Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


DI PUSKESMAS KUTOWINANGUN
KABUPATEN KEBUMEN

Disusun Oleh :

Tiara Fitri Iftah Jannati (P1337424820027)


Gusti Husnul Anami (P1337424820028)
Ria Nurhayati (P1337424820127)
Ika Donna Sari (P1337424820126)
Angelia Meisindy Maghfiroh (P1337424820077)
Dewi Triwi Anggun (P1337424820091)

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Seminar Kasus Nifas dan Menyusui di Puskesmas Kutowinangun,


telah disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Nifas dan Menyusui yang
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2020.

Mahasiswa

Gusti Husnul Anami


NIM. P1337424820028

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Sri Atun Mahmudah, A.Md.Keb Elisa Ulfiana,S.SiT.,M.Kes


NIP.197508132006042020 NIP.197901082005012001

i
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan Nifas
dan Menyusui. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas praktek kebidanan stage Nifas.
Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1. Elisa Ulfiana, S.SiT., M.Kes. selaku pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Sri Atun Mahmudah, A.Md.Keb. selaku pembimbing lahan praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik stage Nifas di Puskesmas
Kutowinangun.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini
terselesaikan
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Kebumen, Oktober 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa nifas merupakan hal penting untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Asuhan masa nifas diperlukan
dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2011).
Masa nifas masih potensial mengalami komplikasi sehingga perlu perhatian
dari tenaga kesehatan. Kematian ibu masih dapat terjadi pada masa ini karena ada
perdarahan atau sepsis, serta kematian bayi baru lahir. Ibu-ibu pasca persalinan,
lebih-lebih soal sosio-ekonomi dan pendidikan kurang, sering tidak mengerti
potensi bahaya nifas ini (Prawirohardjo, 2010).
Dalam upaya pencapaian target SDGs yaitu AKI (Angka Kematian Ibu)
pada tahun 2030 adalah 70/100.000 kelahiran hidup, upaya yang dilakukan bidan
adalah melakukan Asuhan Masa Nifas secara komprehesif. Adapun kunjungan
masa nifas menurut program pemerintah dilakukan minimal sebanyak 4 kali
kunjungan. Kunjungan I (6 jam post partum – 2 hari), kunjungan 2 (3 – 7 hari post
partum), kunjungan 3 (8 – 28 hari post partum), kunjungan 4 (29 – 42 hari post
partum)(Kemenkes RI, 2020).
Selama masa pemulihan berlangsung ibu akan mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Pada masa nifas ibu masih
potensial mengalami komplikasi, lebih-lebih ibu yang memiliki sosio ekonomi dan
pendidikan kurang sering tidak mengerti potensi bahaya pada masa nifas ini
(Prawirohardjo, 2010).
Perubahan pada masa nifas tersebut sebenarnya sebagian besar bersifat
fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan,
tidak menutup kemungkinan akan menjadi keadaan patologis. Bidan sudah
seharusnya melaksanakan pemantauan dengan maksimal agar tidak timbul
berbagai masalah, yang mungkin saja akan berlanjut pada komplikasi masa nifas.
Kebutuhan masa nifas yaitu nutrisi dan cairan. Pada mereka yang melahirkan
secara fisiologis, tidak ada pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan

1
2

boleh minum dan makan, namun perlu diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu
menyusui harus lebih besar dari pada ibu hamil, kecuali apabila ibu tidak
menyusui bayinya (Wahyuni, 2018).
Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan
tenaga kesehatan (termasuk bidan di desa/polindes/poskesdes) dan kunjungan
rumah (Kemenkes RI, 2020). Adapun tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian Sunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat, dan memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin,
2011).
Pada tahun 2018 data di Jawa Tengah didapatkan jumlah kasus kematian ibu
sebanyak 421 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian
ibu tahun 2017 yang sebanyak 475 kasus. Hal ini menunjukkan angka kematian
ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 88,05 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 78,60 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2018. Sebesar 57,24 persen kematian maternal terjadi pada waktu nifas,
25,42 persen pada waktu hamil, dan sebesar 17,38 persen pada waktu persalinan.
Berdasarkan laporan rutin kabupaten/kota tahun 2018 diketahui bahwa cakupan
pelayanan nifas Provinsi Jawa Tengah sebesar 98,03 persen, mengalami sedikit
peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun 2017 yaitu 96,29 persen (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2018).
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kebumen dari tahun 2014 hingga 2016
terjadi peningkatan dari angka 58,37 per 1000 Kelahiran Hidup (12 kasus) di tahun
2014 menjadi 68,48 per 1000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015, pada tahun 2016
meningkat kembali menjadi 80,1 per 1000 KH (16 kasus) kemudian menurun
menjadi 61,38 per 1000KH (12 kasus) pada tahun 2017 dan pada tahun 2018
mengalami penurunan menjadi 61,38 Per 1000 Kelahiran Hidup. Untuk target
RPJMD adalah 100 per 1000 KH yang artinya angka pencapaian Kebumen telah
memenuhi target yang diharapkan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2018).
Pencapaian pelayanan ibu nifas dari tahun ke tahun diketahui bahwa
cakupan pelayanan nifas Kabupaten Kebumen tahun 2014 sebesar 95.5 %, tahun
2015 96,2 %, tahun 2016 98,2 %, 2017 99 % 2018 98.9 %. Dari data tersebut
mengalami peningkatan sampai pada 2017 yaitu mencapai angka 99 %. Akan
3

tetapi terjadi penurunan pada 2018 yaitu 98,9 %. Kenaikan cakupan kunjungan
nifas ini karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
melakukan pemeriksaan pada masa nifas. Selain itu, adanya peningkatan cakupan
KF karena adanya kunjungan petugas Puskesmas dan pendampingan ibu hamil
oleh bidan desa dan kader kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen,
2018).
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas fisiologis di Puskesmas
Kutowinangun, SOP yang dilakukan sudah sesuai dengan kewenangan dan
kompetensi bidan dalam pemberian asuhan nifas fisiologis, yaitu ibu nifas
dilakukan pengawasan selama 2 jam post partum, kemudian melihat kondisi ibu,
apabila kondisi ibu baik bisa langsung pulang minimal 24 jam postpartum,
kemudian dilakukan kunjungan rumah minimal 4 kali sesuai program atau lebih
bila ada ibu nifas dengan komplikasi. Kunjungan rumah ini dilakukan oleh bidan
desa.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologis Pada Ny.L Usia 23 Tahun
P1A0 di Puskesmas Kutowinangun Kabupaten Kebumen”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam studi kasus ini
adalah “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui Fisiologis Pada Ny.L Usia 23
Tahun P1A0 di Puskesmas Kutowinangun Kabupaten Kebumen”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan
pada ibu nifas secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek ke dalam
pengalaman nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan dimulai dengan
pengkajian data subyektif, obyektif, menegakkan diagnosa dan memberikan
tatalaksana secara komprehensif dan melakukan evaluasi.
4

D. Manfaat
1. Penulis
Memperoleh pengetahuan dalam membantu terlaksananya program
puskesmas dengan mengaplikasikan teori dan praktik asuhan kebidanan pada
masa nifas.
2. Klien
Menambah pengetahuan ibu mengenai asuhan selama kehamilan, serta
meningkatkan rasa kebutuhan ibu untuk melakukan pemeriksaan paska
persalinan.
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui
kebutuhan ibu nifas dalam melaksanakan perawatan masa nifas secara
berkualitas.
4. Institusi
Studi kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber tambahan
pustaka atau referensi dan sebagai salah satu media dalam kegiatan belajar
mengajar serta menjadi acuan dalam penulisan laporan-laporan selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Definisi Masa Nifas
Masa Nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2015).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plesenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 2012).
Jadi pengertian masa nifas adalah dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil kira
kira berlangsung selama 6 minggu.
2. Tujuan asuhan masa nifas
Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada nifas yaitu:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik psikis maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi kompikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehati-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
(Martalia, 2012)
3. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas
Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan untuk ibu
nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan 2 jam
pertama setelah persalinan (standar 14), serta pelayanan bagi ibu dan bayi pada
masa nifas (standar 15). Apabila merujuk pada kompetensi 5 (standar
kompetensi bidan), maka prinsip asuhan kebidanan pada masa nifas dan
menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat.
Jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas
meliputi hal-hal sebagai berikut :

5
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.

6
6

b. Identifikasi dari penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis.
c. Mendorong agar dilaksanakannya metode yang tapat tentang pemberian
makan bayi dan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu
dan anak yang baik.
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
f. Merujuk ibu ke tenaga yang lebih ahli jika perlu
(Dewi and Sunarsih, 2011)
4. Program dan Kebijakan Tehnis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang
terjadi antara lain sebagai berikut menurut Kemenkes RI (2020) :
a. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca
persalinan;
b. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca
persalinan;
c. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan)
hari pasca persalinan;
d. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42 (empat
puluh dua) hari pasca persalinan.
Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan
upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga (Kemenkes RI, 2020).
Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Nifas Normal
KUNJUNGA
WAKTU ASUHAN
N
I 6 jam - 2 hari  Mencegah perdarahan masa nifas
post partum karena atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab
lain pendarahan
 Memberikan konseling pada ibu
mengenai bagaimana cara
pencegahan pendarahan
7

 Pemberian ASI awal


 Melakukan hubungan antara ibu
dengan bayi yang baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hypothermi
II 3 - 7 hari post  Memastikan involusi uterus
partum berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal
 Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi, perdarahan
abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
 Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,tali
pusat dan merawat bayi sehari-hari
III 8 - 28 hari post  Memastikan involusi uterus
partum berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal
 Menilai adaanya tanda-tanda
demam, infeksi, perdarahan
abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup
makan,cairan dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
 Memberikan konseling pada ibu
8

mengenai asuhan pada bayi, tali


pusat dan merawat bayi sehari-hari
IV 29 - 42 hari post  Menanyakan pada ibu tentang
partum penyulit-penyulit yang ia alami
 Memberikan konseling untuk KB
secara dini, imunisasi, senam nifas,
dan tanda-tanda bahaya yang
dialami oleh ibu dan bayi.

5. Tahapan masa nifas


Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
a. Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara
berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini
berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
(Martalia, 2012)
6. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Involusio uterus
Proses involusio uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan
Atrofi jarigan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat
pelepasan plasenta.

3) Autolysis
9

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot


uterine. Enzim preteolitik akan memendekan jarinan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali
lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
pengrusakan secara langsung jaringan hipertopi yang berlebihan, hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterine
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
5) Ukuran uterus pada masa nifas
Table 2. Ukuran Uterus Pada Masa Nifas
Diameter
Involusio Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm
simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

b. Involusio Tempat Plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir masa nifas 1-2 cm. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh
dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut
kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.

d. Perubahan Pada Serviks


10

Perubahan-perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks yang


panjang seperti corong yang menganga, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi.
e. Lochea
Table 3. Pengeluaran Pervaginam Pada Masa Nifas
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua, verniks
kehitaman caseosa, rambut lanugo,sisa darah
dan sisa mekoneum
Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur lendir
bercampur
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan Lebih sedikit darah dan lebih
atau banyak serum, juga terdiri dari
kecoklatan leukosit dan robekan laserasi
plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.

f. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum


Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
g. Perubahan Pada Payudara
Setelah proses persalinan selesai, hipofisis mulai mensekresi hormone
kembali salah satu diantaranya adalah hormone prolaktin. Pada proses
laktasi terdapat dua reflek yang berperan yaitu reflek prolaktin dan reflek
aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan isapan bayi
(let down reflek)
h. Perubahan Pada Tanda-tanda Vital
1) Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5ºC dari
keadaan normal (36ºC-37,5º), namun tidak lebih dari 38ºC. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya metabolism tubuh pada saat proses
persalinan. Setelah 12 jam postpartum, suhu tubuh yang meningkat tadi
akan kembali seperti keadaan semula. Bila seuhu tubuh tidak kembali ke
keadaan normal atau semakin meningkat, maka perlu dicurigai
kemungkinan terjadinya infeksi.

2) Nadi
11

Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat proses
persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses
persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada
masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110-140 mmHg dan
untuk diastole antara 60-80 mmHg. Setelah persalinan, tekanan darah
dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya
perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami
peingktan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih 15 mmHg pada
diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau pre eklamsi post partu,.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali per menit. Pada
saat persalinan frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan
oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu mengejan dan mempertahankan
agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah persalinan
selesai, frekwensi pernafasan akan kembali normal.
i. Perubahan Hormon
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai sekitar
enam minggu setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam darah ibu
dipengaruhi oleh frekwensi menyusui, lama setiap kali menyusui dan nutrisi
yang dikonsumsi ibu selama menyusui.
j. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Perubahan hormone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya
hemodilusi sehingga kadar Haemoglobin (Hb) wanita hamil biasanya sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Selain itu, terdapat
hubungan antara sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin melalui plasenta.
Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah tersebut akan terputus
sehingga volume darah ibu relative akan meningkat dan akan kembali
normal sekitar 1 sampai minggu setelah melahirkan.
k. Perubahan Sistem Pencernaan
Buang Air Besar (BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari
pertama postpartum. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot
selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang
asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri
12

disekitar anus/perineum setiap kali BAB juga mempengaruhi defekasi secara


spontan. Faktor-faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi
pada ibu nifas dalam minggu pertama.
l. Perubahan system perkemihan
Terdapat laktosa dalam urin (laktosa positif) pada ibu menyusui
merupakan hal yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat
selama postpartum, merupakan akibat autolysis uterus yang mengalami
involusi. Pemecahan kelebiha protein di dalam sel otot uterus juga
menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu ssampai dua hari post
partum. Asetonuria bisa terjadi pada wanita dengan persalinan normal atau
pada wanita dengan partus macet yang disetai dehidrasi.
(Martalia, 2012)
7. Adaptasi psikologis masa nifas
a. Taking In
Merupakan fase ketergantunga yag berlangsung dari hari pertama
sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
b. Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Ibu merasa khawatir dan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitife sehingga mudah
tersinggung.
c. Leting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Iibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan
siap menjadi pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan
bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya mulai
tumbuh, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
(Martalia, 2012)
8. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup
13

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI nya (Saleha, 2013).
b. Ambulasi/Mobilisasi
Ambulasi dapat dilakukan dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah
bisa melakukan mobilisasi yang dapat dilakukan secara perlahan-lahan dan
bertahap diawali dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian
duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
Manfaat mobilisasi Dini (Early mobilization) yaitu:
1) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium
2) Mempercepat involusi alat kandungan
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
Keuntungan ambulasi dini adalah :
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
4) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.
(Dewi and Sunarsih, 2011)
c. Eliminasi BAK/BAB
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan tindakan
berikut ini :
1) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
2) Mengompres air hangat diatas simpisis
3) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB maka sebaiknya
diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3
diberi laksa supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar
dapat BAB dengan teratur:
1) Diet teratur
14

2) Pemberian cairan yang banyak


3) Ambulasi yang baik
4) Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka diberikan laksan
suposotria
d. Kebersihan Diri/Perineum
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali buang air besar atau buang air kecil.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
4) Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
e. Istirahat
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri (Dewi and Sunarsih, 2011).
f. Seksual
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa
nyeri, aman untuk memulai, melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap
15

2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri


sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Saleha, 2013).
g. Perawatan Payudara
1) Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya
2) Perlu dilakukan perawatan payudara pada ibu nifas
3) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan
payudara sampai tertekan, pemberian obat estrogen
4) Untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel.
5) Proses laktasi atau menyusui (Dewi and Sunarsih, 2011).
h. Keluarga Berencana
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali.
2) Biasanya ibu post partum tidak menghasilkan telur (ovum) sebelum
mendapatkan haidnya selamaa meneteki, oleh karena itu Amenore Laktasi
dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan.
3) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
dahulu pada ibu, meliputi :
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya
b) Kelebihan dan keuntungan
c) Efek samping
d) Kekurangannya
e) Bagaimana memakai metode itu
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan yang menyusui.
g) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk melihat
apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Rukiyah, 2011).
9. Infeksi Masa Nifas
16

Infeksi puerpuralis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah


persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2013).
a. Infeksi vulva, vagina, servik
1) Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perinium jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi marah dan bengkak, jahitan
mudah lepas, serta luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
2) Vaginitis
Infeksi vagina bisa terjadi secara langsung pada luka pagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus, serta getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
3) Servisitis
Infeksi servik sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka servik yang dalam dan meluas dapat langsung
kedasar ligamentum latum sehingga menyebabkan infeksi menjalar
keparametrium. Gejala klinis yang dirasakan pada servisitis adalah:
 Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
 Kadang perih bila BAK
 Demam dengan suhu badan 39 -40

b. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab
terpenting dari kematian karna infeksi purpuralis.
Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-
vena golongan 2 disebut tromboflebitis femoralis.
1) Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvisyang sering meradang adalah
vena ovarika karna mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah
fundus uteri.
2) Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat menjadi
Tromboflebitisvena safena magna atau peradangan vena femoralis
sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis.
3) Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat
menjalar keperitonium hinga terjadi peritonitis atau keparametrium
menyebabkan parametritis.
17

4) Parametris dapat terjadi dengan 3 cara tersebut


 melalui robekan servik yang dalam.
 penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui
saluran getah bening.
 sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
c. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab dari pendarahan masa nifas adalah sebagai berikut.
 Sisa plasenta dan polip plasenta
 Endometritis purpuralis
 Sebab-sebab pungsional
 Perdarahan luka
d. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal
ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung
kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi
kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering.
e. Putting susu lecet
 kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola
tertutup oleh mulut bayi.
 monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
 akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk
mencuci puting susu.
 pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap.
 rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan
kurang hati-hati
f. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering
terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada
pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkanya tekanan
intrakaudal, yang akan mempengaruhi segmen pada payudaranya, sehingga
takanan pada payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa penuh,
tegang serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
18

penurunan let down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan
segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.
(Saleha, 2013)

g. Saluran susu tersumbat


1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada
perabaan.
2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan
bengkak yang terlokalisir
h. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohardjo, 2010).
i. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara, gejalanya :
 Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local.
 Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
 Payudara keras dan berbenjol-benjol.
 Panas badan dan rasa sakit umum.
j. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluanya
peradangan dalam payudara tersebut (Prawirohardjo, 2010).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam
suatu situasi (Varney, 2012).
19

2. Tahapan Asuhan Kebidanan


Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Menurut
Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut sebagai
berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasikan.
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
20

f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)


Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesis.
1) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Siwi, 2015).
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Siwi, 2015).
3) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada
ibu selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan
pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam
kehamilan dan lain – lain (Siwi, 2015).
4) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras,
etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang peka budaya kepada klien (Siwi, 2015).
5) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Siwi, 2015).
6) Pekerjaan
21

Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui


kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan
yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur (Siwi, 2015).
7) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan (Siwi,
2015).

8) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan
keluhan lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri (Siwi,
2015).
9) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Siwi, 2015).
10) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2011). Di isi dengan riwayat penyakit yang pernah
atau sedang di derita baik klien ataupun anggota keluarga, terutama
penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
seperti IMS, HIV/ AIDS, Hepatitis B, Malaria, peyakit tidak menular
(Diabetes, kanker, hipertensi), penyakit genetik, dan masalah
kesehatan jiwa (Siwi, 2015).
11) Riwayat Obstetri
a) Menarch: Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun
(Sulistyawati, 2015).
b) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur
atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari (Siwi,
2015).
22

c) Lamanya: lamanya haid yang normal adalah kurang lebih 7 hari.


Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi (Siwi, 2015).
d) Nyeri haid: Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah
klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi
tanda kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan
nyeri haid (Siwi, 2015).
e) Banyaknya: Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid (Siwi, 2015).
12) Riwayat Kehamilan Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk menentukan asuhan yang akan diberikan berdasarkan berapa
kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan
premature, keguguran, persalinan dengan tindakan (dengan forcep,
vakum, atau seksio sesaria), riwayat perdarahan pada persalinan,
hipertensi pada kehamilan terdahulu, berat badan bayi kurang dari
2500 gram atau lebih dari 4000 gram (Sulistyawati, 2015).
13) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah menggunakan
kontrasepsi atau belum, jika sudah pernah bagaimana pengalaman
kontrasepsi yang dipakai (Sulistyawati, 2015).
14) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan
pantangan (Sulistyawati, 2015).
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak (Siwi, 2015).
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
23

celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan


menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati, 2015).
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2
jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam (Sulistyawati, 2015).
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien (Sulistyawati, 2015).

f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan


Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan
seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat
terlarang dan kebiasaan lainnya (Siwi, 2015).
15) Riwayat Psikososial Spiritual
a) Riwayat Perkawinan
1) Kaji usia ibu : saat pertama kali menikah, status perkawinan,
berapa kali menikah dan lama pernikahan. Usia pernikahan
diperlukan karena apabila klien mengatakan bahwa menikah di
usia muda sedangkan klien pada saat kunjungan awal ke tempat
bidan tersebut sudah tak lagi muda dan kehamilannya yang
pertama,ada kemungkinan bahwa kehamilannya saat ini adalah
kehamilan yang sangat diharapkan.hal ini berpengaruh
bagaimana asuhan kehamilan (Siwi, 2015).
2) Pernikahan yang ke berapa: penting untuk dikaji karena dari
data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (Sulistyawati, 2015).
3) Lama menikah (mengetahui berapa lama setelah menikah ibu
menuju rencana kehamilan) (Siwi, 2015).
b) Keinginan hamil ini diharapkan atau tidak
Dikaji untuk mengetahui apakah rencana kehamilan ini
diharapkan atau tidak oleh ibu, suami dan keluarga dan bagaimana
respon keluarga terhadap rencana kehamilan ibu (Siwi, 2015).
c) Mekanisme koping
24

d) Pengambil keputusan utama


Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan utama dalam
keluarga saat terjadi masalah dalam keluarga, terutama apabila
terjadi kegawatdaruratan pada ibu selama hamil (Siwi, 2015).
e) Adat istiadat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dan keluarga masih
menggunakan budaya setempat dalam rencana kehamilan.
Menurut (Sulistyawati, 2015) bahwa masih dijumpainya adat
istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil sehingga tenaga
kesehatan harus bisa menyikapi hal tersebut dengan bijaksana.

f) Penghasilan Perbulan
Dikaji untuk mengetahui berapa penghasilan ibu/ suami perbulan,
cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ibu selama kehamilan
nantinya (Siwi, 2015).
16) Tingkat Pengetahuan
b. Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Sulistyawati, 2015).
b) Kesadaran
25

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita


dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2015)
c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg). Menurut
(Siwi, 2015) tekanan darah normal berkisar systole/diastole
110/80 – 120/80 mmHg.

d) Nadi
Tabel Klasifikasi Denyut Nadi

Denyut Nadi Permenit Klasifikasi

< 60 Bradikardi

60 – 100 Normal

>100 Takikardi

e) Suhu
Suhu tubuh seseorang dapat diukur melalui ketiak/ aksila yang
dilakukan dengan meletakkan thermometer di ketiak (Kemenkes
RI, 2017).
Tabel Klasifikasi Suhu Tubuh

Suhu Tubuh C Kesan

<36, 5 Hipotermi

36, 5 – 37, 5 Normal

37, 5 – 37, 9 Demam

>37, 9 Demam Tinggi

f) Respirasi
Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan
menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi yang diikuti
ekspirasi dalam satu menit penuh.
Tabel Klasifikasi Frekuensi Nafas
26

Frekuensi Nafas Klasifikasi


Permenit (RR)

<13 Bradipnea

14 – 20 Normal

>20 Takipnea

g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebnaliknya dalam keadaan yang abnormal, terhadap dua
kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan
intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi
kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang
tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun
status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan
dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat
melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu.
Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu
singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
27

Kurus : < 18 Kg/m2


Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum
hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka
status gizi ibu kurang (Sulistyawati, 2015).
2) Status Present
a) Kepala: Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok
(Sulistyawati, 2015).
b) Mata: Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup
merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret
(Sulistyawati, 2015).
c) Hidung: Pada masa sebelum hamil pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui adanya gangguan pembentukan hipofisis yang
berhubungan dengan kemungkinan adanya gangguan fungsi sistim
reproduksi sekunder. Cara pemeriksaannya adalah dengan
merangsang indera penciuman menggunakan bahan yang berbau.
Normalnya fungsi penciuman baik, tidak ada polip, tidak ada
septum deviasi (Anggraeni, 2012).
d) Mulut: Normalnya bibir tidak kering, tidak terdapat stomatitis, gigi
bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu.
e) Telinga: Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan
adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen
berlebih (Sulistyawati, 2015).
f) Leher: Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis
(Sulistyawati, 2015).
g) Ketiak: Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Sulistyawati, 2015).
28

h) Dada: Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada


gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2015).
i) Abdomen: Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau
tidak, terdapat nyeri tekan abdominal atau tidak, terdapat
pembesaran hepar/ limpa atau tidak (Sulistyawati, 2015).
j) Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak
ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau
sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat
pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Siwi,
2015).
k) Punggung: Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
l) Anus: Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2015).
m) Ekstremitas: Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya kedua
tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak ada
(Sulistyawati, 2015).
3) Pemeriksaan Penunjang
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
1) Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan.
2) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah .
3) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat
diabaikan
4) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
d. Penatalaksanaan (P)
29

Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang


akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh

C. Pelayanan Asuhan Masa Nifas Selama Masa Pandemi Covid-19


1) Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil, Bersalin
dan Nifas :
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum makan.
b) Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah
memegang bayi dan sebelum menyusui.
c) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
d) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
e) Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau
segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
f) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue
pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk
sesuai etika batuk.
g) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
h) Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang
dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-
usaha pencegahan lainnya.
i) Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain
yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
j) Cara penggunaan masker medis yang efektif :
30

 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,


kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker
dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya : jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
 Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.
 Menunda pemeriksaan ke tenaga kesehatan apabila tidak ada tanda-tanda
bahaya.
k) Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
l) Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk
dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan
untuk mengatasi penyakit ini.
m)Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak
untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau
praktisi kesehatan terkait.
n) Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
sosial terpercaya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL
PADA Ny. L UMUR 23 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS KUTOWINANGUN

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Oktober 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kutowinangun

B. IDENTITAS PASIEN
Biodata
1. Nama ibu : Ny. L 1. Nama suami : Tn. T
2. Umur : 23 Tahun 2. Umur : 26 tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan : Karyawan Swasta
7. Alamat : Kutowinangun 4/6 7. Alamat: : Kutowinangun 4/6

C. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan masih dalam pengawasan setelah melahirkan
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan perutnya masih mules dan nyeri luka jahitan
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules setelah melahirkan dan nyeri
luka jahitan
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Warna darah : merah khas Leukhorea : tidak ada
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut sehari

31
32

b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu


Kead anak
Persalinan Nifas
sekarang
Tahun
Asi
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
eksklusif
- - - - - - - - - -

c. Riwayat persalinan Sekarang


Paritas : 1 Abortus : 0
 Tempat persalinan : Puskesmas Kutowinangun
 Ditolong oleh : Bidan
 Jenis persalinan : Spontan
 Masalah dalam persalinan : tidak ada
 Keadaan Plasenta : kulit ketuban lengkap, kotiledon lengkap
 Kedaan tali pusat : 45 cm
 Keadaan bayi : normal
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Tanggal/ jam lahir : 27-10-2020/ 02.35 WIB
 Apgar score : 9-9-10
 BB : 3100 gr PB : 50 cm LK: 34 cm LD: 32 cm
 Kelainan bawaan : tidak ada

d. Riwayat Kesehatan:
Penyakit/ kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan
tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit, seperti mudah lelah saat
beraktivitas, nafas tersengal-sengal atau terengah - engah setelah selesai
beraktivitas (jantung), pusing yang tidak hilang setelah dipakai istirahat
(hipertensi), batuk berkepanjangan ± 1 bulan atau disertai dengan darah
(TBC), nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada, batuk, nafas berat yang
berbunyi (asma), rasa sering kencing, mudah lapar, mudah haus terutama
pada malam hari (DM), dan tidak menderita penyakit hepatitis, IMS (Infeksi
Menular Seksual/penyakit kelamin) dan HIV/AIDS (Human Immuno
Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi Syndrome).
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : Ibu
mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang sedang ataupun pernah
menderita penyakit, seperti mudah lelah saat beraktivitas, nafas tersengal-
33

sengal atau terengah - engah setelah selesai beraktivitas (jantung), pusing


yang tidak hilang setelah dipakai istirahat (hipertensi), batuk berkepanjangan
± 1 bulan atau disertai dengan darah (TBC), nafas pendek tersengal-sengal,
sesak dada, batuk, nafas berat yang berbunyi (asma), rasa sering kencing,
mudah lapar, mudah haus terutama pada malam hari (DM), dan mengatakan
bahwa anggota keluarganya tidak menderita penyakit hepatitis (kuning),
IMS (Infeksi Menular Seksual/penyakit kelamin) dan HIV/AIDS (Human
Immuno Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi Syndrome).
e. Riwayat KB : Ibu belum pernah KB

Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
- - - -
Rencana KB : Ibu mengatakan belum ada rencana untuk KB
f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari: Pola kebutuhan ibu terakhir setelah
bersalin
1) Nutrisi
a) Makan pukul : 08.00 WIB
 Frekuensi makan pokok : 1x
 Komposisi :
 Nasi : 1 x @ 1 piring sedang
 Lauk : 1 x @ 1 butir, jenisnya : telur, tempe
 Sayur : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis : bayam
 Buah : pepaya
 Camilan: -
 Pantangan : tidak ada
b) Minum pukul : 08.50 WIB
 Jumlah total 2 gelas , Jenis : air putih
 Susu : -
2) Eliminasi Pukul : 08.30 WIB
a) Buang Air Kecil :
 Frekuensi : warna : kuning khas, + 10cc
 Keluhan/masalah : Tidak Ada
b) Buang Air Besar : Ibu mengatakan belum BAB
34

3) Personal hygiene : -
 Mandi :-
 Keramas :-
 Gosok gigi : 1x
 Ganti pakaian 1 x ; celana dalam 1 x, pembalut 1x
4) Kebiasaan memakai alas kaki : memakai alas kaki di dalam ruangan
5) Hubungan seksual
 Frekuensi : ibu belum melakukan hubungan seksual karena masih
dalam masa nifas
 Keluhan lain : -
6) Istirahat/tidur : Ibu belum bisa tidur sejak melahirkan
 Tidur malam : -
 Tidur siang :-
 Keluhan/masalah : -
7) Aktivitas fisik dan olah raga :
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Ibu sudah dapat miring kanan dan
kiri
 Olah raga :-
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
 Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
 Minuman beralkohol : Ibu mengatakan tidak minum alkohol
 Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat
 Jamu : Ibu mengatakan tidak minum jamu
9) Pola menyusui :
Bayi sudah bisa menyusu, ibu menyusui sesuai dengan permintaan bayi.
Keluhan: air susu keluar lancar
10) Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
 Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 22 th
 Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 10 bulan
 Hubungan dengan suami : baik
b) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: Baik dan mendukung
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi bersama
keluarga
35

d) Ibu tinggal serumah dengan : suami


e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
f) Dalam kondisi emergensi, ibu tidak dapat mengambil keputusan
sendiri.
g) Orang terdekat ibu : suami
h) Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC : suami dan keluarga
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : tidak ada
j) Penghasilan perbulan: Rp. 2.000.000 Cukup
k) Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : klien mengatakan
tidak melaksanakan ibadah dan tidak melakukan hubungan seksual
saat nifas.
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
m) Tingkat Pengetahuan Ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu sudah mengetahui ASI
eksklusif
Hal-hal yang belum diketahui ibu :
 Tanda bahaya pada masa nifas
 Cara mengurangi nyeri dan perawatan luka perenium dan genetalia
pasca bersalin
Hal-hal yang ingin diketahui ibu :
 Ibu ingin mengetahui tentang tanda bahaya pada masa nifas
 Cara mengurangi nyeri dan perawatan luka perenium dan genetalia
pasca bersalin
36

D. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 110/ 70 mmHg
4) Suhu /T : 36,7 C
5) Nadi : 82 x / menit
6) RR : 20 x / menit
b. Status present
 Kepala : Mesochepal, rambut warna hitam dan tidak mudah
dicabut, tidak ada benjolan abnormal
 Muka : tidak oedem, tidak pucat
 Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
kuning
 Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
 Mulut : bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi
berlubang, tidak sariawan
 Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris,
pendengaran
baik
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid tidak ada nyeri
telan
 Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
nyeri
tekan, tidak ada benjolan abnormal
 Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran
limpa dan hepar
 Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
 Vulva : tidak oedem, tidak ada varises
 Ekstremitas : tidak oedem, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik,
pergerakan normal, kuku jari bersih
 Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada
benjolan abnormal
37

 Anus : tidak ada hemorroid

c. Status Obstetrik
 Muka : tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma
 Mamae : payudara membesar, putting susu menonjol,
kolostrum sudah keluar
 Abdomen : ada linea nigra, TFU 2 jari dibawah pusat, VU
kosong, kontraksi keras
 Genetalia : PPV : lokea rubra
Luka perineum: derajat II, jahit jelujur
2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan

E. ANALISA
Ny.L umur 23 tahun P1A0 post partum 6 jam fisiologis
Masalah : perut mules, nyeri luka jahitan, dan belum mengetahui tanda bahaya
nifas dan perawatan daerah genetalianya
Kebutuhan : informasi tentang fisiologis nifas, mengurangi nyeri luka jahitan dan
perut mules, tanda bahaya nifas dan perawatan daerah genetalianya

F. PELAKSANAAN Tanggal : 27 Oktober 2020 Jam : 08.20 WIB


1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ia dalam keadaan baik
dan normal (TD : 110/ 70 mmHg, Suhu /T: 36,7 C, Nadi: 82 x menit, RR: 20
x / menit, TFU : 2 jari dibawah pusat)
Hasil : Ibu mengerti bahwa ia dalam keadaan baik dan normal (TD : 110/ 70
mmHg, Suhu /T: 36,7 C, Nadi: 82 x menit, RR: 20 x / menit, TFU : 2 jari di
bawah pusat)
2. Memberikan penjelasan pada ibu penyebab perut terasa mulas setelah bersalin
yaitu karena adanya kontraksi yang akan menjepit pembuluh darah sehingga
dapat menghentikan perdarahan dan itu merupakan hal yang normal dan
menandakan kontraksi uterus ibu baik.
Hasil : ibu mengerti bahwa penyebab mulas yang dirasakan dikarenakan
adanya kontraksi yang akan menjepit pembuluh darah sehingga dapat
menghentikan perdarahan.
38

3. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang yaitu dengan cara menarik
nafas melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut, teknik ini
dinamakan teknik relaksasi nafas panjang dan digunakan untuk mengurangi
nyeri kontraksi serta nyeri pada luka jahitan perineum.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan teknik relaksasi nafas panjang
untuk mengurangi nyeri.
4. Memberikan penkes kepada ibu mengenai nutrisi untuk mempercepat
penyembuhan luka jahitan perineum yaitu makan makanan yang banyak
mengandung protein seperti telur, daging, ikan, ayam, serta diimbangi dengan
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C, serat dan
banyak minum air putih.
Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan kaya protein, buah dan sayur
lebih banyak dari biasanya
5. Menjelaskan pada ibu teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu
membersihkan dengan air biasa kemudian dikeringkan dengan handuk atau
tisu kering, menganjurkan ibu untuk rajin mengganti pembalut apabila setelah
BAB, BAK, dan jika dirasa sudah lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
6. Memberi tahu ibu mengenai tanda bahaya post partum (setelah melahirkan),
yaitu adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan
kunang kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu
mengalami depresi, payudara bengkak, dan memerah
Hasil : ibu mengerti bahwa tanda bahaya post partum (setelah melahirkan),
yaitu adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan
kunang kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu
mengalami depresi, payudara bengkak, dan memerah
7. Mengajarkan dan membantu ibu untuk mobilisasi dini.
Hasil : Ibu sudah bisa miring kiri, kanan, duduk dan berdiri
8. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali (on demand), jika bayi tidur >2 jam,
bangunkan lalu susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke
payudara sisi yang lain.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali, jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
39

susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang
lain
9. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan.
ASI merupakan makanan ilmiah bagi bayi yang praktis, ekonomis, memiliki
gizi yang sesuai bagi bayi dan sesuai pencernaan bayi. Selain itu dengan
menyusui ibu dapat lebih dekat dengan sang bayi.
Hasil : ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran
10. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur
sayuran berwarna hijau, makan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, dan
ibu tidak ada pantangan dalam makan, serta menjelaskan pada ibu untuk
makan 2x dari porsi makan sebelum hamil.
Hasil : ibu mengerti bahwa nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging, ikan sebagai
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur
sayuran berwarna hijau, makan yang mengandung vitamin C seperti jeruk,
dan ibu tidak ada pantangan dalam makan, serta makan 2x dari porsi makan
sebelum hamil.
11. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat dan vitamin dari
puskesmas sesuai anjuran tenaga kesehatan dan mengingatkan kembali untuk
kontrol ke puskesmas 3 hari yang akan datang.
Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas dengan
rutin berupa Asam mefenamat 500 mg (3x1), Amoxilin 500 mg (3x1),
vitamin A 200.000 IU (diminum 24 jam dari minum vitamin A yang pertama)
dan tablet Sulfas Ferosus 200 mg (1x1) dan ibu akan kontrol 3 hari yang akan
datang.
40

Kunjungan Ulang KF 2 Tanggal 31 Oktober 2020 Pukul 08.00 WIB

Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 31 Oktober 2019


Jam : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kutowinangun
1. Subyektif
a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan dalam masa nifas hari ke 4. Ibu sudah
melakukan perawatan luka perineum sesuai dengan yang dianjurkan tapi
kadang merasa takut jika akan merusak jahitannya. Luka perineum masih
sedikit nyeri.
b. Psikologis : Ibu mengatakan saat ini ibu merasa senang dengan kehadiran
bayinya dan tidak merasa terbebani karena suami dan orang tua turut membantu
ibu untuk mengurus keperluan ibu dan bayi, serta membantu mengerjakan
pekerjaan rumah ibu. Ibu mengatakan saat ini sudah lebih nyaman karena ibu
sudah mulai menikmati peran barunya sebagai seorang ibu.
c. Evaluasi kunjungan sebelumnya :
Ibu mengatakan perineum masih sedikit nyeri. Saat merasa nyeri ibu melakukan
teknik relaksasi nafas panjang sehingga nyeri bisa hilang. Jahitan sudah bagus
namun masih basah karena kurangnya perawatan luka jahitan perineum. Ibu
mengatakan sudah mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti putih telur,
ikan laut, tahu dan tempe seperti yang dianjurkan bidan pada pertemuan
sebelumnya. Ibu mengatakan bahwa sudah mengkonsumsi sayur-sayuran hijau
dan kini BAB nya sudah seperti biasa.
d. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Napsu makan ibu bertambah, ibu makan 3-4 kali sehari dengan porsi
sedang setiap hari dengan nasi, sayur dan lauk yang bervariasi dan tidak
pantang makan seperti yang telah dianjurkan bidan sebelumnya. Ibu minum
8-10 gelas sehari air putih dan kadang-kadang minum teh pada sore hari.
41

2) Eliminasi
BAK 5-6 kali/hari warna kuning jernih
BAB 1 kali sehari warna kuning, konsistensi lembek.
Pola eliminasi tidak ada keluhan BAK maupun BAB
3) Personal hygiene
Mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, ganti pakaian
2 kali sehari, ganti pembalut 2-3 kali sehari.
4) Istirahat/tidur
Tidur malam ±8 jam sehari, bangun di malam hari untuk menyusui dan
ganti popok bayinya.
Tidur siang kadang-kadang 1 jam perhari.
Pola istirahat tidak ada keluhan
5) Aktifitas fisik
Ibu sudah bisa melakukan aktivitas fisik seperti biasanya seperti
membersihkan rumah, dan memasak dengan dibantu ibu kandung sesekali.
6) Pola menyusui
Ibu menyusui bayinya setiap kali bayinya menangis atau setiap 2 jam sekali
dibangunkan bila bayinya tertidur. Ibu mengatakan ASI nya saat ini sudah
keluar lancar.
Keluhan : tidak ada keluhan atau masalah.
e. Data Pengetahuan
1) Hal-hal yang sudah diketahui ibu
Ibu mengatakan sudah mengetahui cara perawatan luka jahitan perineum
dan gizi ibu nifas.
3) Hal-hal yang ingin diketahui ibu
ibu mengatakan ingin mengetahui cara menyimpan ASI perah karena ibu
akan memberikan ASI Eksklusif pada bayinya jika kemungkinan ibu akan
bekerja lagi seperti sebelum menikah.
2. Obyektif
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6 ᵒC
42

RR : 22 x/menit
d. Status present : normal tidak ada kelainan, ekstermitas tidak oedem.
e. Status Obstetricus
Mamae
Puting susu : Menonjol, tidak ada lecet
Produksi ASI : ASI sudah keluar lancar
Tanda-tanda infeksi : Tidak ada bengkak dan kemerahan, ibu tidak
mengalami demam, tidak ada nyeri tekan pada
payudara.
Abdomen
Kontraksi : Baik, uterus teraba keras.
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kandung kemih : Teraba kosong
Genetalia
PPV : Luka perineum masih basah, lokhea berwarna
merah kecoklatan (sanguilenta)
3. Analisa
Ny. L usia 23 tahun P1A0 postpartum 4 hari fisiologis
Masalah :
1. Kadang masih merasa takut untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
2. Luka perineum masih sedikit nyeri
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyimpan ASI
Kebutuhan :
1. Motivasi ibu agar berani untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan benar
2. Informasi cara mengurangi nyeri luka perineum
3. Informasi cara menyimpan ASI.
4. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Oktober 2020
Jam : 08.15 WIB
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam kondisi yang baik
(tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 82 x/menit, suhu : 36,6 ᵒC, RR : 22
x/menit)
Hasil : Ibu mengatakan senang mengetahui kondisinya baik.
43

b. Mengajurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi nafas panjang apabila ibu
merasa nyeri pada luka jahitan perineum
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan teknik relaksasi nafas panjang saat nyeri
pada jahitan perineum dan setelah melakukannya nyeri hilang.
c. Melakukan evaluasi cara ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
Hasil : ibu menjelaskan bahwa ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan hanya menyiramnya dengan air bersih dan mengeringkan dengan
handuk atau tisu tapi terkadang masih belum kering dengan sempurna
dikarenakan takut akan merusak jahitan.
d. Memberitahu ibu bahwa ibu tidak perlu takut untuk memegang atau menyentuh
bagian luka jahitan perineum, karena saat dilakukan jahitan bidan akan
memastikan bahwa jahitannya kencang dan tidak akan rusak serta benang
jahitan akan menyatu dengan daging dan otot perineum nantinya.
Hasil : ibu menganggukan kepala dan mengatakan paham dengan penjelasan
bidan.
e. Menjelaskan kembali teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu
membersihkan dengan air biasa kemudian dikeringkan dengan handuk atau tisu
kering, menganjurkan ibu untuk rajin mengganti pembalut apabila setelah BAB,
BAK, dan jika dirasa sudah lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
f. Memberikan informasi tentang cara penyimpanan ASI yaitu ASI yang sudah
diperah dapat dimasukan ke dalam botol/gelas tertutup diberi label atau
notifikasi tanggal dan jam pada saat memerah. Kemudian dapat di simpan di
kulkas/freezer/maupun diletakan di dalam suhu ruangan. Bila ASI disimpan di
dalam freezer dapat bertahan selama 3 bulan, bila disimpan di kulkas bukan di
freezer nya hanya dapat bertahan selama 5 hari namun apabila disimpan di
dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan selama 6-8 jam. Ibu dapat
meminumkan ASI Perah ke bayi dengan cara diambil dari tanggal yang paling
lama (first in first out). ASI yang beku atau dingin tersebut harus dihangatkan
terlebih dahulu dengan direndam air hangat di dalam mangkuk.
Hasil : ibu dapat menyebutkan kembali cara menyimpan ASI seperti yang
dijelaskan bidan.
g. Menganjurkan ibu untuk senam nifas agar mempercepat penurunan tinggi
fundus uteri serta membantu mempercepat pemulihan pada masa nifas dan
44

memberitahu ibu bisa melihat video tutorial senam nifas di media sosial atau
melalui literasi digital.
Hasil : ibu bersedia melakukan senam nifas dengan melihat youtube.
h. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
i. Memberikan ibu suplemen sulfas ferosus 200 mg 10 tablet diminum 1 kali
sehari pada malam hari menjelang akan tidur, dan memberitahu cara
meminumnya.
Hasil : Ibu bersedia untuk meminum suplemen Sf yang diberikan
j. Menganjurkan ibu untuk kontrol jika ada keluhan.
Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol ulang jika ada keluhan.
45

Kunjungan Ulang KF 3 Tanggal 6 November 2020 Pukul 15.00 WIB

Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 6 November 2019


Jam : 15.00 WIB
Tempat : Via Chat Whatsapp
1. Subyektif
a. Keluhan Utama : ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan
b. Evaluasi kunjungan sebelumnya :
Ibu mengatakan sudah mengetahui cara penyimpanan ASI, dan sudah berani
untuk melakukan perawatan luka jahitan perineum dengan benar, kemudian
ibu sudah rutin menyusui bayinya setiap 2 jam sekali sesuai kebutuhan bayi
dan apabila bayi menangis. Lokhea kekuningan (serosa).
c. Data Pengetahuan
1) Hal-hal yang sudah diketahui ibu
Ibu mengatakan sudah mengetahui cara menyimpan ASI
Ibu sudah mengetahui gizi pada ibu nifas
Ibu sudah mengetahui cara perawatan luka jahitan perineum

2. Obyektif : -
3. Analisa
Ny. L usia 23 tahun P1A0 postpartum 10 hari fisologis
4. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Jumat, 6 November 2019
Jam : 15.15 WIB
Tempat : Via Chat Whatsapp
1. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan menyusui bayi minimal 8 kali sehari atau
setiap 3 jam atau sesering mungkin dan sesuai keinginan bayi (on demand).
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayi nya sesering mungkin
2. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan kebutuhan gizi ibu menyusui
agar produksi ASI tetap lancar.
Hasil : Ibu bersedia memperhatikan kebutuhan gizi pada ibu menyusui
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup pada siang hari dan malam hari saat
bayi tidur.
Hasil : Ibu bersedia istirahat cukup.
46

4. Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ada


keluhan.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya
5. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi suplemen tambah darah satu kali
sehari.
Hasil : Ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet tambah darah
47

Kunjungan Ulang KF 4 Tanggal 25 November 2020 Pukul 15.00 WIB

Hari/Tanggal Pengkajian : Rabut, 25 November 2019


Jam : 15.00 WIB
Tempat : Via Chat Whatsapp
1. Subyektif
a. Keluhan Utama : ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan, ibu ingin tau
mengenai KB
b. Evaluasi kunjungan sebelumnya :
Ibu mengatakan dalam masa nifas hari ke 29. Ibu mengatakan tidak ada
keluhan. Ibu makan 4-5 kali sehari. Ibu BAK 5-7x sehari, dan BAB 1x sekali/
hari. Pola istirahat tidak ada keluhan. ASI lancar. Ibu mengatakan tidak ada
keluhan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari ibu. Suami dan kelurga
mendukung, dan membantu ibu dalam masa nifas ini. Lochea alba.
c. Data Pengetahuan
1) Hal-hal yang belum diketahui ibu
Ibu belum mengetahui jenis-jenis KB yang dapat digunakan untuk ibu
menyusui setelah melahirkan
2) Hal-hal yang ingin diketahui ibu
Pendkes jenis-jenis KB yang dapat digunakan untuk ibu menyusui (pasca
salin)
2. Obyektif : -
3. Analisa
Ny. L usia 23 tahun P1A0 postpartum 29 hari fisologis
4. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu, 25 November 2019
Jam : 15.05 WIB
Tempat : Via Chat Whatsapp
a. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis-jenis kontrasepsi yang dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya adalah kb suntik 3 bulan, implant, dan IUD
atau spiral, serta menjelaskan efek samping yang akan terjadi.
Hasil : ibu mengerti apa yang disampaikan mengenai KB untuk ibu menyusui
48

b. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis kontrasepsi yang tidak dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya kb suntik 1 bulan dan pil yang berisi hormone
estrogen dan progesteron karena akan menghambat produksi ASI
Hasil : ibu mengerti apa yang telah disampaikan
c. Menganjurkan ibu untuk berdiskusi dengan suami tentang pemilihan
kontrasepsi yang diinginkan.
Hasil : ibu bersedia melakukan diskusi dengan suami
d. Menganjurkan ibu untuk memulai KB sebelum masa nifas selesai sehingga ibu
tidak perlu khawatir kontrasepsi yang dipakai tidak berefek
Hasil : ibu mengerti dan bersedia untuk mengikuti anjuran.
e. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan makan-makanan yang
bergizi terutama tinggi protein dan vitamin C serta serat untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum
Hasil: Ibu mengatakan bersedia makan-makanan yang bergizi terutama tinggi
protein dan vitamin C
f. Menganjurkan ibu istirahat cukup apabila ibu merasa kelelahan
Hasil: ibu mengatakan bersedia istirahat cukup
g. Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran atau stres, karena jika ibu
stres akan mempengaruhi produksi ASI ibu
Hasil: ibu bersedia dan mengupayakan untuk tidak stres
h. Menganjurkan ibu kunjungan ketenaga kesehatan apabila ada keluhan yang
mengganggu aktivitas ibu
Hasil: ibu bersedia kunjungan ulang apabila ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 27 Oktober 2020 asuhan kebidanan pada


Ny.L usia 23 tahun dengan kebutuhan asuhan kebidanan nifas normal. Langkah awal
dilakukan pengkajian yang meliputi data subyektif dan data obyektif melalui
anamnesa langsung pada pasien dan beberapa pemeriksaan. Berdasarkan identitas
pasien diketahui bahwa pasien bernama Ny. L berusia 23 tahun, suku bangsa Jawa,
beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga,
dan beralamat di Kutowinangun 4/6. Berdasarkan anamnesa pada kunjungan pertama
Ny.L sedang dalam pengawasan postpartum dan ibu mengeluh masih merasakan
mules setelah melahirkan dan nyeri pada luka jahitan perineum.
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait, sedangkan
auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada pasien yang
bersangkutan (Varney and Jan M.K, 2010). Anamnesa pada kasus Ny.L dilakukan
dengan metode auto anamnesa karena secara fisik maupun psikologis mampu
melakukan komunikasi dengan baik. Saat melakukan asuhan kebidanan nifas
fisiologis pada Ny.L dicantumkan tanggal, jam dan tempat sebagai bukti atau consent
bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan tempat seperti yang
dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
Data subjektif berisi pengkajian berupa identitas pasien. Identitas pasien berisi
nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat. (Puspitasari, 2014)
menyebutkan nama pasien perlu dikaji untuk menciptakan kepercayaan antara
pemberi asuhan dengan pasien dan membedakan jika ada kesamaan nama dengan
pasien yang lain.
Sedangkan untuk data objektif pengkajian pemeriksaan status present dan
obstetrikus. Pemeriksaan status present juga dilakukan dengan lengkap mulai dari
head to toe. Tanda-tanda infeksi juga tidak ditemukan pada pasien dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan bahwa suhu tubuh pasien dalam keadaan normal 36,7 oC, tekanan
darah pasien 110/70 mmHg tidak ditemukan adanya kelainan atau abnormalitas yang
mengarah pada masalah kesehatan.
Mamae dilakukan pemeriksaan obstetrikus untuk mengetahui adanya massa
atau benjolan yang abnormal pada payudara dengan memijat daerah payudara. Hasil
pemeriksaan payudara pada Ny.L tidak ada kemerahan dan benjolan, tidak ada bagian

49
50

payudara yang mengeras. Kolostrum sudah keluar.


Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual dan
seperlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah
(Varney and Jan M.K, 2010). Diagnosis pada Ny.L adalah Ny.L umur 23 tahun P1A0
6 jam post partum normal.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2020
pukul 09.00 WIB, penatalaksanaan yang diberikan kepada NY.L yaitu:
a. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
yaitu pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil yaitu TD : 110/ 70 mmHg, Suhu /T:
36,7oC, Nadi: 82 x/ menit, RR: 20 x/ menit, TFU : 2 jari di bawah pusat. Hasil
pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Hasil : pasien mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa senang dengan
keadaannya.
b. Memberikan penjelasan pada ibu penyebab perut terasa mulas setelah
bersalin yaitu karena adanya kontraksi yang akan menjepit pembuluh darah
sehingga dapat menghentikan perdarahan dan itu merupakan hal yang normal dan
menandakan kontraksi uterus ibu baik.
Hasil : ibu mengerti bahwa penyebab mulas yang dirasakan dikarenakan adanya
kontraksi dan ibu merasa tenang mengenai kondisinya.
c. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang dari hidung kemudian dikeluarkan
perlahan lewat mulut untuk mengurangi mules yang dirasakan ibu dan nyeri pada
luka jahitan perineum.
Hasil : Ibu melakukan teknik relaksasi nafas panjang, mules pada perut dan nyeri
pada luka jahitan perineum yang dirasakannya berkurang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dita Amita, dkk pada
penelitiannya tahun 2018 dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Salin Normal Di Rumah Sakit
Bengkulu yaitu hasil penelitian menunjukkan dengan dilakukan relaksasi nafas
dalam dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien dengan dilakukan teknik
relaksasi dapat menurunkan intensitas nyeri. Saat dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam, pasien merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh
darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan
iskemik. Kemudian juga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod
51

endogen yaitu endorphin dan enkefalin, yang mana opoiod ini berfungsi sebagai
(analgesik alami) untuk memblokir resptor pada sel-sel saraf sehingga
mengganggu transmisi sinyal rasa sakit. Maka dapat menyebabkan frekuensi nyeri
pada pasien pasca bersalin normal maupun post operasi sectio caesarea dapat
berkurang (Amita, Fernalia and Yulendasari, 2018).
Nyeri perineum pada ibu nifas dapat disebabkan oleh jaringan perineum
yang terkoyak karena persalinan, proses pengambilan elastisitas perineum setelah
persalinan, robekan pada syaraf di sekitar luka, jahitan perineum, bengkak atau
lecet pada sekitar vagina dan penekanan kepala bayi saat lahir. Untuk mengurangi
nyeri perineum yang dirasakan dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Ada perbedaan nyeri perineum sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa saat melakukan relaksasi ibu akan merasa rileks,
tenang dan santai, perasaan ini akan mengurangi impuls nyeri yang sampai ke otak
sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang. Setelah dilakukan relaksasi nafas
dalam ibu mengalami penurunan rasa nyeri karena ibu merasa lebih tenang dan
rileks sehingga implus nyeri yang dirasakan berkurang, Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ralaksasi dapat membantu mengurangi nyeri (Makzizatunnisa, Kusyati and
Hidayah, 2012).
d. Memberikan penkes kepada ibu mengenai nutrisi untuk mempercepat
penyembuhan luka jahitan perineum yaitu makan makanan yang banyak
mengandung protein seperti telur, daging, ikan, ayam, serta diimbangi dengan
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan banyak minum air
putih.
Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan kaya protein, buah dan sayur lebih
banyak dari biasanya
Infeksi terjadi karena dampak status gizi yang tidak adekuat dapat
mengganggu proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan penyembuhan luka
tertunda, luka kronis dan terjadi infeksi. Beberapa faktor dapat menyebabkan
gangguan penyembuhan luka dengan mempengaruhi satu atau lebih fase dari
proses penyembuhan luka tersebut, salah satunya status gizi sebagai faktor penting
yang mempengaruhi penyembuhan luka. Faktor gizi terutama protein sangat
mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena pergantian jaringan
sangat membutuhkan protein. Oleh karena itu, defisiensi protein dapat
memperlambat penyembuhan luka. Berdasarkan seluruh sampel yang diteliti
diketahui bahwa sebanyak 69,2% responden mempunyai tingkat konsumsi protein
52

