C
KELAS 2 C
Ika Zuhrotunnisa’ (12.1151.B)
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
PRAKATA ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan ............................................................ 3
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 20
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 22
B. Saran ...................................................................................... 24
LEMBAR MATRIKS ...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 34
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan pada Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
Bapak Mokhamad Arifin, SKp., Mkep, Ketua STIKES Muhammadiyah Pekajangan beserta Wakil Ketua
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Ibu Nina Zuhana, SST dan Ibu Suparni SST dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam bentuk kehamilan ektopik tidak jarang
ditemui. (Prafitri: 1)
Kehamilan ektopik menjadi penyebab tersering mortalitas ibu pada trimester pertama. Akan tetapi,
angka kefatalan kasus meurun secara bermakna antara tahun 1970 dan 1989. Penurunan drastis
kematian akibat kehamilan ektopik ini mungkin disebabkan oleh membaiknya diagnosis dan
penatalaksanaan. (Leveno et. Al, 2009: 67).
Serta kehamilan karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan
persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 sematian dari 826 kasus, dan Willson
dkk (1971) 1 diantar 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid
dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk mengaami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk
hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar
50%. (Sujiatini et. Al, 2009: 50)
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak
memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm. Perjalanan klinik kehamilan ektopik
bervariasi, sehingga bidan dapat dimintai pertolongan pertama. Oleh karena itu, bidan di daerah
pedesaan perlu mengetahui kemungkinan terganggunya kehamilan ektopik, sehingga dapat melakukan
rujukan medis. (Manuaba, 1998: 232)
Berdasarkan data di atas, angka kejadian kehamian ektopik terganggu di Indonesia masih menjadi
permasalahan. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. C
dengan Kehamilan di Ektopik Terganggu BPM Ny. B Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan” .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dirumuskan masalah “Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di BPM Ny.B Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan?”
Ruang lingkupnya yaitu dengan adanya fasilitas pelayanan pemeriksaan ibu hamil yang ada di BPM Ny.
B maka sebagai batasan dalam penyusunan makalah ini penulis hanya membatasi tentang Asuhan
Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. C dengan kehamilan ektopik terganggu di BPM Ny.B Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu diharapkan
penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kewenangan bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data baik melalui pemeriksaan fisik dan
penunjang yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada ibu hamil dengan
kehamilan ektopik terganggu.
b. Dapat melakukan interpretasi data dengan tepat pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik
terganggu.
c. Dapat mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik
terganggu.
d. Dapat memberikan atau melaksanakan tindakan segera atau anticipatory pada ibu hamil dengan
kehamilan ektopik terganggu.
e. Dapat merencanakan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik
terganggu.
f. Dapat melaksanakan atau dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu.
D. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Meliputi: Pengkajian
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang
berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada diuar tempat yang semestinya”. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. (Sujiyatini et. Al, 2009: 46)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. Tuba fallopii
merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebihdari 90%). (Saifuddin, et. Al,
2011: M15)
Sedangkan kehamilan ektopik terganggu, ialah kehamilan ektopik yang mengalami gangguan, dapat
berupa abortus atau ruptur tuba dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut. (Mochtar, 1998: 226)
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke
rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
k. Uterus hipoplastis
m. Endometriosis tuba
a. Kehamilan tuba
1) Interstisial (2%)
2) Isthmus (25%)
3) Ampula (55%)
4) Fimbrial (17%)
1) Primer
2) sekunder
d. Kehamilan Tubo-ovarial
e. Kehamilan intraligamenter
f. Kehamilan servikal
Beberapa tanda gejala yang biasanya muncul menurut Leveno 2009, yaitu:
b. Haid abnormal:
d. Perubahan uterus
g. Massa panggul
i. Tanda cullen: sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam
j. Pada pemeriksaan dalam terdapat: nyeri goyang porsio, douglas crise dan cavum doglas menonjol.
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal
ini:
a. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan
ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampula, darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.
b. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.
c. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi
pada istmus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut,
kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. (Sujiyatini, et. Al, 2009:
47-48)
Menurut Wiknjosastro, Buku Ilmu Kandungan (2005), Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada
kehamilan ektopik, gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis
kadang-kadang menimbulkan kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik
ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemungkinan kehamilan
ini. Menurut Saifuddin, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002, Pemeriksaan untuk
membantu diagnosis:
a. Tes kehamilan
c. Anamnesis
kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi, Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam ronggan perut.
f. Pemeriksaan kuldosentesis
Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Diagnosis Banding
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002.
1) Abortus imminens
2) Penyakit radang panggul (akut / kronik)
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi
c. Sterilitas
e. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio. (sujiatini, et. Al, 2009: 50)
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Pada laparatomi perdarahan selekas
mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan
umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah
perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peningkatan kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau
dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan anti inflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan
dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
(Sujiyatini, et. Al, 2009: 49)
a. Penanganan menunggu, sebagian memilih mengamati kehamilan tuba yang sangat dini dengan
kadar β-HCG serum yang stabil atau turun. Hampir sepertiga dari wanita dengan kehamilan ektopik akan
memperlihatkan penururnan kadar β-HCG.
b. Imunoglobulin anti-D, jika wanita yang bersangkutan D negatif, tetapi belum tersensitisasi antigen D
maka ia perlu diberi imunoglobulin anti-D
c. Kuretase, pada banyak kasus aborsi inklompet dan kehamilan tuba dapat dibedakan dnegan
kuretase. Kuretase dianjurkan jika kadar progesteron serum dari 5 µg/ml atau βHCG meningkat secara
abnormal.
a. Operatif
Penanganann kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Namun harus diperhatikan dan
dipertimbangkan, yaitu: kondisi pasien saat itu, kondisi anatomik organ pelvis, keinginan penderita akan
organ reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kemampuan teknik pembedahan mikro dokter operator,
kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.
Pada kehamilan tuba dilakukan salpingostomi, partial salpingektomi, salpingektomi, atau salpingo-
ooforektomi, dengan mempertimbangkan: jumlah anak, umur, lokasi KET, umur kehamilan dan ukuran
produk kehamilan.
b. Kemoterapi
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan
kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasusnya yaitu:
Obat yang digunakan adalah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum faktor 0,1 mg/kg IM berselang-
seling selama 8 hari. Metrotreksate bekerja mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan
menginhibisi kerja enzim dihydrofolate reduktase, maka selanjutnya akan menghentikan proliferasi
trofloblas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. C
DI BPM NY. B
PENGKAJIAN
I. Data Subyektif
A. Biodata Klien
1. Identitas Ibu
Nama : Ny. C
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
2. Identitas suami
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celana dalam.
C. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus : ± 28 hari
3. Lama : 5-7 hari
5. Keluhan : tidak ada
6. Keputihan : tidak ada
D. Riwayat Perkawinan
1. Menikah : ya
3. Pernikahan ke : 1
Kehamilan Persalinan
N By lsg Cacat
o Umur Keadaa Penolon Jns P Keadaa
Tempat Menangi JK BB Bawaa
Kehamilan n g Persalinan B n
s n
1.
BB sebelum hamil : 47 kg
1. ANC / di 1 x di bidan
6. Kenaikan BB 1 kg
H. Riwayat Kesehata
Ibu mengatakan bahwa ibu selama hamil tidak pernah sakit yang mengganggu kehamilannya.
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai penyakit menular seperti penyakit kuning, batuk lebih dari 3 minggu
dan malaria.
Ibu mengatakan bahwa ibu tidak mempunyai penyakit menurun seperti jantung, tekanan darah tinggi, kencing
manis, dan sesak napas.
Ibu mengatakan bahwa dari keluarga suaminya dan keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit menular
seperti penyakit kuning, batuk lebih dari 3 minggu dan malaria.
Ibu mengatakan bahwa dari keluarga ibu dan keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai penyakit menurun
seperti kencing manis, sesak napas, tetapi dari keluarga ibu ada yang mempunyai tekanan darah tinggi.
Ibu mengatakan bahwa baik dari keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan
kembar.
I. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan bahwa ibu sangat senang dengan kehamilannya ini, karena ibu sudah mengharapkannya.
Ibu mengatakan bahwa setelah anaknya lahir, akan dirawat dan diasuh sendiri oleh dirinya dan dibantu oleh
keluarga.
1. Nutrisi
c. Makanan dan Nasi, lauk, sayur, air putih, Nasi, lauk, sayur,
teh air putih, teh, susu
minuman yang sering
dikonsumsi
2. Eliminasi
3. Istirahat
4. Aktivitas
Melelahkan
5. Seksual
a. Frekuensi 2x/minggu 1x/minggu
mempengaruhi kesehatan
berhak tinggi
Ibu mengatakan bahwa selama hamil harus makan dan minum yang cukup terutama yang bergizi dan tidak
berpantang makanan.
Ibu mengatakan bahwa selama hamil kebutuhan istirahat lebih banyak dan tidak boleh kelelahan.
Ibu mengaatakan bahwa sudah mengetahui tanda-tanda persalinan seperti perut kenceng-kenceng, air kawah
pecah.
II. Data Objektif
A. Data Umum
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. BB sekarang : 48 kg
4. LILA : 23 cm
5. Tinggi badan : 157 cm
B. Tanda-tanda vital
2. Nadi : 88 x/menit
3. Suhu : 38°C
4. Respirasi : 20 x/menit
C. Status Present
1. Kepala : rambut hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, tidak ada kutu.
10. Abdomen : simetris, tidak ada bekas luka operasi, tidak nyeri ulu hati.
11. Ex. atas : simetris, tidak oedem, tidak pucat, kapillary refill < 2 detik, jari-jari lengkap.
12. Ex. bawah : simetris, tidak oedem, akral hangat, kapillary refill < 2 detik, jari-jari lengkap.
13. Punggung : tidak ada kelainan bentuk punggung dan tidak ada nyeri ketuk ginjal.
14. Genetalia : tidak diperiksa
15. Anus : tidak diperiksa
D. Status Obstatri
2. Payudara : ada hiperpigmentasi aerola, puting susu menonjol, tidak ada massa, ASI belum keluar.
3. Abdomen :
b. Palpasi Leopold :
Leopold I : teraba tegang dan perut bagian bawah sedikit mengembung.
4. Panggul Luar
6. VT : nyeri goyang porsio dan kavum douglas menonjol dan nyeri tekan
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb : 9 gr%
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis menerapkan Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil patologi pada Ny. C dengan kehamilan
ektopik terganggu BPM Ny. B pada tanggal 15 Februari 2014, maka ada beberapa hal yang akan penulis
uraikan pada bab pembahasan ini, dimana penulis akan membandingkan antara teori dengan kasus.
Pada kasus Ny. C ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu ini ditandai dengan nyeri perut bagian
bawah dan mengeluarkan darah sedikit (flek) berwarna coklat pada celana dalamnya. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan
salah satu tanda kehamilan ektopik terganggu menurut Leveno 2009.
Diagnosa kebidanan untuk Ny. C hamil dengan kehamilan ektopik terganggu ditegakkan berdasarkan
tanda dan gejala yang didapat pada saat pengkajian. Dari data subjektif didapatkan keterangan bahwa
ibu sering merasakan mual, nyeri perut bagian bawah dan ibu mengeluarkan sedikit flek berwarna
coklat.
Serta dari data objektif didapatkan pada pemeriksaan tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 88 x/menit,
suhu 380C, perut bagian bawah kembung (Jones, 2001: 107) dan pada pemeriksaan dalam teraba kavum
douglas menonjol, nyeri tekan serta nyeri goyang porsio (leveno, et. Al, 2009). Diagnosa potensial untuk
kehamilan dengan kehamilan ektopik terganggu dari kasus diatas adalah shock hipofolemik
Tindakan segera pada Ny. C yaitu rujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum dilakukan rujukan, terlebih
dahulu persiapkan BAKSOKUDA, pasang infus RL 500 ml dalam 15 menit pertama atau 2 liter dalam 2
jam pertama dengan jarum ukuran 16 di ex. Atas sebelah kanan. Setelah itu segera rujuk ibu ke Rumah
Sakit (WHO, 2013: 95).
Sesampainya di rumah sakit, segera lakukan uji silang darah dan lakukan persiapan laparatomi. Saat
laparatomi, lakukan explorasi kedua ovarium dan tuba fallopii. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba
lakukan salpingektomi (eksisi bagian tubayang mengandung hasil konsepsi). Jika terjadi kerusakan ringan
pada tuba usahakan melakukan salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan,
tuba dipertahankan). Sebelum memulangkan pasien berikan konseling untuk penggunaan kontrasepsi.
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfat ferosus
60 mg perhari selama 6 bulan. (WHO, 2013: 95)
Setelah melakukan semua implementasi penulis melakukan evaluasi terhadap Ny. C ibu hamil
dengan kehamilan ektopik terganggu. Hasil evaluasi tersebut adalah ibu tidak mengalami shock
hipofolemik.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan
pada Ny C dengan kehamilan ektopik terganggu di BPM Ny B maka penulis mampu mengambil
kesimpulan yaitu:
2. Asuhan kebidanan pada Ny C dengan kehamilan ektopik terganggu dapat diterapkan melalui
pendekatan menejemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney dengan baik.
a. Pengkajian telah dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data menurut lembar format
yang telah tersedia melalui tekhnik wawancara dan observasi sistemik. Data subjektif khususnya pada
keluhan utama yaitu Ny C G1P0A0 hami 9 minggu dengan keluhan ibu mengatakan nyeri perut bagian
bawah dan mengeluarkan flek-flek darah berwarna coklat dari jalan lahir.
Data objektif yaitu keadaan umum sedang kesadaran compopsmentis tekanan darah 100/70 mmHg nadi
88 x/menit respirasi 20 x/menit suhu 38 0C tinggi badan 157 cm berat badan sebelum hamil 47 kg dan
berat badan saat ini 48 kg, lila 23 cm, pemeriksaan genetalia terlihat dan teraba kavum douglas
menonjol dan nyeri tekan serta nyeri goyang porsio dan pemeriksaan laboratorium Hb 10 gr%