Anda di halaman 1dari 27

POSTMATUR

RISKA NURFADILAH K

2117019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIK GIA MAKASSAR

2019
A. KONSEP MEDIK

1. Definisi

Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk

kegawatdaruratan medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang

akan bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang

melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan

komplikasinya (Manuaba, 1999).

Kehamilan post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari

atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT (Hari pertama

Haid Terakhir). Biasanya usia kehamilan normal antara 38-42

minggu. Namun, sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan

berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi diatas

bervariasi tergantung pada kriteria yang di pakai oleh peneliti

(Prawirohardjo, 2008).

2. Etiologi

Penyebab dari kehamilan post matur ini masih belum diketahui

secara jelas. Menurut ( Sarjowo, 2010) beberapa teori yang diajukan

antara lain :

a. Pengaruh progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan

perubahan endokrin yang dapat memacu proses biomolekur pada

saat persalinan dan meningkatkan sensitivitas unterus terhadap

oksitosin, sehingga terjadi kehamilan post matur karena masih

dipengaruhi progesteron.
b. Teori oksitosin

Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan,

secara fisiologis memiliki peranan penting dalam menimbulkan

persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil

yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu

peyebab kehamilan post matur.

c. Teori Kortisol/ ACTH Janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan

kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi

plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan

memperbesar sekresi estrogen, yang dapat berpengaruh terhadap

meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin

seperti anasefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya

kalenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak

diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung

lewat bulan.

d. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser

akan meningkatkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak

ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali

pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuannya

diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan post matur.


e. Herediter

Bebrapa penuulis menyatakan bahwa seorang ibu yang

mengalami kehamilan post matur mempunyai kecenderungan

untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren

menyatakan bahwa jika ada seorang ibu menngalami kehamilan

pot matursaat melahirkan anak perempuan, makan kemungkinan

besar anak perempuan tersebut akan mengalami kehamilan post

matur.

Menurut ( Bayu,2009) penyebab post matur belum diketahui,

faktor yang dikemukakan adalah:

a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat menurun walaupun

kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap

okstitosin berkurang.

b. Herediter, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu

keluarga tertentu

c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan

kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His

d. Kurangnya air ketuban

e. Insufisiensi plasenta
3. Patofissiologi samapai timbul gejala

Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun

walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus

terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga

adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin membuat kadar

esterogenn meningkat. Hal tersebut dapat menurunkan oksitosin

sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibatnya

produksi protaglandin tidak maksimal sehingga penipisan serviks

tidak terjadi dan terjadi kehamilan post matur.

Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu

dan kemudian mulai menurun terutam setelah 42 minggu. Hal ini

dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen.

Rendahnya fungsi plasenta beraitan dengan peningkatan kejadian

gawat janin dengan dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan

lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan

pertukaran CO/CO2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan

nutrisi dan O2 menuun menuju janin di samping adanya spasme

arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian

dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah meuju sirkulasi plasenta

dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan

penuruanan berat disebut dismatur sebagian janin bertambah besar

sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan

metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental


menyebabkan perubahan abnormal jantung janin ( Wiknjosastro, H.

2009, Manuaba, G.B.I, & Mochtar R, 2009).

4. Manifestasi Klinik

Tanda post matur dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono

Prawirohardjo)

a. Stadium I : Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan

maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

b. Stadium II : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium

(kehijauan) pada kulit

c. Stadium III : Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan

tali pusat

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)

a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)

b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

d. Verniks kaseosa di bidan kurang

e. Kuku-kuku panjang

f. Rambut kepala agak tebal

g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel


5. Test Diagnostik

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan

kehamilan postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:

a. Ultrasonografi (USG).

Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil

pemeriksaan USG pada trimester pertama. Pada trimester

pertama pemeriksaan panjang kepala-tunggingn (crown-rump

length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari

taksiran persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat setelah

trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin,

keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering

berhubungan dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk

memastikan usia kehamilan.

b. Pemeriksaan radiologi.

Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan.

Cara ini sekarang jarang digunakan karena pengenalan pusat

penulangan seringkali sulit dan radiologic mempunyai pengaruh

yang kurang baik terhadap janin.

c. Pemeriksaan laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar

lesitin/ spingomielin, aktivitas tromboplastin cairan amnion

(ATCA), sitologi cairan amnion, dan sitologi vagina.


6. Pengobatan

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan

kehamilan postmatur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

antara lain:

a. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat

bulan atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan

pada dua variasi dari postmatur ini.

b. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

c. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan

serviks ini memegang peranan penting dalam pengelolaan

kehamilan postmatur. Sebagian besar kepustakaan sepakat

bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada

usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.

Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat

waktu bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:

a. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai

gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil

positif, segera lakukan seksio sesarea.

b. Induksi Persalinan.

Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan

mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada

dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi,

yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan
untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat

penyebab otot rahim berkontraksi.

1. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara,

seperti menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta

memecahkan ketuban.

2. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang

diberikan dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina,

diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak

lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan

merasakan datangnya kontraksi

Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :

1. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan

yang dapat diberikan antra lain :

a. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya,

pastikan bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang

telah dihangatkan telah tersedia. Pertahankan suhu ruang

bersalin pada suhu 22 C, dengan kelembaban relatif 60%-

65%.

b. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang

belebihan, khususnya yang ada di kepala, dengan handuk

yang telah dihangatkan sebelumnya

c. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian

d. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan

pindahkan bayi ke ibu


e. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan

dibedong dengan selimut yang hangat

2. Resiko cidera

a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin

terhadap kontraksi uterus selama asuhan intrapartum

b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia

sebelum pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah

kelahiran

c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi

d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada

kemampuan infan

e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan

terhadap infan

7. Komplikasi

Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi,

yaitu:

a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada

kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang

terjadi pada janin seperti gawat janin, gerakan janin berkurang,

kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.

b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan

kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam

persalinan, bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin

terlambat, kelainan jangka pangjang pada bayi.


8. Patofisiologi terhadap penyimpanan KDM

Hormonal Saraf uterus Herediter

Kortisol plasma Regangan dinding


uterus oleh isi
konsepsi tidak ada
Esterogen Progesteron

Tekanan isi konsepsi


pada pleksus saraf
Oksitosin Frankenhausertidak
ada

Kepekaan uterus-
oksitoin menurun Stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos
uterus tidak timbul.
Produksi
prostaglandin tidak
maksimal
Kontraksi uterus
tidak terjadi
Penipisan Serviks Tidak
Terjadi

Kehamilan
postmatur
12

O2 ke jaringan
Kehamilan janin berkurang
postmatur
MK: Gangguan
perfusi jaringan

Fungsi plasenta Insufisiensi Kompresi tali


baik plasenta pusat
GawatJa
Janin terus tumbuh nin,
Spasme arteri Reflek vagus janindist
spiralis plasenta res

LGA (Large for


Gestasional Age Terbukanya
Sirkulasi sfingter ani
uretroplasenta
menurun
DistosiaBahu
Mekonium keluar
dan bercampur
NutrisiBerkura Suplai oksigen amnion
MK: dan nutrisi
ng
GangguanNutrisikurang menurun
darikebutuhantubuh
Amnion kental

Penggunaan Metabolisme Absorpsi


cadangan lemak anaerob cairan amnion Bayi
Aspirasi mekonium asfik
sia
Lemaksubkutan Terbentuk Oligohidramnion Gangguan pernafasan
menurun badan keton
pada janin
13

Asidosis Frek. Gerak Hipoksia


Kulitmenge janin menurun intrauteri
lupas
Gas darah
abnormal

Kulit kering dan


Suhu tubuh
pecah-pecah
tidak stabil

MK: Gangguan MK: Gangguan


termoregulasi: MK: Kerusakan pertukaran gas
hipotermi integritas kulit
14

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon,

agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.

b. Keluhan Utama : wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan

dengan kata –kata sendiri.

Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu

pada kasus postmatur adalah :

1. Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.

2. Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.

3. Berat badan ibu mendatar atau menurun.

4. Air ketuban terasa berkurang.

5. Gerak janin menurun.

c. Riwayat kehamilan sekarang : Mengkaji keluhan yang yang dirsakan

pasien selama kehamilan ini. Digunakan sebagai identifikasi masalah

pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.


15

d. Riwayat kesehatan masa lalu : adanya penyakit kronis yang dapat

mempengaruhi terjadinya Postterm

1. Penyakit waktu kecil dan imunisasi.

2. Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.

3. Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan

polio.

4. Masuk rumha sakit.

5. Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain –lain.

6. Transfusi darah.

7. Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok

8. Pola tidur.

9. Diet.

10. Aktifitas.

11. Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun

kimiawi.

12. Penyakit spesifik.

13. Pengobatan yang didapat.

e. Riwayat keluarga.

1. Usia ayah dan ibu, juga statusnya.

2. Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan

yang sama.
16

f. Riwayat mestruasi

1. Umur menarche.

2. Frekuensi, jarak/siklus jika normal.

3. Lamanya.

4. HPHT, lama dan jumlah normalnya.

5. Disminore.

6. Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan

lain-lain.

g. Riwayat Obstetri.

1. Gravida/para

2. Tipe golongan darah (ABO dan Rh)

3. Kehamilan yang lalu.

1. Tanggal terminasi

2. Usia genital

3. Tempat lahir

4. Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan,

dalam persalinan.

h. Riwayat ginekologi

1. Infeksi vagina.

2. Penyakit menular seksual


17

i. Riwayat seksual : Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan

masalah seksual lainya.

j. Riwayat pernikahan.

1. Nikah atau tidak.

2. Berapa kali menikah.

3. Berapa lama menikah.

k. Riwayat keluarga berencana : Untuk mengetahui apakah pasien pernah

ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan

selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam

menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).

l. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

1. Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana

letak janin dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur

kehamilan atau tidak.

2. Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau

tidak perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat

melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.

3. Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah

dijahit.

4. Anak : Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia

berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu

lahir.
18

m. Pola kebiasaan sehari-hari : Pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji

adalah :

1. Pola nutrisi

Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum

kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.

2. Pola Aktivitas

Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.

3. Pola Seksual

Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan

normal dan ada keluhan atau tidak.

4. Pola eliminasi

Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan

5. Perokok dan pemakai obat-obatan.

Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi

obat-obatan serta alkohol.

n. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah

baik, sedang atau buruk.

2. Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis,

apatis, samnolen, atau koma. Normalnya kesadaran composmentis.


19

3. Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan

darah adalah 120/80 mmHg.

4. Suhu : Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh

adalah 35,6 0 C – 37,60C .

5. Denyut nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.

Batas normal 60-100x/menit.

6. Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam

1 menit. Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit

7. Berat badan :Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama

hamil. Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi

nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg

8. Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari

145 cm atau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak

9. Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm.
20

o. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

o Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau tidak

o Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak,

adakah oedema atau tidak.

o Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau

tidak

o Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip

o Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, bentuk

telinga, dan posisinya

o Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada

carries, dan karang gigi atau tidak

2. Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris,

pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.

3. Dada dan axilla

a. Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting,

puting susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum

b. Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau tidak

4. Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak,

terdapat varicess atau tidak, reflex patella + / -.


21

p. Pemeriksaan khusus obstetri

1. Inspeksi : Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan,

bentuk abdomen, linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan

pergerakan janin.

2. Palpasi

Tinggi fundus uteri : Untuk mengetahui TFU dengan

cara menggunakan pita ukur, dilakukan pengukuran dengan

menempatkan ujung pita ukur pada tepi atas sympisis pubis dan tetap

menjaga pita ukur agar tetap menempel pada dinding abdomen da

diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri.

o Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada

fundus ibu

o Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan

kiri perut ibu

o Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut

ibu dan apakah sudah masuk PAP atau belum

o Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin

masuk PAP (pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36

minggu dan pada multipara saat persalinan)

o HIS / Kontraksi

o Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah

mencapai 42 minggu
22

o Tafsiran berat

o Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus

prematurus iminens tafsiran berat janin adalah > 2500 gram

q. Pemeriksaan dalam anogenital

1. Vulva/vagina : Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka,

kemerahan atau tidak, pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluarann

pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,

presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah sejauh

mana penurunan kepala.

2. Perineum : Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan

atau tidak.

3. Anus : Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau

tidak.

r. Pemeriksaan penunjang

Menurut Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang yang perlu dialkukan

adalah :

1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas

plasenta.

2. KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin


23

3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes

tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan

oksitosin ). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban yang

berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium, menunjukkan bahwa

terjadi gawat janin.

4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%

2. Diagnose

a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak

ada dilatasi serviks

c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama


24

3. Intervensi keperawatan terdiri dari 3 diagnosa prioritas, tujuan dan kriteria hasil, rencana keperawatan dan

nasional

PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA
(DIAGNOSA) RASIONAL
HASIL KEPERAWATAN

1 2 3 4 5
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan 1. Agar pasien percaya pada
dengan kurang keperawatan di harapkan yang tenang dan perawat.
pengetahuan. pasien dapat mengurangi meyakinkan 2. Agar pasien dapat
tingkat kecemasan dengan 2. Jelaskan semua prosedur mempersiapkan diri
skala indicator : termasuk sensasi yang dengan tindakan yang
1. Tidak dapat beristirahat akan di rasakan yang akan dilakukan dan yang
yaitu dengan skala mungkin akan di alami akan dirasakan
sedang (3) menjadi skala klien selama prosedur 3. Agar pasien tenang
ringan (4) dilakukan penghadapi penyakitnya
2. Rasa takut yang di 3. Dorong keluarga untuk 4. Agar pasien semangat
sampaikan secara lisan mendampingi klien dan tidak merasa takut
yaitu dengan skala dengan cara yang tepat 5. Agar klien merasa legah
sedang (3) menjadi 4. Puji, kuatkan perilaku dan tenang
ringan (4) yang baik secara tepat
3. Kesulitan dalam 5. Dengarkan klien
penyelesaian masalah
yaitu dengan skala
sedang (3) menjadi tidak
ada (5)
25

Resiko Cidera pada ibu Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan indikasi medis 1. Agar adanya ransangan
berhubungan dengan bayi keperawatan di harapkan dan/atau obstetric untuk pada ibu
yang besar dan tidak ada pasien dapat terjadi dilakukanya induksi 2. untuk melihat hasil
dilatasi serviks pergerakan dalam skala 2. Monitor tanda vital ibu observasi
indicator : dan janin sebelum induksi 3. Agar tidak terjadi
1. Keseimbangan yaitu 3. Monitor efek samping kesalahan saat
sangat terganggu (1) prosedur yang digunakan melakukan pemeriksaan
menjadi banyak untuk membuka serviks dalam
terganggu (2) 4. Evaluasi kembali status 4. Agar tidak ada kesalahan
2. Berjalan yaitu sangat serviks dan verifikasi saat melakukan tindakan
terganggu (1) menjadi pembukaan sebelum selanjutnya
banyak terganggu (2) memulai tindakan induksi
3. Bergerak dengan mudah lebih lanjut
yaitu dengan skala agak
terganggu (1) menjadi
banyak terganggu (2)
26

Resiko cedera pada janin Setelah dilakukan tindakan 1. Lengkapi pengkajian 1. Untuk memenuhi
berhubungan dengan keperawatan di harapkan nutrisi , sesuai kebutuhan kebutuhan nutrisi pasien
persalinan yang lama pasien dapat mengurangi 2. Monitor intake 2. Untuk memantau intake
keparahan persalinan makanan/cairan dan makanan/cairan dalam
dengan skala indicator : hitung masukan kalori perhitungan masukan
1. Lecet pada kulit yaitu 3. Perhari, sesuai kebutuhan kalori.
dengan skala berat (1) dorong pasien untuk 3. Agar pasien tidak sulit
menjadi sedang (3) memilih makanan untuk menelan.
2. Memar yaitu dengan setengah lunak, jika 4. Untuk memenuhi
skala sedang (3) menjadi pasien mengalami kebutuhan nutrisi ibu dan
ringan (4) kesulitan menelan karena janinnya .
3. Perdarahan yaitu dengan menurunya jumlah saliva
skala cukup berat (2) 4. Motivasi pasien untuk
menjadi skala ringan (4) mengkonsumsi makanan
yang tinggi kalsium ,
sesuai kebutuhan
27

C. DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc pada

tanggal 18 Maret 2014.

Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil melalui

http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014

FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta:

EGC.

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2.

Jakarta: EGC.

Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th

edition. Mosby : Evolve

Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu &

Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th

edition. Thomson : Delmar Learning

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jakarta: Arcan.

Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai