Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
KARDIOVASKULER DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE

Oleh:
SAIDATUL FITRIANI
P07120421037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


TAHUN AJARAN 2023/2024

A. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada
bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang,
paru, hati kulit dan bawah kulit.
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel ductus maupun lobulusnya.
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum
gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar
massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan
terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat
penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis
jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis
pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu.
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae
antara lain :
1. Usia Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada
wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat
sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko
3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara,
yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut,
maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarch (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin
dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae.Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-
4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor
lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya
juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya meningkat jika
pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih
diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan
resiko terjadinya Ca mammae
9. Bahan kimia Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya)
mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol) Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim,
ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).
C. Tanda dan gejala

Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah

a) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara


b) Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan.
c) Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d) Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e) Ada cairan yang keluar dari puting susu
f) Ada rasa sakit
g) Ada pembengkakan di daerah lengan
h) Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
D. Patofisiologi

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara.
Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem duktal,
mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma.

Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira-kira seperempat dari carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma
mamae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah.

Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat maupun


yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris dan terjadi benjola,
dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal.

E. Klasifikasi

Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
a....Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara
serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b....Stadium 1
Stadium 1 A
.Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum ditemukannya pada
pembuluh getah bening.

Stadium 1B
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam bentuk
yang kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor
dalam payudara, atau umor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
c....Stadium 2
Stadium 2A
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara
Stadium 2B

a. Kanker berukuran 2-5 cm


b. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara
c. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran

d. Stadium 3
Stadium 3A
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker pada titik-
titik pembuluh getah bening di ketiak Atau Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk
kecil sel kanker payudara berada di kelenjar getah bening. Atau Tumor lebih dari 5
cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah bening di ketiak atau ke kelenjar
getah bening di dekat tulang dada.
Stadium 3B
Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai adanya luka
yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa sudah mengenai getah
bening di ketiak dan lengan atas.
Stadium 3C
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh getah
bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker, tepatnya
dibawah tulang selangka.

e. Stadium 4
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini. Karena sel
kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker yang
menyebar telah mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan
juga tulang rusuk.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain.
F. Pemeriksaan diagnostik
a) Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
b) Pemeriksaan Histopatologi
c) Mammografi dan ultrasonografi
d) MRI ( Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
e) USG payudara
f) Pemeriksaan Immunohistokimia
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini meliputi antrasiklin
(seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes
(seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi
dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan),
dan carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin)
dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi
yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1. Docetaxel
2. Paclitaxel
3. Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4. Vinorelbine (Navelbine)
5. Capecitabine (Xeloda)
6. Liposomal doxorubicin (Doxil)
7. Gemcitabine (Gemzar)
8. Mitoxantrone
9. Ixabepilone (Ixempra)
10. lbumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11. Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
(termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae haruslah dilakukan
dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan
luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler
signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi yang diharapkan, juga
mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect ), sehingga sebelum
memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan
dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia,
co-morbid,evidence-based, cost effective,dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik
termasuk end of life isssues.
1.Pembedahan Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
Ca mammae Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi, Adrenalektomi,
dsb.
c) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional dapat
dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian
dada sehingga mendapatkan terapi penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae
Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak
perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri
pada payudara
Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3: bantuan
alat, 4: mandiri
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan
haknya sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang
puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan
ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas

1. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke
paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat
dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
2. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan
kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.
B. Diagnosa keperawatan yang muncul

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri Akut berhubungan dengn agen cedera fisiologis
2. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia (D.0019)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan, dan
kulit SDKI (D.0129 : Hal 282)
4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang terpapar informasi atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
(D.0111)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit

C. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen cedera selama … 24 jam Observasi
fisiologis. diharapkan masalah Nyeri 1. Indetifikasi lokasi,
Akut dapat teratasi. karakteristik, durasi,
Dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas, intensitas
1. Kemampuan menuntaskan nyeri
aktivitas meningkat. R/ Menentukan lokasi,
2. Keluhan nyeri menurun karakteristik,
3. Meringis menurun durasi, frekuensi, kualitas
4. Sikap protektip menurun dan intensitas
5. Gelisah menurun. nyeri dapat menjadi
6. Kesulitan tidur menurun. penilaian untuk
7. Menarik diri menurun. mengetahui seberapa kuat
8. Berfokus pada diri sendiri rasa nyeri yang
menurun. di alami
9. Diaphoresis menurun. 2. Identifikasi sakala nyeri
10. Perasaan depresi atau R/ Identifikasi skala nyeri
tertekan menurun. dapat
11. Perasaan takut membantu menilai
mengalami cedera berulang efektivitas perawatan
menurun. yang akan di lakukan
12. Anoreksia menurun. 3. Identifikasi respons nyeri
13. Perineum terasa tertekan non verbal
menurun. R/Dengan mengidentifikasi
14. Uterus teraba membulat respon nyeri
menurun. non verbal klien dapat
15. Ketegangan otot mengetahui
menurun. seberapa kuat nyeri yang
16. Pupil dilatasi menurun. dirasakan oleh
17. Muntah menurun. klien
18. Mual menurun. 4. Identifikasi faktor yang
19. Frekuensi nadi membaik. memperberat dan
20. Pola nafas membaik. memperingan nyeri
21. Tekanan darah membaik. R/ Mencari tahu faktor
memperberat dan
memperingan nyeri agar
mempercepat
proses kesembuhan.
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
R/ Untuk mengetahu
pengetahuan dan
keyakinan klien tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
R/Mengidentifikasi
pengaruh budaya
klien terhadapt respon nyeri
klien.
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup.
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah di berikan.
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetic.
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS,
hypnosis, akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi,
Teknik imanijanasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
R/ Memberikan Teknik
relaksasi nafas
dalam.
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
R/Agar istirahat tidur pasien
terpenuhi
dan tingkat nyeri dapat
menurun
3. Fasilitasi istirahat tidur
R/ Agar istirahat dan tidur
pasien dapat
terpenuhi dan tingkat nyeri
menurun.
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
R/ Agar keluarga pasien dan
pasien
mengerti penyebab dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
R/ Agar keluarga dapat
meredakan nyeri
pasien
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
dan Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
R/ Agar klien atau keluarga
dapat
melakukan secara mandiri
ketika nyeri
kambuh dan mampu
mengalihkan
perhatian terhadap nyeri,
meningkatkan
kontrol terhadap nyeri yang
mungkin
berlangsung lama.
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara
Tepat.
5. Ajarkan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik.

2. resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan Tindakan Observasi :


berhubungan dengan selama … 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
anoreksia diharapkan keseimbangan 2. Identifikasi alergi dan
cairan dan elektrolit intoleransi makanan
meningkat Dengan kriteria 3. Identifikasi makanan yang
hasil : di sukai
1. Porsi makanan yang di 4. Identifikasi kebutuhan
habiskan cukup meningkat kalori dan jenis nutrient
2. Berat badan atau IMT 5. Monitor asupan makanan
sedang 6. Monitor berat badan
3. Frekuensi makan Terapeutik :
meningkat 1. Lakukan oral hygine
4. Nafsu makan meningkat sebelum makan,jika perlu
5. Perasaan cepat kenyang 2. Fasilitasi menentukan
cukup menurun pedoman diet
(misal,piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
kontisipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
akan kalori dan protein
6. Berikan suplemen
makanan,jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di
butuhkan,jika perlu.
3.Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Tindakan Observasi:
berhubungan dengan adanya selama … 24 jam diharapkan 1. Periksa kondisi sebelum
kerusakan jaringan atau 1. Kerusakan jaringan kemoterapi.
lapisan kulit menurun 2. Monitor efek samping dan
2. Nyeri menurun. efek toksik pengobatan.
3. Kemerahan menurun. 3. Monitor mual dan muntah
4. Kerusakan lapisan kulit akibat kemoterapi.
menurun. 4. Monitor status gizi dan
berat badan.
Terapeutik:
1. Hindari penggunaan
produk aspirin.
2. Batasi stimulus
lingkungan.
3. Berikan asupan cairan
adekuat.
4. Lakukan perawatan
rambut.
5. Berikan obat kemoterapi
sesuai program.
Edukasi:
1. Jelaskan efek obat pada
sel kanker dan fungsi sum-
sum tulang belakang.
2. Anjurkan melaporkan
efek samping kemoterapi
yang di rasakan.
3. Ajarkan cara mencegah
infeksi.
4. Ajarkan Teknik relaksasi
dan distraksi.
Kolaborasi:
1.Kolaborasi Pemberian obat
untuk mengendalikan efek
samping.
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan kurang selama … 24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar informasi. keseimbangan cairan dan kemampuan menerima
elektrolit meningkat. informasi
Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor – faktor
1. Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkatkan
meningkat dan menurunkan motivasi
2. Kemampuan menjelaskan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan tentang suatu sehat
topik meningkat 3. Sediakan materi dan
3. Perilaku sesuai dengan media pendidikan kesehatan
pengetahuan meningkat 4. Jadwalkan pendidikan
4. Pertanyaan tentang kesehatan sesuai
masalah yang di hadapi kesepakatan
menurun 5. Berikan Kesempatan
5. Persepsi yang keliru Untuk bertanya
terhadap masalah menurun 6. Menjelaskan faktor risiko
6. Verbalisasi minat dalam yang dapat mempengaruhi
belajar meningkat Kesehatan
5. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Tindakan Observasi :
berhubungan dengan selama … 24 jam 1. Monitor luka pada pasien,
kerusakan integritas kulit. diharapkan tingkat infeksi kemerahan pada kulit
menurun dengan kriteria pasien, cairan yang keluar
hasil pada mamae.
1. Kebersihan tangan Terapeutik:
meningkat. 1. Cuci tangan sebelum dan
2. Kebersihan badan sesudah kontak dengan
meningkat. pasien dan lingkungan
3.. Nafsu makan meningkat. pasien.
4. Kemerahan menurun. Edukasi:
5. Bengkak menurun. 1. Ajarkan cara mencuci
6. Cairan berbau busuk tangan dengan benar.
menurun. 2. Ajarkan cara memeriksa
7. Kadar sel darah putih kondisi luka atau luka
membaik. operasi.
Kolaborasi:
1. Berikan obat sesuai resep
dokter.

Implementasi
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil
atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan :
DAFTAR PUSTAKA

PPP, TIM Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Diagnose keperawatan Indonesia . DPP PPNI.
Jakarta selatan.

PPP, TIM Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Luaran keperawatan Indonesia . DPP PPNI.
Jakarta selatan.
PPP, TIM Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Intervensi keperawatan Indonesia . DPP PPNI.
Jakarta selatan.

Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.


Kementerian Kesehatan RI: Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI: Jakarta

Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.


http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 3 September 2019].

Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai