CA MAMMAE
OLEH:
Dosen Pengampu:
DENPASAR
2023
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi/Pengertian
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang
paling banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena
terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga
pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh
menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diambil,
dikhawatirkan akan masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang
sehat. Ada kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan
menyebar keseluruh tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang
wanita kelmpok umur 40-70 tahun, tetapi risiko terus meningkat
dengan tajam dan cepat sesuai dengan pertumbuhan usia. Kanker
payudara jarang terjadi pada usia dibawah 30 tahun (Wijaya dan
Yessie, 2013).
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma
Mammae adalah momok pembunuh kedua bagi kaum wanita
Indonesia setelah kanker rahim (Nurcahyo, 2010). Kanker
payudara terjadi karena terganggunya system pertumbuhan di
dalam jaringan payudara. Carcinoma mammae merupakan
gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
Tahap-tahap stadium kanker payudara biasanya ditandai
dengan skala 0 sampai IV. Stadium 0 berarti kanker tersebut
merupakan jenis yang tidak menyebar yang tetap tinggal di tempat
awal dimana kanker itu tumbuh. Sedangkan stadium IV berarti
kanker tersebut telah menyebar hingga sampai ke bagian organ
tubuh lainnya (Savitri, 2015).
2. Klasifikasi
Tipe Ca Mammae (Brunner & Sudarth, 2015) sebagai berikut.
1) Karsinoma duktal menginfiltrasi
Merupakan tipe histologis yang paling umum, merupakan
75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat
jelas karena keras saat dipalpasi. Kaker jenis ini biasanya
bermetastatis di nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk
dibanding dengan tipe kanker lainnya.
2) Karsinoma lobular menginfiltrasi
Tipe ini jarang terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker
payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area
penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan
dengan tipe duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum
multisentris, dengan demikian dapat terjadi penebalan
beberapa area pada salah satu atau kedua payudara.
Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi
mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa,
meskipun tempat metastatisnya berbeda. Karsinoma duktal
biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak,
sementara karsinoma lobular biasanya bermetastatis ke
permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim
lainnya.
3) Karsinoma medular
Tipe ini menempati 6% dari kanker payudara dan tumbuh
dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat
menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga
prognosisnya seringkali lebih baik.
4) Kanker musinus
Tipe ini menempati 3% dari kanker payudara. Penghasil
lendir, juga tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini
mempunyai prognosis yang lebih baik dari lainnya.
5) Kanker duktal tubular
Tipe ini jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari
kanker. Karena metastatis aksilaris secara histologi tidak
lazim, maka prognosisnya sangat baik.
6) Karsinoma inflamatori
Merupakan tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai
2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker
payudara lainnya. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam.
Sering terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-gejala ini
dengan cepat berkembang memburuk dan biasanya mendorong
pasien mencari bantuan medis lebih cepat dibanding pasien wanita
lainnya dengan massa kecil pada payudara. Penyakit dapat
menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya. Radiasi dan
pembedahan biasanya juga digunakan untuk mengontrol
penyebaran. Untuk kepentingan pengobatan dan prognosa, kanker
payudara dibagi menjadi beberapa stadium yaitu:
1) Stadium 0
Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan
carsinoma in situ. Ada tiga jenis carsinoma in situ yaitu
Ductal Carsinoma In Situ (DCIS), Lobular Carsinoma In
Situ (LCIS) dan penyakit Paget pusing susu.
2) Stadium 1
Pada stadium 1, kanker umumnya sudah mulai terbentuk.
Stadium 1 kanker payudara dibagi ke dalam dua bagian
tergantung ukuran dan beberapa faktor lainnya.
a. Stadium IA tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil
dan belum menyebar keluar payudara.
b. Stadium IB tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak
berada pada payudara melainkan pada kelenjar
getah bening.
3) Stadium II
Pada stadium II kanker umumnya telah tumbuh membesar.
Stadium II dibagi dalam dua bagian yaitu:
a. Stadium IIA kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan
ditemukan pada 3 lajur kelenjar getah bening.
b. Stadium IIB kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan
ditemukan menyebar pada 1-3 lajur getah bening
dan atau terletak di dekat tulang dada.
4) Stadium III Pada tahap ini, kanker dibagi menjadi stadium
yaitu:
a. Stadium IIIA kanker berukuran lebih dari 5 cm dan
ditemukan pada 4-9 lajur kelenjar getah bening dan
atau di area dekat tulang dada.
b. Stadium IIIB ukuran kanker sangat beragam dan
umumnya telah menyebar ke dinding dada hingga
mencapai kulit sehingga menimbulkan infeksi pada
kulit payudara.
c. Stadium IIIC ukuran kanker sangat beragam dan
umumnya telah menyebar ke dinding dada dan atau
kulit payudara sehingga mengakibatkan
pembengkakan atau luka. Kelenjar juga mungkin
sudah menyebar ke 10 lajur kelenjar getah bening
atau kelenjar getah bening yang berada di bawah
tulang selangka atau tulang dada.
5) Stadium IV
Pada stadium ini kanker telah menyebar dari kelenjar getah
bening menuju liran darah dan mencapai organ lain dari
tubuh seperti otak, paru-paru, hati dan tulang.
3. Penyebab/Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,
sebaliknya serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan
kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel
menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium
juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler).
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae sebagai berikut.
1) Usia
Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko
tinggi terjadinya kanker payudara.
2) Riwayat penyaki
Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang sama yaitu
kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah
melakukan pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula
pada payudara yang sehat.
3) Riwayat keluarga
Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana ibu, atau
saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama
akan beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker
payudara.
4) Faktor genetik dan hormonal
Kadar hormonal yang berlebihan akan menumbuhkan sel-
sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan kanker
payudara.
5) Menarce, menopause, dan kehamilan pertama
Seseorang yang mengalami menarce pada umur kurang dari
12 tahun, 13 menopause yang lambat, dan kehamilan
pertama pada usia yang tua akan beresiko besar terjadinya
kanker payudara
6) Obesitas pascamenopouse
Dimana seseorang yang mengalami obesitas itu akan
meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang akan
beresiko terkena kanker.
7) Dietilstilbestro
Obat untuk mencegah keguguran akan beresiko terkena
kanker.
8) Penyinaran
Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar pada
dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker
payudara.
9) Masukan alcohol
Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam
sehari. Di Negara dimana minuman anggur dikonsumsi
secara teratur misal Prancis dan Itali, angkanya sedikit lebih
tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita
muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami
kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat
diganggu gugat. Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi
khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku. Seperti
kebiasaan merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan.
Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah
seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015).
4. Patofisiologi
Meskipun belum ada sebab yang spesifik kanker payudara
yang diketahui namun bisa di identifikasi beberapa faktor risiko,
faktor ini penting dalam membantu pengembangan program
pencegahan. Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% ysng
di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor risiko yang
teridentifikasi kecuali lingkugan hormonl mereka. Dimasa
kehidupan, wanita dianggap berisiko untunk mengalami kanker
payudara, namum mengidentifikasi faktor risiko merupakan cara
untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari
kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini
(Wijaya dan Yessie, 2013).
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik/ Sedang/ Lemah
Kesadaran: Compos Mentis
GCS: Normal (E=4, M=6, V=5)
TTV
TD : Nadi : SpO2 :
Suhu : RR :
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Kepala
• Inspeksi: Bentuk kepala normocepal, warna rambut
hitam dan ada sedikit uban, rambut dan kulit kepala
cukup bersih
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan atau lesi. 2) Wajah
• Inspeksi: Bentuk wajah simetris, pucat, berkeringat,
berkerut menahan nyeri.
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan. 3) Mata
• Inspeksi: Mata simetris, reflek pupil normal
(miosis), sklera anikterik, konjungtiva ananemis.
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan. 4) Hidung
• Inspeksi: Hidung simetris, tidak ada lesi, silia
merata, tidak ada cairan/darah/eksudat yang keluar
dari hidung, tidak ada polip.
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan. 5) Mulut
• Inspeksi: Mukosa bibir kering, oral hygine cukup
bersih, tidak ada stomatitis.
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan. 6) Telinga
• Inspeksi: Telinga simetris, tidak ada gangguan
pendengaran, telinga bersih, tidak ada bau.
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
7) Leher
• Inspeksi: Leher simetris, warna merata.
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran vena jugularis ataupun kelenjar
tirooid/limfe.
8) Payudara dan Ketiak
• Payudara tidak simetris, warna payudara yang
mengalami gangguan (mis. kiri) kecoklatan, aerola
kecoklatan kelainan pada payudara terlihat tunggal
hanya tersisa sebelah kanan dalam keadaan puting
normal tidak ada kelainan, axsila terdapat
pembengkakan dan clavikula tidak simetris antara
kanan dan kiri karena terdapat penonjolan masa
pada area dada kiri
9) Dada
• Bentuk dada asimetris, warna lebih gelap.
• Terdapat nyeri tekan.
Paru-paru
• Inspeksi: Pengembangan dada simetris.
• Palpasi: Tidak ada retraksi dinding dada, taktil vocal
premitus normal.
• Perkusi: Mengetuk bagian ICS 2,4,6 midclavicula
linea sinistra (dallness) dekstra (sonor)
• Auskultasi: Vesikuler
Jantung
• Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat karena adanya
pembengkakan pada area payudara.
• Palpasi: Ictus kordis sulit untuk teraba.
• Perkusi: Menilai suara ketukan pada ICS 3,4,5
midcalvucula line sinistra (dallness), dekstra (tidak
terdeteksi)
• Auskultasi: Menilai BJ 1,2 apakah tunggal regular
tidak ada suara tambahan
10) Abdomen
• Inspeksi: Tidak ada asites.
• Auskultasi: Bising usus dalam batas normal
(10x/menit)
• Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
• Perkusi: pada hepar (pekak) pada usus, lambung
(timpani)
11) Genetalia
• Inspeksi: Genetalia bersih, tidak ada cairan/darah
yang keluar.
12) Anus dan Rektum
• Inspeksi: Anus dan rectum dalam keadaan bersih.
13) Ekstremitas
• Atas
Tangan simetris, ada keterbatasan gerak pada salah
satu tangan yang mengalami pembengkakan di
bagian payudara (kanan/kiri).
• Bawah
Kaki simetris, tidak ada keterbatasan gerak. 14)
Neurologis
• Status mental dan emosi: Terkontrol
• Pengkajian saraf kranial:
a. Nervus Olfaktorius: Mampu mencium bau.
b. Nervus Optikus: Mampu melakukan penglihatan
c. Nervus Okulomotoris: Mampu menggerakan
bola mata
d. Nervus Trochlearis: Mampu menggerakan bola
mata ke atas dan ke bawah
e. Nervus Trigeminus: Mampu melakukan gerakan
mengunyah
f. Nervus Abdusen: Mampu melakukan memutar
mata kedalan dan keluar
g. Nervus Fasialis: Mampu mengangkat alis
h. Nervus Vestibulocochlearis: Mampu melakukan
pendengaran
i. Nervus Glosofaringeus: Mampu membedakan
rasa
j. Nervus Asesoris: Kurang mampu menggerakan
bahu
k. Nervus Vagus: Mampu menelan
l. Nervus Hipoglosus: Mampu menjulurkan lidah
15) Pemeriksaan Refleks
• Refleks Bisep
• Refleks Triseps
• Refleks Patela
• Refleks Brakioradialis
• Refleks Achilles
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018):
1) Laboratorium, meliputi
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino
Embrionyk
Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada
penilaian cairan yang keluar spontan dari putting
payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi
2) Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal
mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau
tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada
masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran
kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3) Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada
daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk
membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang
tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4) Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari
mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor
sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan
penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5) Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam
antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat.
Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor. 6) Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor
jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa.
Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
7) CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma
payudara pada organ lain
8) Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor
pada speredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis
darah.
9) SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat
menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI
dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang
masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk
melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah 1 hari menstruasi.
Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja
tetapi secara rutin dilakukan setiap bulan (misalnya setiap awal
bulan).
8. Komplikasi
Potensial komplikasinya dapat dapat mencakup sebagai berikut:
limfedema terjadi saat limfe yang digunakan untuk menjamin
aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan baik.
Jika nodus aksilaris harus mengambil alih fungsi. Limfedema dapat
dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi
yang proksimal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya
berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang
diangkat selama pembedahan (Fatimah, 2009).
Selain itu, juga dapat terjadi gangguan Neurovaskuler,
Metastasis (otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang
panjang), Fraktur patologi, Fibrosis payudara, hinga kematian
(Nurarif & Kusuma, 2018).
9. Prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan berdasarkan derajat
penyakit, kanker payudara lokal memiliki prognosis yang paling
baik. Komplikasi yang dapat terjadi akibat kanker payudara berupa
komplikasi pada jantung, tulang, dan kelenjar getah bening.
10. Penatalaksanaan
1) Pembedahan
a. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila
sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot
pectoralis mayor tidak diangkat namun otot
pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak
diangkat.
b. Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting
dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor
diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
c. Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri
payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan
dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal
yang berada di sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision / mastektomi parsial
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara
normal, Pengangkatan dan payudara dengan kulit
yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
2) Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi
tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek
samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
3) Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar
dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah,
hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang
penyakit.
4) Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker
yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan
bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.
Terapeutik
Terapeutik
1. Lakukan oral
1. Mulut yang bersih
hygiene sebelum
dapat meningkatkan
makan, jika perlu
nafsu makan
2. Fasilitasi
menentukan 2. Agar mengetahui cara
pedoman diet (mis. diet yang baik dan
piramida makanan) sehat
3. Sajikan makanan 3. Untuk menambah
secara menarik dan nafsu makan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan 4. Untuk mencegah
tinggi serat untuk terjadinya konstipasi
mencegah konstipasi
5. Berikanan makanan 5. Agar kebutuhan
tinggi kalori dan protein tercukupi
tinggi protein
6. Berikanan suplemen 6. Untuk merangsang
makanan, jika perlu penambahan nafsu
makan
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi 1. Posisi duduk
duduk, jika perlu memberikan pasien
perasaan nyaman saat
makan.
2. Ajarkan diet 2. Dengan makan sedikit
yang tapi sering dapat
diprogramkan meningkatkan intake
nutrisi.
Kolaborasi
Kolaborasi 1. Antiemetik dapat
1. Kolaborasi pemberian digunakan sebagai
terapi farmakologis
medikasi sebelum dalam manajemen
makan (mis. mual dengan
menghambat sekres
Pereda nyeri, asam lambung
antimetic), jika perlu
2. Kolaborasi ahli gizi 2. Membantu pasien
untuk menentukan untuk memenuhi
jumlah kalori dan jumlah nutrisi dalam
jenis nutrient yang tubuh
dibutuhkan.
2 (D.0005) Pola napas (L.01004) Setelah (I.1.14509)
tidak efektif b.d Manajemen Jalan
diberikan asuhan
hambatan upaya
napas d.d mengeluh keperawatan selama Napas
sesak nafas saat Observasi Observasi
3 × 24 jam maka
berbaring,
penggunaan otot diharapkan pola 1. Monitor pola 1. Untuk mengetahui
bantu pernapasan, pernapasan (mis. pola pernapasan
napas membaik
fase ekspirasi
memanjang, pola dengan kriteria frekuensi, kedalaman, pasien (frejueansi,
napas abnormal (mis. hasil: usaha napas) kedalaman, usaha
takipnea, bradypnea,
hiperventilasi, 1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas napas).
kussmaul, 2. Penggunaan otot tambahan (mis. 2. Untuk mengetahui
Cheynestokes),
bantu pernapasan gurling, mengi, adanya bunyi napas
pernapasan pursed-
lip, pernapasan menurun wheezing, ronkhi tambahan.
cuping hidung,
diameter thoraks 3. Pernapasan kering)
anteriosposterior cuping hidung 3. Monitor sputum 3. Untuk mengetahui
meningkat, ventilasi jumlah, warna, dan
menurun (jumlah, warna,
semenit menurun,
kapasitas vital 4. Frekuensi napas aroma) bau sputum pasien.
menurun, tekanan membaik
ekspirasi menurun,
tekanan inspirasi Terapeutik Terapeutik
menurun, ekskursi 1. Pertahankan 1. Untuk meningkatkan
dada
kepatenan jalan napas kondisi pasien agar
dengan head-tilit dan lebih baik dan
chin lift (jaw-thrust nyaman.
jika curiga trauma
servikal)
2. Posisikan semifowler 2. Agar pasien merasa
atau fowler lebih nyaman
berubah. 3. Berikan minuman 3. Untuk menghangatkan
hangat tenggorokan dan
mengencerkan dahak,
jika ada
4. Untuk membantu
4. Lakukan fisioterapi mengeluarkan dahak
dada, jika perlu 5. Untuk membantu
5. Lakukan penghisapan mengeluarkan dahak
lendir kurang dari 15 pada pasien tidak
detik sadarkan diri/tidak
mampu mengeluarkan
dahak secara mandiri.
6. Untuk menghindari
6. Lakukan hipoksemia akibat
hiperoksigenasi penghisapan lendir.
sebelum penghisapan
endotrakeal 7. Agar tidak ada
7. Keluarkan sumbatan sumbatan pada
benda padat dengan saluran pernapasan
forsep McGil 8. Agar pasien lebih lega
8. Berikan oksigen, jika untuk bernapas
perlu
Edukasi
Edukasi 1. Agar pasien tidak
1. Ajarkan asupan cairan mengalami dehidrasi
2000ml/hari, jika
tidak kontraindikasi 2. Agar pasien dapat
2. Ajarkan teknik batuk melakukan batuk
efektif dan mampu
efektif mengeluarkan dahak
secara mandiri.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk membantu
bronkodilator, mengurangi sesak
ekspektoran, napas.
mukolitik, jika perlu
3 (D.0129) (L.14125) (I.11353)
Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan
kulit dan jaringan b.d Integritas Kulit
tindakan selama 3 x
efek samping terapi
radiasi d.d kerusakan 24 jam diharapkan Observasi Observasi
jaringan dan/atau 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui penyebab
hasil:
lapisan kulit, nyeri,
perdarahan, 1. Kerusakan gangguan integritas gangguan integritas
kemerahan, jaringan menurun kulit (mis. Perubahan kulit yang dialami
hematoma.
2. Kerusakan sirkulasi, perubahan pasien
lapisan kulit status nutrisi,
menurun penurunan
3. Perdarahan kelembaban, suu
menurun lingkungan ekstrem,
4. Kemerahan penurunan mobilitas).
menurun
Terapeutik Terapeutik
5. Hematoma
menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam 1. Agar kulit tidak
tirah baring menjadi terlalu
lembab akibat tidak
ada pergerakan
2. Gunakan produk 2. Agar kulit tetap dalam
berbahan petrolium keadaan baik
atau minyak pada (tidak terlalu
kulit kering lembab/kering)
3. Gunakan produk 3. Agar tidak terjadi
berbahan ringan/alami kerusakan baru karena
dan kulit yang
hipoalergik pada kulit sensitive
sensitif
4. Hindari produk 4. Agar kulit tidak tambah
berbahan dasar kering
alkohol pada kulit
kering
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan minum air 1. Agar kebutuhan
yang cukup cairan pasien
2. Anjurkan terpenuhi
meningkatkan asupan 2. Agar kebutuhan
nutrisi nutrisi pasien
terpenuhi
3. Anjurkan 3. Mengonsumsi
meningkatkan asupan buah dan sayur
buah dan sayur dapat
meningkatkan
integritas kulit
4. Anjurkan mandi dan menjadi lebih baik
menggunakan sabun 4. Mandi
secukupnya menggunakan
sabun yang
berlebihan dapat
mengganggu
integritas kulit.
Terapeutik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
1. Memberikan teknik
farmaklogis untuk
mengontrol nyeri
mengurangi rasa
tidak hanya obat
nyeri
2. Kontrol lingkungan 2. Memberikan
yang memperberat kenyamanan kepada
rasa nyeri pasien
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan 1. Menstimulasi pasien
penyebab,periode, untuk menghindari
dan pemicu nyeri pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi 2. Membantu klien agar
meredakan nyeri bisa meredakan rasa
nyeri sendiri
3. Ajarkan teknik 3. Mempercepat proses
nonfarmakologi penurunan nyeri yang
untuk mengurangi dirasakan pasien
rasa nyeri dengan cara yang
tidak memberikan
banyak efek samping
kepada pasien.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Menurunkan nyeri
analgetik, jika perlu dengan obat-obatan
yang bekerja secara
sistemik dan segera.
berkonsentrasi,
Terapeutik Terapeutik
tampak gelisah,
tampang tegang dan 1. Ciptakan suasana 1. Memberikan
terapeutik untuk rasa nyaman
sulit tidur.
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk 2. Membantu pasien
memungkinkan
3. Membantu penyebab
3. Pahami situasi yang
ansietas pada pasien
membuat ansietas
4. Memberikan rasa
4. Dengarkan dengan
aman dan nyaman
penuh perhatian
5. Membantu pasien
5. Gunakan pendekatan
terbuka terhadap apa
yang tenang dan
yang dirasakan
meyakinkan
6. Agar pasien merasa
6. Tempatkan
barang
pribadi yang lebih tenang dan
memberikan aman
kenyamanan
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan prosedur, 1. Mengetahui apa yang
termasuk sensasi dirasakan pasien
yang mungkin
dialami
2. Informasukan secara 2. Membantu pasien
factual mengenai memeahami lebih
diagnosis, dalam atas apa yang
pengobatan, dan dialami saat ini
prognosis
3. Anjurkan keluarga 3. Meminimalisir
untuk tetap bersama rasa cemas
pasien berlebih
4. Anjurkan
mengungkapkan 4. Membantu pasien
perasaan dan terbuka dan
persepsi mengurangi rasa
5. Latih teknik relaksasi cemas
5. Membantu pasien
merasa rileks dan
tenang
Kolaborasi
1. Kolaborasi Kolaborasi
pemberian obat 1. Kolaborasi pemberian
antiansietas, jika obat agar membantu
perlu mengurasi rasa cemas
pasien
9 (D.0142) (L.14137) (I.14539)
Risiko Infeksi d.d Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan Setelah dilakukan Observasi Observasi
pertahanan tubuh tindakan selama 3 x 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui tanda
primer yaitu 24 jam diharapkan gejala infeksi lokal dan gejala infeksi
kerusakan integritas hasil: dan sistemik lokal dan sistemik
kulit 1. Nyeri menurun
2. Kemerahan Terapeutik Terapeutik
menurun 1. Batasi jumlah 1. Agar pasien merasa
3. Bengkak menurun pengunjung nyaman
2. Berikan perawatan 2. Agar nyeri menurun
kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum 3. Mencegah terjadinya
dan sesudah kontak infeksi
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Perhatikan teknik 4. Agar pasien merasa
aseptik pada pasien nyaman
beresiko tinggi
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tanda dan 1. Mengetahui tanda dan
gejala infeksi gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci 2. Mengetahui cara
tangan dengan benar mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara 3. Mengetahui kondisi
memeriksa kondisi luka
luka atau luka operasi
4. Anjurkan 4. Agar asupan nutrisi
meningkatkan asupan tercukupi
nutrisi
5. Anjurkan 5. Agar asupan cairan
meningkatkan asupan tercukupi
cairan
Kolaborasi Kolaborasi
4. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang
telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang tampil.
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan
standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh
mana tujuan tercapai (Dermawan, 2012: 128). Evaluasi kperawatan
merupakan kegiatan menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang
dilakukan dengan format SOAP.
S : Subjective: hasil pemeriksaan terakhir yag dikeluhkan oleh
pasien biasanya data ini berhubungan dengan kriteria hasil. O :
Objective: hasil pemeriksaan terakhir yag dikeluhkan oleh pasien
biasanya data ini juga berhubungan dengan kriteria hasil. A :
Assesment: pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan
pasien telah terpenuhi atau tidak.
P : Plan: dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker
Payudara
Savitri. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim, dan Rahim.