Disusun Oleh:
NIM : PO.62.24.2.21.513
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Nim : PO.62.24.2.21.513
Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Tanggal : November 2021
Di : UPT PKM KONUT
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi,
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai
enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan
lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Klasifikasi masa nifas (post partum
atau puerperium) adalah Periode immediate post partum Masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan 24 jam pada masa ini sering terjadi banyak
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan teratur terhadap kontraksi uterus, pengeluaran lokea, Tekanan
darah , dan suhu, Periode early post partum (24 jam-1 minggu) pada fase ini
harus dipastikan involusi uteri dalam keadaan normal tidak ada perdarahan,
lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, ibu dapat menyusui dengan baik, Periode late post partum (1 minggu-5
minggu) pada periode ini tetap dilakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling (Jayanti, 2012)
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa
yang kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dipekirakan bahwa 60%
kematian ibu terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam
selang waktu 24 jam pertama. Tingginya kematian ibu nifas merupakan
masalah yang komlpeks yang sulit diatasi. Angka Kematian Ibu merupakan
sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu negara.
Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga
memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu
angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu post partum di Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan
pendarahan pervaginam. Semua itu dapat terjadi, jika ibu post partum tidak
mengetahui tanda bahaya selama masa nifas. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tentang masalah informasi yang diperoleh ibu nifas
(Profil Kesehatan Indonesia.2018)
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis
pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap
normal. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun perawat ikut
membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Untuk
memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan keluarganya,
seorang bidan harus memahami dan memiliki pengetahauan tentang
perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas dengan baik.
Perubahan Sistem Reproduksi Selama masa nifas, alat-alat interna maupun
eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
keseluruhan alat genetelia ini disebut involusi (Silma Kamila.2013)
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu
maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI
kaya dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan
merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca
melahirkan (postpartum).
UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui
eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru
dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap
memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah
Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu
untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
Usaha untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, adalah dengan cara
melakukan perawatan payudara, mengajari teknik menyusui yang benar dan
memperlancar produksi ASI agar tidak terjadi bendungan ASI, mastitis,
peradangan payudara, abses payudara dan komplikasi lebih lanjut akan terjadi
kematian (Suherni, 2019).
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu Nifas dan Menyusui Ny. H usia 33
tahun P3A0 Post Partum hari ke 10?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan holistik fisiologis nifas dan
menyusui.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu nifas
dan menyusui.
b. Mampu melakukan analisa pada ibu nifas dan menyusui.
c. Mampu melakukan perencanaan asuhan pada pada ibu nifas dan
menyusui.
d. Mampu melakukan implementasi pada pada ibu nifas dan menyusui.
e. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi pada pada ibu nifas dan
menyusui.
D. Manfaat
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan
evidence based practice pemberian asuhan kebidanan nifas dan menyusui agar
mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan evidence based practice.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada Ny. H usia 33 tahun P3 A0 Post
Partum hari ke 10 di UPT Puskesmas Konut.
B. Pelaksanaan Asuhan
Hari/ tanggal : Sabtu,20 Nopember 2021
Pukul : 10.00 WIB
Pengkaji : Lily Sarah
C. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. H Nama Suami : Tn. A
2. Umur : 33 Th Umur : 32 Th
3. Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
4. Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen P
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Jl. Datah Parang Alamat : Jl. Datah
Parang
D. Data Subjektif
- Ibu mengatakan habis melahirkan anak ke 3, 10 hari yang lalu
- Ibu mengatakan masih keluar cairan kuning kecoklatan dari jalan lahir
- Ibu mengatakan Produksi ASI sedikit ,bayinya agak rewel
- Tanggal persalinan 10-11-2021 Pukul 12.00 Wib
E. Data Objektif
- K/u : Baik, Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/m, R: 20 x/m, S : 36,8oC
- Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi Head to toe Normal tidak ada kelainan ,Pengeluaran ASI
sedikit
- Palpasi : TFU tidak teraba,kandung kemih kosong
- Pengeluaran pervagina : Lochea Serosa
F. Assesment
Diagnosa : Ny. H Usia 33 P3 A0 Post Partum hari ke 10
Masalah : Produksi ASI sedikit
Kebutuhan : KIE tentang pemenuhan Nutrisi dan cara meningkatkan
produksi ASI
G. Penatalaksanaan
1. Melakukan komunikasi teraupetik : Ibu merespon dengan baik
Rasinalisasi : Proses komunikasi yang baik dapat memberikan
pengerian tingkah laku pasien dalam mengatasi persoalan yang
dihadapi pada tahap perawatan (Mechi,dkk.2019).
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin saat
ini dalam keadaan baik : ibu senang dengan keadaannya.
Rasionalisasi : Dalam hal ini klien berhak tahu segala sesuatu dengan
tindakan dan keadaan yang dilakukan ( Siringgoringgo.2017).
3. Mengajari ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin untuk
memperlancar produksi ASI ; ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan dan bersedia melakukannya.
Rasionalisasi: Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (Vetebrae) sampai tulang Costae kelima dan keenam untuk
merangsang hormon prolactin dan oksitosin setelah melahirkan, baik
untuk merangsang keluarnya ASI maupun untuk involusi uterus
( Yusari Asih.2017).
4. Memberikan KIE tentang asupan gizi dan pola makan untuk
meningkatkan produksi ASI; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan .
Rasionalisasi: Asupan gizi ibu selama menyusui mempengaruhi
energi,komponen mikronutrien dan makronutrien dalam ASI.
Pemenuhan gizi seimbang yang dianjurkan untuk ibu menyusui adalah
protein,Vitamin A dan B,kalsium ,Zat besi dan seng untuk
memproduksi ASI ( Yusrima,dkk.2021).
BAB IV
PEMBAHASAN
Dapat disimpulkan bahwa teori yang ada dengan kasus yang terjadi
dilapangan tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada Ny “H” dengan Asuhan Post Partum dilakukan
dengan teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari
pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau
yang berhubungan dengan kondisi klien.
B. Saran
1. Bagi Ibu Nifas
Diharapkan dapat melaksanakan segala anjuran yang diberikan dan dapat
mengaplikasikannya sebagai upaya untuk mengatasi keluhan yang
dirasakan.
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan literatur untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran dalam asuhan
kebidanan berdasarkan evidence based midwifery pada pada ibu nifas.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan berdasarkan evidence
based midwifery pada pada ibu nifas.
4. Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa dalam
meningkatkan proses pembelajaran dan asuhan kebidanan berdasarkan
kajian langsung dengan klien serta penerapan asuhan berdasarkan evidence
based midwifery pada ibu nifas.
DAFTAR PUSTAKA