Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.J usia 20 tahun


G 1 P 0 A0 HAMIL 39 MINGGU
JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN
DENGAN PREEKLAMSI BERAT
DI UPTD RSUD PURUK CAHU

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Holistik
Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh:

NAMA : LILY SARAH

NIM : PO.62.24.2.21.513

KELAS : PROFESI BIDAN ANGKATAN III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.J USIA 20 TAHUN G1 P 0 A0 HAMIL 39

MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTARUTERIN

DENGAN PREEKLAMSI BERAT

DI UPTD RSUD PURUK CAHU

Disusun oleh:

Nama : Lily Sarah

Nim : PO.62.24.2.21.513

Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan III

Tanggal Pemberian Asuhan : Pebruari 2022

Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Tanggal : Pebruari 2022
Di : UPTD RSUD PURUK CAHU

Kristina Linu Batu, Amd.Keb


NIP.18781118 200604 2 019
Pembimbing Institusi
Tanggal : Pebruari 2021
Di : Poltekkes Kemenkes Palangka
Raya
Erina Eka Hatini, SST., MPH
NIP.19800608 2001122 001
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Telah disahkan tanggal : Maret 2022

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi,

Erina Eka Hatini, SST., MPH


NIP.19800608 200112 2 001

Mengetahui,

Plt.Ketua Prodi Sarjana Terapan Koordinator MK Praktik Kebidanan


Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb Heti Ira Ayue, SST.,M.Keb


NIP.19781027 200501 2 001 NIP.19781027 200501 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu masih menjadi masalah global dan menjadi salah satu target
millennium Development Gools ( MDGs). Penyebab kematian ibu merupakan
masalah kompleks, yang menjadi penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan , infeksi, preeklamsia-eklamsia serta persalinan macet. Sedangkan
yang menjadi penyebab tidak langsung adalan 4 “terlalu” yaitu terlalu
muda,terlalu tua,terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak melahirkan
( Cecep Heriana,dkk.2014).
Menurut WHO tahun 2016 terdapat 99% dari kematian maternal terjadi di
negara berkembang, gangguan hipertensi dalam kehamilan mempengaruhi
sekitar 10% ibu hamil. Menurut Penelitian Vata et al pada tahun 2015 sepuluh
juta wanita diseluruh dunia menggalami preeklamsi setiap tahun. Dari kasus
tersebut 7.600 wanita hamil meninggal setiap tahun akibat preeklamsia dan
gangguan hipertensi terkait (Dila Aulia,dkk.2020).
Preeklamsia merupakan suatu sindrom spesifik pada kehamilan.
Preeklamsia adalah keadaan dimana terjadinya hipoperfusi ke organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel yag ditandai dengan hipertensi ,protein urine
dan odema .Penyebab terjadinya preeklamsi hingga saat ini belum diketahui
secara pasti, banyak tiori yang diungkapkan para ahli yaitu diataranya faktor
imunologi,sindrom prostaglandin dan iskemik uteroplasenta. Preeklamsia berat
pada ibu hamil tidak terjadi dengan sendirinya ,banyak faktor yang
mempengaruhi nya seperti : Usia ibu,paritas, usia kehamilan,jumlah
janin,jumlah kunjungan ANC dan riwayat hipertensi (Nurulita,dkk.2015).
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny. J usia 20 tahun G1 P0 A0 Hamil 39
minggu janin Tunggal hidup intrauterine dengan PEB ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan holistik Kegawatdaruratan Maternal
pada ibu hamil dengan PEB.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
Kegawatdaruratan Maternal pada ibu hamil dengan PEB.
b. Mampu melakukan analisa Kegawatdaruratan Maternal pada ibu hamil
dengan PEB.
c. Mampu melakukan perencanaan asuhan Kegawatdaruratan Maternal
pada ibu hamil dengan PEB.
d. Mampu melakukan implementasi Kegawatdaruratan Maternal pada ibu
hamil dengan PEB.
e. Mampu melakukan evaluasi dan dokumentasi Kegawatdaruratan
Maternal pada ibu hamil dengan PEB.
D. Manfaat
Pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based
practice pemberian asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dengan
Preeklamsi Berat agar mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang
bermutu sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based
practice.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Preeklamsia dan klampsia


1. Definisi
Preeklamsia/Eklamsia merupakan suatu penyulit yang
timbul pada seorang wanita hamil dan umumnya terjadi pada
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan ditandai dengan adanya
hipertensi dan protein uria. Pada eklamsia selain tanda tanda
preeklamsia juga disertai adanya kejang. Preeklamsia/Eklamsia
merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu di dunia.
Tingginya angka kematian ibu pada kasus ini sebagian besar
disebabkan karena tidak adekuatnya penatalaksanaan di tingkat
pelayanan dasar sehingga penderita dirujuk dalam kondisi yang
sudah parah, sehingga perbaikan kualitas di pelayanan kebidanan
di tingkat pelayanan dasar diharapkan dapat memperbaiki
prognosis bagi ibu dan bayinya (Setyarini & Suprapti, 2016).

2. Klasifikasi dan diagnose


Adanya peningkatan tekanan darah selama kehamilan dan
persalinan dapat menunjukkan beberapa kondisi sebagai berikut
(Setyarini & Suprapti, 2016):

a) Diagnosis hipertensi dalam kehamilan ditegakkan bila


didapatkan: Tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama
kalinya selama kehamilan, tidak terdapat protein uria, tekanan
darah kembali normal dalam waktu 12 minggu pasca
persalinan (jika peningkatan tekanan darah tetap bertahan, ibu
didiagnosis hipertensi kronis), diagnosis akhir baru dibuat
pada periode pasca persalinan, tanda tanda lain preeklamsia
seperti nyeri epigastrik dan trombositopenia mungkin ditemui
dan dapat mempengaruhi penatalaksanaan yang diberikan.
b) Diagnosis preeklamsia ditegakkan bila didapatkan : Tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu,
protein uria ≥ 1+ pada pengukuran dengan dipstick urine atau
kadar protein total ≥ 300 mg/24 jam.
c) Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila didapatkan:
(1) Hipertensi Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau
tekanan darah diastolic ≥110 mmHg.
(2) Protein uria Kadar protein dalam kencing ≥ ++ pada
pengukuran dipstick urine atau kadar protein total sebesar
2 gr/24 jam.
(3) Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dL kecuali telah
diketahui meningkat sebelumnya.
(4) Tanda/gejala tambahan: Tanda gejala tambahan lainnya
dapat berupa keluhan subyektif berupa nyeri kepala, nyeri
uluhati, dan mata kabur. Ditemukannya proteinuria ≥ 3
gram, jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam (oliguria),
terdapat peningkatan kadar asam urat darah, peningkatan
kadar BUN dan kreatinin serum serta terjadinya sindroma
HELLP yang ditandai dengan terjadinya hemolisis
ditandai dengan adanya icterus, hitung trombosit ≤
100.000, serta peningkatan SGOT dan SGPT.
(4) Pada eklampsia disertai adanya kejang konvulsi yang
bukan disebabkan oleh infeksi atau trauma.
(5) Diagnosis Preeklamsia superimposed ditegakkan apabila
protein awitan baru ≥ 300 mg/ 24 jam pada ibu penderita
darah tinggi tetapi tidak terdapat protein uria pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu.
(6) Diagnosis hipertensi kronis ditegakkan apabila hipertensi
telah ada sebelum kehamilan atau yang didiagnosis
sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau hipertensi
pertama kali didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu
dan terus bertahan setelah 12 minggu pasca persalinan.
3. Patofisiologi Preeklampsia
Meskipun penyebab preeklampsia masih belum diketahui,
bukti manifestasi klinisnya mulai tampak sejak awal
kehamilan, berupa perubahan patofisiologi tersamar yang
terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhir nya menjadi
nyata secara klinis. Preeklampsia adalah gangguan
multisistem dengan etiologi komplek yang khusus terjadi
selama kehamilan.
a. Teori Kelainan Vaskularisasi
Plasenta Pada kehamilan normal, rahim, dan plasenta
mendapatkan aliran darah dari cabang-cabang arteri
urterina dan arteri varika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus myometrium berupa arteri arkuata dan arteri
arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis
menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis memberi cabang arteri spinalis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas,
terjadi invasi tropoblas ke dalam lapisan otot arteri
spinalis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spinalis. Invasi
tropoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spinalis,
sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spinalis mengalami distensi dan
dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spinalis ini
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan
resisten vaskuler, dan peningkatan aliran darah pada
daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin
cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Proses ini dinamakan “remodeling arteri spinalis”.
Pada hipertensi kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
tropoblas pada lapisan otot arteri spinalis dan jaringan
matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spinalis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spinalis tidak
memungkingkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spinalis relatif mengalami vasokontriksi
dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spinalis”,
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan
pathogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spinalis pada kehamilan normal
adalah 500 mikron, sedangkan pada preeklampsia rata-rata
200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri
spinalis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke
uteroplasenta.
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, Dan Disfungsi
Endotel
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal
bebas Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi tropoblas,
pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan
“remodeling arteri spinalis”, dengan akibat plasenta
mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan
hipoksia menghasilkan oksidan atau radikal bebas.
Radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau
atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak
berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan
plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah
suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan
untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam
darah mungkin dahulu mungkin dianggap sebagai bahan
toksin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi
dalam kehamilan disebut ”toksemia”. Radikal hidroksil
merusak membran sel, yang mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida
lemak selain merusak dan protein sel endotel. Produksi
oksidan atau radikal bebas dalam tubuh yang bersifat
toksis, selalu diimbangi produksi antioksidan.
4. Faktor Predisposisi Kejadian Preeklampsia
Faktor risiko yang dapat dinilai pada kunjungan
antenatal pertama Anamnesis:
1) Usia >40 tahun Usia merupakan bagian dari status
reproduksi yang penting. Usia berkaitan dengan
peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan. Usia reproduktif sehat
yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35
tahun. Sedangkan usia ibu >35 tahun seiring
bertambahnya usia rentan untuk terjadi peningkatan
tekanan darah karena terjadi degenerasi. Adanya
perubahan patologis, yaitu terjadinya spasme pembuluh
darah arteriol menuju organ penting alam tubuh sehingga
menimbulkan gangguan metabolism jaringan, gangguan
peredaran darah menuju retroplasenter.
Kategori usia untuk mengetahui hubungan antar
usia dengan preeklampsia dalam penelitian Imung adalah
sebagai berikut:
a) Usia <20 tahun
b) Usia 20-35 tahun
c) Usia > 35 tahun
Berdasarkan penelitian dari Dietl, wanita hamil pada
usia lebih dari 40 tahun lebih berisiko mengalami
hipertensi, dan preeklampsia banyak terjadi pada ibu hamil
umur > 40 tahun. Hasilnya juga menunjukkan bahwa
59,1% preeklampsia terjadi pada nulipara dengan umur
> 40 tahun.
Imung 2018 melaporkan peningkatan risiko
preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil
berusia 40 tahun atau lebih baik pada primipara
.Sedangkan usia muda tidak meningkatkan risiko
preeklampsia secara bermakna.
2) Primigravida Status gravida adalah wanita yang sedang
hamil. Status gravida dibagi menjadi 2 kategori:
a) Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama
kalinya,
b) Multigravida adalah wanita yang hamil ke 2 atau lebih.
Preeklampsia banyak dijumpai pada primigravida
daripada multigravida, terutama primigravida usia
muda. Primigravida lebih berisiko mengalami
preeklampsia daripada multigravida karena
preeklampsia biasanya timbul pada wanita yang
pertama kali terpapar virus korion. Hal ini terjadi
karena pada wanita tersebut mekanisme imunologik
pembentukan blocking antibody yang dilakukan oleh
HLA-G terhadap antigen plasenta belum terbentuk
secara sempurna, sehingga proses implantasi trofoblas
ke jaringan desidual ibu menjadi terganggu.
Primigravida juga rentan stress dalam menghadapi
persalinan yang menstimulasi tubuh unuk
mengeluarkan kortisol. Efek kortisol adalah
meningkatkan respon simpatis, sehingga curah jantung
dan tekanan darah juga akan meningkat.
Nulipara lebih berisiko mengalami preeklampsia
daripada multipara karena preeklampsia biasanya
timbul pada wanita yang pertama kali terpapar virus
korion. Berdasarkan studi Bdolah, kehamilan nullipara
memiliki kadar sFlt1 dan sFlt1 / PlGF bersirkulasi lebih
tinggi daripada kehamilan multipara, menunjukkan
hubungan dengan ketidakseimbangan angiogenik.
Diambil bersama-sama dengan peran patogenik faktor
antiangiogenik pada preeklampsia, nulipara merupakan
faktor risiko untuk pengembangan preeklamsia.
3) Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
merupakan faktor risiko utama. Menurut Duckit risiko
meningkat hingga 7 kali lipat (RR 7,19 95% CI 5,85 -
8,83). Kehamilan pada wanita dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya
kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini,
dan dampak perinatal yang buruk.
4) Multipara dengan kehamilan dengan pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru
dianggap sebagai faktor risiko preeklampsia, walaupun
bukan nullipara karena risiko meningkat pada wanita
yang memiliki paparan rendah terhadap sperma.
5) Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun
atau lebih
Hubungan antara risiko terjadinya dengan
interval/jarak kehamilan lebih signifikan dibandingkan
dengan risiko yang ditimbulkan dari pergantian pasangan
seksual. Risiko pada kehamilan kedua atau ketiga secara
langsung berhubungan dengan waktu persalinan
sebelumnya. Ketika intervalnya lebih dari 10 tahun,
maka risiko ibu tersebut mengalami preeklampsia adalah
sama dengan ibu yang belum pernah melahirkan.
Dibandingkan dengan wanita dengan jarak kehamilan
dari 18 hingga 23 bulan, wanita dengan jarak kehamilan
lebih lama dari 59 bulan secara signifikan meningkatkan
risiko preeklampsia dan eklampsia,
6) Kehamilan multipel/kehamilan ganda
Kehamilan ganda meningkatkan risiko preeklampsia
sebesar 3 kali lipat. Dengan adanya kehamilan ganda dan
hidramnion, menjadi penyebab meningkatnya resiten
intramural pada pembuluh darah myometrium, yang
dapat berkaitan dengan peninggian tegangan
myometrium dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Wanita dengan kehamilan kembar berisiko
lebih tinggi mengalami preeklampsia hal ini disebabkan
oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon.
7) IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Nerenberg mengemukakan berdasarkan penelitian
bahwa wanita hamil dengan diabetes memiliki risiko
90% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
memiliki diabetes. Diabetes dan preeklampsia adalah dua
kondisi umum yang berhubungan dengan kehamilan,
keduanya terkait dengan hasil kesehatan ibu dan janin
yang buruk. Diabetes dan preeklampsia memiliki faktor
risiko yang sama (misalnya, obesitas, sindrom ovarium
polikistik, usia ibu lanjut, peningkatan berat badan
kehamilan), hiperinsulinemia dikaitkan dengan kedua
kondisi. Diabetes dan preekampsia memiliki bukti
disfungsi vaskular endotel.
8) Hipertensi kronik
Penyakit kronik seperti hipertensi kronik bisa
berkembang menjadi preeklampsia.
Yaitu pada ibu dengan riwayat hipertensi kronik
lebih dari 4 tahun. Chappel juga menyimpulkan bahwa
ada 7 faktor risiko yang dapat dinilai secara dini sebagai
prediktor terjadinya preeklampsia superimposed pada
wanita hamil dengan hipertensi kronik.
9) Penyakit Ginjal
Pada wanita hamil, ginjal dipaksa bekerja keras
sampai ke titik dimana ginjal tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Wanita
hamil dengan gagal ginjal kronik memiliki ginjal yang
semakin memperburuk status dan fungsinya. Beberapa
tanda yang menunjukkan menurunnya fungsi ginjal
antara lain adalah hipertensi yang semakin tinggi dan
terjadi peningkatan jumlah produk buangan yang sudah
disaring oleh ginjal di dalam darah. Ibu hamil yang
menderita penyakit ginjal dalam jangka waktu yang lama
biasanya juga menderita tekanan darah tinggi. Ibu hamil
dengan penyakit ginjal dan tekanan darah tinggi
memiliki risiko lebih besar mengalami preeklampsia.
10) Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau
embrio
Kehamilan setelah inseminasi donor sperma, donor
oosit atau donor embrio juga dikatakan sebagai faktor
risiko. Satu hipotesis yang populer penyebab
preeklampsia adalah maladaptasi imun. Mekanisme
dibalik efek protektif dari paparan sperma masih belum
diketahui. Data menunjukkan adanya peningkatan
frekuensi preeklampsia setelah inseminasi donor sperma
dan oosit, frekuensi preeklampsia yang tinggi pada
kehamilan remaja, serta makin mengecilnya
kemungkinan terjadinya preeklampsia pada wanita hamil
dari pasangan yang sama dalam jangka waktu yang lebih
lama. Walaupun preeklampsia dipertimbangkan sebagai
penyakit pada kehamilan pertama, frekuensi
preeklampsia menurun drastis pada kehamilan
berikutnya apabila kehamilan pertama tidak mengalami
preeklampsia. Namun, efek protektif dari multiparitas
menurun apabila berganti pasangan.
11) Obesitas sebelum hamil (IMT >30 kg/m2 )
IMT adalah rumus yang sederhana untuk
menentukan status gizi, terutama yang berkaitan dengan
kelebihan dan kekurangan berat badan. Rumus
menentukan IMT adalah sebagai berikut: IMT = Berat
Badan (dalam kg) / Tinggi Badan2 (dalam meter)
Klasifikasi IMT di Indonesia sudah disesuaikan dengan
karakteristik Negara berkembang. Obesitas sebelum
hamil dan IMT saat pertama kali ANC merupakan faktor
risiko preeklampsia dan risiko ini semakin besar dengan
semakin besarnya IMT pada wanita hamil karena
obesitas berhubungan dengan penimbunan lemak yang
berisiko munculnya penyakit degeneratif. Obesitas
adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas dapat memicu terjadi nya
preeklampsia melalui pelepasan sitokin-sitokin inflamasi
dari sel jaringan lemak, selanjutnya sitokin menyebabkan
inflamasi pada endotel sistemik.
5. Komplikasi
a. Komplikasi Maternal
1) Eklampsia
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita
preeklampsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh
dan koma, eklampsia selalu didahului dengan
preeklampsia. Timbulnya kejang pada perempuan
dengan preeklampsia yang tidak disebabkan oleh
penyakit lain disebut eklampsia.
2) Sindrom Hemolysis, Elevated Liver Enzimes, Low
Platelet Count (HELLP)
Pada preeklampsia sindrom HEELP terjadi karena
adanya peningkatan enzim hati dan penurunan trombosit,
peningkatan enzim kemungkinan disebabkan nekrosis
hemoragik periporta di bagian perifer lobules hepar.
Perubahan fungsi dan integritas hepar termasuk
perlambatan ekskresi bromosulfoftalein dan peningkatan
kadar aspartat amniotransferase serum.
3) Ablasi Retina
Ablasia retina merupakan keadaan lepasnya retina
sensoris dari epitel pigmen retina. Gangguan penglihatan
pada wanita dengan preeklampsia juga dapat disebabkan
karena ablasia retina dengan kerusakan epitel pigmen
retina karena adanya peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah akibat penimbunan cairan yang terjadi
pada proses peradangan. Gangguan pada penglihatan
karena perubahan pada retina. Tampak edema retina,
spasme setempat atau menyeluruh pada satu atau
beberapa arteri. Jarang terjadi perdarahan atau eksudat
atau apasme. Retiopati arterisklerotika pada preeklampsia
terlihat bilamana didasari penyakit hipertensi yang
menahun. Spasme arteri retina yang nyata menunjukkan
adanya preeklampsia berat. Pada preeklampsia pelepasan
retina karena edema introkuler merupakan indikasi
pengakhiran kehamilan segera. Biasanya retina akan
melekat kembali dalam dua hari sampai dua bulan setelah
persalinan.
4) Gagal Ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh karena aliran
darah ke dalam ginjal menurun, sehingga filtrasi
glomerulus berkurang. Kelainan ginjal berhubungan
dengan terjadinya proteinuria dan retensi garam serta air.
Pada kehamilan normalpenyerapan meningkat sesuai
dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
akibat spasme arterioles ginjalmenyebabkan filtrasi
natrium menurun yang menyebabkan retensi garam dan
juga terjadi retensi air. Filtrasi glomerulus pada
preeclampsia dapat menurun 50% dari normal sehingga
menyebabkan dieresis turun. Pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria sampai anuria.
5) Edema Paru
Penderita preeklampsia mempunyai risiko besar
terjadinya edema paru disebabkan oleh payah jantung
kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapiler
paru dan menurunnya dieresis. Kerusakan vaskuler dapat
menyebabkan perpindahan protein dan cairan ke dalam
lobus-lobus paru. Kondisi tersebut diperburuk dengan
terapi sulih cairan yang dilakukan selama penanganan
preeklampsia dan pencegahan eklampsia. Selain itu,
gangguan jantung akibat hipertensi dan kerja ekstra
jantung untuk memompa darah ke dalam sirkulasi
sistemik yang menyempit dapat menyebabkan kongesti
paru.
6) Kerusakan Hati
Vasokontriksi menyebabkan hipoksia sel hati. Sel hati
mengalami nekrosis yang diindikasikan oleh adanya
enzim hati seperti transminase aspartat dalam darah.
Kerusakan sel endothelial pembuluh darah dalam hati
menyebabkan nyeri karena hati membesar dalam kapsul
hati. Hal ini dirasakan oleh ibu sebagai nyeri
epigastrik/nyeri uluhati.
7) Penyakit Kardiovaskuler
Gangguan berat pada fungsi kardiofaskuler normal lazim
terjadi pada preeklampsia atau eklampsia. Gangguan ini
berkaitan dengan peningkatan afterload jantung yang
disebabkan hipertensi, preload jantung, yang sangat
dipengaruhi oleh tidak adanya hipervolemia pada
kehamilan akibat penyakit atau justru meningkatsecara
introgenik akibat infus larutan kristaloid atau onkotik
intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasi cairan
intravakuler ke dalam ekstrasel, dan yang penting ke
dalam paruparu.
8) Gangguan Saraf
Tekanan darah meningkat pada preeklampsia
menimbulkan menimbulkan gangguan sirkulasi darah ke
otak dan menyebabkan perdarahan atau edema jaringan
otak atatu terjadi kekurangan oksigen (hipoksia otak).
Menifestasi klinis dari gangguan sirkulasi, hipoksia atau
perdarahan otak menimbulkan gejala gangguan saraf
diantaranya gejala objektif yaitu kejang (hiperrefleksia)
dan koma. Kemungkinan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala yang sama adalah epilepsi dan
gangguan otak karena infeksi, tumor otak, dan perdarahan
karena trauma.
b. Komplikasi Neonatal
1) Pertumbuhan Janin terhambat
Ibu hamil dengan preeklampsia dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat karena perubahan patologis
pada plasenta, sehingga janin berisiko terhadap
keterbatasan pertumbuhan.
2) Prematuritas Preeklampsia memberikan pengaruh buruk
pada kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya
perfusi uteroplasenta, pada waktu lahir plasenta terlihat
lebih kecil daripada plasenta yang normal untuk usia
kehamilan, premature aging terlihat jelas dengan berbagai
daerah sinsitianya pecah, banyak terdapat nekrosis
iskemik dan posisi fibrin intervilosa.
3) Fetal distress
Preeklampsia dapat menyebabkan kegawatan janin seperti
sindroma distress napas. Hal ini dapat terjadi karena
vasospasme yang merupakan akibat kegagalan invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot pembuluh darah sehingga
pembuluh darah mengalami kerusakan dan menyebabkan
aliran darah dalam plasenta menjadi terhambat dan
menimbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadikan
gawat janin.19 6. Pencegahan Berbagai strategi yang dig
6. Penatalaksanaan
a. Preeklamsi

Preeklampsia

Usia Usia
Kehamilan < Kehamilan≥
37 mgg 37 mgg

Perawatan poliklinik
- Kontrol 2 kali perminggu
- Evaluasi gejala pemberatan preeklmapsia (tekanan darah, Terminasi
tanda impending, edemia paru Kehamilan
- Cek laboratorium (trombosit, serum kreatinin, albumin,
(AST/ALT) setiap minggu
- Evaluasi kondisi janin (hitung
fetal kick count/hari,
kesejahteraan janin (NST dan USG) li/minggu,
2 ka evaluasi
pertumbuhan janin setipa 2 minggu)

Perburukan kondisi maternal dan


janin/Preeklampsiaerat
B Usia
Kehamilan≥ 37
mgg
Protokol Preeklampsia Berat
b. Preeklamsi Berat

Preeklampsia dengan gejala berat


 Evaluasi di kamar bersalin dalam- 24jam
 Kortikosteroid untuk pematn paru, gan
Magnesium
sulfat profilaksis, antihipertensi
 USG, evaluasi kesejahteraan janin, gejala dan
pemeriksaan laboratorim

Kontraindikasi perawatan ekspektatif :


 Eklampsia
 Edema Paru
 DI Iya Lakukan
 HT
C berat, tidak terkontrol Persalinan setelah
 Gawat janin stabil
 Solusio plasenta
 IUFD
 Janin tidak viabel

Komplikasi perawatan ekspektatif :


 Gejalapersisten
 Sindrom HELLP Pemberian Kortikosteroid
 Pertumbuhan janin terhambat Iya pematangan paru
 Severe olygohydramnion
 Reversed end diastolic flow Persalinan setelah 48 jam
 KPP atau Inpartu
 Gangguan renal berat

PerawatanEkspektatif :
 Tersedia fasilitas perawatan maternal dan neonatal
intensif
 Usia kehamilan janin viabel
– 34 minggu
 Rawat inap
 Stop magnesium sulfat dalam 24 jam
 Evaluasi ibu dan janin setiap hari

 Usiakehamilan ≥ 34 minggu
 KPP atau Inpartu Iya
Lakukan persalinan
 Perburukan maternal
-fetal
 Adanya salah satu gejala kontraindikasi perawatan
ekspektatif
c. Manajemen Konservatif

Pasien Memenuhi
perawatan
persyaratan
Preekonservatif
amsia dengan gejala
kl p berat
Injeksi 4sesuai prosedur / Alternatif 2
dilanjutkan
MgSO hingga 24
(Alternatif 1 )
Berikan
jam pematangan paru x 6m i.
selama 2 hari atau bethametason 1 x 12 mg i.m
har)
selama 2
i
Pindah ruangan, lakukan evaluasi
ketat
MANAJEME Evaluasi Evaluas Evaluas Jani
N
KONSERVATIFIF Klinis tekanan
Kontrol Laboratoriu
i NST
i setiap
n
Evaluasi
darah Trombosit,
m fungsi USG
minggu untuk
PEB impendin
tanda eklampsi fungsi
liver, ginjal, kesejahteraan
evaluasi janin
(nyeri
g a setiap
albumin kali
2
nyeri kepala,
epigastrium, minggu Evaluas
seminggupertumbuha
kabur
mata jani
i / 2 n
) n mingg
u

Semua parameter Salah satu parameter


baik memburuk
Umur kehamilan ≥ 34 Terminasi
Terminasi
minggu kehamilan
kehamilan

Tatalaksana Pemberian MgSO4


- Injeksi 4 gram IV bolus 40% berikan 10 cc diencerkan dengan 10%
aquabidest selama 5 menit.
- Dilanjutkan syering pump atau infusion pump
MgSO4 1 gram/ 1 jam dan diberikan selama 6 jam
Syarat pemberian MgSO4 :

 Refleks patela (+)


 Respirasi > 16/menit
 Urine sekurang-kurangnya 150 cc/6 jam
 Harus selalu tersedia kalsium glukonas 1 gr 10%(diberikan i.v. pelan-
pelan pada intoksikasi MgS04)
Antihipertensi oral dapat dipertimbangkan diberikan
Nifedipin 3 x 10 atau Metildopa 3 x 500 mg)
A. Evidence Based Midwifery
1. Menurut Dila Aulia dkk 2020 dalam jurnal” Hipertensi Kronis
Superimposed Preeklamsi dengan Impending dan Partial Hellp
Syndrom “
Hipertensi pada kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
140 mmhg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmhg atau
lebih.Preeklamsia merupakan Hipertensi onset baru setelah 20 minggu
umur kehamilan dengan adanya pritein urine. Hipertensi kronik dengan
superimposed preeklamsia merupakan penderita hipertensi kronik yang
mengalami preeklamsi. Preeklamsi yang ditandai dengan tanda prodomal
disebut sebagai inpending eklamsia,Sindrom HELLP adalah kumpulan
gejala yang mencakup hemolisisi,Peningkatan enzim liver, dan jumlah
platelet yang kurang dari batas bawah. Terdapat faktor resiko yang
berhubungan dengan timbulnya preeklamsi yaitu riwayat
hipertensi,usia,IMT, penderita DM.
2. Menurut Andika K. dkk tahun 2018 Dalam Jurnal “ Pengetahuan
Pasien Pre Operasi Dalam Persiapan Pembedahan”
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan peristiwa komplek yang
menegangkan, sehingga selain mengalami gangguan fisik akan
memunculkan pula masalah psikologis yang dapat berakibat pada
perubahan fisiologis pasien sebelum menjalani operasi. Dengan
mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien
menjadi lebih siap menghadapi operasi. Penelitian ini bertujuan untuk
Mempelajari Gambaran Pengetahuan Pasien Pre Operasi Dalam
Persiapan Pembedahan yaitu tentang penjelasan biaya operasi,
pemberian obat-obatan pre medikasi, melepaskan perhiasan prostheses
dll, menjalin rambut, lipstik kutek dihapus, pemasangan
kateter/NGT/kencing spontan, penyertaan hasil laboratorium, dan
penyertaan hasil radiologi. Kesimpulan dari penelian ini didapatkan
sebagian besar pasien pre operasi memiliki pengetahuan kurang tentang
persiapan pembedahan.
3. Dalam Jurnal Alfianti & Nina tahun 2019 “Kejadian Preklamsi Berat
dan Kaitan dengan Tindakan Sectio Caesarea”.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 140 responden
mengenai Hubungan Kejadian Pre–Eklampsi Berat Dengan Tindakan
Sectio Caesarea dapat ditarik kesimpulan: Distribusi frekuensi Ibu
bersalin yang mengalami pre-eklampsia berat sebanyak 30 responden,
distribusi frekuensi Ibu bersalin dengan tindakan sectio caesarea paling
banyak, hasil uji chi square diperoleh terdapat hubungan antara pre-
eklampsia berat dengan tindakan section caesarea.

4. Menurut Ratih & Ihda tahun 2018 “ Efektifitas Pemberian Pisang dan
Diit Rendah Garam dalam menurunkan Tekanan Darah Ibu Hamil
Hipertensi ”
Diit rendah garam adalah makanan dengan cara membatasi atau
menghindari garam natrium. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraselular meningkat.
Untuk menormalkannya, cairan intraselular ditarik keluar, sehingga
volume cairan ekstraselular meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraselular tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah
(Astawan, 2004). Tujuan diit rendah garam adalah membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Oleh karena itu,
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh per
hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

5. Menurut Ozem Dogan & Muruvvet Baser tahun 2020 dalam Jurnal
internasional turkey“ Preeklampsili Gebelererde Tamamlayici ve
Butunlesik Terpilerin Kullanimi “
Pijat swedia adalah terapi pijat kaki pada ibu hamil dengan
preeklamsia,diterapkan pada otot dan tulang untuk mempercepat sirkulasi
darah. Metode ini bertujuan untuk mengendurkan jaringan otot dengan
memberikan tekanan kearah yang berlawanan.
6. Jurnal Endang Wahyuningsih 2017 “ Pengaruh KB IUD Pascasalin
( Intracaesaria IUD ) terhadap Proses Involusi Uteri pada masa nifas”.
Pelaksanaan KB Pasca Salin (Intracaesarian IUD) pada kelompok
eksperimen sebanyak 29 responden dan kelompok kontrol sebanyak 29
responden . Hasil pengukuran involusi uteri dari 29 responden kelompok
eksperimen pada hari pertama sebagian besar mengalami percepatan proses
involusi uteri yaitu 21 responden dan pada hari ketiga sebagian besar
mengalami perlambatan proses involusi uteri yaitu 18 responden.
Sedangkan dari 29 responden kelompok kontrol pada hari pertama sebagian
besar proses involusi uterinya normal yaitu 15 responden dan pada hari
ketiga sebagian besar mengalami perlambatan proses involusi uteri yaitu 22
responden . Uji statistik menunjukkan ada pengaruh KB Intracaesarian IUD
terhadap involusi uteri pada ibu nifas.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Kebidanan Pada Ny. J usia 20 tahun G1 P0 A0 Janin
Tunggal Hidup Intruterin dengan PEB UPTD RSUD Puruk Cahu.
B. Pelaksanaan Asuhan
Hari/ tanggal : Selasa, 22 Pebruari 2022
Pukul : 16.00 WIB
Pengkaji : Lily Sarah
C. Pengkajian
Data Subjektif
1. Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. J Nama Suami :Tn. S
Umur : 20 Th Umur : 26 Th
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : B Gol. Darah :B
Alamat : Desa Tumbang Laung
2. Keluhan
Nyeri Perut bagian bawah, Mules2 tidak ada, Lendir darah (-) Pusing
(+),pandangan kabur (-), Nyeri Ulu hati (-)
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 Th
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 5 hari
Banyaknya : Sedang
Dismenorhoe : Tidak ada
4. Tanda-tanda Persalinan
Kontraksi : Belum ada
5. Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
6. Riwayat Persalinan dan nifas yang lalu : Kehamilan sekarang
7. kehamilan sekarang G 1 P 0 A 0
HPHT : 22-05-2021
TP : 01-03-2022
Umur kehamilan : 39 minggu
ANC : 8 kali
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Lebih dari 10 kali
Riwayat imunisasi : Imunisasi TT lengkap
Keluhan selama hamil : Pusing,mual
8. Riwayat penyakit yang pernah diderita yang lalu: Tidak pernah menderita
hipertensi sebelum hamil
9. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
10. Riwayat Kesehtan Keluarga : Ayah menderita hipertensi
11. Riwayat KB
Ibu belum pernah ber KB
12.Status perkawinan
Perkawinan ke : Pertama
Lama Perkawinan : 2 tahun
Menikah pada usia : 18 tahun
Kehamilan ini direncanakan : ya
Perasaan saat ini : senang
Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
13. Pola makan dan minum
Frekuensi : Makan 3 kali sehari menu bervariasi ikan,sayur dan buah
Minum : ± 8 gelas sehari
Keluhan : Tidak ada
14. Pola istirahat
Siang : ± 1 jam
Malam : ± 7 jam
15. Pola Eliminasi
BAB : 1 kali sehari
BAK : 5-6 kali sehari
Keluhan : tidak ada
16. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Keramas : 2 kali seminggu
Ganti pakaian dalam : 2 kali sehari atau bila terasa lembab
17. Aktivitas
Pekerjaan sehari-hari : melakukan pekerjaan rumah tangga
Hubungan Seksual : 1 minggu sekali
18. Kebiasaan yang merugikan kehamilan : Tidak ada
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compiosmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 184/100mmhg
Nadi : 107 x/menit
Suhu : 36,8 º C
Respirasi :22 x/menit
Pengukuran tinggi badan dan berat badan :
Berat badan sebelum hamil : 60 kg
Berat badan sekarang : 70 kg
Tinggi badan : 157 cm
LILA : 27 cm
IMT : 28,40
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bersih
Muka : Simetris tidak odema
Mata : Konjungtiva tidak Pucat, Sklera tidak icterik
Hidung : Bersih
Mulut dan gigi : Bersih tidak ada karies
Telinga : Bersih
Leher : simetris Tidak ada Benjolan
Dada : Simetris
Payudara : Simetris tidak teraba benjolan
Abdomen :
- Insfeksi : Simetris
- Palpasi :
TFU
Leopold I : 3 jari bawah prx (MD 32 CM)
Leopold II : Pu-ka
Leopold III :Let-Kep
Leopold IV : Divergen
DJJ : (+)145 x/menit
Taksiran berat janin (TBJ) : 3255 gram
Reflek Patela : +
HIS : belum ada
Ekstremitas :
o Atas : Simetris
o Bawah : kaki kiri dan kanan odem
Genetalia : tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Dalam:
Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Lunak
Pembukaan :Belum ada Pembukaa
Persentasi : Kepala
4. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
HB : 12,7 gr/dl
Trombosit : 155.000
Golda : B
HbsAg : Negatif
Urine
Protein : ++
Reduksi : Negatif
RDT Malaria : Negatif
HIV AIDS : Negatif

SOAP
A. Data Subjektif
Keluhan Utama
- Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah
- Ibu mengatakan agak pusing dan kakinya bengkak
- Ibu merasakan agak cemas dengan kondisinya
- Ibu mengatakan HPHT 22-05-2021.
Riwayat Menstruasi : Menarche 14 tahun,siklus 28 hari, lamanya 4-5 hari
Riwayat Kesehatan Ibu : Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
hipertensi dan penyakit lainnya
Riwayat Kesehatan Keluraga : Ayah menderita hipertensi
Nutrisi : Makan 3x sehari menu bervariasi ,porsi sedang dan tidak ada
pantangan.
Pola Eliminasi:
- BAB : 1 x sehari konsitensis sedang,warna kuning
- BAK : 5-6 x sehari konsistensi cair , warna kuning jernih
Pola Istirahat
- Tidur siang : 1-2 jam ,Tidur malam 7-8 Jam
Pola Aktifitas: Melakukan aktivitas rumah tangga
B. Data Objektif
- K/u : Baik, Kesadaran : Composmentis
- TD : 184/100mmHg, N : 107 x/m, R: 22 x/m, S : 36,8oC , SpO 99%
- BB Sebelum hamil : 60 kg, BB sekarang : 70 kg, TB : 157 cm,IMT
28,40 obesitas, Lila 27,5 cm
- TP : 01-03-2022
- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi head to toe Normal tidak ada kelainan
Ekstremitas Atas : Simetris, oedem (-), kuku tidak pucat
Ektremitas Bawah : Simetris, oedem (+), varices (-)
Reflek Patela : (+)
Abdomen : Leopold I : TFU 3 jari bwah PRX (MD 32 cm)
Leopold II : Pu-ka
Leopold III: Let-Kep
Leopold IV: Divergen
TBBJ : 3255 gram
Genetalia : Tidak ada kelainan
VT : Tidak ada pembukaan
- Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab : HB 12,1 gr/dl,Protein Urin +2, Rapid Atigen Negatif
C. Assesment
Diagnosa : Ny. J usia 20 tahun G1 P0 A0 Hamil 39 minggu Janin
tunggal hidup Intrauterin dengan PEB.
Diagnosa Potensial : Terjadi Eklamsia
Tidakan Segera : Kolaborasi dengan dokter SpOg
Masalah : Cemas dan rasa tidak nyaman pada kaki
Kebutuhan : - KIE tentang PEB
- KIE tentang mengatasi ketidaknyamanan pada kaki
- KIE cara mengatasi rasa cemas

D. Penatalaksanaan
1. Melakukan komunikasi teraupetik : Ibu merespon dengan baik
Rasinalisasi : Proses komunikasi yang baik dapat memberikan
pengerian tingkah laku pasien dalam mengatasi persoalan yang
dihadapi pada tahap perawatan (Mechi,dkk.2019).
2. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa kehamilan ibu
cukup bulan dan ibu mengalami Preeklamsi Berat: Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan dan merasa agak cemas dengan keadaanya.
Rasionalisasi : Diagnosi Preeklamsi merupakan tekanan darah yang
tinggi ( ≥ 160/110 mmhg ,yang disertai dengan kadar protein dalam air
kemih (Proteinuria ≥ +1) dan disertai odem (Penimbunan Cairan),yamg
terjadi pada umur kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah melahirkan, Faktor resiko Preeklamsi antaralain Riwayat
hipertensi,Usia ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun,IMT Obesitas ,Riwayat DM
(Dila Aulia ,dkk.2020).
3. Melakukan Kolaborasi dengan dokter SpOG : Kolaborasi sudah
dilakukan Advis dokter :
- Memasang Infus RL 20 TPM
Rasionalisasi:
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien
dengan memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan infuset
dan abocat,dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit,sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi
parental ( Mochamad Tri & Bambang.2017).
- Bolus IV MgSO4 40% diberikan 10 cc diencerkan dengan 10 cc
aquadest dalam waktu 5 menit.
Rasionalisasi :
Penceghan kejang, termasuk blockade neoromuskuler
perifer,stabilisasi membrane,aktivitas blokir resptor N-metil-D-
aspartat (NMDA),vasodilatasi otak dan aksi pemblokiran saluran
kalsium (Dila Aulia,dkk.2020).
- Lanjutkan MgSo4 melalui syering pump 40% 1 gram/jam diberikan
selama 6 jam.
Rasionalisasi :
Pemberian MgSO4 berfungsi sebagai antikejang pada pasien dengan
preeklamsia diindikasikan untuk melindungi otak (Dila
aulia,dkk.2020).
-Memberikan Methyldopa 500 mg 3x1 (Oral)
Rasional :
Methyldopa adalah angios reseptor adregnergik yang bekerja sentral
menghambat vaksokontriksi dan mengurangi resistensi vascular
sistemik tanpa mengurangi curah jantung ( Dila Aulia,dkk.2020).
- Pro Terminasi Kehamilan
Rencana SC tanggal 23-02-2020 pukul 11.00 wib
Rencana Puasa tanggal 23-03-2022 mulai pukul 03.00 wib
Rasionalisasi:
Jika Preeklamsi berat terjadi pada kehamilan cukup bulan,maka
terminasi kehamilan merupakan pengobatan yang paling baik ,dapat
diakhiri dengan SC atau induksi persalinan jika terdaoat factor-faktor
yang menyebabkan tindakan tersebut harus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janin ( Alfianti d. & Nina.2019).
- Menyiapkan dan memasang kateter
Rasionalisasi:
Pemasangan Kateter dilakukan sebagai tindakan untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi pada pasien yang tidak memiliki kemampuan
mobilisasi ,pasien dengan kondisi kronis dan pasien yang akan
dilakukan tindakan pembedahan (Andika,dkk. 2018).
4. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi Rumah sakit untuk pemberian
nutrisi pasien : Kolaborasi ahli gizi sudah dilakukan pasien
mendapatkan diet rendah garam
Rasionalisasi:
Dieet Rendah garam adalam makanan dengan cara membatasi atau
menghindari garam natrium.Konsumsi natrium yang berlebihan
menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraceluler
meningkat,tujuan diet rendah garam adalah ; membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi ( ratih & Ihda
M.2018).
5. Mengajari ibu dan keluarga untuk melakukan pijat Swedia (Foot
massage) untuk mengatasi ketidaknyaman pada kaki ; ibu dan
keluarga mengerti dan mencoba melakukanya.
Rasionalisasi: Pijat swedia adalah terapi pijat kaki pada ibu hamil
dengan preeklamsia,diterapkan pada otot dan tulang untuk
mempercepat sirkulasi darah. Metode ini bertujuan untuk
mengendurkan jaringan otot dengan memberikan tekanan kearah
yang berlawanan (Ozlem Dogan & Murivvet Baser. 2020).
6.Menganjurkan ibu berdoa untuk mengurangi kecemasan yang
dialami ; Ibu merasakan agak tenang setelah berdoa.
Rasionalisasi:
Dengan berdoa menghasilkan beberapa efek medis dan psikologis
yaitu akan menyeimbangkan keseimbangan kadar serotonin dan
neropineprine di dalam tubuh, dimana fenomena ini merupakan
morfin alami yang bekerja didalam otak serta akan menyebabkan
hati dan pikiran merasa tenang dibandingkan sebelum berdoa
( Kasro. 2019).
7. Mengajurkan ibu dan suami untuk ber KB IUD (Intracaesria IUD)
mengingat usia ibu yang masih muda dan resiko kehamilan sekarang
dengan SC; Ibu dan suami bersedia dilakukan pemasangan IUD pada
saat SC.
Rasionalisasi :
Penerapan KB pascasalin IUD (Intracaesaria IUD) sangat penting
karena kembalinya kesuburan pada seorang ibu setelah melahirkan
tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi sebelum siklus
haid ,kontrasepsi seharusnya sudah digunakan sebelum aktifitas
seksual dimulai (Endang.2017).
8. Melakukan Pendokumentasian ; Dokumentasi dalam Bentuk
SOAP
Rasionalisasi:
Bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan yang berguna untuk
kepentingan klien,bidan,dan tim kesehtan lainnya dalam
memberikan pelayanan kebidanan ( Dokumentasi Kebidanan,
Kemenkes.2017).
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada Ny.J idetifikasi


data dasar ditemukan kedaan klien mengeluh ada rasa nyeri diperut bagian
bawah, tidak ada keluar lender darah dan air-air,ibu mengatakan agak
sedikit pusing dan kaki bengkak . Pada hasil pemeriksaan ditemukan
tanda-tanda preeklamsi berat yaitu tekanan darah klien 184/100
mmhg,nadi 107 x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36,8º C dan IMT 28,4
obesitas dan hasil laboratorium Protein urine +2,HB 12,7 gr/dl, Reflek
Patela (+) .
Manajemen kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan
yang didukung dan ditunjang oleh data subjektif dan objektif dari hasil
pengkajian dan pemeriksaan yang didapat pada dengan diagnosa Ny J usia
20 tahun G1 P0 A0 hamil 39 minggu janin tunggal hidup dengan
PEB ,masalah yang dialami klien yaitu cemas dan ketidaknyamanan pada
kaki, kebutuhan yang diberikan kepada klien yaitu KIE tentang PEB , KIE
tentang mengatasi ketidaknyamanan pada kaki dan KIE cara mengatasi
rasa cemas.
Memberikan asuhan kebidanan berdasarkan tujuan dan kriteria
yang akan dicapai,adapun asuhan yang diberikan adalah menjelaskan
tentang Preeklamsi pada ibu dan keluarga, melakukan kolaborasi dengan
dokter SpOG dan menjelaskan tentang advis dokter untuk dan tindakan
medis apa saja yang akan dilakukan, melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi rumah skait untuk pemenuhan nutrisi diet rendah garam,
Menganjurkan ibu dan keluarga untuk melakukan foot massage (Pijat
Swedia) untuk mengatasi ketidaknyamanan pada kaki ,Menganjurkan ibu
berdoa untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi dan ibu sudah
merasakan sedikit tenang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada Ny “J” dengan Asuhan kebidanan dengan
Preeklamsi Berat dilakukan dengan teknik pendekatan manajemen asuhan
kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah
ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan
tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.

B. Saran
1. Bagi Klien
Diharapkan dapat melaksanakan segala anjuran yang diberikan dan dapat
mengaplikasikannya sebagai upaya untuk mengatasi keluhan yang dirasakan
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan literatur untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran dalam asuhan
kebidanan berdasarkan evidence based midwifery pada Klien dengan PEB.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan berdasarkan evidence
based midwifery pada Klien dengan PEB.
4. Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa dalam
meningkatkan proses pembelajaran dan asuhan kebidanan berdasarkan
kajian langsung dengan klien serta penerapan asuhan berdasarkan evidence
based midwifery pada Klien dengan PEB.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H., Yudho Prabowo, A., & Rodiani, R. (2017). KEHAMILAN ATERM
DENGAN DISTOSIA BAHU. MEDULA, medicalprofession journal of
lampung university, 7(4), 1-7.

Ambarwati, dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anggraini, N. D., Fuziah, N. A., Kristianingsih, A., & Sanjaya, R. (2020). Faktor
yang berhubungan dengan kejadian perdarahan post partum pada ibu
bersalin. Wellness And Healthy Magazine, 2(2), 259-268.

Armawan, E. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Jakarta).

Cholifah, C. (2017). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hiperbilirubinemia


di RS Muhammadiyah Gersik. Jurnal Kebidanan Midwiferia, 3(1), 14-
25.

Diflayzer, D., Syahredi, S. A., & Nofita, E. (2018). Gambaran Faktor Risiko
Kegawatdaruratan Obstetri pada Ibu Bersalin yang Masuk di Bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Rasidin Padang Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(3), 634-640.

Forte, H. O. W. R. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi Fisiologi Bersalin. yayasan


essentia medica (Yem).
Grobman, W. (2013). Shoulder dystocia. Obstetrics and Gynecology Clinics of
North America, 40(1), 59–67. https://doi.org/10.1016/j.ogc.2012.11.006
Hill, M. G., & Cohen, W. R. (2016). Shoulder dystocia: Prediction and
management. Women’s Health (London, England), 12(2), 251–261.
https://doi.org/10.2217/whe.15.103
Imelda, A., & Putriana, Y. (2018). Penanganan Awal Kejadian Preeklamsia
Berat dan Eklampsia Salah Satu Rumah Sakit di Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13, 203.
https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.930

Inglis, S. R., Feier, N., Chetiyaar, J. B., Naylor, M. H., Sumersille, M.,
Cervellione, K. L., & Predanic, M. (2011). Effects of shoulder dystocia
training on the incidence of brachial plexus injury. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 204(4), 322.e1-6.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2011.01.027

Manuaba, I. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC.
Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Maryunani, A. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Trans


Info Media.
Prasetyowati, P., Herlina, H., & Ridwan, M. (2016). HUBUNGAN BBLR DAN
ASFIKSIA DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA DI
RUANG NEONATUS RSUD A. YANI KOTA METRO. Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai, 9(2), 7-13.
Rayuna, M. S., Andini, H. Y., & Virosi, D. (2020). Hubungan Preeklamsia Berat
(PEB) Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Kelas B
Kabupaten Subang Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Aeromedika, 6(2),
33-40.
Setyarini, D. I., & Suprapti. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan:
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sofian, A. (2015). Rustam Mochtar sinopsis obstetri: Obstetri fisiologi, obstetri
patologi. Jakarta ; EGC, 2012.
Sujiyatini. (2019). Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika.
Walyani, E. S. dan Purwoastuti, T. E. (2015). Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Ustufina hasanah, Herviza W., (2020) Pemanfaataan Daun Kopi (Kawa Daun)
sebagai Penurun tekanan Darah Tinggi Pada Akseptor
KB.Keskom.2020;6(#): 292-297
Widianti, D., Mahardhika, Z. P., Oktavian, A. R., Wigati, A. A., Putri, M. K.,
Fauziah, M. S., ... & Setiowati, S. R. (2021). Pengaruh Penyuluhan terhadap
Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Wanita di Era Pandemi
COVID-19. CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of
Indonesia Journal, 2(1), 125-131.

Anda mungkin juga menyukai