehingga
penulis mampu menyelesaikan laporan kasus ini sampai dengan selesai.
2. Ibu drg.Filma Espin selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Penjaringan I yang
telah memberikan kritik, saran, motivasi, serta dukungan moral sehingga penulis
mampu menyelesaikan laporan kasus ini sampai dengan selesai.
3. Bidan Susnia Josnani O.K selaku C.I Ruang Bersalin yang telah membimbing
kami dalam pengambilan kasus ini.
4. Seluruh kakak bidan di Puskesmas Kelurahan Penjaringan 1, yang telah dengan
sabar membimbing dan mengajarkan kami agar menjadi lebih baik lagi, dan
khususnya kepada Kak Iswatuti Amd.Keb selaku pembimbing lahan penyusunan
laporan kasus ini.
5. Keluarga Ny. E yang telah bersedia bekerjasama dalam pembuatan laporan kasus
ini.

Penulis menyadari kemampuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis


miliki, sehingga penyusunan laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun guna untuk perbaikan laporan kasus ini. Diharapkan
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta , 20 Mei 2018

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Fisiologis Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir Pada Ny. E
G3P2A0 Hamil 38 Minggu dengan Anemia ringan di Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I

Laporan Tindakan ini telah diperbaiki oleh penulis sesuai dengan masukan
Pembimbing Lahan Praktik dan Dosen Pembimbing Praktik untuk disetujui
sebagai Laporan Tugas Kelompok Praktik Kebidanan Fisiologis di Puskesmas
Kelurahan Penjaringan I.

Jakarta, 20 Mei 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Pembimbing Lahan Praktik Dosen Pembimbing Praktik Institusi

Clinical Instructure / Kepala Ruangan

Susnia J.O.K Niken Purbowati, SST, M.Kes

NIP. 196509191992032006 NIP. 198010012006042017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada proses persalinan terjadi serangkaian perubahan besar yang
terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Tujuan
dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman
bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi. 1
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, akan tetapi persalinan juga dapat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai serta asuhan
dari petugas kesehatan terutama bidan. 2
Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian ibu di dunia yaitu
289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
berkisar 359/100.000 kelahiran atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan
dengan kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228/100.000 penduduk. Di
Jakarta sendiri Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 yaitu 97 jiwa. Jumlah
kejadian kematian tertinggi yaitu di Jakarta Timur sebanyak 34 kematian ibu
dan Jakarta Utara dengan 23 kematian ibu. 3
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Cakupan secara nasional
pada tahun 2014 yaitu sebesar 88,68% dimana angka ini belum dapat
memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2014 yakni sebesar
90%. Di DKI Jakarta sendiri sebesar 97,19 %. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan dapat mencegah terjadinya komplikasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi. 4
Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selalu
meningkat dari tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang
menyebabkan kematian ibu antara lain perdarahan (30,3%), hipertensi
m(27,1%), Infeksi (7,3%), dan lain-lain (40,8%). Penyebab lain-lain yang
dimaksud adalah penyebab kematian ibu secara tidak langsung, seperti
penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang diderita
ibu. 3
Perdarahan merupakan penyebab utama 30,3% kematian ibu di
Indonesia. Perdarahan biasanya terjadi pada ibu dengan anemia terutama pada
anemia berat. Anemia pada persalinan dapat menyebabkan banyak
komplikasi, seperti kala 1 memanjang, maupun inersia uteri. Kelainan his
seperti inersia uteri dapat menyebabkan terganggunya proses persalinan.
Dengan demikian bidan harus melakukan pemantauan ketat kesejahteraan ibu
dan janin.5
Disamping itu setiap tahun diperkirakan ada sejumlah 4.608.000 bayi
dilahirkan dan 100.454 diantanya meninggal dunia pada masa neonatal atau
sebelum usia 1 bulan yang diantaranya disebabkan oleh asfiksia, BBLR (berat
berat badan lahir rendah ), sepsis, trauma kelahiran, dan kelainan kogenital.
Dengan kata lain setiap 5 menit satu bayi meninggal di Indonesia oleh
berbagai sebab.6
Menurut sumber data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
pusdatin jakarta 2011 jumlah ibu nifas di indonesia sebanyak 4,830,609 jiwa,
dan yang memperoleh kunjungan masa nifas dengan cakupan 38%. Di negara
berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah
persalinan, dan 50% diantaranya terjadi dalam 24 jam pertama9
Masa nifas hari pertama adalah masa kritis yang rentan sekali terjadi
perdarahan, karena kontraksi uterus yang lemah akibat berkurangnya kadar
oksitosin yang di sekresi oleh kelenjar hipofise posterior, maka asuhan masa
nifas pada masa ini sangat di perlukan. Salah satu merangsang oksitosin
adalah dengan cara rangsangan pada puting atau menyusui. Diperkirakan
bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama yang sebagian basar
disebabkan karena perdarahan post partum10. Anemia pada saat ibu sedang
hamil ikut mempengaruhi angka kejadian perdarahan pada saat postpartum
yang akan berdampak pada ibu post partum.
Berdasarkan uraian data diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji
tentang asuhan persalinan, bayi baru lahir dan nifas dengan ibu anemia di
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan
pada kasus Ny. E G3P2A0 hamil 38 minggu.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari berbagai sumber
yang berhubungan dengan kondisi klien.
b. Mengidentifikasi dengan benar terhadap masalah atau diagnosa
dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atau
data-data yang telah dikumpulkan.
c. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.
d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh untuk klien berdasarkan
masalah yang ada dan langkah-langkah sebelumnya.
f. Melaksanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada perencanaan dan dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

1.3.Manfaat Penulisan
1. Bagi Lahan Praktik
Dengan adanya presentasi kasus ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada lahan praktik mengenai asuhan kebidanan yang
diberikan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi.
2. Bagi Mahasiswa
Bagi Program studi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta
3 diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa jurusan
kebidanan untuk melakukan asuhan kebidanan persalinan, nifas dan
bayi baru lahir normal.
3. Bagi klien/Masyarakat
Bagi klien atau masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan ibu dan bayi setelah dilakukan asuhan kebidanan
persalinan, nifas dan bayi baru lahir normal.
1.3 Waktu dan Tempat
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2018 sampai dengan 11 Mei
2018 di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 TEORI PERSALINAN


2.1.1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu. Setelah
persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.

2.1.2. Sebab-sebab Terjadinya persalinan


Hal-hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum
diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks.
Adapun teori teori sebab sebab terjadinya persalinan adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan kadar progesterone
Saat usia kehamilan diatas 28 minggu Produksi
progesterone mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai
berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan progesterone
tertentu.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim.
Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Oxytosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Perubahan keseimbangan kedua hormone estrogen dan progesterone
dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton hicks.
c. Teori distensi Rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta menjadi degenerasi.
d. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua di anggap menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan.
e. Lightening
Terbenamnya kepala janin ke dalam rongga panggul karena
berkurangnya tempat di dalam uterus dan sedikit melebarnya
symphisis. Keadaan ini sering mengalami keluhan pernafasan serta
heartburn.
f. Kontraksi Braxton-Hicks
Kontraksi Braxton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan
mudah dirangsang itu menimbulkan distensi dinding abdomen
sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi
lebih peka terhadap rangsangan.
g. Kortisol Janin
Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan
peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan akfifitas
kortisol, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan
untuk proses persalinan.

2.1.3. Mekanisme Persalinan12


Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan
untuk melewati panggul (seven cardinal movements of labor)
a. Engagement
Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin
(biasanya kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah
terjadi ketika bagian terendah janin telah memasuki station nol atau
lebih rendah. Pada nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal
persalinan. Namun, pada multipara dan beberapa nulipara,
engagement tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai.
b. Descent
Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati
panggul. Descent atau penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu
tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada
janin dan kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat
persalinan, dengan sumbu jalan lahir :
o Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan
sumbu jalan lahir
o Asinklistismus anterior : Kepala janin mendekat ke arah
promontorium sehingga os parietalis lebih rendah.
o Asinklistismus posterior : Kepala janin mendekat ke arah
simfisis dan tertahan oleh simfisis pubis.

Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus posterior), Sumber: Cunningham et. al.
William Obstetrics 23rd Edition

c. Fleksi (flexion)
Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh
serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal
fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini
disebabkan oleh
o Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk
mengarah ke dada.
o Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang
belakang sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi
kepala.
o Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus
sehingga dagu lebih menempel pada tulang dada janin .
o Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima
tahanan sehingga memaksa kepala janin mengubah
kedudukannya menjadi fleksi untuk mencari lingkaran kecil
yang akan melalui jalan lahir (Cunningham dkk, 2013;
McKinney, 2013).
d. Putaran paksi dalam (internal rotation)
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika.
Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah
lengkung pubis dan kepala berputar saat mencapai otot panggul
(Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).
e. Ekstensi (extension)
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan
bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan
lahir akibat ekstensi.
f. Putaran paksi luar (external rotation)
Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput
anterior, bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan
diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai
rotasi internal bahu bayi.
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis
ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah
simfisis pubis.
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. POWER (Kekuatan Ibu)
His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan
ibu keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus
berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang.
Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika
intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement
(ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan
kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada
Adeno Triphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah
penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan
kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan kontraksi miofibril.
Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga
kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan relaksasi
miofibril.
Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat
untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong
janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif,
kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi
fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih
lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus.
Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan
oleh parturien, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya
bersifat koordinatif.
 Kekuatan his kala I bersifat
- Kontraksi bersifat simetris.
- Fundus dominan.
- Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
- Kekuatan makin besar
- Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
- Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak
sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks
uteri dengan kecepatan 2 cm per detik.
 Kekuatan his kala II

Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala


dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3-4 menit, durasi
berkisar 60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi
dalam, penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks
di mana terdapat fleksus frikenhauser sehingga terjadi reflek
mengejan.

 Kekuatan his kala III


Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk
melepaskan plasenta dari insersinya.
 Kekuatan his kala IV
Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat dengan
amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak
diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat
dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran
darah postpartum (Wiknjosastro, 2002).
B. PASSAGE (Keadaan jalan lahir)
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran
bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor
yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam
atau sectio sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran
normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat
badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi
kesulitan dalam persalinan pervaginam.

C. PASSANGER (JANIN)

Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan


keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling
banyak mengalami cedera pada persalinan

D. PSIKOLOGI

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah


benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-
olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap
sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang
nyata. Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan
persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat,
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

E. PENOLONG

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah


mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.

2.1.5. Tahapan-tahapan Persalinan


A. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
o Fase Laten Persalinan11

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan


dan pembukaan serviks secara bertahap. Frekuensi dan lama
kontraksi uterus umumnya jarang (kontraksi dianggap adekuat
atau memadai jika terjadi 2x atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung-langsung selama 25 detik atau lebih). Pembukaan
serviks kurang dari 4 cm. Biasanya berlangsung hingga 8 jam.

o Fase Aktif Persalinan11

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat


(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3x atau
lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung-langsung selama
40 detik atau lebih). Serviks membuka dari 4-10 cm, biasanya
dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga pembukaan
lengkap. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Fase aktif persalinan dibagi menjadi 3.13

- Fase Akselerasi : Dalam waktu 3 jam pembukaan serviks


dari 3 cm menjadi 4 cm.
- Fase Dilatasi Maksimal: Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
- Fase Deselerasi: Pembukaan menjadi lambat kembali
dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada


multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase
aktif, dan fase deselari menjadi lebih pendek. Mekanisme
membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multi
gravida, pada yang pertama ostium uteri intemum akan
membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum membuka.
Pada multi gravida, ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.
Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

Ketuban akan pecah dengan sendirinya, ketika pembukaan


hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau sudah
lengkap. Bila ketuban pecah sebelum pembukaan mencapai 5
cm, disebut ketuban pecah dini.

Kala 1 selesai apabila, pembukaan serviks uteri telah


lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 12
jam sedangkan pada multi kira-kira 7 jam.

Tabel penilaian dan intervensi Kala I

Selain kondisi di atas, ada beberapa tindakan yang sering


dilakukan namun sebenarnya tidak banyak membawa manfaat
bahkan justru merugikan, sehingga tidak dianjurkan melakukan
hal-hal berikut:

 Kateterisasi kandung kemih rutin


Dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Lakukan
hanya jika ada indikasi.
 Posisi terlentang
Dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran darah
uterus sehingga kontraksi melemah
 Mendorong abdomen
Menyakitkan bagi ibu dan meningkatkan risiko ruptura uteri
 Mengedan sebelum pembukaan serviks lengkap
Dapat menyebabkan edema dan laserasi serviks

B. Kala II 13

Kala II persalinan adalah kala pengeluaran bayi, di mulai dari


pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya di
tambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosa persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan
kepala janin sudah tampak pada vulva. Kontraksi selama kala dua adalah
sering, kuat dan sedikit lebih lama yaitu kira-kira 3 kali dalam 10 menit
yang berlangsung selama 35 detik.

Tanda dan gejala Kala II

 Dorongan meneran
 Tekanan anus
 Perineum menonjol
 Vulva membuka

C. Kala III 13

Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir


dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga persalinan,
otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran
rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran
rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi
plasenta. Karena tempat implantasi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal dan
dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.

 Manajemen Aktif Kala Tiga

Bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih


efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga
persalinan dan mengurangi kehilangan darah. Sebagian besar
kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh
perdarahan pasca persalinan, dimana sebagian besar disebabkan
oleh atonia uteri dan retentio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan menejemen kala tiga.

Manajemen aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah utama :


 Pemberian suntikan oksitosin
 Melakukan penegangan tali pusat terkeldali
 Massage Fundus uteri

D. Kala IV13

Kala IV dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama


postpartum. Pada Kala ini ibu baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi
untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.

Rata-rata perdarahan yang normal pada persalinan adalah 250cc.


Sementara perdarahan persalinan yang lebih dari 500 cc adalah
perdarahan abnormal. Kemudian evaluasi adanya laserasi pada
vagina dan perineum serta lakukan penjahitan bila terjadi laserasi
dan menyebabkan perdarahan aktif.
Selanjutnya, observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama
1 jam pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit, hal
ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum
(Haemoragic Post Partum). Observasi yang dilakukan melihat
tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda tanda vital (tekanan darah, nadi
dan pernapasan), kontraksi uterus dan jumlah pendarahan serta
pengecekan kandung kemih.

2.1.6. Derajat Laserasi Perineum


Terdapat 4 tingkat robekan yang terrjadi pada persalinan adalah :11
A. Tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak
perlu dijahit.

B. Tingkat II mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot di


bawahnya.

C. Tingkat III mengenai m. sfingter ani.

D. Tingkat IV mengenai mukosa rektum.

Klasifikasi Derajat Robekan/Laserasi Perineum menurut buku saku


maternal11
Derajat Penjelasan

1 Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja

2 Melibatkan kerusakan pada otot-otot perineum, tetapi tidak


melibatkan kerusakan sfringter ani
3 Kerusakan pada otot sfringter ani

3a : robekan <50% sfringter ani eksterna

3b : robekan >50% sfringter ani eksterna

3c : robekan juga meliputi sfringter ani interna

4 Robekan stadium tiga disertai robekan epitel anus

2.1.7. Sebab Terjadinya Robekan Perineum13


A. Faktor Maternal
 Tetania uteri
Tetania Uteri adalah his yang terlampau kuat dan terlalu
sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya partus presipitatus. Akibatnya
terjadilah luka- luka jalan lahir yang luas pada serviks, vagina
dan perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan
intrakranial. Pada presipitatus tidak banyak yang dapat
dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi
saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan
meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Akibat dari partus presipitatus antara lain terjadinya
robekan perineum bahkan robekan serviks yang dapat
mengakibatkan perdarahan pasca persalinan, cedera kepala bayi
dan depresi bayi.
 Mengejan Terlalu Kuat
Pada saat persalinan diperlukan tenaga/power dari ibu
bentuk dorongan meneran. Dorongan meneran tersebut muncul
bersamaan dengan munculnya his atau kontraksi rahim. His
yang bagus dapat memebuka jalan lahir dengan cepat, namun
hal ini dipengaruhi cara ibu mengejan, artinya jika hisnya
bagus tetapi ibu menerannya tidak kuat maka tidak akan terjadi
pembukaan jalan lahir. Sedangkan jika ibu mengejan terlalu
kuat saat melahirkan kepala yang merupakan diameter terbesar
janin maka akan menyebabkan laserasi perineum.
 Primipara

Pada persalinan primipara sekitar 75% kelahirannya


mengalami laserasi atau robekan. Perineum bila tidak ditahan,
akan robek (ruptura perinei), terutama pada primigravida.
Perineum ditahan dengan tangan kanan, sebaiknya dengan kain
kasa steril. Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya.

 Kelenturan jalan lahir

Perineum, walaupun bukan alat kelamin, namun selalu


terlibat dalam proses persalinan. Apabila perineum cukup lunak
dan elastis, maka lahirnya kepala tidak mengalami kesukaran.
Biasanya perineum robek dan paling sering terjadi ruptura
perinei tingkat II dan tingkat III. Perineum yang kaku
menghambat persalinan kala II yang meningkatkan risiko
kematian bagi janin, dan menyebabkan kerusakan-kerusakan
jalan lahir yang luas. Keadaan demikian dapat dijumpai pada
primigravida yang umumnya lebih dari 35 tahun.

Jalan lahir akan lentur pada perempuan yang rajin


berolahraga atau rajin bersenggama. Olahraga renang
dianjurkan karena dapat melenturkan jalan lahir dan otot-otot
sekitarnya. Senam kegel yang dilakukan pada saat hamil
memiliki manfaat yaitu dapat membuat elastisitas perineum.
Selain itu dapat memudahkan kelahiran bayi tanpa banya
merobek jalan lahir (tanpa atau sedikit “jahitan”).

B. Faktor Janin
 Janin Besar
Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000
gram. Persalinan dengan berat badan janin besar dapat
menyebabkan terjadinya laserasi perineum. Berat badan janin
dapat mempengaruhi persalinan dan laserasi perineum. Bayi
yang mempunyai berat badan yang besar dapat menimbulkan
penyulit dalam persalinan diantaranya adalah partus lama,
partus macet dan distosia bahu.
 Presentasi defleksi
Presentasi defleksi yang dimaksud dalam hal ini adalah
presentasi puncak kepala dan presentasi dahi. Presentasi
puncak kepala bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba Ubun-ubun Besar (UUB) yang
paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan. Menurut
statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan.
Komplikasi yang terjadi pada ibu adalah partus yang lama atau
robekan jalan lahir yang lebih luas.
 Distosia bahu

Distosia bahu adalah suatu keadaan yang memerlukan


tambahan manuver obstetrik karena jika dilakukan dengan
tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan bayi. Persalinan dengan distosia bahu sering
terjadi kerusakan pada traktus genitalis bawah seperti laserasi
perineum.

 Kelainan kongenital seperti Hidrosefalus


Hidrosefalus adalah penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala janin
menjadi besar serta ubun-ubun menjadi lebar. Sering
dijumpai kelainan seperti spinabifida dan cacat bawaan lain
pada janin.

C. Faktor Penolong Persalinan


- Cara memimpin mengejan dan dorongan pada fundus uteri.
- Keterampilan menahan perineum pada saat ekspulsi kepala.
- Anjuran posisi meneran
- Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih
sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternatif-alternatif
posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif.
Adapun macam-macam posisi meneran adalah :
 Duduk atau setengah duduk
Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa
dalam membentu kelahiran kepala janin serta lebih
leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
 Merangkak
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah
janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada
perineum berkurang.
 Jongkok atau berdiri
Posisi jongkok atau berdidi memudahkan penurunan
kepala janin, memperluas panggul sebesar dua puluh
delapan persen lebih besar pada pintu bawah
panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun
posisi ini beresiko terjadinya laserasi (perlukaan
jalan lahir).
 Berbaring miring kekiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia,
karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat
memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan dan dapat mencegah terjadinya laserasi /
robekan jalan lahir.
 Hindari posisi terlentang
- Pada posisi terlentang dapat menyebabkan :
- Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan
berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi
uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan
hipoksia bagi janin.
- Rasa nyeri yang bertambah.
- Kemajuan persalinan bertambah lama.
- Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
- Buang air kecil terganggu.
- Mobilisasi ibu kurang bebas.
- Ibu kurang semangat.
- Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
- Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf
kaki dan punggung.
 Episiotomi
Penyembuhan luka pada perineum akan lebih
sempurna bila pinggirnya lurus dan otot-otot mudah dijahit.
Pada persalinan spontan sering terjadi robekan perineum
yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur.
Tindakan episiotomi pada masa lalu dilakukan
secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini
bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin,
mencegah kerusakan pada sfingter ani serta lebih mudah
untuk menjahitnya. Kenyataannya tindakan episiotomi
dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah
ibu, bertambah dalam luka perineum, meningkatkan
kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada
hari pertama postpartum.
 Indikasi episiotomi
1. Gawat janin.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya
presentasi bokong, distosia bahu, akan dilakukan
ekstraksi forsep, ekstraksi vacum.
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina.
4. Perineum kaku dan pendek.
5. Adanya ruptur yang membakat pada perineum.
6. Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala
janin.
Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada pada
primigravida atau pada wanita dengan perineum yang
kaku. Episiotomi ini dilakukan bila perineum telah
menipis dan kepala janin tidak masuk kembali kedalam
vagina. Episiotomi dilakukan bila perineum sudah
menipis dan kepala janin tidak masuk lagi dalam vagina,
yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perineum.
Ada tiga arah irisan diantaranya medialis, medio-lateralis
dan lateralis. Tujuan episiotomi adalah supaya tidak
terjadi robekan perineum yang tidak teratur.

2.1.8. Anemia Pada Saat Persalinan.15


 Pengertia Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11


gr % pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada
trimester II. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi, menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 % sampai
dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9 – 10
gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia sedang. Hb < 7
gr % disebut anemia berat.

 Klasifikasi Anemia dalam kehamilan

Hemoglobin (Hb) Klasifikasi

Hb 11 gr/dL Tidak Anemia

Hb 9-10 gr/dL Anemia Ringan

Hb 7-8 gr/dL Anemia Sedang

Hb < 7 gr/dL Anemia Berat

2.1.9. Bahaya anemia dalam persalinan


Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk
melahirkan bayi. Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan :
gangguan his atau kekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung lama
dan terjadi partus lama, Kala II berlangsung lama sehingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala
III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat
atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder
dan atonia uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia kala nifas dan mudah
terjadi infeksi mammae.
2.1.10. Asuhan Persalinan Pada Klien dengan Anemia
- Hal yang dapat terjadi pada ibu bersalin dengan anemia ringan16

Kala I : Gangguan His dan Kala I memanjang

Kala II : Persalinan yang melelahkan dan berlangsung lama

Kala III : Atonia Uteri, retentio plasenta

Kala IV : Perdarahan kala IV

- Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin dengam anemia ringan


 Kala I17
Untuk menghindari terjadinya gangguan his dan kala I
memanjang maka dilakukan atau diberikan asuhan berupa
pemantauan ketat kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf, memenuhi nutrisi dan hidrasi, istirahat yang cukup,
memberi dukungan dan semangat pada ibu untuk menghindari
stress secara psikologis demi kesejahteraan ibu dan janin.
 Kala II17
Untuk menghindari terjadinya persalinan yang berlangsung
lama dan melelahkan maka dilakukan asuhan berapa anjuran
kepada ibu untuk mengejan saat adanya his atau keinginan
meneran dan istirahat serta memenuhi nutrisi dan hidrasi saat
tidak adanya kontraksi, demi mencapai persalinan kala II yang
cepat aman dan tidak melelahkan.
 Kala III18
Pada kala ini kemungkinan terjadi atonia uteri sangat besar
pada ibu bersalin dengan anemia dikarenakan oksigen yang
dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang
kurang menyebabkan oot-otot uterus tidak berkontraksi dengan
baik (tidak adekuat) sehingga timbul atonia uteri yang
mengakibatkan perdarahan banyak. Asuhan yang diberikan
berupa melakukan MAK III dengan benar.
 Kala IV
Jika perdarahan akibat atonia uteri terjadi maka lakukan
kompresi bimanual interna, infus RL guyur pada tangan kiri dan
infus RL+Oksitosin pada tangan kanan 1 IU 24 tetes/menit,
Injeksi methergin 1 ampul di paha kiri, memberi misoprostol
3x200 mcg lewat anus, lakukan pengecekan kontraksi uterus dan
observasi perdarahan.
Jika perdarahan terjadi akibat retentio plasenta maka
lakukan eksplorasi ke dalam uterus untuk mengeluarkan sisa-
sisa plasenta yang tertinggal.17

2.2. TEORI BAYI BARU LAHIR


2.2.1. Definisi Bayi Baru Lahir19

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia
satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

2.2.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir
2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera
menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan
baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking,
morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah
berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan
vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam
kecoklatan (Dewi, 2010).19
2.2.3. Periode Bayi Baru Lahir
Periode Bayi Baru Lahir dibagi 3 periode, yaitu:
a. Periode I adalah periode reaktivitas pertama yang dimulai pada
saat bayi lahir, berlangsung selama 30 menit pertama setelah
lahir. Pada periode ini bayi terjaga dengan mata terbuka,
memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan
penuh semangat dan menangis. Kecepatan pernapasan sampai
82 kali, denyut jantung sampai 180 kali / menit dan bising usus
aktif. Perawatan khusus: jaga bayi agar tetap hangat dengan
menggunakan selimut hangat atau lampu penghangat diatas
kepala.
b. Periode II adalah periode tidur yang tidak berespon yang
berlangsung 30 menit sampai 2 jam setelah lahir. Dalam
periode ini bayi berada dalam tahap tidur yang nyenyak.
Denyut jatung menurun selama periode ini hingga kurang dari
140 kali/menit dan kecepatan pernafasan lambat dan tenang.
Bayi mungkin mengeluarkan mekoneum dan urin. Periode ini
berakhir ketika lendir pernapasan telah berkurang.
c. Periode III merupakan periode reaktivitas kedua atau periode
stabilisasi yang berlangsung 2 sampai 6 jam setelah lahir. Pada
periode ini bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun. Tanda-
tanda vital stabil, kulit berwarna kemerahan dan hangat.
2.2.4. Klasifikasi Bayi Baru Lahir19
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi
menurut Marmi (2015), yaitu:
1. Neonatus menurut masa gestasinya
a. Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b. Cukup bulan (aterm infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau
lebih)
2. Neonatus menurut berat badan lahir
a. Berat lahir rendah : < 2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c. Berat lahir lebih : > 4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa
gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa
kehamilan)
a. Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
2.2.5. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal
a. Penilaian kondisi bayi.
1) Penilaian sekilas.
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian
sekilas untuk menilai kesejahteraan bayi secara
umum.Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis
bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan
data awal bahwa dalam kondisi baik.
b. Jaga kehangatan bayi.
1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
2) Untuk mencegah terjadinya hipotermi, bayi baru lahir harus
segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering
kemudian diletakkan tertelungkup diatas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
3) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai tubuh bayi
stabil.pada bayi baru lahir cukup bulan dengan berat badan
lebih dari 2.500 gram dan menanggis kuat bias dimandikan
± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap mengunakan air
hangat. Pada bayi baru lahir beresiko yang berat badan
kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah
sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil
dan mampu mengisap asi dengan baik.
4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir. Ada
empat cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu
melalui:
- Konduksi
Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh
bayi.sebagai contoh: ketika menimbang bayi tanpa
alas timbangan,tangan penolong yang dingin
memegang bayi baru lahir, dan menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
- Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara
sekitarnya yang sedang bergerak.sebagai contoh:
konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau
menepatkan BBL dekat jendela atau membiarkan
BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
- Radiasi
Panas di pancaran dari BBL keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin. Sebagai
contoh:membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa di
berikan pemanas,membiarkan BBL dalam keadaan
telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan
ruangan yang dingin.
- Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara
(pemindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap).
c. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas
kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama
24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24
jam pertama kehidupan. Saat kunjungan tindak lanjut (KN)
yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1
kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Keadaan pada saat bayi baru lahir21
a) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi
rangsang terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsang sakit,
atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
b) Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan- gerakan tangan
yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada
bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah
normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan
pada pemeriksaan lebih lanjut.
c) Simetris
Apakah secara keseluruhan badan seimbang, kepala,
apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak
di belakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih
panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan
pada kepala tersebut hanya terdapat di sebelah kiri atau
kanan saja, atau di sisi kiri atau kanan tetapi tidak
melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran lingkar
kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol (Capput
sucsedeneum) di kepala hilang dan jika terjadi moulase,
tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya
semula.
d) Muka wajah
Bayi tampak ekspresi, mata perhatikan kesimetrisan
antara mata kiri dan kanan, perhatikan adanya tanda –
tanda perdarahan.berupa bercak merah yang akan
menghilang dalam waktu 6 minggu.
e) Mulut
Penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu
seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut
bayi, saliva tidak terdapat pada bayi normal, bila terdapat
secret yang berlebihan, kemungkinan adanya kelainan
bawaan saluran cerna.
f) Leher dada dan abdomen
Melihat adanya cedera akibat persalinan perhatikan
ada tidaknya kelainan pada pernafasan bayi, karena bayi
biasanya ada pernafasan perut.
g) Punggung
Adanya benjolan, tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna, bahu, tangan,
sendi, tungkai, perlu perhatikan bentuk, gerakannya,
fraktur bila ekstermitas lunglai atau kurang gerak, varises.
h) Kulit dan kuku
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang – kadang didapatkan kulit yang mengelupas
ringan, pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan
kemungkinan adanya kelainan, waspada timbulnya kulit
yang warnanya tidak rata (Cutis marmorata) ini dapat
disebabkan karena temperatur dingin, telapak tangan,
telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi
pucat dan kuning, bercak – bercak besar biru yang sering
terdapat di sekitar bokong (Mongolian Spot) akan
menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.
i) Kelancaran menghisap dan pencernaan
Harus diperhatikan tinja dan kemih, diharapkan
keluar dalam 24 jam pertama, waspada bila terjadi perut
yang tiba – tiba membesar, tanpa adanya keluarnya tinja,
disertai muntah dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap
segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk
kemungkinan Hirschprung/ Congenital Megacolon.
d. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali
pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali
pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya,
menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah
umbilikus (Lissauer, 2013).
Tata lakasana perawatan tali pusat:
1) menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih
2) cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat
tali pusat.
3) bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan
kapas basah.
4) bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa
bersih atau steril, popok atau celana bayi harus diikat
dibawah tali pusat,tidak menutupi tali pusat untuk
menghindari kontak dengan feses dan urin.
5) hindari penggunaan kancing,koin atau uang logam untuk
membalut tekan tali pusat.
e. Inisiasi menyusu dini
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu dan anak,
setelah di lahirkan sebaiknya bayi langsung di letakakan di
dada ibunya sebelum bayi di bersihkan, sentuhan kulit dengan
kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam di
antara ibu dan anak.
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera
letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan
kulit ibu 10 untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam.
Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam
waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung
pada menit ke- 45-60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan
bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). 19
f. Pemberian vitamin K1.
Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1
dosis tunggal di paha kiri Semua bayi baru lahir harus diberi
penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler
di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
g. Pemberian salep mata.
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk
pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata
antibiotika profilaksis. Upaya pencegahan infeksi mata tidak
efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berikan salep mata dalam
1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan
hidung bayi menuju keluar mata.
h. Pemberian imunisasi Hepatitis (HB 0)
Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan Imunisasi
Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
i. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika
memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan
makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK
Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian
ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak
untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan
perdagangan bayi.19
2.2.6. Refleks pada Bayi Baru Lahir 20
Refleks yang terjadi pada bayi baru lahir disebut dengan refleks
primitif.
1. Rooting reflex
Refleks ini terjadi ketika menyentuh pinggir mulut bayi.
Bayi akan mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka
mulutnya. Hal ini membantu bayi ketika ia sedang ingin menyusu.
Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
2. Refleks menghisap (sucking reflex)
Ketika bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh,
bayi akan mulai menghisap. Refleks menghisap mulai muncul saat
usia 32 minggu kehamilan dan menjadi sempurna saat usia 36
minggu kehamilan. Oleh karena itu, bayi prematur biasanya belum
bisa menghisap dengan baik.
3. Refleks moro
Refleks moro biasanya muncul ketika bayi terkejut. Ketika
bayi terkejut misalnya karena suara yang berisik atau gerakan yang
terjadi secara tiba-tiba, bayi akan mengeluarkan refleks ini. Bayi
akan melakukan gerakan dengan memanjangkan lengan dan
menekuk kakinya. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan
hingga usia 4 bulan.
4. Asymmetric tonic neck reflex
Refleks Ketika kepala bayi menengok ke satu sisi, ia akan
memanjangkan lengan di sisi yang sama. Sebaliknya, lengan pada
sisi yang berlawanan akan ditekuk. Refleks ini muncul sejak lahir
dan bertahan hingga usia 2 bulan.
5. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Refleks menggenggam pada bayi muncul ketika menyentuh
telapak tangannya. Bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan
menggenggam. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga
usia 3-4 bulan.
6. Refleks Babinski
Refleks Babinski muncul ketika menggaruk telapak kaki
bayi. Jempol bayi akan mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya
akan terbuka. Refleks ini menetap hingga usia 2 tahun.
7. Stepping reflex
Refleks ini juga dikenal dengan istilah walking/dance
reflex karena bayi terlihat seperti melangkah atau menari ketika ia
diposisikan dalam posisi tegak dengan kaki yang menyentuh
tanah. Refleks ini muncul sejak lahir dan terlihat paling jelas
setelah usia 4 hari.
2.2.7. Bahaya Bayi Baru Lahir.22
a. Pada system pernafasan
tanda dan gejalanya yaitu:
1) Sulit Bernafas.
2) Biru pada lidah dan bibir.
3) Nafas terhenti lebih dari 20 detik.
4) Terlihat tarikan dinding dada saat bernafas.
5) Frekuensi pernafasan 60 kali/menit atau lebih
b. Suhu tubuh
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Suhu tubuh panas > 38o C
2) Suhu tubuh dingin < 36o C
c. Warna kulit.
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Kuning pada 24 jam pertama setelah lahir.
2) Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
3) Kuning sampai telapak tangan atau kaki
4) Biru atau pucat.
d. Pemberian ASI sulit.
Tanda dan gejala yaitu:
1) Hisapan lemah.
2) Mengantuk berlebih.
3) Banyak muntah.
e. Tali pusat.
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Merah, bngkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
f. Infeksi.
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Suhu meningkat.
2) Warna merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk pada bagian
yang terinfeksi.
g. BAK (buang air kecil)
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Tidak BAK dalam 24 jam.
h. BAB (buang air besar).
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Tidak BAB dalam waktu 3 hari.
2) BAB lembek, sering, berwarna hijau tua, ada lendirnya, ada
darah.
i. Masalah mata.
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Mata bengkak atau mengeluarkan nanah.
j. Diare.
Tanda dan gejalanya yaitu:
1) Kondisi psikologis yang tidak stabil.
2) Makanan yang merangsang peristaltic usus.
3) Makanan pedas, dll.

2.3 TEORI NIFAS

2.3.1 Pengertian Masa Nifas23

Pengertian Masa Nifas Masa nifas atau puerperium dimulai


sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42
hari) setelah itu. Masa nifas merupakan masa pemulihan kembali mulai
dari persalinan selesai hingga fungsi organ tubuh dan reproduksi
kembali seperti semula, kira – kira lamanya 6 minggu. Dimana selama
masa pemulihan berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan
baik secara fisik maupun psikologis yang sebenarnya. Namun, jika
tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak
menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. (Bahiyatun,
2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari


persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.
Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009, p.2) Masa
nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya
bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah
melahirkan (Saleha, 2009, p.4).
2.2.2 Periode Masa Nifas23
Lamanya masa nifas ini bisa berkisar antara 6 – 8 minggu. Nifas
dibagi dalam tiga periode, yaitu :
a. Puerperium dini
Kepulihan ketika ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial
Kepulihan secara menyeluruh pada bagian alat – alat genital
c. Remote puerperium
Waktu pemulihan yang cukup lama agar kondisi sehat sempurna,
kira – kira mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun lagi.

Selama masa nifas ini tenaga kesehatan khususnya bidan dapat


menerapkan konsep dengan hypnosis untuk membantu pemulihan
kondisi ibu serta mencegah dan menanggulangi masalah – masalah
yang mungkin terjadi.Bidan memiliki peranan penting dalam masa
nifas ini melalui pendidikan kesehatan, monitoring, dan deteksi dini
bahaya nifas.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari :

a. Pemeriksaan tanda – tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan,


dan suhu)
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertwngahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram


6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 Gram

c. Pemeriksaan lochea dan cairan per vaginam


Menurut Mochtar, 1998 Lokheadalah cairan sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
- Lokhea Rubra
Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
peralinan.
- Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7
pasca persalinan.
- Lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
- Lokhea alba
Berwarna putih, setelah 2 minggu.
- Lokhea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai
kesehatan ibu nifas, bayi baru lahir, dan juga keluarga berencana
f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
2.3.3 Pendidikan Kesehatan untuk Ibu Nifas
1. Perawatan Payudara
a. Manfaat Perawatan Payudara
1) Payudara menjadi bersih terutama puting susu, sebagai jalur
keluarnya ASI.
2) Terhindar dari berbagai penyakit, seperti bendungan payudara,
mastitis dan abses payudara.
3) Produksi ASI lebih banyak dan lancar karena kelenjar-kelenjar
air susu yang ada didalam payudara terangsang untuk
memproduksi dan mengeluarkan ASI.
b. Prosedur Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi,
antara lain putting tidak menonjol atau bendungan payudara.
Tujuannya adalah memperlancar pangeluaran ASI saat masa
menyusui. Untuk pasca-persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu
1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali sehari.
c. Tujuan Perawatan Payudara
Tujuan dilakukannya perawatan payudara adalah :
1) Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI
2) Menjaga agar payudara senantiasa bersih dan terawatt
(putting susu) karena saat menyusui payudara ibu akan
kontak langsung dengan mulut bayi
3) Mengindari putting susuyang sakit dan infeksi payudara
4) Menjaga keindahan bentuk payudara
d. Waktu Perawatan Payudara
Perawatan payudara pada masa nifas hendaknya dimulai
sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan 2
kali sehari sebelum mandi.
e. Prinsip Perawatan Payudara
Prinsip perawatan payudara adalah:
1) Menjaga payudara agar bersih, kering terutama puting susu
2) Menggunakan bra / BH yang menopang dan tidak menekan
3) Menyusui tetap dilakukan dengan mendahulukan putting susu
yang tidak lecet.
2. Early Ambulation (Mobilisasi Dini)
Tindakan membimbing pasien keluar dari tempat tidur dan
membimbing selekas mungkin berjalan. Keuntungan:
1) Pasien merasa lebih sehat dan kuat
2) Fungsi usus dan kemih baik
3) Mengajarkan kepada ibu untuk memelihara bayinya sendiri.
3. Diet Makanan
Diet Makanan harus bergizi cakupan kalori, protein, banyak
sayuran, dan buah untuk memulihkan tenaga, pembentukan dan
pengeluaran ASI Miksi dan defekasi.
4. ASI dan ASI Esklusif24
- Pengertian ASI dan ASI Esklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk
bayi. Air Susus Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia
kehidupan, hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi
tetapi karena ASI mengandung zat imunologik yang melindungi bayi
dari infeksi praktek menyusui di Negara berkembang telah berhasil
menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun, atas dasar tersebut
WHO merekomendasikan hanya untuk memberikan ASI sampai bayi
berusia 2 sampai 5 bulan (Depkes RI,2008).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biskuit , bubur nasi, dan nasi tim kecuali vitamin dan mineral dan obat
(Roesli, 2000).
Lama pemberian ASI Eksklusif adalah sampai bayi berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai diberi makanan pendamping ASI,
sedangkan ASI dapt diberikan sampai 2 tahun/lebih.
- Proses terbentuknya ASI
Proses terbentuknya ASI dipengaruhi 2 reflek yaitu:
a. Reflek prolactin
Rangsangan resapan bayi melalui serabut syarat akan memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin kedalam
aliran darah. Prolactin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI.
Makin sering bayi menghisap makin banyak prolactin dilepas oleh
hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar.
b. Reflek Aliran (Let Down Reflek)
Pancaran ASI dari payudara oleh karena pengaruh hormone
oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofise yag dirangsang
oleh hisapan bayi yang membuat kontarksi otot (Depkes RI,2005)
- Komposisi ASI
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam:
a. Kolostrum
Cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara sete;ah
melahirkan (2-4 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300
ml/hari. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein,
vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral dan immunoglobulin.
Immunoglobulin ini merupakan antibody dari ibu untuk menjaga
berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan
melindungi bayi dengan berbagai virus dan bakteri yang
merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang
membersihkan meconium sehingga mukosa usus bayi yang baru
lahir segera bersih dan siap menerima ASI (Depkes RI, 2005).
b. ASI peralihan
ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana
kadar lemak, laktosa, dan vitamuin larut dalam air lebih tinggi dan
kadar protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih
banyak kalori daripada kolostrum (Depkes RI,2005).
c. ASI matur
ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume
bervariasi yaitu 300 -850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat laktasi 90% adalah air, karbohidrat, protein dan
lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan
bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dnegan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume
ASI pada tahun pertama 400-700 m/24 jam, tahun kedua 200-400
ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam. Ada 2 tipe ASI matur.
1) Foremilk: jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan
mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.
2) Hand-milk: jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat
menyusui dan mengandung lemak tinggi dan sangat diperlukan
untuk pertambahan berat badan bayi.
Kedua jenis Foremilk dan Hand-milk sangat dibutuhkan ketika
ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat
yang diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. (Atikah, 2010).
- Manfaat ASI Ekslusif bagi Ibu dan Bayi antara lain :
a. Bagi Ibu
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
2. Dapat menjarangkan kehamilan pada ibu
3. Dapat mengurangi terjadinya kanker payudara
4. Pemberian ASI juga lebih praktis, ekonomis, murah,
menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu
b. Bagi Bayi
1. ASI sebagai nutrisi
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
3. Mengembangkan kecerdasan
4. Meningkatkan jalinan kasih sayang
- Posisi Menyusui yang Baik dan Benar
Posisi menyusui yang benar agar putting susu ibu tidak
lecet. Posisi menyusui yang baik dan benar .posisi bayi saat
menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan
mencegah lecet putting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya
sdengan benar.Berikan bantuan dan dukungan jika ibu
memerlukan. Posisi ibu yang benar saat menyusui akan
memberikan rasa nyaman selama ibu menyusui bayinya dan juga
akan membantu bayi melakukan isapan yang efektif.
Posisi menyusui yang benar adalah:
1. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung
bersandar dan kaki tidak menggantung
2. Jika ibu menyusui sambal berbaring, maka harus dijaga agar
hidung bayi tidak tertutup
3. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik jangan hanya leher
dan bahunya saja
4. Kepala dan tubuh bayi lurus
5. Badan bayi menghadap ke dada ibunya 6. Badan bayi dekat ke
ibunya.
Memberitahu ibu cara meningkatkan produksi ASI yaitu ASI
akan keluar lebih banyak jika payudara mendapatkan rangsang
yang lebih lama dan lebih sering.
1. Cara untuk meningkatkan produksi ASI dengan menyusui
bayinya sesering mungkin
2. Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan
kebutuhan bayi
3. Menyusui pada payudara kiri dan kanan secara bergantian
4. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah
ke payudara lainnya
5. Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam bangunkan dan langsung
disusui.
2.3.4 Adaptasi Psikologis Masa Nifas24
Menurut Suherni, 2008, proses adaptasi psikologi pada seorang ibu
sudah dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan
psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan
mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau
cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi yang
labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang
lain.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami,
seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat
melewati fase ini dengan baik.
2. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati
menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan
dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas
kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusu
yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti
gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudahmulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh
disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam
menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu.
Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh
ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak
telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup,
sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat
merawat bayinya.
2.3.5 Tanda Bahaya Masa Nifas24
1. Pendarahan post partum
a. Tanda dan Gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-
600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo,
2010).Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum
Hemorrage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum
Hemorrage) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi
antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum
merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya
di Negara berkembang.
b. Faktor Penyebab
1) Grandemultipara
2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
2. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Tanda dan Gejala

a. Keluarnya cairan dari vagina


b. Adanya bau yang menyengat dari vagina
c. Disertai dengan demam > 38oC
3. Bengkak di wajah, tangan, dan kaki atau sakit kepala dan
kejang
Edema atau pembengkakan ialah penimbunan cairan secara
umum dan berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka. Edema paling umum terjadi pada feet (tungkai-tungkai)
dan legs (kaki-kaki). Pembengkakan adalah akibat dari akumulasi
cairan yang berlebihan dibawah kulit dalam ruang-ruang didalam
jaringan-jaringan
4. Demam lebih dari 2 hari
Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi nifas.
a. Tanda dan Gejala
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan
suhu > 38 oC.
b. Penanganan
1) Istirahat baring
2) Kompres dengan air hangat
3) Perbanyak minum
4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan

5. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit


Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak
awal kehamilan dengan melakukan masase, menghilangkan kerak
pada putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat.Untuk
menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil, ibu
dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui
agar putting selalu sering tertarik.
Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan
melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat
menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena cara menyusui
dan perawatan payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat
menyusui 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa (Manuaba, 2008). Beberapa keadaan abnormal pada masa
menyusui yang mungkin terjadi, yaitu :
a. Bendungan ASI
Penyebab : penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada putting susu.
Gejala :timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras,
tegang, panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat.
Penanganan :
1. Susukan payudara sesering mungkin
2. Kedua payudara disusukan
3. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan
menyusui, sanggah payudara.
5. Kompres dingin pada payudara diantara menyusui
6. Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral
setiap 4 jam.
b. Mastitis
Suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3
minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman
yang menyebar melalui luka pada putting susu/peredaran darah
(Manuaba, 2008) .

Tanda dan gejala:


1. Payudara membesar dan keras
2. Payudara nyeri, memerah dan membisul
3. Suhu tubuh meningkat dan menggigil
Penanganan:
1. Sanggah payudara
2. Kompres dingin
3. Susukan bayi sesering mungkin
4. Banyak minum dan istirahat yang cukup
c. Abses Payudara
Terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang
kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati.
Gejala sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan
mengeluarkan pus (nanah). (Manuaba, 2008)
6. Post Partum Blues
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai
bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal
sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan. Pada 0 – 3 hari
setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan
setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat
terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami
kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam
hari.Dan ibu merasa tidak mampu merawat bayinya. Pada 3 -10
hari setelah melahirkan, Postnatal blues muncul biasanya disebut
dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset
yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal
blues adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir
yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga
ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi
dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai
membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi
ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya
perhatian dari anggota keluarga terdekat.Semakin baik perhatian
yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada
keadaan normal.
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah
melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan
emosi.Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada
beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan
bayi.Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit
yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang
kompleks lainnya.Berdasarkan hasil riset yang dilakukan
menunjukan faktor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya
karir ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang
orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga
karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara.
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS TINDAKAN
(DOKUMENTASI SOAP)

3.1. Kasus Persalinan

I. PENGKAJIAN PERTAMA
Tanggal pengkajian : Kamis, 10 Mei 2018
Jam pengkajian : Pukul 09.20 WIB
Nomor Registrasi : 666/17
Ruang pengkajian : Ruang Bersalin
Tempat : Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama ibu : Ny.E Nama Suami : Tn. T
Umur : 35 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat Rumah : Jl. Luar Batang RT 004/003, Kelurahan
Penjaringan , Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara
2. Keluhan Utama
Ibu datang dengan keluhan mulas dengan frekuensi 4 kali dalam 10
menit selama 40 detik sejak jam 04.30 WIB dan mengeluh sudah
keluar lendir disertai darah
3. Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 17 Agustus 2017
Tafsiran Persalinan : 24 Mei 2018

4. Riwayat Kesehatan Reproduksi


Infeksi genetalia : Tidak ada infeksi genetalia
Infeksi panggul : Tidak ada infeksi panggul
Keputihan : Tidak ada keputihan
Gatal : Tidak ada gatal
Tumor : Tidak ada tumor
HIV/AIDS : Tidak ada HIV/AIDS

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan KB yang Lalu


Tahun Jenis Keadaan Lama
Ditolong Kontrasepsi Ket
No. Persalia kelamin Waktu Penyulit Menyus
Oleh sebelumnya
n L P Persalinan ui

1. 2002 v Normal Bidan Tidak Ada 2 Th - -

Suntik 1 th
2. 2012 v Normal Bidan Tidak Ada 2 Th
Pil

3 2018 Hamil Ini

6. Pergerakan Janin
Ibu merasakan janin bergerak aktif dalam 24 jam terakhir, lebih
dari 10 kali.

7. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita Ibu dan Keluarga


o Jantung : Tidak ada
o Ginjal : Tidak ada
o Asma/TB Paru : Tidak ada
o Hepatitis : Tidak ada
o DM : terdapat riwayat dari orang tua ( bapak )
o Hipertensi : Tidak ada
o Hipotensi : Tidak ada
o Anemia : Ya, Hb 10,6 gr/dl
o Epilepsy : Tidak ada
o Lain – lain : Tidak ada

8. Riwayat Sosial
a. Perkawinan
- Status Perkawinan : Sah
- Kawin : Umur 28 tahun, dengan umur suami 21
tahun, lamanya 7 tahun. Pernikahan kedua bagi ibu.
b. Kehamilan ini : Direncanakan dan diterima
c. Respon keluarga terhadap persalinan : Senang
d. Respon pasien terhadap persalinan : Senang
e. Respon suami terhadap persalinan : Senang

9. Pola Nutrisi (Makan)


Ibu makan sekitar 2 kali dalam sehari dengan makanan dengan nasi
dan lauk
Makan terakhir : Pukul 08.00 Wib
Makanan yang dimakan : Bubur ayam
Jumlah makanan yang dimakan : 1 mangkuk

10. Pola Hidrasi (Minum)


Dalam sehari ibu minum air putih lebih dari 8 gelas sedang
Kapan terakhir minum : Pukul 08.40 wib
Apa yang diminum : Air putih, teh manis
Berapa banyak yang diminum : 1 botol air mineral sedang (600ml)
1 plastik teh manis hangat
11. Pola Istirahat
Dalam seminggu ini ibu merasa sulit untuk istirahat karena kontraksi
yang dirasakan. Ibu tidur terakhir sekitar 4 jam dan tidak nyenyak

12. Personal Hygiene


Ibu mandi 2 kali dalam sehari, menggosok gigi 3x sehari, dan
mengganti pakaiannya setiap kali sudah terasa lembap

13. Pola Eliminasi


a. BAB : Ibu BAB 1 kali dalam sehari
BAB terakhir : Jam 14.00 WIB kemarin
b. BAK : Ibu dalam sehari bisa BAK 5 sampai 7 kali
dalam sehari
BAK terakhir : Jam 09.10 WIB

14. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi


Penolong Persalinan : Bidan
Tempat Persalinan : Puskesmas
Pendamping Persalinan : Suami
Transportasi : Mobil Pribadi
Pendonor Darah : Orang tua (Ibu)

15. Riwayat Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 2 Oktober 2017
Darah Hb : 10,6 gr / dl
Urine Glukosa : (-) Negatif
Urine Protein : (-) Negatif
HbsAg : (-) Negatif
VCT : Non Reaktif
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos Menthis

2. Tanda - Tanda Vital


Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu tubuh : 36,5ºC

3. Pemeriksaan Antopometri
Berat badan sebelum hamil : 42 Kg
Berat badan sekarang : 55 Kg
Tinggi badan : 152 cm
LILA : 25 cm

4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Agak pucat dan tidak ada Edema
b. Mata
1) Konjungtiva : Agak pucat
2) Sclera : Tidak ikterik
3) Gangguan : Tidak ada (rabun jauh/dekat)

c. Mulut
1) Bibir
a) Warna : Tampak merah muda pucat
2) Rongga Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada
tonislitis
a) Gigi : Gigi tidak ada yang berlubang
d. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan

e. Dada
1) Payudara
 Bentuk : Simetris
 Putting susu : Menonjol
 Aerola : Hiperpigmentasi
 Kolostrum : Terdapat pengeluaran kolostrum
 Kebersihan : Tampak bersih

f. Abdomen
1) Bekas luka operasi : Tidak ada
2) TFU : 28 cm
3) TBJ : (28-11) x 155 = 2635 gram
4) Hasil pemeriksaan palpasi leopold
Leopold I
Di bagian teratas perut ibu teraba bagian janin agak bulat,
lunak, tidak melenting ( bokong )
Leopold II
Dibagian kiri perut ibu teraba tahanan, datar, memanjang
seperti papan (punggung)
Bagian kanan perut ibu teraba bagian terkecil janin
(ekstremitas)
Leopold III
Dibagian terbawah perut ibu teraba satu bagian janin bulat
dan keras (Kepala). Kepala tidak dapat di goyangkan.
Leopold IV
Sudah masuk PAP
Divergen, teraba 4/5 bagian.
5) Palpasi kandung kemih : Kosong
6) His : 4 x 10’40’’
7) DJJ : 145x/menit, dan teratur

g. Ekstemitas
1) Atas
a) Varises : Tidak ada varises
b) Oedema : Tidak ada oedema di kanan atau
kiri
2) Bawah
a) Oedema : Tidak ada oedema di kanan atau
kiri
b) Varises : Tidak ada varises
h. Genetalia
Inspeksi
1) Kebersihan : Tampak bersih
2) Pengeluaran pervagina : Lendir bercampur darah
3) Gejala PMS : Tidak ada
4) Varises : Tidak ada
5) Edema : Tidak ada

Pemeriksaan Dalam
1) Kelenjar Skene : Tidak ada pembengkakan
2) Kelenjar Bartolin : Tidak ada pembengkakan
3) Portio : Tipis lunak,Antefleksi
4) Pembukaan : 7 cm
5) Ketuban : (+) utuh
6) Presentasi : Kepala
7) Posisi : UUK Kiri Depan
8) Penurunan : Hodge III
9) Molase : 0 (tidak ada molase)
i. Anus
1) Haemoroid : Tidak ada

C. ASSASMENT
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 38 minggu Inpartu kala I
fase aktif dengan anemia ringan
Diagnosa Janin : Janin, tunggal, hidup, intrauterine, presentasi
kepala
Masalah Potensial :-
Kebutuhan Segera : Pemantauan ketat kemajuan persalinan dengan
Observasi (Pemeriksaan TTV, His, DJJ)

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan keadaan umum ibu dan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu dan janin saat ini baik baik saja. TTV normal 110/70
mmHg, DJJ normal 145 x/menit dan sudah Pembukaan 7
Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
2. Melakukan pemantauan ketat kemajuan persalinan untuk kesejahteraan
ibu dan janin
Sudah dilakukan, daftar terlampir
3. Memberikan kebebasan kepada ibu untuk memilih pendamping
persalinan
Ibu memilih suami sebagai pendamping persalinan saat persalinan
4. Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi pernafasan yaitu dengan
menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya lewat mulut
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi,
agar ibu memiliki tenaga untuk bersalin.
Ibu hanya mau minum air putih dan teh manis hangat
5. Menyiapkan peralatan untuk persalinan seperti partus set, hecting set,
oksitosin, alat perlindungan diri, air DTT dan air klorin.
Sudah dilakukan

LEMBAR PEMANTAUAN PASIEN

Tanggal IBU PERIKSA


DJJ
Jam DALAM
KELUHAN K/U KES TD N S RR HIS

Pembukaan
110/ 7cm, portio
09.20 Compos 70 80x 20x/ tipis lunak,
Baik 36,5 4x10’40’’ 145
WIB Mentis mm /m m ketuban +,
Hg UUK Kiri
depan

09.50 Compos
Baik 4x10’45’’ 145
WIB Mentis

II. PENGKAJIAN KEDUA

Tanggal pengkajian : 10 Mei 2018


Jam pengkajian : pukul 09.50 WIB
Ruang pengkajian : Ruang Bersalin
Tempat : Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulasnya semakin sering dan kuat, timbul rasa ingin
meneran dan keluar air-air spontan tanpa bisa ditahan dengan warna
jernih namun berbau khas (bukan air kencing)

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Kebidanan
Kontraksi uterus : Baik
His : 4 kali dalam 10 menit durasi 45 detik
DJJ : 145x/menit, teratur/reguler
2. Genetalia
Vulva vagina : Tidak ada pembengkakan kelenjar scene
dan kelenjar bartolini, tidak ada keputihan,
tidak ada keluhan lain
Pengeluaran dari vagina : keluar air air berwarna jernih
Tanda Gejala Kala II
1) Dorongan Meneran
2) Tekanan pada Anus
3) Perineum Menonjol
4) Vulva vagina Terbuka
3. Pemeriksaan Dalam
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : tidak utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK Depan
Penurunan : Hodge IV

C. ASSASMENT
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 38 minggu Inpartus kala II
dengan anemia ringan
Diagnosa Janin : Janin, tunggal, hidup, intrauterine, presentasi
kepala
Masalah Potensial :-
Kebutuhan Segera : Memimpin persalinan sesuai dengan APN

D. PENATALAKSANAAN
1) Menginformasikan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan, keadaan ibu dan janin saat ini dalam kondisi baik.
Ibu dan keluarga mengerti.
2) Mendekatkan partus set, hecting set, perlengkapan ibu dan bayi dan
obat-obatan.
Sudah dilakukan.
3) Menyiapkan diri penolong memakai APD alat perlindungan diri
Sudah terpakai
4) Membantu ibu memilih posisi persalinan yang nyaman
Ibu sudah memilih posisi setengah duduk
5) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik, dengan cara meneran tanpa
suara, mata menatap ke arah perut, dan gigi bertemu satu sama lain,
ibu diminta meneran secara terus menerus tidak terputus.
Ibu mengerti dan mau melakukannya
6) Memimpin persalinan dan menolong persalinan dengan Asuhan
Persalinan Normal, menganjurkan ibu untuk meneran saat timbul
kontraksi.
Ibu mengerti
7) Pukul 10.25 WIB bayi lahir spontan letak belakang kepala, menangis
kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin
perempuan.
8) Mengeringkan tubuh bayi di atas perut ibu dengan handuk bersih.
Bayi sudah dikeringkan di atas perut ibu
9) Melakukan IMD segera setelah pemotongan tali pusat dan berlangsung
60 menit. Sudah dilakukan IMD.

III. PENGKAJIAN KETIGA


Tanggal pengkajian : 10 Mei 2018
Jam pengkajian : Pukul 10.28 WIB
Ruang pengkajian : Ruang Bersalin
Tempat : Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lega dan bersyukur karena telah melahirkan bayinya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos Menthis
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen
Palpasi : Tidak teraba janin kedua
TFU : Sepusat
Kontraksi : Baik / Keras
Kandung Kemih : Kosong
Terdapat semburan darah
C. ASSASMENT
Diagnosa : P3A0 partus kala III
Masalah Potensial :-
Kebutuhan Segera :Manajemen aktif kala III

D. PENATALAKSANAAN
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
mengenai kondisi ibu dan bayi, saat ini keadaan ibu dan bayi baik.
Ibu dan keluarga mengetahui kondisi
2) Memberitahu pada ibu bahwa akan di berikan suntikan oksitosin di
paha ibu secara IM
Ibu telah mengetahui bahwa ia akan di suntikkan oksitosin secara IM.
Memberikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bagian atas paha
luar dengan sudut 90º dan di aspirasi terlebih dahulu. Ibu sudah
disuntikkan oksitosin
3) Melakukan penegangan tali pusat terkendali. Pindahkan klem tali
pusat sekitar 5 – 10 cm, tangan kiri menekan uterus ke arah dorso
cranial, di supra pubis. Sudah dilakukan penegangan tali pusat
terkendali.
Plasenta lahir pukul 10.28 WIB.
4) Melakukan massase fundus uteri /±15 detik.
Sudah dilakukan massase fundus uteri selama 15 detik. Kontraksi
sudah baik.
5) Melakukan pengecekkan kelengkapan plasenta dan tali pusat
Plasenta lahir dengan MAK III, spontan, kesan lengkap, diameter 20
cm, kotiledon 20 buah, amnion dan korion lengkap, insersi tali pusat
central, panjang tali pusat 50 cm, tebal 2 cm, dan berat 500 gram.

IV. PENGKAJIAN KEEMPAT


Tanggal pengkajian : 10 Mei 2018
Jam pengkajian : Pukul 10.33 WIB
Ruang pengkajian : Ruang Bersalin
Tempat : Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah lega, senang karena bayinya telah lahir, ibu masih
merasa lemas dan lelah.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos Menthis
2. Tanda – Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 19x/menit
Suhu tubuh : 36,0ºC
3. Pemeriksaan Abdomen
Kontraksi uterus : Baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Pendarahan : ±200 cc
Kandung kemih : Kosong
Perineum : Robekan pada mukosa vagina
dan otot perineum (grade II)

C. ASSASMENT
Diagnosa : P3A0 partus kala IV dengan laserasi grade II
Masalah Potensial: Pendarahan Post Partum
Kebutuhan Segera: Melakukan Hecting/penjahitan pada laserasi grade II
Observasi Perdarahan Kala IV

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan keadaan umum ibu dan hasil pemeriksaan.
TD : 110/70 mmHg Kontraksi : Baik
N : 80 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat
RR : 19x/menit S : 36,0OC
Terdapat robekan jalan lahir, dan akan segera di jahit
Ibu mengerti.
2. Melakukan tindakan hecting grade 2 pada daerah luka robekan di
perineum. Hecting dilakukan dengan teknik jelujur dengan benang
catgut plain cromic 3/0
telah dilakukan proses penjahitan luka pada perineum.
3. Mengobservasi jumlah darah yang keluar selama persalinan ± 200 cc
Observasi telah dilakukan
4. Membersihkan ibu dengan air DTT dari daerah yang sedikit
terkontaminasi darah sampai seluruh bagian perut ke bawah dan
memakaikan celana dalam dan kain.
Ibu sudah dibersihkan dan sudah berpakaian rapi.
5. Merendam alat bekas pakai seperti alat partus set, hecting set, sarung
tangan ke dalam larutan clorin 0,5% selama 10 menit, mencuci
dengan sabun, lalu dibilas dengan air mengalir dan keringkan.
Alat bekas pakai sudah di proses sterilisasi.
6. Mengajarka ibu massase fundus uteri agar ibu dapat merasakan
kontraksi rahimnya yang baik itu jika teraba keras, apabila terasa
lembek dan merasa keluar darah yang banyak dan mengalir maka
lakukan massase uterus, apabila masih belum berkontraksi dengan
baik segera panggil bidan atau tenaga kesehatan.
Ibu memahaminya, mengerti cara massase fundus uteri
7. Menganjurkan keluarga untuk membantu ibu makan dan minum
Keluarga mengerti dan bersedia melakukannya
8. Melakukan observasi kala IV sesuai patograf, 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua
Sudah dilakukan, hasil observasi normal. Partograf terlampir
9. Memberikan therapy obat kepada ibu yaitu
 Amoxicillin 500mg, 15 tablet 3x1 dihabiskan.
 Parasetamol 500 mg, 20 tablet dengan dosis 3x1 hari.
 Vitamin A dengan dosis 200.000 IU, 2 kapsul dengan dosis
1x1 hari.
 Vitamin B complex 150mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 Vitamin C 50mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 SF 60mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 Vitamin B12 50mcg 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
Ibu sudah meminum obatnya sesuai dengan petunjuk bidan
10. Memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya pada ibu nifas
seperti perdarahan lewat jalan lahir; keluar cairan berbau dari jalan
lahir; bengkak di wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejang-
kejang; demam lebih dari 2 hari; payudara bengkak, merah disertai
rasa sakit; ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab
(depresi). Jika ibu merasakan salah satu tanda bahaya segera lapor ke
tenaga kesehatan yang ada.
Ibu sudah memahami tanda bahaya nifas
PERKEMBANGAN KASUS TINDAKAN BBL
(DOKUMENTASI SOAP)

3.2. Kasus Bayi Baru Lahir

I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : Kamis, 10 Mei 2018
Jam pengkajian : Pukul 10.40 WIB
Nomor Registrasi : 666/17
Ruang pengkajian : Ruang Bersalin
Tempat : Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

E. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Bayi : By. Ny. E
Tanggal dan Jam Lahir : 10 Mei 2018 (10.25 WIB)
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : Tiga (3)
2. Identitas Orangtua
Nama ibu : Ny.E Nama Suami : Tn. T
Umur : 35 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat Rumah :Jl. Luar Batang RT 004/003, Kelurahan
Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara
3. Jenis Persalinan dan Komplikasi
Spontan, normal pervaginam dan tidak ada komplikasi
4. Lamanya Persalinan
Kala I :
Kala II : ± 35 menit
Kala III : ± 5 menit
Kala IV : 2 jam
5. Riwayat Laktasi : ASI sudah keluar
6. Penolong Persalinan : Bidan
7. Riwayat Eliminasi : Sudah BAK, belum BAB

F. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Menangis : Kuat
Tonus Otot : Aktif
Pergerakan : Aktif
Warna Kulit : Kemerahan
2. Antropometri
BB : 2600gr
PB : 46cm
LK : 31cm
LD : 30cm
LILA : 10cm
LP : 29cm
3. Tanda – Tanda Vital
N : 145x/menit
RR : 48x/menit
S : 36,8ºC
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, terdapat rambut
Tidak ada cephal hematom, tidak ada caput
succadaneum
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik
Telinga : Daun telinga simetris dengan mata, tidak
ada serumen
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada labio skisis, palato skisis, labio
palato skisis
Leher : Tidak ada distensi vena
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
Perut : Tidak ada gastroskisis dan omfalokel
Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora
Anus : Terdapat lubang anus, + mekonium
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak ada sindaktili,
brakidaktili, polidaktili
5. Refleks
Refleks Glabella :+
Refleks Labirin :+
Refleks Tonikneck :+
Refleks Moro :+
Refleks Rooting :+
Refleks Sucking :+
Refleks Swallowing :+
Refleks Grasping :+

G. ASSESMENT
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam
Masalah :-
Kebutuhan : Memberikan Vit.K, salep mata, dan imunisasi HB0

H. PLANNING
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi sejauh ini
dalam keadaan sehat. Ibu mengerti
2. Menjaga kehangatan pada bayi baru lahir dengan menggunakan kain
bedong dan memakaikan selimut dan topi bayi serta sarung tangan dan
kaki. Sudah dilakukan
3. Memberikan Vitamin K1 (phytomenadion) dengan dosis 1 miligram,
sebanyak 0,5 ml dipaha kiri bayi secara intramuscular di sepertiga paha
kiri anterolateral pukul 11.40 WIB. Untuk mencegah perdarahan di
otak. Ibu menyetujui dan sudah dilakukan
4. Memberikan salep mata pada bayi untuk mencegah infeksi mata pada
bayi baru lahir yaitu chloramphenicol dosis 1% secukupnya dimata
kanan dan kiri pukul 11.40 WIB. Ibu menyetujui dan sudah dilakukan
5. Memakaikan peneng bayi ditangan. Sudah dilakukan
6. Melakukan observasi TTV, laktasi, dan eliminasi. Sudah dilakukan
7. Menyuntikkan vaksin Hb0 pukul 12.40 WIB secara intramuscular di
sepertiga paha kanan anterolateral. Ibu menyetujui dan sudah dilakukan.
8. Melakukan pendokumentasian.
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
PADA NY. E P3A0 POST PARTUM 6 JAM

DI PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN I

3.3. Kasus Nifas

No. Register : 666/17

Tanggal / Jam Pengkajian : 10 Mei 2018 / 16.30 Wib.

Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

SUBJEKTIF

1) Identitas
Nama Ibu : Ny. E Nama : Tn.T
Suami
Umur : 35 tahun Umur : 29 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Jl.Luar Batang Rt Alamat : Jl.Luar Batang Rt


004/003 004/003

2) Anamnesa
a. Keluhan saat ini
Tidak ada keluhan
b. Jumlah anak yang dilahirkan
- Jumlah anak yang hidup : 3 orang
- Abortus : Tidak ada
c. Riwayat Persalinan Ini
- Tempat persalinan : PKM Kelurahan Penjaringan I
- Ditolong oleh : Bidan
- Tanggal / Jam persalinan : 10 Mei 2018
- Ibu
 Jenis persalinan : Normal Spontan Pervaginam.
 Air ketuban : Pecah spontan
 Komplikasi : Tidak ada
 Plasenta lahir : Spontan, lengkap
 Perdarahan : ±200cc
 Perineum : rupture grade 1I
 Tindakan lain : heacting
 Lama Persalinan : Kala I : - Kala III : 5 menit
Kala II :35 menit Kala IV : 2 jam
- Bayi
 Lahir : Spontan Pukul 10.25 WIB
 BB / PB : 2600 gram/ 46cm
 LK / LD : 31cm/ 30cm
 Komplikasi : Tidak ada
 Cacat bawaan : Tidak ada
d. Riwayat Post Partum
- Bounding attachment : IMD dan kontak langsung dengan ibu
- Pola nutrisi : Sudah makan roti, nasi dengan lauk ayam
dan minum air teh
- Pola eliminasi : Sudah BAK 2x dan belum BAB
- Pola istirahat :Kurang tidur dikarenakan bayinya
menangis ketika malam hari dan ibu harus
menyusui bayinya
- Mobilisasi dini : Sudah dapat berjalan, duduk, miring kanan
dan kiri
- Personal hygine : Sudah mandi, ganti pembalut 5x
- Keluhan saat post partum : Tidak ada keluhan

e. Riwayat Penyakit
Tidak ada riwayat penyakit, seperti hipertensi, jantung, stroke, anemia,
diabetes melitus, dan hepatitis. Ada riwayat penyakit dari orang tua (ayah
diabetes mellitus)

f. Riwayat Psikososial
- Respon Ibu dan : Senang akan kehadiran sang bayi
Keluarga

OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
d. TTV
TD : 120/70 mmHg S : 36,6 ̊ C
N : 78 x/menit RR : 19 x/menit

2) Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva sedikit pucat, sklera tidak ikterik
b. Mulut : Bersih, warna bibir sedikit pucat, tidak
adastomatitis, tidak ada tonsillitis, gigi tidak
berlubang
c. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
maupun kelenjar limfe serta kelenjar getah
bening

d. Payudara : Putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi


dan putting susu bersih, sudah ada pengeluaran
ASI

e. Abdomen

- TFU : 2 jari dibawah pusat

- Kontraksi uterus : Baik

- Kandung kemih : Kosong

f. Ekstremitas atas dan : Simetris pada tangan dan kaki, tidak oedema,
bawah tidak ada varises

g. Anogenital

- Anus : Tidak ada hemoroid

- Vulva vagina : Tidak ada kelainan

- Perineum : Jahitan masih basah (baik)

- Lochea : Rubra

3) Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

ANALISIS

a. Diagnosa : P3A0 post partum 6 jam

b. Masalah : Tidak ada

c. Kebutuhan : Asuhan normal ibu nifas 6 jam


PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Td :


120/70 mmhg, N: 78x/menit, R:19x/menit, S: 36,60 c . Ibu mengetahui
kondisinya yang saat ini baik.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusi bayinya sesering mungkin secara on
demand. Bila bayi sedang tidur, perlu dibangunkan untuk menyusu.
3. Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan merawat luka
jahitan agar cepat kering.
4. Mengingatkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan gizi
seimbang seperti protein contoh tempe,ikan,tahu untuk mempercepat
penyembuhan luka robekan jalan lahir.
5. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya nifas seperti perdarahan
lewat jalan lahir, keluar cairan yang berbau dari jalan lahir, bengkak
diwajah,tangan dan kaki,atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2
hari, payudara bengkak dan merah yang disertai rasa sakit, ibu terlihat
sedih,murung dan menangis tanpa sebab.
6. Mengingatkan ibu untuk minum terapi obat yang sudah diberikan yaitu
 Amoxicillin 500mg, 15 tablet 3x1 dihabiskan.
 Parasetamol 500 mg, 20 tablet dengan dosis 3x1 hari.
 Vitamin A dengan dosis 200.000 IU, 2 kapsul dengan dosis 1x1 hari.
 Vitamin B complex 150mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 Vitamin C 50mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 SF 60mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 Vitamin B12 50mcg 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
PADA NY. E P3A0 POST PARTUM 8 JAM

DI PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN I

3.4. Kasus Nifas

No. Register : 666/17

Tanggal / Jam Pengkajian : 10 Mei 2018/ 19.00 Wib

Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

SUBJEKTIF

1) Anamnesa
a. Keluhan saat ini
Tidak ada keluhan

OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
d. TTV
TD : 120/70 mmHg S : 36,6 ̊ C
N : 78 x/menit RR : 22 x/menit

2) Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik

d. Payudara : Putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi


dan putting susu bersih, sudah ada pengeluaran
ASI

e. Abdomen

- TFU : 2 jari dibawah pusat

- Kontraksi uterus : Baik

- Kandungkemih : Kosong

g. Anogenital

- Anus : Tidak ada hemoroid

- Vulva vagina : Tidak ada kelainan

- Perineum : Jahitan masih basah (baik)

- Lochea : Rubra

3) Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

ANALISIS

a. Diagnosa : P3A0 post partum 8 jam

b. Masalah : Tidak ada

c. Kebutuhan : Mengingatkan ibu untuk menyusui bayi

Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene


Dan menjaga kehangatan bayi
PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Td :


120/70 mmhg, N: 78x/menit, R:22x/menit, S: 36,60 c . Ibu mengetahui
kondisinya yang saat ini baik.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusi bayinya sesering mungkin secara on
demand. Bila bayi sedang tidur, perlu dibangunkan untuk menyusu.
3. Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan merawat luka
jahitan agar cepat kering.
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
PADA NY. E P3A0 POST PARTUM 24 JAM

DI PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN I

3.5. Kasus Nifas

No. Register : 666/17

Tanggal / Jam Pengkajian : 11 Mei 2018

Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

SUBJEKTIF

2) Anamnesa
b. Keluhan saat ini
Tidak ada keluhan

OBJEKTIF

4) Pemeriksaan Umum
e. Keadaan Umum : Baik
f. Kesadaran : Compos mentis
g. Keadaan Emosional : Stabil
h. TTV
TD : 110/70 mmHg S : 35,6 ̊ C
N : 79 x/menit RR : 20 x/menit

5) Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik

d. Payudara : Putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi


dan putting susu bersih, sudah ada pengeluaran
ASI

e. Abdomen

- TFU : 2 jari dibawah pusat

- Kontraksi uterus : Baik

- Kandungkemih : Kosong

g. Anogenital

- Anus : Tidak ada hemoroid

- Vulva vagina : Tidak ada kelainan

- Perineum : Jahitan masih basah (baik)

- Lochea : Rubra

6) Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

ANALISIS

a. Diagnosa : P3A0 post partum 24 jam

b. Masalah : Tidak ada

c. Kebutuhan : Mengingatkan untuk meminum obat, tanda bahaya.

Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang

PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Td :


110/70 mmhg, N: 79x/menit, R:20x/menit, S: 35,60 c . Ibu mengetahui
kondisinya yang saat ini baik.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusi bayinya sesering mungkin secara on
demand. Bila bayi sedang tidur, perlu dibangunkan untuk menyusu.
3. Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan merawat luka
dirumah dengan cebok dari depan ke belakang lalu dikeringkan dengan
handuk atau tisu agar jahitan agar cepat kering.
4. Mengingatkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan gizi
seimbang seperti protein contoh tempe,ikan,tahu untuk mempercepat
penyembuhan luka robekan jalan lahir.
5. Memberitahukan ibu mengenai tanda bahaya nifas seperti perdarahan
lewat jalan lahir, keluar cairan yang berbau dari jalan lahir, bengkak
diwajah,tangan dan kaki,atau sakit kepala dan kejang, demam lebih dari 2
hari, payudara bengkak dan merah yang disertai rasa sakit, ibu terlihat
sedih,murung dan menangis tanpa sebab.
6. Mengingatkan ibu untuk minum terapi obat yang sudah diberikan yaitu
 Amoxicillin 500mg, 15 tablet 3x1 dihabiskan.
 Parasetamol 500 mg, 20 tablet dengan dosis 3x1 hari.
 Vitamin A dengan dosis 200.000 IU, 2 kapsul dengan dosis 1x1 hari.
 Vitamin B complex 150mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 Vitamin C 50mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 SF 60mg, 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
 Vitamin B12 50mcg 20 tablet dengan dosis 2x1 hari.
7. Memberitahukan bahwa ibu dapat pulang tanggal 11 Mei 2018 setelah
visit dan dikatakan ibu dalam keadaan baik
8. Mengingatkan untuk kunjungan ulang tanggal 18 Mei 2018.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan Kasus Persalinan


Pada anamnesia Ny. E yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 2018
didapatkan Ny. E berusia 35 tahun, ini merupakan kehamilan ke 3, dengan
jumlah anak yang lahir 2 dan tidak ada riwayat abortus atau keguguran, usia
kehamilan ibu saat ini adalah 38 minggu. Ibu datang dengan keluhan mulas
sejak pukul 04.30 WIB setelah dilakukan observasi frekuensi dan durasi his,
didapatnya his terjadi 4 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik. Ny E
sudah ada tanda awal persalinan yaitu mulas-mulas. Menurut teori dari
Sarwono Prawirohardjo dalam buku Ilmu Kebidanan bahwa tanda awal
persalinan diantaranya adalah adanya rasa sakit oleh adanya his yang datang
lebih kuat, sering dan teratur.
Kala I persalinan dilakukanlah pemeriksaan awal pada Ny. E dan
didapatkan TFU 28 cm dengan taksiran berat janin 2635 gram. Ibu merasakan
mulas dan tampak agak pucat, diketahui dari hasil anamnesa bahwa ibu asupan
nutrisi yang tidak cukup hanya makan 2 kali sehari dan sangat jarang makan
dengan sayuran. Apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan maka
akan mengalami defisiensi/kekurangan zat nutrisi dalam tubuh. Salah satu
komplikasi dari ibu dengan anemia pada kala 1 yaitu partus lama. Partus lama
merupakan komplikasi persalinan yang salah satunya di sebabkan oleh anemia.
Karena ibu hamil dengan anemia membuat keadaan ibu menjadi kelelahan,
kelemasan dan kurang tenaga kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi. 26
sehingga his yang tidak efisien/adekuat. Ibu bersalin dikategorikan kala 1 lama
jika durasinya melebihi batas normal yaitu berlangsung lebih dari 13 jam pada
primigravida dan pada multipara lebih dari 8 jam. Dan durasi untuk kala 1 fase
akifnya berlangsung > 4 jam untuk multipara27. Tetapi pada kasus Ny. E tidak
mengalami partus lama karena Ny.E datang pembukaan 7 cm dan hanya butuh
waktu 30 menit untuk sampai ke pembukaan 10 cm dan his adekut karena
sebelumnya sudah makan pada jam 08.00 Wib dengan semangkuk bubur ayam
sebelum datang ke puskesmas sehingga Ny.E masih mempunyai tenaga dan
sesampainya dipuskesmas Ny.E hanya meminum secangkir teh hangat manis
Ny. E dan selama kala I persalinan diberikan asuhan pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan hidrasi berupa roti dan biscuit serta teh manis hangat. Hal ini sesuai
dengan teori dari JNPK-KR dalam buku Asuhan Persalinan Normal yaitu,
Asuhan persalinan yang di berikan oleh tenaga kesehatan pada Kala I antara
lain, beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu, jika ibu tampak
gelisah/kesakitan maka beri dukungan dan cara meringankan rasa nyeri dengan
relaksasi pernapasan dan masase punggung, menjaga privasi ibu, memberi
minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi, menyarankan ibu berkemih
sesering mungkin, memantau kemajuan persalinan menggunakan partograf,
pasang infus intravena untuk pasien dengan kondisi tertentu, lakukan
pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan, persiapan rujukan jika
terjadi komplikasi.
Kala II persalinan pada Ny. E berlangsung 35 menit dihitung dari
pembukaan lengkap hingga bayi lahir. Dalam hal ini sesuai dengan teori dari
JNPK-KR dalam buku Asuhan Persalinan Normal yaitu, Kala II persalinan
adalah kala pengeluaran bayi, di mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir. Kontraksi uterus ibu 4 kali dalam 10 menit lama nya 45 detik sehingga
tidak terjadi partus lama dengan di tambah kekuatan meneran akan mendorong
bayi hingga lahir pukul 10.25 WIB. Sehingga ibu tidak mengalami partus lama.
Dan hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Ratnasari
Rachman tahun 2012 yang berjudul hubungan paritas dan anemia dengan
kejadian partus lama di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan
hasil ada hubungan signifikan antara anemia dengan kejadia partus lama28.
Pada Ny. E proses bayi lahir biasanya berlangsung kurang dari 1 jam tepatnya
35 menit. Setelah 1 – 2 menit dilakukan pemotongan tali pusat, bayi diletakkan
di dada ibu dengan posisi tengkurap untuk IMD. Pada Ny. E melakukan IMD
berlangsung selama 60 menit hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu IMD
dilakukan selama 1 jam setelah bayi lahir.
Pada Ny. E dilakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III sesuai
dengan teori JNPK-KR dalam buku Asuhan Persalinan Normal yaitu,
Penatalaksanaan kala III yang dilakukan yaitu melakukan manajemen aktif
kala III yaitu pemberian oksitosin 10 IU secara IM di sepertiga paha kanan
anterolateral saat 1 – 2 menit bayi lahir sebelum melakukan pemotongan tali
pusat. Ketika terdapat tanda gejala kala III yaitu semburan darah, uterus
globuler dan pemanjangan tali pusat, dilakukan peregangan tali pusat
terkendali dan rangsangan taktil atau masase fundus uteri 15 detik searah jarum
jam. Pada Ny. E plasenta lahir pukul 10.30 WIB, berlangsung selama 5 menit
setelah bayi lahir. Hal ini normal terjadi karena plasenta lahir 5-30 menit
setelah bayi lahir dengan demikan kala III tidak ada penyulit dan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek.
Dari data anamnesa dan penapisan di dapatkan informasi bahwa hasil
pemeriksaan penunjang pada tanggal 2 Oktober 2017 Hb ibu 10,6 gr/dL dapat
dikatakan ibu mengalami anemia ringan. Hal ini sesuai dengan teori tentang
klasifikasi anemia pada persalinan yaitu 1) Hb 11 gr/dL : Tidak anemia, 2) Hb
9-10 gr/dL : Anemia ringan , 3) Hb 7-8 gr/dL : Anemia sedang , 4) Hb < 7
gr/dL : Anemia berat.
Menurut teori Kenneth J,l. 2014 pada buku Obstetri William ibu bersalin
dengan anemia ringan mengalami Atonia Uteri dan Retensio Plasenta pada kala
III. Pada kasus Ny. E tidak mengalami Atonia Uteri karna kontraksi Ny .E baik
dan tidak mengalami Retensio Plasenta karena plasenta lahir dalam waktu 10
menit.
Pada Ny. E dilakukan Asuhan Kala IV yang sesuai dengan teori JNPK-KR
dalam buku Asuhan Persalinan Normal yaitu, menilai robekan jalan lahir. Pada
Ny. N terdapat robekan dijalan lahir pada mukosa vagina dan otot perineum.
Menurut buku saku pelayanan ibu di fasilitas kesehatan dasar diklasifikasikan
dalam rupture grade II. Kemudian dilakukan penjahitan. Tinggi fundus uteri 2
jari di bawah pusat, pengeluaran lochea rubra, kandung kemih kosong.
Pengawasan obsevasi kala IV dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam
pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum (Haemoragic Post
Partum). Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran, pemeriksaan
tanda tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
jumlah pendarahan serta pengecekan kandung kemih. Observasi Kala IV Ny. E
yaitu TTV batas normal 110/70 mmHg, suhu 36,0°C, tinggi fundus uteri
setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong, lochea rubra, pengeluaran darah selama proses persalinan ±200 cc.
Teori mengatakan Rata-rata perdarahan yang normal adalah ±250cc.
Sementara perdarahan persalinan yang lebih dari ±500 cc adalah perdarahan
abnormal. Menurut teori Asuhan Persalinan dan Asuhan Esential JNPKR 2008
ibu bersalin dengan anemia ringan beresiko mengalami perdarahan Kala IV.
Pada kasus Ny. E tidak mengalami perdarahan kala IV karena perdarahan total
Ny. E ± 200 cc.

4.2. Pembahasan Kasus BBL


Bayi Ny. E lahir dari kehamilan usia 38 minggu usia kehamilan dengan
berat lahir 2600 gram., panjang badan = 46 cm, Lingkar Kepala = 31 cm,
Lingkar Dada = 30 cm, Lingkar Perut = 29 cm, Lingkar Lengan = 10 cm.
Sesuai dengan Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram.
Bayi Ny. E dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan didapatkan DJB =
145 x/menit, RR = 48 x/menit, Suhu = 36,8ºC dalam batas normal. Hal ini
sesuai dengan teori dari Manjoer dalam buku kapita selekta kedokteran edisi 3
jilid 2 yaitu, Perubahan fisiologis bayi baru lahir yaitu, perubahan pada sistem
pernapasan dan sirkulasi dalam tubuh bayi baru lahir yaitu, DJB 120-140
x/menit, RR 35-50 x/menit dan suhu 36,5-37,5oC.
Bayi Ny. E dilakukan pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki (head to
toe) setelah lahir. Hal ini sesuai dengan teori dari JNPK-KR dalam Pelatihan
Klinik Asuhan Persalinan Normal yaitu, Penatalaksanaan atau penanganan bayi
baru lahir yaitu, lakukan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya cacat bawaan
(bibir sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-
tanda bahaya pada bayi. Dari hasil pemeriksaan sejauh ini belum ditemukan
adanya kelainan dan reflex positif.
Bayi Ny. E diberikan perawatan tali pusat dengan menutup atau
membungkus tali pusat dengan kassa steril kering. Hal ini sesuai dengan teori
Puspita E. dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care) yaitu,
Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yaitu, menjaga agar tali pusat tetap
kering dan bersih dengan cara bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali
pusat dengan kapas basah, bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan
kasa bersih atau steril, popok atau celana bayi harus diikat dibawah tali pusat,
tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin.
Bayi Ny. E dilakukan injeksi Vitamin K1 phytomenadione 1 mg (0,5 cc)
secara IM di 1/3 paha kiri anterolateral (Kementrian Kesehatan RI,2010), bayi
Ny. E diberi salep mata Chloramfenikol 1 gr% di kedua matanya, dan bayi Ny.
E diberikan injeksi imunisasi Hb-0 secara IM di 1/3 paha kiri anterolateral 1
jam setelah penyuntikan vitamin K1. Hal ini sesuai dengan teori dari Puspita E.
dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care) yaitu,
Penatalaksanaan atau penanganan bayi baru lahir yaitu, setelah IMD selesai
maka dilakukan injeksi vitamin K1 untuk mencegah perdarahan terutama pada
otak karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Bayi perlu diberikan
vitamin K dengan dosis 0,5-1 mg I.M, selanjutnya diberi salep antibiotik di
kedua mata dan harus diberikan dalam 1 jam setelah kelahiran, diberikan salep
mata dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan
hidung bayi menuju keluar mata, setalah 1 jam penyuntikan vitamin K1 bayi
harus diberi imunisasi Hepatitis B-0 dalam 12 jam setelah lahir.
Bayi Ny. E diberi tanda pengenal berupa gelang berwarna biru yang berisi
data informasi berupa nama orang tua, waktu lahir, jenis kelamin, berat dan
panjang lahir. Hal ini sesuai dengan teori dari JNPK-KR dalam Pelatihan
Klinik Asuhan Persalinan Normal yaitu, Penanganan bayi baru lahir yaitu,
berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.
Bayi Ny.E setelah diberikan tanda pengenal,bayi segera memakaikan
pakaian, sarung tangan dan kaki, serta untuk menjaga kehangatan bagi
dilakukan dengan cara membungkus bayi dengan kain bedong dan dipakaikan
topi bayi. Sesuai dengan teori bahwa Evaporasi adalah cara kehilangan panas
yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena meguapnya
cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi
tidak segera dikeringkan dan lebih baik lagi menggunakan handuk hangat atau
selimut untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.
Bayi Ny. E dirawat gabung dengan ibunya. Hal ini sesuai dengan teori dari
Puspita E. dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care) yaitu,
penatalaksanaan perawatan bayi baru lahir. Jenis perwatannya yaitu, rawat
gabung (rooming in) antara ibu dan bayi agar bayi berada dalam jangkauan ibu
dan dapat menyusu setiap saat.

4.3. Pembahasan Kasus Nifas


Ny. E usia 35 tahun melahirkan anak ketiga secara normal spontan
pervaginam pada tanggal 10 Mei 2018 pukul 10.25 WIB di Puskesmas
Kelurahan Penjaringan I. Selama proses persalinan ibu dan bayi tidak
mengalami komplikasi persalinan Kala I, Kala II, Kala III dan Kala IV. Setelah
melahirkan (2 jam postpartum), ibu sudah dipindahkan ke ruang nifas setelah
dipastikan kondisinya stabil. Ibu tidak mengalami perdarahan.
Pengkajian data dilakukan pada nifas 6 jam,8 jam 24 jam yaitu tanggal 10
Mei 2018 sampai 11 Mei 2018. Hasil pemeriksaan umum secara keseluruhan
post partum baik dan normal. Pasien merasa perutnya masih terasa mulas, hal
tersebut merupakan fisiologis masa nifas dimana mulas yang dirasakan
merupakan proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Untuk itu,
kami menganjurkan pasien untuk selalu memantau bagian abdomennya jika
terasa lembek dianjurkan untuk memutar abdomen searah jarum jam agar keras
kembali. Keadaan yang baik dalam proses involusi uteri adalah uterus teraba
keras dan pasien merasa mulas.
Anemia sedang ibu nifas biasanya disebabkan oleh perdarahan dan jika
tidak dikelola dengan baik akan menajdi anemia berat, pada ibu nifas
biasanya terjadi perdarahan karena atonia uteri dan infeksi. Selain itu
anemia sedang pada ibu nifas dapat mempengaruhi aktivitas seharihari dan
aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa lemas,
pusing dan cepat lelah (Siviana, 2012). Tetapi pada kasus Ny E,tidak
mengalami keluhan cepat lelah,lesu,masa berkunang,pusing dan sakit kepala.
Selain itu dalam pengukuran TFU didapatkan hasil TFU 2 jari dibawah
pusat. Hal ini normal, sesuai dengan teori Tinggi fundus uterus dan berat uterus
menurut masa involusi (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,
p.78)

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

Pertengahan pusat 500 gram


1 minggu
simpisis

2 minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal Gram

Pengaruh anemia pada masa nifas dapat menyebabkan pendarahan


postpartum, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi payudara
(Manuaba, 2007) Tetapi pada Ny E, pada saat pemeriksaan payudara sudah
ada pengeluaran ASI pada payudara kiri dan payudara kanan. Dengan begitu,
ibu sudah dapat menyusui bayinya sesuai kebutuhan bayi. Berdasarkan
pemeriksaan ASI Ny. E sudah keluar cairan berwarna kekuningan dan kental di
kedua payudaranya yang disebut dengan kolostrum. Hal tersebut sesuai dengan
teori, bahwa pada hari 1-3 ASI yang keluar berupa kolostrum yang Kolostrum
mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang terlarut dalam lemak,
mineral dan immunoglobulin. Immunoglobulin ini merupakan antibody dari
ibu untuk menjaga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif
akan melindungi bayi dengan berbagai virus dan bakteri yang merugikan.
Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan
meconium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima ASI (Depkes RI, 2005).
Pada pemeriksaan genetalia didapatkan lochea berwarna merah (lochea
rubra), banyaknya 1/2 pembalut dengan konsistensi cair stolsel. Hal tersebut
sesuai dengan teori beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, Hesty Widyasih,
Anita Rahmawati, 2009, pp.78-79) : Lochea Rubra berisi darah merah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel darah desidua (Desidua yakni selaput
tenar rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti
salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti
kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan
mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar
usus dan air ketuban berwarna hijau). Ini terjadi pada hari ke 1-3 pasca salin.
Selain itu, pada pemeriksaan genetalia jahitan luka perineum ibu masih
basah (dalam keadaan baik). Untuk itu ibu dianjurkan menjaga personal
hygiene dengan baik dan konsumsi makanan tinggi protein agar mempercepat
penyembuhan luka perineum. Robekan perineum Ny. E diklasifikasikan
rupture perineum grade II karena robekan terjadi hingga mencapai otot-otot
perineum. Pada kasus robekan perineum Ny. E di RB PKL Penjaringan I tidak
dilakukan dengan anestesi lokal terlebih dahulu dengan alasan anestesi
mempunyai efek vasokontriksi lokal sehingga aliran darah disekitar luka
menjadi berkurang dan penyerapan obat menjadi lambat. Penyerapan yang
lambat akan menimbulkan eodema pada daerah sekitar suntikan yang
menyebabkan penjahitan menjadi tidak sempurna, sehingga dapat
mempengaruhi lama penyembuhan luka. (Brown, 1995).
Dalam masa nifas adaptasi psikologis Ny. E dalam keadaan baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari sikap ibu yang sangat senang atas kelahiran bayi
yang diharapkannya. Terlihat juga dari cara ibu merawat bayinya dengan
penuh tanggung jawab diantaranya menyusui bayinya sesuai keinginan bayi,
menjaga kehangatan bayi, mengganti popok jika bayi BAB dan BAK
Dengan demikian, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah ada, Ny. E
diberikan beberapa asuhan kebidanan nifas sesuai kebutuhan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan disusunnya laporan Asuhan Persalinan, Bayi baru
lahir dan Nifas Normal pada Ny. E G3P2A0 dengan anemia ringan,
telah penulis selesaikan, dapat disimpulkan bahwa asuhan yang
diberikan sesuai dengan prosedur yaitu :
- Setelah dilakukan pemantauan ketat didapatkan hasil bahwa
pada persalinan Ny. E tidak disertai dengan penyulit.
Berdasarkan teori yang sudah di paparkan, proses persalinan
yang di lalui oleh Ny. E dengan diagnosa Anemia Ringan
akan menyebabkan Inersia Uteri, Retensio Plasenta, dan
Haemoragic Post Partum. Namun, berdasarkan hasil
pemantauan tidak ditemukan beberapa hal yang telah
disebutkan.
- Pada pemeriksaan Bayi baru lahir dalam keadaan baik,
dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38
minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala
secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur,berat badan 2600 gram, dari hasil
pemeriksaan sejauh ini belum ditemukan adanya kelainan dan
reflex positif.
- Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ny. E,
didapatkan semua hasil pemeriksaan dalam batas normal,
mulai dari keadaan umum, kesadaran, TTV dan pemeriksaan
fisik semua dalam keadaan baik.
- Selain melakukan pemeriksaan terhadap Ny. E, juga
memberikan asuhan kebidanan yang dibutuhkan bagi ibu post
partum 24 jam, yaitu memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai personal hygiene khususnya di daerah genetalia
ibu, pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, cara
meningkatkan produksi ASI, kebutuhan gizi bagi ibu nifas,
tanda bahaya masa nifas dan mengonsumsi obat sesuai
anjuran serta jadwal kunjungan ulang.
5.2 Saran
1. Bagi lahan praktik dengan adanya presentasi kasus ini diharapkan
dapat memberikan evaluasi kepada lahan praktik mengenai asuhan
kebidanan yang diberikan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
ibu.
2. Bagi mahasiswa Program Studi D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
jurusan kebidanan untuk melakukan asuhan kebidanan persalinan,
bayi baru lahir dan nifas normal.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ibu
dan bayi setelah dilakukan asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
2. Rohanni dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
3. Kemenkes RI. 2014. Diunduh melalui
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 16.45 WIB
4. Kemenkes RI. 2014 diunduh melalui
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf, pada tanggal 18 Mei 2018
5. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
6. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir,2003:41
7. Mochtar Rustam, 1998 Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC:
Jakarta : hal 119
8. Ambrawati, R,E., Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.
http://scholar.google.co.id/schol. (Diakses tanggal 15-5-2018).
9. Prawirohardjo, S. (2006) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
10. Abdul Bari, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan dan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta; YBPSP.
11. Kementerian Kesehatan RI,2013.Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta
12. Cunningham, F.G., dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
13. JNPK-KR, 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi, Jakarta, JNPK-KR
14. Edukia materi pembelajaran kesehatan ibu dan anak. World Health Organization
Country Office for Indonesia. Diperoleh pada tanggal 19 mei 2018.
http://www.edukia.org/web/kbibu/3-2-2-asuhan-persalinan-normal-dan-
perawatan-neonatal-esensial-pada-saat-lahir/
15. Universitas Negeri Solo. Diperoleh pada tanggal 19 Mei 2018 melalui
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021408001_bab2.pdf
16. JHPIEGO, POGI, JNPKR. 2013. Asuhan Persalinan dan Asuhan Esential. Edisi 3,
Jakarta: JHPIEGO, POGI, JNPKR
17. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, edisi
pertama (2013), Jakarta
18. Kenneth J,l. 2014. Obstetri William: Panduan ringkas, edisi ke-24, Jakarta: EGC
19. Universitas Negeri Solo. Diperoleh pada tanggal 20 Mei 2018 melalui
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313027_bab2.pdf
20. Hello sehat. Diperoleh pada tanggal 20 mei 2018 melalui
https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-bayi/refleks-bayi-baru-lahir/
21. Universitas Diponegoro. Diperoleh pada tanggal 20 mei 2018 melalui
http://eprints.undip.ac.id/43163/2/BAB_II.pdf
22. Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu. Diperoleh pada tanggal 20 mei 2018
melalui http://dinkes.inhukab.go.id/?p=4192
23. Unimus. Diperoleh pada tanggal 20 mei 2018 melalui
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-nitadenymu-6003-2-
babii.pdf
24. Asih, Yusari dan Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta
: Trans Info Media.
25. Kemenkes RI. 2014. Diunduh melalui
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
pada tanggal 18 Mei 2018 pukul 16.45 WIB
26. Restu Wijayanti. 2016. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan
di bps pipin heriyanti Yogyakarta. Kebidanan STIKes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Diunduh
tanggal 24 May 2018.
27. Atik Purwandari, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia.Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado. Volume 4 Nomor 1.
Januari – Juni 2016. Diunduh tanggal 23 Mei 2018.
28. Ratnasari Rachman, 2012. Hubungan Anemia dengan Kejadian Partus Lama di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2012 Thesis. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
http://lib.say.ac.id. Diunduh tanggal 24 May 2018.

Anda mungkin juga menyukai