Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI III KELAS B

BREAST CANCER
CASE
Ibu A, 54 tahun BB 70kg. Keluhan : benjolan pada payudara sebelah kiri dan sakit bila
ditekan. Sakit dan bengkak pada leher di bawah telinga. Dokter telah melakukan pemeriksaan
dan memberikan diagnosa Kanker Payudara. Penampakan mikroskopis dan makroskopis
menunjukkan adanya Tumor ± 2 cm di saluran kelenjar susu sebelah kiri dan adanya
metastasis pada kelenjar getah bening.

KELOMPOK 1
1. Apakah faktor risiko, geja;a dan manifestasi klinik pada penderita kanker payudara?
a. Faktor Resiko
Faktor risiko tinggi penyebab kanker payudara adalah sebagai berikut:
Jenis kelamin: meskipun beberapa orang pria juga bisa menderita penyakit ini,
hampir semua kasus kanker payudara ditemukan pada wanita.
Usia: secara umum, risiko kanker payudara akan meningkat siring dengan
bertambahnya usia.
Riwayat keluarga dan genetika: seorang wanita akan lebih mungkin terkena kanker
payudara jika ibunya, saudara perempuannya atau kerabat langsungnya pernah
menderita penyakit yang sama. Menurut studi klinis, sekitar 5-10% kasus kanker
payudara memiliki kaitan dengan terjadinya perubahan genetik.
Siklus menstruasi: wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 12
tahun atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki faktor risiko yang
lebih tinggi
Pola makan: asupan makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara
berkepanjangan
Gaya hidup: merokok, minum minuman keras, dan kurang berolahraga akan
meningkatkan faktor risiko
Melahirkan: wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan anak pertama
pada usia di atas 35 tahun
Penggunaan obat: asupan kontrasepsi atau menjalani terapi penggantian hormone
secara berkelanjutan selama lebih dari 5 tahun
Riwayat kanker: riwayat keganasan kanker tertentu seperti penyakit Hodgkin,
kanker paru-paru, kanker usus bear, atau riwayat kanker pada masa kanak-kanak
b. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik kanker payudara menurut Williams & Wilkins (201 1) adalah:
 Gumpalan dipayudara (gumpalan keras dan berbatu biasanya ganas).
 Perubahan kesimetrisan dan ukuran payudara.
 Perubahan pada kulit payudara (menebal dan bersisik disekitar puting, lekukan,
edema, atau ulserasi).
 Perubahan suhu kulit (hangat, panas, atau area merah muda).
 Drainase atau keluarnya apapun secara spontan pada wanita yang tidak menyusui
(biasanya warnanya kehijauan, hitam, putih, seperti krim, serosa atau berdarah)).
 Perubahan puting, misalnya gatal, seperti terbakar, erosi, atau retraksi.
 Nyeri.
 Metastase tulang, fraktur tulang patologis, dan hiperkalsemia. Edema dilengan.
Menurut (Rasjidi, 2010) Komplikasi kanker payudara sebagai berikut:
 Gangguan Neurovaskuler
 Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
 Fraktur patologi
 4.Fibrosis payudara
 Kematian
 Nyeri pada area operasi
 Infeksi
 Bengkak pada area operasi
 Keterbatasan gerakan lengan / pundak
 Kumpulan bekuan darah (hematoma) pada area operasi
2. Bagaimana skrining pada kanker payudara?
Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan
abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang
yang tidak mempunyai keluhan.
Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker
payudara dan angka kematian.Pencegahan sekunder merupakan primadona dalam
penanganan kanker secara keseluruhan.
Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
a. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI dilakukan oleh masing-masing wanita, mulai dari usia 20 tahun.
SADARI dilakukan setiap bulan, 7-10 hari setelah hari pertama haid terakhir.
Cara melakukan Sadari yang benar dapat dilakukan dalam 5 langkah yaitu :
1) Dimulai dengan memandang kedua payudara didepan cermin dengan posisi
lengan terjuntai kebawah dan selanjutnya tangan berkacak pinggang.
2) Lihat dan bandingan kedua payudara dalam bentuk, ukuran
3) dan warna kulitnya.
4) Perhatikan kemungkinan kemungkinan dibawah ini :
5) Dimpling, pembengkakan kulit.
6) Posisi dan bentuk dari puting susu (apakah masuk kedalam
7) atau bengkak)
8) Kulit kemerahan, keriput atau borok dan bengkak.
9) Tetap didepan cermin kemudian mengangkat kedua lengan dan melihat kkelainan
seperti pada langkah 1.
10) Pada waktu masih ada didepan cermin, lihat dan perhatikan tanda tanda adanya
pengeluaran cairan dari puting susu.
11) Berikutnya dengan posisi berbaring, rabalah kedua payudara, payudara kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya, gunakan bagian dalam (volar/telapak) dari
jari ke 2-4. Raba seluruh payudara dengan cara melingkar dari luar kedalam atau
dapat
12) juga vertikal dari atas kebawah.
13) Langkah berikutnya adalah meraba payudara dalam keadaan basah dan licin
karena sabun dikamar mandi; rabalah dalam posisi berdiri dan lakukan seperti
langkah-4.
b. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan klinis payudara dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terlatih,
mulai dari Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer (I). Pemeriksaan klinis pada
payudara dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila ditemukan adanya
abnormalitas pada proses Sadari.
Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan klinis payudara maka dapat
ditentukan apakah memang betul ada kelainan; dan apakah kelainan tersebut termasuk
kelainan jinak, ganas atau perlu pemeriksaan lebih lanjut sehingga membutuhkan
rujukan ke Tingkat Pelayanan Kesehatan Sekunder (II) atau Tersier (III).
c. Mammografi
Mammografi adalah suatu pencitraan yang menggunakan sistem x-ray energi
rendah untuk melihat jaringan payudara. Praktek mamografi menggunakan pandangan
yang terstandarisasi untuk penilaian lesi payudara berupa massa atau kalsifikasi.
Penggunaan mammografi sebagai skrining tentu memiliki beberapa kekurangan.
Tingkat kepadatan atau densitas payudara mempen- garuhi sensitivitas dari skrining
mamografi, sehingga sensitivitas dari skrining mamografi menurun bersamaan dengan
meningkatnya tingkat kepadatan payudara, ini merupakan keterbatasan dari
mamografi. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil tes false-positive yaitu hasil tes
positif padahal tidak memiliki penyakit. Untuk data di Indonesia masih kurang
dikarenakan mamografi belum menjadi program khusus oleh pemerintah dalam hal
pencegahan kanker payudara. Pemerintah masih berfokus pada sadanis dan sadari.

KELOMPOK 2
1. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kanker payudara?
a. Anamnesis
Pada Anamnesis pasien, beberapa keluhan utama terkait yang biasanya digali dari
pasien kanker payudara meliputi ukuran dan tata letak benjolan payudara, kecepatan
benjolannya tumbuh, apakah disertai dengan sakit, reaksi puting susu, apakah ada
nipple discharge atau krusta, kelainan pada kulit misalnya dimpling, peau ď órange,
apakah ada benjolan pada ketiak, atau edema pada lengan atas.
Selain itu, beberapa keluhan tambahan yang terkait dengan kemungkinan
metastasis dari kanker payudara dapat ditanyakan juga misalnya nyeri pada tulang
(untuk mencari kemungkinan metastasis pada vertebra dan femur), rasa sesak nafas
dan lain sebagainya yang menurut klinisi terkait dengan penyakitnya.
b. Ketut dan Kartika menyatakan bahwa awal ditegakkannya diagnosa pada Pasien
Kanker Payudara dapat melalui beberapa tahap, berupa:
1) Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna kulit, retraksi
papila, adanya kulit berbintik seperti kulir jeruk, ulkus atau luka, dan benjolan.
 Selanjutnya dilakukan palpasi daerah payudara guna menentukan bentuk,
ukuran, konsistensi, maupun permukaan benjolan, serta menentukan apakah
benjolan melekat ke kulit dan atau dinding dada.
 Palpasi dengan pemijatan puting payudara perlu dilakukan untuk menentukan
keluar atau tidaknya cairan, dan cairan tersebut berupa darah atau bukan.
Palpasi juga dilakukan pada daerah axilla dan supraclavicular untuk
mengetahui apakah sudah terdapat penyebaran ke kelenjar getah bening
(Cardoso et al., 2019; Javaeed, 2018; Puspitawati, 2018; De Jong, 2014).
2) Makroskopis:
 Mamografi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X yang
digunakan sebagai bagian dari skrining maupun diagnosis kanker payudara.
Mamografi memiliki sensitifitas pada pasein > 40 tahun, nauman kurang
sensisitif dan memiliki bahaya radiasi pada pasien < 40 tahun (McDonald,
Clark, Tchou, Zhang, & Freedman, 2016; Wang, 2017; De Jong, 2014).
 CT scan merupakan pemeriksaan dengan sinar X yang divisualisasikan oleh
komputer. CT scan thoraks dengan kontras merupakan salah satu modalitas
untuk diagnosis kanker payudara. Selain itu, CT scan kepala juga dapat
memberikan keuntungan dalam penetuan metastasis ke otak (Limbong et al.,
2017).
 Magnetic resonance imaging (MRI) memanfaatkan gelombang magnet. MRI
cocok dilakukan untuk pasien usia muda dan pasien dengan risiko kanker
payudara tinggi karena memberikan hasil yang sensitif pada tumor kecil.
Namun MRI ini belum digunakan secara luas karena biaya tinggi, dan durasi
waktu yang lama (Wang, 2017; De Jong, 2014).
3) Mikroskopis:
 Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dilakukan dengan menggunakan
jarum halus no. 27, dimana sejumlah kecil jaringan tumor diaspirasi keluar
lalu diperiksa di bawah mikroskop. Jika lokasi tumor dapat diraba dengan
mudah, FNAB dapat dilakukan sambil meraba rumor. Namun bila benjolan
tidak teraba, ultrasonografi dapat digunakan untuk memandu arah jarum (De
Jong, 2014).
 Immunohistochemistry (IHC), yang merupakan pemeriksaan sitologi di bawah
mikroskop. Dari sel-sel ini dievaluasi faktor prognostik dan prediktif kanker
payudara, misalnya gen pro-proliferasi (HER2), reseptor hormone, dan gen.
Melalui IHC, tipe dan kompleksitas sel kanker dapat ditentukan (Bonacho et
al., 2019).
2. Berapa stadium kanker ibu A dan bagaimana cara menentukannya?
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Kanker Payudara. Kategori T
(Tumor), Kelenjar Getah Bening *KGB) regional (N) dan Metastasis jauh (M).
 Kategori T (Tumor)
TX : Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 : Tumor primer tidak terbukti
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T2 : Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T3 : Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 : Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada/kulit
Berdasarkan hasil pemeriksaan ukuran tumor pasien kurang lebih 2 cm sehingga
dapat diklasifikasiken kedalam golongan T1
 Kelenjar getah bening (KGB) Regional (N)
Nx : KGB regional tak dapat dinilai (misal: sudah diangkat)
N0 : Tak ada metastasis KGB regional
N1 : Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
digerakkan
N2 :Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted atau KGB
mamaria interna yang terdeteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB
aksila secara klinis
N3 : Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis* dan jika
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis, atau metastasis pada KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna
Berdasarkan hasilpemeriksaan adanya kelenjar getah bening pada pasien sehingga
termasuk dalam kategori N2.
 Metastasis Jauh (M)
Mx : Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 : Tak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Adanya metastasis tak jauh (M0) pada pasien
Berdasrkan klasifikasi TNM, Pasien termasuk dalam T1, N2 dan M0 sehingga dapat
dikelompokkan kedalam stadium IIIA

Tabel pengelompokkan stadium

KELOMPOK 3
1. Tujuan terapi dari penatalaksanaan terapi pada kanker payudara?
Tujuan dari terapi kanker pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tujuan kuratif dan
tujuan paliatif. Pada tujuan kuratif, harapan terapi yang diberkan akan menghasilkan
“kesembuhan” dan dengan demikian akan memperpanjang survival. Pada tujuan paliatif
dan simptomatik, terapi yang diberikan akan memperbaiki keadaan umum penderita
dengan sedikit harapan memperpanjang survival.
2. Jelaskan alur penatalaksanaan kanker payudara?
Alur Tata Laksana
Kanker payudara stadium dini/operabel (stadium I dan II) dapat dilakukan tindakan
operasi Breast Conserving Therapy (BCT) (apabila memenuhi persyaratan tertentu)
ditambah terapi adjuvan operasi yaitu kemoterapi dan atau radioterapi. Kemoterapi
adjuvant diberikan bila terdapat histopatologi tumor grade III, TNBC, Ki 67 bertambah
kuat, usia muda, emboli lymphatic dan vascular, atau KGB > 3. Radiasi adjuvant
diberikan bila setelah tindakan operasi terbatas (BCT) tepi sayatan dekat/tidak bebas
tumor, tumor sentral/medial, KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler. Radiasi
eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster pada tumor bed
10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. Indikasi untuk BCT antara lain tumor tidak lebih dari 3 cm,
atau atas permintaan pasien, apabila memenuhi persyaratan tidak multiple dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral, ukuran T dan payudara seimbang untuk
tindakan kosmetik, dan bukan Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) atau Lobular Carcinoma
In Situ (LCIS). Selain itu, persyaratan lain BCT adalah belum pernah diradiasi dibagian
dada, tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau scleroderma, dan memiliki
alat radiasi yang adekuat. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut) secara umum
dikelompokkan menjadi operabel (III A) atau inoperabel (III B). untuk kanker payudara
lokal operabel dapat dilakukan mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target, atau mastektomi radikal modifikasi +
radiasi dengan kemoterapi adjuvant, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target,
atau kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi simple,
dengan atau tanpa hormonal, dan dengan atau tanpa terapi target. Untuk kanker payudara
lokal lanjut inoperable dapat dilakukan radiasi preoperasi dengan atau tanpa operasi +
kemoterapi + hormona terapi, atau kemoterapi preoperasi/neoadjuvant dengan atau tanpa
operasi + kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan atau tanpa terapi target, atau
kemoradiasi preoperasi/neoadjuvant dengan atau tanpa operasi, - 62 - dengan atau tanpa
radiasi adjuvant, dengan atau kemoterapi + dengan atau tanpa terapi target. Radiasi
eksterna pascamastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster
pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. Pada kanker payudara stadium lanjut
prinsip terapi bersifat terapi paliatif, dimana terapi sistemik merupakan terapi primer
(kemoterapi dan terapi hormonal), dapat dilakukan locoregional (radiasi dan bedah)
apabila diperlukan, dan Hospice home care.

KELOMPOK 4
1. Terapi apa saja yang direkomendasikan kepada ibu A?
Berdasarkan hasil laboratorium dan pemeriksaan. Bu A diduga mengalami kanker
payudara Stage IIB berdasarkan analisis TNM staging. Untuk itu, menurut The National
Comprehensive Cancer Network (NCCN), pasien direkomendasikan untuk dilakukan
terapi bedah, terapi bedah yang dapat dilakukan yaitu dengan metode BCT (Breast
Conservating Treatment) atau masektomi, terapi bedah juga dipertimbangan atas
keinginan pasien. Jika pasien telah melakukan terapi bedah dilakukan pemantauan dan
bila didapati eseksi yang tidak lengkap maka dilakukan terapi adjuvant.
2. Jelaskan mengenai terapi berdasarkan stadium kanker?
Menurut DiPiro (), staging dalam kanker payudara dibagi menjadi 4 dimana stage I
dan Stage II termasuk dalam Early Breast Cancer, Stage III yaitu Locally Advanced
Breast Cancer dan stage IV termasuk dalam Metastatic Breast Cancer. Rekomendasi
terapi Early Breast Cancer (Stage I-II) yaitu terapi bedah dan adjuvant, rekomendasi
terapi Locally Advanced Breast Cancer (Stage III) yaitu dimulai dengan terapi
neoadjuvant, lalu dilanjutkan dengan terapi bedah dan rekomendasi terapi untuk
Metastatic Breast Cancer (Stage IV) yaitu terapi endokrin, kemoterapi, terapi radiasi.
Tabel 1. Kemoterapi Adjuvan yang dapat dipilih untuk Kanker Payudara
Tabel 2. Terapi Endokrin yang digunakan untuk Kanker Payudara Metastatik (Stage IV)
Tabel 3. Rejimen kemoterapi yang dapat dipili untuk kanker payudara metastatic (Stage
IV)

KELOMPOK 5
1. Jelaskan mengenai mastektomi, radioterapi dan kemoterapi?
A. Mastektomi
1. Pengertian Mastektomi
Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan
payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari
seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas
tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III
tanpa mengangkat muskulus pektoralis major dan minor (Sinclair, 2009).
2. Jenis-jenis Mastektomi
Menurut Suryo (2009) mastektomi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan di sekitar ketiak.

b. Total (simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh payudara saja,


tetapi bukan kelenjar ketiak.

c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara,


biasanya di sebut dengan lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
3. Indikasi operasi mastektomi
Menurut Engram (2009) indikasi operasi mastektomi dilakukan pada kanker
payudara stadium 0 (insitu), keganasan jaringan lunak pada payudara, dan tumor
jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara (misal: phyllodes
tumor).
4. Kontra indikasi operasi mastektomi
Kontra indikasi operasi mastektomi adalah tumor melekat dinding dada,
edema lengan, nodul satelit yang luas, dan mastitis inflamatoar (Engram, 2009).
5. Komplikasi operasi mastektomi
Komplikasi operasi mastektomi dibedakan menjadi fase dini dan fase lambat.
Fase dini meliputi pendarahan, lesi nodul thoracalis longus wing scapula, dan lesi
nodul thoracalis dorsalis. Fase lambat meliputi infeksi, nekrosis flap, seroma,
edema lengan, kekakuan sendi, dan bahu kontraktur (Engram, 2009).
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sebelum dilakukan mastektomi meliputi, yaitu:
mandatory, mamografi (USG payudara), foto toraks, FNAB tumor payudara, USG
liver/abdomen, dan pemeriksaan kimia darah lengkap untuk persiapan operasi
(Engram, 2009).
7. Pra operasi mastektomi
Menurut Sjamsuhidajat (2010), pasien pra mastektomi akan mengalami
masalah psikologis, karena payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan
wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh
pasien, haknya seperti dirampas sebagai wanita normal.
B. Radioterapi
1. Pengertian Radioterapi
Menurut Susworo (2007), Radioterapi atau terapi radiasi adalah pengobatan
kanker dengan menggunakan radiasi pengion. Menurut Baskar R et all (2012)
Radiasi pengion adalah radiasi dengan energi tinggi yang mampu melepaskan
elektron dari orbit suatu atom, yang menyebabkan terbentuknya muatan atau
terionisasi.
Menurut Baskar R et all (2012) Radiasi pengion terdiri dari radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik merupakan radiasi
ketika energi dibawa oleh osilasi medan listrik dan medan magnet yang merambat
pada kecepatan cahaya, contohnya radiasi sinar-X dan sinar-ɣ dan merupakan
jenis yang paling umum digunakan dalam radioterapi. Menurut Malicki J (2015),
Radiasi partikel adalah radiasi yang terdiri dari partikel atom atau subatomik
(elektron dan proton) yang membawa energi dalam bentuk energi kinetik atau
massa yang bergerak.
2. Jenis Radioterapi
Menurut Orth M et all (2014)Radioterapi dapat digunakan sebagai terapi
kuratif, paliatif maupun profilaksis (preventif).
a. Terapi kuratif biasanya berbentuk terapi tunggal untuk penyembuhan suatu
kanker, contohnya digunakan dalam kasus limfoma Hodgkin tahap awal,
kanker nasofaring, beberapa kanker kulit, dan kanker glotis awal.
b. Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara
menghilangkan gejala-gejala kanker dengan menerapkan dosis radiasi paliatif.
Penerapannya antara lain pada kasus maternal otak dan tulang serta sindroma
venacava superior.
c. Terapi profilaksis (preventif) merupakan terapi yang bertujuan untuk
mencegah kemungkinan metastasis atau kejadian berulang melalui penerapan
radioterapi, contohnya adalah whole-barin radiotherapy untuk leukemia
limfoblastik akut dan kanker paru-paru sel kecil.
Menurut Bovi JA (2012), Berdasarkan waktu penggunaannya, radioterapi
terdiri dari radioterapi adjuvan yang diberikan setelah dilakukannya metode
pengobatan tertentu, radioterapi neoadjuvan, dan radiokemoterapi. Radioterapi
neoadjuvan dilakukan sebelum dilakukannya tindakan dengan metode lain,
misalnya radioterapi preoperasi, sedangkan radiokemoterapi yaitu pemberian
radioterapi yang dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.
Menurut Rödel C et all (2012), Penghantaran radiasi terhadap lokasi kanker
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu radioterapi eksternal dan brachytherapy
(endocurientherapy atau disebut sealed-source radiotherapy). Radioterapi
eksternal adalah radioterapi yang dipaparkan ke tubuh secara eksternal
menggunakan mesin perawatan, sedangkan pada brachytherapy, sumber radiasi
temporer atau permanen ditempatkan ke dalam rongga tubuh, metode ini
digunakan dalam perawatan rutin kanker ginekologi dan prostat serta pada situasi
yang membutuhkan perawatan berulang.
3. Mekanisme radiasi membunuh sel
Menurut Zhuang H et all (2014), Target utama dari terapi radiasi adalah
kerusakan molekul DNA pada jaringan target. Secara umum ada 2 jenis
mekanisme kerusakan DNA akibat radiasi pengion, yaitu ionisasi langsung dan
tidak langsung. Kerusakan karena ionisasi langsung biasanya disebabkan oleh
radiasi partikel yang terjadi karena energi kinetik partikel dapat langsung merusak
struktur atom jaringan biologi yang dilewatinya, sedangkan ionisasi tidak
langsung umumnya disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dengan cara
membentuk elektron sekunder/ radikal bebas yang akan berinteraksi dengan DNA
menyebabkan kerusakan.
C. Kemoterapi
Kemoterapi adalah obat-obat kimiawi yang digunakan untuk memberantas
penyakit infeksi akibat mikroorganisme. Sitostatika (obat kanker) juga termasuk
golongan ini karena sel-sel kanker adakalanya dapat dikembangbiakkan dan
ditularkan pada organisme lain, seperti halnya kuman (Tjay dan Raharja, 2002).
a. Macam kemoterapi
1) Zat alkilasi Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah akibat
gugus alkilnya yang reaktif, sehingga dapat merintangi penggandaan DNA dan
pembelahan sel, misal: klorambusil dan siklofosfamid.
2) Antimetabolit Mengganggu sintesis DNA dengan jalan antagonisme saingan,
misal: merkaptopurin.
3) Antimitotika Zat ini menghindari pembelahan sel pada tingkat metafase, jadi
merintangi pembelahan inti, misal : paklitasel dan vinblastin.
4) Antibiotika Beberapa jenis antibiotika dari jenis jamur Streptomyces juga
berkhasiat sitotoksik disamping kerja antibakterinya, misal: doksorubisin,
bleomisin dan daunorubisin.
5) Imunomodulansia Zat ini berdaya mempengaruhi secara positif reaksi biologis
dari tubuh terhadap tumor, misal: sitokin atau limfokin dan siklosporin.
6) Hormon dan antihormon Misalnya: kortikosteroid yang berkhasiat melarutkan
limfosit sehingga berguna untuk pengobatan leukimia, zat-zat estrogen yang
digunakan pada kanker prostat.
(Tjay dan Raharja, 2002)
b. Cara pemberian
Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai macam cara sebagai berikut:
1) Kemoterapi sebagai terapi primer Sebagai terapi utama yang dilaksanakan
tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus kanker jenis
koriokarsinoma, leukima dan limfoma.
2) Kemoterapi adjuvant Pengobatan tambahan pada pasien yang telah
mendapatkan terapi lokal atau paska pembedahan atau radiasi.
3) Kemoterapi neoadjuvant Pengobatan tambahan pada pasien yang akan
mendapat terapi lokal atau mendahului pembedahan dan radiasi.
4) Kemoterapi kombinasi Kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan radiasi
pada kasus karsinoma lanjut. (Michaud et al., 2008)

KELOMPOK 6
1. Jelaskan mengenai terapi target, terapi imunoterapi dan terapi hormonal?
a. Terapi Target
Target terapi kanker payudara, yaitu pengobatan kanker payudara yang secara
khusus menargetkan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya, menggunakan
obat atau zat lainnya untuk menghalangi sinyal kimia di tingkat sel, tingkat dimana
pertumbuhan dan pembelahan sel kanker terjadi. Umumnya, pengobatan ini diberikan
jika sel-sel kanker payudara menunjukkan HER2 positif (perubahan genetik yang
dapat memicu pertumbuhan sel kanker).
Obat-obatan dalam terapi target dirancang untuk memblokir pertumbuhan dan
penyebaran sel kanker yang terlokalisir. Obat-obatan yang biasa digunakan dalam
terapi ini adalah sebagai berikut:
1) Trastuzumab (Herceptin) yang digunakan pada pasien stadium awal dan lanjut.
2) Pertuzumab (Perjeta) yang digunakan sebelum atau setelah operasi kanker
payudara stadium awal dan lanjut.
3) Ado-trastuzumab emtansine (Kadcyla atau TDM-1) yang digunakan setelah
operasi pada pasien stadium awal atau stadium lanjut yang sebelumnya pernah
diberikan trastuzumab atau kemoterapi.
4) Fam-trastuzumab deruxtecan (Enhertu) yang digunakan untuk mengobati kanker
payudara yang tidak dapat dihilangkan dengan operasi atau telah menyebar ke
bagian tubuh lain.
5) Lapatinib (Tykerb) yang digunakan untuk pasien stadium lanjut.
6) Neratinib (Nerlynx) yang digunakan untuk pasien stadium awal setelah
pengobatan dengan trastuzumab selama setahun.
7) Tucatinib (Tukysa) yang digunakan untuk mengobati pasien stadium lanjut.
8) Inhibitor mTOR (mammalian target of rapamycin) yang digunakan untuk
memblokir mTOR, protein yang membantu sel kanker tumbuh dan membelah.
b. Terapi Imunoterapi
Imunoterapi merupakan cara mengobati kanker payudara menggunakan obat
yang merangsang sistem imun untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker.
Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan obat dalam imunoterapi kanker payudara
justru menghapus kendali sistem kekebalan tubuh. 
a. Vaksinasi
Vaksinasi ini menggunakan antigen dari tumor spesifik yang didapat dari peptida
protein dan DNA.
b. Adoptive T cell transfer
Hasil uji klinis menunjukkan bahwa adoptive T cell transfer adalah imunoterapi
pasif pada pasien kanker, sangat efektif melawan kanker. Adoptive T cell transfer
ini melibatkan pembentukan antitumor limfosit T dari jaringan tumor primer, dan
dikembangkan dan diaktivasi secara in vitro kemudian disuntikan kembali. Hal ini
agar antitumor dapat bermigrasi ke lokasi tumor dan membunuh sel tumor yang
ada.
c. T cell receptor gene transfer
Imunoterapi ini dikembangkan berdasarkan adanya reseptor pada permukaan sel T
yang merupakan tempat pengenalan antigen agar sel T tersebut dapat menjalankan
fungsinya. Mentransfer reseptor sel R secara langsung akan melawan antigen
histokompatibiliti minor yang diekspresikan oleh sel hematopoietik, sehingga
akibat ikatannya yang sangat spesifik ini, terapi ini sangat mungkin menjadi
penemuan baru dalam pengobatan keganasan pada sel hematopoietik.
Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan obat dalam imunoterapi kanker
payudara justru menghapus kendali sistem kekebalan tubuh. Jadi perlu diperhatikan
juga terapi-terapi imunoterapi yang akan digunakan
c. Terapi Hormonal
Terapi hormonal merupakan salah satu pengobatan untuk jenis kanker payudara
yang sensitif terhadap hormon. Terapi Hormonal dapat digunakan sebagai terapi
utama atau terapi tambahan. Umumnya pengobatan ini bekerja dengan cara
menghalangi hormon agar tak menempel pada reseptor sel kanker atau dengan
mengurangi produksi hormon tertentu yang bisa membantu pertumbuhan sel kanker.
Terapi ini lebih sesuai untuk penderita dengan kondisi kanker payudara dengan
jenis sel kanker yang memiliki reseptor positif terhadap hormon. Baik hormon
estrogen maupun progesteron, keduanya dapat merangsang pertumbuhan sel kanker
payudara. Sebagian besar penderita kanker payudara memiliki sel kanker reseptor
estrogen positif, yang disebut sebagai ER positif (estrogen receptor-positive).
Sedangkan kanker payudara yang memberi respons terhadap perubahan kadar hormon
progesteron disebut sebagai PR positif (progesterone receptor-positive). Pada
beberapa kasus, seorang penderita kanker payudara bisa memiliki kedua reseptor
tersebut.
Terapi ini dapat digunakan pada beberapa penyakit, seperti pada wanita yang
mengalami post menopause, serta untuk pengobatan kanker →berdasarkan kasus utk
usia pasien wanita 54 tahun itu adalah usia rentan menopause. Terapi hormon dapat
diberikan pada jenis kanker yang pertumbuhannya terutama dipengaruhi oleh
produksi hormon, seperti pada kasus ini yaitu kanker payudara stadium 2. Pengobatan
ini dilakukan dengan mengatur produksi hormon estrogen dan progesteron, sehingga
risiko kanker payudara dapat dikendalikan. Terapi hormon biasanya dilakukan
bersamaan dengan cara terapi kanker lain seperti radioterapi, kemoterapi,
imunoterapi. Pelaksanaan terapi hormon ditentukan berdasarkan jenis kanker yang
dialami, tingkat penyebaran kanker, dan kondisi kesehatan pasien. Terapi hormon
digunakan untuk mengurangi kemungkinan kembalinya kanker pada pasien yang
telah sembuh, atau menghentikan/memperlambat pertumbuhan dari sel kanker.
Selain itu, terapi hormon juga berfungsi untuk mengurangi gejala yang dialami
penderita kanker. Jenis terapi hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis
kanker yang diderita, stadium kanker, dan kondisi fisik penderita secara umum.
Dimana ada dua jenis terapi hormon yang biasanya digunakan dalam pengobatan
dari kasus ini yaitu kanker payudara. Yang pertama jenis terapi hormon berupa obat
yang membuat hormon estrogen dan progesteron berhenti membantu pertumbuhan
sel-sel kanker payudara. Kemudian yang kedua, jenis terapi hormon berupa obat-
obatan atau tindakan operasi untuk menghentikan produksi hormon dari ovarium
 Jenis-Jenis Terapi Hormon untuk Kanker Payudara
Setidaknya ada dua jenis terapi hormon yang biasanya digunakan dalam
pengobatan kanker payudara. Yang pertama jenis terapi hormon berupa obat yang
membuat hormon estrogen dan progesteron berhenti membantu pertumbuhan sel-
sel kanker payudara, di antaranya:
a. Selective estrogen receptor modulators (SERMs)
SERMs merupakan pengobatan yang mencegah sel-sel kanker payudara
menyerap estrogen. Obat SERMs yang paling umum digunakan meliputi:
1. Tamoxifen, bekerja dengan cara menghentikan hormon estrogen yang
mengikat sel. Tujuannya, agar kanker tidak tumbuh dan membelah diri.
Menurut penelitian, mengonsumsi tamoxifen selama 5 hingga 10 tahun
dapat memperpanjang usia hidup. Kanker payudara juga cenderung tidak
akan kambuh lagi.
2. Toremifene, direkomendasikan untuk pasien yang sudah mengonsumsi
Tamoxifen namun hasilnya tidak memuaskan. Obat jenis ini hanya
disetujui untuk mengobati kanker payudara yang telah menyebar ke bagian
lain dari tubuh.
3. Fulvestrant, biasanya digunakan untuk mengobati kanker payudara
stadium lanjut.
b. Aromatase inhibitors (Als)
Obat ini digunakan untuk mencegah jaringan lemak dalam memproduksi
estrogen tapi tidak mencegah produksi estrogen dari ovarium. Sehingga AIs
dianggap hanya efektif diterapkan untuk wanita pascamenopause.
Kemudian yang kedua, jenis terapi hormon berupa obat-obatan atau tindakan
operasi untuk menghentikan produksi hormon dari ovarium, misalnya:
a. Luteinizing hormone-releasing hormones (LHRH)
Obat ini diberikan untuk menghentikan produksi hormon estrogen dari
ovarium. Menstruasi akan berhenti selama menjalani pengobatan ini.
b. Ovarian ablation
Jenis terapi hormon ini dapat menjadi pilihan bagi wanita yang belum
mengalami menopause. Ovarian ablation dilakukan dengan cara mengangkat
atau menutup ovarium sehingga produksi estrogen berhenti.
Pada kondisi tertentu, kedua jenis terapi hormon dapat dikombinasikan.
Selain mempengaruhi menstruasi, terapi hormon juga dapat menimbulkan efek
samping, seperti keputihan, iritasi vagina, wajah terasa panas, mual, kelelahan,
maupun nyeri otot dan sendi.

KELOMPOK 7
1. Jelaskan mengenai terapi untuk triple negative breast cancer, terapi untuk kanker
payudara yang mengalami inflamasi?

A. Terapi untuk Triple Negative Breast Cancer


Kanker payudara triple-negatif (TNBC) tidak memiliki reseptor estrogen atau
progesteron dan juga membuat protein HER2 terlalu sedikit atau tidak sama sekali.
Karena sel kanker tidak memiliki protein ini, terapi hormon dan obat-obatan yang
menargetkan HER2 tidak membantu, jadi kemoterapi (kemo) adalah pilihan
pengobatan sistemik utama. Dan meskipun TNBC cenderung merespon dengan baik
pada kemoterapi pada awalnya, ia juga cenderung kembali (kambuh) lebih sering
daripada kanker payudara lainnya.
● Stage I-III
- Pembedahan Pertama: Jika tumor TNBC stadium awal cukup kecil untuk
diangkat melalui pembedahan, maka pembedahan konservasi payudara atau
mastektomi dengan pemeriksaan kelenjar getah bening dapat dilakukan. Anda
mungkin juga diberikan kemo setelah operasi (kemoterapi ajuvan) untuk
mengurangi kemungkinan kanker kembali. Untuk wanita yang memiliki
mutasi BRCA dan pada operasi yang ditemukan memiliki:

· Tumor lebih besar dari 2cm tetapi tidak lebih besar dari 5cm, atau
· 1 hingga 3 kelenjar getah bening aksila (ketiak) dengan kanker

Obat yang direkomendasikan olaparib(Lynparza) dapat diberikan selama


satu tahun setelah kemoterapi adjuvant. Ketika diberikan cara ini, dapat
membantu beberapa wanita hidup lebih lama.
- Pembedahan Kedua: Kemo sering diberikan sebelum operasi (kemoterapi
neoadjuvant) atau dengan pembrolizumab untuk mengecilkan tumor besar
dan/atau kelenjar getah bening dengan kanker. Jika kanker masih ditemukan di
jaringan yang diangkat melalui operasi setelah kemoterapi neoadjuvant
diberikan, dokter mungkin merekomendasikan obat kemo oral yang disebut
capecitabine (Xeloda), pembrolizumab setelah operasi (pengobatan tambahan)
untuk mengurangi kemungkinan kanker datang kembali dan obat olaparib
yang ditargetkan selama satu tahun untuk wanita yang memiliki mutasi BRCA.
● Stage IV
Kemo sering digunakan pertama kali ketika kanker telah menyebar ke bagian
lain dari tubuh (stadium IV). Obat kemoterapi yang umum digunakan antara lain
anthracyclines, taxanes, capecitabine, gemcitabine, eribulin, dan lain-lain. Obat
kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi. Untuk wanita dengan
TNBC yang memiliki mutasi BRCA dan kankernya tidak lagi merespons obat
kemo kanker payudara umum, obat kemo platinum lainnya (seperti cisplatin atau
carboplatin) atau obat target yang disebut penghambat PARP (seperti olaparib
atau talazoparib), dapat dipertimbangkan. Untuk TNBC lanjut di mana sel kanker
memiliki protein PD-L1, pengobatan pertama ialah imunoterapi (pembrolizumab)
ditambah kemo.

B. Terapi Kanker Payudara yang Mengalami Inflamasi


Kanker payudara inflamasi adalah jenis kanker payudara invasif yang tidak umum
dan biasanya membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat. Dan juga
dapat membuat kulit payudara terlihat tebal dan berlubang yang sangat mirip dengan
kulit jeruk. Perubahan ini disebabkan oleh sel kanker yang menghalangi pembuluh
getah bening di kulit. Karena kanker payudara inflamasi telah mencapai pembuluh
getah bening ini dan telah menyebabkan perubahan pada kulit, maka kanker payudara
ini masuk stadium III ketika didiagnosis. Dan apabila telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh dianggap stadium IV. Kanker ini biasanya tumbuh dengan cepat dan sulit
untuk diobati.
Terapi kanker payudara inflamasi stadium III (belum menyebar ke luar payudara
atau ke kelenjar getah bening di dekatnya) biasanya dimulai dengan kemoterapi
(kemo) untuk mencoba mengecilkan tumor. Jika kankernya HER2-positif, terapi yang
ditargetkan diberikan bersama dengan kemo. Ini biasanya diikuti dengan pembedahan
(mastektomi dan diseksi kelenjar getah bening) untuk mengangkat kanker. Terapi
radiasi sering mengikuti operasi. Kadang-kadang, lebih banyak kemo dapat diberikan
setelah operasi tetapi sebelum radiasi. Jika kanker positif reseptor hormon, terapi
hormon juga diberikan (biasanya setelah semua kemoterapi diberikan).
Terapi kanker payudara inflamasi stadium IV menggunakan terapi sistemik yang
terdiri dari:
1) Kemoterapi Terapi hormonal (jika kanker adalah positif reseptor hormon)

2) Terapi target dengan obat yang menargetkan HER2 (jika kankernya positif HER2)

3) Imunoterapi jika kanker membuat protein yang disebut PD-L1

4) Terapi obat target dengan Inhibitor PARP disebut olaparib jika wanita tersebut
memiliki mutasi BRCA

KELOMPOK 8
1. Jelaskan mengenai terapi kanker payudara yang kambuh (Recurrent) dan terapi kanker
payudara selama kehamilan?
A. Pengobatan Kanker Payudara Berulang
Bagi beberapa wanita, kanker payudara dapat kembali setelah pengobatan –
terkadang bertahun-tahun kemudian. Ini disebut rekurensi. Kekambuhan bisa lokal
(di payudara yang sama atau di bekas luka operasi), regional (di kelenjar getah bening
terdekat), atau di daerah yang jauh. Kanker yang ditemukan di payudara yang
berlawanan tanpa kanker di tempat lain di tubuh bukanlah kekambuhan—ini adalah
kanker baru yang memerlukan pengobatannya sendiri.
a. Mengobati Kekambuhan Lokal
Untuk wanita yang kanker payudaranya kambuh secara lokal, pengobatan
tergantung pada pengobatan awal mereka. Jika Anda menjalani operasi konservasi
payudara (lumpektomi), kekambuhan lokal pada payudara biasanya diobati dengan
mastektomi.
Jika pengobatan awal adalah mastektomi, kekambuhan di dekat lokasi mastektomi
diobati dengan mengangkat tumor bila memungkinkan. Ini sering diikuti dengan
terapi radiasi jika tidak diberikan sebelumnya. Dalam kedua kasus, terapi
hormon, terapi bertarget (seperti trastuzumab), imunoterapi, kemoterapi, atau
beberapa kombinasinya dapat digunakan setelah operasi dan/atau terapi radiasi. Obat-
obatan ini juga dapat digunakan jika operasi atau radiasi bukanlah pilihan.

b. Mengobati Kekambuhan Regional


Ketika kanker payudara muncul kembali di kelenjar getah bening di dekatnya
(seperti di bawah lengan atau di sekitar tulang selangka), pengobatannya dengan
mengangkat kelenjar getah bening tersebut, jika memungkinkan. Ini mungkin diikuti
oleh radiasi yang ditujukan ke area tersebut jika tidak diberikan sebelumnya.
Perawatan sistemik (seperti kemo, terapi target, atau terapi hormon) dapat
dipertimbangkan setelah operasi juga.
c. Mengobati kekambuhan jauh
Secara umum, wanita yang kanker payudaranya muncul kembali di bagian lain
dari tubuh, seperti tulang, paru-paru, atau otak, diperlakukan dengan cara yang sama
seperti mereka yang ditemukan memiliki kanker payudara stadium IV di organ-organ
ini ketika mereka pertama kali didiagnosis. Lihat Mengobati Kanker Payudara
Stadium IV (Metastatik). Satu-satunya perbedaan adalah bahwa perawatan mungkin
atau mungkin tidak termasuk perawatan atau obat-obatan yang sudah dimiliki seorang
wanita.
Kanker payudara yang berulang terkadang sulit untuk diobati. Jika Anda berada
dalam kondisi kesehatan yang baik, Anda mungkin ingin mempertimbangkan untuk
ikut serta dalam uji coba klinis yang menguji pengobatan yang lebih baru.
Jika kanker Anda kembali, lihat Memahami Kekambuhan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang cara mengelola dan mengatasi fase perawatan ini.
B. Terapi Kanker Payudara Selama Kehamilan
Kemoterapi tampaknya aman untuk bayi jika diberikan pada trimester kedua atau
ketiga kehamilan, tetapi tidak aman pada trimester pertama. Perawatan kanker
payudara lainnya, seperti terapi hormon, terapi target, dan terapi radiasi, lebih
cenderung membahayakan bayi dan biasanya tidak diberikan selama kehamilan.
Jika Anda didiagnosis menderita kanker payudara saat hamil, pilihan pengobatan
Anda akan lebih rumit karena Anda ingin mendapatkan pengobatan terbaik untuk
kanker Anda sekaligus melindungi bayi. Jenis dan waktu pengobatan perlu
direncanakan dengan hati-hati dan dikoordinasikan antara tim perawatan kanker Anda
dan dokter kandungan Anda.
Ketika merawat wanita hamil dengan kanker payudara, tujuannya sama seperti
ketika merawat wanita yang tidak hamil: untuk menyembuhkan kanker bila
memungkinkan, atau untuk mengendalikannya dan mencegahnya menyebar jika tidak
dapat disembuhkan. Tetapi perhatian ekstra untuk melindungi janin yang sedang
tumbuh dapat membuat perawatan menjadi lebih rumit.
Apakah aman untuk menjalani pengobatan kanker payudara selama kehamilan?
Jika Anda hamil dan menderita kanker payudara, Anda mungkin memiliki pilihan
yang sulit untuk dibuat, jadi dapatkan bantuan ahli dan pastikan Anda mengetahui
semua pilihan Anda. Wanita hamil dapat dengan aman mendapatkan pengobatan
untuk kanker payudara, meskipun jenis pengobatan yang digunakan dan waktu
pengobatan mungkin dipengaruhi oleh kehamilan.
Bisakah saya menyusui selama perawatan kanker?
Kebanyakan dokter menganjurkan bahwa wanita yang baru saja melahirkan dan
akan dirawat karena kanker payudara harus berhenti (atau tidak memulai) menyusui.
Banyak obat kemoterapi, hormon, dan terapi yang ditargetkan dapat masuk ke dalam
ASI dan diteruskan ke bayi. Menyusui tidak dianjurkan jika Anda sedang dirawat
dengan obat-obatan sistemik dan kadang-kadang tidak boleh dimulai kembali selama
berbulan-bulan setelah pengobatan berakhir. . Jika operasi payudara direncanakan,
menghentikan menyusui akan membantu mengurangi aliran darah ke payudara dan
membuatnya lebih kecil. Ini dapat membantu operasi. Ini juga membantu
mengurangi risiko infeksi pada payudara dan dapat membantu menghindari
pengumpulan ASI di area biopsi atau pembedahan.
Apakah kehamilan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup untuk kanker
payudara? Kehamilan dapat mempersulit penemuan, diagnosis, dan pengobatan
kanker payudara. Sebagian besar penelitian telah menemukan bahwa hasil di antara
wanita hamil dan tidak hamil dengan kanker payudara hampir sama untuk kanker
yang ditemukan pada stadium yang sama. Beberapa dokter percaya bahwa
mengakhiri kehamilan dapat membantu memperlambat perjalanan kanker payudara
yang lebih lanjut, dan mereka mungkin merekomendasikan hal itu untuk beberapa
wanita dengan kanker payudara stadium lanjut. Sulit untuk melakukan penelitian di
bidang ini, dan penelitian yang baik dan tidak bias tidak ada. Mengakhiri kehamilan
membuat pengobatan lebih sederhana, tetapi sejauh ini tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa mengakhiri kehamilan meningkatkan kelangsungan hidup
wanita secara keseluruhan atau hasil kanker.
 Terapi untuk kanker payudara selama kehamilan
1) Operasi kanker payudara selama kehamilan
Pembedahan untuk mengangkat kanker di payudara dan kelenjar getah
bening di dekatnya adalah bagian utama dari pengobatan untuk setiap wanita
dengan kanker payudara dini, dan umumnya aman dalam kehamilan.
Pilihan untuk operasi kanker payudara mungkin termasuk:
 Pengangkatan seluruh payudara ( mastektomi )
 Menghapus hanya bagian yang mengandung kanker (lumpectomy atau
breast-conserving surgery [BCS])
2) Memeriksa kelenjar getah bening untuk penyebaran kanker
Selain mengangkat tumor di payudara, satu atau lebih kelenjar getah
bening di daerah ketiak (kelenjar getah bening aksila) juga perlu diangkat
untuk memeriksa apakah kanker telah menyebar. Salah satu cara untuk
melakukan ini adalah diseksi kelenjar getah bening aksila (ALND). Ini sering
merupakan prosedur standar untuk wanita hamil dengan kanker payudara dan
mengangkat banyak kelenjar getah bening di bawah lengan. Prosedur lain,
yang disebut biopsi kelenjar getah bening sentinel (SLNB), mungkin menjadi
pilihan tergantung pada seberapa jauh Anda dalam kehamilan dan stadium
kanker Anda. SLNB memungkinkan dokter untuk menghilangkan lebih sedikit
nodus, tetapi ada kekhawatiran tentang efek pewarna SLNB pada bayi. Karena
kekhawatiran ini, sebagian besar ahli merekomendasikan agar SLNB hanya
digunakan dalam situasi tertentu seperti pada kehamilan lanjut, dan pewarna
biru tidak digunakan selama prosedur.
3) Perawatan setelah operasi
Tergantung pada stadium kanker , Anda mungkin memerlukan lebih
banyak perawatan seperti kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, dan/atau
terapi bertarget setelah operasi untuk membantu menurunkan risiko kanker
kembali . Ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, perawatan
ini dapat ditunda sampai setelah melahirkan.
 Kemoterapi
Kemoterapi (kemo) dapat digunakan setelah operasi (sebagai
pengobatan tambahan) untuk beberapa tahap awal kanker payudara. Ini
juga dapat digunakan dengan sendirinya untuk kanker yang lebih lanjut.
Kemo tidak diberikan selama 3 bulan pertama (trimester pertama)
kehamilan. Karena banyak perkembangan bayi terjadi selama ini,
keamanan kemo belum diteliti pada trimester pertama. Risiko keguguran
(kehilangan bayi) juga paling besar selama ini.
Selama bertahun-tahun, dianggap bahwa semua kemo akan
membahayakan bayi yang belum lahir tidak peduli kapan itu diberikan.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa obat kemo tertentu (seperti
doxorubicin, cyclophosphamide, fluorouracil, dan taxanes) yang
digunakan selama trimester kedua dan ketiga (bulan 4 hingga 9 kehamilan)
tidak meningkatkan risiko cacat lahir, lahir mati, atau kesehatan. Masalah
segera setelah lahir, meskipun mereka dapat meningkatkan risiko
persalinan dini. Para peneliti masih belum tahu apakah anak-anak ini akan
memiliki efek jangka panjang.
Jika Anda memiliki kanker payudara dini dan Anda memerlukan kemo
setelah operasi (kemo ajuvan), biasanya akan ditunda hingga setidaknya
trimester kedua Anda. Jika Anda sudah berada di trimester ketiga saat
kanker ditemukan, kemo dapat ditunda hingga setelah melahirkan.
Kelahiran dapat diinduksi (dibawa) beberapa minggu lebih awal pada
beberapa wanita. Rencana perawatan yang sama ini juga dapat digunakan
untuk wanita dengan kanker yang lebih lanjut.
Kemo umumnya tidak dianjurkan setelah 35 minggu kehamilan atau
dalam 3 minggu setelah melahirkan karena dapat menurunkan jumlah sel
darah ibu . Hal ini dapat menyebabkan perdarahan dan meningkatkan
kemungkinan infeksi selama kelahiran. Menunda kemoterapi selama
beberapa minggu terakhir sebelum melahirkan memungkinkan jumlah
darah ibu kembali normal sebelum melahirkan.
4) Perawatan yang biasanya ditunda sampai setelah melahirkan
Beberapa perawatan untuk kanker payudara dapat membahayakan bayi dan
tidak aman selama kehamilan. Jika perawatan ini diperlukan, biasanya
dijadwalkan setelah bayi lahir.
 Terapi radiasi: Terapi radiasi pada payudara sering digunakan setelah
operasi konservasi payudara (lumpektomi) untuk membantu mengurangi
risiko kembalinya kanker. Radiasi dosis tinggi yang digunakan untuk ini
dapat membahayakan bayi kapan saja selama kehamilan. Ini dapat
menyebabkan keguguran, cacat lahir, pertumbuhan janin yang lambat, atau
risiko kanker anak yang lebih tinggi. Karena itu, dokter tidak
menggunakan pengobatan radiasi selama kehamilan.
Untuk beberapa wanita yang kankernya ditemukan di kemudian hari dalam
kehamilan, dimungkinkan untuk menjalani lumpektomi selama kehamilan
dan kemudian menunggu sampai setelah bayi lahir untuk mendapatkan
terapi radiasi. Tetapi pendekatan pengobatan ini belum dipelajari dengan
baik. Menunggu terlalu lama untuk memulai radiasi dapat meningkatkan
kemungkinan kanker kembali.
 Terapi hormon: Terapi hormon sering digunakan sebagai pengobatan
setelah operasi atau sebagai pengobatan untuk kanker payudara stadium
lanjut pada wanita dengan kanker payudara reseptor hormon-positif
(estrogen atau progesteron). Obat terapi hormon yang digunakan untuk
kanker payudara antara lain tamoxifen, anastrozole, letrozole, dan
exemestane.Terapi hormon tidak boleh diberikan selama kehamilan karena
dapat mempengaruhi bayi. Itu harus ditunda sampai setelah wanita itu
melahirkan.
 Terapi yang ditargetkan: Obat-obatan yang menargetkan HER2, seperti
trastuzumab (Herceptin), pertuzumab (Perjeta), ado-trastuzumab
emtansine (Kadcyla) dan lapatinib (Tykerb), penting dalam mengobati
kanker payudara positif-HER2. Pada wanita yang tidak hamil, trastuzumab
digunakan sebagai bagian dari pengobatan setelah operasi, pertuzumab
dapat digunakan dengan trastuzumab sebelum operasi, dan semua obat ini
dapat berguna dalam mengobati kanker stadium lanjut. Namun
berdasarkan penelitian terhadap wanita yang dirawat selama kehamilan,
tidak satu pun dari obat-obatan tersebut dianggap aman untuk bayi jika
dikonsumsi selama kehamilan.
Everolimus (Afinitor) dan palbociclib (Ibrance) juga merupakan obat
target yang dapat digunakan dengan terapi hormon untuk mengobati
kanker payudara stadium lanjut. Sekali lagi, obat ini dan obat target
lainnya dianggap tidak aman untuk digunakan selama kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2022. Treatment of Triple-negative Breast Cancer.


https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/treatment/treatment-of-triple-
negative.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2022.

Barbara Engram. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta.

Baskar R, Lee KA, Yeo R, Yeoh KW. 2012. Cancer and radiation therapy: Current
advances and future directions. Int J Med Sci.

Bovi JA, White J. 2012. Radiation therapy in the prevention of brain metastases. Curr Oncol
Rep.

Cahyani, Putu. 2018. Imunoterapi pada Kanker Payudara. Universitas Warmadewa : Bali

Edge SB, Compton CC. The American Joint Committee on Cancer: the 7th edition of the
AJCC cancer staging manual and the future of TNM. Ann Surg Oncol. 2010
Jun;17(6):1471-4. doi: 10.1245/s10434-010-09854.

Khambri, Daan. 2015. Peran Terapi Hormonal pada Kanker Payudara. Majalah Kedokteran
Andalas

KEMENKES NOMOR HK.01.07/MENKES/414/2018 TENTANG PEDOMAN NASIONAL


PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA KANKER PAYUDARA.

Ketut, S., Kartika, S, L. 2022. Kanker Payudara: Diagnostik, Faktor Resiko, dan Stadium.
Ganesha Medicina Journal 2(1): 42-48

Malicki J. 2015. Medical physics in radiotherapy: The importance of preserving clinical


responsibilities and expanding the profession’s role in research, education, and
quality control. Rep Pract Oncol Radiother.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Tata Laksana Kanker Payudara. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Michaud, L.B., Espirito, J.L., Esteva, F.J., 2008, Breast Cancer, Dipiro, J.T., Talbert, R.L.,
Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., Pharmacotherapy : A
Patophysiologic Approach, seventh Ed, The McGraw Hill, USA.

Orth M, Lauber K, Niyazi M, Friedl AA, Li M, Maihöfer C, et al. 2014. Current concepts in
clinical radiation oncology. Radiat Environ Biophys.

Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.

Rödel C, Trojan J, Bechstein WO, Woeste G. 2012. Neoadjuvant short-or long-term


radio(chemo)therapy for rectal cancer: how and who should be treated?. Dig Dis.

Sinclair. Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. EGC.Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. EGC : Jakarta.

Suryo, J. 2009. Herbal Penyembuh Kanker pada Perempuan. Mizan : Yogyakarta.

Susworo. 2007. Radioterapi : dasar-dasar radioterapi tata laksana radioterapi penyakit


kanker. UI-Press: Jakarta

Tjay. T. H., dan Raharja K, 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi Kelima, Gramedia, Jakarta.

Williams., Wilkins. 2011. Nursing:Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta :


PT Indeks.

Zhuang H, Zhao X, Zhao L, Chang JY, Wang P. 2014. Progress of clinical research on
targeted therapy combined with thoracic radiotherapy for non-small-cell lung cancer.
Drug Des Devel Ther.

Anda mungkin juga menyukai