DI PUSKESMAS LEKOK
Disusun oleh :
SUKIRAH, S. Keb
NIM: 2021080499
Asuhan kebidanan Pada Ny.”K” G1P0000Ab000 umur kehamilan 39+4 minggu dengan
kehamilan fisiologis di Puskesmas Lekok.
NIM : 2021080499
Hari : ......................................................
Tanggal : ......................................................
MENGETAHUI,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan berkelanjutan Pada
Ny.”K” di Puskesmas Lekok dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan semua
pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tak lupa saya
sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M. Kes. M.M, selaku Ketua STIKES Husada Jombang
2. Zeny Fatmawati, SST., M.Ph. selaku kaprodi profesi bidan STIKES Husada Jombang
3. Evi Susiyanti, S.ST., M. Kes. selaku pempimbing praktek
4. Fifi Ratna Aminati, S.ST., M. Kes. selaku pembimbing akademik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga asuhan kebidanan ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi Mahasiswa STIKES Husada pada
khususnya.
Pasuruan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, sehingga penilaian terhadap status kesehatan
dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting. Upaya kesehatan diantaranya dilihat
dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian
Ibu adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas di setiap
100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2015;h. 134). Kematian Bayi
merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun
waktu satu tahun (Kemenkes RI, 2015; h. 104-105). Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 1991 sampai dengan 2007 yaitu sebesar 390 per 100.000
kelahiran hidup. Namun, tahun 2012, angka kematian ibu masih tinggi sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup, angka ini sedikit menurun walaupun tidak signifikan. AKI
kembali menurun pada tahun 2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan
AKI yang masih tinggi pemerintah melakukan program SDGs (Sustaainable
Development Goals) yaitu program kelanjutan dari MDGs (Millenium Development
Goals) yang di mulai dari tahun 2015 sampai dengan 2030. Salah satu targetnya yaitu
mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pda
tahun 2030 (Kemenkes RI, 2015;h. 105). 2 Kematian ibu di Indonesia masih di
dominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan (30,3%), hipertensi dalam
kehamilan (27,1%), dan infeksi (7,3%).
Dengan menganggap semua ibu memiliki resiko tinggi maka dilakukan
pengawasan kehamilan atau yang dikenal dengan COC ( Continuity Of Care ). Dengan
usaha ini ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.Sedapat
mungkin wanita tersebut diberi pengertian sedikit tentang kehamilannya serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Ini berarti dalam COC harus diusahakan agar wanita hamil sampai masa nifas
sekurang – kurangnya harus semua sehat atau lebih sehat, dan jika ada kelainan harus
dideteksi secara dini dan ditangani. Oleh karena itu penulis mengambil kasus “Asuhan
Kebidanan Berkelanjutan pada Ny “K” Di Puskesmas Lekok Dengan Kehamilan
Normal di Puskesmas Lekok”.
1.2 Tujuan
e. Auskultasi
Digunakan stethoscope monoral (stetoscope obstetri ) untuk mendengarkan denyut
jantung janin. Yang dapat kita dengarkan adalah :
1. Dari janin
DJJ pada bulan ke 4-5, bising tali pusat, gerakan dan tendangan janin
2. Dari ibu
Bising rahim, bising aorta, peristaltic usus.
f. Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher ( VT ), Rectal toucher ( RT )
g. Pemeriksaan psikologis
Kejiwaan dalam menghadapi persalinan
h. Pemeriksaan Laboratorium
1. Laboratorium rutin
Darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan
2. Laboratorium khusus
Pemeriksan torch, pemeriksaan serologis, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal,
pemeriksaan protein darah, pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan faktor
Rh, pemeriksaan air ketuban, pemeriksaan infeksi hepatitis ibu / bayi,
pemeiksaan infeksi AIDS.
i. Diagnosis Kehamilan
1. Kehamilan normal
Tanpa keluhan, hasil pemeriksaan laboratorium baik.
2. Kehamilan denga resiko
Tinggi / sangat tinggi, yang meragukan, dan rendah
3. Kehamilan disertai penyakit ibu yang mempengaruhi janin
4. Kehamilan disertai komplikasi
5. Kehamilan dengan nilai nutrisi kurang
6. Diagnostik diferensial : amenorea skunder, pseudocyesis, tumor ginekologi
j. Pemeriksaan Rontgenologik
Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang diagnostic bila terdapat
keragu-raguan pada pemeriksaan obstetric. Misalnya pada wanita yang terlalu
gemuk ( obesitas ), penderita yang tidak tenang ( nervous ), dan dinding perut yang
tegang.
Untuk diagnosa kehamilan positif, bolah dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan dan
akan tampak tulang-tulang janin.
k. Pemeriksaan laboratorium
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang-kurangnya 2 kali
selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilan.
l. Ultrasonografi
Dibandingkan dengan pemeriksaan rotgen, USG tidak berbahaya untuk janin, karena
memakai prinsip dasar ( bunyi ), Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda.
Pada layer dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin (Rustam Mochtar,
1998)
2.11 Pemeriksaan Tuanya Kehamilan
1. Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
a. Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum dapat diraba dari luar
b. Akhir bulan III ( 12 minggu ) 1-2 jari diatas symphisis
c. Akhir bulan IV ( 16 minggu ) pertengahan antara symphisis dan pusat
d. Akhir bulan V ( 20 minggu ) 3 jari bawah pusat
e. Akhir bulan VI ( 24 minggu ) setinggi pusat
f. Akhir bulan VII ( 28 minggu ) 3 jari atas pusat
g. Akhir bulan VIII ( 32 minggu ) pertengahan procesus xypoideus dan pusat
h. Akhir bulan IX ( 36 minggu ) sampai arcus costarum atau 3 jari bawah procesus
xypoideus.
i. Akhir bulan X ( 40 minggu ) pertengahan antara procesus xypoideus dan pusat.
2. Menurut Mc. Donald
TFU dalam cm
Tuanya kehamilan dalambulan=
2,5 cm
20 5
23 6
26 7
30 8
33 9
2.2 KONSEP PERSALINAN
2.2.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat
hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar,
1998 : 91)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998 : 151)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Saifuddin, 2002 : 180)
2.2.2 Bentuk Persalinan
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan.