kurang dengan kondisi penyembuhan luka perineum lama. Berdasarkan hasil


penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
tingkat konsumsi protein dengan kondisi penyembuhan luka perineum derajat II.
Sebagian besar ibu nifas yang memiliki tingkat konsumsi protein kurang
mengalami kondisi penyembuhan luka perineum lama (Aziz, Soemardini and
Nugroho, 2016).
e. Menjelaskan pada ibu teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu membersihkan
dengan air biasa kemudian dikeringkan dengan handuk atau tisu kering,
menganjurkan ibu untuk rajin mengganti pembalut BAB, BAK, dan jika dirasa
sudah lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
Vulva hygiene sangatlah penting untuk kesembuhan luka. Perawatan luka
perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penumbuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara
mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK atau BAB
yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus. Sebelum
dan sesudahnya ibu dianjurkan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya
diganti minimal 2 kali sehari. Teknik perawatan dapat mempengaruhi kesembuhan
luka jahitan perineum. Teknik perawatan yang benar akan menyebabkan luka
jahitan sembuh dengan baik. Dan vulva hygiene yang baik akan mempengaruhi
kecepatan kesembuhan luka jahitan perineum. Semakin baik vulva hygiene maka
semakin cepat kesembuhan luka jahitan perineum (Harty, 2015).
f. Memberi tahu ibu mengenai tanda bahaya post partum (setelah melahirkan), yaitu
adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang
kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu mengalami
depresi, payudara bengkak, dan memerah
Hasil : ibu mengerti bahwa tanda bahaya post partum (setelah melahirkan), yaitu
adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang
kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu mengalami
depresi, payudara bengkak, dan memerah
g. Mengajarkan dan membantu ibu untuk mobilisasi
Hasil : Ibu sudah bisa miring kiri dan kanan, duduk dan berdiri
Mobilisasi dini sangat penting dilakukan pada ibu nifas untuk mempercepat
penurunan uterus. Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu bersalin di Puskesmas
Mangunharjo setalah diberikan perlakukan selama mobilisasi dini diperoleh data
53

rata-rata penurunan involusi uteri pada ibu yang dilakukan mobilisasi dini lebih
cepat dari yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penurunan fundus uteri pada ibu
bersalin. Peran mobilisasi terhadap involusi uteri dijelaskan sebagai berikut,
mobilisasi meningkatkan kontraksi dan retraksi dari otot-otot uterus setelah bayi
lahir. Kontraksi dan retraksi ini diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah akibat pelepasan plasenta. Dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus
menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus
mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran
jaringan otot – otot tersebut menjadi kecil. Dengan demikian ibu yang melakukan
mobilisasi dini mempunyai penurunan fundus uteri lebih cepat (Absari and Riyani,
2018).
h. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi sesering
mungkin, setiap 2 jam sekali (on demand), jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali, jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain
Breastfeeding dapat menghentikan pendarahan setelah melahirkan dengan
merangsang timbulnya kontraksi uterus, karena pada waktu bayi menghisap puting
susu ibu terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan
oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar
alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi
rangsangan pada otot polos rahim sehingga rahim akan cepat kembali seperti
semula. Proses involusi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor yang
mempengaruhi involusi uterus, yaitu menyusui dini, status gizi, pendidikan, usia,
paritas, dan mobilisasi. Ibu yang melakukan breastfeeding akan mempercepat
involusi uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mulas
karena rahim yang berkontraksi. Pada proses menyusui ada reflek let down dari
isapan bayi yang merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin
yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus
berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi. Hasil penelitian menyebutkan
ada hubungan antara breastfeeding dengan involusi uterus (Widyawaty and
Yuniarti, 2018).
54

i. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan. ASI
merupakan makanan ilmiah bagi bayi yang praktis, ekonomis, memiliki gizi yang
sesuai bagi bayi dan sesuai pencernaan bayi. Selain itu dengan menyusui ibu dapat
lebih dekat dengan sang bayi.
Hasil : ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran
j. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur sayuran
berwarna hijau serta ibu tidak ada pantangan dalam makan.
Hasil : Ibe bersedia memenuhi kebutuhan nutrisinya
k. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas
sesuai anjuran tenaga kesehatan dan mengingatkan kembali untuk kontrol ke
puskesmas
Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas dengan rutin
berupa Asam mefenamat 500 mg (3x1), Amoxilin 500 mg (3x1), vitamin A
200.000 IU (diminum 24 jam dari minum vitamin A yang pertama) dan tablet
Sulfat Ferosus 200 mg (1x1) dan ibu akan kontrol hari Sabtu tanggal 31 Oktober
2020.

Kunjungan Ulang KF 2 Tanggal 31 Oktober 2020 Pukul 08.00 WIB

Pada pengkajian ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 31 Oktoberber 2020


pukul 08.00 WIB yang dilakukan di Puskesmas Kutowinangun, Ny.L mengatakan
Ibu mengatakan dalam masa nifas hari ke 4. Ibu sudah melakukan perawatan luka
perineum sesuai dengan yang dianjurkan tapi kadang merasa takut jika akan merusak
jahitannya. Perineum masih sedikit nyeri. Saat terasa nyeri ibu melakukan teknik
relaksasi nafas panjang, dan kemudian nyeri akan hilang. Ibu mengatakan saat ini ibu
merasa senang dengan kehadiran bayinya dan tidak merasa terbebani karena suami
dan orang tua turut membantu ibu untuk mengurus keperluan ibu dan bayi, serta
membantu mengerjakan pekerjaan rumah ibu. Ibu mengatakan saat ini sudah lebih
nyaman karena ibu sudah mulai menikmati peran barunya sebagai seorang ibu dengan
kehadiran bayinya.
Diagnosa diambil dari data yang dikumpulkan pada langkah pengkajian.
Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. L umur 23 tahun P1A0 4 hari postpartum normal.
Terdapat masalah yaitu perineum masih sedikit nyeri. Ibu mengeluh terkadang masih
55

merasa takut untuk melakukan perawatan luka perineum, karena takut jika akan
merusak jahitannya.
Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
a. Memberitahu ibu
mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik, tidak ada perdarahan
abnormal, involusi uterus berjalan normal, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Hasil : Ibu mengatakan senang mengetahui kondisinya baik.
b. Mengajurkan ibu untuk
melakukan teknik relaksasi nafas panjang apabila ibu merasa nyeri pada luka
jahitan perineum
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukan teknik relaksasi nafas panjang saat nyeri
pada jahitan perineum, dan setelah melakukannya nyeri luka perineum hilang.
Nyeri perineum pada ibu nifas dapat disebabkan oleh jaringan perineum
yang terkoyak karena persalinan, proses pengambilan elastisitas perineum setelah
persalinan, robekan pada syaraf di sekitar luka, jahitan perineum, bengkak atau
lecet pada sekitar vagina dan penekanan kepala bayi saat lahir. Untuk mengurangi
nyeri perineum yang dirasakan dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Ada perbedaan nyeri perineum sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa saat melakukan relaksasi ibu akan merasa rileks,
tenang dan santai, perasaan ini akan mengurangi impuls nyeri yang sampai ke otak
sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang. Setelah dilakukan relaksasi nafas
dalam ibu mengalami penurunan rasa nyeri karena ibu merasa lebih tenang dan
rileks sehingga implus nyeri yang dirasakan berkurang, Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ralaksasi dapat membantu mengurangi nyeri (Makzizatunnisa, Kusyati and
Hidayah, 2012).
c. Melakukan evaluasi cara
ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
Hasil : ibu menjelaskan bahwa ibu melakukan perawatan luka jahitan perineum
dengan hanya menyiramnya dengan air bersih dan mengeringkan dengan handuk
atau tisu tapi terkadang masih belum kering dengan sempurna dikarenakan takut
akan merusak jahitan.
d. Memberitahu ibu bahwa
ibu tidak perlu takut untuk memegang atau menyentuh bagian luka jahitan
perineum, karena saat dilakukan jahitan bidan akan memastikan bahwa jahitannya
56

kencang dan tidak akan rusak serta benang jahitan akan menyatu dengan daging
dan otot perineum nantinya.
Hasil : ibu menganggukan kepala dan mengatakan paham dengan penjelasan
bidan.
e. Menjelaskan kembali
teknik perawatan luka jahitan perineum yaitu membersihkan dengan air biasa
kemudian dikeringkan dengan handuk atau tisu kering, menganjurkan ibu untuk
rajin mengganti pembalut apabila setelah BAB, BAK, dan jika dirasa sudah
lembab.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang disampaikan.
f. Memberikan informasi
tentang cara penyimpanan ASI yaitu ASI yang sudah diperah dapat dimasukan ke
dalam botol/gelas tertutup diberi label/ notofikasi tanggal dan jam pada saat
memerah. Kemudian dapat di simpan di kulkas/freezer/maupun diletakan di dalam
suhu ruangan. Bila ASI disimpan di dalam freezer dapat bertahan selama 3 bulan,
bila disimpan di kulkas bukan di freezer nya hanya dapat bertahan selama 5 hari
namun apabila disimpan di dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan selama 6-8
jam. Ibu dapat meminumkan ASI Perah ke bayi dengan cara diambil dari tanggal
yang paling lama (first in first out). ASI yang beku atau dingin tersebut harus
dihangatkan terlebih dahulu dengan direndam air hangat di dalam mangkuk.
Hasil : ibu dapat menyebutkan kembali cara menyimpan ASI seperti yang
dijelaskan bidan.
g. Menganjurkan ibu untuk
senam nifas agar mempercepat penurunan tinggi fundus uteri serta membantu
mempercepat pemulihan pada masa nifas dan memberitahu ibu bisa melihat video
tutoeial senam nifas di media sosial atau melalui literasi digital.
Hasil : ibu bersedia melakukan senam nifas dengan melihat youtube.
Satu faktor yang mempercepat involusi adalah senam nifas yaitu bentuk
ambulansi dini pada ibu-ibu nifas yang salah satu tujuannya untuk memperlancar
proses involusi, sedangkan ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk
pada ibu nifas seperti terjadi perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses
involusi. Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim,
perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya
bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi
yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan
57

dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai dalam
waktu 24 jam setelah melahirkan lalu secara teratur setiap hari. Senam nifas
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan pengeluaran lochea pada ibu pascasalin. Hal ini terjadi karena
dengan melakukan senam nifas akan memperlancar aliran darah dan meningkatkan
tonus otot-otot uterus, akibatnya proses autolysis menjadi lancar, kontraksi uterus
menjadi lebih kuat dan pengeluaran lochea semakin cepat (Siregar, 2014).
h. Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
i. Memberikan ibu
suplemen sulfas ferosus 200 mg 10 tablet diminum 1 kali sehari pada malam hari
menjelang akan tidur, dan memberitahu cara meminumnya.
Hasil : Ibu bersedia untuk meminum suplemen Sf yang diberikan
j. Menganjurkan ibu untuk
kontrol jika ada keluhan.
Hasil : Ibu bersedia untuk kontrol ulang jika ada keluhan.

Kunjungan Ulang KF 3 Tanggal 6 November 2020 Pukul 15.00 WIB

Pada pengkajian ke-3 yang dilaksanakan pada tanggal 6 November 2020 pukul
15.00 WIB yang dilakukan via chat whatsapp, Ny.L mengatakan sudah mengetahui
cara penyimpanan ASI, dan sudah berani untuk melakukan perawatan luka jahitan
perineum dengan benar, ibu sudah tidak merasa nyeri pada luka jahitan perineum, dan
luka jahitan sudah kering. Kemudian ibu sudah rutin menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali sesuai kebutuhan bayi dan apabila bayi menangis. Lochea kekuningan (serosa).
Diagnosa diambil dari data yang dikumpulkan pada langkah pengkajian.
Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. L umur 23 tahun P1A0 10 hari postpartum normal.
Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
a. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan menyusui bayi minimal 8 kali sehari atau
setiap 3 jam atau sesering mungkin dan sesuai keinginan bayi (on demand).
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayi nya sesering mungkin
b. Menganjurkan ibu untuk tetap memperhatikan kebutuhan gizi ibu menyusui agar
produksi ASI tetap lancar.
58

Hasil : Ibu bersedia memperhatikan kebutuhan gizi pada ibu menyusui


c. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup pada siang hari dan malam hari saat bayi
tidur.
Hasil : Ibu bersedia istirahat cukup.
d. Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat apabila ada
keluhan.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya
e. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi suplemen tambah darah satu kali sehari.
Hasil : Ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet tambah darah

Kunjungan Ulang Tanggal 25 November 2020 Pukul 15.00 WIB

Pada pengkajian ke-4 yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2020 pukul
15.00 WIB yang dilakukan via chat whatsapp, Ny.L mengatakan dalam masa nifas
hari ke 29. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu ingin tau mengenai KB. Ibu makan
4-5 kali sehari. Ibu BAK 5-7x sehari, dan BAB 1x sehari. Pola istirahat tidak ada
keluhan. ASI lancar. Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari ibu. Suami dan kelurga mendukung, dan membantu ibu dalam masa nifas
ini. Lochea alba..
Diagnosa diambil dari data yang dikumpulkan pada langkah pengkajian.
Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. L umur 23 tahun P1A0 29 hari postpartum
normal. Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
a. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis-jenis kontrasepsi yang dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya adalah kb suntik 3 bulan, implant, dan IUD atau
spiral, serta menjelaskan efek samping yang akan terjadi.
Hasil : ibu mengerti apa yang disampaikan
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai jenis kontrasepsi yang tidak dapat digunakan
untuk ibu menyusui diantaranya kb suntik 1 bulan dan pil yang berisi hormone
estrogen dan progesteron karena akan menghambat produksi ASI
Hasil : ibu mengerti apa yang telah disampaikan
c. Menganjurkan ibu untuk berdiskusi dengan suami tentang pemilihan kontrasepsi
yang diinginkan.
Hasil : ibu bersedia melakukan diskusi dengan suami
d. Menganjurkan ibu untuk memulai KB sebelum masa nifas selesai sehingga ibu
tidak perlu khawatir kontrasepsi yang dipakai tidak berefek
59

Hasil : ibu mengerti dan bersedia untuk mengikuti anjuran.


e. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan makan-makanan yang bergizi
terutama tinggi protein dan vitamin C untuk mempercepat penyembuhan luka
perineum
Hasil: Ibu mengatakan bersedia makan-makanan yang bergizi
f. Menganjurkan ibu istirahat cukup apabila ibu merasa kelelahan
Hasil: ibu mengatakan bersedia istirahat cukup
g. Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran atau stres, karena jika ibu
stres akan mempengaruhi produksi ASI
Hasil: ibu bersedia untuk tidak stres
h. Menganjurkan ibu kunjungan ketenaga kesehatan apabila ada keluhan yang
mengganggu aktivitas ibu
Hasil: ibu bersedia kunjungan ulang apabila ada keluhan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Masa nifas adalah masa pulihnya organ reproduksi wanita ke keadaan
sebelum hamil dan masa nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu .
Pada umumnya asuhan masa nifas ini bertujuan untuk memulihkan
kesehatan umum pasien, mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah
infeksi dan komplikasi, memperlancar produksi air susu ibu, menganjarkan ibu
untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
Dengan dilakukannya pengkajian serta pemantauan nifas 6 jam post
partum, 4 hari post partum, 10 hari postpartum, dan 29 hari postpartum maka
sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif sesuai dengan standar pelayanan kesehatan ibu nifas.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Sebaiknya pasien menjaga atau meningkatkan kesehatan sendiri seperti
makan - makanan yang mengandung gizi seimbang ibu nifas guna
mempercepat proses penyembuhan luka perineum dan meningkatkan personal
hygiene terutama bagian alat genetalianya.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan sebagai pelayanan kesehatan terutama puskesmas dapat
memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama
yang baik antara tim kesehatan maupun klien, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan asuhan kebidanan yang optimal pada umumnya dan dapat
mengaplikasikan beberapa penatalaksanaan untuk asuhan nifas sesuai dengan
teori terbaru dan evidance based yang ada.
3. Bagi Institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
sehingga dapat menghasilkan bidan yang professional, terampil, inovatif dan
bermutu dalam memberikann pelayanan kebidanan scecara holistik
berdasarkan ilmu teori terbaru dan evidance based serta kode etik yang ada.

59
DAFTAR PUSTAKA

Absari, N. and Riyani, D. N. (2018) ‘Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Involusi


Uterus pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas O Mangunharjo
Kabupaten Musi Rawas’, Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 7(1), pp.
27–31.
Amita, D., Fernalia and Yulendasari, R. (2018) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Salin Normal Di Rumah
Sakit Bengkulu’, Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), pp. 26–28.
Anggraeni, A. C. (2012) Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Aziz, S. S. D., Soemardini and Nugroho, F. A. (2016) ‘Hubungan Tingkat Konsumsi
Protein, Zat Besi (Fe) dan Zinc (Zn) dengan Kondisi Penyembuhan Luka
Perineum Derajat II pada Ibu Nifas’, Majalah Kesehatan FKUB, 3(3).
Dewi, V. N. L. and Sunarsih, T. (2011) Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen (2018) Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen
Tahun 2018. Kebumen: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
Harty, M. (2015) ‘HUBUNGAN VULVA HYGIENE IBU NIFAS DENGAN
KESEMBUHAN LUKA JAHITAN PERINEUM DI PUSKESMAS
MERGANGSAN DAN PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA’.
Kemenkes RI (2020) Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas Dan Bayi Baru Lahir
Selama Sosial Distancing. Jakarta: Keementrian Kesehatan RI.
Makzizatunnisa, Kusyati, E. and Hidayah, N. (2012) ‘EFEKTIFITAS SENAM
KEGEL DAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI
PERINIUM PADA IBU POST PARTUM DI BPM PRIMA BOYOLALI’, 26.
Marmi (2012) Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Martalia, D. (2012) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Prawirohardjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edited by A. B.
Saifuddin, T. Rachimhadhi, and G. H. Wiknojosastro. Jakarata: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Profil Kesehatan Jawa Tengah (2018) Profil Kesehatan Jawa Tengah 2018.
Puspitasari, D. (2014) Asuhan Kebidanan Komprehensif. Purwokerto: DIII
Kebidanan UMP.
Rukiyah (2011) Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin, A. B. (2011) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha (2013) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

60
61

Siregar, N. (2014) ‘PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI


UTERUS PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA PERVAGINAM DI
KLINIK BERSALIN TUTUN SEHATI TANJUNG MORAWA TAHUN
2013’, Jurnal Ilmiah PANNMED, 9(1), pp. 1–7.
Siwi, W. E. (2015) Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Sulistyawati (2015) Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi
Offset.
Varney, H. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Varney, H. and Jan M.K, C. (2010) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th edn. 2010:
EGC.
Wahyuni, E. D. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. 1st edn. Jakarta:
Kemenkes RI Pusdik SDMK BPPSDMK.
Widyawaty, E. D. and Yuniarti, A. E. (2018) ‘HUBUNGAN BREASTFEEDING
DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU NIFAS 0-7 HARI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK
TAHUN 2017’, Jurnal Kebidanan, X(I), pp. 20–25.

Anda mungkin juga menyukai