Anda di halaman 1dari 116

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN PENDERITA SIROSIS HATI


DI RUANG RAWAT INAP RSUD. PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG

DISUSUN OLEH :

SRI MENTARI KEFI NOMENI


PO530324116691

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI GIZI
ANGKATAN X1
2019

1
2
3
Biodata penulis

NAMA : SRI MENTARI KEFI NOMENI

TEMPAT TANGGAL LAHIR : NOBI-NOBI, 17 JULI 1997

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : KRISTEN PROTESTAN

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TAMAT SD INPRES NOBI-NOBI TAHUN 2008

2. TAMAT SMP NEGERI 1 AMANUBAN TENGAH TAHUN 2011

3. TAMAT SMA PGRI KUPANG TAHUN 2014

4. TAMAT DIII POLTEKKES KEMENKES KUPANG PROGRAM STUDI GIZI TAHUN

2019

4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO

“BERSAMA TUHAN PASTI BISA”

PERSEMBAHAN
Karya tulis ini dipersembahkan untuk :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat dan berkatnya sehingga karya tulis ilmiah ini
terselesaikan dengan baik.
2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan motivasi, nasehat dan yang selalu ada ada setiap
langkah hidup dengan doa mereka.
3. Dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan yang baik,
4. Almamater tercinta Poltekkes Kemenkes Kupang Prodi Gizi serta teman-teman seperjuangan yang
telah membantu dan memberikan dukungan

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah memberikan rahmat dan

karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul

“Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Sirosis Hati di Ruang Rawat Inap RSUD Prof. W. Z

5
Johanes Kupang”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan proposal ini, antaralain :

1. Ragu Harming Kristina, SKM.,M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang.

2. Agustina Setia, SST.,M. Kes selaku ketua Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes

Kupang.

3. Putu Amrytha Sanjiwani, S.Gz,.M.Gizi selaku dosen penguji.

4. Regina Maria Boro,DCN,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan arahan

dan bimbingan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun material

serta doa, dan kaka ista, kaka eko dan kaka nyongki dalam menyelesaikan penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Teman-teman seperjuangan angkatan XI Poltekkes Kemenkes Kupang yang turut

mendukung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dan bermanfaat dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Kupang, Juni 2019

Penulis

ABSTRAK

NOMENI KEFI MENTARI SRI. “ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN PENDERITA
SIROSIS HATI DI RUANG RAWAT INAP RSUD. PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG”

6
(Dibimbing oleh Regina Maria Boro, DCN, M.Kes)
Latar Belakang : Data WHO tahun 2011 mencatat sebanyak 738.000 pasien dunia meninggal
akibat Sirosis Hati. Angka kejadian sirosis hepatis dari hasil otopsi sekitar 2,4% di negara
Barat, sedangkan di Amerika diperkirakan 360 per 100.000
penduduk dan menimbulkan sekitar 35.000 kematian pertahun. Menurut hasil dari Riskesdas
tahun 2013 bahwa jumlah orang yang di diagnosis sirosis Hati di fasilitas pelayanan kesehatan
berdasarkan gejala-gejala yang ada, menunjukan peningkatan 2 kali lipat apabila di bandingkan
dari data tahun 2007 dan 2013. Pada tahun 2007, lima provinsi dengan prevalensi sirosis
hepatis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan
Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 lima provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu
Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Tujuan Penelitian : Mengetahui penerapan Asuhan Gizi Terstandar pada pasien Sirosis Hati di
ruang rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Metode Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 april 2019 s/d 25 april 2019. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain penelitian deskriptif observasional dengan
rancangan studi kasus. Subyek penelitian ini adalah penderita penyakit sirosis hati yang dirawat
di ruang rawat inap yang dipilih secara purposive sampling yaitu sebanyak 2 orang. Cara
pengolahan data makanan pasien diperoleh dengan recall 24 jam dan Comstock selama 3 hari,
kemudian dikonversikan kedalam berat bahan mentah dan dianalisis untuk melihat kandungan
gizi yang terkandung dari masing-masing bahan makanan dengan menggunakan program CD
menu.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian, pasien sirosis hati kedua responden memiliki status
gizi menurut LILA kurang, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya virus
hepatitis B dan asupan kedua responden belum mencapai kebutuhan disebabkan karena nafsu
makan berkurang dan ketidaknyamanan pada bagian perut yang terasa sesak.
Kata Kunci : Asuhan Gizi, Penyakit Sirosis Hati

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

7
DAFTAR TABEL.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. TujuanPenelitian............................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 3
E. Keaslian Penelitian......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Patofisiologis Sirosis Hati............................................................................ 5
B. Pelaksanaan Proses Asuhan Gizi Terstandar................................................ 13
C. Kerangka Teori............................................................................................. 28
D. Kerangka Konsep......................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian.......................................................................................... 30
C. Waktu Penelitian.......................................................................................... 30
D. Subyek Penelitian......................................................................................... 30
E. Instrumen Dan Alat Penelitian..................................................................... 30
F. Jenis Data..................................................................................................... 30
G. Cara Pengumpulan Data............................................................................... 31
H. Cara Pengolahan Dan Analisa Data............................................................. 31
I. Etika Penelitian............................................................................................. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Kasus 1................................................................................................ 35
B. Pembahasan ................................................................................................. 46
C. Hasil Kasus II............................................................................................... 47

8
D. Pembahasan.................................................................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Hal
1. T abel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................. 6

9
2. Tabel 2.1 Penyebab Sirosis hepatis......................................................... 11
Tabel 2.2 Daftar bahan makanan yang dianjurkan dan bahan makanan
3. 29
yang dibatasi pada diet sirosis hati.........................................
Tabel 2.3 Daftar kandungan Bahan Makanan BCAA Dan AAA per 100
4. 30
gr Bahan Makanan.................................................................
5. Tabel 3.1 Klasifikasi IMT..................................................................... 39
Tabel 4.1 Hasil Laboratorium Pasien Atas Nama Ny. M Sebelum
6. 44
Penngamatan........................................................................
7. Tabel 4.2 Terapi Medis Pasien Ny. M Sebelum Pengamatan (19/05/19) 45
8. Tabel 4.3 Asupan Recall 24 Jam .......................................................... 47
9. Tabel 4.4 Perencanaan Monitoring dan Evaluasi................................. 50
10. Tabel 4.5 Hasil monitoring Antropometri Responden 1...................... 50
Tabel 4.6 Hasil laboratorium pasien atas nama Ny. M sesudah
11. 51
penngamatan........................................................................
12. Tabel 4.7 Hasil pemeriksaan Klinic/fisik ............................................ 52
13. Tabel 4.8 Hasil Monitoring Asupan........................................................ 53
Tabel 4.9 Hasil Laboratorium Pasien Atas Nama Ny. MO Sebelum
14. 61
Penngamatan........................................................................
15. Tabel 4.10 Asupan Recall 24 Jam . ........................................................ 62
16. Tabel 4.11 Terapi Medis Pasien Ny. M Sebelum Pengamatan (19/05/19) 63
17. Tabel 4.12 Perencanaan Monitoring dan Evaluasi..................................... 66
18. Tabel 4.13 Hasil monitoring Antropometri Responden 2....................... 67
Hasil Laboratorium Pasien Atas Nama Ny. MO Sebelum
19. Tabel 4.14 67
Pengamatan...........................................................................
20. Tabel 4.15 Hasil pemeriksaan Klinik/fisik ................................................ 68
21. Tabel 4.16 Hasil Monitoring Asupan....................................................... 69

10
DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Gambar 1.1 Penyakit sirosis hati.............................................................. 7
2. Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................... 31
3. Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................. 32

11
DAFTAR SINGKATAN

AAA : Asam Amino Aromatik


ALT : Alaline Aminotransferase
AST : Aspartate Aminotransferase
BB : Berat Badan
BBI : Berat Badan Ideal
BCAA : Branched Chain Amino Acids
BEE : Basal Energy Expenditur
BSP : Bromsulfonflalien
BUN :Blood Urea Nitrogen
CHE : Cholinesterase
DPJP : dokter jaga/ penanggung jawab pelayanan
DRG I : Diet Rendah Garam I
FA : Faktor Aktivitas
FS : Faktor Stres
Gr : Gram
GT :Gamma Glutamil
HB : Hemoglobin
HBV atau HCV :Hepatitis B Virus atau Hepatitis C Virus
HCU : High Care Unit
ICU : Intensive Care Unit
ICCU : Intensive Caronary Care Unit
IMT : Indeks Masa Tubuh
KH : Karbohidrat
KG : Kilo Gram
MCH : Mean Cospuscular Volume
NICU :Neonatal Intensive Care Unit
PES : Problem Etiologi dan Signs/ Symptoms
PGAT : Proses Asuhan Gizi Terstandar
PTP : Percutaneus Transhepatic Porthography 

12
RDW-CV : Red Cell Distribution Widht
RI : Republik Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
RR :Respiration Rate
RSCM :Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
SBP : Spontaneous Bacterial Peritonitis 
SDM : Sumber Daya Manusia
SGOT :Serum Glutamic Oxaloacetic
SGPT  : Serum Glutamic pyruvin Transaminase
SMP :Sekolah Menengah Pertama
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
TEE : Total Energy Expenditur
USG : Ultrasonografi  
WHO : World Healt Organation

DAFTAR LAMPIRAN

13
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 2 Surat pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran 3 Riwayat Gizi 24 jam
Lampiran 4 Comstock
Lampiran 5 Nutrition Care Proces (NCP)
Lampiran 6 Hasil analisis recall
Lampiran 7 leaflet
Lampiran 9 Surat Izin penelitian
Lampiran 10 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 12 Form Konsultasi KTI
Lampiran 13 Surat Pengantar Ruangan
Lampiran 14 Dokumentasi

BAB 1
14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang

berusia 45- 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Data WHO

tahun 2011 mencatat sebanyak 738.000 pasien meninggal dunia akibat Sirosis Hati. Angka

kejadian sirosis hepatis dari hasil otopsi sekitar 2,4% di negara Barat, sedangkan di Amerika

diperkirakan 360 per 100.000 penduduk dan menimbulkan sekitar 35.000 kematian pertahun

(Nurdjanah, 2009).

Dari beberapa laporan Rumah Sakit Umum pemerintah di Indonesia secara

keseluruhan prevalensi sirosis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal

penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat di

bangsal. Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hepatis sebanyak 819

(4%) dari seluruh pasien dibagian penyakit dalam (Nurdjanah, 2009).

Menurut hasil dari Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang di

diagnosis sirosis Hati di fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan gejala-gejala yang ada,

menunjukan peningkatan 2 kali lipat apabila di bandingkan dari data tahun 2007 dan

2013. Pada tahun 2007, lima provinsi dengan prevalensi sirosis hepatis tertinggi adalah

Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Aceh, Gorontalo, dan Papua Barat sedangkan

pada tahun 2013 lima provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara

Timur,Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Keadaan gizi pada penderita penyakit hati perlu mendapat perhatian khusus karena

gangguan gizi dapat memperberat morbiditas serta memperburuk prognosis penyakitnya. Pada

10-80% penderita ditemukan dalam keadaan malnutrisi. Oleh karena itu, perubahan

15
kebutuhan dan tolerasi terhadap beberapa komponen gizi selama sakit harus diperhatikan

(Noer 2003).

Berdasarkan uraian-uraian fenomena tentang sirosis hati serta masalah gizi pasien

maka asuhan gizi di perlukan untuk pasien agar dapat memberi sumbangsi utama terhadap

proses penyembuhan pasien Sirosis Hati maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Penderita Sirosis Hati Di Ruang Rawat

Inap RSUD. Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “ Bagaimana Asuhan Gizi Terstandar pada

pasien Sirosis Hati di ruang rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan Asuhan Gizi Terstandar pada pasien Sirosis Hati di ruang rawat

inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan assessment/pengkajian data dasar pada pasien sirosis hati yang di rawat di

ruang rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

b. Menetapkan diagnosa gizi bagi pasien pada pasien sirosis hati yang di rawat di ruang

rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

c. Melakukan intervensi gizi dan edukasi bagi pasien sirosis hati yang di rawat di ruang

rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

16
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien sirosis hati yang di rawat di ruang

rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan atau informasi tentang tentang Studi Kasus Asuhan Gizi

Terstandar Pada Pasien Sirosis Hati Yang Sedang Di Rawat di RSUD. Prof. Dr. W.Z.

Johannes Kupang.

2. Bagi Institusi

Sebagai sumber data untuk penelitian lebih lanjut tentang Asuhan Gizi Terstandar pada

pasien di rawat inap di RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.

3. Bagi Peneliti

Memperkaya pengetahuan penelitian dalam bidan gizi klinik dan menerapkan Asuhan Gizi

Terstandar pada pasien Sirosis Hati di ruang rawat inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes

Kupang.

17
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Nama peneliti
Persamaan Perbedaan
dan judul Hasil penelitian
Penelitian Penelitian
penelitian
Tidak ada perubahan status Sasaran Penelitian ini
fungsi hati yang dinilai dengan penelitian merupakan studi
AbubakarAzzaki, scor child pugh saat puasa sama-sama pre dan post, yang
dkk.2015 ramadhan dan pasca Ramadhan melakukan menilai perubahan
Perubahan Status penelitian pada pasien sirosis
Fungsi Hati, pada pasien hati yang berpuasa
Status Nutrisi, sirosis hati sedangkan peneliti
Keseimbangan sekarang
Nitrogen pada menggunakan
Pasien Sirosis penelitian deskriptif
hati observasional
dengan rancangan
studi kasus

Setiawan meddy, Salah satu manifestasi dari Sasaran Rancangan


2011, Hubungan Cirrhosis Hepatisa dalah penelitian penelitian yang
Antara Kejadian menurunnya kadar albumin . sama-sama digunakan adalah
Asites Pada Kebanyakan pasien dengan melakukan deskriptif analitik
Cirrhosis Cirrhosis Hepatiskadang- penelitian dengan pendekatan
Hepatis Dengan kadang terjadi peningkatan pada pasien cross sectional.
Komplikasi cairan dalam sirosis hati sedangkan peneliti
Spontaneous abdomen atau yang disebut sekarang
Bacterial dengan asites, dapat menggunakan
Peritonitis meningkatkan resiko penelitian deskriptif
observasional
dengan rancangan
studi kasus

Lovena angel , Komplikasi yang terjadi Sasaran Penelitian ini


2017 pada sirosis hepatis akan penelitian merupakan studi
Karakteristik meningkatkan risiko sama-sama deskriptif
Pasien Sirosis kematian dan angka melakukan Observasional
Hepatis di RSUP kesakitan pasien, penelitian sedangkan peneliti
Dr. M. Djamil komplikasi yang dapat pada pasien sekarang
Padang terjadi adalah perdarahan sirosis hati menggunakan
saluran cerna, asites, sindrom penelitian deskriptif
hepatorenal, ensefalopati observasional
hepatik, peritonitis bacterial dengan rancangan
spontan dan karsinoma studi kasus
hepatoselular

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

E. PATOFISIOLOGIS SIROSIS HATI

1. Defenisi

Sirosis Hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang

mengakibatkan distrosi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar. Perubahan

besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel

mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal (Baradero, 2008).

Menurut Black (2014) sirosis hati adalah penyakit kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas

(jaringan parut) dan pembentukan nodul. Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan

metabolisme hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit, duktus empedu,

jalur vaskuler dan sel retikuler.

Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan

gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati

yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini, dan lebih

kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain,

19
sisanya ditemukan saat atopsi. Progevisitas sirosis akan mengarah pada kondisi hipertensi porta 

yang bertanggung jawab terhadap banyak komplikasi dari perkembangan penyakit sirosis ini.

Komplikasi ini meliputi spontaneous bacterial peritonitis (SBP), hepatic  encephalophaty 

dan pecahnya varises esophagus yang mengakibatkan perdarahan (hematemesis dan atau

melena) (Seaseet al, 2008). Pada sirosis hati, jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan

parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini mempengaruhi

struktur normal dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati

secara bertahap kehilangan fungsinya. Hati (liver) sebagaimana diketahui adalah organ di

bagian kanan atas perut yang memiliki banyak fungsi, di antaranya:

a. Menyimpan glikogen (bahan bakar untuk tubuh) yang terbuat dari gula. Bila diperlukan,

glikogen dipecah menjadi glukosa yang dilepaskan ke dalam aliran darah.

b. Membantu proses pencernaan lemak dan protein.

c. Membuat protein yang penting bagi pembekuan darah.

d. Mengolah berbagai obat

e. Membantu membuang racun dari tubuh.

Sirosis merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena mengganggu fungsi-fungsi di

atas. Selain itu, sirosis juga berisiko menjadi kanker hati (hepatocellular carcinoma). Risiko

terbesar sirosis yang disebabkan oleh infeksi hepatitis C dan B, diikuti dengan sirosis yang

disebabkan oleh hemokromatosis (Sutadi, 2003).

Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan

kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun

dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun (Sutadi, 2003).

20
2. Patofisiologis

Sirosis hati terjadi ketika aliran darah, cairan empedu, dan hasil metabolisme hepatik

terganggu oleh adanya fibrosis dan perubahan hepatosit, kandung empedu, saluran vaskular,

dan sel retikular. Masalah utama yang muncul dari proses perjalanan penyakit sirosis hepatis

adalah defisiensi fungsi hati(Black & Hawks, 2009).

3. Gambaran Klinis

Menurut Sherlock, secara klinis, Sirosis Hepatis dibagi atas 2 tipe, yaitu :

a. Sirosis kompensata atau latent chirrosis hepatic

Sirosis Hati tanpa kegagalan faal hati dan hipertensi portal. Sirosis Hati ini mungkin tanpa

gejala apapun, tapi ditemukan secara kebetulan pada hasil biopsy atau pemeriksaan

laparoskopi.

b. Sirosis dekompensata atau active chirrosis hepatic

Sirosis Hati dengan kegagalan faal hati dan hipertensi portal. Pada penderita ini sudah ada

tanda-tanda kegagalan faal hati misalnya ada ikterus, perubahan sirkulasi darah, kelainan

laboratorim pada tes faal hati. Juga ditemukan tanda-tanda hipertensi portal, misalnya asites,

splenomegali, venektasi di perut.

4. Etiologi

Menurut Nurdjanah (2014), penyebab sirosis bermacam-macam,kadang lebih dari satu sebab

ada pada satu penderita. Di negara barat alkoholisme kronik bersama virus hepatitis C

merupakan penyebabyang sering dijumpai. Sedangkan Black (2014) berpendapat, penyebab

sirosis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosisdengan minum alkohol

berlebihan telah ditetapkan dengan baik.Negara-negara dengan insiden sirosis tertinggi memiliki

21
konsumsi alkohol per kapita terbesar. Kecenderungan keluarga dengan predisposisi genetik, juga

hipersensivitas terhadap alkohol, tampak pada sirosis alkoholik.

Penyebab sirosis hati yang paling sering di negara barat adalah konsumsi alkohol,

sedangkan di Indonesia terutama disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C.

Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar

40-50%, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui

dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (non B non C) (Alwi, Setiyohadi, & Sudoyo,

2006). Berikut ini adalah penyebab sirosis hati secara lebih detail:

Tabel 2.1 Penyebab Sirosis Hati


No Etiologi
1 Virus hepatitis (B,C, dan D)
2 Alkohol
3 NASH (Nonalkoholik steatohepatis)
Metabolik:
- Kelebihan besi
- Kelebihan tembaga (penyakit Wilson)
4 - Defisiensi antitrypsin
- Glikogenesis tipe 4
- Galaktosemia
- Tyrosinemia
5 Sirosis bilier primer
6 Kolangitis sklerosing primer
Terhentinya aliran keluar vena hepatic
7 - Sindrom Budd-Chiarii
- Gagal jantung
8 Hepatitis autoimun
9 Toksin dan obat-obatan, misalnya methotrexate, amidarone
10 Usia
11 Jenis Kelamin
12 Obesitas
Sumber: (Burroughs, Dooley, Heathcoke & Lok, 2011

Beberapa faktor di atas berinteraksi satu sama lain sehingga menyebabkan sirosis hati.

Proses penyakit progresif akan semakin dialami pasien hepatitis Batau. Pasien

22
heterozigot untuk defisiensi1-antytripsin dengan kondisi obesitas akan lebih banyak

mengalami manifestasi klinis sirosis hati.

Risiko berkembangnya sirosis hati juga tergantung pada usia dan jenis kelamin,

lamanya terpajan penyakit, dan kondisi imun. Progresi fibrosis pada pasien sirosis h ati

akan lebih cepat pada pasien dengan usia yang lebih tua dan terus meningkat selama terinfeksi.

Pasien diabetes melitus dengan kondisi insulin yang resisten atau kondisi imunosupresi

rentan mengalami sirosis hati akibat beberapa etiologi di atas (Burroughs, Dooley, Heathcoke

& Lok, 2011).

5. Klasifikasi

Menurut (Sutadi, 2003): Secara klinis sirosis hati dibagi atas dua tipe, yaitu:

1. Sirosis kompensata atau sirosis laten

Gejala klinis yang dapat nampak adalah pireksia ringan, “spider” vaskular, eritema

palmaris atau epistaksis yang tidak dapat dijelaskan, edema pergelangan kaki. Pembesaran

hepar dan limpa merupakan tanda diagnosis yang bermanfaat pada sirosis kompensata.

Dispepsia flatulen dan salah cerna pagi hari yang samar-samar bisa merupakan gambaran

dini dari pasien sirosis alkoholik. Sebagai konfirmasi dapat dilakukan tes biokimia dan jika

perlu dapat dilakukan biopsi hati aspirasi.

2. Sirosis dekompensata atau sirosis aktif

Gejala-gejala sirosis dekompensata lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi

kegagalan hati dan hipertensi porta. Biasanya pasien sirosis dekompensata datang dengan

asites atau ikterus. Gejala-gejala yang nampak adalah kelemahan, atrofi otot dan penurunan

berat badan, hilangnya rambut badan, gangguan tidur, demam ringan kontinu (37,5º- 38ºC),

gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus

23
dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah atau melena, serta perubahan

mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai dengan koma.

6. Stadium penyakit sirosis hati

a. Stadium 1

Selama fase awal sirosis hati, pasien umumnya hanya mengalami sedikit gejala. Gejala-gejala

tersebut adalah kelemahan, mulut kering, sakit kuning, pembesaran atau nyeri pada bagian

perut kanan atas dan gatal diseluruh tubuh, pada stadium ini harus dilakukan tes, jika tes

fungsi hati memberikan fungsi hasil abnormal, biopsi harus diambil. Penentuan sirosis secara

lebih tepat akan dilakukan setelah melihat hasil biopsy. Pada stadium pertama, jaringan

abnormal dan peradangan telah mulai terjadi di hati. Peradangan terutama terjadi di daerah

sekitar saluran empedu, vena portal, dan arteri hati.

b. Stadium 2

Saat sirosis hati mulai masuk ke stadium dua jaringan abnormal mulai membentuk jaringan

kaku, sebuah kondisi dikenal sebagai fidrosis. Pada stadium ini peradangan telah menyebar

kedaerah portal dan peripotal sekitarnya.

c. Stadium 3

Pada tahap ke tiga ini ditandai dengan menyatunya hidrosis. Ini akan menyebabkan daerah

yang terkena dampak menjadi membesar. Kondisi tersebut bisa menyebabkan degradasi

fungsi hati seperti mengurangi kemampuan hati untuk mencerna lemak dan menyerap vitamin

yang larut dalam lemak.

24
d. Stadium 4

Tahapan keempat merupakan stadium akhir sirosis hati. Pasien dalam stadium ini umumnya

memerlukan transplantasi hari. Tanpa transplantasi hari lama harapan hidup biasanya akan

kurang dari 10 tahun.

7. Pemeriksaan pada penderita sirosis hati

1. Pemeriksaanpenunjang

a. Tes fungsi hati  : Abnormal (4-10 x dari normal)

b. AST SGOT ALT SGPT : Awalnya meningkat, dapat meningkat  12 minggu sebelum

ikterik kemudian tampak menurun.

c. Darahlengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup (gangguan Enzim

hati) atau mengakibatkan perdarahan.

d. Leukopenia : Trombosit openia mungkin ada ( Splenomegali)

e. Diferensial Darah : Leukositosis, Monositosis, Limfosit atipikal, dansel plasma.

f. Alkali fosfatase : Meningkat (kecuali jika ada klestasis berat)

g. Feses : Warna seperti tanah liat, Steatoria ( Penurunan Fung sihati)

h. Albumin serum : Menurun

i. Gula darah : Hipergikemia/Hipoglikemia (gangguan fungsi hati)

j. Masa Protombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati)

k. Birlirubin serum :Diatas 2,5 mg/ 1000ml (bila di atas 200mg/dl prognosis buruk mungkin

berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

l. Tes ekskresi BSP :Kadar darah meningkat

m. Biopsi Hati : Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

n. Skan hati : Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.

25
2. PemeriksaanDiagnostikSirosisHati

a. Penunjang

 Radiologi : Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah : Pemeriksaan foto 

toraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)

 Ultrasonografi (USG) : Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk

mendeteksikelaianan di hati, termasuk sirosis hati. Gambaran USG tergantung pada ti

ngkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati

membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat perubahan

gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati

tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas nomal.

 Peritoneoskopi (laparoskopi): Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati.

Pada sirosis hati akan jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk

nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya

tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.

b. Pemeriksaan Laboratorium

 Darah

 Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom monositer atau hipokrom

mikrositer.

 Anemia terjadi akibat hipersplenisme dengan leucopenia dan trombosit openia.

 Kolestrol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.

 Kenaikan kadar enzim transaminase SGOT dan SGPT merupakan petunjuk

tentang berat dan luasnya kerusakan parenkim hati. Hal ini terjadi karena akibat

kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.

26
 Peninggian kadar gamma GT sama dengan transaminase ini lebih sensitive tetapi

kurang spesifik.

 Pemeriksaan Tinja

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi

pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam

usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja

berwarna cokelat atau kehitaman.

 Pemeriksaan Darah

Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang

dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folikdan vitamin B12

atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan

gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromikanemi. Juga dijumpai likopeni

bersamaan dengan adanya trombosit openi.

 TesFaal Hati

Padasirosis globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap

hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat

disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL.

Jumlah albumin dan globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut

elektroforesis protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau

lebih. Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka

untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.

27
 Albumin

 Kadar albumin yang menurun merupakan gambaran kemampuan sel hati yang

kurang dalam memproduksi protein-protein plasma.

 Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan penanda

kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress seperti tindakan operasi.

 Pemeriksaan CHE (Cholinesterase)

 Penting dalam menilai sel hati

 Kadar CHE akan turun sedangkan pada perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju

nilai normal.

 Nilai CHE yang bertahan di bawah normal, mempunyai prognosis yang jelek.

 Pemeriksaan kada relektrolit

 Penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet

 Dalam hal ensefalopati, kadar Na > 145 mEq/l, mempunyai nilai diagnostic suatu

kanker hati primer.

c. Pemeriksaan fisik

 Hati

 Perkiraan besar hati, biasa hati membesar pada awal sirosis, bila hati mengcil

artinya, prognosis kurang baik.

 Besar hati normal selebar telapak tangannya sendiri (7-10cm).

 Pada sirosis hati, konsistensi hati biasanya kenyal, pinggir hati biasanya tumpul,

dan ada sakit pada perabaan hati.

 Limpa

Pembesaran limpa di ukur dengan dua cara :

28
 Schuffner : Hati membesar ke medial dan kebawah menuju umbilicus

Dan dari umbilicus ke SIAS kanan

 Hacket : Bila limpa membesar kearah bawah saja

 Perut dan ektra abdomen

 Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites.

 Manifestasi di luar perut :Perhatikan adanya spider nevi pada bagian tubuh atas,

bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae, dan tubuh bagian bawah.

 Perlu diperhatikan adany aeritema Palmaris, ginekomastia, dan atrofi testis pada

pria.

 Dapat juga dijumpai hemorrhoid.(Konthen, 2008; Juall, 2003).

F. PELAKSANAAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

1. Proses asuhan gizi terstandar

a. Pengertian Proses asuhan gizi terstandar

Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam memberikan

pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir

meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi

kebutuhan gizi.(Buku Pedoman gizi. 2014)

b. Tujuan PGAT

Dalam Buku Pedoman gizi 2014 tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan

pada status gizi baik dengan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang baik dan

sesuai dengan pasien di Rumah Sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat

mempengaruhi keberhasilan PGAT. Monitoring dan evaluasi menggunakan indikator

29
asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukan keberhasilan penanganan asuhan gizi

dan perlu pendokumentasian mengenai faktor penyebab masalah gizi sebagai berikut :

Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi yaitu :

a. Perilaku.

b. Kultur budaya.

c. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan

petunjuk mengenai gizi.

d. Riwatat personal (usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi, serta riwayat sosial

dan sebagainya).

e. Kondisi medis atau kesehatan yang berdampak pada gizi.

f. Kemampuan fisik melaksanakan aktifitas tertetu.

g. Terapi medis bedah atau terapi lainnya yang berpengaruh pada gizi.

h. Masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya).

i. Ketersediaan suplai dan asupan makanan yang sehat dan air.

c. Langkah-langkah PGAT

Dalam buku PGAT, 2014, langkah-langkah asuhan gizi terstandar yaitu :

Langkah 1 : Assesmen/Pengkajian gizi

a. Tujuan Assesmen/Pengkajian gizi yaitu mengidentifikasi problem gizi dan faktor

penyebab melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.

30
b. KategoriAssesmen/Pengkajian giziyaitu

1) Pengukuran antropometri;

Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individuantropometri dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran tinggi badan (TB); berat

badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang

badan, Tinggi Lutut (TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan.Pengukuran

lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA). Tebal lipatan kulit (skinfold), Lingkar

kepala, Lingkar dada, lingkarpinggang dan lingkar pinggul dapat dilakukan sesuai

kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran

tersebut diatas misalnya Indeks Massa Tubuh(IMT) yaitu ratio BB terhadap TB.

Parameter antropometri yang penting untuk melakukan evalua sistatus gizi

pada bayi, anak dan remaja adalah pertumbuhan. Pertumbuhan ini dapat

digambarkan melalui pengukuran antropometri seperti berat badan, panjang atau

tinggi badan,lingkar kepala dan beberapa pengukuran lainnya. Hasil pengukuran ini

kemudian dibandingkan dengan standar. Pemeriksaan fisik yang paling sederhana

untuk melihat statusgizi pada pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya

ditimbang dengan menggunakan timbangan yang akurat/terkalibrasi dengan baik.

Berat badan akurat sebaiknya dibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB pasien

sebelumsakit. Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya

kondisi kegemukan dan edema. Kegemukan dapat dideteksi dengan perhitungan IMT.

Namun, pada pengukuran ini terkadang terjadi kesalahan yang disebabkan oleh

adanya edema.BB pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat dan

31
dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7

hari.

2) Data Biokimia

Tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium) data biokimia meliputi hasil

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status

metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah

gizi. Pengambilan kesimpulan daridata laboratorium terkait masalah gizi harus selaras

dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk

penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses

penyakit, tindakan, pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat

mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi

pertimbangan.

3) Pemeriksaan fisik klinis;

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan

dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait

gizi merupakan kombinasi dari, tanda tanda vital dan antropometri yang dapat

dikumpulkan dari catatan medik pasien serta wawancara.

4) Anamnesis riwayat gizi :

Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk komposisi,

pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan data

kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan

ketersediaan makanan di lingkungan klien.Gambaran asupan makanan dapat digali

melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif

32
dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari

berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif

dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui

’’recall’makanan 24 jam dengan alat bantu ’food model’. Kemudian dilakukan analisis

zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi

makanan. Riwayat gizi kuantitatif diterjemahkan kedalam jumlah bahan makanan dan

komposisi zat gizi.

5) Riwayat personal

Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen yang

sering dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit, data umum pasien.

a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.

b) Sosial Budaya

Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan

pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial.

c) Riwayat Penyakit

Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan

sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi, riwayat

penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitif

seperti pada pasien stroke

d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

33
Langkah 2 : Diagnosis Gizi

Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan

penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi

secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi

terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/ Symptoms. Diagnosis gizi

dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :

1) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat

gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun parenteral

dan enteral.

2) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau

fisik/fungsi organ.

3) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,

perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.

Langkah 3 : Intervensi Gizi

Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah perilaku

gizi, kondisi lingkungan atau aspek status kesehatan individu.

Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan implementasi.

1) Perencanaan Intervensi

Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan tujuan dan

prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang strategi intervensi

berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) ataubila penyebab tidak dapat diintervensi

maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi Gejala/Tanda (Sign &

34
Symptom) .Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari intervensi ini adalah

tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).

Perencanaan intervensi meliputi :

a. Penetapan tujuan intervensi

Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.

b. Preskripsi dietPreskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai

kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenisdiet, bentuk makanan, komposisi zat

gizi, frekuensi makan.

 Perhitungan kebutuhan gizi

Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/klien atas dasar

diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.

 Jenis Diet

Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan makanan

berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/ penanggung jawab

pelayanan (DPJP). Dietisien bersama tim atau secara mandiri akan menetapkan

jenis diet berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan

diet order maka diet tersebut diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet.

Bila diet tidak sesuaiakan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan

mendiskusikannya terlebih dahulu bersama (DPJP).

 Modifikasi diet

Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).

Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi; meningkatkan/menurunan

nilai energi; menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang

35
dikonsumsi; membatasi jenis atau kandungan makanan tertentu; menyesuaikan

komposisi zat gizi (protein, lemak, KH, cairan dan zat gizi lain); mengubah jumlah

,frekuensi makan dan rute makanan. Makanan diRS umumnya berbentuk makanan

biasa, lunak, saring dan cair.

 Jadwal Pemberian Diet

Jadwal pemberian diet/makanan dituliskan sesuai dengan pola makan Jalur

makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau parenteral.

2). Implementasi Intervensi

Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan dan

mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga

lainyang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas : “ apa, dimana,

kapan, dan bagaimana”intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan

data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau

tidaknya modifikasi intervensi gizi.Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama,

intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi; edukasi

gizi, konseling gizi dankoordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok mempunyai

terminologinya masing masing.

Langkah 4 : Monitoring dan Evaluasi Gizi

a. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi

Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien

terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.

Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :

36
1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien/klien

yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh klien

maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain :

 Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien.

 Mengecek asupan makan pasien/klien.

 Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/ preskripsi

Diet.

 Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah.

 Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negative.

 Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan

dari kondisi pasien/klien.

2. Mengukur hasil

Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi sebagai respon

terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala

dari diagnosis gizi.

3. Evaluasi hasil

Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu :

 Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku,

akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan

dan zat gizi.

 Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat

gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui

rute enteral maupun parenteral.

37
 Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran yang

terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.

 Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada

kualitas hidupnya.

b. Obyek yang dimonitor

Dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Gizi dipilih indikator asuahn gizi. Indikator yang

di monitor sama dengan indikator pada asessmen gizi kecuali riwayat personal.

c. Diet penyakit sirosis

1. Gambaran umum

Mekanisme terbentuknya sirosis belum diketahui secara pasti, tetapi Asuhan Gizi

Terstandar dapat mengubah ataupun membantu proses penyembuhan pada penyakit

sirosis hati.

2. Masalah gizi pada penyakit sirosis hati

d. Penatalaksanaan diet sirosis hati

Penatalaksanaan sirosis hati dibagi menjadi dua yaitu untuk sirosis hati kompensasi

dan sirosis hati dekompensasi. Pada sirosis hati kompensasi dilakukan evaluasi tes faal hati

secara berkala dan diberikan obat antivirus untuk sirosis yang di sebabkan oleh HBV atau

HCV yang masih mengalami replikasi. Pada fase kompensasi, sirosis belum

menunjukkan gejala yang berarti. Pasien dapat dikatakan suspek sirosis jika terdapat

spider vaskular (spider nevi), erythema palmar, dan edema tungkai. Diagnosis penyakit

diperkuat dengan adanya hepatomegali yang tegas, khususnya di daerah

epigastrium serta pembesaran kelenjar limpa (splenomegali). Hasil laboratorium

mungkin menunjukkan hasil yang normal atau sedikit peningkatan kadar serum

38
transaminase atau $-glutamyl transpeptidase (Burroughs, Dooley, Heathcote, & Lok,

2011).

Pada tahap selanjutnya, sirosis akan berkembang ke arah komplikasi yang lebih

lanjut dengan fisiologi dasar: asites yang disebabkan oleh malnutrisi, hipertensi

portal, hipoalbunemia, dan hiperaldo steronism; perdarahan gastrointestinal yang

disebabkan oleh varises esophagus, hipotrombinemia, trombositopenia, dan hipertensi

portal serta sering menyebabkan encephalopathy. Anemia, trombositopenia, dan

leukopenia terjadi karena adanya pembesaran kelenjar limpa (splenomegali).

Splenomegali mengindikasikan adanya hipertensi portal. Selain itu, hipertensi portal

menyebabkan vena dinding abdomen menonjol dan terjadinya hemoroid internal (Black &

Hawks, 2009). Pada kondisi ini pasien sudah berada pada fase dekompensasi

transpeptidase (Burroughs, Dooley, Heathcote, & Lok, 2011).

Oleh karena itu, diperlukan diet nutrisi yang tepat untuk memperbaiki fungsi hati.

Dalam hal ini, diperlukan diet tinggi protein untuk memperbaiki kondisi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, regenerasi jaringan fungsional

hati, dan meningkatkan protein plasma. Akan tetapi, jika terdapat tanda-tanda

ensephalopaty hepatik, pengurangan jumlah protein harus dilakukan sesuai dengan toleransi

pasien (Williams, 1999).

Malnutrisi energi dan protein biasa terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis.

Intake energi kurang lebih 2500-3000 kalori (Black & Hawks, 2009). Diet harus

mengandung protein minimal 0,8 gr/kg BB/hari. Kadar protein perlu ditingkatkan

menjadi 1,2 – 1,5 gr/kg BB/hari untuk mencegah pemecahan protein endogen. Restriksi

protein harus dihindari karena dapat memperburuk kondisi malnutrisi. Jika terdapat

39
tanda-tanda ensephalopaty hepatik, pemberian formula asam amino rantai bercabang

dengan restriksi asam amino aromatik dapat diberikan untuk memastikan intake protein

yang adekuat. Restriksi protein kurang dari 0,5 gr/kg BB/hari berakibat pemecahan protein

endogen dan penurunan status nutrisi lebih lanjut (Grodner, Long, & Walkingshaw, 2007).

e. Tujuan Diet

Adapun tujuan Diet Hati secara umum antara lain:

Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati, dengan

cara:

1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau

meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.

2. Mencegah katabolisme protein.

3. Mencegah penurunan BB atau meningkatkan BB bila kurang.

4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esophagus, dan hipertensi portal.

5. Mencegah koma hepatik.

f. Syarat Diet

1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai

kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/Kg BB.

2. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna

atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan lemak dengan asam

lemak rantai sedang. Pemberian lemak sebanyak 45 Kg dapat mempertahankan fungsi imun

dan proses sintesis lemak.

40
3. Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Asupan

minimal protein 0.8-1g/Kg BB, protein nabati memberikan keuntungan karena kandungan

serat yang dapat mempercepat pengeluaran amoniak melalui feses.

4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan

suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral Zn dan Fe bila ada anemia.

5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien mendapat

diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.

6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.

7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa sesuai

kemampuan saluran cerna.

g. Prinsip Diet

Prinsip terapi diet yang sesuai dengan kebutuhan penderita sirosis hati yaitu :

 Protein menurut toleransi apabila tidak ada tanda dan gejala koma, hepatikum, protein

dibutuhkan 80-100 gram per hari untuk memperbaiki malnutrisi berat, memperbaiki

jaringan hati, dan memperbaiki plasma protein, apabila ada tanda-tanda koma, protein

harus dibatasi.

 Rendah natrium

Natrium dibatasi menjadi 80-100 mg/hari untuk membantu mengurangi retensi cairan

(asites).

 Makanan bertekstur lunak

Makanan lunak membantu mencegah ruptur dan pendarahaan saat varises esofagus

berkembang.

41
 Nutrisi secara umum yang optimal

Prinsip diet pada hepatitis dilanjutkan untuk sirosis yang penyebabnya sama dengan

hepatitis. Energi, karbohidrat dan vitamin khususnya vitamin B kompleks, termasuk

tiaminin dan folat, sangat penting sedangkan alkohol tidak boleh dikonsumsi.

h. Jenis diet dan indikasi pemberian

Berikut adalah macam diet pada Penyakit Hati dan indikasi pemberiannya menurut Bagian

Gizi RSCM & Persagi (2002) :

1. Diet Hati I (DH I)

Diet tersebut diberikan kepada penderita sirosis hati berat dan hepatitisinfeksiosa akut

dalam keadaan prekoma atau segera sesudah penderita dapat makan kembali. Pemberian

sumber protein sedapat mungkin dihindarkan. Makanan berupa cairan yang mengandung

karbohidrat sederhana seperti saribuah, sirup, dan teh manis. Cairan diperlukan kurang

lebih 2 liter sehari bilatidak ada asites. Bila ada asites dan diuresa belum sempurna

pemberian cairan maksimum 1 liter sehari. Makanan ini rendah energi, protein, kalsium,

besi,dan thiamin. Pemberiannya tidak lebih dari 3 hari. Infus glukosa dapat diberikan

untuk menambah energi.

2. Diet Hati II (DH II)

Diet ini diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan penderita

sudah mulai mempunyai nafsu makan. Makanan diberikan dalam bentuk cincang atau

lunak menurut keadaan penderita. Protein dibatasi (30 gsehari) dan lemak diberikan

dalam bentuk mudah dicerna. Makanan ini rendah energi, kalsium, besi, dan thiamin.

Sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam/air,

42
makanan diberikan sebagai Diet Hati II Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan tanda-

tanda diuresa belum baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).

3. Diet Hati III (DH III)

Diet tersebut diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau pada

penderita yang nafsu makannya cukup. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa

menurut keadaan penderita. Protein diberikan 1 g/kgberat badan dan lemak sedang dalam

bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, besi, vitamin A dan

C, tetapi kurang kalsium dan thiamin. Menurut beratnya retensi garam/air, makanan

diberikan sebagai Diet Hati III Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda

diuresa belum baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).

4. Diet Hati IV (DH IV)

Diet ini diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati III atau kepada

penderita hepatitis infeksiosa dan sirosis hati yang nafsu makannya baik, dapat menerima

protein dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif. Makanan diberikan dalam bentuk

lunak atau biasa menurut kesanggupan penderita.Makanan ini tinggi energi, protein,

lemak, karbohidrat, dan cukup vitamin serta mineral. Menurut beratnya retensi garam/air,

makanan diberikan sebagai Diet Hati IV Rendah Garam. Bila ada asites hebat dan tanda-

tanda diuresa belum baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).

Konsumsi energi dan protein pada penderita penyakit hati merupakan duahal yang

perlu mendapat perhatian khusus. Konsumsi energi yang tinggi diperlukan untuk

mencegah terjadinya katabolisme protein sedangkan konsumsi protein tinggi agar terjadi

anabolisme protein (Yunahar 2004). Meskipun demikian, konsumsi protein harus

disesuaikan dengan kondisi penderita. Pada penyakit hati yang berat metabolisme protein

43
terganggu sehingga ammonia terakumulasi secara abnormal di dalam darah. Keadaan ini

bisa meracuni system saraf pusat sehingga terjadi ensefalopati (kerusakan sel-sel otak)

yang dapat memicu terjadinya komplikasi serius yang bisa berakhir dengan kematian.

Pada pasien dengan kondisi ini protein diperlukan dalam jumlah yang rendah (Eschleman

1996).

i. Makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan

Pada diet sirosis hati terdapat beberapa bahan makanan yang dianjurkan untuk mempercepat

penyembuhan penyakit. Selain itu, terdapat pula beberapa bahan makanan yang dibatasi

agar penyakit tidak semakin parah.

Daftar bahan makanan yang dianjurkan dan bahan makanan yang dibatasi dapat dilihat pada

tabel.

Tabel2.2 Daftar Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Bahan Makanan Yang
Dibatasi Pada Diet Sirosis Hati
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber karbohidrat beras dibubur atau ditim, makanan yang
kentang dipuree, mengandung gas dan
makaroni direbus, roti alkohol: ubi, singkong,
dipanggang, biskuit, tape singkong, tape ketan
krekers, mi, bihun,
tepung-tepungan yang
dibuat bubur atau puding
Sumber protein hewani daging sapi empuk, ayam daging dan ayam yang
tanpa kulit, ikan, susu berlemak, jeroan, kerang-
rendah lemak dalam kerangan, keju, dan susu
jumlah yang ditentukan penuh
Sumber protein nabati kacang kedelai dan kacang-kacangan yang
olahannya yang direbus, digoreng
ditim, atau ditumis;
kacang tolo dan kacang
hijau yang direbus dan
dihaluskan
Sayuran sayuran yang tidak sayuran mentah, sayuran

44
banyak mengandung berserat tinggi, dan
serat dan tidak menimbulkan gas: daun
menimbulkan gas: bayam singkong, kacang
bit, labu siam,labu panjang, kol, lobak, sawi,
kuning, wortel, tomat dan asparagus
yang direbus dan ditumis
Buah-buahan pepaya, pisang, jeruk buah tinggi serat atau
manis, pir, dan peach yang dapat menimbulkan
dalam kaleng gas: jambu biji, nanas,
apel, kedondong, durian,
nangka, dan buah yang
dikeringkan
Lemak margarin, mentega, lemak hewan dan santan
minyak untuk menumis, kental
dan santan encer
Minuman sirup, teh encer, dan kopi, es krim, serta
coklat minuman yang
mengandung soda dan
alcohol
Bumbu dan lain-lain gula, garam dalam batas cabe, merica, cuka, jahe,
tertentu, laos, salam, bumbu tajam lainnya,
sereh, dan bawang dalam tape ketan, dan tape
batas tertentu singkong
Sumber: Uripi 2009

Tabel 2.3
Daftar kandungan Bahan Makanan BCAA Dan AAA per 100 gr Bahan Makanan
Bahan Makanan BCAA(mg) AAA(mg)
Gol Serealia, Umbi-Umbian Dan Hasil Olahan
Beras giling 266,6 178,2
Beras merah tumbuk 163,1 79,9
Beras ketan putih tumbuk 133,1 70,3
Beras ketan hitam
135,9 98,4
tumbuk
Jagung kuning 184,1 63,7
Kentang 114 75,9
Makaroni 173,4 64
Mie 157,9 59
Singkong 111,9 40,9
Tepung terigu 149,8 95,8
Tapioka 122,3 39,9
Talas 206,8 99,6
Ubi jalar 179,4 72,8

45
Golongan kacang-kacangan. Biji-bijian
Emping melinjo merah 115,1 67,5
Emping melinjo goreng 116,4 80,9
Jambu mete biji 211,2 76,6
Kacang hijau 176,3 94,8
Kacang kapri 212 83,3
Kacang kedele 181,9 93,2
kacang kedele tempe 129,4 77,8
Kacang kedele tahu 184 15,4
Kacang panjang biji 179,9 61,9
Kacang tanah 113,1 89,7
Kacang tolo 125,2 88
Kacang merah 83 13
Kelapa 194,3 60,9
Golongan daging
Daging ayam 155,9 85,2
Daging babi 156,8 80,2
Daging domba 198,2 69,8
Daging kambing 141,2 69,1
Daging sapi 148,5 88,7
Golongan ikan, kerang, udang
Cumi-cumi 179,2 82,7
Ikan kembung 195,1 83,4
Ikan mas 132,9 77,8
Ikan mujair 144,7 86
Ikan sarden 22,4 102,9
Ikan sepat 153,6 84
Ikan tuna 159 76,7
Kerang 159 76,7
Teri 187,2 75,6
Udang 155,1 78,5
Golongan telur
Telur ayam ras 169,9 110,5
Telur ayam kampung 198,7 120,4
Telur bebek 197,8 124,1
Telur asin 231,7 136,4
Golongan sayur

Bayam 164,8 89,3


Bawang merah 63,5 56,7
Buncis 116,7 65
Daun kelor 164,8 102,5
Daun pepaya - 15
Daun singkong 148,6 94,3
Jamur 84,6 50,3
Jagung muda 209,4 64,5

46
Kangkung 163,7 105,3
Kacang panjang 159,7 62,3
Labu siam 54,4 28,7
Nangka muda 102 39
Kangkung 163,7 105,3
Sawi 98,8 61,4
Seledri - -
Tauge 160 67
Terong 115,3 87,9
Tomat 98 73
Wortel 113,7 75,7
Golongan buah-buahan
Alpokat - 108
Apel 127,5 47,5
Anggur - 42
Jeruk manis 6,3 46,2
Jeruk nipis 91,3 99,3
Korma 91,3 99,3
Mangga - 20
Pepaya 180 80
Pisang ambon 199,6 92,5
Pisang 90 45,9
Rambutan 111,1 96,7
Sirsak - 11
Srikaya - 5
Strowberry 102,4 73,9
Semangka 86,4 55,5
Golongan susu
Keju 192,8 122,3
Susu sapi 252,2 126,1
ASI 161,5 157,4
Susu kental tanpa gula 231 62,7
Susu kental dengam gula 230,8 62,7
Susu bubuk cream 223,6 70,8
Sumber: panduan pengkajian dan perhitungan status gizi.
Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, 2014

47
G. Kerangka Teori

Faktor Etiologi Sirosis Hati


1. Virus Hepatitis B dan C
2. Alkohol
3. NASH (Nonalkoholik
steatohepatis) Sirosis Hati
4. Metabolik
5. Obat-obatan
6. Usia
7. Jenis Kelamin
8. Obesitas PAGT
1. Pengkajian Gizi
2. Diagnosa Gizi
3. Intervensi Gizi
4. Monev Gizi

48
H. Kerangka Konsep

Proses Asuhan
Gizi Terstandar Sirosis Hati
(PAGT)

Antropometri

Biokimia
Assesment
Fisik/Klinis

Dietary
History Jenis Diet
NI
Diagnosa
NB Tujuan Diet
NC
Kebutuhan
Terapi Diet
Menu
Intervensi
Terapi Edukasi konseling

Antropometri

Biokimia
Monev

Fisik klinik

Asupan

49
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain penelitian deskriptif observasional

dengan rancangan studi kasus.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu ruang rawat inap RS Dr. Prof W. Z. Yohannes Kupang.

C. Waktu penelitian

Penelitian inidilaksanakan pada tanggal 13april2019 s/d 25 april 2019.

D. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah penderita penyakit sirosis hati yang dirawat di ruang rawat

inap yang dipilih secara purposive sampling yaitu sebanyak 2orang dengan kriteria inklusi

yakni sebagai berikut :

1. Pasien yang telah terdiagnosa menderita penyakit sirosis hati.

2. Pasien bersedia menjadi responden dan mau mengikuti penelitian sampai selesai dan

menandatangani formulir kesediaan menjadi responden.

3. Pasien dalam keadaan sadar penuh dan mampu berkomunikasi dengan baik.

E. Instrumen dan alat penelitian

1. Check list untuk mengumpulkan data yaitu Form Recall dan form FFQ.

2. Timbangan berat badan menggunakan timbangan injak kapasitas 100 kg dengan

ketelitian 0,1 kg.

3. Program CD menu untuk menghitung hasil recall 24 jam.

4. Form NCP.

50
F. Jenis Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Data primer meliputi :

a. Lingkar Lengan Atas (LILA)

b. Tinggi lutut (TL)

c. Tinggi Badan (TB)

d. Berat badan (BB)

e. Asupan makanan

2. Data sekunder meliputi :

Data identitas dan data laboratorium pasien yang diambil atau dikumpulkan dari data

rekam medik.

G. Cara pengumpulan data

1. Lingkar lengan atas (LILA) diperoleh dengan cara mengukur LILA pasien dengan

menggunakan pita LILA

Pengukuran tinngi lutut pasien sehingga mendapat tinggi badan estimasi (untuk pasien

yang bisa berdiri) dengan menggunakan pita LILA dan apabila pasien bisa berdiri

pengukuran menggunkan microtoice.

2. Berat badan pasien diperoleh dengan cara menimbang berat badan pasien

menggunakan timbangan injak.

3. Asupan makan yang diperoleh dengan cara metode recall dan mencatat makan yang

dikonsumsi (record) dengan menggunkan form recall 24 jam.

4. Mengkaji data identitas pasien yang diambil dengan melakukan wawancara langsung

dengan pasien.

51
5. Sedangkan untuk data laboratorium dan klinis diambil dari data rekam medik.

H. Cara pengolahan dan Analisa data

1. Cara pengolahan data

a. Data asupan makanan diperoleh dari hasil recall selama 3 hari kemudian dari hasil

tersebut dikonversikan kedalam berat bahan mentah dan dianalisis untuk melihat

kandungan zat gizi yang terkandung dalam setiap bahan makanan dengan

menggunakan program CD menu.

b. Data antropometri pasien yang telah terkumpul akan diolah secara manual

menggunkan kalkulator untuk melihat status gizi pasien. Untuk mengetahui status

gizi pasien sirosis hati dengan pengukuran LILA dan pengukuran tinggi badan

estimasi menggunakan tinggi lutut untuk pasien yang tidak bisa berdiri, sedangkan

status gizi pasien yang bisa berdiri menggunakan perhitungan index masa tubuh,

digunakan rumus sebagai berikut :

hasil LLA ( pengukuran )


% LILA= X 100%
Standar LLA

Kategori :

 Obesitas: >120%

 Overweight : 110-120%

 Normal : 90-110%

 Kurang : 60 - 90%

52
 Buruk : <60%

Sumber : Panduan Pengkajian Dan Perhitungan Kebutuhan gizi RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang 2014

Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam bentuk persentase dengan

standar:

 Laki-laki : 29,3 cm

 Perempuan : 28,5 cm

Pengukuran Tinggi badan estimasi menggunakan tinggi lutut (untuk pasien yang tidak

dapat berdiri)

Rumus Estimasi TB berdasarkan TL perempuan = 84,88 + (1,83 . U) – (0,24 . U)

Rumus Estimasi TB berdasarkan TL laki-laki = 64,19 + (2,02 . TL) – (0,04 . U)

Sumber: panduan pengkajian dan perhitungan status gizi. Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang, 2014

53
Perhitungan status gizi untuk orang dewasa

Rumus

Berat Badan( kg)


IMT =
Tingg i Badan(cm)

Tabel 3.1 Klasifikasi IMT


Klasifikasi IMT (kg/m2)
Kurus <18,50
Normal 18,50-24,49
Overweight >25,00
     Pre-obesitas 25,00-29,99
Obesitas >30,00
Sumber: WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004,

Perhitungan BBI untuk dewasa

BBI  = BB (Kg) : (TB x TB)

a. Kebutuhan energi dan zat gizi yang diperlukan oleh pasien sirosis hati dihitung mnggunakan

rumus Harris Benedict yaitu sebagai berikut :

Basal Energy Expenditur (BEE)

Jenis kelamin :

1. Perempuan

BEE = 655 + (9,6 . BB) + (1,7 . TB) – (4,7 . U)

2. Laki-laki

BEE = 66 + (13,5 . BB) + (5 . TB) – (6,8 . U)

54
Total Kebutuhan Energy (TEE)

TEE = BEE x FA x FS

Keterangan :

FA(Faktor Aktivitas)

1,05 : Total bad rest, CVA-ICH

1,1 : Mobilisasi di tempat tidur

1,2 : Jalan disekitar kamar

1,3 :Aktivitas ringan seperti pegawai kantor, ibu rumah tangga, pegawai

toko,dll

1,4 : Aktivitas sedang seperti mahasiswa, pegawai pabrik, dll

1,5 : Aktivitas berat seperti sopir, kuli, tukang becak, tukang bangunan,dll

FS(Faktor Stres)

1,1-1,2 : Gagal jantung, bedah minor

1,13 : Kenaikan suhu tubuh 1°C

1,15- 1,35 : Trauma skeletal, curretage, PEB, post partum

1,3-1,5 : Operasi besar abdomen/thorax,SCTP

1,35-1,55 : Trauma multipel

1,5 : Gagal hati, kanker

1,5-1,8 : Sepsis

1,1-1,5 : Pasca operasi selektif(ada alat yang dipasang)

1,2-1,4 : Infeksi

1,1-1,25 : Luka bakar 10%

55
1,25-1,5 : Luka bakar 25%

1,5-2 : Luka bakar 50%

Sumber : panduan pengkajian dan perhitungan kebutuhan gizi RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang 2014

I. Etika Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti akan mengajukan permohonan kepada Ketua

Jurusan Gizi untuk mendapat surat izin penelitian dengan tembusan kepada direktur

RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang untuk mengadakan persetujan penelitian khususnya

di ruang rawat inap RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang.

Setelah mendapat persetujuan dari pihak ruang rawat inap RSUD Prof. W.Z. Johannes

Kupang, peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan dan menekankan etika

yang meliputi :

1. Surat Persetujuan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala

ruangan serta responden (pasien penyakit sirosis hati), di RSUD Prof. W.Z. Johannes

Kupang. Jika kepala ruangan memperbolehkan untuk melakukan penelitian, maka

harus menandatangani surat persetujuan. Jika responden bersedia menjadi responden,

maka harus menandatangani surat persetujuan. Jika tidak maka peneliti tidak akan

memaksa responden dan akan menghormati haknya.

2. Tanpa Nama(Anatomy)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada

lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode nama responden.

3. Kerahasiaan

56
Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian, dengan cara kode atau tanda pada lembar kuesioner yang kode

itu hanya diketahui oleh peneliti.

57
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Hasil Penelitian

Studi kasus asuhan gizi terstandar dalam penelitian ini terdapat 2 kasus yaitu sebagai

berikut :

HASIL KASUS 1

A. ANAMNESIS GIZI (IDENTIFIKASI PASIEN)

Nama : Ny. M

Umur : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

No RM : 511232

Pekerjaan : Petani

Agama : Kristen Protestan

Status : Menikah

Alamat : Camplong

Tanggal Masuk RS : 19 Mei 2019

Dokter penanggung jawab pasien : Dr. Adjum. Sp. Pd

B. ASESSMENT (PENGKAJIAN GIZI)

1. Antropometri

 BB Aktual : 46 kg

 BB – Acites = 46 kg – 4,6

58
= 41,4 kg

 TL 45 cm

 Estimasi TB menurut TL : 154 cm

TL Perempuan = 84,88 + (1,83 x TL ) – (0,24 x U)

= 84,88 (1.83 x 45 cm) – ( 0,24 x 51 tahun)

= 84,88 + 82,35 – 12,24

= 154 cm

 TB Estimasi = 154 cm

 BBI menurut TB estimasi : BBI = (TB – 100 )

= 154 - 100

= 54 kg

 LILA :18 cm

 %LILA Standar = LILA hasil pengukuran x 100%

Standar LILA

= 180 x 100%

299

= 60%

 Status gizi menurut LILA : Kurang

 Riwayat Personal

a. Keluhan Utama : Perut membesar ± 1 bulan yang lalu

b. Riwayat Penyakit sekarang : Sirosis Hati, Hepatitis B kronis, Acites ,

Hematemesis Melena, Degenerasi Melegna

c. Riwayat penyakit dahulu : Hepatitis B

59
d. Riwayat penyakit keluarga : -

e. Sosial ekonomi

- Pekerjaan : Petani

- Pendidikan : SLTP

- Penghasilan : Rp 500.000/bln

Problem : Status gizi menurut LILA Kurang yaitu 60%

2. Biokimia

Tabel 4.1 Hasil Laboratorium Pasien Atas Nama Ny. M Sebelum Penngamatan
Nilai
No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
1. Hemoglobin 9,1 g/dL 13,0-18,0 Rendah
2 Eritrosit 4,98 sel/mm3 4.0-5.5 juta Normal
3 Hematokrit 28,3 % 37,0-47,0 Rendah
4 MCH 18,3 Pg 27,0-36,0 Rendah
5 RDW-CV 32,8 % 11,0-16,0 Tinggi
6 Trombosit 150000-
229 sel/mm3 Normal
40000
7 BUN 50,0 mg/dL <48 Tinggi
8 Neutrofil 76,4 % 50-70 Tinggi
9 Monosit 13,3 % 2-8 Tinggi
10 Albumin 2,1 Mg/L 3,5-5,2 Rendah
11 MCV 56,8 fL 81,0-96,0 Rendah
12 Kreatin darah 1,29 mg/dl 0,5 -0,9 Tinggi
13 Natrium darah 132 Mmol/L 132-147 Normal
14 Kalium darah 4,7 Mmol/L 3,5-4,5 Tinggi
15 SGOT 57 U/I 3-45 Tinggi
16 SGPT 64 U/I 0-35 Tinggi
Sumber:Data sekunderRSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang, Ruang Cempaka, 2019

Problem : Hemogoblin ↓, Hematokrit ↓, MCH ↓, albumin ↓, MCV ↓, RDW-CV↑, BUN ↑, neutrofil ↑,


monosit ↑, kreatin darah ↑, kalium darah ↑, SGPT ↑, SGOT ↑

60
3. Clinic / Fisik

a. Clinic

 Suhu : 36,70C

 TD :110/70 mmHg

 RR : 21 x/m

 Nadi : 80 x/m

b. Fisik

- Pasien tampak lemas

- Tampak pucat

- Nyeri pada perut bagian kanan atas

- Badan kurus

- Nafsu makan menurun

- Bagian putih pada mata berwarna kuning

- Badan gatal-gatal

Problem : Tampak pucat, nyeri pada perut bagian kanan atas, nafsu makan menurun

4. Riwayat Gizi

a. Riwayat Gizi Dahulu

Kebiasaan makan pasien 2x sehari dikarenakan aktifitas Ny M dimulai dari subuh sehingga

tidak ada waktu untuk sarapan pagi , mengkonsumsi nasi , sayuran hijau seperti marungga,

jarang snack, minum kopi 1x sehari, kadang- kadang mengkonsumsi ubi, jagung, suka

61
mengkonsumsi labu walu (sup), jarang mengkonsumsi protein hewani dan nabati, sering

mengkonsumsi buah pepaya, serta tidak memiliki alergi.

b. Riwayat Gizi Sekarang

Pasien mendapatkan diet hati, makanan dalam bentuk lunak, pasien tidak memiliki alergi

dan pantangan makanan.

c. Perhitungan Kebutuhan

BEE = 655 + (9,6 x BBI ) + (1,7 x TB ) – (4,7 x U)

= 655 + (9,6 x 54) + (1,7 x 154) – (4,7 x 51)

= 655 + 518 + 261,8 – 239,7

=1.197

TEE = BEE x FA x FS

= 1.197 x 1,1 x 1,5

= 1.975 kkal

Protein = Gr x Kg BBI

Hari

= 0,8 x 54 kg

Hari

= 43,2 gr

= 43,2 x 4 gr/kkal x 100%

1975 kkal

= 8,7%

62
Lemak = 20% x 1.975 kkal = 43,8 gr

Karbohidrat= 100% - (20% + 8,0%)

= 72% KH

= 72% x 1.975 kkal

= 355,5 gr

Problem : Pola makan salah yaitu makan pasien 2x sehari dikarenakan aktifitas Ny M dimulai

dari subuh sehingga tidak ada waktu untuk sarapan pagi, minum kopi 1 hari 1x, jarang

mengkonsumsi protein hewani dan nabati

63
d. Asupan recall 24 jam sebelum pengamatan

Tabel 4.3 Asupan Recall 24 Jam


Zat gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Defisit tingkat
Energi 1559 kkal 1975 kkal 72%
sedang
Defisittingkat
Protein 53,2 gr 43,2 gr 49%
berat
Defisit tingkat
Lemak 22,4 gr 43,8 gr 46%
berat
Defisit tingkat
karbohidrat 273,4 gr 3555,5 gr 80%
ringan
Sumber : Data Primer Terolah, Tahun 2019

Ket : klasifikasi % asupan menurut Depkes 2006

a) Defisit tingkat berat : < 70%

b) Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG

c) Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG

d) Normal : 90 – 119% AKG

e) Lebih : ≥ 120 % AKG

Problem : Energi defisit tingkat sedang, protein defisit tingkat berat, lemak defisit tingkat

berat, karbohidrat defisit tingkat ringan

64
5. Terapi Medis

Tabel 4.2
Terapi Obat Pasien Ny. M
Sebelum Pengamatan (19/05/19)

Nama Obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi


Spironolactone Obat ini berfungsi Sprironolactone bekerja
mengatasi penimbunan dengan memblok secara
cairan atau edema, penyakit kompetitif ikatan aldosteron
hati. Sprironolactone juga pada reseptor
berfungsi mencegah sitoplasmanya di tubulus
penimbunan cairan dalam distal akhir dan
tubuh dengan meningkatkan dalamtubulus pengumpulan
jumlah urine yang sehinhgga sintesis pprotein
diproduksi oleh ginjal. yang diinduksi oleh
aldosteron tidak terjadi.
Protein ini berfungsi
sebagai membuka saluran
natrium, akibatnya absorpsi
natrium berkurng diikuti
oleh eksresi kalium yang
menurun juga. Sprinolakton
bersifat sukar larut dalam
air. Pemakaian bersamaan
dalam waktu makan dapat
memperkecil efek
metabolisme tahap pertama.
Curcuma Memabantu memelihara
kesehatan fungsi hati ,
membantu memperbaiki
nafsu makan, membantu
melancarkan buang air besar
Furozemid Sebagai obat lini pertama
pada keadaan edema yang
disebabkan oleh penyakit
gagal jantung kongestif,
penyakit sirosis hati dan
penyakit ginjal serta
sindrom nefrotik.
Sevatoksim Membantu mengembalikan
kesadaran pre/koma
hepatikum pada gangguan
fungsi hati.

65
C. DIAGNOSA GIZI

NC 3.1 Berat badan kurang disebabkan oleh pola makan yang salah ditandai

dengan status gizi berdasarkan LILA 60% (kurang) dan frekuensi makan 2x

sehari

NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium yang disebabkan oleh gangguan fungsi hati

dan ginjal ditandai dengan nilai SGOT tinggi(57 U/l) , SGPT tinggi(64

U/l) , albumin rendah(2,1 mg/L), kreatin tinggi (1,29 mg/dL) , BUN

tinggi(50,0 mg/dL).

NI 5.1 Peningkatan zat gizi khusus (Fe) disebabkan oleh faktor fisiologis penyakit

ditandai dengan Hb rendah dan terjafi hematemesis melena

NI 5.3 Perubahan metabolisme protein disebabkan karena gangguan fungsi

gastrointestinal ditandai dengan hasil pemeriksaan albumin rendah (2,1

mg/L), Hemoglobin rendah(9,1 g/dL) dan hematemesis melena

NB 1.5 Pola makan yang salah / sikap yang salah berhubungan dengan makanan

yang berkaitan dengan faktor lingkungan (tidak ada waktu untuk sarapan )

ditandai dengan frekuensi makan hanya 2x sehari dari yang seharusnya dan

setiap hari minum kopi serta jarang mengkonsumsi protein hewani dan

nabati

NI 2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral disebabkan karena faktor

fisiologis ditandai dengan hasil asupan recall 24 jam energi 72% defisit

tingkat sedang, protein 49% Defisit tingkat berat, dan Lemak 46% Defisit

tingkat berat, karbohidrat 80% defisit tingkat ringan, kurangnya nafsu

66
makan pada pasien serta ketidaknyamanan dan terasa sesak pada bagian

perut.

D. INTERVENSI

1. Terapi Diet

- Jenis Diet : Diet Hati I

- Cara pemberian : Oral

- Bentuk makanan : Lunak

- Tujuan Diet :

1. Meningkatkan asupan energi untuk mencapai status gizi normal

2. Mengatasi kondisi hematemesis melena dengan pemberian protein selektif

3. Mengurangi Ascites.

- Syarat :

1. Energi diberikan tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan

bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.

2. Protein diberikan selektif yaitu 0,8 gr / Kg BB = 43,2 gr

3. Lemak diberikan 20% dari kebutuhan energi yaitu 43,8 gr

4. Karbohidrat diberikan 72% dari kebutuhan energi total yaitu 355,5 gr

5. Mengkonsumsi makanan tinggi BCAAseperti beras giling, beras merah

tumbuk,jagung, kentang, kacang hijau, daging ayam, cumi-cumi, ikan kembung,

telur ayam ras, bayam, kangkung, apel dan pisang ambon

6. Vitamin dan mineral diberikan cukup.

7. Porsi makan kecil dan sering.

67
8. Cairan dibatasi <120 meq yaitu jumlah urine yang keluar selama 24 jam + 500 cc

2. Terapi Edukasi

a) Tujuan

 Memperbaiki Pola makan dan kebiasaan makan

 Dapat memahami dan membedakan tentang makanan yang di anjurkan dan

tidak dianjurkan

 Dapat menerapkan diet yang telah diberikan

b) Sasaran : Pasien dan keluarga

c) Tempat : Ruang Cempaka

d) Waktu : Sabtu, 24/05/19

e) Alat Bantu: Lieflet

f) Materi : Diet Hati

g) Evaluasi : menanyakan kembali tentang materi yang telah diberikan meliputi

Diet Hati (Bahan makanan yang dianjukan, dibatasi dan dihindari serta cara

pengolahan).

68
E. Perencanaan Monitoring dan Evaluasi

Tabel 4.4
Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
Kategori Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/Target
Mencapai BB normal
Antropometri BB 1x Seminggu mendekati nilai
normal
Setiap pemeriksaan
Biokimia Normal
terbaru
TD, Suhu, Nadi,
Fisik/Klinik Setiap Hari Normal
Pernapasan
-Setiap Hari
Asupan Energi,
-Pemantauan Sisa
Protein, Lemak, Asupan makanan >
Asupan Zat Gizi makanan
karbohidrat dan sisa 80%
menggunkan
makanan
Comstock
Sumber : Data Primer Terolah, 2019

F. MONITORING DAN EVALUASI

1. Antropometri

Tabel 4.5 Hasil monitoring Antropometri Responden 1


Tanggal Jenis pengukuran Hasil
20/05/19 Tinggi lutut 45 cm
BB 46 Kg
TB Estimasi 154 cm
24/05/19 Tinggi lutut 45 cm
BB 46,8 Kg
TB Estimasi 154 cm
Sumber : Data Primer Terolah

Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengukuran antropomerti pada pasien dapat diketahui bahwa

berat badan, tinggi badan selama pengamatan tidak ada perubahan dan juga status gizi pasien

tidak berubah yaitu masih dalam kategori gizi kurang .

69
2. Biokimia

Setelah dilakukan pengamatan sampai akhir monitoring dan evaluasi, belum dilakukan

pemeriksaan laboraturium lanjut. Sehingga nilai laboratorium masih tetap sama pada hari

pertama pengambilan kasus.

3. Clinic / fisik

Tabel 4.6 Hasil pemeriksaan Klinik/fisik


Jenis
No Tanggal pemeriksaa Hasil Nilai normal Keterangan
n
1 20/05/19 - KU Lemah
- Tensi 100/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah
- Nadi 80x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 36,7 C0
36-37,50C Normal
- Respirasi 21x/m 12-20x/m Cepat
2 21/05/19 - KU Lemah
- Tensi 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
- Nadi 92x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 36 C
0 36-37,50C Normal
- Respirasi 23x/m 12-20x/m Cepat
3 22/05/19 - KU Lemah
- Tensi 110/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah
- Nadi 90x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 36 0
C 36-37,50C Normal
- Respirasi 20x/m 12-20x/m Normal
4 23/05/19 - KU Lemah
- Tensi 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
- Nadi 92x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 35 0
C 36-37,50C Rendah
- Respirasi 20x/m 12-20x/m Normal
5 24/05/19 - KU Lemah
- Tensi 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
- Nadi 86x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 35,8 0
C 36-37,50C Rendah
- Respirasi 20x/m 12-20x/m Normal
Sumber: Data Sekunder RSUD.Prof Dr. W. Z Johannes Kupang, Cempaka

70
Kesimpulan : Parameter suhu, nadi, respirasi pasien selama pengamatan normal namun,
tekanan darah pasien selama pengamatan hari pertama dan hari ketiga rendah.

4. Dietary
Tabel 4.7 Hasil Monitoring Asupan
Tanggal Recall Zat Gizi
Energi Protein Lemak KH
20/05/19 1 1380 kkal 58 gr 36 gr 275 gr
22/05/19 II 1451 kkal 43 gr 28,7 gr 252 gr
24/05/19 III 1430 kkal 52 gr 22 gr 249 gr
Total 4.261 kkal 153 gr 86,7 gr 776 gr
Rata-rata Asupan 1480 kkal 49,4 gr 28,9 gr 258,1 gr
Kebutuhan 1975 kkal 43,2 gr 43,8 gr 387,72gr
Presentase (%) 74% 71% 65% 71%
Defisit Defisit Defisit
Defisit tingkat
Kategori tingkat tingkat tingkat
sedang
sedang berat sedang
Sumber: Data Primer Terolah

Ket : klasifikasi % asupan menurut Depkes 2006

a) Defisit tingkat berat : < 70%

b) Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG

c) Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG

d) Normal : 90 – 119% AKG

e) Lebih : ≥ 120 % AKG

Kesimpulan : Intake dalam monitoring asupang kurang

71
Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Hari I

Grafik Asupan Hari I


2500
2154
2000

1500 1380

1000

500 387.72
275
43.2 58 47.8 36
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik asupanenergi, protein, lemak, karbohidrat hari Idiatas dapat


dilihat bahwa asupan energi, protein, lemak, karbohidrat pada hari pertama turun di
karenakan pasien tidak menghabisakan makanan yang diberikan dan juga kondisi pasien
yang lemas dan perut terasa sesak.

Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Hari II

Grafik Asupan hari II


2500
2154
2000

1500 1451 Kebutuhan


Asupan
1000

500 387.72
252
43.2 43 47.828.7
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

72
Berdasarkan grafik asupanenergi, protein, lemak, karbohidrat hari II di atas, dilihat bahwa

asupanpada hari kedua meningkat dikarenakan pasien menghabiskan makanan yang diberikan,

meskipun diberikam sedikit tetapi pasien dapat menghabiskan makanan yang diberikan.

Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Hari III

Grafik Asupan hari III


2500
2154
2000

1500 1430 Kebutuhan


Asupan
1000

500 387.2
249
43.2 52 47.8 22
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik asupanenergi, protein, lemak, karbohidrat hari III di atas, dilihat

bahwa asupan energi, protein dan karbohidratpada hari ketiga naik. Untuk asupan lemak

turun di sebabkan makanan yang di makan pasien tidak menggunakan metode

penggorengan tetapi dikukus dan direbus.

F. Pembahasan Ny. M

Pengkajian Gizi Pasien Sirosis Hati diruang Cempaka RSUD PROF. Dr. W. Z. Johanes Kupang

Pasien bernama Ny. M, jenis kelamin perempuan, berumur 51 tahun, didiagnosaSirosis Hati,

Hepatitis B kronis, Acites, Hematemesis Melena, Degenerasi Melegna. Berdasarkan assement

pengukuran antropometri sebelum pengamatan, diketahui berat badan dengan ascites pasien 41,4

kg, estimasi TB menurut TL 154 cm, dan status gizi menurut LILA kurang.Menurut teori

73
malnutrisi yang biasanya terjadi pada seseorang yang menderitapenyakit sirosis hati yaitu gizi

kurang. Faktor resiko terjadinya gizi kurang diantaranya yaitua supan makanan yang tidak cukup

dan kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam waktu singkat (Dir. Jen. Yan. Medik 1999).

Pasien tidak mengalami perubahan nilai antropometri maupun perubahan status gizi karena

pengamatan dilakukan dengan rentang waktu yang singkat maka tidak ada perubahan terhadap

status gizi pasien.Pada hasil pemeriksaan laboratorium kadar SGPT dan SGOT tinggi. Tingginya

kadar SGPT dan SGOT menjadi penanda seseorang terkena penyakit Sirosis Hati. Berdasarkan

tabel pemeriksaan klinis pasien adalah suhu 36,7oc, nadi 80x/menit, respirasi 21x/menit, tekanan

darah 110/70 mmHg.

Hasil pengkajian data riwayat makan dahulu pasien berdasarkan FFQ Kebiasaan makan

pasien 2x sehari dikarenakan aktifitas berkebun Ny M dimulai dari subuh sehingga tidak ada

waktu untuk sarapan pagi , makan nasi, sayuran hijau seperti marungga karena pada lingkungan

rumah Ny M terdapat banyak marungga yang ditanam sendiri di area sekitar rumah, jarang

snack, minum kopi 1x sehari, kadang- kadang mengkonsumsi ubi, jagung, suka mengkonsumsi

labu walu dibuat dalam bentuk sup, jarang mengkonsumsi protein hewani dan nabatidengan

alasan Ny M jarang pergi ke pasar karena sibuk di kebun, sering mengkonsumsi buah pepaya

karena yang ada di kebun kebanyakan buah pepaya, serta tidak memiliki alergi.Berdasarkan hasil

recall sebelum pengamatan, didapatkan tingkat asupan makan pasien kategori defisit tingkat

sedang Energi : 1559 kkal (72%), Defisit tingkat berat protein : 53,2 gr (49%), lemak : 22,4 gr

(46%) dan Defisit tingkat ringan Karbohidrat : 273,4 gr (80%) Hal ini disebabkan karena

kurangnya nafsu makan pada pasien dan ketidaknyamanan pada bagian perut pasien yang terasa

sesak dan penuh. Pada pasien sirosis hati seringkali didapati menderita malnutrisi atau adanya

perubahan dalam status nutrisi, yaitu adanya defisiensi (kekurangan) mikronutrien yang

74
diakibatkan oleh beberapa mekanisme, diantaranya adalah penurunan nutrisi oral karena nafsu

makan yang menurun, penurunan daya serap oleh sistem pencernaan dan peningkatan hilangnya

nutrisi. Pasien sirosis hati seringkali mengalami defisiensi mikronutrien (zinc, magnesium,

selenium, vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat, zat besi).

(SudoyoAru, 2006).

Hasil rata-rata monitoring tingkat asupan energi sebesar 1975 kkal (74%) defisit tingkat

sedang. Protein: 43,2 gr (71%) defisit tingkat sedang, lemak: 43,8 gr (65%) defisit tingkat berat,

karbohidrat 387,72 gr (71%) defisit tingkat sedang, Tingkat asupan pasien berkurang disebabkan

karena pasien tidak menghabiskan makanan yang diberikan dan juga kondisi pasien yang lemas

dan perut terasa sesak. Pada hari kedua asupan pasien meningkat dibanding dengan hasil asupan

hari pertama dikarenakan pasien menghabiskan makanan yang diberikan, meskipun diberikan

sedikit demi sedikit dan perut pasien terasa sesak tetapi pasien mau dan dapat menghabiskan

makanan yang diberikan.

75
G. HASIL KASUS II

A. ANAMNESIS GIZI (IDENTIFIKASI PASIEN)

Nama : Ny. M.O

Umur : 54 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

No RM : 508180

Pekerjaan : IRT

Agama : Kristen Protestan

Status : Menikah

Alamat : Oebelo

Tanggal Masuk RS : 20 Mei 2019

Dokter penanggung jawab pasien : Dr. Adjum. Sp. Pd

B. ASESSMENT (PENGKAJIAN GIZI)

A. Antropometri

 BB Aktual : 47 kg

 BB – Acites = 47 kg – 4,6

= 42,4 kg

 TL : 47 cm

 TB Estimasi menurut TL : 84,88 + (1,83 x TL) – (0,24 x U)

= 84,88 + (1,83 x 47 cm )– ( 0,24 x 54 tahun)

76
= 84,88 + 86 - 12,96

= 157 cm

 BBI menurut TB estimasi: BB = (TB – 100 )

= 157 - 100

= 57 kg

 LILA :20,3 cm

 %LILA Standar = LILA hasil pengukuran x 100%

Standar LILA

= 20,3 x 100%

303

= 67%

 Status gizi menurut LILA : Kurang

 Riwayat Personal

1. Keluhan Utama : Nyeri pada perut yang memberat sejak pagi

2. Riwayat Penyakit sekarang : Sirosis Hati, Abdominal Pain

3. Riwayat penyakit dahulu : Tumor Hati

4. Riwayat penyakit keluarga : -

5. Sosial ekonomi

- Pekerjaan : IRT

- Pendidikan : SLTP

- Penghasilan :-

Problem : Status gizi menutu LILA kurang

77
B. Biokimia

Tabel 4.8 Hasil Laboratorium Pasien Atas Nama Ny. MO Sebelum Penngamatan
Nilai
No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Keterangan
Rujukan
1. Hemoglobin 8,5 g/dL 13,0-18,0 Rendah
2. Albumin 2,9 Mg/L 3,5-5,2 Rendah
3. Natrium Darah 136 Mmol/L 132-147 Normal
4. Kalium Darah 3,0 Mmol/L 3,5-4,5 Rendah
5. Klorida Darah 95 Mmol/L 96-111 Rendah
6. SGPT 143 u/l <41 Tinggi
7. SGOT 291 u/l <35 Tinggi
Sumber:Data sekunder RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang, ruang Cempaka, 2019

Problem : Hemoglobin rendah, albumin rendah, kalium darah rendah, klorida darah rendah, SGPT

tinggi, SGOT tinggi

C. Clinic / Fisik

Clinic

 Suhu : 36,50C

 TD :100/60 mmHg

 RR : 20 x/m

 Nadi : 85 x/m

Problem : Tekanan Darah Rendah

Fisik

- Pasien tampak lemas

- Tampak pucat

78
- Badan kurus

- Nafsu makan menurun

- Mata berwarna kuning

Problem : nafsu makan menurun dan tampak pucat

D. Riwayat Gizi

a. Riwayat Gizi Dahulu

Pola makan Ny. M.O 3x sehari , jarang snack, mengkonsumsi nasi dan sayur bayam setiap

hari, sering mengkonsumsi protein nabati yaitu tempe dan mengkonsumsi buah pepaya,

jarang mengkonsumsi karbohidrat seperti ubi,jagung, jarang mengkonsumsi protein hewani

seperti daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan tidak mengkonsumsi mie instan serta

tidak memiliki alergi.

b. Riwayat Gizi Sekarang

Pasien mendapatkan diet Hati, makanan dalam bentuk lunak, pasien tidak memiliki alergi

dan pantangan makanan.

c.Perhitungan Kebutuhan

BEE = 655 + (9,6 x BBI ) + (1,7 x TB ) – (4,7 x U)

= 655 + (9,6 x 56) + (1,7 x 156) – (4,7 x 54)

= 655 + 537,6 + 265,2 – 253,8

=1.204

TEE = BEE x FA x FS

= 1.204 x 1,1 x 1,5

= 1.986 kkal

79
Protein = Gr x Kg BBI

Hari

= 1,5 x 56 kg

Hari

= 84 gr

= 84 x 4 gr/kkal x 100%

1.986 kkal

= 16,9%

Lemak = 20% x 1.986 kkal = 44,1 gr

Karbohidrat= 100% - (20% + 16,9%)

= 63,1% KH

= 63,1% x 1.986 kkal

= 125,3 gr

d. Asupan recall 24 jam sebelum pengamatan

Tabel 4.9 Asupan Recall 24 Jam


Zat gizi Asupan Kebutuhan % Asupan Keterangan
Defisit tingkat
Energi 1339 kkal 1986 kkal 57%
berat
Defisit tingkat
Protein 56,5 gr 84 gr 74%
sedang
Defisit tingkat
Lemak 33,0 gr 44,1 gr 63%
berat
Defisit tingkat
Karbohidrat 197,8 gr 125,3 gr 50%
berat
Sumber : Data Primer Terolah tahun, 2019

80
Ket : klasifikasi % asupan menurut Depkes 2006

a) Defisit tingkat berat : < 70%

b) Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG

c) Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG

d) Normal : 90 – 119% AKG

e) Lebih : ≥ 120 % AKG

E. Terapi Obat
Tabel 4.10
Terapi Obat Pasien Ny. M
Sebelum Pengamatan (19/05/19)
Nama Obat Fungsi Interaksi dengan zat gizi
Spironolactone Obat ini berfungsi Sprironolactone bekerja
mengatasi penimbunan dengan memblok secara
cairan atau edema, penyakit kompetitif ikatan aldosteron
hati. Sprironolactone juga pada reseptor
berfungsi mencegah sitoplasmanya di tubulus
penimbunan cairan dalam distal akhir dan dalam
tubuh dengan meningkatkan tubulus pengumpulan
jumlah urine yang sehinhgga sintesis pprotein
diproduksi oleh ginjal. yang diinduksi oleh
aldosteron tidak terjadi.
Protein ini berfungsi
sebagai membuka saluran
natrium, akibatnya absorpsi
natrium berkurng diikuti
oleh eksresi kalium yang
menurun juga. Sprinolakton
bersifat sukar larut dalam
air. Pemakaian bersamaan
dalam waktu makan dapat
memperkecil efek
metabolisme tahap pertama.
Curcuma Memabantu memelihara
kesehatan fungsi hati ,
membantu memperbaiki
nafsu makan, membantu
melancarkan buang air besar
Furozemid Sebagai obat lini pertama

81
pada keadaan edema yang
disebabkan oleh penyakit
gagal jantung kongestif,
penyakit sirosis hati dan
penyakit ginjal serta
sindrom nefrotik.
Sevatoksim Membantu mengembalikan
kesadaran pre/koma
hepatikum pada gangguan
fungsi hati.

C. DIAGNOSA GIZI

NI 2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral disebabkan karena

faktor fisiologis yaitu kurannya nafsu makan ditandai dengan hasil

asupan recall energi 57% defisit tingkat berat,protein 74% defisit

tingkat sedang Lemak 63% defisit tingkat berat, dan karbohidrat

50% defisit tingkat berat.

NI 5.1 Perubahan metabolisme protein disebabkan karena gangguan fungsi

gastrointestinal ditandai dengan hasil pemeriksaan albumin 2,9 mg/L

rendah, Hemoglobin 9,1 g/dL rendah

NC 3.1 Berat badan kurang disebabkan oleh intake kurang ditandai dengan

pola makan yang salah, status gizi berdasarkan LILA 60% (kurang)

dan asupan energi 57% defisit tingkat berat,protein 74% defisit

tingkat sedang Lemak 63% defisit tingkat berat, dan karbohidrat

50% defisit tingkat berat.

82
D. INTERVENSI

1. Terapi Diet

- Jenis Diet : Diet Hati II

- Cara pemberian : Oral

- Bentuk makanan : Lunak

- Tujuan Diet :

1. Meningkatkan asupan energi untuk mencapai status gizi normsl

2. Mempertahankan status nutrisi pasien.

3. Mencegah terjadinya perdarahan dan meninggkatkan kadar Hb darah.

4. Meningkatkan kadar Fe dalam darah dengan cara memberikan bahan makanan

tinggi Fe

5. Meregenerasi jaringan hati, mencegah kerusakan hati lebih lanjut.

- Syarat :

1. Energi diberikan tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan

bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.

2. Protein diberikan selektif yaitu 16,9% dari total energi = 84 gr

3. Lemak diberikan 20% dari kebutuhan energi yaitu 44,1 gr

4. Karbohidrat diberikan 63,1% dari kebutuhan energi total yaitu 125,3 gr

5. Mengkonsumsi makanan tinggi BCAA seperti beras giling, beras merah

tumbuk,jagung, kentang, kacang hijau, daging ayam, cumi-cumi, ikan kembung,

telur ayam ras, bayam, kangkung, apel dan pisang ambon

6. Vitamin dan mineral diberikan cukup.

7. Porsi makan kecil dan sering.

83
2. Terapi Edukasi

a. Tujuan

 Memperbaiki Pola makan dan kebiasaan makan\

 Dapat memahami dan membedakan tentang makanan yang di anjurkan dan

tidak dianjurkan

 Dapat menerapkan diit yang telah diberikan

b. Sasaran : Pasien dan keluarga

c. Tempat : Ruang Cempaka

d. Waktu : Sabtu ,25/05/19

e. Alat Bantu : Lieflet

f. Materi : Diit Sirosis Hati

g. Evaluasi : Menanyakan kembali tentang materi yang telah diberikan meliputi

Diet Hati (Bahan makanan yang dianjukan, dibatasi dan dihindari serta cara

pengolahan).

I. Perencanaan Monitoring dan Evaluasi

Tabel 4.11
Perencanaan Monitoring dan Evaluasi
Kategori Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/Target
Mencapai BB normal
Antropometri BB 1x Seminggu mendekati nilai
normal
Setiap pemeriksaan
Biokimia Normal
terbaru
TD, Suhu, Nadi,
Fisik/Klinik Setiap Hari Normal
Pernapasan
Asupan Zat Gizi Asupan Energi, -Setiap Hari Asupan makanan

84
-Pemantauan Sisa
Protein, Lemak,
makanan
karbohidrat dan sisa >80%
menggunkan
makanan
Comstock
Sumber : Data Primer Terolah, 2019

J. MONITORING DAN EVALUASI

A. Antropometri

Tabel 4.12 Hasil monitoring Antropometri Responden 2


Tanggal Jenis pengukuran Hasil
20/05/19 Tinggi Badan 156 cm
BB 47 Kg
25/05/19 Tinggi Badan 156 cm
BB 47 Kg
Sumber : Data Primer Terolah, 2019

B. Biokimia

Setelah dilakukan pengamatan sampai akhir monitoring dan evaluasi, belum dilakukan

pemeriksaan laboraturium lanjut. Sehingga nilai laboratorium masih tetap sama pada hari

pengambilan kasus.

C. Klinik / fisik
Tabel 4.13 Hasil pemeriksaan Klinik/fisik
Jenis
No Tanggal Hasil Nilai normal keterangan
pemeriksaan
1 20/05/19 - KU Lemah
- Tensi 100/60 mmHg 120/80 mmHg Rendah
- Nadi 85x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 36,70C 36-37,50C Normal
- Respirasi 22x/m 12-20x/m Cepat

2 21/05/19 - KU Lemah
- Tensi 110/80 mmHg 120/80 mmHg Rendah
- Nadi 92x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 360C 36-37,50C Normal
- Respirasi 23x/m 12-20x/m Cepat
3 22/05/19 - KU Lemah
- Tensi 120/90 mmHg 120/80 mmHg Normal
90x/m 60-100x/m Normal

85
- Nadi 360C 36-37,50C Normal
- Suhu 20x/m 12-20x/m Normal
- Respirasi
4 23/05/19 - KU Lemah
- Tensi 110/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah
- Nadi 92x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 35 0
C 36-37,5 0
C Rendah
- Respirasi 20x/m 12-20x/m Normal
5 24/05/19 - KU Lemah
- Tensi 110/60 mmHg 120/80 mmHg Rendah
- Nadi 86x/m 60-100x/m Normal
- Suhu 35,8 C0
36-37,5 0
C Rendah
- Respirasi 20x/m 12-20x/m Normal
Sumber: Data Sekunder RSUD.Prof Dr. W. Z Johannes Kupang, Cempaka, 2019

D. Dietary
Tabel 4.14 Hasil Monitoring Asupan
Tanggal Recall Zat Gizi
Energi Protein Lemak KH
20/05/19 1 1033 kkal 33 gr 12 gr 136 gr
22/05/19 II 1325 kkal 67,6 gr 25,0 gr 345,5 gr
24/05/19 III 1342 kkal 52,2 gr 43,1 gr 252,8 gr
Total 4006 kkal 176,3 gr 101,1 gr 796,1 gr
Rata-rata Asupan 1335 kkal 58,7 gr 33,7 gr 265,3 gr
Kebutuhan 1986 kkal 84 gr 44,1 gr 125,2 gr
Presentase (%) 67% 69% 76% 211%
Defisit
Defisit Defisit tingkat
Kategori tingkat Lebih
tingkat berat berat
sedang
Sumber: Data Primer Terolah tahun 2019

Ket : klasifikasi % asupan menurut Depkes 2006

a) Defisit tingkat berat : < 70%

b) Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG

c) Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG

d) Normal : 90 – 119% AKG

e) Lebih : ≥ 120 % AKG

86
Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Hari I

Grafik Asupan Hari II


2500
1986
2000

1500 1325 Kebutuhan


Asupan
1000

500 345.5
84 67.6 44.1 25 125.2
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik asupanenergi, protein, lemak, karbohidrat hari Idiatas dapat dilihat

bahwa asupan energi, protein, lemak, karbohidrat pada hari pertama turun di karenakan

kuranngnya nafsu makan pada pasien sehingga pasien tidak menghabiskan makanan yang

diberikan.

87
Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Hari II

Grafik Asupan Hari II


2500
1986
2000

1500 1325 Kebutuhan


Asupan
1000

500 345.5
84 67.6 44.1 25 125.2
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik asupanenergi, protein, lemak, karbohidrat hari II di atas, dilihat

bahwa asupannya meningkatpada hari ketigakarena pasien menghabiskan makanan

disebabkan nafsu makan pasien mulai membaik.

Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Hari III

Grafik Asupan hari III


2500

1986
2000

1500 1342 kebutuhan


Asupan
1000

500
252.8
84 52.2 125.2
44.1 43.1
0
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik asupanenergi, protein, lemak, karbohidrat hari III atas dapat

dilihat bahwa asupan energi, protein, lemak, karbohidrat pada hari ketiga naik di

88
karenakan pasien menghabiskan makanan yang diberikan disebabkan nafsu makan pasien

mulai membaik .

D . Pembahasan Ny. M.O

Pengkajian Gizi Pasien Sirosis Hati diruang Cempaka RSUD PROF. Dr. W. Z. Johanes Kupang

Pasien bernama Ny. M.O, jenis kelamin perempuan, berumur 54 tahun, didiagnosaSirosis Hati,

Abdominal Pain. Berdasarkan assement pengukuran antropometri sebelum pengamatan, diketahui

berat badan dengan ascites pasien 42,4 kg, , estimasi TB menurut TL 157 cm, , dan status gizi

menurut LILA kurang. Menurut teori malnutrisi yang biasanya terjadi pada seseorang yang

menderitapenyakit sirosis hati yaitu gizi kurang. Faktor resiko terjadinya gizi kurang diantaranya

yaituasupan makanan yang tidak cukup dan kehilangan beratbadan lebih dari 10% dalam waktu

singkat (Dir. Jen. Yan. Medik 1999).

Pasien tidak mengalami perubahan nilai antropometri maupun perubahan status gizi karena

pengamatan dilakukan dengan rentang waktu yang singkat maka tidak ada perubahan sifnifikan

terhadap status gizi pasien.Pada hasil pemeriksaan laboratorium kadar SGPT dan SGOT tinggi.

Tingginya kadar SGPT dan SGOT menjadi penanda seseorang terkena penyakit Sirosis Hati.

Berdasarkan tabel pemeriksaan klinis pasien adalah suhu 36,5oc, nadi 85x/menit, respirasi 20x/menit,

tekanan darah 100/60 mmHg.

Hasil pengkajian data riwayat makan dahulu pasienBerdasarkan FFQ Pola makan Ny. M.O 3x

sehari , jarang snack, mengkonsumsi nasi dan sayur bayam setiap hari, sering mengkonsumsi protein

nabati yaitu tempe dan mengkonsumsi buah pepaya, jarang mengkonsumsi karbohidrat seperti

ubi,jagung, jarang mengkonsumsi protein hewani seperti daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan

tidak mengkonsumsi mie instan serta tidak memiliki alergi. Berdasarkan hasil recall sebelum

89
pengamatan, didapatkan tingkat asupan makan pasienkategori defisit tingkat berat Energi : 1339 kkal

(57%), kategori defisit tingkat sedang protein 56,5 ge (74%), kategori defisit tingkat berat lemak :

33,0 gr (63%), kategori defisit tingkat berat karbohidrat 197,8 gr (50%) Hal ini disebabkan karena

kurangnya nafsu makan pada pasien dan ketidaknyamanan pada bagian perut pasien yang terasa

sesak. Pada pasien sirosis hati seringkali didapati menderita malnutrisi atau adanya perubahan dalam

status nutrisi, yaitu adanya defisiensi (kekurangan) mikronutrien yang diakibatkan oleh beberapa

mekanisme, diantaranya adalah penurunan nutrisi oral karena nafsu makan yang menurun, penurunan

daya serap oleh sistem pencernaan dan peningkatan hilangnya nutrisi. Pasien sirosis hati seringkali

mengalami defisiensi mikronutrien (zinc, magnesium, selenium, vitamin B kompleks, vitamin A,

vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat, zat besi). (SudoyoAru, 2006).

Hasil rata-rata monitoring tingkat asupan energi sebesar 1335 kkal (67%) defisit tingkat berat,

protein 58,7 gr(69%) defisit tingkat berat, lemak 33,7 gr(76%) defisit tingkat sedang , karbohidrat

265,3 gr (211%) lebih. Tingkat asupan pasien berkurang disebabkan karena pasien tidak

menghabiskan makanan yang diberikan dan juga kondisi pasien yang lemas dan perut terasa sesak.

Pada hari kedua dan ketiga asupan pasien meningkat dibanding dengan hasil asupan hari pertama

dikarenakan pasien menghabiskan makanan yang diberikan dan nafsu makan pasien mulai membaik.

90
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Berdasarkan hasil assessment pasien 1 dan pasien II status gizi menurut LILA kurang. Menurut

teori malnutrisi yang biasanya terjadi pada seseorang yang menderitapenyakit sirosis hati yaitu

gizi kurang. Faktor resiko terjadinya gizi kurang diantaranya yaituasupan makanan yang tidak

cukup dan kehilangan beratbadan lebih dari 10% dalam waktu singkat (Dir. Jen. Yan. Medik

1999).

Hasil laboratorium menunjukan Kadar Hb , Hematokrit, MCH, Albumin, MCH rendah,

sedangkan trombosit, BUN, neutrofil, monosit, kalium darah, SGPT dan SGOT tinggi. Hasil

pemeriksaan fisik/klinis TD, nadi, RR normal sedangkan suhunya turun, keadaan umum masih

tampak lemas, pucat karena Hb masih rendah disebabkan karena tidak nyaman dengan perut

yang membesar dan badan gatal-gatal. Riwayat gizi sekarang% asupan energi 74% baik, 71%

baik, karbohidrat 71% baik , sedangkan lemak 65% kurang. Pola makan pasien 2x sehari.

Menurut Supariasa et al. (2001), kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukanoleh banyak faktor.

Faktor tersebut antara lain tingkat metabolisme basal, tingkatpertumbuhan, aktifitas fisik, dan

faktor yang bersifat relatif seperti adanya penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan,

perbedaan daya serap, tingkat penggunaan, serta perbedaanpengeluaran dan penghancuran zat

gizi dalam tubuh.

91
b. Intervensi yang diberikan Ny M dan Ny M.O mendapat terapi diet yaitu diet hati I karena adanya

acites. Dan terapi edukasi berupa konseling diet Hati, tentang makanan yang dianjurkan dibatasi

dan di hindari.

c. Monitoring dan evaluasi diketahui Ny M, BB Acites 41,4 kg, TB estimasi TL 154 cm dan status

gizi menurut LILA kurang. Setelah dilakukan pengamatan sampai akhir monitoring dan evaluasi,

belum dilakukan pemeriksaan laboraturium lanjut. Sehingga nilai laboratorium masih tetap sama

pada hari pengambilan kasus yaitu Kadar Hb , Hematokrit, MCH, Albumin, MCH rendah,

sedangkan trombosit, BUN, neutrofil, monosit, kalium darah, SGPT dan SGOT tinggi. Hasil

pemeriksaan fisik/klinis TD, nadi, RR normal sedangkan suhunya turun, keadaan umum masih

tampak lemas, pucat karena Hb masih rendah disebabkan pasien susah tidur karena tidak nyaman

dengan perut yang membesar dan gatal – gatal pada badan berkurang. Asupan makan pasien

meningkat dari hari pertama pengamatan hingga hari terakhir pengamatan meski masih

lemaknya tergolong kurang.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit dapat menerapkan Asuhan Gizi Terstandar Pada setiap pasien

sesuai dengan jenis penyakit yang diderita. Dan dalam pemberian diet pasien sebaiknya harus

sesuaikan dengan kebutuhan pasien dan diet pada pasien.

2. Bagi Responden

Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang seimbang agar mempercepat proses penyembuhan

serta menerapkan diet yang dianjurkan ketika pasien pulang ke rumah.

92
DAFTAR PUSTAKA

Alwi,I., K. Simadibrata,M., Setiati,S., Setiyohadi,B., & Sudoyo,A.W. (2006).  Buku ajar ilmu


penyaki tdalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

[Bagian Gizi RSCM, Persagi] Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan
Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diit.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baradero, M,. Dayrit,. M. W,. Siswadi, Y,. 2008, klien Gangguan Hati, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, p.43.

Black, J.M & Hawks, J.H (2009).Medical surgical nursing: clinical management for

positive outcomes. 8thedition. USA: Elsevier Saunders.

Black & Hawks 2014, Keperawatan Medikal Bedah, ed.8 Jilid 3, Singaparna, Jakarta

Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing. 2009. p. 668-73.

Burroughs,A.K., Dooley,J.S., Heathcote,E.J., Lok,A.S.F. (2011). Sherlock’s diseasesof the liver

and biliary system. 12thEdition. UK: Blackwell Publishing Ltd 

Dir. Jen. Yan. Medik] Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1999a. Pedoman Pencegahan Gizi
Kurang di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Eschleman MM. 1996. Introductory Nutrition and Nutrition Therapy.Ed ke-3.Philapelphia:


Lippincott.

93
Grodner, M., Long, S., &Walkingshaw, B.C. (2007). Foundationand clinical applicationof

nutrition: a nursing approach. 4thEdition. USA: Mosby Elsevier

Noer S. 2003. Gizi dan Penyakit Hati. http://www.papdi.or.id/nutrisi/Nutrisi
%2011%20gizi_dan_penyakit_hati.htm [23 Sep 2004].

Nurdjanah S. Sirosis hati.Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam, 2009.

Nurdjanah S. 2009. Sirosis Hati dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , edisi IV jilid II, Jakarta,
Pusat penerbitan Departemen Ilmu penyakit dalam FK UI., hal 445-8

Sutadi, SM. 2003. SirosisHepatis. Medan: FK USU.

Sherlock S, Dooley J. Hepatic Cirrhosis. Dalam:Diseases of the liver anbilliary system. Edisi ke-
10.Blackwell Science Publication. 1997;371-84.

Sease, J. M., Timm, E. G., and Stragand, J. J., 2008. Portal Hypertension and Cirrhosis, In :Dipiro, J.
T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey, L. M., (Eds),
Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach, 7th edition, New York : The McGraw_Hill
Companies Inc., pp. 633-648.

Sudoyo, W. Aru 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta

Supariasa IPN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Uripi, Vera. 2004. PangandanGiziuntukKesehatan. Jakarta:RajagrafindoPersada

Uripi V. 2009.Diet pada hepatitis. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor [modul kuliah].

94
Nurdjanah S.Sirosishati. In: Sudoyono AW, Setiyohadi B, Alwi I, K. MS, SetiatiS,editors.

Panduan pengkajian dan perhitungan status gizi. Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, 2014

Williams, S.R. (1999). Essentials of nutrition and diet therapy. 7thEdition. USA: Mosby.

WHO. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of a WHO consultation.
Geneva, Switzerland: WHO; 2004. p. 11.

Yunahar, H. 2004. Diet penyakit hati. Di dalam: Almatsier S, editor. Penuntun Diet. Ed Baru. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. hlm 120-129.

95
LAMPIRAN

96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

Anda mungkin juga menyukai