Anda di halaman 1dari 19

Ca Mammae (Kanker Payudara/ KPD)

A. Definisi

Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara yang


tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat menyebar di antara
jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lainnya (Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas
akibat dari pertumbuhan abnormal sel pada jaringan payudara. Sel kanker tersebut
membelah secara pesat dan tak terkontrol, kemudian berinfiltrasi di jaringan
sekitarnya dan bermetastasis. Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan akan
membentuk benjolan di payudara. Apabila benjolan tersebut tidak segera dikontrol,
maka sel abnormal pada payudara akan bermetastase ke jaringan-jaringan tubuh
lain (Anggarwati, 2018). http://eprints.umm.ac.id/63642/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.uny.ac.id/51321/2/BAB%20II%20KAJIAN%20TEORI.pdf

Jenis-jenis Kanker Payudara ( Kedokteran Klinis, 2012: 332-333)

a. Karsinoma duktus invasive : jenis yang paling umum (75%)

b. Kanker lobulus invasive : jenis kedua yang paling umum (10%)

c. Karsinoma tubulus : mencakup 5 % dari semua penyakit ganas payudara

d. Kanker payudara inflamasi : mencakup 3% dari semua penyakit ganas payudara.

e. Karsinoma in situ : karsinoma in situ (DCIS) hanya ada di duktus/duktulus, dan


karsinoma lobulus in situ (LCIS) hanya ada di lobulus.

3. Klasifikasi Kanker Payudara ( (National Breast Cancer Foundation, 2017):

a. Diagnosis normal

b. Diagnosis tumor (benign) :

1). Tumor Jinak : Meskipun tumor ini pada umumnya tidak agresif terhadap jaringan
sekitarnya, tetapi terkadang tumor ini dapat terus tumbuh, menekan pada organ-
organ dan menyebabkan sakit atau masalah lain. Dalam situasi ini, perlu dilakukan
pengangkatan tumor agar komplikasinya mereda.
2). Tumor Ganas : Tumor ganas/kanker sangat agresif karena menyerang dan
merusak jaringan sekitar. Selanjutnya biopsi perlu dilakukan untuk menentukan
tingkat keparahan atau agresivitas tumor

c. Diagnosis kanker (Metastasis kanker) : Metastasis kanker adalah ketika sel-sel


kanker tumor ganas menyebar ke bagian lain tubuh. Biasanya melalui sistem getah
bening dan membentuk tumor sekunder.

Berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC), pembagian tahapan


kanker payudara ini menggunakan sistem “TNM”, yaitu:

 T (Tumour) — menunjukkan ukuran tumor dan apakah sudah tumbuh dan


menyebar ke jaringan terdekat.

 N (Node/kelanjar getah bening) — menunjukkan sel kanker yang telah


menyebar ke kelenjar getah bening.

 M (Metastasis) — menunjukkan metastasis atau penyebaran sel kanker ke


organ lain di luar payudara, seperti paru-paru.

Setelah tahap TNM dan status sel kanker ditentukan, hasil ini digabungkan menjadi
sebuah proses yang disebut “stage grouping” atau tahap pengelompokkan.
Pengelompokkan biasa dimulai dari stadium 0-IV. Semakin tinggi angka stadiumnya,
semakin berat dan parah kanker payudara yang dialami.

STADIUM 0 :
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non invasive Cancer. Yaitu kanker tidak
menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules)
susu pada payudara.

STADIUM I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh
getah bening

STADIUM IIa :
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-
titik pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )

Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke
titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ).
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak.

STADIUM IIB :
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.Telah menyebar pada
titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

STADIUM III A :

Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening ketiak.

Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening ketiak.

.STADIUM III B :
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga
luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer.
Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening
di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

STADIUM IIIC :
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah
bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik disaluran getah
bening dibawah tulang selangka ).

STADIUM IV :
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu :
Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.

B. Etiologi

Faktor Risiko

Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara
antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetic,
riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS,
densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau
menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak
menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada,
faktor lingkungan.

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko


terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas (tidak pernah melahirkan) ,
menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan
pertama pada umur tua. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama
dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of
initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari
25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis.

2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya


kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan
bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para
pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan
bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama
mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum
menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas. [16]

3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan


fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada
hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali.
Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk


tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi
terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta
perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko


terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8
tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko
kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas


meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara
linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan


komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu.
Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat
berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Risiko
terbesar usia 75 tahun. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi
pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker
payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang
bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.Gen pensupresi
tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.

C. Epidemiologi

Berdasarkan data dari GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer


(IARC) (2018), jumlah penderita kanker dengan kasus baru di seluruh dunia pada
tahun 2018 sebanyak 18.078.957 orang dan menyebabkan kematian sekitar 9,5 juta
orang. Kanker paru, kolorektal, hepar dan kanker payudara adalah penyebab
terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Persentase kasus baru kanker
payudara adalah 11,6%, peringkat kedua setelah kanker paru. Pada tahun 2018, di
Indonesia, kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi,
yaitu sebesar 16,7% dengan estimasi jumlah sebanyak 58.256 kasus baru. Kanker
payudara menyebabkan kematian sebanyak 22.692 orang (12,56%), peringkat
kedua setelah kanker paru (IARC, 2018).

D. Gejala klinis

Keluhan utama penderita kanker payudara adalah terdapatnya benjolan di payudara


dengan/tanpa nyeri, kelainan pada kulit payudara (dimpling, ulserasi, venektasi atau
peau d’orange), gangguan puting (retraksi, ruam atau terdapatnya discharge),
benjolan pada ketiak dan edema ringan, sedangkan keluhan lainnya dapat berupa
nyeri tulang (vertebra, femur), sesak dan lainnya (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Mangan (2010, p.11), gejala klinis kanker payudara pada stadium dini tidak
menimbulkan keluhan dan rasa sakit. Salah satu tanda yang dapat di amati pada
stadium dini adalah adanya benjolan kecil di payudara, tidak nyeri. Umumnya
berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara, mula-mula kecil, semakin lama
akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada puting susu.

Sementara, beberapa keluhan yang di rasakan oleh penderita pada stadium

lanjut sebagai berikut:

1) Jika di raba dengan tangan, terasa ada benjolan di payudara/ lump

2) Jika di amati, bentuk dan ukuran payudara berbeda dengan sebelumnya.

3) Ada luka dan eksim di payudara dan puting susu yang tidak dapat sembuh

meskipun telah diobati.

4) Keluar darah atau cairan encer dari puting susu (Nipple discharge)

Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak
normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil,
menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari
puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat,
keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya
pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.

5) Puting susu masuk memuntir ke dalam payudara ( retraksi )


6) Kulit payudara berkerut seperti kulit jeruk (peau d'orange)/ skin dimpling.

7) Pada stadium lanjut bisa timbul borok/ ulkus, semakin lama akan semakin besar
dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau
busuk, dan mudah berdarah, Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul
apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase
ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo,
1990).

E. Strategi pencegahan

Pencegahan Primer

Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara, berupa
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya
dengan peningkatan insiden kanker payudara. Salah satu bentuknya:

1. Promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan
pola hidup sehat.
2. Pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.

Pencegahan Sekunder

Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok orang
yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker payudara
dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan untuk
mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif;
dengan demikian akan menurunkan kemungkinan kekambuhan , menurunkan
mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup.

Beberapa tindakan untuk skrining adalah :

1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)

3. Mammografi skrining

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk


terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal
merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan
dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami
perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:

a. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.

b. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat Referensi untuk dilakukan


mammografi setiap tahun.

c. Wanita normal mendapat Referensi mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai


usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara
Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi
kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%

Pencegahan tersier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak
terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan radiasi.

F. Diagnosis

Diagnosis kanker payudara ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis,
regionalis, dan sistemik, Pemeriksaan klinis dan penunjang untuk memeriksa dan
mendiagnosis kanker payudara yang biasa dilakukan dokter:

1. Pemeriksaan payudara klinis


dokter terlebih dahulu akan memeriksa payudara dengan tangan kosong. Tes ini
disebut pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) untuk melihat bentuk, ukuran,
warna, dan tekstur payudara guna mendeteksi kemungkinan kanker, dokter juga
akan melihat kelenjar getah bening di ketiak dan atas tulang selangka. Jika ada
pembengkakan atau benjolan, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan dengan
tes lainnya.
2. Mammografi : mendeteksi keberadaan benjolan kanker payudara
3. USG payudara : mendeteksi perubahan pada payudara, membedakan benjolan
berisi kista payudara atau cairan dan massa padat yang mungkin jadi cikal bakal
kanker.
4. MRI payudara : dilakukan setelah seseorang didiagnosis memiliki kanker
payudara. Tujuannya untuk mengetahui ukuran kanker dan mencari kemungkinan
tumor lain di payudara.
5. Biopsi : dengan mengambil sampel jaringan yang dicurigai terdapat sel kanker di
dalamnya, keberadaan jaringan sel kanker bisa diketahui.
Faktor yang menyulitkan :

1. Obesitas : ukuran payudara wanita obesitas lebih besar, sehingga lebih rumit
untuk mendeteksi adanya tumor. 20 persen lebih berisiko salah diagnosis

2. Payudara yang padat : Pada mammogram, jaringan payudara yang padat


terlihat putih dan tumor payudara juga terlihat putih, sehingga jaringan yang padat
dapat menyembunyikan tumor.

Pengobatan kanker ( https://www.halodoc.com/artikel/ini-metode-pengobatan-


untuk-pengidap-kanker )

Tiga Jenis Pengobatan Kanker

Pengobatan dilakukan untuk mengobati kanker dan memastikan pengidapnya bisa


hidup normal. Jika kanker yang dialami tidak bisa disembuhkan, ada pengobatan
yang dilakukan untuk menghambat perkembangan sel kanker dan mencegah
penyebaran sel kanker ke organ tubuh lain.

Pengobatan primer, bertujuan mengangkat atau menghancurkan sel kanker dalam


tubuh. Banyak penanganan medis yang dilakukan pada tipe pengobatan ini, tapi
sebagian besar kasus kanker diobati dengan operasi. Jika jenis kanker yang dialami
sensitif terhadap kemoterapi dan radiasi, tindakan operasi bisa menjadi pilihan
utama pengobatan kanker.

Terapi adjuvan, bertujuan menghancurkan sel kanker yang masih tersisa pada
pengobatan primer, sehingga mengurangi kemungkinan sel kanker tumbuh kembali.
Pengobatan ini terdiri dari kemoterapi, radiasi, dan terapi hormon.

Perawatan paliatif, bertujuan untuk mengurangi efek samping dari pengobatan


kanker. Jenis perawatan ini terdiri dari operasi, radiasi, kemoterapi, dan terapi
hormon.
Dari ketiga jenis pengobatan, berikut pengobatan kanker yang bisa menjadi pilihan.

1. Operasi : untuk mengangkat sel kanker dalam tubuh. Prosedur operasi


disesuaikan dengan tujuan, jumlah jaringan yang diangkat, bagian tubuh yang
membutuhkan operasi, dan kehendak pengidap kanker. Operasi bisa mengobati
kanker dengan cara mengangkat sel kanker, menangkal pertumbuhan tumor, dan
mengurangi gejala kanker. Namun, operasi juga bisa menimbulkan efek samping
berupa nyeri dan infeksi.

2. Terapi Radiasi

Pengobatan ini menggunakan dosis radiasi tingkat tinggi untuk membunuh sel
kanker, mencegah kanker tumbuh kembali, dan menghambat pertumbuhan sel
kanker. Hal yang perlu diketahui adalah, terapi radiasi berpotensi merusak sel sehat
yang berada dekat pada sel kanker sehingga bicara pada dokter terlebih dahulu
sebelum memutuskan untuk terapi radiasi.

3. Kemoterapi : bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan sel kanker,


sehingga tindakan ini bisa mengurangi gejala, mencegah penyebaran,
memperlambat pertumbuhan, dan menghancurkan sel kanker dalam tubuh. Meski
punya banyak manfaat, kemoterapi bisa menimbulkan efek samping berupa rambut
rontok, nyeri tubuh, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sesak napas,
pendarahan, sulit tidur, kelelahan, sembelit atau diare, penurunan gairah seksual,
sariawan, hingga gangguan psikologis.

4. Imunoterapi : dilakukan untuk membantu sistem imun melawan sel kanker.


Caranya dengan merangsang sistem imun menghentikan pertumbuhan sel kanker
dan memberikan zat khusus yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh buatan
(seperti protein imun). Efek samping imunoterapi berupa demam, mual, muntah,
sakit kepala, nyeri sendi dan otot, sesak napas, serta hipotensi atau hipertensi

5. Terapi Target

Pengobatan kanker yang menargetkan sel kanker menggunakan obat atau zat
lainnya. Terapi ini berfungsi menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker
tanpa merusak sel sehat yang berada di sekitarnya. Tindakan ini juga berpotensi
menimbulkan efek samping, berupa diare, gangguan organ hati, hipertensi,
kelelahan, kulit kering, serta perubahan warna kuku dan rambut.
6. Terapi Hormon

Terapi hormon banyak dilakukan pada kasus kanker prostat dan payudara. Terapi
hormon bekerja dengan cara mengecilkan sel tumor sebelum tindakan operasi atau
radiasi, mengurangi risiko sel kanker muncul kembali, dan menghancurkan sel
kanker. Efek samping yang dapat timbul adalah penurunan gairah seksual, diare,
mual, kelelahan, dan tulang rapuh.

Farmakoterapi

Pasien kanker yang mengalami anoreksia memerlukan terapi multimodal

a. Progestin : bermanfaat dalam meningkatkan selera makan dan meningkatkan BB


pada kanker kaheksia, namun tidak memberikan efek dalam peningkatan massa otot
dan kualitas hidup pasien.

b. Kortikosteroid : merupakan zat oreksigenik yang paling banyak digunakan.


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid pada pasien
kaheksia dapat meningkatkan selera makan dan kualitas hidup pasien

c. Siproheptadin : merupakan antagonis reseptor 5-HT, yang dapat memperbaiki


selera makan dan meningkatkan berat badan pasien dengan tumor karsinoid.Efek
samping yang sering timbul adalah mengantuk dan pusing.Umumnya digunakan
pada pasien anak dengan kaheksia kanker, dan tidak direkomendasikan pada
pasien dewasa

TERAPI GIZI

a. Terapi Diet

1. Tujuan Diet

Menurut Almatsier (2010) tujuan diet penyakit kanker adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal dengan cara:

a. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta


daya terima pasien

b. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebih

c. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare


d. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh
pasien dan keluarga

2. Prinsip Diet

- Tinggi Energi, Tinggi Protein, Tinggi Antioksidan

3. Syarat Diet

Syarat diet kanker payudara secara umum yaitu:

a. Kebutuhan energi pada pasien kanker dapat dilakukan dengan rumus Harris
Benedict yang ditambahkan dengan faktor stress dan aktivitas, tergantung dari
kondisi dan terapi yang diperoleh pasien saat itu.

b. Kebutuhan protein sebesar 1,2-2 g/kgBB/hari dengan peningkatan kebutuhan


terutama terhadap asam amino rantai cabang atau Branched Chained Amino Acid
(BCAA) yang dapat memperbaiki selera makan pada pasien kanker yang

mengalami anoreksia. Bahan makanan sumber BCAA yaitu putih telur, ikan, ayam,
daging sapi, kacang kedelai, tahu, tempe, dan polong-polong.

c. Kebutuhan lemak sebesar 25-30% dari total energi yang dibutuhkan dengan
peningkatan kebutuhan terutama terhadap asam lemak omega-3. Asam lemak
omega-3 mampu mempertahankan berat badan dan memperlambat kecepatan

penurunan berat badan, meskipun tidak menambah berat badan pasien. Bahan
makanan sumber Omega-3 fatty acids yaitu minyak dari ikan salmon, tuna,
kembung, makarel, ikan teri, ikan lele dan suplemen yang mengandung Omega-3.

d. Kebutuhan karbohidrat yaitu sisa dari perhitungan protein dan lemak.

e. Kebutuhan vitamin C yaitu 100 mg, vitamin E yaitu 19 mg.

.4. Pedoman untuk Mengatasi Masalah Makan Menurut Almatsier (2010)


meliputi:

a. Bila pasien menderita anoreksia : Dianjurkan makan makanan yang disukai


atau dapat diterima walau tidak lapar, Hindari minum sebelum makan,Tekankan
bahwa makan adalah bagian penting dalam program pengobatan
b. Bila ada perubahan pengecapan : Makanan/ minuman diberikan dengan suhu
kamar atau dingin, dalam bentuk segar seperti sari buah atau jus,Tambahkan
bumbu makanan sesuai untuk menambahkan rasa

c. Bila ada kesulitan mengunyah atau menelan : Minum menggunakan sedotan,


diberikan dengan suhu kamar atau dingin, Bentuk makanan disaring atau cair,
Hindari makanan terlalu asam atau asin

d. Bila mulut kering : Makan/ minum diberikan dengan suhu dingin, Bentuk
makanan cair, Kunyah permen karet atau hard candy

e. Bila mual dan muntah

Beri makanan kering, Hindari makanan yang berbau merangsang, berlemak tinggi
terlalu manis, makan dan minum perlahan-lahan
6. Batasi cairan pada sa
Komplikasi Kanker Payudara (https://www.halodoc.com/artikel/3-komplikasi-
kanker-payudara-yang-perlu-diketahui)

Komplikasi yang umum terjadi adalah menyebarkan sel-sel abnormal ini ke anggota
tubuh lain. Kondisi ini biasanya terjadi ketika pengidapnya memasuki stadium yang
lebih parah, bila organ lain juga terserang, artinya kanker ini telah bermetastasis
atau menyebar dengan sangat cepat dan ganas. Kondisi ini pada akhirnya akan
memengaruhi kesehatan organ yang normal dan mengakibatkan penyakit baru.

Bagian tubuh yang terkena komplikasi biasanya :

1. Tulang

Ketika sel kanker menyebar ke tulang, maka tak menutup kemungkinan bisa
menyebabkan beberapa bagian struktur tulang pecah tanpa membentuk tulang baru.
Dampaknya, tulang cenderung lemah dan rentan terhadap patah tulang.
Penyebaran sel kanker ke bagian tulang ini bisa membuat pengidapnya merasakan
nyeri tulang, tulang menjadi lemah dan mudah patah, hingga kelumpuhan. Tak cuma
itu, ada pula gejala lain yang mungkin timbul seperti hiperkalsemia. Kondisi ini
merupakan tingginya kadar kalsium di dalam plasma darah yang ditandai dengan
munculnya rasa mual, mudah mengantuk, hilangnya nafsu makan, rasa haus, dan
sembelit.

2. Paru-Paru

Komplikasi kanker payudara juga bisa menyebar ke paru-paru. Kalau sudah begini,
maka pengidapnya akan lebih lemah dan rentan sakit. Alasannya jelas, tubuh akan
kesulitan untuk melawan bakteri dan infeksi, sehingga ia rentan mengidap
pneumonia (infeksi paru-paru). Bagaimana dengan gejalanya? Umumnya sesak
napas, efusi pleura (penumpukan cairan di lapisan paru-paru), batuk
berkepanjangan, dan nyeri dada.

3. Kelenjar Getah Bening

Umumnya, kelenjar getah bening merupakan area pertama yang biasanya terkena
penyebaran kanker payudara. Tepatnya, kelenjar getah bening yang berada di
bawah lengan, di dalam payudara, dan di dekat tulang selangka. Penyebaran ini
bisa terjadi sejak kanker payudara berada di stadium IB. Pada stadium ini, beberapa
sel kanker, mungkin dalam jumlah kecil sudah masuk ke dalam kelenjar getah
bening. Gejala yang ditimbulkan, antara lain adanya benjolan pada ketiak atau area
tulang selangka.

PROGNOSA

Prognosis Secara umum prognosis kanker payudara tergantung pada seberapa


invasif dan seberapa besar kankernya, jenis kanker apa, dan apakah kanker itu telah
menyebar ke kelenjar getah bening atau tidak (Kosir, 2018). Persentase wanita
dapat bertahan hidup 5 tahun setelah diagnosis adalah: (1) 98,6% jika kanker tetap
di tempat asal sejak terbentuk (terlokalisasi); (2) 84,9% jika kanker telah menyebar
ke kelenjar getah bening di dekatnya tetapi tidak lebih jauh (regional); dan (3) 25,9%
jika kanker telah menyebar ke tempat yang jauh atau ke organ lain (bermetastasis)
(Kosir, 2018). Wanita dengan kanker payudara cenderung memiliki prognosis yang
lebih buruk jika mereka memiliki salah satu dari berikut: (1) Diagnosis kanker
payudara pada usia 20 sampai 30 tahun; (2) Tumor yang besar; (3) Kanker yang
dengan cepat membelah sel, termasuk tumor yang tidak memiliki batas yang jelas
atau kanker yang tersebar di seluruh payudara; (4) Tumor yang tidak memiliki
reseptor estrogen atau progesteron; (5) Tumor yang memiliki terlalu banyak reseptor
HER2; dan (6) Mutasi gen BRCA1 (Kosir, 2018

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/63642/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.uny.ac.id/51321/2/BAB%20II%20KAJIAN%20TEORI.pdf

http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1603000018/10.BAB_II_.pdf

https://id.scribd.com/doc/146830864/Pathway-CA-mammae

Anda mungkin juga menyukai