Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

ASUHAN KEPERAWATAN POST MATUR

DISUSUN OLEH:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


ITEKES CENDEKIA UTAMA
KUDUS
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk
kegawatdaruratan medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin.
Postmatur adalah usia kehamilan lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari menstruasi
pertama (Sarwono,2008 dalam Anggraeni E.D, 2019). Kejadian kehamilan lewat waktu
sulit ditentukan karna hanya sebagian kecil pasian yang mengingat tanggal menstruasi
pertamanya dengan baik, mereka menganggap wajar, bahkan ada yang menyakini bahwa
semakin tua kehamilan maka janin yang akan dilahirkan semakin pintar dan semakin
sehat (Forte,2010 dalam Anggraeni E.D, 2019).
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10% bervariasi antara 3,5%-
14%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record (Rekam Medik) di RSIA
Pertiwi Makassar pada tahun 2011 diperoleh jumlah ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya 4477 sedangkan kehamilan serotinus 110 kasus (2,48%). Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 213 kasus dan pada 2012
mengalami peningkatan kejadian hamil dengan serotinus sebanyak 223 kasus
(Jofan,2015). Menurut data yang diperoleh dari rekam medic Rumah Sakit IV Slamet
Riyadi pada tahun 2014 jumlah sectio caesarea adalah 215 orang dengan indikasi
serotinus sebanyak 53 orang (18,50%). Dari hasil study pendahuluan di Rumah Sakit
DTK Sidoarjo pada bulan juli sampai September didapatkan data 79 kasus yaitu post date
dengan partus normal sejumlah 4 dan dengan tindakan medis sectio caesarea ada 75
kasus post date di Rumah Sakit tersebut. Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai
saat ini belum kita ketahui. Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui
pasti, kelainan pada janin sehingga tidak ada kontraksi. Serta juga pengaruh produksi
kadar hormon progesterone yang menurun karena peningkatan kadar kortisol plasma
janin yang secara tibatiba, bayi postmatur risiko terhadap kematian karena fungsi plasenta
memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen
dari plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta, akibatnya terjadi gangguan
suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intra uteri.
Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorbs Keadaan-
keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Kehamilan postterm
mempunyai risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian
perinatal (antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium
dan asfiksia.Juga dapat mengakibatkan kurang nutrisi pada janin dan yang paling parah
bisa mengakibatkan kematian janin.(Prawirohardjo,2009 dalam Anggraeni E.D,2019).
Kehamilan postterm dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12
minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai28 minggu ) dan 2 kali
trimester ke tiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan
7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter
mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus
yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter
kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.Untuk itu perlu diketahui dengan
tepat tanggal hari pertama haid terakhir seseorang (calon) ibu itu.

B. Tujuan
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas melalui pendekatan
proses keperawatan.
2. Mengetahui konsep teori tentang post matur
3. Mengetahui konsep asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
meliputi:
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan post matur
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan post matur
c. Perencanaan keperawatan pada klien dengan post matur
d. Implementasi keperawatan pada klien dengan post matur
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan post matur
BAB II
KONSEP TEORI

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus
haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008). Sedangkan menurut Manuaba
(1999), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40
minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir
Kehamilan postdate atau post matur adalah kehamilan lewat bulan dengan dengan
kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus
haid teratur rata-rata 2 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti.
Diagnosis usia kehamilan lebih dari 42 minggu (Nugroho, 2017 dalam
Khoirunnisyah, 2021).
2. Etiologi
Menurut Nita dan dwi 2013 dalam Khoirunnisyah, 2021
a. Penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal umumnya tinggi.
b. Pada kasus insufiensi plasenta / adrenal janin, hormone procusor yaitu
isoandrosteron sulfat di ekskresikan dalam cukup tinggi konversi menjadi
estradiol dan secara langsung estriol di dalam plasenta contoh klinik mengenai
defisiensi prekosor estrogen adalah anensefalus. Dalam teori ini diajukan
bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin,
diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin
akan memperngaruhi plasenta sehingga prosuksi progresteron berkurang dan
memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti
anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada
janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
c. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang.
d. Faktor lain adalah hereditas, karena postmatur/postdate/postterem sering di
jumpai pada suatu keluarga tertentu.
3. Patofisiologi
Permasalahan dari kehamilan postdate yaitu plasenta tidak sanggup memberikan
nutrisi dan pertukaran CO2 atau O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia
sampai kematian dalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah menuju
sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat, terjadi
perubahan
metabolisme janin, air ketuban berkurang dan makin kental, sebagian janin
bertambah berat, sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, berkurangnya
nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat
meninggal dalam rahim, saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
(Manuaba, 2010).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas,
tubuhpanjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua,
kuku panjang, talipusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya padakehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus
mengalami penurunan. Pada kehamilanpostterm dapat terjadi penurunan fungsi
plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin.
Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat
tumbuhterus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat
menyebabkandistosia bahu.Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan
oksitosin sehingga tidak menyebabkanadanya his, dan terjadi penundaan
persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalahplasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2 /O2 sehingga janin mempunyai resiko
asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998). Sindroma postmaturitas
yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic
caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, talipusat selaput
ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya padakehamilan
34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan
gawat janin.Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin
postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia)
dan dapat menyebabkan distosia bahu
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan telah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara obyektif dengan
KTG kurang dari 10 kali/ 20 menit
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat bulan yaitu terbagi menjadi:
1) Stadium I, kulit kehilangan warna koseosa dan terjadi mesarasi sehingga
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2) Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium.
3) Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit, dan tali pusat (Nita dan Norma 2013; Khoirunnisa,2021)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligahidramnion, derajat maturitas
plasenta. Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil
pemeriksaan USG pada trimester pertama. Pada trimester pertama
pemeriksaan panjang kepala-tunggingn (crown-rump length/CRL)
memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan
pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat digunakan untuk menentukan
berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering
berhubungan dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia
kehamilan.
b. KTG (Kardiotokografi) untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi (tes tanpa tekanan dinilai
reaktif atau tidak ada dan tes tekanan oksitosin). Pemeriksaan sitology dengan
indeks kariopiknotik (Nita dan Norma 2013; Khoirunnisa,2021)
7. Penatalaksanaan
a. UK > 40 minggu yang penting adalah monitoring 1 janin sebaik-baiknya
b. Apabila tidak ada tanda-tanda infusiensi plasenta persalinan spontan dapat
di tunggu dengan pengawasan ketat
c. Lakukanlah pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks. Kalau
sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan ataupun tanpa
amniotomi.
d. Tindakan operasi sectio saesario dapat dipertimbangkan pada (a )
infusiensi matang (b) pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama,
dan terjadi tanda gawat janin (c) primigravida tua, kematian janin dalam
kandungan, preeklamsia, hipertensi menahun, infertilitas dan kesalahan
letak janin. (Nita dan Norma 2013; Khoirunnisa, 2021)

Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain:


1. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang
dapat diberikan antra lain:
a. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya,
pastikan bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah
dihangatkan telah tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada
suhu 22 C, dengan kelembaban relatif 60%-65%.
b. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah
dihangatkan sebelumnya
c. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
d. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan
pindahkan bayi ke ibu
e. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong
dengan selimut yang hangat
2. Resiko cidera
a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin
terhadap kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia
sebelum pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi
d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada
kemampuan infan
e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan
terhadap infan
8. Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan
kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan,
bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan
jangka panjang pada bayi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif
a. Identitas Meliputi nama, jenis kelamin,pekerjaan, status kewarganegaraan,
suku bangsa,pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba dalam bukunya Ilmu Kebidanan,
PenyakitKandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan (1998;
hal 225): Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu, gerak janin
makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali, Berat badan ibu
mendatar atau menurun, Air ketuban terasa berkurang, Gerak janin menurun

c. Riwayat Menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
d. Riwayat Obstetri
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputi kehamilan, persalinan, nifas, anak
serta KByang pernah digunakan. Termasuk didalanya riwayat TT, serta
penyulit yang dialami.
e. Riwayat kehamilan sekarangMengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien
selama kehamilan ini. Digunakansebagai identifikasi masalah pasien.
Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
f. Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
g. Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan factor genetic, sebagai indikasi
penyakit yang diturunkan oleh orang tua.
h. Pola kehidupan sehari-hari
Meliputi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien

Data Objektif:

a. Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien
sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan
menunjukkantidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga
mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
1) Mata: Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu anemia
atautidak,
2) Muka: edema atau tidak
3) Leher apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun
limfe
4) Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau
tumor,tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae,
calostrum),
5) Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan,
luka bekasoperasi,
6) Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta
pengeluaranpervaginam
7) Ekstremitas :Atas maupun bawah tidak oedem

Palpasi
1) Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama
sekali(Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998; hal 225).Dengan
menggunakan cara Leopold:
Leopold I :Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus
(TFU dalam cm) dankemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya, normal
pada fundus teraba bulat,tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah
bokong janin
Leopold II:Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Padadinding perut klien sebelah kiri maupun kanan
kemungkinan teraba, punggung,anggota gerak, bokong atau kepala.
Leopold III:Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut
ibu dan apakah BTJsudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian
bawah perut ibu adalah kepala.
Leopold IV:Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga
panggul dandilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke
PAP

Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama
teratur atautidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan
disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari
160 kali/menit dengan irama tidak teratur.

Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan
vitaminB atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.

Pemeriksaan Penunjang Menurut Mansjoer, Arif.. 2001; hal 275a) yaitu: USG
untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta,
KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin, Penilaian warna air ketuban
dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan,dinilai apakah reaktif
atau tidak dan tes tekanan oksitosin ), Pemeriksaan sitologi vagina dengan
indeks kariopiknotik > 20%.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial (SDKI, 2016). Maka diagnosa
yang muncul :

3. Rencana Keperawatan
Daftar Pustaka

Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Anggraeni E,D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.Z Dengan Diagnosa Medis Post Sectio
Caesarea Dengan Indikasi Postdate Diruang Mawar Rsud Bangil – Pasuruan (Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo).

Khoirunnisa. (2021). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan Lewat Bulan (Postdate) Di Pmb
Hermayanti Rambe Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2021 (Fakultas Kesehatan
Universitas Aufa Royhan Di Kota Padangsidimpuan 2021)

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Indikator Diagnosa Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai