Disusun Oleh :
Hari :
Tanggal :
Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Nifas dan Menyusui yang
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2020.
Mahasiswa
i
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan Nifas
dan Menyusui. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas praktek kebidanan stage Nifas.
Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1. Elisa Ulfiana, S.SiT., M.Kes. selaku pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Sri Atun Mahmudah, A.Md.Keb. selaku pembimbing lahan praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik stage Nifas di Puskesmas
Kutowinangun.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini
terselesaikan
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
boleh minum dan makan, namun perlu diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu
menyusui harus lebih besar dari pada ibu hamil, kecuali apabila ibu tidak
menyusui bayinya (Wahyuni, 2018).
Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan
tenaga kesehatan (termasuk bidan di desa/polindes/poskesdes) dan kunjungan
rumah (Kemenkes RI, 2020). Adapun tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian Sunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat, dan memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin,
2011).
Pada tahun 2018 data di Jawa Tengah didapatkan jumlah kasus kematian ibu
sebanyak 421 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian
ibu tahun 2017 yang sebanyak 475 kasus. Hal ini menunjukkan angka kematian
ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 88,05 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 78,60 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2018. Sebesar 57,24 persen kematian maternal terjadi pada waktu nifas,
25,42 persen pada waktu hamil, dan sebesar 17,38 persen pada waktu persalinan.
Berdasarkan laporan rutin kabupaten/kota tahun 2018 diketahui bahwa cakupan
pelayanan nifas Provinsi Jawa Tengah sebesar 98,03 persen, mengalami sedikit
peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun 2017 yaitu 96,29 persen (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2018).
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kebumen dari tahun 2014 hingga 2016
terjadi peningkatan dari angka 58,37 per 1000 Kelahiran Hidup (12 kasus) di tahun
2014 menjadi 68,48 per 1000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015, pada tahun 2016
meningkat kembali menjadi 80,1 per 1000 KH (16 kasus) kemudian menurun
menjadi 61,38 per 1000KH (12 kasus) pada tahun 2017 dan pada tahun 2018
mengalami penurunan menjadi 61,38 Per 1000 Kelahiran Hidup. Untuk target
RPJMD adalah 100 per 1000 KH yang artinya angka pencapaian Kebumen telah
memenuhi target yang diharapkan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2018).
Pencapaian pelayanan ibu nifas dari tahun ke tahun diketahui bahwa
cakupan pelayanan nifas Kabupaten Kebumen tahun 2014 sebesar 95.5 %, tahun
2015 96,2 %, tahun 2016 98,2 %, 2017 99 % 2018 98.9 %. Dari data tersebut
mengalami peningkatan sampai pada 2017 yaitu mencapai angka 99 %. Akan
3
tetapi terjadi penurunan pada 2018 yaitu 98,9 %. Kenaikan cakupan kunjungan
nifas ini karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
melakukan pemeriksaan pada masa nifas. Selain itu, adanya peningkatan cakupan
KF karena adanya kunjungan petugas Puskesmas dan pendampingan ibu hamil
oleh bidan desa dan kader kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen,
2018).
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas fisiologis di Puskesmas
Kutowinangun, SOP yang dilakukan sudah sesuai dengan kewenangan dan
kompetensi bidan dalam pemberian asuhan nifas fisiologis, yaitu ibu nifas
dilakukan pengawasan selama 2 jam post partum, kemudian melihat kondisi ibu,
apabila kondisi ibu baik bisa langsung pulang minimal 24 jam postpartum,
kemudian dilakukan kunjungan rumah minimal 4 kali sesuai program atau lebih
bila ada ibu nifas dengan komplikasi. Kunjungan rumah ini dilakukan oleh bidan
desa.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologis Pada Ny.L Usia 23 Tahun
P1A0 di Puskesmas Kutowinangun Kabupaten Kebumen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam studi kasus ini
adalah “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologis Pada Ny.L Usia 23
Tahun P1A0 di Puskesmas Kutowinangun Kabupaten Kebumen”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan
pada ibu nifas secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dimulai dengan
pengkajian data subyektif, obyektif, menegakkan diagnosa dan memberikan
tatalaksana secara komprehensif dan melakukan evaluasi.
4
D. Manfaat
1. Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam membantu terlaksananya program
puskesmas dengan mengaplikasikan teori dan praktik asuhan kebidanan pada
masa nifas.
2. Klien
Menambah pengetahuan ibu mengenai asuhan selama kehamilan, serta
meningkatkan rasa kebutuhan ibu untuk melakukan pemeriksaan paska
persalinan.
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui
kebutuhan ibu nifas dalam melaksanakan perawatan masa nifas secara
berkualitas.
4. Institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber tambahan
pustaka atau referensi dan sebagai salah satu media dalam kegiatan belajar
mengajar serta menjadi acuan dalam penulisan laporan-laporan selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.
6
6
b. Identifikasi dari penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis.
c. Mendorong agar dilaksanakannya metode yang tapat tentang pemberian
makan bayi dan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu
dan anak yang baik.
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
f. Merujuk ibu ke tenaga yang lebih ahli jika perlu
(Dewi and Sunarsih, 2011)
4. Program dan Kebijakan Tehnis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang
terjadi antara lain sebagai berikut menurut Kemenkes RI (2020) :
a. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca
persalinan;
b. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca
persalinan;
c. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan)
hari pasca persalinan;
d. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat
puluh dua) hari pasca persalinan.
Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan
upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga (Kemenkes RI, 2020).
Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Nifas Normal
KUNJUNGA
WAKTU ASUHAN
N
I 6 jam - 2 hari Mencegah perdarahan masa nifas
post partum karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab
lain pendarahan
Memberikan konseling pada ibu
mengenai bagaimana cara
pencegahan pendarahan
7
3) Autolysis
9
2) Nadi
11
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat proses
persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses
persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada
masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110-140 mmHg dan
untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah
dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya
perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami
peingktan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih 15 mmHg pada
diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau pre eklamsi post partu,.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada
saat persalinan frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan
oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu mengejan dan mempertahankan
agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah persalinan
selesai, frekwensi pernafasan akan kembali normal.
i. Perubahan Hormon
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai sekitar
enam minggu setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam darah ibu
dipengaruhi oleh frekwensi menyusui, lama setiap kali menyusui dan nutrisi
yang dikonsumsi ibu selama menyusui.
j. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Perubahan hormone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya
hemodilusi sehingga kadar Haemoglobin (Hb) wanita hamil biasanya sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Selain itu, terdapat
hubungan antara sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin melalui plasenta.
Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah tersebut akan terputus
sehingga volume darah ibu relative akan meningkat dan akan kembali
normal sekitar 1 sampai minggu setelah melahirkan.
k. Perubahan Sistem Pencernaan
Buang Air Besar (BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari
pertama postpartum. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot
selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang
asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri
12
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI nya (Saleha, 2013).
b. Ambulasi/Mobilisasi
Ambulasi dapat dilakukan dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah
bisa melakukan mobilisasi yang dapat dilakukan secara perlahan-lahan dan
bertahap diawali dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian
duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
Manfaat mobilisasi Dini (Early mobilization) yaitu:
1) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium
2) Mempercepat involusi alat kandungan
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
Keuntungan ambulasi dini adalah :
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
4) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.
(Dewi and Sunarsih, 2011)
c. Eliminasi BAK/BAB
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan tindakan
berikut ini :
1) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
2) Mengompres air hangat diatas simpisis
3) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB maka sebaiknya
diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3
diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar
dapat BAB dengan teratur:
1) Diet teratur
14
b. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab
terpenting dari kematian karna infeksi purpuralis.
Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-
vena golongan 2 disebut tromboflebitis femoralis.
1) Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvisyang sering meradang adalah
vena ovarika karna mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah
fundus uteri.
2) Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat menjadi
Tromboflebitisvena safena magna atau peradangan vena femoralis
sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis.
3) Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat
menjalar keperitonium hinga terjadi peritonitis atau keparametrium
menyebabkan parametritis.
17
penurunan let down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan
segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.
(Saleha, 2013)
8) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan
keluhan lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri (Siwi,
2015).
9) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Siwi, 2015).
10) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2011). Di isi dengan riwayat penyakit yang pernah
atau sedang di derita baik klien ataupun anggota keluarga, terutama
penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
seperti IMS, HIV/ AIDS, Hepatitis B, Malaria, peyakit tidak menular
(Diabetes, kanker, hipertensi), penyakit genetik, dan masalah
kesehatan jiwa (Siwi, 2015).
11) Riwayat Obstetri
a) Menarch: Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun
(Sulistyawati, 2015).
b) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur
atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari (Siwi,
2015).
22
f) Penghasilan Perbulan
Dikaji untuk mengetahui berapa penghasilan ibu/ suami perbulan,
cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ibu selama kehamilan
nantinya (Siwi, 2015).
16) Tingkat Pengetahuan
b. Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Sulistyawati, 2015).
b) Kesadaran
25
d) Nadi
Tabel Klasifikasi Denyut Nadi
< 60 Bradikardi
60 – 100 Normal
>100 Takikardi
e) Suhu
Suhu tubuh seseorang dapat diukur melalui ketiak/ aksila yang
dilakukan dengan meletakkan thermometer di ketiak (Kemenkes
RI, 2017).
Tabel Klasifikasi Suhu Tubuh
<36, 5 Hipotermi
f) Respirasi
Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan
menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi yang diikuti
ekspirasi dalam satu menit penuh.
Tabel Klasifikasi Frekuensi Nafas
26
<13 Bradipnea
14 – 20 Normal
>20 Takipnea
g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebnaliknya dalam keadaan yang abnormal, terhadap dua
kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan
intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi
kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang
tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun
status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan
dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat
melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu.
Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu
singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
27
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Oktober 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kutowinangun
B. IDENTITAS PASIEN
Biodata
1. Nama ibu : Ny. L 1. Nama suami : Tn. T
2. Umur : 23 Tahun 2. Umur : 26 tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan : Karyawan Swasta
7. Alamat : Kutowinangun 4/6 7. Alamat: : Kutowinangun 4/6
C. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan masih dalam pengawasan setelah melahirkan
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan perutnya masih mules dan nyeri luka jahitan
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules setelah melahirkan dan nyeri
luka jahitan
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Warna darah : merah khas Leukhorea : tidak ada
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut sehari
31
32
d. Riwayat Kesehatan:
Penyakit/ kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan
tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit, seperti mudah lelah saat
beraktivitas, nafas tersengal-sengal atau terengah - engah setelah selesai
beraktivitas (jantung), pusing yang tidak hilang setelah dipakai istirahat
(hipertensi), batuk berkepanjangan ± 1 bulan atau disertai dengan darah
(TBC), nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada, batuk, nafas berat yang
berbunyi (asma), rasa sering kencing, mudah lapar, mudah haus terutama
pada malam hari (DM), dan tidak menderita penyakit hepatitis, IMS (Infeksi
Menular Seksual/penyakit kelamin) dan HIV/AIDS (Human Immuno
Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi Syndrome).
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : Ibu
mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang sedang ataupun pernah
menderita penyakit, seperti mudah lelah saat beraktivitas, nafas tersengal-
33
Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
- - - -
Rencana KB : Ibu mengatakan belum ada rencana untuk KB
f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari: Pola kebutuhan ibu terakhir setelah
bersalin
1) Nutrisi
a) Makan pukul : 08.00 WIB
Frekuensi makan pokok : 1x
Komposisi :
Nasi : 1 x @ 1 piring sedang
Lauk : 1 x @ 1 butir, jenisnya : telur, tempe
Sayur : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis : bayam
Buah : pepaya
Camilan: -
Pantangan : tidak ada
b) Minum pukul : 08.50 WIB
Jumlah total 2 gelas , Jenis : air putih
Susu : -
2) Eliminasi Pukul : 08.30 WIB
a) Buang Air Kecil :
Frekuensi : warna : kuning khas, + 10cc
Keluhan/masalah : Tidak Ada
b) Buang Air Besar : Ibu mengatakan belum BAB
34
3) Personal hygiene : -
Mandi :-
Keramas :-
Gosok gigi : 1x
Ganti pakaian 1 x ; celana dalam 1 x, pembalut 1x
4) Kebiasaan memakai alas kaki : memakai alas kaki di dalam ruangan
5) Hubungan seksual
Frekuensi : ibu belum melakukan hubungan seksual karena masih
dalam masa nifas
Keluhan lain : -
6) Istirahat/tidur : Ibu belum bisa tidur sejak melahirkan
Tidur malam : -
Tidur siang :-
Keluhan/masalah : -
7) Aktivitas fisik dan olah raga :
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Ibu sudah dapat miring kanan dan
kiri
Olah raga :-
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
Minuman beralkohol : Ibu mengatakan tidak minum alkohol
Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat
Jamu : Ibu mengatakan tidak minum jamu
9) Pola menyusui :
Bayi sudah bisa menyusu, ibu menyusui sesuai dengan permintaan bayi.
Keluhan: air susu keluar lancar
10) Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 22 th
Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 10 bulan
Hubungan dengan suami : baik
b) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: Baik dan mendukung
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi bersama
keluarga
35
D. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 110/ 70 mmHg
4) Suhu /T : 36,7 C
5) Nadi : 82 x / menit
6) RR : 20 x / menit
b. Status present
Kepala : Mesochepal, rambut warna hitam dan tidak mudah
dicabut, tidak ada benjolan abnormal
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
kuning
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi
berlubang, tidak sariawan
Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris,
pendengaran
baik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid tidak ada nyeri
telan
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
nyeri
tekan, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran
limpa dan hepar
Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : tidak oedem, tidak ada varises
Ekstremitas : tidak oedem, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik,
pergerakan normal, kuku jari bersih
Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada
benjolan abnormal
37
c. Status Obstetrik
Muka : tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma
Mamae : payudara membesar, putting susu menonjol,
kolostrum sudah keluar
Abdomen : ada linea nigra, TFU 2 jari dibawah pusat, VU
kosong, kontraksi keras
Genetalia : PPV : lokea rubra
Luka perineum: derajat II, jahit jelujur
2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan
E. ANALISA
Ny.L umur 23 tahun P1A0 post partum 6 jam fisiologis
Masalah : perut mules, nyeri luka jahitan, dan belum mengetahui tanda bahaya
nifas dan perawatan daerah genetalianya
Kebutuhan : informasi tentang fisiologis nifas, mengurangi nyeri luka jahitan dan
perut mules, tanda bahaya nifas dan perawatan daerah genetalianya
3. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang yaitu dengan cara menarik
nafas melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut, teknik ini
dinamakan teknik relaksasi nafas panjang dan digunakan untuk mengurangi
nyeri kontraksi serta nyeri pada luka jahitan perineum.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan teknik relaksasi nafas panjang
untuk mengurangi nyeri.
4. Memberikan penkes kepada ibu mengenai nutrisi untuk mempercepat
penyembuhan luka jahitan perineum yaitu makan makanan yang banyak
mengandung protein seperti telur, daging, ikan, ayam, serta diimbangi dengan
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C, serat dan
banyak minum air putih.
Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan kaya protein, buah dan sayur
lebih banyak dari biasanya
5. Menjelaskan pada ibu teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu
membersihkan dengan air biasa kemudian dikeringkan dengan handuk atau
tisu kering, menganjurkan ibu untuk rajin mengganti pembalut apabila setelah
BAB, BAK, dan jika dirasa sudah lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
6. Memberi tahu ibu mengenai tanda bahaya post partum (setelah melahirkan),
yaitu adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan
kunang kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu
mengalami depresi, payudara bengkak, dan memerah
Hasil : ibu mengerti bahwa tanda bahaya post partum (setelah melahirkan),
yaitu adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan
kunang kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu
mengalami depresi, payudara bengkak, dan memerah
7. Mengajarkan dan membantu ibu untuk mobilisasi dini.
Hasil : Ibu sudah bisa miring kiri, kanan, duduk dan berdiri
8. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali (on demand), jika bayi tidur >2 jam,
bangunkan lalu susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke
payudara sisi yang lain.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali, jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
39
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang
lain
9. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan.
ASI merupakan makanan ilmiah bagi bayi yang praktis, ekonomis, memiliki
gizi yang sesuai bagi bayi dan sesuai pencernaan bayi. Selain itu dengan
menyusui ibu dapat lebih dekat dengan sang bayi.
Hasil : ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran
10. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur
sayuran berwarna hijau, makan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, dan
ibu tidak ada pantangan dalam makan, serta menjelaskan pada ibu untuk
makan 2x dari porsi makan sebelum hamil.
Hasil : ibu mengerti bahwa nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging, ikan sebagai
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur
sayuran berwarna hijau, makan yang mengandung vitamin C seperti jeruk,
dan ibu tidak ada pantangan dalam makan, serta makan 2x dari porsi makan
sebelum hamil.
11. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat dan vitamin dari
puskesmas sesuai anjuran tenaga kesehatan dan mengingatkan kembali untuk
kontrol ke puskesmas 3 hari yang akan datang.
Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas dengan
rutin berupa Asam mefenamat 500 mg (3x1), Amoxilin 500 mg (3x1),
vitamin A 200.000 IU (diminum 24 jam dari minum vitamin A yang pertama)
dan tablet Sulfas Ferosus 200 mg (1x1) dan ibu akan kontrol 3 hari yang akan
datang.
40
2) Eliminasi
BAK 5-6 kali/hari warna kuning jernih
BAB 1 kali sehari warna kuning, konsistensi lembek.
Pola eliminasi tidak ada keluhan BAK maupun BAB
3) Personal hygiene
Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, ganti pakaian
2 kali sehari, ganti pembalut 2-3 kali sehari.
4) Istirahat/tidur
Tidur malam ±8 jam sehari, bangun di malam hari untuk menyusui dan
ganti popok bayinya.
Tidur siang kadang-kadang 1 jam perhari.
Pola istirahat tidak ada keluhan
5) Aktifitas fisik
Ibu sudah bisa melakukan aktivitas fisik seperti biasanya seperti
membersihkan rumah, dan memasak dengan dibantu ibu kandung sesekali.
6) Pola menyusui
Ibu menyusui bayinya setiap kali bayinya menangis atau setiap 2 jam sekali
dibangunkan bila bayinya tertidur. Ibu mengatakan ASI nya saat ini sudah
keluar lancar.
Keluhan : tidak ada keluhan atau masalah.
e. Data Pengetahuan
1) Hal-hal yang sudah diketahui ibu
Ibu mengatakan sudah mengetahui cara perawatan luka jahitan perineum
dan gizi ibu nifas.
3) Hal-hal yang ingin diketahui ibu
ibu mengatakan ingin mengetahui cara menyimpan ASI perah karena ibu
akan memberikan ASI Eksklusif pada bayinya jika kemungkinan ibu akan
bekerja lagi seperti sebelum menikah.
2. Obyektif
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6 ᵒC
42
RR : 22 x/menit
d. Status present : normal tidak ada kelainan, ekstermitas tidak oedem.
e. Status Obstetricus
Mamae
Puting susu : Menonjol, tidak ada lecet
Produksi ASI : ASI sudah keluar lancar
Tanda-tanda infeksi : Tidak ada bengkak dan kemerahan, ibu tidak
mengalami demam, tidak ada nyeri tekan pada
payudara.
Abdomen
Kontraksi : Baik, uterus teraba keras.
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kandung kemih : Teraba kosong
Genetalia
PPV : Luka perineum masih basah, lokhea berwarna
merah kecoklatan (sanguilenta)
3. Analisa
Ny. L usia 23 tahun P1A0 postpartum 4 hari fisiologis
Masalah :
1. Kadang masih merasa takut untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
2. Luka perineum masih sedikit nyeri
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyimpan ASI
Kebutuhan :
1. Motivasi ibu agar berani untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan benar
2. Informasi cara mengurangi nyeri luka perineum
3. Informasi cara menyimpan ASI.
4. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Oktober 2020
Jam : 08.15 WIB
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam kondisi yang baik
(tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 82 x/menit, suhu : 36,6 ᵒC, RR : 22
x/menit)
Hasil : Ibu mengatakan senang mengetahui kondisinya baik.
43
b. Mengajurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi nafas panjang apabila ibu
merasa nyeri pada luka jahitan perineum
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan teknik relaksasi nafas panjang saat nyeri
pada jahitan perineum dan setelah melakukannya nyeri hilang.
c. Melakukan evaluasi cara ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
Hasil : ibu menjelaskan bahwa ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan hanya menyiramnya dengan air bersih dan mengeringkan dengan
handuk atau tisu tapi terkadang masih belum kering dengan sempurna
dikarenakan takut akan merusak jahitan.
d. Memberitahu ibu bahwa ibu tidak perlu takut untuk memegang atau menyentuh
bagian luka jahitan perineum, karena saat dilakukan jahitan bidan akan
memastikan bahwa jahitannya kencang dan tidak akan rusak serta benang
jahitan akan menyatu dengan daging dan otot perineum nantinya.
Hasil : ibu menganggukan kepala dan mengatakan paham dengan penjelasan
bidan.
e. Menjelaskan kembali teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu
membersihkan dengan air biasa kemudian dikeringkan dengan handuk atau tisu
kering, menganjurkan ibu untuk rajin mengganti pembalut apabila setelah BAB,
BAK, dan jika dirasa sudah lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
f. Memberikan informasi tentang cara penyimpanan ASI yaitu ASI yang sudah
diperah dapat dimasukan ke dalam botol/gelas tertutup diberi label atau
notifikasi tanggal dan jam pada saat memerah. Kemudian dapat di simpan di
kulkas/freezer/maupun diletakan di dalam suhu ruangan. Bila ASI disimpan di
dalam freezer dapat bertahan selama 3 bulan, bila disimpan di kulkas bukan di
freezer nya hanya dapat bertahan selama 5 hari namun apabila disimpan di
dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan selama 6-8 jam. Ibu dapat
meminumkan ASI Perah ke bayi dengan cara diambil dari tanggal yang paling
lama (first in first out). ASI yang beku atau dingin tersebut harus dihangatkan
terlebih dahulu dengan direndam air hangat di dalam mangkuk.
Hasil : ibu dapat menyebutkan kembali cara menyimpan ASI seperti yang
dijelaskan bidan.
g. Menganjurkan ibu untuk senam nifas agar mempercepat penurunan tinggi
fundus uteri serta membantu mempercepat pemulihan pada masa nifas dan
44
memberitahu ibu bisa melihat video tutorial senam nifas di media sosial atau
melalui literasi digital.
Hasil : ibu bersedia melakukan senam nifas dengan melihat youtube.
h. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
i. Memberikan ibu suplemen sulfas ferosus 200 mg 10 tablet diminum 1 kali
sehari pada malam hari menjelang akan tidur, dan memberitahu cara
meminumnya.
Hasil : Ibu bersedia untuk meminum suplemen Sf yang diberikan
j. Menganjurkan ibu untuk kontrol jika ada keluhan.
Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol ulang jika ada keluhan.
45
2. Obyektif : -
3. Analisa
Ny. L usia 23 tahun P1A0 postpartum 10 hari fisologis
4. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Jumat, 6 November 2019
Jam : 15.15 WIB
Tempat : Via Chat Whatsapp
1. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan menyusui bayi minimal 8 kali sehari atau
setiap 3 jam atau sesering mungkin dan sesuai keinginan bayi (on demand).
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayi nya sesering mungkin
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan kebutuhan gizi ibu menyusui
agar produksi ASI tetap lancar.
Hasil : Ibu bersedia memperhatikan kebutuhan gizi pada ibu menyusui
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup pada siang hari dan malam hari saat
bayi tidur.
Hasil : Ibu bersedia istirahat cukup.
46
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis kontrasepsi yang tidak dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya kb suntik 1 bulan dan pil yang berisi hormone
estrogen dan progesteron karena akan menghambat produksi ASI
Hasil : ibu mengerti apa yang telah disampaikan
c. Menganjurkan ibu untuk berdiskusi dengan suami tentang pemilihan
kontrasepsi yang diinginkan.
Hasil : ibu bersedia melakukan diskusi dengan suami
d. Menganjurkan ibu untuk memulai KB sebelum masa nifas selesai sehingga ibu
tidak perlu khawatir kontrasepsi yang dipakai tidak berefek
Hasil : ibu mengerti dan bersedia untuk mengikuti anjuran.
e. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan makan-makanan yang
bergizi terutama tinggi protein dan vitamin C serta serat untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum
Hasil: Ibu mengatakan bersedia makan-makanan yang bergizi terutama tinggi
protein dan vitamin C
f. Menganjurkan ibu istirahat cukup apabila ibu merasa kelelahan
Hasil: ibu mengatakan bersedia istirahat cukup
g. Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran atau stres, karena jika ibu
stres akan mempengaruhi produksi ASI ibu
Hasil: ibu bersedia dan mengupayakan untuk tidak stres
h. Menganjurkan ibu kunjungan ketenaga kesehatan apabila ada keluhan yang
mengganggu aktivitas ibu
Hasil: ibu bersedia kunjungan ulang apabila ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
49
50
endogen yaitu endorphin dan enkefalin, yang mana opoiod ini berfungsi sebagai
(analgesik alami) untuk memblokir resptor pada sel-sel saraf sehingga
mengganggu transmisi sinyal rasa sakit. Maka dapat menyebabkan frekuensi nyeri
pada pasien pasca bersalin normal maupun post operasi sectio caesarea dapat
berkurang (Amita, Fernalia and Yulendasari, 2018).
Nyeri perineum pada ibu nifas dapat disebabkan oleh jaringan perineum
yang terkoyak karena persalinan, proses pengambilan elastisitas perineum setelah
persalinan, robekan pada syaraf di sekitar luka, jahitan perineum, bengkak atau
lecet pada sekitar vagina dan penekanan kepala bayi saat lahir. Untuk mengurangi
nyeri perineum yang dirasakan dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Ada perbedaan nyeri perineum sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa saat melakukan relaksasi ibu akan merasa rileks,
tenang dan santai, perasaan ini akan mengurangi impuls nyeri yang sampai ke otak
sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang. Setelah dilakukan relaksasi nafas
dalam ibu mengalami penurunan rasa nyeri karena ibu merasa lebih tenang dan
rileks sehingga implus nyeri yang dirasakan berkurang, Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ralaksasi dapat membantu mengurangi nyeri (Makzizatunnisa, Kusyati and
Hidayah, 2012).
d. Memberikan penkes kepada ibu mengenai nutrisi untuk mempercepat
penyembuhan luka jahitan perineum yaitu makan makanan yang banyak
mengandung protein seperti telur, daging, ikan, ayam, serta diimbangi dengan
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan banyak minum air
putih.
Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan kaya protein, buah dan sayur lebih
banyak dari biasanya
Infeksi terjadi karena dampak status gizi yang tidak adekuat dapat
mengganggu proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan penyembuhan luka
tertunda, luka kronis dan terjadi infeksi. Beberapa faktor dapat menyebabkan
gangguan penyembuhan luka dengan mempengaruhi satu atau lebih fase dari
proses penyembuhan luka tersebut, salah satunya status gizi sebagai faktor penting
yang mempengaruhi penyembuhan luka. Faktor gizi terutama protein sangat
mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena pergantian jaringan
sangat membutuhkan protein. Oleh karena itu, defisiensi protein dapat
memperlambat penyembuhan luka. Berdasarkan seluruh sampel yang diteliti
diketahui bahwa sebanyak 69,2% responden mempunyai tingkat konsumsi protein
52
rata-rata penurunan involusi uteri pada ibu yang dilakukan mobilisasi dini lebih
cepat dari yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penurunan fundus uteri pada ibu
bersalin. Peran mobilisasi terhadap involusi uteri dijelaskan sebagai berikut,
mobilisasi meningkatkan kontraksi dan retraksi dari otot-otot uterus setelah bayi
lahir. Kontraksi dan retraksi ini diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah akibat pelepasan plasenta. Dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus
menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus
mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran
jaringan otot – otot tersebut menjadi kecil. Dengan demikian ibu yang melakukan
mobilisasi dini mempunyai penurunan fundus uteri lebih cepat (Absari and Riyani,
2018).
h. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi sesering
mungkin, setiap 2 jam sekali (on demand), jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali, jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain
Breastfeeding dapat menghentikan pendarahan setelah melahirkan dengan
merangsang timbulnya kontraksi uterus, karena pada waktu bayi menghisap puting
susu ibu terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan
oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar
alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi
rangsangan pada otot polos rahim sehingga rahim akan cepat kembali seperti
semula. Proses involusi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor yang
mempengaruhi involusi uterus, yaitu menyusui dini, status gizi, pendidikan, usia,
paritas, dan mobilisasi. Ibu yang melakukan breastfeeding akan mempercepat
involusi uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mulas
karena rahim yang berkontraksi. Pada proses menyusui ada reflek let down dari
isapan bayi yang merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin
yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus
berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi. Hasil penelitian menyebutkan
ada hubungan antara breastfeeding dengan involusi uterus (Widyawaty and
Yuniarti, 2018).
54
i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan. ASI
merupakan makanan ilmiah bagi bayi yang praktis, ekonomis, memiliki gizi yang
sesuai bagi bayi dan sesuai pencernaan bayi. Selain itu dengan menyusui ibu dapat
lebih dekat dengan sang bayi.
Hasil : ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran
j. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur sayuran
berwarna hijau serta ibu tidak ada pantangan dalam makan.
Hasil : Ibe bersedia memenuhi kebutuhan nutrisinya
k. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas
sesuai anjuran tenaga kesehatan dan mengingatkan kembali untuk kontrol ke
puskesmas
Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas dengan rutin
berupa Asam mefenamat 500 mg (3x1), Amoxilin 500 mg (3x1), vitamin A
200.000 IU (diminum 24 jam dari minum vitamin A yang pertama) dan tablet
Sulfat Ferosus 200 mg (1x1) dan ibu akan kontrol hari Sabtu tanggal 31 Oktober
2020.
merasa takut untuk melakukan perawatan luka perineum, karena takut jika akan
merusak jahitannya.
Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
a. Memberitahu ibu
mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, tidak ada perdarahan
abnormal, involusi uterus berjalan normal, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Hasil : Ibu mengatakan senang mengetahui kondisinya baik.
b. Mengajurkan ibu untuk
melakukan teknik relaksasi nafas panjang apabila ibu merasa nyeri pada luka
jahitan perineum
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan teknik relaksasi nafas panjang saat nyeri
pada jahitan perineum, dan setelah melakukannya nyeri luka perineum hilang.
Nyeri perineum pada ibu nifas dapat disebabkan oleh jaringan perineum
yang terkoyak karena persalinan, proses pengambilan elastisitas perineum setelah
persalinan, robekan pada syaraf di sekitar luka, jahitan perineum, bengkak atau
lecet pada sekitar vagina dan penekanan kepala bayi saat lahir. Untuk mengurangi
nyeri perineum yang dirasakan dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Ada perbedaan nyeri perineum sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa saat melakukan relaksasi ibu akan merasa rileks,
tenang dan santai, perasaan ini akan mengurangi impuls nyeri yang sampai ke otak
sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang. Setelah dilakukan relaksasi nafas
dalam ibu mengalami penurunan rasa nyeri karena ibu merasa lebih tenang dan
rileks sehingga implus nyeri yang dirasakan berkurang, Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ralaksasi dapat membantu mengurangi nyeri (Makzizatunnisa, Kusyati and
Hidayah, 2012).
c. Melakukan evaluasi cara
ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
Hasil : ibu menjelaskan bahwa ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan hanya menyiramnya dengan air bersih dan mengeringkan dengan handuk
atau tisu tapi terkadang masih belum kering dengan sempurna dikarenakan takut
akan merusak jahitan.
d. Memberitahu ibu bahwa
ibu tidak perlu takut untuk memegang atau menyentuh bagian luka jahitan
perineum, karena saat dilakukan jahitan bidan akan memastikan bahwa jahitannya
56
kencang dan tidak akan rusak serta benang jahitan akan menyatu dengan daging
dan otot perineum nantinya.
Hasil : ibu menganggukan kepala dan mengatakan paham dengan penjelasan
bidan.
e. Menjelaskan kembali
teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu membersihkan dengan air biasa
kemudian dikeringkan dengan handuk atau tisu kering, menganjurkan ibu untuk
rajin mengganti pembalut apabila setelah BAB, BAK, dan jika dirasa sudah
lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
f. Memberikan informasi
tentang cara penyimpanan ASI yaitu ASI yang sudah diperah dapat dimasukan ke
dalam botol/gelas tertutup diberi label/ notofikasi tanggal dan jam pada saat
memerah. Kemudian dapat di simpan di kulkas/freezer/maupun diletakan di dalam
suhu ruangan. Bila ASI disimpan di dalam freezer dapat bertahan selama 3 bulan,
bila disimpan di kulkas bukan di freezer nya hanya dapat bertahan selama 5 hari
namun apabila disimpan di dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan selama 6-8
jam. Ibu dapat meminumkan ASI Perah ke bayi dengan cara diambil dari tanggal
yang paling lama (first in first out). ASI yang beku atau dingin tersebut harus
dihangatkan terlebih dahulu dengan direndam air hangat di dalam mangkuk.
Hasil : ibu dapat menyebutkan kembali cara menyimpan ASI seperti yang
dijelaskan bidan.
g. Menganjurkan ibu untuk
senam nifas agar mempercepat penurunan tinggi fundus uteri serta membantu
mempercepat pemulihan pada masa nifas dan memberitahu ibu bisa melihat video
tutoeial senam nifas di media sosial atau melalui literasi digital.
Hasil : ibu bersedia melakukan senam nifas dengan melihat youtube.
Satu faktor yang mempercepat involusi adalah senam nifas yaitu bentuk
ambulansi dini pada ibu-ibu nifas yang salah satu tujuannya untuk memperlancar
proses involusi, sedangkan ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk
pada ibu nifas seperti terjadi perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses
involusi. Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim,
perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya
bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi
yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan
57
dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai dalam
waktu 24 jam setelah melahirkan lalu secara teratur setiap hari. Senam nifas
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan pengeluaran lochea pada ibu pascasalin. Hal ini terjadi karena
dengan melakukan senam nifas akan memperlancar aliran darah dan meningkatkan
tonus otot-otot uterus, akibatnya proses autolysis menjadi lancar, kontraksi uterus
menjadi lebih kuat dan pengeluaran lochea semakin cepat (Siregar, 2014).
h. Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
i. Memberikan ibu
suplemen sulfas ferosus 200 mg 10 tablet diminum 1 kali sehari pada malam hari
menjelang akan tidur, dan memberitahu cara meminumnya.
Hasil : Ibu bersedia untuk meminum suplemen Sf yang diberikan
j. Menganjurkan ibu untuk
kontrol jika ada keluhan.
Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol ulang jika ada keluhan.
Pada pengkajian ke-3 yang dilaksanakan pada tanggal 6 November 2020 pukul
15.00 WIB yang dilakukan via chat whatsapp, Ny.L mengatakan sudah mengetahui
cara penyimpanan ASI, dan sudah berani untuk melakukan perawatan luka jahitan
perineum dengan benar, ibu sudah tidak merasa nyeri pada luka jahitan perineum, dan
luka jahitan sudah kering. Kemudian ibu sudah rutin menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali sesuai kebutuhan bayi dan apabila bayi menangis. Lochea kekuningan (serosa).
Diagnosa diambil dari data yang dikumpulkan pada langkah pengkajian.
Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. L umur 23 tahun P1A0 10 hari postpartum normal.
Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
a. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan menyusui bayi minimal 8 kali sehari atau
setiap 3 jam atau sesering mungkin dan sesuai keinginan bayi (on demand).
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayi nya sesering mungkin
b. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan kebutuhan gizi ibu menyusui agar
produksi ASI tetap lancar.
58
Pada pengkajian ke-4 yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2020 pukul
15.00 WIB yang dilakukan via chat whatsapp, Ny.L mengatakan dalam masa nifas
hari ke 29. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu ingin tau mengenai KB. Ibu makan
4-5 kali sehari. Ibu BAK 5-7x sehari, dan BAB 1x sehari. Pola istirahat tidak ada
keluhan. ASI lancar. Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari ibu. Suami dan kelurga mendukung, dan membantu ibu dalam masa nifas
ini. Lochea alba..
Diagnosa diambil dari data yang dikumpulkan pada langkah pengkajian.
Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. L umur 23 tahun P1A0 29 hari postpartum
normal. Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
a. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis-jenis kontrasepsi yang dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya adalah kb suntik 3 bulan, implant, dan IUD atau
spiral, serta menjelaskan efek samping yang akan terjadi.
Hasil : ibu mengerti apa yang disampaikan
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis kontrasepsi yang tidak dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya kb suntik 1 bulan dan pil yang berisi hormone
estrogen dan progesteron karena akan menghambat produksi ASI
Hasil : ibu mengerti apa yang telah disampaikan
c. Menganjurkan ibu untuk berdiskusi dengan suami tentang pemilihan kontrasepsi
yang diinginkan.
Hasil : ibu bersedia melakukan diskusi dengan suami
d. Menganjurkan ibu untuk memulai KB sebelum masa nifas selesai sehingga ibu
tidak perlu khawatir kontrasepsi yang dipakai tidak berefek
59
A. Simpulan
Masa nifas adalah masa pulihnya organ reproduksi wanita ke keadaan
sebelum hamil dan masa nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu .
Pada umumnya asuhan masa nifas ini bertujuan untuk memulihkan
kesehatan umum pasien, mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah
infeksi dan komplikasi, memperlancar produksi air susu ibu, menganjarkan ibu
untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
Dengan dilakukannya pengkajian serta pemantauan nifas 6 jam post
partum, 4 hari post partum, 10 hari postpartum, dan 29 hari postpartum maka
sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif sesuai dengan standar pelayanan kesehatan ibu nifas.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Sebaiknya pasien menjaga atau meningkatkan kesehatan sendiri seperti
makan - makanan yang mengandung gizi seimbang ibu nifas guna
mempercepat proses penyembuhan luka perineum dan meningkatkan personal
hygiene terutama bagian alat genetalianya.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan sebagai pelayanan kesehatan terutama puskesmas dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama
yang baik antara tim kesehatan maupun klien, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan asuhan kebidanan yang optimal pada umumnya dan dapat
mengaplikasikan beberapa penatalaksanaan untuk asuhan nifas sesuai dengan
teori terbaru dan evidance based yang ada.
3. Bagi Institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
sehingga dapat menghasilkan bidan yang professional, terampil, inovatif dan
bermutu dalam memberikann pelayanan kebidanan scecara holistik
berdasarkan ilmu teori terbaru dan evidance based serta kode etik yang ada.
59
DAFTAR PUSTAKA
60
61