Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN MASALAH DIAGNOSA MEDIK : KANKER PAYUDARA


RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Dosen Koordinator : Ns. Chrisyen Damanik.,M.Kep

Nama : Cici Khairunnisa


Nim : P2205076

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023
Laporan Pendahuluan Ca Mammae

A. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh
yang lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang
belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum gejala
berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar massa terlihat
saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan
menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk
diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri
jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah.
Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan
sumber daya tertentu (American Cancer Soxiety, 2015).
B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita
berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko
tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko
terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3
kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker payudara,
yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut,
maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini
menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali
lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang tergantung
kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek
pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani
selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa penelitian
menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae kemungkinan karena tingginya
kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker usus besar
serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting susu,
mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta
puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

D. Pemeriksaan Diagnosis
a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


(Sumber : Jitendra, 2017)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah
dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah
mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel. Sebelum
dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada kulit
payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus tersebut
di masukan ke daerah benjolan. Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB
akan dilakukan dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi
atau USG. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal,
maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak
dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit
dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan
sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan
mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable,
dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intraoperatif
c.Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita lanjut usia
d.Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f.Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g.Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h.Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode
tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil dapat
diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya.
Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan
stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini
hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat
menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak
dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian
jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan
pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini
merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan
sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode
ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus
melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama
karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan
dan infeksi,
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun
impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini
merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui
lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang
dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92%
dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser
berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan
bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada potongan
kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90–
95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor
ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara
umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biayanya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada
wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk menderita Ca Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi jaringan kelenjar
susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat tumor, dan lainnya. Ketepatan
USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan
antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue
sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam
menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara
berperan dalam membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma payudara adalah
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone (PR)
2. HER2
3. Ki-67
E. Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini meliputi
antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence) dan taxanes (seperti
paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan
obat-obatan tertentu lainnya, seperti fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan), dan
carboplatin.Wanita yang memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin)
dengan salah satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat kemoterapi yang
berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan akurat
( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada Ca mammae haruslah
dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada Ca mammae
sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler
atau biomolekuler-signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi
yang diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse effect),
sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan untung ruginya dan
harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus
dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid, evidence-based, cost effective, dan
kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan Ca
mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d.Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau regional
dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris
level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB.
Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-


areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level
I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang
pertama kali dikenal oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan
maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal. Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun
ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan
prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan
jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus
abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon.
Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan
menggunakan tissue expander sebelumnya. (Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
1) Tumor phyllodes besar
2) Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan
tumor.
3) Penyakit Paget tanpa massa tumor
4) DCIS

e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila
indikasi:
1) Mastektomi profilaktik
2) Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery), dan
Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas tumor
payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau
tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila
level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi. BCT
merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca mammae stadium awal. Beberapa
penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara BCT dan
mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih
tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan
BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca mammae usia muda. Secara
umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien Ca mammae
stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan
memberikan hasil yang lebih baik
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/ tanpa
pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau Spesiali
Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ
kandungan.
Indikasi :
1) Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
2) Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor hormonal
positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat dilakukan
dalam konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical clearance dari
lembaga yang berwenang. (Kemenkes, 2017)

h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca mammae.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang
bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca
mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih kontroversi.
Indikasi:
1) Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2) Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
1) Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
2) Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
3) Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap
biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan
efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia
memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan
diberikan.
b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan tersebut
dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal
positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus
kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya adalah
hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal
terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian
aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.Lama
pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B. Pemberian
anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang Her2 positif.
Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus
yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3
minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan.
(Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana Ca
mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus Ca
mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS
meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena Ca mammae
dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae stadium dini yang
ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara dapat diabaikan pada
pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70 tahun dengan syarat: (ESMO Level 2,
grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen +Klinis N0 T1 yang mendapat
terapi hormonal (Kemenkes, 2017)

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis kelamin
(jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae dibandingkan dengan laki-
laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita yang
belum menikah memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal
pengkajian, dan sumber informasi.

2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama :
a. Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada
sehingga mendapatkan terapi penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
3) Imunisasi
Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya keluarga yang
mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae

3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan tidak
perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien susah
makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Adanya
penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa nyeri
pada payudara
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara yang ia
rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada kognitif,
sensorik maupun motorik
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan bahkan
adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan kehilangan haknya
sebagai wanita
h. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya kurang puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain. Gangguan peran
pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam melaksanakan ibadah
akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
a. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat
c. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
d. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping hidung
yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase ke paru
e. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah terjadi
perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak pucat dan
kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
f. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
g. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
h. Mamae
1) Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna merah,
dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak
i. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
3) Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
j. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
k. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
l. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

5. Pemeriksaan penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya
massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa
dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e) Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan ketegangan,
gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena proses
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016. Atlanta: American
Cancer Society
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M. Wagner. 2013.
Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta: Gramedia.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Kementerian
Kesehatan RI: Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Kesehatan RI: Jakarta
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-diagnosis/.
[diakses tanggal 3 September 2019].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby, Elsevier Inc.
Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Edisi Ke-5. Indonesia: CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis Proses-Proses
Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan &
Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai