Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN PREMATURUS

A. Pengertian

Persalinan prematur menurut World Health Organization (WHO

didefinisikan sebagai persalinan yang kurang dari 37 minggu

usia kehamilannya atau berat janin kurang dari 2500 gram (Hidayati,

2016). Persalinan preterm merupakan persalinan pada usia kehamilan

kurang dari 37 minggu setelah dianggap viabel (Surya Raymond, 2019).

Menurut Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI tahun 2005 bahwa

persalinan preterm ialaH persalinan di usia kehamilan sekitar 22-36 minggu.

(Syarif, 2017).

B. Etiologi Persalinan Prematur

Etiologi persalinan prematur seringkali tidak diketahui. Ada beberapa

kondisi medik yang mendorong untuk dilakukan tindakan sehingga terjadi

peersalinan prematur

a) Kondisi yang menimbulkan partus prematur

1) Hipertensi

Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong untuk mengakhiri

kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi prematur meningkat.

2) Perkembangan janin terhambat

Perkembangan janin terhambat merupakan kondisi dimana salah satu

sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang

adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3) Solutio placenta

Terlepasnya plasenta yang merangsang untuk terjadi persalinan

preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi pada aterm. Pada

pasien riwayat solutio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi

lebih besar yaitu 11%.

4) Placenta previa

Placenta previa seringkali berhubungan dengan persalinan prematur,

akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila

telah terjadi perdarahan yang banyhak maka kemungkinan kondisi

janin kurang baik karena hipoksia.

5) Diabetes

Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat

dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan

pemberian dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat

dikendalikan.

b) Kondisi yang menimbulkan kontraksi

Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadi kontraksi spontan,

kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin.

1) Kelainan bawaan uterus

Meskipun jarang terjadi dapat dipertimbangkan hubungan partus

prematur dengan keelainan uterus yang ada.


2) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau

sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti :

serviks inkompoten, hidramnion, kehamilan ganda, inveksi vagina dan

serviks. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat dalam

mendukung tgerjadinya amnionitis dan ketuban pecah.

3) Serviks inkompoten

Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus

prematur. Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan

dengan tgerjadinya inkompoten.

4) Kehamilan ganda

Kehamilan ganda sebanyak 10% pasien dengan partus prematur.

Secara umum kehamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang

lebih pendek (Sarwono, 2005).

C. Tanda dan gejala

Penilaian klinik

Kriteria persalinan preematur antara lain kontraksi yang teratur dengan

jarak 7-6 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan atau

cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut :

1. Pada periksa dalam

Pendataran 50-80% atau lebih

2. Pembukaan 2 cm atau lebih

3. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG


a. Panjang serviks kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan

prematur

b. Tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi

terjadinya persalinan prematur (Syaifudin AB, 2006).

a) Tanda dan gejala persalinan prematur

1) Kram seperti nyeri haid (mungkin sulit dibedakan dengan

nyeri pada ligametrium teres uteri).

2) Nyeri tumpul pada pinggang (berbeda dari nyeri pinggang

yang biasa terjadi pada kehamilan).

3) Nyeri atau tekanan suprapubis (mungkin sulit dibedakan

dengan gejala infeksi saluran kemih).

4) Sensasi tekanan atau terasa berat pada panggul.

5) Perubahan karakter atau jumlah rabas vagina (lebih kental,

Lebih encer, bercampur darah, cokelat, bening).

6) Diare

7) Kontraksi uterus tidak terpalpasi (sangat nyeri atau tidak

nyeri) yang dirasakan lebih sering dari 10 menit sekali salam

satu jam atau lebih dan tidak kunjung reda setelah berbaring.

8) Ketuban pecah dini (Varney H, 2004).


D. Patofisiologi Persalinan Preterm

Mekanisme persalinan preterm hampir sama dengan persalinan aterm,

yaitu kontraksi uterus, ruptur membran dan pembukaan serviks. Perbedaan

fundamental ialan bahwa proses aktivasi pada persalinan aterm bersifat

fisiologis, sedangkan persalinan preterm bersifat patologis.

1. Aktivasi Aksi HPA (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal)

Adanya stres fisik maupun psikologi ibu akan mengaktivasi

Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) dan menyebabkan terjadinya

persalinan preterm. Aksi HPA ini mengakibatkan insufiensi

uteroplasenta dan janin mengalami kondisi stres.

2. Kontraksi Miometrium

Persalinan terjadi akibat perubahan pola kontraktilitas uterus. Hal

ini dapat terjadi secara fisiologis atau di induksi oleh kejadian

patologis seperti infeksi atau pembedahan intra abdominal. Kontraksi

di inisiasi oleh peningkatan hubungan antr sel yaitu melalui

pembentukan gap junction, koneksin-43 pada miometrium yang

dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, dan prostaglandin.

3. Remodelling Serviks

Perubahan serviks meliputi pelunakan, pematangan, dilatasi, dan

perbaikan post partum. Pelunakan serviks dimulai sejak awal

kehamilan. Kekuatan regang serviks yang lunak diatur oleh

peningkatan sintesis kolagen dan pertunmbuhan serviks. Pematngan

serviks ditandai dengan penurunan konsentrasi kolagen.


Dilatasi serviks merupakan fenomena inflamasi dimana terjadi influks

makrofag dan neutrifil serta degradasi matriks sehingga berujung pada

pelepasan sitokin pro-inflamasi yang akan mengaktivasi nuclear factor

(NF)-kB, sehingga memblok reseptor progesteron. Hal ini

mengindikasikan bahwa serviks merupakan target kerja dari

progesteron.

4. Aktivasi Membran/ Desidua

Aktivasi membran atau desidua menyebabkan pelepasan bagian

bawah membran amniokorionik janin dari desidua segmen uterus

bawah, sehingga menyebabkan rupturnya membran dan lahirnya

placentan (Surya Raymond, 2019).

E. Pemeriksaan Penujang

1) Pemeriksaan HB

Yaitu untuk mengetahui apakah pasien mengalami anemia atau tidak,

ini berhubungan dengan persalinan preterm, Hb normal adalah 11 gr%.

2) Pemeriksaan Protein Urine

Yaitu dilakukan untuk mengetahui preeklampsia.

3) USG

Dilakukan untuk mengetahui taksirann berat janin, posisi janin dan

letak placenta.

4) Amniosentesis

Untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lesitin

sfingomielin, surfaktan dll.


F. Diagnosis Persalinan Prematur

Diagnosis persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan

yang terjadi antara kehamilan 20 minggu sampai sebelum usia kehamilan

genap 37 minggu. Diagnosis yang akurat diperlukan untuk menentukan

pengelolaan selanjutnya sehubungan kontroversi antara efektivitas dan

efek samping obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan persalinan

prematur. Diagnosa klinis dapat ditegakkan dengan :

a) Penentuan usia kehamilan

Penentuan usia kehamilan harus menjadi perhatian utama dalam

menentukan diagnosis, karena pada passien yang tidak terdaftar tidak

mudah membedakan dengan kondisi pertumbuhan janin terhambat.

anamnesis yang baik digabungkan dengan catatan pemeriksaan

kehamilan sebelumnya akan sangat membantu menentukan usia

kehamilan.

b) Tanda klinis

Tanda klinis perasalinan prematur yaitu meningkatnya frekuensi

kontraksi rahim, terdapat perubahan serviks dan adanya perdarahan

pervaginam.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayanti, L., 2016. Faktor Resiko Terjadinya Persalinan Prematur Mengancam


RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Perpustakaan Universitas Ailangga.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Cetakan keempat. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, AB. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cet, IV;
Jakarta : YBP-SP.

Surya Raymond, Pudyastuti Sri. 2019. Persalinan Preterm, CDK Edisi


Suplemen-I/vol. 46. Akreditasi PB IDI-3 SKP. Departemen Obstetri dan
Ginekologi FKUI.

Syarif A’Bidah Baana. 2017. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian Persalinan
Preterm di RSUD Wonosari Tahun 2016. Politeknik Kesehatan.

Varney, H. 2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwife’3ʳͩ ed). Bandung : Sekoloa


Publisher

Anda mungkin juga menyukai