Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN AWAL KEHAMILAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN LANJUT

DISUSUN OLEH:

1. I Dewe Gede Eka Sanjita Yoga (213213269)


2. I Gusti Bagus Agung Taruna Jaya (213213271)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2023
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Perdarahan antenatal pada trimester pertama (kehamilan muda) adalah


perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu (Saifuddin :
2004).

Perdarahan antenatal pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada


kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan atau perdarahan
intrapartum sebelum kelahira (Saifuddin : 2004).

2.2 Etiologi

a. Perdarahan pada Kehamilan muda

1) Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
Rahim, sebagai batasan yaitu kehamilan kurang dari 20mgg atau berat janin
kuarang dari 500gram.( mucthar 2012)

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis


jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua
basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan tempat perdarahan.Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan
mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi
uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.

2) Kehamilan Ektopik
kehamilan ektopik adalah kehamilan diluar Rahim, misalnya dalam tuba, rongga
perut, servix, atau dalam tanduk rudimeter Rahim.(kusmiyati 2008)Proses
implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner.Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara
dini dan kemudian direasibsu, setekag tempat nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis.Pembentukan desidua di tuba tidak
sempurna.Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor,
seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas.Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat
beberapa kemungkinan .sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan resor

2. Abortus ke dalam lumen tuba

3. Rupture dinding tuba.

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam prjalanannya menuju kavum utei.Pada suatu saat kebutuhan embrio
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.
Ada beberfapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :

a) Kemungkinan “tubal abortion “, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke


ujung distal (timbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum baisanya tidak begityu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.

b) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai


akibat dari distensi berlebihan tuba.

c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba.


Rupture dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hinggabanyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.

b. Perdarahan pada kehamilan Lanjut

1) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikia rupa sehingga berdekatan atau menutupi ostium uteri internum secara
partial maupun total.

Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.Kadang-kadang


bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal
ini dapat diketahui sebagai plasenta previa.Karena segmen bawah agak merentang
selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks
dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat
tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

2.3 Klasifikasi

Terdapat beberapa kemungkinan implantasi plasenta pada plasenta previa :

a) complete b) parsial c) marginal d) low lying

1. Plasenta previa totalis atau komplit


Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi plasenta
berjarak < 2 cm dari ostium uteri internum.
Apabila

2.4 Etiologi

Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor
risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan terjadinya
plasenta previa. Faktor risiko tersebut meliputi hamil usia tua, multiparitas,
kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin laki-laki, riwayat
aborsi, riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya dan IVF.

2) Solusio Plasenta

Merupakan perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta dari insersinya di


fundus uteri sebelum waktu persalinan.Solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini
hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram.

2,5Klasifikasi
1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta:
a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:


a) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
c) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .

2.6 Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi, yaitu :
1) Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia.Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada
separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan.
1) Faktor trauma
a) Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
c) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
1) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang baik
keadaan endometrium.
1) Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
2) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma
3) Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini
belum terbukti secara definitif
4) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
5) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
solusio plasenta
6) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan,dan lain-lain.

2.7 Manifestasi Klinik

a. Perdarahan kehamilan muda

1) Abortus

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.

c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi.


d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.

e. Pemeriksaan ginekologis.

(1) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam

(2) Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup.

(3) Colok vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri.

2) Kehamilan ektopik

Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari


perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam ronggaperut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.Gejala dan tanda
tergantung padalamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaanumum penderita
sebelum hamil.Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu.Halini menunjukkan kematian janin.Kehamilan
ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahanmendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai
gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah

a) Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal

b) Menstruasi abnormal

c) Abdomen dan pelvis yang lunak

d) Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium
uterus.
e) Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.

f) Massa pelvis

g) Kuldosentesis. Untuk identifikasi adanya hemoperitoneum yang ditandai

Beberapa gejala berikut dapat membantu dalam mendiagnosis kehamilan ektopik:

1. Nyeri: Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan
ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.

2. Perdarahan: Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.


Biasanya terjadi pada 75% kasus

3. Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang


memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan
mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

b. Perdarahan kehamilan tua

1) Plasenta Previa

Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :

1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.

2. Darah biasanya berwarna merah segar atau kehitaman dengan bekuan.

3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas

4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.

5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
2) Solusio plasenta

Manifestasi klinis solusio plasenta dapat dibagi menjadi :

a) Anamnesis

Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna


kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang
disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan
kematian janin intra uterin.

b) Pemeriksaan fisik

Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

c) Pemeriksaan obstetri

Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena
tercampur darah.

2.8 Tes Diagnostik

a. Perdarahan kehamilan Awal

1) Abortus

a) Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

b) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2) Kehamilan ektopik

Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan,


antara lain dengan melihat :

a) Anamnesis dan gejala klinis


Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak
ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.

b) Pemeriksaan fisik

Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.Adanya


tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas dinding abdomen.

c) Pemeriksaan ginekologis.

Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan
kiri.

d) Pemeriksaan Penunjang

(1) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah
24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.

(2) USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri,Adanya kantung
kehamilan di luar kavum uteri,Adanya massa komplek di rongga panggul.

e) Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum


Douglas ada darah.

f) Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

g) Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di


luar uterus.
b. Perdarahan kehamilan lanjutan

1. Plasenta Previa

a) Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu


dan berlangsung tanpa sebab.

b) Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.

c) Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.

d) USG untuk menentukan letak plasenta. Penentuan letak plasenta secara


langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan
ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu cara ini hanya

2. Solusio plasenta

a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu


protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan
elektrolit plasma

b. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.

c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

2.9 Penatalaksanaan Medis

a. Perdarahan kehamilan muda

1. Abortus

2. Kehamilan ektopik

Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain


lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan
tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal.Selain itu, perlu
dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari
kehamilan ektopik terganggu.Tentunya penatalaksanaan pasien dengan kehamilan
ektopik yang belum terganggu berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan
kehamilan ektopik terganggu yang menyebabkan syok.

Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam
kondisi baik dan tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu penatalaksanaan ekspektasi
(expectant management), penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.

1. Penatalaksanaan Ekspektasi

Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% -hCG.


pasien dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar Pada
penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar -hCG yang
stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu, tidak semua pasien
dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini.
Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada -hCG yang keadaan-keadaan berikut:

a. Kehamilan ektopik dengan kadar menurun

b. Kehamilan tuba

c. Tidak ada perdarahan intraabdominal atau rupture

d. Diameter massa ektopik tidak melebihi 3.5 cm. Sumber -hCG awal harus
kurang dari 1000 mIU/mL,lain menyebutkan bahwa kadar dan diameter massa
ektopik tidak melebihi 3.0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini
efektif pada 47-82% kehamilan tuba.

2. Penatalaksanaan Medis

a. Methotrexate

Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi


keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik,
methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien
dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel
trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya
dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya,
kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara hemodinamis
dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal.

Harus diketahui pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum
mempunyai angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat
pada usia gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter
lebih dari 4 cm.

Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis,


pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk kemungkinan
menjalani pembedahan.Selain itu, tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu harus
selalu diwaspadai.Bila hal tersebut terjadi, pasien harus sesegera mungkin
menjalani pembedahan.Senggama dan konsumsi asam folat juga dilarang.
Tentunya methotrexate menyebabkan beberapa efek samping yang harus
diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar, stomatitis, gastroenteritis dan
depresi sumsum tulang. Beberapa prediktor keberhasilan terapi dengan
methotrexate yang -hCG, progesteron, disebutkan dalam literatur antara lain kadar
aktivitas jantung janin, ukuran massa hasil konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas
dalam rongga peritoneum.

Namun disebutkan dalam sumber -hCG-lah yang bermakna secara statistik. Untuk
lain bahwa hanya kadar -hCG serial dibutuhkan. Pada memantau keberhasilan
terapi, pemeriksaan hari-hari pertama setelah dimulainya pemberian methotrexate,
65-75% pasien akan mengalami nyeri abdomen yang diakibatkan pemisahan hasil
konsepsi dari tempat implantasinya (separation pain), dan hematoma yang
meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi dengan analgetik -hCG
umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 hari nonsteroidal. setelah pemberian
methotrexate. Pada hari-hari pertama pula massa hasil konsepsi akan tampak
membesar pada pencitraan ultrasonografi akibat edema dan hematoma, sehingga
jangan dianggap sebagai kegagalan terapi. -hCG masih perlu diawasi setiap
Setelah terapi berhasil, kadar minggunya hingga kadarnya di bawah 5 mIU/mL.

Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel.Dosis


tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis
multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari
pertama, ke-3, 5, dan hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin
ditambahkan ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg
(intramuskular), dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate
dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba
dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat
pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil
konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling
ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu.

b. Actinomycin

Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama 5


hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada pasien-pasien dengan
kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.

c. Larutan Glukosa Hiperosmolar

Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif


terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu.Yeko dan kawan-kawan
melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam
menterminasi kehamilan tuba.Namun pada umumnya injeksi methotrexate tetap
lebih unggul.Selain itu, angka kegagalan dengan terapi injeksi larutan glukosa
tersebut cukup tinggi, sehingga alternatif ini jarang digunakan.

3. Penatalaksanaan Bedah

1) Salpingostomi

Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang


berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.Pada
prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil
konsepsi, di perbatasan antimesenterik.Setelah insisi hasil konsepsi segera
terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati.Perdarahan yang terjadi
umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter.Insisi kemudian
dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam.Prosedur
ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi.Metode per
laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum
terganggu.Sebuah penelitian di Israel membandingkan salpingostomi per
laparoskopi dengan injeksi methotrexate per laparoskopi.Durasi pembedahan pada
grup salpingostomi lebih lama daripada durasi pembedahan pada grup
methotrexate, namun grup salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih
singkat dan insidens aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih
rendah.Meskipun demikian angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan
angka kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak
berbeda secara bermakna.

2) Salpingotomi

Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada
salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak
ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba
pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi.

3) Salpingektomi

Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun
yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun
laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:

a. kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu)

b. pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif

c. terjadi kegagalan sterilisasi

d. telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya

e. pasien meminta dilakukan sterilisasi

f. perdarahan berlanjut pasca salpingotomi

g. kehamilan tuba berulang

h. kehamilan heterotopik, dan massa gestasi berdiameter lebih dari 5cm.


Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan
pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini lebih dipilih
daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan jaringan parut
dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit. Pada
kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula histerektomi untuk
menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba
antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya
(stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria tuboovarika diligasi, sedangkan
arteria uteroovarika dipertahankan.Tuba yang direseksi dipisahkan dari
mesosalping.

i. Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi

Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari
fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah
tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong
dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi
berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan
bertekanan.

b. Perdarahan kehamilan lanjutan

1. Plasenta Previa

Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan


plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu :

a) Kaji kondisi fisik klien

b) Menganjurkan klien untuk tidak coitus

c) Menganjurkan klien istirahat

d) Mengobservasi perdarahan

e) Memeriksa tanda vital


f) Memeriksa kadar Hb

g) Berikan cairan pengganti intravena RL

h) Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature

i) Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan

2. Solusio plasenta

a. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .

b. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap
ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari peningkatan tekanan rongga
perut .

c. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan .berikan cairan
peroral .

d. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi / syk akibat perdarahan .pantau pula BJJ & pergerakan janin .

e. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah , bila
tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila teratsi perhatikan keadaan
janin .

f. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup
atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama .bila renjatan
tidak dapat diatasi , upayakan tindakan penyelamatan optimal .

g. Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari 6 cm
pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm lakukan seksio
sesarea .

Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu / taksiran berat
janin kurang dari 2.500 gr .penganganan berdasarkan berat / ringannya penyakit

2.10 Komplikasi
a. Perdarahan kehamilan muda

1. Abortus

Komplikikasi utama dapat mencakup hemoragi, syok, renal failure (faal ginjal
rusak), infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis

2. Kehamilan ektopik

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :

pengobatan konservatif,Pada yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama


berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi
operasi.

b. Perdarahan kehamilan lanjutan

1. Plasenta Previa

Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan.Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pad janin biasanya
terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.

2. Solusio plasenta

1. Langsung (immediate)

• Perdarahan

• Infeksi

• emboli dan syok abtetric.

b. Tidak langsung (delayed)

• couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post


partum

• hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.

• nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremi

• kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.


c. Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati konsumtif (kadar
fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk degradasi fibrin meningkat),
oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta
(uterus couvelar). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia,
berat badan lahir rendah da sindrom gagal nafas.
Asuhan Keperawatan Kehamilan Awal

A. Asuhan keperawatan Abortus

1.      Pengkajian
a.       Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah perdarahan
b.      Pemeriksaaan uteri
1)      Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
2)      Tinggi dan besarnya sudah mengecil
3)      Fundus tidak teraba diatas simpisis
4)      Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5)      DJJ dalam batas tertentu atau dapat menunjukkan takikardi/
bradikardi
6)      Abdomen keras seperti papan uterus tegang dan dengnan
pembesaran simetris atau asimetris

c.       Pemeriksan dalam


1)      Servik uteri menutup
2)      Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi
dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
3)      Besarnya rahim telah mengecil
4)      Konsistensinya melunak

d.      Kaji TTV


1)      TD
2)      Nadi
3)      Pernafasan
4)      Suhu

2.      Pengkajian psikologi


a.       Cemas ketakutan
b.      Gelisah
c.       Koping individu
3.      Pengkajian data yang mungkin muncul
1)      Nyeri dengan hemorogi retroplasenta
2)      Nyeri tekan nyata atau berat secara umum atau local
3)      Nyeri punggung bawah
4)      Hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisn kapiler, kulit dingin dan
lembab, pucat, pusing

4.      Diagnosa keperawatan


a.       Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi serviks,
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasionalisasi
hasil
1.      nyeri akut b/d Tujuan : Mandiri :
kontraksi otot, dilatasi Klien melaporkan nyeri        tentukan sifat, lokasi         membantu dalam
serviks, trauma jaringan hilang dan durasi nyeri. Kaji mendiagnosa dan memilih
DS : kriteria hasil : kontraksi uterus, tindakan, ketidaknyamanan
         Cemas kesakitan,
         Nyeri hilang/ hemorogi,retoplasma, atau dihubungkan dengan aborsi
gelisah terkontrol nyeri tekan abdomen. spontan, karena kontraksi
         nyeri dengan
         Kualitas nyeri uterus yang mungkin diperberat
memorasi plasenta menujukkan oleh oksitosin’
         nyeri tekan sekalanyeri 0-3
nyata/berat scara
         Ekspresi wajah          Kaji stres psikologi         ansietas sebagai respon
umum /local tidak tidak meringis klien/pasangan dan respon terhadap situasi darurat dapat
         nyeri punggung
         Tidak melakukan emosional terhadap memperberat ketidaknyamanan
bawah perlakuan distraksi kejadian klien
         mual dengan melakukan         Dapat membantu dalam
DO : kegiatan yang berulang menurunkan tingkat ansietas
         Hipotensi          Respon otonomik :        Berkan lingkungan dan karenanya mereduksi
         takikardi Diaporosis (-) yang tenang untuk ketidakinyamanan.
         perlambatan Tekanan darah stabil menghilangkan rasa nyeri
pengisian kapiler 120/80 mmHg         Meningkatkan kenymanan,
         kulit dingin dan Pola nafas efektif         olanorasi : menurunkan resiko kompliksi
lambat. 24x/menit dispneu         beri narkotik / sedatif, pembedahan.
Klien dapat konsentrasi berikan obat obat
dan kooperatif praoperatif bila prosedur
pembedahan diindikasikan

        perhatikan status


fissologi ibu, status         Kejadian perdarahan
sirkulasi dan volume potensialmerusak hasil
Perubahan perfusi darah. kehamilan, kemungkinan
jaringan b/d menyebabkan hipovolemia/
hipovolemi. hipoksia uteroplasenta.
DS : Tujuan :         mengkaji berlanjutnya
         Melaporkan adanya Dapat mempertahankan        Auskultasi dan hipoksia janin. Pada awalnya
perdarahan / mempernaiki perfusi laporkan DJJ catat janin berespon pada penurunan
         Mual jaringan bradikardi, takikardi, kadar O2 dengan takikardi
          Muntah Kriteria hasil : perubahan pada aktifitas peningkatan gerakan.
DO :          Mendemonstrasikan janin         bila kontraksi uterus disertai
         Perdarahan DJJ perfusi yang adekuat dilatasi serviks, tirah baring dan
         Hipotensi          TTV stabil         catat kehilangan darah medikasi mungkin tidak efektif
         Takikardi          TD 130/80 mmHg ibu dan adanya kontrasi dalam mempertahankan
         Suhu meningkat          Nadi 80x/menit uterus kehamilan
         Perdarahan lebih
         Kulit hangat         menghilangkan tekanan
500 cc Tidak terjad perdarahan pada VCI sdan meningktakan
         Kulit dingin. ( normal tidak lebih sirkulasi plasenta/ janin dalam
dari 500 cc)         anjurkan tirah baring pertukaran O2
dalam posisi miring.
         Balutan steril pada
Resti infeksi kelahiran membantu
berhubungan dengan melindungi luka dari
tindakan infasif kontaminasi, rembesan dapat
         infeksi balutan mengganggu hematoma,
abdominal terhadap gangguan penyatuan jaringan
Setelah diberikan asuha eksudat atau rembesan dehisens memerlukan
keperawatan selama 4 x lepaskan balutan sesuai kelanjutan.
24 jam diharapkan indikasi          Mencegah dan
klien dapat menerapkan memaksimalkan sirkulasi dan
tehnik kontrol infeksi aliran protein dan vitamin
Kriteria Hasil : diperlukan pembentukan kol
         Suhu 37º C          Dorongan dan bezi diperlukan sintesis Hb
         Pola nafas efektif masukan cairan oral dan          Dalam paska operasi ketiga
24x/menit diet tinggi protein vit C leukositas takikardi
         Tidak terdapat nyeri dan besi menunjukkan infeksi,
tekan luka bekas dari peningkatan sampai 38º C
drainase dengan tanda dalam jam pertama
awal penyembuhan
         Kaji suhu, nadi dan          Setelah kelahiran fundus
tidak terdapat jumlah sel darah putih tetap ketinggian dalam selama
kemerahan sampai lima hari infolusi
mudah dengan peningkatan
lokhea.
         Faal lokasi dan          Menurunkan kemungkinan
kontraktifitas uterus, endometritis paska sesuai
perhatikan perubahan komplikasi obses
adanya nyeri pad uterus tromboflekbitis
yang eksterna          Bakterious lebih pada klien
mengalami pecah selama 6 jam
         Berikan infus dari pada klien ketubannya
antibiotik profilaksi tetap sebelum mesecio sesarea
dengan detil pertama
biasanya segera setelah
pengekleman tali pusat dan
dua dosis lagi masing-
masing berjarak 6 jam
         Dapatkan kultur darah
dan urin bila infeksi
dicurigai
         Berikan antibiotik
khusus untuk proses
infeksi yang diidentifikasi
b.   Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
c. Resiko tinggi infeksi b/d tindakan infasif

Asuhan Keperawatan Kehamilan Lanjut

C. Asuhan Keperawatan Plasenta Previa

1.       Pengkajian
A.   Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B.        Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu.
C.      Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat kesehatan dahulu
         Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan
uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
         Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia
serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
         Kemungkinan pernah mengalami abortus
2.      Riwayat kesehatan sekarang
         Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
         Perdarahan tanpa rasa nyeri
         Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak
kehamilan 20 minggu.
3.      Riwakat kesehatan keluarga
         Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan
lainnya.
         Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
         Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
         Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM,
Hemofilia dan penyakit menular.
4.      Riwayat Obstetri
  Riwayat Haid/Menstruasi
         Minarche                           : 12 th
         Siklus                                : 28 hari
         Lamanya                           : ± 7 hari
         Baunya                              : amis
         Keluhan pada haid                        : tidak ada keluhan nyeri haid

5.      Riwayat kehamilan dan persalinan


         Multigravida
         Kemungkinan abortus
         Kemungkinan pernah melakukan curettage
6.      Riwayat nipas
         Lochea Rubra
         Bagaimana baunya, amis
         Banyaknya 2 kali ganti duk besar
         Tentang laktasi
         Colostrum ada

D.       Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


         Suhu tubuh            : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
         Tekanan darah       : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
         Pernapasan            : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
         Nadi                      : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

E.      Pemeriksaan fisik
  Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
  Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
  Mata biasanya konjugtiva anemis
  Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
  Abdomen
         Inspeksi     : terdapat strie gravidarum
         Palpasi       :
-          Leopoid I      : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri
masih rendah.
-          Leopoid II     :  Sering dijumpai kesalahan letak
-          Leopoid III   : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
-          Leopoid IV    : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
         Perkusi      : Reflek lutut +/+
         Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal
120.160
  Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
  Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.

F.       Pemeriksaan Penunjang
 Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr
%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun
(normal 250
ribu – 500 ribu).
G.       Data Sosial  Ekonomi
 Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada
umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.

3.2  Diagnosa Keperawatan


1.      Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman
plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual
Carpenito edisio :326)
3.      Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada
kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post
seksio.
4.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).

3.3 Intervensi dan Rasional


1.   Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman
plasenta pada segmen bawah rahim.
         Tujuan : Klien tidak mengalami perdarahan berulang
         Intervensi :
a.   Anjurkan klien untuk membatasi perserakan.
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan
plasenta sehingga dapat terjadi perdarahan.
b.   Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu).
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini
kemunduran atau kemajuan keadaan klien.
c.   Kontrol perdarahan pervaginam.
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan
perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
d.   Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda
perdarahan lebih banyak.
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu
dalam melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
e.   Monitor bunyi jantung janin.
Rasional  : Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat menunjukkan
gawat janin kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta.
f.   Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan.
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan
secara dini.

2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan


ketidakmampuan merawat diri sekunder keharusan bedres.
         Tujuan : Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
         Intervensi :
a.   Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan
menggunakan komunikasi therapeutik.
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien
kooperatif dalam melakukan asuhan keperawatan.
b.   Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Rasional : Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi,
BAB,BAK,sehingga kebutuhan klien terpenuhi.
c.   Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena
dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan.

d.   Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.


Rasional :    Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
e.   Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan
bantuan.
Rasional :    Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien
dapat terpenuhi.

3.      Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi


darak ke plasenta.
         Tujuan : Gawat janin tidak terjadi.
  Intervensi :
a.   Istirahatkan klien
Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta
dapat dicegah.
b.   Anjurkan klien agar miring kekiri.
Rasional :  Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus
dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
c.   Anjurkan klien untuk nafas dalam.
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu
sehingga O2 janin terpenuhi.
d.   Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen.
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2
sehingga konsumsi pada janin meningkat.
e.   Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit.
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama
organ-organ vital pada janin.

4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan


dan spasme otot perut.
         Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
  Intervensi :
a.   Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh
klien dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan
tindakan keperawatan selanjutnya.
b.   Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien
dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
c.   Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan
luka.
Rasional  : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
d.   Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien
berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak
terpusatkan pada rasa nyeri.
e.   Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam).
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke
jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
f.    Kontrol vital sign klien.
Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui
kemunduran atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
g.   Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik.
Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat
berkurang
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perdarahan selama kehamilan yaitu terjadi banyak faktor yang menyebabkan


pengurangan pemberdayaan wanita. dan telahbanyak pula hal-hal yang diberikan
dalam cara-cara penanggulangannya di tinjaupula dari segi kesehatan sehingga
keberdayaan wanita itu dapat puladitingkatkan dibelakang hari. Terutama pada
generasi wanita yang akan datang.Sebab dari sekian banyak kendala telah pula
diberikan beberapa caraantisipasinya, sehingga betul-betul keberdayaan wanita itu
akan bertambahditinjau dari satu segi kesehatan yang begitu komplex.Kematian
ibu selama kehamilan ada tiga hal pokok yaitu, perdarahanselama kehamilan,
pereklamsi,eklamsi dan infeksi. Tetapi yang kamiketengahkan, baru kematian ibu
akibat perdarahan selama kehamilan danpenanggulangannya, untuk meningkatkan
keberdayaan seorang wanita.Diantaranya adalah abortus, mola hidatidosa,
kehamilan ektopik yang terganggu,menstruasi dan kehamilan normal, kelainan
lokal pada vagina dan servik sepertivarises, perlukaan, erosi, polip dan keganasan,
partus prematus, solusioplasenta, inkopetensi servik, perdarahan ante partum
seperti plasenta previa, danlain-lain. Untuk meningkatkan pemberdayaan wanita
maka diharapkan setiapwanita yang mengalami perdarahan pervagina selama
kehamilan seyogyanyaharus memeriksakan diri ke dokter spesialis, untuk
selanjutnya dapat ditanganiolehnya begitupun bagi wanita sendiri (penderita),
perlu mengetahui haripertama haid terakhir, gejala dan tanda kehamilan, riwayat
obstetri teruahulu,riwayat ginekologi seperti servisitis atau operasi, riwayat
Keluarga Berencana,perdarahan kwalitas dan kwantitasnya dan lain-lain. Juga
disamping itu perludiketahui pemeriksaan penunjang seperti vaginal smear, USG,
Test kehamilan,pemeriksaan hemoglobin, pemerisaan inkomtabiliti rhesus dan
sistem ABC danlain-lain. Dengan demikian kita dapat yakin bahwa kesetaraan
dengan pria ini, akandapat terwujud ditinjau dari segi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Fraser&Cooper.2009.Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta : EGC

Maulana, Mirza.2008.Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya.Yogyakarta :


Katahati

Wiknjosastro, Hanifa.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk.


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai