Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu yang hendak dicapai oleh World Health Organization

(WHO) yang telah dirumuskan dalam pertemuan Alma Alta tahun 1978

ada;ah mencapai sehat semua di tahun 2000, yang lebih dikenal dengan

health for all by year 2000. Untuk, mencapai tujuan itu, berbagai program

dengan berbasis Primary Health Care telah dilaksanakan untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Beberapa indicator yang digunakan oleh

untuk mengukur tingkat keberhasilan program-program tersebut, antara

lain angka kematian Bayi (AKB), angka kematian maternal atau angka

kematian ibu (AKI). WHO memperkirakan terdapat sekitar 585.000

kematian ibu setiap tahunnya yang disebabkan komplikasi kehamilan,

persalinan, dan nifas dimana sebagian dapat di cegah.

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan

masalah yang besar di Negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.

Sebagian besar kematian wanita hamil disebabkan komplikasi karena

hamil, bersalin dan nifas.

Kehamilan dan persalinan yang normal merupakn hal diinginkan

wanita. Persalinan pada umumnya berlangsung pada usia kehamilan 37-

42 minggu. Pada beberapa wanita mengalami persalinan sebelum

waktunya atau melebihi hari perkiraan lahir. Pada kasus posterm dalam

1
kehamilan, intervensi yang umum dilakukan dengan cara termisasi

kehamilan secara induksi maupun dengan tindakan operatif.

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melampaui usia 292

hari (42 minggu) dengan gejala kemungkinan komplikasinya. Komplikasi

dapat terjadi pada ibu dan janin, komplikasi pada janin diantaranya adalah

oligohidramnion yang mengakibatkan asfiksia dan gawat janin

intrauterine, dan aspirasi air ketuban disertai meconium yang

mengakibatkan gangguan pernafasan janin dan gangguan sirkulasi bayi

setelah lahir. Penyebab terjadinya kehamilan lewat waktu adalah

ketidakpastian tanggal haid terakhir, terdapat kelainan kongenital

ansefalus, dan terdapat hypoplasia kelenjar adrenal (Manuaba,2012).

Kekhwatiran dalm menghadapi kehamilan lewat waktu salah satunya

meningkatkan resiko kematian dan kesakitan perinatal.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

pengkajian khusus melalui laporan kasus ini yang berjudul Laporan Studi

Kasus di Ruang Poli KIA Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada

Kabupaten Tana Toraja.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah apakah yang di

maksud dengan kehamilan posterm apa saja yang menyebabkan terjadinya

kehamilan posterm serta bagaimana rencana tindakan dan bagaimana

penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kehamilan posterm ?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologi

dengan posterm di Ruang Poli KIA Rumah Sakit Umum Daerah

Lakipadada Kabupaten Tana Toraja

2. Tujuan Khusus

Di harapakan setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu

hamil patologi dengan Serotinus,penulis mampu:

a. Untuk mengetahui pengkajian data subjektif pada Ny.”S”

dengan kehamilan posterm di Rumah Sakit Umum Daerah

Lakipadada tanggal 22 Februari 2020.

b. Untuk mengetahui pengkajian data objektif pada Ny.”S” dengan

kehamilan posterm di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada

tanggal 22 Februari 2020.

c. Untuk menganalisa kasus pada Ny.”S” dengan kehamilan

posterm di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada tanggal 22

Februari 2020.

d. Untuk mengetahui penatalaksanaan kasus pada Ny.”S” dengan

kehamilan posterm di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada

tanggal 22 Februari 2020.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan

1. Defenisi kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan &

hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo,2012)

Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu trimester perrtama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan

keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai

9 bulan.

2. Tujuan asuhan masa kehamilan

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mepertahankan kesehatan fisik, mental, dan

social ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mingkin terjadi selam hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

4
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan kelaurga dalam menrima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

(Prawirihardjo,2012).

B. Tinjauan tentang Kehamilan Posterm

1. Pengertian

Kehamilan posterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan

lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy,

extended pregnancy, postdate/post datisme atau pasca maturitas.

Menurut WHO 1977 kehamilan posterm adalah kehamilan yang

berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak

hari pertama haid terakhir (HPHT) menurut rumus Neagle dengan

siklus haid rata-rata 28 hari.

2. Etiologi kehamilan posterm

Penyebab pasti dan proses terjadinya kehamilan posterm sampai

saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Teori-teori yang

pernah diajukan untuk menerangkan peneyebab terjadinya

kehamilan posterm antara lain (Winkjosastro,2002)

a. Teori progesterone. Berdasarakan teori ini diduga bahwa

terjadinya kehamilan posterm adalah karena masih

berlangsungnya pengaruh progesterone melewati waktu

semestinya.

5
b. Teori oksitosin. Rendahnya pelepasan oksitosin dari

neurohipofisis wanita hamil pada usia kehamilan lanjut di duga

sebagai salah satu factor penyebab terjadinya kehamilan

posterm

c. Teori kortisol /ACTH janin. Kortisol janin akan mempengaruhi

plasenta sehingga produksi progesterone berkurang dan

memperbesar sekresi estrogen. Proses ini selanjutnya

berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.

Pada kasus-kasus kehamilan dengan cacat bawaan janin seperti

ansepalus atau hypoplasia adrenal, tidak adanya kelenjar

hipofisis janin akan meyebabkan kortisol janin tidak diproduksi

dengan baik sehingga kehamilan berlangsung lewat bulan.

d. Teori saraf uterus. Berdasarkan teori ini,diduga kehamilan

postermpada keadaan tidak terdapatnya tekanan pada ganglion

sevikalis dari pleksus Frankenhauser yang membangkitkan

kontraksi uterus, seperti pada keadaaan kelainan letak, tali pusat

pendek, dan masih tingginya bagian terbawah janin.

3. Patofisiologi

Pada kehamilan posterm terjadi berbagai perubahan baik pada

cairan amnion plasenta, maupun janin. Pengetahuan mengenai

perubahan-perubahan tersebut dapat dijadikan dasar untuk

mengelolah kasus persalinan posterm.

6
a. Perubahan pada plasenta

Disfungsi plasenta merupakan factor penyebab terjadinya

komplikasi pada kehamilan posterm dan meningkatnya resiko

pada janin. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada

kehamilan 38 minggu dan kemudian menurun terutama setelah

42 minggu. Rendanya fungsi plasenta ini berkaitan dengan

peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 2-4 kalai lebih

tinggi. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan

kadar estriol pada plasenta laktogen.

Peningkatan penimbunan kalsium pada plasenta sesuai

dengan progresivitas plasenta. Proses degenerasi jaringan

plasenta yang terjadi seperti edema, timbunan fibrinoid,

fibrosis, thrombosis intervili, spasme arteri spiralis dan infark

villi. Selaput vaskulosinsialmenjadi lebih tebal dan jumlahnya

berkurang. Keadaan ini dapat menurunkan metabolism transport

plasenta. Transport kalsium tidak terganggu tetapi aliran

natrium, kalium, glukosa, asam amino, lemak dan gamma

globulin mengalami gangguan sehingga janin akan mengalami

hambatan pertumbuhan dan penurunan berat janin.

(Cuningham, 2001).

b. Oligohidramnion

7
Pada kehamilan posterm terjadi perubahan kualitas cairan

amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia

kehamilan 38 minggu, yaitu sekitar 1000 ml dan menurun

menjadi sekitar 800 ml pada usia kehamilan 40 minggu.

Penurunan cairan amnion berlangasung terus menjadi sekitar

480 ml, 250 ml hingga 160 ml pada usia kehamilan 42, 43, dan

44 minggu (Cuningham,2001).

Penurunan jumlah cairan amnion pada kehamilan posterm

berhubungan denagn penurunan produksi urin janin. Dilaporkan

bahwa berdasarkan pemriksaan dopler pada kehamilan posterm

terjadi peningkatan ha mbatan aliran darah arteri renalis janin

sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah urin janin dan

pada akhirnya oligohidramnion.

c. Perubahan pada janin

Bila terjadi perubahan anatomic yang besar pada plasenta,

maka terjadi penurunan berat janin. Namun seringkali pula

plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin

bertambah terus sesuai bertambahnya umur kehamilan. Resiko

persalianan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada

kehamilan posterm meningkat 2-4 kali besar.

Selain resiko pertambahan berat badan yang berlebihan,

janian kehamilan posterm juga mengalami berbagai perubahan

fisik khas disertai dengan gangguan pertumbuhan dan dehidrasi

8
yan disebut dengan sindrom posterm. Perubahan-perubahan

tersebut antara lain, penurunan jumlah lemak subkutan, kulir

menjadi keriput, dan hilang vrniks caseosa dan lanugo. Keadaan

ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan

cairan amnion. Perubahan lainnya yaitu, rambut panjanng, kuku

panjang, serta warna kulit kehijauan atau kekuningan karena

terpapar mekonium. Namun demikian, tidak semua neonatus

kehamilan posterm menunjukkan tanda postmaturitas

tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20%

neonates dengan tanda postmatur pada kehamilan posterm.

Tanda poster dibagi dalam 3 atadium (Winkjosastro 2002).

Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi

berupa kulit kering, rapuh dan mudah

mengelupas.

Stadium II : gejala diatas disertai pewarnaan meconium

pada kulit.

Stadium III : pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali

pusat.

4. Diagnosis kehamilan posterm

Meskipun diagnosis kehamilan posterm berhasil ditegakkan pada

4-19% dari seluruh kehamilan , sebagian diantaranya kenyataanya

tidak terbukti oleh karena kekeliruan dalam menentukan usia

kehamilan. Oleh sebab itu , pada penegakan diagnosis kehamilan

9
posterm, informasi yang tepat mengenai lamanya kehamilan

menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan karena semakin lama

janin berada di dalam uterus maka semakin besar pula resiko bagi

janin dan neonates untuk mengalami morbiditas maupun mortalitas.

Namun sebaliknya pemberian intervensi terminasi secara terburu-

buru juga bisa memberikan dampak yang merugikan bagi ibu

maupun janin.

a. Riwayat haid

Pada dasarnya, diagnosis kehamilan posterm tidaklah sulit

untuk ditegakkan apabila keakuratan HPHT ibu bisa dipercaya.

Diagnosis kehamilan posterm berdasarakan HPHT dapat

ditegakkan sesuai dengan defenisi yang dirumuskan oleh

American College of Obstetricians and Gynekologist (2004),

yaitu kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294

hari ) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir

(HPHT).

Permasalahan sering timbulnya apabila ternyata HPHT ibu

tidak akurat atau tidak bisa dipercaya. Menurut Mochtar et.al

(2004), jika berdasarkan riwayat haid, diagnosis posterm

memiliki tingkat keakuratan hanya 30%. Riwayat haid dapat

dipercaya jika telah memenuhi beberapa kriteria yaitu (1) ibu

harus yakin betul dengan HPHT-nya; (2) siklus 28 hari dan

10
teratur; (3) tidak minum pil anti hamil setidaknya 3 bulan

terkahir (Winkjosastro,2002).

b. Riwayat pemeriksaan antenatal

Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sesudah

terlambat haid 2 minggu maka dapat diperkirakan kehamilan

telah berlangsung 6 minggu.

Gerak janin pada umumnya dirasakan ibu pada umur

kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar

umur kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida pada

16 minggu. Keadaan klinis yang ditemukan ialah gerakan janin

yang jarang, yaitu secara subjketif kurang dari 7 kali/20 menit,

atau secara objektif dengan CTG kurang dari 10 kali/20 menit.

Dengan stetoskop Laenec DJJ dapat didengar mulai umur

kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat

terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.

c. Tinggi fundus uteri

Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri

dalam sentimeter (cm) dapat bermanfaat bila dilakukan

pemeriksaan secara berulang setiap bulan. Lebih dari 20

minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan

secara kasar

d. Pemeriksaan USG

11
Penggunaan pemeriksaan USG untuk menetukan usia

kehamilan telah banyak menggantikan metode HPHT dalam

mempertajam diagnose kehamilan posterm. Beberapa penelitian

terdahulu telah membuktikan bahwa penentuan usia kehamilan

melalui pemeriksaan USG memiliki tingkat keakuratan yang

lebih tinggi dibanding dengan metode HPHT.

Semakin awal pemriksaan USG dilakukan, maka usia

kehamilan yangdidapatkan akan semakin akurat sehingga

kesalahan dalam mendiagnosa kehamilan posterm akan semakin

rendah. Tingkat kesalahan estimasi tanggal perkiraan persalinan

jika berdasarkan pemeriksaan USG trimester I adalah + 4 hari

dari taksiran persalianan. Pada usia kehamilan antara 16- 26

minggu, ukuran diameter biparital dan panjang femur

memberikan ketepatan + 7 hari dari taksiran persalianan.

Pemeriksaan usia kehamilan berdasarkan USG pada

trimester keakuratan yang lebih rendah disbanding metode

HPHT maupunUSG trimester I dan II. Pemeriksaan sesaat

setelah trimester III dapat dipakai untuk menentukan berat

janin,keadaan air ketuban ataupunkeadaan plasenta yang

berkaitan dengan kehamilan posterm, tetapi sukar untuk

menentukan usia kehamilan.

5. Penatalaksanaan

12
Sampai saat ini pengelolaanya masih banyak perbedaan

pendapat. Masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan

kehamilan posterm antara lain karena pada beberapa penderita, usia

kehamilan tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat sehingga janin

bisa belum matur sebagaimana yang diperkirakan. Selain itu, saat

usia kehamilan mencapai 42 minggu, pada + 70% penderita

didapatkan serviks belum matang dengan skor Bishop rendah

sehinnga tingkat keberhasilan induksi menjadi rendah. Oleh karena

itu , setelah diagnosis kehamilan posterm ditegakkan, permasalahan

yang harus dipecahkan selanjutnya adalah apakah dilakukan

pengelolaan secara aktif dengan induksi ataukah sebaliknya

dilakukan secara ekspektatif dengan pemantauan dengan terhadap

kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun secara biokimia

sampai persalinan berlangsung dengan spontan atau timbul indikasi

untuk mengakhiri kehamilan.

Skor Bishop > 8 memberikan kemungkinan keberhasilan induksi

persalinan yang tinggi. Sementara itu, skor skor Bishop < biasanya

menunjukkan keadaan serviks yang belum matang sehingga

membutuhkan pematangan serviks yang bisa dilakukan secara

farmakologis (prostagalandin, nitrit oksida) ataupun tehnik (kateter

transervikalis, dilator higroskopis (Cuningham 2010).

Oksitosin adalah zat yang paling sering digunakan untuk induksi

persalinan dalam bidang obstetric. Induksi persalinan dengan

13
dengan oksitosin yang diberikan melalui infus ternyata efektif dan

banyak dipakai. Terdapat berbagai macam metode induksi dengan

menggunakan drips oksitosin baik yang menggunakan dosis rendah

maupun tinggi.

Biasanya kontraksi uterus yang adekuat akan dicapai dengan

dosis oksitosin 20 tetes/menit. Apabila dengan pemberian dosis

oksitosin 30-40 tetes/menit tidak didapatkan his yang adekuat ,

maka induksi tak perlu kagi dilanjutkan. Pemberian dengan dosis

yang lebih besar akan menyebabkan ikatan oksitosin dan sebaiknya

dilaksanakan di Rumah Sakit dengan pelayanan operatif dan

neonatal yang memadai.

Menurut Mochtar et al (2004) pengelolaan persalinan pada

kehamilan posterm mencakup:

a. Pemantauan yang baik terhadap kontraksi uterus dan

kesejahteraan janin. Pemakaian alat monitor janin secara

kontinu sangat bermanfaat.

b. Persiapan oksigen dan tindakan sektio sesarea bila sewaktu-

waktu terjadi kegawatan janin.

c. Cegah aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah

neonatus dan penghisapan pada tenggorokan saat kepala lahir

dilanjutakan resusitasi sesuai prosedur pada janin dengan cairan

ketuban bercampur mekonium.

14
BAB III

STUDI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE
PADA NY.”S” DENGAN KEHAMILAN POSTERM
DI RUANG ANGGREK RSUD LAKIPADADA
KABUPATEN TANA TORAJA
TANGGAL 22 FEBRUARI 2020

No.Register : 15 25 10

Tanggal Berkunjung : 22-02- 2020 Pukul 09.45 wita

Tanggal Pengkajian : 22 - 02- 2020 Pukul 10.00

Pengkaji : Titin Tajuddin

Identitas Istri /suami

Nama : Ny.”S” / Tn.”D”

15
Umur : 27 tahun / 35 tahun

Nikah /lamanya : I kali /4 tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMP

Alamat : Lando Kadawang, Baroko Enrekang

A. Subjektif

1. Ibu ingin memeriksakan kehamilannya

2. Ibu cemas akan keadaannya

3. Ibu hamil kedua dan tidak pernah keguguran

4. HPHT : 9 - 5 – 2019

5. Pergerakan janinnya dirasakan sejak bulan oktober 2019 sampai

sekarang

6. Ibu hamil sembilan bulan lebih

B. Objektif

1. Keadaan umum baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan TTV:

TD : 110/70 mmhg

N : 88x/menit

S : 36,2 oC

16
P : 20x /menit

4. Berat badan saat ini : 58 kg

Berat badan sebelum hamil ; 50 kg

Tinggi badan : 168 cm

LILA : 25 cm

HPL : 16 – 2 - 2020

5. Wajah tidak pucat, tidak ada oedem

6. Konjungtiva merah muda

7. Payudara simetris kiri kanan, tidak benjolan dan tidak ada kolostrum

8. Abdomen

Leopold I : 3 jbpx/TFU 34 cm, teraba bokong (bulat lembek)

Leopold II : puka

Leopold III : Kepala

Leopold IV : BDP

Lingkar perut : 102 cm

TBJ : 3468 gram

Aukultasi DJJ : 146 x/menit jelas dan teratur

9. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Haemoglobin : 10 gr/%

USG : janin tunggal, hidup

: letak kepala

17
: usia kehamilan 43-44 minggu

: air ketuban kurang dan keruh

C. Analisa

Berdasarkan hasil anmnese dan pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan

penunjang melalui USG pada ibu maka Ny “S” di diagnosa G2 P1 A0

umur kehamilan 43 – 44 minggu dengan kehamilan posterm.

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa umur

kehamilannya lewat bulan.

Ibu mengerti dan menerima keadaannya.

2. Menganjurkan ibu untuk rawat inap

Ibu mengerti dan bersedia untuk rawat inap

3. Menganjurkan ibu untuk menghitung pergerakan janinnya

Ibu mau melakukannya

4. Memberikan support pada ibu

Ibu bersemangat atas dukungan yang diberikan

5. Menjelaskan tentang persiapan persalinan

Ibu mengerti dan tentang apa yang disampaikan dan segera

menyiapkannya.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kesesuaian antara tinjauan

teori dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus kehamilan posterm

berdasarkan pengkajian pada Ny.”S “ yang dilakasanakan di Ruang Poli KIA

Rumah Sakit Umum Lakipadada Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 22

Februari 2020 dalam studi kasus ini dilakukan dalam bentuk SOAP.

A. Subjektif

Kehamilan posterm adalah kehamilan kehamilan yang berlangsung

lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari pertama haid

terakhir (HPHT) menurut rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28

hari.

Dalam kasus ini diketahui Ny.” S “ pada pengkajian anamneses di

temukan masalah utama yaitu pasien mengeluh kehamilannya lewat bulan.

HPHT tanggal 9-05-2019. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara

tinjauan teori dengan kasus yang dialami oleh Ny.’S “ bahwa kehamilan

19
posterm berdasarkan HPHT yaitu kehamilan yang berlangsung lebih dari

42 minggu yang terhitung sejak hari pertama haid terkahirnya.

B. Objektif

Berdasarkan teori tentang penegakkan diagnosis kehamilan posterm

melalui pemriksaan Ultrasonografi (USG) untuk menentukan usia

kehamilan telah banyak menggantikan metode HPHT dalam mempertajam

diagnosis kehamilan posterm. Pemeriksaan sesaat setelah trimester III

dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban ataupun

keadaan plasenta yang berkaitan dengan kehamilan posterm.

Dari data subjektif pada kasus Ny “S” terdapat hasil pemeriksaan USG

di dapat hasil yaitu usia kondisi air ketuban kurang dan keruh.

Hal ini menunjukkan kesesuaian antara teori dengan kasus pada Ny.

“S” bahwa pemeriksaan USG sangat akurat dalam penegakan diagnosis

kehamilan posterm.

C. Analisa

Pada kasus Ny”S” diagnosa aktual yang teridentifikasi adalah

kehamilan posterm. Diagnosa ini sesuai berdasarkan HPHT sesuai dengan

defenisi yang dirumuskan oleh American College of Obstetricians and

Gynekologist (2004), yaitu kehamilan yang berlangsung lebih dari 42

minggu (294 hari ) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir

(HPHT) (Cuningham,2001).

Pemeriksaan USG untuk menetukan usia kehamilan telah banyak

menggantikan metode HPHT dalam mempertajam diagnose kehamilan

20
posterm. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa

penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG memiliki tingkat

keakuratan yang lebih tinggi dibanding dengan metode HPHT.

Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus.

D. Penatalaksanaan

Setelah diagnosis kehamilan posterm ditegakkan, permasalahan yang

harus dipecahkan selanjutnya adalah apakah dilakukan pengelolaan

secara aktif dengan induksi ataukah sebaliknya dilakukan secara

ekspektatif dengan pemantauan dengan terhadap kesejahteraan janin,

baik secara biofisik maupun secara biokimia sampai persalinan

berlangsung dengan spontan atau timbul indikasi untuk mengakhiri

kehamilan.

Pada kasus Ny.”S” dengan kehamilan posterm penalaksanaan yang

dilakukan adalah :

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

2. Menganjurkan ibu untuk rawat inap

3. Menganjurkan ibu untuk menghitung pergerakan janinnya

4. Menjelaskan tentang persiapan persalinannya.

Berdasarakan penatalaksanaan pada Ny.”S” dengan kehamilan

posterm menunjukkan bahwa pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu

21
pada penatalaksanaan yang direkomendasikan dalam teori sehingga dapat

disimpulkan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari tinjauan teori dan pengalaman langsung

dilahan praktik studi kasus tentang kehamilan posterm ,maka penulis dapat

menyimpulkan :

1. Pada pengkajian kehamilan posterm pada Ny.”S “ melalui anamneses

diperoleh bahwa kehamilannnya sudah menghampiri 10 bln dan HPHT

ibu tanggal 9-05-2019.

2. Pengumpulan data objektif pada Ny.”S” dengan USG didapatkan hasil

air ketuban kurang dan keruh

3. Pada kasus Ny.”S” diagnose aktual yang teridentifikasi adalah

kehamilan posterm

22
4. Pelaksanaan tindakan untuk kasus Ny.”S” dilakukantindakan secara

komprehensif untuk mengatasi masalah actual dengan tetap mengacu

pada teori.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian maka dapat disarankan hal-hal yang

terkait untuk mencegah terjadinya adalah dengan memberikan penyuluhan

kepada ibu hamil bahwa ibu agar selalu memriksakan kehamilannya agar

terhindar dari kehamilan posterm.

DAFTAR PUSTAKA
Cuningham. F.G et al. 2001. Posterm pregnancy Williams Obstetri. Edisi 21. Mc
Graw Hill
Manuaba. Ida Bagus. 2012. Tehnik Operasi Obstetri dan Keluarga Berencana :
Trans Info Media. Jakarta
Prawirohardjo,Sarwono.2014.Ilmu Kebidanan.Jakarta :Pt Bina Pustaka .Edisi
Keempat .

Winkjosastro , 2007, Ilmu Kebidanan ; YBSP

Rustam, Mochtar . 2002 Sinopsis Obstetri. Edisi2 EGC. Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai