Anda di halaman 1dari 22

A.

DEFINISI
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel
tunggal yang tidak normal dan tidak dapat terkendali oleh tubuh, sehingga
menjadi tumor ganas yang mengakibatkan kerusakan pada sel dan jaringan
sehat di dalam tubuh. Kanker dapat terjadi dimana saja dari jaringan yang
berbeda, di dalam organ yang berbeda (Lubis UL,2022). Salah satu jenis
kanker yang paling umun di dapatkan pada wanita adalah kanker payudara.
Kanker ini merupakan tumor ganas yang terbentuk dan tumbuh di jaringan
payudara yang mencakup kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, dan
jaringan ikat di payudara (Sirait MC, 2021).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang banyak
diderita oleh perempuan baik di negara maju maupun berkembang. Kanker
payudara tergolong penyakit tidak menular dan penyebabnya masih belum
diketahui secara pasti. Penyakit ini disebabkan oleh sel-sel yang rusak pada
jaringan payudara dan perubahan karakteristik genetik. Kanker payudara
membutuhkan waktu lama untuk berkembang di dalam tubuh, dan
mempunyai banyak faktor resiko yang sangat beragam diantaranya faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang berasal
dari riwayat keluarga yang mengidap kanker payudara, dan faktor lingkugan
seperti jenis kelamin, usia, perubahan genetik, ras, usia pertama menstruasi 55
tahun, tidak menikah, tidak mempunyai anak, mengunakan kontrasepsi
hormonal, berat badan berlebih, stres dan gaya hidup yang buruk. Selain
faktor di atas, terdapat juga faktor lainnya yang dapat meningkatkan resiko
terkena kanker payudara, diantaranya pola makan yang buruk seperti makan
makanan yang tinggi lemak, daging yang masih kemerahan, daging olahan,
mengonsumsi gula berlebih, dan makanan gosong (Sirait MC,2021).
Gejala awal kanker payudara seringkali tidak disadari atau dirasakan
secara jelas oleh penderita, sehingga banyak penderita yang melakukan
pengobatan sudah dalam kondisi stadium lanjut. Inilah menjadi salah satu
penyebab tingginya angka kematian akibat kanker payudara. Padahal,
kematian akibat kanker payudara pada stadium dini masih bisa dicegah. Jika
kanker payudara terdeteksi secara dini maka pasien memiliki harapan hidup
yang lebih tinggi yaitu diantara 85% hingga 95%. Namun, pada kenyataannya
70-90% penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di rumah sakit
setelah merasakan sakit parah yakni setelah memasuki stadium lanjut
(Depkes, 2018).
B. ANATOMI

Jaringan payudara di bentuk oleh gladula yang sifatnya yaitu


memproduksi air susu atau disebut juga dengan (lobulus) yaitu yang biasanya
dialirkan ke arah putting atau disebut (nipple) yaitu melalui duktus. Struktur
lainnya yaitu adalah jaringan lemak yang juga merupakan komponen yang
terbesar, dan connective tissue, dengan pembuluh darah dan juga saluran yang
beserta kelenjar limfatik. Maka Setiap dari payudara itu akan mengandung
kira-kira 15-20 lobus yang dapat tersusun sirkuler. Pada Jaringan lemak
(subcutaneous adipose tissue) yaitu yang membungkus satu lobus dapat
memberikan bentuk dan ukuran dari payudara. Pada Tiap lobus itu juga terdiri
dari beberapa lobules yang juga merupakan tempat untuk produksi air susu
yang berfungsi sebagai respon dari suatu signal dan hormonal. Terdapat 3
macam jenis hormon yang bisa mempengaruhi dari payudara yaitu yakni
estrogen, progesterone, dan prolactin., yang menyebabkan jaringan grandula
payudara dan di uterus terus mengalami banyak perubahan selama dalam
menjalani siklus menstruasi. dan Areola adalah hiperpigmentasi di sekitar
nipple (Depkes,2018)
Jaringan pada payudara juga dapat didukung oleh ligamentum
suspensorim cooper. Dan ligament ini akan terus berjalan sepanjang jalur
parengkim dan juga dari fasia bagian dalam atau (deep fasia) dan akan
melekat ke bagian dermis. Jika ligamentum ini memendek oleh karena
infiltrasi sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran skin
dampling. Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak dibawah payudara
dan menutup iga. Aliran darah ke arah kulit payudara itu tergantung juga pada
pleksus subdermal, juga beserta yang terhubung dengan pembuluh darah yang
sangat dalam atau bisa juga disebut dengan (deeper vessel) fingsinya yang
akan mensuplai aliran darah ke parengkim payudara. Suplai darah berasal
dari:
1. perforator dari arteri mamaria interna
2. Arteri torakalis lateralis.
3. Arteri torakodorsalis.
4. Perforator arteri interkostalis.
5. Arteri torakoakromialis.
C. ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae menurut LD Rybak (2018).
antara lain :
1. Usia Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia 75 tahun .
2. Pernah Ca Mamae Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau
kanker invasif memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah
payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada
payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara Wanita yang ibu, saudara
perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih
besar untuk menderita Ca Mamae.
4. Faktor genetic dan hormonal Telah ditemukan 2 varian gen yang
tampaknya berperan terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 (protein
kerentanan kanker payudara tipe 1) dan BRCA2 (gen supresor tumor dan
mengandung informasi yang menghasilkan protein untuk memperbaiki
kerusakan DNA penyebab terjadinya kanker). Jika seorang wanita
memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker
payudara sangat besar.
5. Menarche (menstruasi pertama) Sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah
hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen Pil KB bisa sedikit
meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung kepada usia,
lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek
pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen
yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit
meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya meningkat jika
pemakaiannya lebih lama.
D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi
zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan
dapat menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan
epitel dan paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia
sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
carcinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7
tahun untuk bertumbuh dari sel tunggalsampai menjadi massa yang cukup
besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-
kira seperempat dari carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma
mamae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan
juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Mediscastore,2018)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe
aksilaris dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul
krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal
(Mediscastore,2018).
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae menurut PPNI DPD
SDKI pokja (2018) adalah :
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
3. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting
susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
4. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada pembengkakan di daerah lengan
7. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
8. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
9. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
Ada beberapa tingkatan tahap perkembangan pada kanker payudara
menurut PPNI DPD SDKI Pokja Tim (2018), diantaranya sebagai berikut :
a) Tahap Stadium 0 Pada tahap stadium ini dapat disebut juga dengan
Ductal Carcinoma In-Situ atau Non Invasive Cancer. Pada beberapa kasus
di mana kanker belum menyebar pada pembuluh atau saluran payudara
dan juga kelenjar susu di payudara.
b) Tahap Stadium I Stadium ini kanker masih sangat kecil dan belum dapat
menyebar dan tidak signifikan penyebarannya pada pembuluh limfa.
c) Tahap Stadium II A Pada tahap stadium ini sudah ada benjolan kanker
masih sebesar 2 cm sehingga belum bisa dideteksi dari luar. Karena
belum dapat terdeteksi maka sulit untuk mengetahui apakah seseorang
menderita kanker/tumor payudara atau tidak. Seseorang dengan stadium
ini masih bisa disembuhkan dengan kemungkinan sembuh sekitar 70%.
d) Tahap Stadium II B Benjolan pada stadium 2 ukurannya sudah lebih dari
2 cm sampai 5 cm. Penyebarannya sudah sampai pada kelenjar susu dan
kebagian sekitar ketiak, pada stadium ini masih mempunyai harapan
kesembuhan dengan kemungkinan sembuh adalah 30-40%.
e) Tahap Stadium III A Pada tahap stadium 3 A ini kanker payudara sebesar
87% telah menyebar ke daerah limfa dan telah berukuran lebih dari 5 cm
sehingga sudah menyebar ke titik-titik pada pembuluh limfa di ketiak.
f) Tahap Stadium III B Pada tahap stadium III B benjolan sudah lebih
panjang dari sebelumnya dan telah menyebar ke berbagai bagian di
sekitar kulit termasuk dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada. Hal ini
karena dapat menyebabkan pembengkakan pada payudara dan juga dapat
menyebabkan luka yang sudah bernanah di sekitar payudara, sehingga di
diagnosis sebagai Imflammatory Breast Cancer atau kanker payudara
inflamasi. Tetapi Ini juga mungkin belum menyebar ke titik-titik di
pembuluh limfa ketiak dan lengan atas, dan juga belum menyebar ke
bagian tubuh lainnya.
g) Tahap Stadium III C Pada tahap ini, dimana benjolan sudah menyebar ke
berbagai titik pada pembuluh limfa. Kanker telah menyebar ke seluruh
organ payudara, penyebarannya lebih dari 10 titik di pembuluh limfa di
bagian bawah tulang selangka.
h) Tahap Stadium IV Di tahap stadium 4 kanker telah tumbuh sangat banyak
sehingga telah menyebar ke bagian organ tubuh lainnya. Oleh karena itu,
tidak ada pilihan selain melakukan operasi pengangkatan payudara.
Kanker juga sudah bermetafisis, artinya kanker sudah menyebar dari
kelenjar getah bening pada sekitar dada dan ketiak ke area lain seperti
paru-paru, tulang, hati, dan juga otak. Jika sudah memasuki stadium ini
maka kanker di payudara bisa membengkak dan juga pecah sehingga
dapat mengeluarkan bau busuk yang hebat dari payudara. Keluhan lain
yang dirasakan adalah sesak nafas karena kanker memberi tekanan pada
payudara dan juga penderita merasakan perasaan tidak nyaman.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi Ca. Mamae menurut Depkes (2018) sebagai berikut :
1. gangguan neurovaskuler
2. metastasis : otak, di hati, pada tulang tengkorak, di vertebra, di iga, dan
juga tulang panjang
3. terjadi fraktur patologi
4. akan mengalami fibrosis payudara
5. juga akan mengalami kematian.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum
berukuran 22–25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk
mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok
sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB,
material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop
yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel. Sebelum
dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada
kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka
jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan. Apabila benjolan
tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan dari
sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah jarum
dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka dilakukan
aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak
dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa
sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain
yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang
dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat
dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun
tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperative.
c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f. Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g. Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB
adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun
insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat
segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini
adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih
singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini hanya
mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat
menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel.Dari kekurangan tersebut,
FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe
kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
(Ratna,2019).
2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas
berupa jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran
mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi
(Medicastore,2018).
3. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable
maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik
dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat
bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB.
Menurut Muhartono (2018), FNAB yang dipandu usg untuk mendiagnosis
tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%.
Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser
berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran
medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan
film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai
ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid
seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan
diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan
lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara (Medicastore,2018).
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena
biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi
MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat
atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko
tinggi untuk menderita Ca Mamae (Medicastore,2018).
5. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat
tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80- 85%
(Medicastore,2018).
6. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.
Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu
menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis
(Medicastore,2018).
I. PENETALAKSANAAN
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara medis
menurut PPNI DPD SDKI Pokja Tim (2018), diantaranya :
a. Pembedahan pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk
mengangkat tumor, (meminimalkan resiko rekurensi lokal).
b. Mastektomi Radikal Mastektomi radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu
operasi mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara. mengikuti
Operasi ini harus selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi.
Biasanya lumpektomi direkoendasikan pada orang yang tumornua besar
tidak lebih dari 2 cm dan pada letaknya selalu di pinggir payudara .
c. Mastektomi total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang
dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara saya, tatapi bukan untuk
mengangkat kelenjar yang ada di ketiak.
d. Modified Mastekromi Radikal Dengan cara metode Modified Mastekromi
Radikal, yaitu sebuah operasi yang dilakukan untuk pengangkatan seluruh
dari isi payudara, dan juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada,
seluruh selangka san tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar
ketiak.
e. Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan apabila
adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan, yang kemoterapi
ajuvan ini diberikan kepada pasien pemeriksaan histopatolik pasca bedah
mastektomi ditemukan suatu metastasis di suatu atau di beberapa kelenjar.
f. Radioterapi yang berfungsi untuk penderiita kanker payudara dan biasanya
juga digunakan sebagai alat terapi yng kuratif dengan cara
mempertahankan mamae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan atau
terapi paliatif.
g. Terapi hormonal Yaitu sebuah Pertumbuhan pada kanker payudara yang
sangat bergantung kepada suatu suplai hormone estrogen, dan juga oleh
karena itu terapi ini adalah tindakan berfungsi untuk mengurangi dalam
pembentukan hormone yang dapat menghambat laju dari perkembangan
semua sel kanker itu, akan tetapi terapi hormonal itu biasanya disebut juga
dengan sebuah terapi anti estrogen karna terapi ini system kerjanya terapi
ini sangat menghambat atau juga dapat menghentikan kemampuan dari
hormone estrogen yang sudah ada di dalam menstimulus perkembangan
kanker payudara.
h. Terapi target Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit
tipe A/B. Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan
pemeriksaan IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah
herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan yang
mempunyai prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3 minggu).
Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan.
J. PENCEGAHAN
Tujuan utama pencegahan kanker payudara adalah untuk mengurangi
kejadian kanker payudara, agar mampu dapat menurunkan angka kematian
yang disebabkan akibat kanker payudara. Cara yang efisien untuk mencegah
penyakit tidak menular dan kanker payudara adalah dengan meningkatkan
kesehatan dan mendeteksi kanker payudara sedini mungkin. Adapun upaya
pencegahan yang dilakukan menurut (William,2019) antara lain :
1. Pencegahan Primer Pencegahan primer kanker payudara adalah bentuk
promosi kesehatan yang diterapkan untuk individu yang sehat dengan
melakukan upaya menghindari terpaparan berbagai macam faktor risiko
dan dapat mempertahankan gaya hidup sehat.
2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder diberikan kepada mereka yang
berisiko terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan melalui
deteksi secara dini dengan berbagai metode yang dilakukan seperti
mamografi atau SADARI (pemeriksaan payudara sendiri).
3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dapat lebih
mengarah pada individu yang sudah positif mengidap kanker payudara.
Perawatan kanker payudara yang tepat sesuai stadiumnya bisa dipercaya
mampu mengurangi kecacatan penderita dan juga dapat memperpanjang
kelangsungan harapan hidup penderita. Pencegahan tersier sangat penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya, menghindari komplikasi
penyakit, dan dapat melanjutkan pengobatan:
a. Obat penghambat hormon estrogen digunakan dalam pengobatan pasien
kanker, salah satunya tamoxifen digunakan untuk mereka yang memiliki
riwayat kanker payudara di dalam anggota keluarganya. Namun, ini
kontroversial karena menyangkut masalah dalam etika pemberian obat-
obatan kepada seseorang.
b. Wanita yang menyusui dianggap dapat mencegah kanker payudara.
c. Diet yang baik, seimbang, rendah lemak dan gula seharusnya dilakukan
sedini mungkin dari masa pertumbuhan kanak-kanak.
d. Beberapa ahli percaya bahwa di dalam makanan maupun oba yang
mengandung vitamin A, terutama beta-karoten di percaya bisa
mencegah kanker
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis

kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae

dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM,

pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko

untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber

informasi.

2. Riwayat kesehatan

a. Diagnosa Medik : Ca Mamae

b. Keluhan Utama : Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


a. Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin
lama makin mengeras
b. Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
c. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Penyakit yang pernah dialami Pasien pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak, hyperplasisa tipikal,
dan pernah mengalami sakit bagian dada sehingga mendapatkan terapi
penyinaran
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll) : Tidak ada
c. Imunisasi : Imunisasi lengkap
d. Kebiasaan/pola hidup/life style : Kebiasaan makan tinggi lemak
e. Obat-obat yang digunakan : Biasanya klien mempunyai riwayat
pemakaian kontrasepsi oral.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali
lebih besar untuk menderita Ca mammae Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh
pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan
kanker serviks
6. Genogram
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronik berhubungan dengan agen cedera fisiologis (luka kanker)
2. Resiko pendarahan berhubungan dengan proses keganasan
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Berhubungan Dengan Perubahan
Sirkulasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut PPNI (2018) intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI
(2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit ca. Mammae adalah:
DIAGNOSIS KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
Kontrol nyeri (L.08063) : Manajemen Nyeri (1.08238) :
Nyeri kronik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
dengan agen cedera selama lebih dari 3x24 jam klien 1) Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
fisiologis (D.0077) diharapkan dapat mengatasi nyeri akut kualitas intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2) Indentifikasi skala nyeri
1) Dapat mengenali kapan nyeri terjadi 3) Indentifikasi skala nyeri non verbal
2) Klien dapat menggunakan tindakan Terapeutik :
pengurangan nyeri tanpa analgesic 4) Berikan tekhnik non farmakologis untuk
3) Klien melaporkan perubahan terhadap mengurangi rasa nyeri
gejala nyeri pada professional 5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
kesehatan Edukasi :
4) Klien mengenali apa yang 6) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
terkaitdengan gejala nyeri 7) Jelaskan strategi meredakan nyeri
5) Klien melaporkan nyeri yang
terkontrol
Kolaborasi :
8) Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika perlu

Resiko pendarahan Tingkat Pendarahan (L.02017) : Pencegahan Pendarahan (1.02067) :


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
proses keganasan (D.0012) selama lebih dari 3x24 jam klien 1) Monitor tanda dan gejala pendarahan
diharapkan dapat mengatasi resiko 2) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
pendarahan dengan kriteria hasil : setelah kehilangan darah
1) Kelembapan kulit Meningkat Terapeutik :
2) Hemoglobin Membaik 3) Pertahankan bed rest selama pendarahan
3) Hematokrit Membaik Edukasi :
4) Tekanan darah membaik 4) Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
6) Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan
Kolaborasi :
7) Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan,
jika perlu
Gangguan Integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan Luka ( 1.14564) :
Kulit/Jaringan (L.14125) : Observasi :
Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi karakteristik luka (mis. Drainase,
Perubahan Sirkulasi selama lebih dari 3x24 jam klien warna, ukuran, dan bau)
(D.0129) diharapkan dapat mengatasi gangguan 2. Monitor tanda-tanda infeksi
integritas kulit dengan kriteria hasil : Terapeutik :
1) Diharapkan perfusi jaringan meningkat 3. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih
2) Kerusakan jaringan kulit menurun nontoksik, sesuai kebutuhan
3) Kerusakan lapisan kulit menurun 4. Pertahankan teknik steril saat melakukan
4) Pendarahan tidak terjadi perawatan luka
5) Tekstur kulit membaik 5. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
Edukasi :
6. Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
7. Ajarkan perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan
dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2020).
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada
klien terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien
agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien,
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi klien.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Setiadi, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

1. Lubis UL. Pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara


sendiri (SADARI) dengan perilaku sadari. Jurnal Ilmu Kesehatan
[Internet]. 2017 April [Dikutip 25 Januari 2022];2(1):81–86. doi:
10.30604/jika.v2i1.36
2. Sirait MC. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku sadari
pada mahasiswi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi [Skripsi]. Jambi: Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Jambi; 2021. 129 hal.
3. Depkes. (April 2018). Masalah Keperawatan Carcinoma Mammae.
Juni,2017.
Http://www.depkes.go.id/downloads/masalah keperawatan.PDF
4. Https://www.plengdut.com/wp-content/uploads/2019/1/kulit.png

5. LD Rybak, D L Rosenthal. Radiologicaofl Imaging for The


Diagnosisin of orBone Metastases. QJ Nucl Med001;45:p 53-65.
6. Medicastore (2018).Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambadan
7. PPNI DPD SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa
keperawatandioleh Indonesia Edisi pada1 : Jakarta : DPP PPNI
8. PPNI SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi keperawatanpada
Indonesia padaEdisi 1 : Jakarta : DPP PPNI

9. Ratna,Kalijana 2019. Panduan Ulkus Dekubitus. Yogjakarta :


Deepublich Tasripiyah, 2019.konsep teoritis ca mammae, Jakarta:
Aditama
10. William & Kins (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Salemba

Anda mungkin juga menyukai