2.2.3 Sebab-sebab Yang Menimbulkan Persalinan
a. Teori penurunan hormonal
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kesenjangan pembuluh darah sehingga timbul his.
b. Teori plasenta menjadi tus
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebakan
kekejangan pembuluh darah, hal itu akan menyebabkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser) bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1. Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
2. Amniotomi: pemecahan ketuban.
3. Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus. (Mochtar,
1998 : 92)
2.2.4 Tanda-tanda Permulaan Persalinan
a. Lightening/ setting/ dropping yaitu kepala turun memasuki PAP terutama pada
primigravida – pada multi para tidak begitu terlihat.
b. Perut kelihatan makin melebar, fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering-sering/ sudah kencing (pola kisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian bawah rahim.
d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi.
e. Kontraksi lemah dari uterus disebut falselabot pains.
f. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 1998 : 93)
2.2.5 Tanda-tanda Inpartu
a. Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
2.2.6 Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
Kekuatan mendorong janin keluar (power).
1. HIS (kontraksi uterus).
2. Kontraksi otot-otot dinding perut.
3. Kontraksi diafragma.
4. Ligamentum action terutama ligamentum retundum (Mochtar, 1998 : 93)
2.2.7 Mekanisme Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala pembukaan dibagi dalam 2 fase :
1. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif
Berlangsung dalam 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
- Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
- Periode dilatasi maximal: selama 2 jam pembukaan berlangsung sampai 9
cm.
- Periode deseleasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm/ lengkap.
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira
2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan-tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektonis
menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa seperti
mau BAB, dengan tanda anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum menegang. Dengan his mengedan yang
terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan bayi. Pada kala II primi
: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.
c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
d. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.
Dalam waktu 1-2 menit seluruh plasenta terlepas terdorong ke vagina dan lahir
spontan/ dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
e. Kala IV (Observasi)
Adalah pengawasan selama 2 jam, selama 1 jam setelah bayi lahir dan cek jalan
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan post
partum (Mochtar, 1998 : 94-97)
2.2.8 Partograf
Adalah alat yang dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan.
a. Fase aktif (pembukaan 4)
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1. DJJ tiap 30 menit (normalnya 120-160 x/menit).
2. Warna dan adanya air ketuban
U : ketuban utuh.
J : ketuban pecah dan jernih.
D : ketuban pecah dan bercampur darah.
M : ketuban pecah dan bercampur mekonium.
K : ketuban pecah dan tidak ada air ketuban.
3. Molase
0 : sutura terpisah.
1 : sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak).
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
3 : sutura tumpang tindih tetapi tidak dapat diperbaiki.
4. Pembukaan serviks
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).
5. Penurunan.
Mengacu pada bagian kepala yang teraba diatas sympisis pubis.
6. Waktu
7. Jam
8. Kontraksi
9. Oksitosin
10. Obat yang diberikan
11. Nadi, tekanan darah, suhu
12. Protein, asetan dan volume urin (Saifuddin, 202 : N-12)
2.3 Konsep Nifas
2.3.1 Pengertian Masa Nifas
Nifas adalah waktu mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode
transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan
tanggung jawab dalam keluarga (Depkes, 2002 ).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan (Yetti Anggraini, 2010: 1).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Mochtar, 1998: 315 ).
Masa nifas adalah periode pasca pessalinan (post partum) ialah masa waktu
antara kelahiran plasenta dan membrane yang menandai berakhirnya periode intra
partum sampai waktu menuju kembalinya system reproduksi wanita tersebut ke
kondisi tidak hamil.
2.3.2 Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi Post Partum dibagi menjadi 2
yaitu :
1. Post Partum Dini
Post Partum Dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir
dan hematoma
2. Post Partum Lambat
Post Partum Lambat adalah tertinggalnya Sebagian plasenta, subinvolusi di
daerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria
2.3.4 Dampak
Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari
sebelum faal usus kembali normal.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,
dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir (Damai, 2017).
A. Perubahan Sistem Urinarius
Pada pasca persalinan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang berkaitan dengan
fungsi sistem perkemihan, antara lain:
1. Hemostatis Internal
2. Keseimbangan Asam Basa Tubuh
3. Pengeluaran sisa Metabolisme
Hal yang menyebabkan kesulitan Buang Air Kecil pada ibu post partum,
antara lain:
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
teretensi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari seelah melahirkan
3. Depresi dan Sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi (Damai, 2017).
B. Perubahan Sistem Endokrin
Hormon-hormon yang berperan pada proses ini adalah:
1. Hormon Plasenta
Hormon ini menurun secara cepat pasca persalinan yang menyebabkan
kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan
mamae pada hari ke-3 post partum
2. Hormon Pituitary
Hormon ini terdiri dari hormon prolaktin, FSH,dan LH. Hormon
Prolaktin darah meningkat dengan cepat,pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon ini berpran dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu
3. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
yang menyusui maupun yang tidak menyusui.
4. Hormon Oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Bekerja terhadap otot
uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu involusi uteri.
5. Hormon Estrogen dan Progesteron
Hormon Estrogen yang tinggi, memperbesar hormon anti diuretik yang
dapat meningkat volume darah. Sedangkan hormon progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangangan dan
peningkatan pembuluh darah (Damai, 2017).
C. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu (Nurul Janah, 2017).
D. Perubahan Tanda-tanda Vital
1. Suhu Badan
Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 0c-
380c) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan,
dan kelelahan.
2. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit. Denyut nadi ibu
postpartum biasanya akan lebih cepat.
3. Tekanan Darah
Tekanan Darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan akan lebih
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan atau yang lainnya.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya
kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran cerna (Nurul Janah,
2017).
2.3.5 Permasalahan
Masalah dan Komplikasi
a. Sakit kepala berlebihan, nyeri episgastrium, dan penglihatan kabur
b. Demam, muntah , rasa sakit saat berkemih
c. Bendungan payudara/mastitis
d. Tidak nafsu makan dalamwaktu lama
e. Merasa tidak bisa merawat dirinya dan bayinya
f. Perdarahan (memerlukan 2 softek dalam 30 menit)
g. Uterus lembek (kontraksi uterus jelek)
2.4.2 Etiologi
Menurut Yanti (2010:4-5) Mulainya Persalinan disebabkan oleh: 1) Penurunan
Kadar Progesteron repository.unimus.ac.id Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot
rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot Rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone san estrogen di dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan progesterone menurun sehingga timbul his; 2) Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-
otot rahim; 3) Keregangan Otot-otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan
lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan Rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot- otot Rahim makin rentan; 4) Pengaruh Janin Hypofise
dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada
anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa; 5) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau
E2 yang diberikan secara intravena, intra adan extramnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
2.4.4 Dampak
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Fungsi Kehidupan Intrauterin ke
Kehidupan Ekstrauterin
1. Faktor maturasi
Masa gestasi dari bayi baru lahir berhubungan erat dengan persiapan fetus dari
intrauterine ke ekstrauterin
2. Faktor adaptasi
Kemampuan janin dalam menyesuaikan diri dari intrauterine ke ekstrauterin
3. Faktor toleransi
Kemampuan bayi mentolerir, menghadapi hal-hal yang sebetulnya berbahaya
(Sulistyawati, 2011)
Perubahan-perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
1. Perubahan Sistem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan adalah selama dalam kandungan,
janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah pelepasan
plasenta yang tiba-tiba pada saat kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk
memastikan kelangsungan hidup (Saputra Lyndon, 2014)
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi
pada toraksnya dan tekanan ini hilang tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini
menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian
porifer paru untuk kemudian di absorbs. Karena testimulus oleh sensor kimia, suhu,
serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivitas nafas untuk pertama kali.
Tekanan intratoraks yang negative disertai dengan aktivitas nafas yang pertama
memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru. Setelah beberapa kali nafas
pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada trakea dan bronkus, akhirnya
semua alveolus mengembang karena terisi udara (Walyani, dkk 2016)
Upaya bernafas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan cairan dalam
paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar alveolus dapat berfungsi,
karena terdapat cukup surfaktan dan aliran darah ke paru. Produksi surfaktan dimulai
pada usia 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru matang
sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru
dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernafasan (Desidel dkk, 2011)
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik pertama
sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena beberapa faktor
yaitu:
a. Stimulasi mekanik
Karena tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati jalan lahir. Tekanan ini
menyebabkan cairan di dalam paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80-100
ml) berkurang sebanyak ½ nya sehingga cairan tersebut diganti udara
b. Stimulasi kimiawi
Penurunan PaO2 (dari 80 ke 15 mmHg). Kenaikan PaCO2 (dari 40 ke 70 mmHg)
dan penurunan Ph merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus
c. Stimulasi sensorik
d. Adanya rangsangan suhu dingin mendadak pada bayi saat meninggalkan
suasana hangat pada uterus dan memasuki udara luar yang relative lebih dingin.
Perubahan suhu yang mendadak ini akan merangsang impuls sensoris di kulit
yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
e. Reflex deflasi hearing breur
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
-Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
-Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali (Saputra
Lyndon, 2014)
2. Perubahan Sistem Peredaran Darah
a. Sistem perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan, kaki dan
sekitar mulut)
b. Denyut nadi berkisar 120-160 x/menit saat bangun dan 100 x/menit saat bayi
sedang tidur
c. Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa perubahan
terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu. Perubahan
sirkulasi janin ketika lahir:
Tabel 2.1 Perubahan sirukulasi janin ketika lahir
Struktur Sebelum lahir Setelah lahir
d. Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran
dan tingkat aktivitas bayi
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan
oksigen. Sebaliknya, tekanan karbondioksida akan mengalami penurunan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dan arteri
pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali
pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup
(Sondakh, 2013).
e. Nilai hematologi normal pada bayi
Tabel 2.2 Nilai Hematologi
Parameter Kisaran normal
Eosinophil 2% - 3%
Limfosit 2% - 10%
Menosit 6% - 10%
Trombosit 100.000-280.000/mm3
Retikulosit 3% - 6%
Mekonium Tinja pertama bayi, yang tersusn atas cairan amniotic dan
penyusunannya, sekresi usus, sel mukosa yang lepas, dan
kemungkinan darah (darah ibu yang tertelan atau perdarahan darah
minor pembuluh saluran pencernaan). Pengeluaran meconium akan
sudah terjadi dalam 24 jam samapi 48 jam pertama, meskipun bisa
juga terlambat sampai 7 hari pada bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah.
Tinja transisi Biasanya keluara pada hari ketiga setelah menyusui, berwarna
cokelat kehijauan sampai cokelat kekuningan, dan kurang lengket
dibandingkan dengan meconium, bisa mengandung gumpalan susu.
Tinja susu Bisanya keluar pada hari keempat. Tinja bayi yang disusui ASI
berwarna kuning keemasan, kenyal dan berbau seperti susu. Tinja
bayi yang disusui susu formula berwarna kuning pucat sampai
cokelat muda, lebih padat, dan berbau lebih buruk.
1 Reflex rooting Pada bayi baru lahir Respon yang lemah atau
(Mencari) menolehkan kepala kearah tidak ada respon terjadi pada
stimulus, membuka mulut, premature, penurunan atau
dan mulai menghisap bisa cedera neurologis, atau
pipi, bibir, atau sudut mulut depresi sistim syaraf pusat
bayi disentuh dengan jari (STP).
atau puting.
3 Reflex Refleks yang timbul bila ibu Tidak ada respon yang
grasping jari diletakkan pada telapak terjadi.
(Menggengga tangan bayi maka bayi akan
m) menutup telapak tangannya.
Respon yang sama dapat
diperoleh ketika telapak kaki
digores dengan ujug jari kaki,
menyebabkan jari kaki
menekuk. Genggaman
telapak tangan bayi biasanya
berlangsung usia 3-4 bulan.
b. Pengecap
Mampu membedakan rasa manis dan asam ada usia 72 jam.
c. Penciuman
Mampu membedakan antara bau ASI ibunya dengan ASI yang lain.
d. Peraba
Sensitive terhadap nyeri, bereakasi terhadap stimulasi taktil.
e. Penglihatan
Mampu memfokuskan penglihatan sementara pada objek yang kurang atau
bergerak yang berjarak 20 cm dan pada garis tengah yang lapang penglihatan.
Pupil berekasi terhadap cahaya dan refleks berkedip mudah dirangsang. Bayi
sangat sensitif terhadap cahaya. Jika ruangan digelapkan, ia akan membuka matad
engan lebar dan melihat ke sekelilingnya (Saputra Lyndon, 2014)
12. Adaptasi Psikologis Bayi Baru Lahir Terhadapi Kehidupan di Luar Kandungan
Selain beradaptasi secara fisiologis, bayi abru lahir juga melakukan adaptasi
psikologis. Semua bayi baru lahir mengalami pola kejadian spesifik yang sama setelah
lahir, tanpa memandang usia kehamilan dan tipe persalinan yang mereka alami. Bayi
baru lahir umumnya menunjukkan pola perilaku yang dapat ditebak pada beberapa
jam awal setelah kelahiran, ditandai dengan dua periode reaktivitas yang diselingi
dengan fase tidur. Adaptasi psikologis ini dipicu oleh ransangan dari lingkungan
ekstauterine setelah lahir dan mememliharakan kemajuan bayi baru lahir kearah
mandiri (Saputra Lyndon, 2014)
a. Periode transisi
Karakteristik setiap perilaku yang muncul selama jam-jam trasisi segerea setelah
kelahiran bayi. Bidan yang memahami perilaku ini akan memiliki pemahaman
yang benar terhadap variasi yang terjadi selama jam-jam tersebut. Periode transisi
merupakan waktu ketika bayi menajdi stabil dan menyesuaikan diri dengan
kemandirian ekstrauterine. Perilaku bayi baru lahir selama periode transisi dapat
berubah jika bayi secara signifikan mengalami distress atau sangat dipengaruhi
oleh penggunaan obat-obatan selama persalinan.
Tabel 2.5 Tanda-tanda Transisi Normal
No Pengkajian Nilai Normal
2 Refleks Utuh
Menghisap
Kulit: 36-365°C
TINJAUAN KASUS
H A M I L I N I
Personal higiene Ibu mandi 2 kali sehari, dan Ibu mandi 2 kali sehari, dan
menggosok gigi setiap kali menggosok gigi setiap kali
mandi dan keramas 2 hari mandi dan keramas 2 hari
sekali, mengganti pakaian sekali, mengganti pakaian
setiap kali kotor dan setiap kali kotor dan
mengganti celana dalam mengganti celana dalam
sehari 1 kali. sehari 2 kali.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Muka : Bentuk simetris, tidak pucat, keadaan bersih, tidak
oedema
b. Palpasi
Mata : Simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik,
berfungsi dengan baik, keadaan bersih.
Abdomen
- Leopold III : Pada bagian bawah uterus teraba bulat, keras, tidak
bisa digerakkan.
c. Auskultasi
DJJ ada terdengar disebelah kanan dibawah pusat ibu frekuensi 148
x/menit teratur.
Paru-paru tidak terdengar ronchi dan wheezing
Jantung ibu, detak jantung teratur, tidak terdengar mur-mur
d. Perkusi
Reflek patella positif dan reflek babinski negatif
e. Pemeriksaan laboratorium
- Hb : 11,6 gr %
- Protein urien : (-)
- Reduksi urien : (-)
- Gol Darah : O Positif
- HBsAg : Non Reaktif
- HIV : Non reaktif
- Sifilis : Negatif
3.3 PELAKSANAAN
Tanggal : 10 Oktober 2022 Jam : 10.00
Dx : Ny. “K” G1P0000A000 UK 39+4 minggu T/H/I Letkep dengan kehamilan
fisiologis
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan janin saat ini dalam keadaan
sehat dan hasil pemrikasaan nya dalam batas normal.
2. Memberitahu ibu untuk makan makanan dengan gizi seimbang, yaitu terdiri dari
nasi, lauk, sayur, dan buah dalam porsi cukup. Makan makanan mengandung tinggi
serat, tinggi protein, serta rendah lemakdan rendah gula.
3. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan
Keluar cairan dari kemaluan yang tidak bisa ditahan
Gerakan janin berkurang
Perut terasa kram / kaku yang berlebihan disertai keluar bercak/flek darah
Bengkak pada muka, tangan, dan kaki
4. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika merasakan
tanda-tanda persalinan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ’’K” GIP0000Ab000 USIA KEHAMILAN
40 MINGGU DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI PUSKESMAS LEKOK
3.1. PENGKAJIAN
b. Siklus : 30 Hari
d. Warna : Merah
e. Bau : Ayir
f. Konsistensi : Cair
1. H A M I L I N I
8. Riwayat kehamilan sekarang dan masalahnya
a. Hamil ke berapa : I
b. HPHT : 6– 01 – 2022
c. HPL : 13 – 10 – 2022
d. UK : 40 Minggu
j. Riwayat TT : TT 5
b. Palpasi
Mata : Simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik,
berfungsi dengan baik, keadaan bersih.
Abdomen
- Leopold III : Pada bagian bawah uterus teraba bulat, keras, tidak
bisa digerakkan.
c. Auskultasi
Abdomen &DJJ : (+) puka 148 x/menit, teratur His 4x35 detik dalam
10 menit, terdengar bising usus 8x/menit
d. Perkusi
Reflek patella ka/ki +/+
e. Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina : Vulva membuka
Pembukaan : 7 cm
Effacement : 75 %
Ketuban : Positif
Bagian terendah : UUK
Bagian terdahulu : kepala
Hodge : II
Moulage :0
f. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 13-03-2022 (di Puskesmas)
- HB : 11,6 gr %
- HbSag : Non Reaktif
- TPHA : Non Reaktif
- PITC : Non Reaktif
- Reduksi urine : Negatif
- Albumin : Negatif
3.3 PELAKSANAAN
Kala I Fase Aktif
Jam Tindakan
15.10 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu memahami
Menjelaskan dan mengajarkan ibu cara mengurangi rasa nyeri
yaitu dengan teknik relaksasi bernafas panjang dengan cara
menarik nafas panjang dari hidung kemudian dikeluarkan dari
15.20
mulut saat terasa kontraksi.
Evaluasi : Ibu dapat melakukan dan rasa nyeri mulai bisa
terkontrol
15.50 Melanjutkan observasi HIS, DJJ, Nadi ibu tiap 30 menit dan
observasi pembukaan, effisement, ketuban dan pembukaan
tiap 4 jam sekali.
Evaluasi : Menulis rekam medis di lembar obserasi
Menyarankan ibu untuk tetap makan dan minum di sela-sela
kontraksi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energy
16.20
untuk proses persalinan
Evaluasi : Ibu bersedia makan dan minum
Menganjurkan ibu untuk berbaring miring kanan kiri
16.40
Evaluasi : Ibu bersedia tidur miring kanan kiri
Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan ringan jika masih
17.10 mampu untuk berjalan
Evaluasi : Ibu bersedia
Menganjurkan ibu untuk tidak menahan jika ingin berkemih
agar kandung kemih kosong dan mempercepat terjadinya
17.20
penurunan kepala
Evaluasi : Ibu bersedia melakukannya
Menganjurkan ibu dan keluarga untuk segera memberitahu
17.30 bidan jika ibu merasa ingin meneran atau merasa ingin BAB
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia
Kala II
Subjektif
Ibu mengatakan sakit pada pinggang dan perut semakin lama dan sering, terasa ingin
BAB dan ada dorongan ingin meneran.
Objektif
Keadaan umum : Baik
TTV
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,7 oC
RR : 22x/menit
Pemeriksaan kebidanan
Abdomen : DJJ 145x/menit, Kontraksi 5x10 menit lamanya 45 detik
Genetalia : Vulva membuka, ada tekanan pada anus, ada lender bercampur darah dan
air ketuban jernih, pembukaan 10 cm, UUK depan, tidak ada bagian yang
menyertai janin, tidak ada molase.
Assasment
Ny. “K” umur 25 tahun GIP0000Ab000 UK 40 mg T/H/I letkep inpartu kala II
Penatalaksanaan
Tanggal/Jam Tindakan
1. Sudah ada tanda gejala kala II
a. Adanya dorongan ingin meneran
13-10-22
b. Adanya tekanan pada anus
17.35
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka
2. Mengecek kelengkapan alat
3. Menggunakan celemek
4. Menyimpan perhiasan
5. Memakai sarung tangan DTT
6. Memasukkan oksigen
17.50
7. Membersihkan vulva dan perineum
8. Lakukan pemeriksaan dalam
9. DTT sarung tangan
10. Mengobservasi DJJ dan kontraksi
Evaluasi : Sudah di lakukan
11. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
bahwa pembukaan sudah lengkap dan bayi akan segera
18.00 lahir
Evaluasi : Ibu dan keluarga memahami dan mengetahui
hasil pemeriksaan
12. Membantu pasien mengambil posisi yang nyaman
18.05
Evaluasi : Pasien dalam posisi litotomi
18.10 Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN dengan cara
13. Membimbing ibu meneran
14. Menentukan posisi yang nyaman
15. Meletakkan handuk di atas perut ibu
16. Lipat 1/3 bagian kain bersih, letakkan di baah bokong ibu
17. Buka partus set
18. Pakai sarung tangan DTT
19. Jika kepala sudah tampak 5-6 cm di vulva, lindungi
perineum dan kepala bayi sambil tetap menganjurkan ibu
untuk meneran saat ada kontraksi
20. Periksa adanya lilitan tali pusat
21. Tunggu kepala bayi putar paksi luar
22. Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua
telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati –
hati ke arah bawah sampai bahu anterior/depan lahir,
kemudian tarik secara hati – hati ke atas sampai bahu
posterior / belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat
yang telalu erat hingga menghambat putaran paksi luar
atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, denga
perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat
pada tali pusat dan potong tali pusat di antara dua klem
tersebut
23. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala,
leher dan bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu
jari pada leher (bagian bawah kepala) dan ke empat jari
pada bahu dan dada / punggung janin, sementara tangan
kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior
saat badan dan lengan lahir
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
pinggang ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan
kiri di antara kedua lutut janin)
25. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu
pada lengan kanan sedemikian rupa sehingga bayi
menghadap kea rah penolong. Nilai bayi, kemudian
letakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan
bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala bayi dan
badan bayi kecuali bagian tali pusat
27. Menjepit tali pusat dengan klem kira – kira 3 cm dari
umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu
dan memasang klem di antara kedua 2 cm dari klem
pertama
28. Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan
tangan kiri, dengan perlindungan jari – jari tangan kiri,
memotong tali pusat diantara kedua klem. Bila bayi tidak
bernapas spontan lihat penanganan khusus bayi baru lahir
29. Mengganti pembungkus bayi denga kain kering dan
bersih, membungkus bayi hingga kepala
30. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu
menghendaki
31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan
tunggal
Evalusai : Bayi lahir spontan B, pukul 18:20 WIB, jenis
kelamin perempuan, menangis spontan, warna kulit
kemerahan, dan tonus otot baik, apgar 7/8
Kala 111
Subyektif
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anak perempuannya, perut masih terasa
mules
Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Tanda – tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,7 oC
RR : 24x/menit
Pemeriksaan kebidanan
Abdomen : TFU setinggi pusat, uterus globuler, kandung kemih kosong
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah merembes, tali pusat bertambah panjang dan
mejulur di depan ulva
Assasment
Ny “K” umur 25 tahun P1001 inpartu kala III
Pelaksanaan
Tanggal / jam Tindakan
32. Memberi tahu ibu akan di suntik
33. Menyuntikkan oksitosin 10 unit secara intra muskuler
13-10-22 pada bagian luar paha kana 1/3 atas setelah melakukan
aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung
18.22
jarum tidak mengenai pembuluh darah
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm
dari vulva
35. Meletakkan tagan kiri di atas shympisis menahan bagian
bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali
pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak 5-
10 cm dari vulva
36. Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati – hati
ke arah dorso cranial. Bila uterus tidak segera
berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk melakukan
stimulasi putting susu
37. Minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan
18.25 menarik tali pusat ke rah bawah kemudian ke atas sesuai
dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada
vulva
38. Setelah plasenta tampak di vulva, teryskan melahirkan
plasenta degan hati – hati. Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan melakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban
39. Segerah setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dngan menggosok fundus secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tagan kiri hingga
kontraksi uterus baik ( fundus uteri keras)
18.28 40. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati – hati. Bila perlu ( terasa ada
tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
41. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap pada pukul 18:30
KALA IV
Subyektif
Ibu mengatakan merasa lelah dan perut masih terasa mules
Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Tanda – tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,6 oC
Pemeriksaan kebidanan
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tidak ada laserasi jalan lahir
Assasment
Ny “K” umur 25 tahun P1001Ab000 inpartu kala IV
Penatalaksanaan
Tanggal/Jam Tindakan
18.30 40. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri,
periksa plasenta
41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan
perineum yang menimbulkan perdarahan aktif
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan
pervaginam, pastikan kontraks terus membaik
43. Membersihkan sarung tangan dari lencir dan darah di larutan
klorin 0,5%. Kemudian bilas tangan yang masih mengenakan
sarung tangan dengan air yang sudah di desinfektan tingkat
tinggi dan mengeringkannya
44. Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari mbilicus dengan
simpul mati
45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua
18.32
kalinya
46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam
wadah berisi larutan klorin 0,5%
47. Membungkus kembali bayi
18.34
48. Berikan bayi pada ibu untuk disusui
49. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda
perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu
50. Mengajarka ibu / keluarga untuk memeriksa uterus yang
18.35 memiliki kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus
apabila kontraksi uterus tidak baik
51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi
52. Memeriksa nadi ibu
53. Meredan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5%
54. Membuang barang – barang yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang di sediakan
55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan
menggantikan pakaiannya dengan pakaian yang bersih / kering
18.40 56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga
untuk membantu apabila ibu ingin minum
57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,
melepas sarung tangan delam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melakukan pendokumentasian telah dicatat dilembar partograf
18.42
(terlampir)
61. Memindahkan pasien ke ruang nifas
19.00
Evaluasi : pasien bersedia dipindahkan ke ruang nifas
40 3300/
1. I Normal Bidan Pkm - P Hdp - + -
mgg 50
18. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama ingin mengikuti KB suntik 3
bulanan.
19. Riwayat sosial budaya
Kebiasaan klien mengadakan tingkepan dan akan mengadakan selamatan lepasnya
tali pusat serta 40 hari kelahiran bayi dan rencana akan memberikan ASI yang
pertama bayi keluar dan menyusui bayinya sampai 2 tahun. Tidak ada kebiasaan
berpantang makanan.
20. Pola kebiasaan sehari-hari
m. Pola nutrisi
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil makan 3x1 porsi kecil (nasi,
sayur dan buah) tidak ada pantangan makanan apapun dan
minum ± 8 gelas / hari
Selama nifas : Selama nifas ini ibu sudah makan sebanyak 2x, komposisi
nasi, lauk, sayur dan buah. Minum air putih 5-6 gelas. Ibu
juga mengatakan selama nifas nanti tidak ada pantangan
makanan.
n. Pola eliminasi
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK ± 6-7x / hr warna kuning jernih,
tidak ada keluhan dan BAB 1x / hr konsistensi lunak tidak
ada keluhan
Selama nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu BAK 400 cc warna kuning
jernih merasa tidak nyaman karena harus dipasang kateter,
Ibu tidak BAB selama Post Partum
o. Pola istirahat
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam/hr dan tidur malam ± 8
jam / hr
Selama nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu tidak dapat tidur hanya
berbaring di bed
p. Pola aktivitas
Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
dibantu oleh keluarga rumah
Selama nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu tidak melakukan aktivitas
apapun hanya mulai belajar mika-miki
q. Pola personal hygiene
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hr dengan sabun, ganti baju dan
celana dalam 2x/hr, keramas 1x/hr
Selama nifas : Selama dalam 2 jam PP ibu tidak mandi namun di seka
daerah bokongnya.
r. Kebiasaan minum jamu, alcohol, dan merokok
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak merokok maupun minum jamu
apapun hanya minum obat penambah darah yang didapat
dari bidan saat periksa
Selama nifas : Ibu tidak merokok dan tidak minum jamu namun di
suntikkan obat-obatan sesuai advis dokter
b. Palpasi
Muka : Bentuk simetris,tidak pucat,keadaan bersih, tidak oedema
3.6 PELAKSANAAN
Tanggal : 13 Oktober 2022 Jam : 20.25 WIB
Dx : Ny. “K” P1001 1 hari Post Partum dengan Nifas Fisiologis
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga secara terapeutik dan memberikan
penjelasan terhadap tindakan yang akan kita lakukan dengan (senyum, sapa, salam).
2. Menjelaskan pada ibu penyebab rasa nyeri dan mules yang dialami adalah hal yang
fisiologis yaitu proses kembalinya alat – alat kandungan secara normal.
3. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
4. Melakukan observasi keadaan umum, kesadaran, dan TFU,TTV serta kontraksi
perdarahan yang mungkin terjadi dan tidak lupa kondisi bayi.
5. Memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu tentang gizi, KB, perawatan
payudara, perawatan diri (Personal Hygiene) baik ibu maupun bayi
6. Mengajari ibu bagaimana cara perawatan diri dan bayi
7. Memberikan diet yang seimbang dengan komposisi nasi, sayur sop 1 mangkuk kecil,
lauk ayam 1 potong, tempe 1 potong, 1 gelas air putih, buah pisang 1 buah dan jeruk
1 buah
8. Memberikan terapi analgesik dan antibiotik serta vitamin.
Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “K” usia 0 hari dengan Bayi Baru Lahir Normal
8. Data Imunisasi :
- Jenis : Hb0
- Jenis MP ASI : -
- Frekuensi : -
- Jumlah Pemberian : -
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : -
- Nadi : 140x/menit
- Suhu : 36,60 C
- RR : 38 x/menit
- Tinggi Badan : 50 cm
- Lingkar Kepala : 30 cm
- Lingkar Dada : 31 cm
- Lingkar Lengan : 10 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada kelainan jumlah jari, tidak ada
fraktur, pergerakan bebas, tidak ada lesi dan babynski
reflek aktif.
b) Palpasi
c) Auskultasi
3. Tumbuh Kembang
a) Reflek Makan
Rooting Reflek : (+)
Suckling Reflek : (+)
Swallowing Reflek : (+)
b) Reflek Pelindung
Tonickneck Reflek : (+)
Graps Reflek : (+)
Babynski Reflek : (+)
Stepping Reflek : (+)
Moro Reflek : (+)
4. Pengukuran Antropometri
BBL : 3300 gram
PBL : 50 cm
LD : 30 cm
Lingkar Kepala : 31
MO : 30 cm
FO : 31 cm
SOB : 32 cm
3.3 PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pendekatan terapeutik dengan keluarga.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
3. Mengobservasi TTV dengan hasil :
Suhu : 36,5o C
Nadi : 140 x/menit
RR : 38 x/menit
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi :
- Selimuti bayi dengan selimut/ kain bersih dan hangat
- Tutupi kepala bayi dengan topi
- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
- Meletakkan bayi ditempat yang hangat.
6. Memberikan vitamin K pada bayi 1 jam segera dipaha kiri
7. Memberikan salep mata dengan cara mengoleskan tetrasiklin 1 % pada mata bayi.
8. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir.
- Pernafasan : Jika sulit/ lebih dari 60 x/menit.
- Kehangatan : Terlalu panas ( > 38 C) atau terlalu dingin (< 36 C)
- Warna : Kuning (terutama pada 24 jam pertama biru/pucat)
- Pemberian makanan : Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
- Tali pusat : Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
- Aktivitas : Menggigil, menangis tidak bisa (merintih) sangat lemah,
lunglai, kejang.
9. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
ASUHAN KEBIDANAN PADA KB
3.3 DIAGNOSA
Ny “ K” umur 25 tahun P10001 Akseptor Baru KB suntik 3 bulan
3.4 INTERVENSI
Tanggal / Jam : 11 Nopember 2022 / jam 16.20
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat.
R/ Ibumerasa aman dan nyaman karena dalam kondisi baik
2. Beri konseling ulang pada ibu mengenai efek samping KB suntik 3 bulan.
R/ Dapat merubah siklus haid (haid tidak teratur atau memanjang dalam 3
bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam 1 tahun) ,
pusing, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan,
penambahan berat badan, dan dapat membuat sakit kepala, mual, nyeri
tekan pada payudara.
3. Beri konseling mengenai nutrisi dan gizi
R/ Untuk menghindari makanan yang banyak mengandung lemak karena
dapat mempengaruhi pola menstruasi, dan mengonsumsi buah dan sayur,
serta mengatur pola makan agar berat badan seimbang.
4. Berikan penjelasan tetang alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi siklus
haid
R/ Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode Kalender, Senggama
Terputus, dan Kondom.
5. Lakukan inform consent penyuntikkan KB suntik 3 bulan.
R/ Ibu telah memahami informasi dan keputusan yang diambil
6. Berikan pelayanan dengan standart prokes baik petugas maupun pasien.
R/ Mencegah penularan penyakit terutama masa pandemi
7. Lakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan.
R/ Menyiapkan alat-alat, yaitu kapas alkohol, spuit, obat KB DMPA.
Kemudian memasukkan obat ke dalam spuit, mengatur posisi klien,
mendesinfeksi area penyuntikkan, yaitu di 1/3 bagian spina illiaca anterior
superior, menyuntikkan obat secara IM dengan arah 90o, mencabut jarum
kemudian memasase daerah bekas suntikan.
8. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 26 Oktober
2022 dengan tetap sesuai prokes 3 M.
R/ Melakukan jadwal kunjungan ulang
9. Masukkan sampah medis dan non medis pada tempat yang sudah
disediakan.
R/ Memisahkan limbah medis dan non medis untuk memudahkan
pengolahan limbah
10. Dokumentasikan tindakan pada kartu KB dan Kohort KB.
11. R/ Menertipkan administrasi bidan
3.5 IMPLEMENTASI
Tanggal / Jam 11 Nopember 2022 / jam 16.30
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
sehat.
E/ Ibu memahami keadaannya
2. Memberi konseling ulang pada ibu mengenai efek samping KB suntik 3
bulan, yaitu dapat merubah siklus haid (haid tidak teratur atau memanjang
dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak haid dalam
1tahun) , pusing, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana
perasaan, penambahan berat badan, dan dapat membuat sakit kepala.
E/ Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali apa yang dijelaskan bidan
3. Memberi konseling mengenai nutrisi dan gizi untuk menghindari makanan
yang banyak mengandung lemak karena dapat mempengaruhi pola
menstruasi, dan mengonsumsi buah dan sayur, serta mengatur pola makan
agar berat badan seimbang.
E/ Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali apa yang dijelaskan bidan
4. Memberikan penjelasan tetang alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi
siklus haid, yaitu Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode Kalender,
Senggama Terputus, dan Kondom.
E/ Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali apa yang dijelaskan bidan
5. Melakukan inform consent penyuntikkan KB suntik 3 bulan.
E/ Ibu setuju melakukan tanda tangan
6. Memberikan pelayanan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan,
petugas memakai APD level 2 dan pasien menjalankan prokes 3 M(cuci
tangan, memakai masker dan jaga jarak).
E/ Ibu memakai masker, setuju melakukan cuci tangan dan jaga jarak
7. Melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan. Menyiapkan alat-alat, yaitu
kapas alkohol, spuit, obat KB DMPA. Kemudian memasukkan obat
kedalam spuit, mengatur posisi klien, mendesinfeksi area penyuntikkan,
yaitu di 1/3 bagian spina illiaca anterior superior, menyuntikkan obat secara
IM dengan arah 90o, mencabut jarum kemudian memasase daerah bekas
suntikan.
E/ Ibu siap dilakukan penyuntikan KB
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 21 juni
2022 dengan sesuai prokes 3 M.
E/ Ibu sepakat kapan harus kunjungan ulang
9. Memasukkan limbah medis dan non medis pada tempat yang sudah
disediakan.
10. E/ limbah dan non medis dibuang ke tempatnya
11. Mendokumentasikan tindakan pada kartu KB dan Kohort KB.
E/ Telah didokumentasikan didalam buku kohor KB
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
i. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Pada pengkaijan data subjektif dan objektif didapatkan data Ny. “K” periksa
tanpa keluhan, TD : 110/70 mmhg, Nadi : 92 x/mnit, Suhu : 36,5 ˚c, BB sebelum
hamil : 48 kg, saat hamil: 70 kg, Tinggi badan : 160 cm, LILA: 24 cm, TFU 30 cm,
Leopold I : Pada fundus teraba lunak, dan tidak melenting yang berarti bokong.
Leopold II : pada bagian kanan teraba keras, datar, memanjang berarti punggung,
pada bagian kiri teraba bagian – bagian kecil yang berarti ekstemitas. Leopold III :
bagian terbawah janin teraba keras,bulat, dan melenting yang berarti kepala.
Leopolod IV : Konvergen, kepala belum masik PAP, TBJ = (TFU-11) x 155 = (30-
11) x 155 = 2790 gr. DJJ ada terdengar disebelah kanan dibawah pusat ibu frekuensi
148 x/menit . Analisa data dari pengkajian tersebut adalah Ny. “K” G1P0000Ab000 usia
kehamilan 39+4 minggu hidup, tunggal, intra uterine, presentasi kepala. jalan lahir
normal, ku janin baik, ku ibu baik.
Pelaksanaanya diantaranya menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan
janin saat ini dalam keadaan sehat dan hasil pemrikasaan nya dalam batas normal,
memberitahu ibu untuk makan makanan dengan gizi seimbang, yaitu terdiri dari
nasi, lauk, sayur, dan buah dalam porsi cukup. Makan makanan mengandung tinggi
serat, tinggi protein, serta rendah lemakdan rendah gula, menjelaskan tanda bahaya
kehamilan( keluar cairan dari kemaluan yang tidak bisa ditahan, gerakan janin
berkurang, perut terasa kram / kaku yang berlebihan disertai keluar bercak/flek
darah, bengkak pada muka, tangan, dan kaki), menganjurkan ibu untuk kontrol 1
bulan lagi atau sewaktu-waktu jika merasakan tanda bahaya kehamilan.
ii. Asuhan Kebidanan Persalinan
Pada pengkajian di dapatkan data Ny. “K”, datang ke Puskesmas Lekok, ibu
mengatakan perutnya merasa kenceng-kenceng serta mengeluarkan lendir
bercampur darah sejak pukul 11.00 WIB.Keadan umum: Baik, kesadaran :
Composmentis, tekanan darah: 120/70 mmHg, nadi : 90 x/ menit, pernafasan : 22
kali / menit, suhu : 36,6 OC, DJJ 148 kali/ menit, TFU 30cm Pada fundus teraba
lunak tidak melenting (bokong).Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin
Bagian kanan teraba keras, panjang, seperti papan (puka). Pada bagian bawah uterus
teraba bulat, keras, tidak bisa digerakkan. Bagian bawah anak sudah masuk PAP 3/5
bagian (divergen) H II, DJJ 148 x/menit, teratur. His 4x35 detik dalam 10 menit,
bising usus 8x/menit, pembukaan 7 cm, eff 75%, ketuban utuh, presentasi kepala.
Didapatkan analisa data Ny “K” GIP0000Ab000 Usia Kehamilan 40 minggu, janin
tunggal, hidup, intaruterin, letak kepala, puka, jalan lahir normal, keadaan ibu dan
janin baik, inpartu kala 1 fase aktif.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “K” yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan
pada ibu dan keluarga, menjelaskan dan mengajarkan ibu cara mengurangi rasa nyeri
yaitu dengan teknik relaksasi bernafas panjang dengan cara menarik nafas panjang
dari hidung kemudian dikeluarkan dari mulut saat terasa kontraksi, melanjutkan
observasi HIS, DJJ, Nadi ibu tiap 30 menit dan observasi pembukaan, effisement,
ketuban dan pembukaan tiap 4 jam sekali. Menyarankan ibu untuk tetap makan dan
minum di sela-sela kontraksi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energy untuk
proses persalinan, menganjurkan ibu untuk berbaring miring kanan kiri,
menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan ringan jika masih mampu untuk berjalan,
menganjurkan ibu untuk tidak menahan jika ingin berkemih agar kandung kemih
kosong dan mempercepat terjadinya penurunan kepala, menganjurkan ibu dan
keluarga untuk segera memberitahu bidan jika ibu merasa ingin meneran atau
merasa ingin BAB. Dilanjutkan dengan melakukan pertolongan persalinan sesuai
APN. Setelah bayi lahir, dilakukan asuhan persalinan kala III dank ala IV sesuai
APN dan dilakukan observasi 2 jam PP.
iii. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Asuhan kebidanan yang dilakukan
diantranya Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi, membantu ibu
dalam menyusui, mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman, mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan, memberikan konseling
untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-
tanda bahaya masa nifas, serta menjaga asupan gizi yang baik. Pada pengkajian pada
ibu nifas di dapatkan kondisi ibu nifas dalam batas normal Tensi: 120/70mmHg,
nadi: 88x/menit, suhu: 36.5ºc, rr: 20x/menit. TFU ½ simpisis- pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 10 cc. Diharapkan ibu mengetahui
tentang kondisinya saat ini sehingga ibu tidak khawatir tentang perubahan yang
dialami saat masa nifas. Mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas. Mengetahui
tanda merawat payudara agar asi ibu lancar.
iv. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Dapat mengevaluasi dari Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir hari pertama
dan didapat suatu hasil bayi dalam masa transisi berjalan dengan normal tanpa
adanya komplikasi. Setelah dilakukan tindakan seperti yang diatas masalah dapat
teratasi sehingga ibu dan bayi boleh pulang dan keadaan umum bayi baik, tanda vital
dalam batas normal dengan S: 366 0C, N: 140x/menit, RR: 38x/menit, serta tidak ada
komplikasi.
v. Asuhan Kebidanan Pada KB
Pada pembahasan ini dijelaskan tentang kesesuaian teori dan fakta pada asuhan
kebidanan pada keluarga berencana. Berikut tentang asuhan kebidanan pada
keluarga berencana. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
pada keluarga berencana, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :
Pada tanggal 11 Nopember 2022 Ny “K”melakukan kunjungan untuk ber KB,
Penulis melakukan intervensi kelemahan dan kelebihan dari masing-masing KB . Ny. “K”
mulai memutuskan ingin memakai KB Suntik 3 bulan di PKM Lekok Alasan ibu memilih KB
suntik karena ingin menjaga jarak kehamilan dengan kehamilan berikutnya serta pengunaan
KB yang tidak mempengaruhi produksi ASI selama menyusui bayinya serta memilih
menggunakan KB suntik merupakan metode KB jangka panjang
4.2 Saran
1. Bagi Institusi
Lebih banyak menyediakan literature yang berkaitan degan kasus sehingga lebih
memudahkan dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan para petugas bisa cepat dan tepat dalam memberikan Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan sesuai Standart Pelayanan.
3. Bagi Penulis
Dengan penyusunan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan semoga dapat dijadikan
sebagai pengalaman dan perbandingan antara teori yang didapat dengan kasus nyata
yang ada di lapangan.
4. Bagi Ibu
Diharapkan ibu lebih kooperatif, sehingga dalam pemberian Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan dapat dilakukan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA