BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
bahwa angka kematian bayi dengan kehamilan postdate semakin meningkat (Manuaba,
2007). Menurut WHO persalinan postterm adalah keadaan yang menunjukkan bahwa
kehamilan berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Disamping itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10 % lupa akan tanggal haid terakhir
disamping sukar menentukan secara tepat saat ovulasi. Kehamilan postterm masih menyebabkan
kematian ibu dan janin tetapi hal ini perlu mendapat perhatian yang lebih dari tenaga
kesehatan agar angkah kematian di Indonesia dapat ditekan secara langsung. Karena semakin
lama janin atau neonatus ini berada di dalam uterus, maka kemungkinan perubahan
Pengaruh kehamikan postterm terhadap janin sampai saat ini masih diperdebatkan.
Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah bahaya pada janin,
sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm terhadap
janin terlalu dilebihkan. Fungsi Plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu. Dan
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan Penulis Mampu Menganalisis Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Dengan
Posttrem
2. TUJUAN KHUSUS
Diharapkan Penulis Mampu Mengkaji Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. M G2 P1
A0 H1 Gravid 42 43 mg dengan Postterm dan Gagal drip Di Ruangan Kamar Bersalin
RSUD Pariaman
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan,
suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan
menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate)
digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan
Kehamilan post matur menurut Prawirohardjo adalah kehamilan yang melewati 294
hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT. Sedangkan menurut Manuaba
kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi
persalinan.
Keakuratan dalam memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat sejak adanya USG
yang mungkin banyak digunakan. Kisaran optimum variasi lama gestasi pada manusia belum
diketahui hingga kini, Dan penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan (TP) masih
berubah-ubah. Meskipun insidensi kehamilan lewat bulan relatif rendah, beberapa studi
menunjukkan bahwa sebagian besar induksi yang dijadwalkan dengan indikasi kehamilan
lewat bulan faktanya kurang dari 42 minggu berdasarkan hitungan dengan USG. Akibatnya
B . Etiologi
a. Hormonal
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
b. Kadar kortisol yang rendah pada darah janin yang rendah seinngga di simpulkan kerentanan
c. Kurangnya air ketuban plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
d. Insufiensi plasenta
e. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42
minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme
arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk
hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai
50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi
Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui pasti.
Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan
postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan
antara lain :
1. Teori progesteron
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Berdasarkan teori ini, diduga bahwa
2. Teori Oksitosin
Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis Ibu hamil pada kehamilan lanjut
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan
adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin
akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar
Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
kontraksi uterus pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusar pendek, dan bagian bawah masih tinggi ke semuanya diduga sebagai
5. Teori heriditer
bahwa seorang ibu yang pernah mengalami kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya
akan memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan postterm pada kehamilan
berikutnya. Hasil penelitian ini memunculkan kemungkinan bahwa kehamilan postterm juga
D. Prognosis
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu
karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun
kurang lebih 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi 42
mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika Tp telah
ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan.Data
yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia
Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang
pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007).
Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 12%. Apabila diambil
dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Pengaruh kehamilan postterm antara lain sebagai
berikut.
postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan
dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta
sebagai berikut:
1. Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan penimbunan kalsium pada
plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang
dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan
progesivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa
mengalami klasifikasi.
2. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini dapat
4. Perubahan Biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan kadar
DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat, transpor kalsium tidak
terganggu, aliran natrium, kalium dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat
molekul tinggi seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan
Pengaruh kehamikan postterm terhadap janin sampai saat ini masih diperdebatkan.
Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah bahaya pada janin,
sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm terhadap
janin terlalu dilebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara keduanya. Fungsi Plasenta
mencapai puncak pada kehamilan 38 minggu. Dan kemudian mulai menurun terutama setelah
42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.
Rendahnya fungsi Plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin resiko 3 kali.
Akibat dari proses penuaan plasenta, pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di
samping adanya spasme arteri spiralis. Sirkulasi utero plasenter akan berkurang dengan 50 %
menjadi hanya 250 ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan postterm terhadap janin antara
1. Berat Janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan
berat janin. Dari penelitian vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik
rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya enurunan sesudah 42 minggu.
Namun, seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin
bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa
rata-rata berat janin >3.600 gram sebesar 44,5 % pada kehamilan postterm, sedangkan pada
kehamilan genap bulan (term) sebesar 30,6 %. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari
4000 gram pada kehamilan postterm tingkat dua sampai 4 kali lebih besar dari kehamilan
aterm.
2. Sindroma postmaturitas. Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda
seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, atau hilangnya
lemak subkutan, kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya
verniks kasiosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna
coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita dan
rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh nenonatus kehamilan postterm menunjukkan
tanda postmaturitas tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 % neonatus
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan
mudah mengelupas.
Stadium II
Stadium III
Kuku-kuku panjang
G. DIAGNOSIS
Walaupun kemungkinan kehamilan postterm dapat dideteksi pada 4-19% dari seluruh
kehamilan, sering kali diagnosis kehamilan postterm mengalami kekeliruan disebabkan salah
menentukan usia kehamilan. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk mengetahui usia
kehamilan dalam menegakkan diagnosis kehamilan postterm. Karena semakin lama janin
atau neonatus ini berada di dalam uterus, maka kemungkinan perubahan morbiditas dan
1. Riwayat haid
Sangat penting untuk memastikan bahwa kehamilan sebenarnya postterm atau tidak.
Idealnya, usia kehamilan yang akurat ditentukan di awal kehamilan. Diagnosis kehamilan
postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana HPHT diketahui secara pasti. Ditentukan
beberapa kriteria :
riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamila possterm kemungkinan
adalah sbb :
Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi abnormal
Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang berlangsung lewat
bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm)
Tes kehamilan. Bila pasien melakukan tes pemeriksaan tes imunologik sesudah terlambat 2
Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan Ibu pada pada umur
kehamilan 18-20 minggu. Pada Primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu,
Denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop Leanec DJJ dapat didengar mulai umur
kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan
10-12 minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4
Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Leanec
3. Tinggi Fundus Uteri
Dalam trimester pertama pemerikasaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter
dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20
minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara kasar.
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada
trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai 20 %. Bila
telah dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama, hampir
dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama, pemeriksaan panjang kepala-
tungging (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran
persalinan. Pada umur kehamilan sekitar 16-20 minggu, ukuran diameter biparietal dan
panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan. Selain CRL,
diameter biparietal dan panjang femur, beberapa parameter dalam pemeriksaan USG juga
dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus yang merupakan
pemeriksaan sesaat setelag trimester III dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan
air ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm,
5. Pemeriksaan Radiologi
femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu, epifisis tibia
proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40
minggu. Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat penulangan
6. Pemeriksaan Laboratorium
maka umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin: 28-32
minggu, pada kehamilan genap bulan rasio menjadi 2:1. Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai
untuk menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah
janin cukup umur/matang untuk dilairkan yang berkaitan dengan menrcegah kesalahan dalam
Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA). Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan
umur kehamilan pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada
umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila didapat
ATCA antara 42-46 detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu.
Sitologi cairan amnion. Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10 %, maka kehamilan
diperkirakan 36 minggu dan apabila lebih dari 50, maka umur kehamilan 39 minggu atau
lebih.
sensitivitas 75 %. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai untuk
H. Penatalaksanaan
Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan
pengawasan ketat
Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh
nggu
Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun,
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar; dan kemungkinan diproporsi sefalo-
pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka
terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi. ( Mochtar, 1998)
2. Penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang usia kandungannnya melebihi
aktif, antara lain: Pertimbangan kesiapan serviks ( skor bishop), perkiraan berat badan janin
( dengan manuver leopot, sonogram, atau keduanya) , kesejahteraan janin, pilihan wanita
yang bersanngkutan, volume cairan amnion, riwayat kebidanan sebelumnya, status medis ibu,
dan metode induksi sesuai pertimbangan. Variabel yang sangat memberatkan adalah usia
gestasi janin, karena term yang berkembang cenderung mempertimbangkan usia kehamilan
antisipatif tergantung reabilitas kriteria yang digunakan dalam menentukan usia kehamilan.
Para klinisi sejak lama menyadari perlunya mempercepat persalinan jika terdapat
kondisi obstetri dan medis yang mengancam ibu dan janin. Sebelum ada metode yang
diterima untuk induksi persalinan seksio sesaria merupakan satu-satunya cara yang dapat
membandingkan resiko dan manfaat masing masing penatalaksanaan tersebut. Secara umum
metode induksi yang paling efektif adalah dengan meningkatkan denyut jantung janian dan
persalian dikaitkan dengan peningkatan anastesia epidural dalam seksio sesaria untuk wanita
primigravida yang usia kehamilanyya lebih dai 41 minggu dan taksiran berat jain 3800 gram
atau lebih.
sesaria, infeksi dan perdarahan sangat mengejutkan bagi masyarakat awam. kehamilan lebih
bulan akan meningkatkan resiko lahir mati, cairan bercampur, mekonium sindrom aspirasi
b. Oligohidramnion.
Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan : Induksi persalinan Pada tahun
Beberapa pihak mengajukan keberatan terhadap induksi persalinan karena tidak alami dan
dapat meningkatkan bahaya. Namun walaupun banyak pihak yang menentang induksi
persalinan dan tidak adanya standardisai kriteria, praktik induksi telah banyak meningkat
dari induksi persalinan adalah ibu dapat melahirkan bayi pervaginam setelah kontraksi
distimulasi sebelum persalinan spontan terjadi. Meski metode induksi sekarang diutamakan
pada induksi kontarkasi uterus, namun peran servik sangat penting yang aktivitasnya tidak
sepenuhnya dipengaruhi uterus. Penggunanaan obat berpusat pada oksitosin sejak tahun
1960-an dan prostaglandin sejak tahun 1970-an. Pengaturan dosis, dan cara pemberian dan
waktu pemberian untuk semua metode hingga kini masih dalam penelitian, untuk
menghasilkan persalinan yang aman, keberhasilan induksi persalinnan setelah servik matang
prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan seriks dibanding
oksitosin. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan ( misalnya minyak
jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran keberhasilan
2. Prostaglandin : dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin
a. Misprostol. Merk dagang cytotec. Suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina
b. Dinoproston
- Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke
- Merk dagang predipil. Suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng
diberika intraservik ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993)
c. Mifepriston 9 RU 486, antagonis reseptor progesteron) ( disetujui FDA untuk aborsi trimester
pertama, bukan untuk induksi) tersedia dalam bentuk tablet 200 mg untuk diberikan per oral.
1. Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya
memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus
bagian bawah pada saat pemeriksaan dalam Dengan tangan terbungkus sarung tangan bidan
memeriksa wanita untuk menentukan penipisan serviks, pembukaan dan posisi lazimnya.
Perawatan dilakukanan untuk memastikan bahwa bagian kepala janin telah turun.
Pemeriksaan mengulurkan jari telunjuk sedalam mungkin melalui os interna, melalui ujung
distal jari perlahan antara segmen uterus bagian bawah dan membaran. Beberapa usapan
biasanya eektif untuk menstimulasi kontaksi awal reguler dalam 72 jam. Mekanisme kerjanya
jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman
baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan membran servik tidak dilakukan pada kasus
kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui,
2. Amniotomi
Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa
dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian bawah.
Presentasi selain kepala merupakan kontraindikasi AROM dan kontraindikasi lainnya ketika
kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun
amniotomi sering dilakukan untuk menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum
ada studi prospektif dengan desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada
Penggunaan cara ini relatif lebih aman kerna menggunakan metode yang sesuai
menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali
perhari.
4. Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk dapat
meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian ballon di isi udara 25
hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis
6. Aktifitas seksual.
Jika bidan tidak merasa bahwa penatalaksanaan aktif pada persalinan lewat bula
wakru, dosis, dan langkah kewaspadaan. Sementara pada penatalaksanaan antisipasi, bidan
bersama oleh wanita. Bidan maupun wanita harus memahami secara benar standar perawatan
setempat untuk menangani kehamilan lewat bulan. Wanita sebaiknya diberi tahu jika terdapat
status yang tidak mencakup pada penggunaan resep, dan bidan harus tetap merujuk pada
1. Stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah mengelupas (maserasi), verniks kaseosa sangat
2. Stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh
3. Stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan tali
pusat. Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi
pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman,
begitu bayi lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi
a. Hipovolemia
b. Asidosis
c. Sindrom gawat napas
d. Hipoglikemia
e. Hipofungsi adrenal.
BAB III
LAPORAN KASUS
B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan utama masuk kamar bersalin : Ibu kiriman poli kebidanan dengan kehamilan lewat
(tanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor resiko/predisposisi maupun resiko tinggi
yang dialami)
HPHT : 17 9 2012
Lamanya : 5 hari
Siklus : 28 hari
7. Riwayat imunisasi
TT I : 18 3 2013
TT II : 15 4 2013
8. Makan terakhir
Porsi : sedang
9. minum terakhir
10. Eliminasi
Penyulit
Tgl/th Tempat Jenis Anak
Peno keh.&
No n persali Usia Persal
Long Persali
lahir nan inan Kea
Nan Jenis BB PB
daan
1 23/12/ BPS Aterm Spont Bidan Tidak LK 3.2 49 sehat
2007 an ada kg cm
2 Ini
5) DM : Tidak ada
16. Pergerakan janin dalam waktu 24 jam terakhir : Ada (> 20 kali)
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
b. Tanda-tanda vital
2) nadi : 80 x/menit
3) pernafasan : 22 x/menit
4) suhu : 36,5
6) Berat badan : 49 kg
c. Inspeksi :
colasma gravidarum
3) mata
Konjungtiva : Merah Muda
4) payudara :
5) abdomen :
6) ekstremitas atas :
7) ekstremitas bawah :
1. Palpasi uterus
a. TFU :
Leopold I : Teraba lunak lebar tidak melenting, kemungkinan bokong janin, TFU 3 jari
bawah PX.
Leopold II : Teraba keras memanjang seperti papan disebelah kanan perut ibu, kemungkinan
punggung janin, dan terba tonjolan-tonjolan kecil disebelah kiri perut ibu, kemungkinan
ekstremitas janin.
Leopold III :Teraba keras bulat melenting, kemungkinan kepala janin, dan bagian terbawah
2. Auskultasi
DJJ : Positif
Frekuensi : 144x/menit
Irama : Teratur
Itensitas : Kuat
4. Pemeriksaan dalam
Portio : Tebal
Pembukaan servik : Tidak Ada
Ketuban : Positif
Presentasi : Kepala
Moulage :-
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemerikasaan laboratorim :
Hb : 9,2 gr%
II. ASSESMENT
Ibu G2 P1 A0 H1 Gravid 42-43 minggu janin tunggal hidup intra uterin, letkep, pu-ka, KU
III. PLANING
IV. IMPLEMENTASI
JAM 13.30
- TD : 120/80mmhg
- Nadi : 88x/menit
V. EVALUASI
Jam 19.30 Wib
- DJJ : 170x/menit
- VT
Pembukaan : 2-3 cm
Penurunan Kepala : H II
Ketuban : Positif
BAB IV
KAJIAN/ ANALISA KASUS
hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT. Sedangkan menurut Manuaba
kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi
persalinan. Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui
pasti. Ny. M, gravida 42-43 minggu, beberapa teori yang mungkin menyebabkan postterm
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular
pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Berdasarkan teori
ini, diduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
Teori Oksitosin yaitu rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis Ibu hamil
pada kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan
postterm.
Teori Kortisol/ACTH janin yaitu dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi
tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat
bulan. Pada saat mendiagnosis, kehamilan postterm dapat dideteksi pada 4-19% dari seluruh
kehamilan, sering kali diagnosis kehamilan postterm mengalami kekeliruan disebabkan salah
menentukan usia kehamilan. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk mengetahui usia
kehamilan dalam menegakkan diagnosis kehamilan postterm. Karena semakin lama janin
atau neonatus ini berada di dalam uterus, maka kemungkinan perubahan morbiditas dan
mortilitas semakin besar. Namun, penentuan intervensi/terminasi secara terburu-buru juga
Penanganan pada kasus Ny. M adalah dilakukan nya induksi persalinan dengan induxin 1/2
ampul dalam larutan RL dimulai 10 tetes / menit, tapi ternyata tidak ada kemajuan
persalinan, lalu dilakukan tindakan operasi Sectio Caesaria. Menurut Prawirohardjo, Sampai
saat ini masih menjadi terdapat perbedaan pendapat dalam pengelolaan kehamilan postterm.
Apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan induksi setelah
ekspektatif/menunggu.
Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan sebaiknya diakhiri pada usia kehamilan 41
atau 42 minggu.
Pengelolaan aktif : dengan melakukan persalinan anjuran pada usia kehamilan 41 atau
atas dasar postter mempunya resiko/komplikasi cukup besar terutama risiko persalinan
kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun biokimia sampai persalinan berlangsung
Pada kasus Ny. M setelah dilakukan Induksi , denyut Jantung Janin meningkat
ini untuk menilai perubahan secara elektronik yang menilai fisiologik pada utero-feto-
placenta dan kecukupan oksigenasi pada janin. Pola detak jantung janin yang khas terjadi
sebagai hasil stress hipoksia dan nonhioksi atau stimulasi pada unit utero-feto-
plecental.Induksi persalinan meningkatkan resiko distress janin, kehamilan lebih bulan akan
meningkatkan resiko lahir mati, cairan bercampur, mekonium sindrom aspirasi mekonium
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,
kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme atau
pascamaturitas, adalah: kehamilan sampai 24 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari
kehamilan postterm dengan gagal drip serta mengalami fetal distress, yang diakhiri dengan
tindakan SC.
Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui pasti.
Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan
postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan
antara lain : teori Progesteron, teori Oksitosin, teori Kortisol/ACTH janin, saraf uterus dan
herediter.
melebihi 42 minggu. dengan pertimbangan kondisi janin yang cukup baik / optimal.
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi sefalo-
B. SARAN
1. Bidan diharapkan mampu menetapkan/menetukan usia kehamilan pada ibu hamil untuk
2. Bidan harus mengetahui apa penatalaksaan dari ibu hamil yang mengalami postterm dan kapan