Disusun oleh:
Nama : Sri Wahyuni
NIM : PO.62.24.2.21.561
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK KEHAMILAN
Disusun guna Memenuhi Persyaratan
Ketuntasan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik
Kehamilan Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekks Kemenkes Palangka Raya
Disusun oleh :
Dalam menyelesaikan laporan ini kami menyadari bahwa dalam penyajiannya tidak lepas
dari kekurangan baik dalam susunan kata, isi, maupun cara penyusunan. Hal ini disebabkan
keterbatasan kemampuan serta pengetahuan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan dengan tujuan untuk menyempurnakan laporan ini.
Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Oktaviani,SSiT.,M.Keb selaku Pembimbing Institusi yang sudah membimbing saya dalam
penyusunan laporan ini kepada ibu Heti Ira Ayue, SST., M.Keb selaku koordinator stase III
Asuhan Kebidanan Fisiologi Holistik Kehamilan serta selaku Kapordi Profesi Bidan serta
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini sehingga laporan ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi penyusun, pihak-pihak yang telah membantu, dan
kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan melibatkan
perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Pada
umunya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir namun kadangkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ilmu
kebidanan menjadi dasar usaha yaitu menjamin agar setiap wanita hamil dan wanita yang
menyusui bayinya dapat memelihara kesehatannya sesempurnanya agar wanita hamil
melahirkan bayi sehat tanpa gangguan apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan
baik (Saifuddin. 2010).
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya terdapat
embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin, dan
lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu
dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014)
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim
maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup
sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa
kehamilan (Johnson, 2016).
Oleh sebab itu dengan ANC perkembangan kondisi ibu hamil setiap saat akan terpantau
dengan baik dan pengetahuan tentang persiapan melahirkan akan bertambah. Cakupan ANC
dipantau melalui ANC baru ibu hamil ke-1 sampai kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai
standar paling sedikit empat kali (K4).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester I,II, dan III?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan fisiologis holistic ibu hamil trimester I, II dan III
2. Tujuan Khusus
1. Klien
Manfaat yang didapatkan oleh klien ibu hamil adalah menambah wawasan ibu mengenai
kehamilan, keluham , tanda bahaya serta kebutuhan pada saat hamil.
2. Mahasiswa
3. Lahan Praktik
Materi tentang kehamilan dan juga asuhan kebidanan untuk remaja ini diharapkan dapat
menjadi bahan masukan bagi pihak lahan praktik untuk meningkatkan pelayanan pada ibu
hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua yaitu dimulai bulan keempat
sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono,
2007).
Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovume) dengan sperma. Proses kehamilan
(gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari pdihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri 38 minggu, karena dihitung mulai dari
tanggal konsepsi ( tanggal bersatunya sel sperma dan sel telur) yang terjadi dua
minggu setelahnya(Kamariyah,2014).
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disbut
blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan
dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang
menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian,
blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini
sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi
(implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin,
peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak
trofoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu
hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseftif) dalam
proses implantasi embrio. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakan
uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut
kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan tumbuh dan
berkembang didalam endometrium (Saifuddin, 2009).
Kehamilan adalah masa mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).Kehamilan 40 minggu disebut
sebagai kehamilan matur (cukup bulan), dan bila lebih dari 43 minggu disebut
sebagai kehamilan post matur.Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut
kehamilan premature.Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian,
masing-masing:
2. Tanda-tanda Kehamilan
b) Sering buang air kecil Keinginan sering buang air kecil pada awal
kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung
kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II dan akan
muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan
oleh kepala janin.
e) Merasa lelah Hal ini terjadi karena tubuh bekerja secara aktif untuk
menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan. Juga
peningkatan hormonal yang dapat mempengaruhi pola tidur.
f) Sakit Kepala Sakit kepala yang lebih sering dialami oleh pada ibu hamil
pada awal kehamilan karena adanya peningkatan tuntutan darah ke
tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi dari duduk / tidur ke posisi
yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit
beradaptasi.
Sakit kepala / pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat
disebabkan oleh faktor fisik maupun emosional. Pola makan yang
berubah, perasaan tegang dan depresi juga dapat menyebabkan sakit
kepala.
g) Kram Perut Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat
menstruasi di bagian perut bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang
timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap adalah 11 normal. Hal
ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena
adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan
ligamen merenggang untuk menyokong rahim.
h) Meludah Keinginan meludah yang terjadi pada ibu hamil yang terus
menerus dianggap normal sebab hal ini termasuk gejala morning
sickness.
c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya
b) Sendawa dan buang angin Sendawa dan buang angin akan sering terjadi
pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan normal karena akibat adanya
perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut perut ibu
hamil akan terasa kembung dan tidak nyaman.
c) Pelupa Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama
kehamilannya. Ada beberapa teori tentang hal ini, diantaranya adalah
karena tubuh ibu hamil terus bekerja berlebihan untuk perkembangan
bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran. d) Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi selama
kehamilan, karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang membesar
dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan rileksasi otot saluran
cerna sehingga mendorong asam lambung kearah atas.
f) Sakit perut bagian bawah Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan
merasa nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu
atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk
menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi
beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
h) Hidung dan Gusi berdarah Hal ini juga terjadi karena peningkatan aliran
darah selama masa kehamilan. Kadang juga mengalami sumbatan di
hidung. Ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal.
k) Kram pada kaki Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih
lambat saat kehamilan. Atasi dengan menaikkan kaki ke atas dan minum
kalsium yang cukup. Jika terkena kram kaki ketika duduk atau saat
tidur, cobalah menggerak-gerakkan jari-jari kaki ke arah atas.
a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang
tinggi
e) Libido meningkat
g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya
Perubahan Fisik pada Trimester III Menurut Kurnia (2009,p. 194-197), perubahan
fisik pada trimester III adalah :
a) Sakit bagian tubuh belakang Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-
pinggang), karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang
dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke arah
tulang belakang.
e) Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul
akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil.
f) Masalah tidur Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari
sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
h) Kontraksi perut Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di
bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk
atau istirahat.
i) Bengkak Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan
kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang disebabkan
oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
j) Kram pada kaki Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau
karena kekurangan kalsium.
a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik
c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya
d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya
h) Libido menurun
(1) Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Hadijanto,
2008). Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu dikarenakan
abortus (5%). Berdasarkan jenisnya Sujiyatini dkk (2009) menyebutkan
abortus dibagi menjadi:
(a) Abortus Imminens (threatened) Suatu abortus imminens dicurigai bila
terdapat pengeluaran vagina yang mengandung darah, atau perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan. Suatu abortus iminens dapat
atau tanpa disertai rasa mules ringan, sama dengan pada waktu menstruasi
atau nyeri pinggang bawah. Perdarahan pada abortus imminens seringkali
hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya
pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound
pada panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin
berdenyut, dan kantong amnion kosong, serviks tertutup, dan masih
terdapat janin utuh.
(b) Abortus Insipien (inevitable) Merupakan suatu abortus yang tidak dapat
dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya
pembukaan serviks. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian
bawah atau nyeri kolek uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina
memperlihatkan dilatasi osteum serviks dengan bagian kantung konsepsi
menonjol. Hasil Pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin
masih berdenyut, kantung gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-
5 minggu) atau perdarahan subkorionik banyak di bagian bawah.
(e) Missed Abortion Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
(f) Abortus Habitualis (habitual abortion) Adalah abortus spontan yang terjadi
berturutturut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar
menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
(2) Kehamilan ektopik Adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari
95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii). Kejadian
kehamilan ektopik tidak sama diantara senter pelayanan kesehatan. Hal ini
bergantung pada kejadian salpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar
5-6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering
karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium
tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri
dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi
tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan
terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik terganggu (Hadijanto, 2008).
Tanda dan gejala pada kehamilan muda, dapat atau tidak ada perdarahan
pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri
tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum. Dari
Pemeriksaan fisik didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor
didaerah adneksa. Adanya tandatanda syok hipovolemik yaitu hipotensi, pucat
dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut yaitu perut tegang
bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. Dari
Pemeriksaan dalam serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan
dan kiri.
(3) Mola hidatidosa Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, molahidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau
2 cm. Menurut Hadijanto (2008) pada permulaannya gejala mola hidatidosa
tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing,
dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya
perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar
dari umur kehamilan. Ada pula kasuskasus yang uterusnya lebih kecil atau
sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini
perkembangan
jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan
adanya dying mole. Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya
keluhan perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit.
Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh
dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bias intermiten, sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.
Karena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam
keadaan anemia.
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester
I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah
HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah
yang sampai menggangguaktifitas seharihari dan keadaan umum menjadi lebih
buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro, 2002, p.275).
Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I. Anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang
keduanya saling berinteraksi. Anemia pada trimester I bisa disebabkan karena
mual muntah pada ibu hamil dan perdarahan pada ibu hamil trimester I
(Saifuddin, 2002, p.281).
d) Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan
suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi
(11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak
dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002, p.249). Demam
dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme
pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya
tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan
gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan
dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).
a) Demam Tinggi Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan
gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007
penyebab kematian ibu karena infeksi (11%). Penanganan demam antara
lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk
menurunkan suhu (Saifuddin, 2002, p.249). Demam dapat disebabkan
oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen
ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya
tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi
demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama
kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).
b) Bayi kurang bergerak seperti biasa Gerakan janin tidak ada atau kurang
(minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama
bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak seperti biasa dinamakan
IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-
tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan
melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
(Pusdiknakes, 2003).
c) Selaput kelopak mata pucat Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di
bawah 38ºC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi
dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut
SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).
Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak
dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2002, p.249).
Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian
menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi
berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi
dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes,
2003)
Pada saat ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi
meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus
ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu
seimbang).
a) Kalori Di Indonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000 Kkal,
sedang untuk orang hamil dan menyusui masing – masing adalah 2300 dan 2800
Kkal. Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Bila kurang energi akan
diambil dari pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk pertumbuhan.
Asupan makanan ibu hamil pada triwulan I sering mengalami keadaan tersebut
tetapi asupan makanan harus tetap diberikan seperti biasa. Pada triwulan kedua
nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, kebutuhan zat tenaga banyak
dibanding kebutuhan saat hamil muda. Demikian juga zat pembngunan dan zat
pengatur seperti lauk pauk, sayuran dan buah- buahan berwarna. Pada trimester
ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan janin yang pesat ini
terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan ibu sangat
baik dan ibu sangat merasa lapar (Saminem, 2008).
d) Vitamin Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah –
buahan , tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat
terbukti mencegah kecacatan pada bayi (Saminem, 2008).
2) Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kemih . konstipasi terjadi karena adanya
pengaruh hormone progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos,
salah satunya otot usus. Selain itu, desakan oleh pembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya kontipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih
(Saminem, 2008).
3) Istirahat Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya berat pada
perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami
kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada
trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin,
sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan
nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke
kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal , dan
untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah
sebelah kiri (Saminem, 2008).
4) Aktifitas Seorang wanita boleh mengerjakan aktivitas sehari hari asal hal tersebut
tidak memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita pekerja ia boleh tetap
masuk kantor sampai menjelang partus (Saminem, 2008).
5) Persiapan laktasi
Persiapan menyusui pada kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan
persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya. Untuk itu ibu
hamil sebaiknya masuk dalam kelas “bimbingan persiapan menyusui”(BPM). Suatu
pusat pelayanan kesehatan (RS, RB, Puskesmas) harus mempunyai kebijakan yang
berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang menunjang keberhasilan menyusui.
Pelayanan pada BPM terdiri dari penyuluhan tentang keunggulan ASI, manfaat
rawat gabung, perawatan putting susu, perawatan bayi, gizi ibu hamil dan menyusui,
keluarga berencana (Saminem, 2008).
6) Personal Hygine
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali
sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia)
dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut ,
perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama
pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat mengakibatkan
perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi (Saminem, 2008).
7) Pakaian
8) Seksual Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti. :
c) Koitus harus dilakukan dengan hati – hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan.
d) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi
janin intrauteri. (Saminem, 2008)
Menurut Varney dkk (2007), keluhan ringan yang dijumpai pada kehamilan seperti
edema dependen, nokturia, konstipasi, sesak napas, nyeri ulu hati, kram tungkai serta
nyeri punggung bawah.
a) Edema Dependen
Edema dependen atau edema fisiologis yang dialami ibu hamil trimester 3, edema
terjadi karena penumpukan mineral natrium yang bersifat menarik air, sehingga
terjadi penumpukan cairan di jaringan. Hal ini ditambah dengan penekanan
pembuluh darah besar di perut sebelah kanan (vena kava) oleh rahim yang
membesar, sehingga darah yang kembali ke jantung berkurang dan menumpuk di
tungkai bawah. Penekanan ini terjadi saat ibu berbaring terletang atau miring ke
kanan. Oleh karena itu, ibu hamil trimester 3 disarankan untuk berbaring ke arah kiri
(Varney et al, 2007).
b) Nokturia
Nokturia atau sering kencing yaitu suatu kondisi pada ibu hamil yang mengalami
peningkatan frekuensi untuk berkemih dimalam hari yang dapat mengganggu
kenyamanan pasien sendiri karena akan terbangun beberapakali untuk buang air
kecil. Hal ini terjadi karena adanya aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi
menekan pembuluh darah panggul dan vena cava inferior (Varney et al, 2007).
c) Konstipasi
Konstipasi / sembelit pada ibu hamil terjadi akibat penurunan gerakan peristaltik
yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan
jumlah progesteron. Selain itu, pergeseran dan tekanan yang terjadi pada usus akibat
pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menyebabkan konstipasi
(Varney et al, 2007)
d) Sesak Napas Seiring bertambahnya usia kehamilan, uterus mengalami pembesaran
hingga terjadi penekanan diagfragma. Selain itu diagfragma ini akan mengalami
elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan (Varney et al, 2007).
e) Nyeri Ulu Hati Nyeri ulu hati sangat umum ditemui selama kehamilan terutama
pada trimester 3. Gejalanya berupa rasa terbakar atau nyeri pada area retrosternum
dada, terutama saat sedang berbaring. Jika berkepanjangan, nyeri ini mungkin
merupakan gejala refluks esofagitis akibat regurgitasi isi lambung yang asam. Pada
ibu hamil nyeri ulu hati disebabkan oleh pengaruh berat uterus selama kehamilan
yang mengganggu pengosongan lambung, juga karena pengaruh progesteron yang
yang merelaksasi spingter esofagus bawah (kardiak). Salah satu penangannya yaitu
menganjurkan ibu untuk menggunakan bantalan saat tidur, caranya menompang
uterus dengan bantal dibawahnya dan sebuah bantal diantara lutut pada waktu
berbaring miring (Varney et al, 2007).
g) Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung yang terjadi
pada daerah lumbosakral/ lumbar (daerah tulang belakang punggung bawah). Nyeri
ini disebabkan oleh berat uterus yang semakin membesar yang mengakibatkan
pergeseran pusat gravitasi mengarah kearah depan, seiring dengan ukuran perut
yang semakin membuncit. Hal ini menyebabkan postur tubuh ibu berubanh, dan
memberikan penekanan pada punggung (Varney et al, 2007)
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang
harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T.
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugeng Wiyono, Annas Burhani , Titus
Priyo Harjatmo , Iskari Ngadiarti , Nanang Prayitno , Muntikah , Ratih
Putrbanungtyas Purbaningrum , Westa , Dewi Erowati3, dan Farha Fahira tahun
2019 yang berjudul Study Causes Of Chronic Energy Deficiency Of Pregnant In
The Rural Areas dengan menggunakan desain cross-sectional menyimpulkan
bahwa
sebagian besar usia kehamilan >35 sebanyak 9,2% menderita KEK disebabkan pola
makan yang salah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laila Rahmi tahun 2017 yang berjudul
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada
Ibu Hamil Di Puskesmas Belimbing Padang menggunakan desain cross sectional
menyimpulkan bahwa chi square. Lebih dari separuh ibu hamil mengalami KEK,
memiliki pendapatan rendah, dan umur berisiko, serta kurang dari separuh ibu hamil
dengan paritas berisiko dan dengan jarak kehamilan berisiko. Terdapat hubungan
antara pendapatan keluarga, umur, paritas, dan jarak kehamilan dengan KEK pada
ibu hamil. Kekurangan energi kronis merupakan masalah yang sering dialami oleh
ibu hamil. Bila kebutuhan zat gizi ibu hamil saat terjadi kehamilan tidak tercukupi,
maka keperluan janin akan diambil dari cadangan ibu, hal ini akan berpengaruh
pada janin dan pertumbuhan bayi serta kemungkinan hidupnya. Selain itu tampak
juga berpengaruh buruk pada keadaan ibu hamil antara lain terjadinya KEK. KEK
pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan serangan
penyakit infeksi. Sedangkan pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung
meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Annisa Febriana, Jelita Manurung, dan
Wira Maria Ginting tahun 2021 yang berjudul Pendampingan Ibu Hamil Dalam
Penanggulangan Kejadian Kek Di Puskesmas Tinggi Raja menggunakan metode
berupa pendampingan ibu hamil menyimpulkan bahwa Perlu tercapainya
kecukupan gizi pada setiap individu sejak dalam kandungan. Ibu berada pada
kelompok rawan karena kebutuhannya akan zat gizi yang cukup sehingga status gizi
dan kesehatannya terjaga agar dapat dilahirkannya bayi yang sehat. Masih banyak
ibu hamil dengan masalah gizi khususnya Kurang Energi Kronis (KEK) yang terjadi
sampai saat ini. Akibatnya kecenderungan bayi lahir dengan kondisi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Soetarjo, S., Soekarti, M . (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Annisa Khaira et al. 2019. Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita
Prakonsepsi Di Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Human
Nutrition P-ISSN 2442-6636 E-ISSN 2355-3987 www.ijhn.ub.ac.id
Arifa et al. 2019. Hubungan Sosial Ekonomi Dan Asupan Gizi Ibu Dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil. JURNAL
ILMIAH KESEHATAN IQRA. Volume 7 Nomor 2 eISSN: 2656-5471
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. (2011).
Harianti, Rini. 2016. Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur
Tentang Penyakit Menular Seksual Di Klinik “Y” Kabupaten Indragiri
Hulu. Jurnal Kesehatan Reproduksi (ISSN 2087-703X) - Vol 7, No. 3,
(2016), pp. 199-209
Juli Oktalia, Herizasyam. 2016. Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan,
Vol. 3 No. 2
Stern, J., Joelsson, L.S., Tyden, T., Berglund, A., Ekstrand, M., Hegaard, H., Aarts,
C.,Rosenblad, A., Larsson, M., Kristiansson, P. (2016). Is pregnancy
planning associated with background characteristics and
pregnancyplanning behavior? Acta Obstetricia et Gynecologica
Scandinavica 95, 182–189.