BREAST CANCER
CASE
Ibu A, 54 tahun BB 70kg. Keluhan : benjolan pada payudara sebelah kiri dan sakit bila
ditekan. Sakit dan bengkak pada leher di bawah telinga. Dokter telah melakukan pemeriksaan
dan memberikan diagnosa Kanker Payudara. Penampakan mikroskopis dan makroskopis
menunjukkan adanya Tumor ± 2 cm di saluran kelenjar susu sebelah kiri dan adanya
metastasis pada kelenjar getah bening.
KELOMPOK 1
1. Apakah faktor risiko, geja;a dan manifestasi klinik pada penderita kanker payudara?
a. Faktor Resiko
Faktor risiko tinggi penyebab kanker payudara adalah sebagai berikut:
Jenis kelamin: meskipun beberapa orang pria juga bisa menderita penyakit ini,
hampir semua kasus kanker payudara ditemukan pada wanita.
Usia: secara umum, risiko kanker payudara akan meningkat siring dengan
bertambahnya usia.
Riwayat keluarga dan genetika: seorang wanita akan lebih mungkin terkena kanker
payudara jika ibunya, saudara perempuannya atau kerabat langsungnya pernah
menderita penyakit yang sama. Menurut studi klinis, sekitar 5-10% kasus kanker
payudara memiliki kaitan dengan terjadinya perubahan genetik.
Siklus menstruasi: wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 12
tahun atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun memiliki faktor risiko yang
lebih tinggi
Pola makan: asupan makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara
berkepanjangan
Gaya hidup: merokok, minum minuman keras, dan kurang berolahraga akan
meningkatkan faktor risiko
Melahirkan: wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan anak pertama
pada usia di atas 35 tahun
Penggunaan obat: asupan kontrasepsi atau menjalani terapi penggantian hormone
secara berkelanjutan selama lebih dari 5 tahun
Riwayat kanker: riwayat keganasan kanker tertentu seperti penyakit Hodgkin,
kanker paru-paru, kanker usus bear, atau riwayat kanker pada masa kanak-kanak
b. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik kanker payudara menurut Williams & Wilkins (201 1) adalah:
Gumpalan dipayudara (gumpalan keras dan berbatu biasanya ganas).
Perubahan kesimetrisan dan ukuran payudara.
Perubahan pada kulit payudara (menebal dan bersisik disekitar puting, lekukan,
edema, atau ulserasi).
Perubahan suhu kulit (hangat, panas, atau area merah muda).
Drainase atau keluarnya apapun secara spontan pada wanita yang tidak menyusui
(biasanya warnanya kehijauan, hitam, putih, seperti krim, serosa atau berdarah)).
Perubahan puting, misalnya gatal, seperti terbakar, erosi, atau retraksi.
Nyeri.
Metastase tulang, fraktur tulang patologis, dan hiperkalsemia. Edema dilengan.
Menurut (Rasjidi, 2010) Komplikasi kanker payudara sebagai berikut:
Gangguan Neurovaskuler
Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
Fraktur patologi
4.Fibrosis payudara
Kematian
Nyeri pada area operasi
Infeksi
Bengkak pada area operasi
Keterbatasan gerakan lengan / pundak
Kumpulan bekuan darah (hematoma) pada area operasi
2. Bagaimana skrining pada kanker payudara?
Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan
abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang
yang tidak mempunyai keluhan.
Tujuan dari skrining adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker
payudara dan angka kematian.Pencegahan sekunder merupakan primadona dalam
penanganan kanker secara keseluruhan.
Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
a. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI dilakukan oleh masing-masing wanita, mulai dari usia 20 tahun.
SADARI dilakukan setiap bulan, 7-10 hari setelah hari pertama haid terakhir.
Cara melakukan Sadari yang benar dapat dilakukan dalam 5 langkah yaitu :
1) Dimulai dengan memandang kedua payudara didepan cermin dengan posisi
lengan terjuntai kebawah dan selanjutnya tangan berkacak pinggang.
2) Lihat dan bandingan kedua payudara dalam bentuk, ukuran
3) dan warna kulitnya.
4) Perhatikan kemungkinan kemungkinan dibawah ini :
5) Dimpling, pembengkakan kulit.
6) Posisi dan bentuk dari puting susu (apakah masuk kedalam
7) atau bengkak)
8) Kulit kemerahan, keriput atau borok dan bengkak.
9) Tetap didepan cermin kemudian mengangkat kedua lengan dan melihat kkelainan
seperti pada langkah 1.
10) Pada waktu masih ada didepan cermin, lihat dan perhatikan tanda tanda adanya
pengeluaran cairan dari puting susu.
11) Berikutnya dengan posisi berbaring, rabalah kedua payudara, payudara kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya, gunakan bagian dalam (volar/telapak) dari
jari ke 2-4. Raba seluruh payudara dengan cara melingkar dari luar kedalam atau
dapat
12) juga vertikal dari atas kebawah.
13) Langkah berikutnya adalah meraba payudara dalam keadaan basah dan licin
karena sabun dikamar mandi; rabalah dalam posisi berdiri dan lakukan seperti
langkah-4.
b. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan klinis payudara dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terlatih,
mulai dari Tingkat Pelayanan Kesehatan Primer (I). Pemeriksaan klinis pada
payudara dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila ditemukan adanya
abnormalitas pada proses Sadari.
Selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan klinis payudara maka dapat
ditentukan apakah memang betul ada kelainan; dan apakah kelainan tersebut termasuk
kelainan jinak, ganas atau perlu pemeriksaan lebih lanjut sehingga membutuhkan
rujukan ke Tingkat Pelayanan Kesehatan Sekunder (II) atau Tersier (III).
c. Mammografi
Mammografi adalah suatu pencitraan yang menggunakan sistem x-ray energi
rendah untuk melihat jaringan payudara. Praktek mamografi menggunakan pandangan
yang terstandarisasi untuk penilaian lesi payudara berupa massa atau kalsifikasi.
Penggunaan mammografi sebagai skrining tentu memiliki beberapa kekurangan.
Tingkat kepadatan atau densitas payudara mempen- garuhi sensitivitas dari skrining
mamografi, sehingga sensitivitas dari skrining mamografi menurun bersamaan dengan
meningkatnya tingkat kepadatan payudara, ini merupakan keterbatasan dari
mamografi. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil tes false-positive yaitu hasil tes
positif padahal tidak memiliki penyakit. Untuk data di Indonesia masih kurang
dikarenakan mamografi belum menjadi program khusus oleh pemerintah dalam hal
pencegahan kanker payudara. Pemerintah masih berfokus pada sadanis dan sadari.
KELOMPOK 2
1. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa kanker payudara?
a. Anamnesis
Pada Anamnesis pasien, beberapa keluhan utama terkait yang biasanya digali dari
pasien kanker payudara meliputi ukuran dan tata letak benjolan payudara, kecepatan
benjolannya tumbuh, apakah disertai dengan sakit, reaksi puting susu, apakah ada
nipple discharge atau krusta, kelainan pada kulit misalnya dimpling, peau ď órange,
apakah ada benjolan pada ketiak, atau edema pada lengan atas.
Selain itu, beberapa keluhan tambahan yang terkait dengan kemungkinan
metastasis dari kanker payudara dapat ditanyakan juga misalnya nyeri pada tulang
(untuk mencari kemungkinan metastasis pada vertebra dan femur), rasa sesak nafas
dan lain sebagainya yang menurut klinisi terkait dengan penyakitnya.
b. Ketut dan Kartika menyatakan bahwa awal ditegakkannya diagnosa pada Pasien
Kanker Payudara dapat melalui beberapa tahap, berupa:
1) Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, warna kulit, retraksi
papila, adanya kulit berbintik seperti kulir jeruk, ulkus atau luka, dan benjolan.
Selanjutnya dilakukan palpasi daerah payudara guna menentukan bentuk,
ukuran, konsistensi, maupun permukaan benjolan, serta menentukan apakah
benjolan melekat ke kulit dan atau dinding dada.
Palpasi dengan pemijatan puting payudara perlu dilakukan untuk menentukan
keluar atau tidaknya cairan, dan cairan tersebut berupa darah atau bukan.
Palpasi juga dilakukan pada daerah axilla dan supraclavicular untuk
mengetahui apakah sudah terdapat penyebaran ke kelenjar getah bening
(Cardoso et al., 2019; Javaeed, 2018; Puspitawati, 2018; De Jong, 2014).
2) Makroskopis:
Mamografi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X yang
digunakan sebagai bagian dari skrining maupun diagnosis kanker payudara.
Mamografi memiliki sensitifitas pada pasein > 40 tahun, nauman kurang
sensisitif dan memiliki bahaya radiasi pada pasien < 40 tahun (McDonald,
Clark, Tchou, Zhang, & Freedman, 2016; Wang, 2017; De Jong, 2014).
CT scan merupakan pemeriksaan dengan sinar X yang divisualisasikan oleh
komputer. CT scan thoraks dengan kontras merupakan salah satu modalitas
untuk diagnosis kanker payudara. Selain itu, CT scan kepala juga dapat
memberikan keuntungan dalam penetuan metastasis ke otak (Limbong et al.,
2017).
Magnetic resonance imaging (MRI) memanfaatkan gelombang magnet. MRI
cocok dilakukan untuk pasien usia muda dan pasien dengan risiko kanker
payudara tinggi karena memberikan hasil yang sensitif pada tumor kecil.
Namun MRI ini belum digunakan secara luas karena biaya tinggi, dan durasi
waktu yang lama (Wang, 2017; De Jong, 2014).
3) Mikroskopis:
Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dilakukan dengan menggunakan
jarum halus no. 27, dimana sejumlah kecil jaringan tumor diaspirasi keluar
lalu diperiksa di bawah mikroskop. Jika lokasi tumor dapat diraba dengan
mudah, FNAB dapat dilakukan sambil meraba rumor. Namun bila benjolan
tidak teraba, ultrasonografi dapat digunakan untuk memandu arah jarum (De
Jong, 2014).
Immunohistochemistry (IHC), yang merupakan pemeriksaan sitologi di bawah
mikroskop. Dari sel-sel ini dievaluasi faktor prognostik dan prediktif kanker
payudara, misalnya gen pro-proliferasi (HER2), reseptor hormone, dan gen.
Melalui IHC, tipe dan kompleksitas sel kanker dapat ditentukan (Bonacho et
al., 2019).
2. Berapa stadium kanker ibu A dan bagaimana cara menentukannya?
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Kanker Payudara. Kategori T
(Tumor), Kelenjar Getah Bening *KGB) regional (N) dan Metastasis jauh (M).
Kategori T (Tumor)
TX : Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 : Tumor primer tidak terbukti
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T2 : Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T3 : Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
T4 : Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada/kulit
Berdasarkan hasil pemeriksaan ukuran tumor pasien kurang lebih 2 cm sehingga
dapat diklasifikasiken kedalam golongan T1
Kelenjar getah bening (KGB) Regional (N)
Nx : KGB regional tak dapat dinilai (misal: sudah diangkat)
N0 : Tak ada metastasis KGB regional
N1 : Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
digerakkan
N2 :Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted atau KGB
mamaria interna yang terdeteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB
aksila secara klinis
N3 : Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis* dan jika
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis, atau metastasis pada KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna
Berdasarkan hasilpemeriksaan adanya kelenjar getah bening pada pasien sehingga
termasuk dalam kategori N2.
Metastasis Jauh (M)
Mx : Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 : Tak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
Adanya metastasis tak jauh (M0) pada pasien
Berdasrkan klasifikasi TNM, Pasien termasuk dalam T1, N2 dan M0 sehingga dapat
dikelompokkan kedalam stadium IIIA
KELOMPOK 3
1. Tujuan terapi dari penatalaksanaan terapi pada kanker payudara?
Tujuan dari terapi kanker pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu tujuan kuratif dan
tujuan paliatif. Pada tujuan kuratif, harapan terapi yang diberkan akan menghasilkan
“kesembuhan” dan dengan demikian akan memperpanjang survival. Pada tujuan paliatif
dan simptomatik, terapi yang diberikan akan memperbaiki keadaan umum penderita
dengan sedikit harapan memperpanjang survival.
2. Jelaskan alur penatalaksanaan kanker payudara?
Alur Tata Laksana
Kanker payudara stadium dini/operabel (stadium I dan II) dapat dilakukan tindakan
operasi Breast Conserving Therapy (BCT) (apabila memenuhi persyaratan tertentu)
ditambah terapi adjuvan operasi yaitu kemoterapi dan atau radioterapi. Kemoterapi
adjuvant diberikan bila terdapat histopatologi tumor grade III, TNBC, Ki 67 bertambah
kuat, usia muda, emboli lymphatic dan vascular, atau KGB > 3. Radiasi adjuvant
diberikan bila setelah tindakan operasi terbatas (BCT) tepi sayatan dekat/tidak bebas
tumor, tumor sentral/medial, KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler. Radiasi
eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster pada tumor bed
10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. Indikasi untuk BCT antara lain tumor tidak lebih dari 3 cm,
atau atas permintaan pasien, apabila memenuhi persyaratan tidak multiple dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral, ukuran T dan payudara seimbang untuk
tindakan kosmetik, dan bukan Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) atau Lobular Carcinoma
In Situ (LCIS). Selain itu, persyaratan lain BCT adalah belum pernah diradiasi dibagian
dada, tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau scleroderma, dan memiliki
alat radiasi yang adekuat. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut) secara umum
dikelompokkan menjadi operabel (III A) atau inoperabel (III B). untuk kanker payudara
lokal operabel dapat dilakukan mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant
dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target, atau mastektomi radikal modifikasi +
radiasi dengan kemoterapi adjuvant, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target,
atau kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi simple,
dengan atau tanpa hormonal, dan dengan atau tanpa terapi target. Untuk kanker payudara
lokal lanjut inoperable dapat dilakukan radiasi preoperasi dengan atau tanpa operasi +
kemoterapi + hormona terapi, atau kemoterapi preoperasi/neoadjuvant dengan atau tanpa
operasi + kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan atau tanpa terapi target, atau
kemoradiasi preoperasi/neoadjuvant dengan atau tanpa operasi, - 62 - dengan atau tanpa
radiasi adjuvant, dengan atau kemoterapi + dengan atau tanpa terapi target. Radiasi
eksterna pascamastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster
pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy. Pada kanker payudara stadium lanjut
prinsip terapi bersifat terapi paliatif, dimana terapi sistemik merupakan terapi primer
(kemoterapi dan terapi hormonal), dapat dilakukan locoregional (radiasi dan bedah)
apabila diperlukan, dan Hospice home care.
KELOMPOK 4
1. Terapi apa saja yang direkomendasikan kepada ibu A?
Berdasarkan hasil laboratorium dan pemeriksaan. Bu A diduga mengalami kanker
payudara Stage IIB berdasarkan analisis TNM staging. Untuk itu, menurut The National
Comprehensive Cancer Network (NCCN), pasien direkomendasikan untuk dilakukan
terapi bedah, terapi bedah yang dapat dilakukan yaitu dengan metode BCT (Breast
Conservating Treatment) atau masektomi, terapi bedah juga dipertimbangan atas
keinginan pasien. Jika pasien telah melakukan terapi bedah dilakukan pemantauan dan
bila didapati eseksi yang tidak lengkap maka dilakukan terapi adjuvant.
2. Jelaskan mengenai terapi berdasarkan stadium kanker?
Menurut DiPiro (), staging dalam kanker payudara dibagi menjadi 4 dimana stage I
dan Stage II termasuk dalam Early Breast Cancer, Stage III yaitu Locally Advanced
Breast Cancer dan stage IV termasuk dalam Metastatic Breast Cancer. Rekomendasi
terapi Early Breast Cancer (Stage I-II) yaitu terapi bedah dan adjuvant, rekomendasi
terapi Locally Advanced Breast Cancer (Stage III) yaitu dimulai dengan terapi
neoadjuvant, lalu dilanjutkan dengan terapi bedah dan rekomendasi terapi untuk
Metastatic Breast Cancer (Stage IV) yaitu terapi endokrin, kemoterapi, terapi radiasi.
Tabel 1. Kemoterapi Adjuvan yang dapat dipilih untuk Kanker Payudara
Tabel 2. Terapi Endokrin yang digunakan untuk Kanker Payudara Metastatik (Stage IV)
Tabel 3. Rejimen kemoterapi yang dapat dipili untuk kanker payudara metastatic (Stage
IV)
KELOMPOK 5
1. Jelaskan mengenai mastektomi, radioterapi dan kemoterapi?
A. Mastektomi
1. Pengertian Mastektomi
Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan
payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari
seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas
tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III
tanpa mengangkat muskulus pektoralis major dan minor (Sinclair, 2009).
2. Jenis-jenis Mastektomi
Menurut Suryo (2009) mastektomi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan di sekitar ketiak.
KELOMPOK 6
1. Jelaskan mengenai terapi target, terapi imunoterapi dan terapi hormonal?
a. Terapi Target
Target terapi kanker payudara, yaitu pengobatan kanker payudara yang secara
khusus menargetkan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya, menggunakan
obat atau zat lainnya untuk menghalangi sinyal kimia di tingkat sel, tingkat dimana
pertumbuhan dan pembelahan sel kanker terjadi. Umumnya, pengobatan ini diberikan
jika sel-sel kanker payudara menunjukkan HER2 positif (perubahan genetik yang
dapat memicu pertumbuhan sel kanker).
Obat-obatan dalam terapi target dirancang untuk memblokir pertumbuhan dan
penyebaran sel kanker yang terlokalisir. Obat-obatan yang biasa digunakan dalam
terapi ini adalah sebagai berikut:
1) Trastuzumab (Herceptin) yang digunakan pada pasien stadium awal dan lanjut.
2) Pertuzumab (Perjeta) yang digunakan sebelum atau setelah operasi kanker
payudara stadium awal dan lanjut.
3) Ado-trastuzumab emtansine (Kadcyla atau TDM-1) yang digunakan setelah
operasi pada pasien stadium awal atau stadium lanjut yang sebelumnya pernah
diberikan trastuzumab atau kemoterapi.
4) Fam-trastuzumab deruxtecan (Enhertu) yang digunakan untuk mengobati kanker
payudara yang tidak dapat dihilangkan dengan operasi atau telah menyebar ke
bagian tubuh lain.
5) Lapatinib (Tykerb) yang digunakan untuk pasien stadium lanjut.
6) Neratinib (Nerlynx) yang digunakan untuk pasien stadium awal setelah
pengobatan dengan trastuzumab selama setahun.
7) Tucatinib (Tukysa) yang digunakan untuk mengobati pasien stadium lanjut.
8) Inhibitor mTOR (mammalian target of rapamycin) yang digunakan untuk
memblokir mTOR, protein yang membantu sel kanker tumbuh dan membelah.
b. Terapi Imunoterapi
Imunoterapi merupakan cara mengobati kanker payudara menggunakan obat
yang merangsang sistem imun untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker.
Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan obat dalam imunoterapi kanker payudara
justru menghapus kendali sistem kekebalan tubuh.
a. Vaksinasi
Vaksinasi ini menggunakan antigen dari tumor spesifik yang didapat dari peptida
protein dan DNA.
b. Adoptive T cell transfer
Hasil uji klinis menunjukkan bahwa adoptive T cell transfer adalah imunoterapi
pasif pada pasien kanker, sangat efektif melawan kanker. Adoptive T cell transfer
ini melibatkan pembentukan antitumor limfosit T dari jaringan tumor primer, dan
dikembangkan dan diaktivasi secara in vitro kemudian disuntikan kembali. Hal ini
agar antitumor dapat bermigrasi ke lokasi tumor dan membunuh sel tumor yang
ada.
c. T cell receptor gene transfer
Imunoterapi ini dikembangkan berdasarkan adanya reseptor pada permukaan sel T
yang merupakan tempat pengenalan antigen agar sel T tersebut dapat menjalankan
fungsinya. Mentransfer reseptor sel R secara langsung akan melawan antigen
histokompatibiliti minor yang diekspresikan oleh sel hematopoietik, sehingga
akibat ikatannya yang sangat spesifik ini, terapi ini sangat mungkin menjadi
penemuan baru dalam pengobatan keganasan pada sel hematopoietik.
Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan obat dalam imunoterapi kanker
payudara justru menghapus kendali sistem kekebalan tubuh. Jadi perlu diperhatikan
juga terapi-terapi imunoterapi yang akan digunakan
c. Terapi Hormonal
Terapi hormonal merupakan salah satu pengobatan untuk jenis kanker payudara
yang sensitif terhadap hormon. Terapi Hormonal dapat digunakan sebagai terapi
utama atau terapi tambahan. Umumnya pengobatan ini bekerja dengan cara
menghalangi hormon agar tak menempel pada reseptor sel kanker atau dengan
mengurangi produksi hormon tertentu yang bisa membantu pertumbuhan sel kanker.
Terapi ini lebih sesuai untuk penderita dengan kondisi kanker payudara dengan
jenis sel kanker yang memiliki reseptor positif terhadap hormon. Baik hormon
estrogen maupun progesteron, keduanya dapat merangsang pertumbuhan sel kanker
payudara. Sebagian besar penderita kanker payudara memiliki sel kanker reseptor
estrogen positif, yang disebut sebagai ER positif (estrogen receptor-positive).
Sedangkan kanker payudara yang memberi respons terhadap perubahan kadar hormon
progesteron disebut sebagai PR positif (progesterone receptor-positive). Pada
beberapa kasus, seorang penderita kanker payudara bisa memiliki kedua reseptor
tersebut.
Terapi ini dapat digunakan pada beberapa penyakit, seperti pada wanita yang
mengalami post menopause, serta untuk pengobatan kanker →berdasarkan kasus utk
usia pasien wanita 54 tahun itu adalah usia rentan menopause. Terapi hormon dapat
diberikan pada jenis kanker yang pertumbuhannya terutama dipengaruhi oleh
produksi hormon, seperti pada kasus ini yaitu kanker payudara stadium 2. Pengobatan
ini dilakukan dengan mengatur produksi hormon estrogen dan progesteron, sehingga
risiko kanker payudara dapat dikendalikan. Terapi hormon biasanya dilakukan
bersamaan dengan cara terapi kanker lain seperti radioterapi, kemoterapi,
imunoterapi. Pelaksanaan terapi hormon ditentukan berdasarkan jenis kanker yang
dialami, tingkat penyebaran kanker, dan kondisi kesehatan pasien. Terapi hormon
digunakan untuk mengurangi kemungkinan kembalinya kanker pada pasien yang
telah sembuh, atau menghentikan/memperlambat pertumbuhan dari sel kanker.
Selain itu, terapi hormon juga berfungsi untuk mengurangi gejala yang dialami
penderita kanker. Jenis terapi hormon yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis
kanker yang diderita, stadium kanker, dan kondisi fisik penderita secara umum.
Dimana ada dua jenis terapi hormon yang biasanya digunakan dalam pengobatan
dari kasus ini yaitu kanker payudara. Yang pertama jenis terapi hormon berupa obat
yang membuat hormon estrogen dan progesteron berhenti membantu pertumbuhan
sel-sel kanker payudara. Kemudian yang kedua, jenis terapi hormon berupa obat-
obatan atau tindakan operasi untuk menghentikan produksi hormon dari ovarium
Jenis-Jenis Terapi Hormon untuk Kanker Payudara
Setidaknya ada dua jenis terapi hormon yang biasanya digunakan dalam
pengobatan kanker payudara. Yang pertama jenis terapi hormon berupa obat yang
membuat hormon estrogen dan progesteron berhenti membantu pertumbuhan sel-
sel kanker payudara, di antaranya:
a. Selective estrogen receptor modulators (SERMs)
SERMs merupakan pengobatan yang mencegah sel-sel kanker payudara
menyerap estrogen. Obat SERMs yang paling umum digunakan meliputi:
1. Tamoxifen, bekerja dengan cara menghentikan hormon estrogen yang
mengikat sel. Tujuannya, agar kanker tidak tumbuh dan membelah diri.
Menurut penelitian, mengonsumsi tamoxifen selama 5 hingga 10 tahun
dapat memperpanjang usia hidup. Kanker payudara juga cenderung tidak
akan kambuh lagi.
2. Toremifene, direkomendasikan untuk pasien yang sudah mengonsumsi
Tamoxifen namun hasilnya tidak memuaskan. Obat jenis ini hanya
disetujui untuk mengobati kanker payudara yang telah menyebar ke bagian
lain dari tubuh.
3. Fulvestrant, biasanya digunakan untuk mengobati kanker payudara
stadium lanjut.
b. Aromatase inhibitors (Als)
Obat ini digunakan untuk mencegah jaringan lemak dalam memproduksi
estrogen tapi tidak mencegah produksi estrogen dari ovarium. Sehingga AIs
dianggap hanya efektif diterapkan untuk wanita pascamenopause.
Kemudian yang kedua, jenis terapi hormon berupa obat-obatan atau tindakan
operasi untuk menghentikan produksi hormon dari ovarium, misalnya:
a. Luteinizing hormone-releasing hormones (LHRH)
Obat ini diberikan untuk menghentikan produksi hormon estrogen dari
ovarium. Menstruasi akan berhenti selama menjalani pengobatan ini.
b. Ovarian ablation
Jenis terapi hormon ini dapat menjadi pilihan bagi wanita yang belum
mengalami menopause. Ovarian ablation dilakukan dengan cara mengangkat
atau menutup ovarium sehingga produksi estrogen berhenti.
Pada kondisi tertentu, kedua jenis terapi hormon dapat dikombinasikan.
Selain mempengaruhi menstruasi, terapi hormon juga dapat menimbulkan efek
samping, seperti keputihan, iritasi vagina, wajah terasa panas, mual, kelelahan,
maupun nyeri otot dan sendi.
KELOMPOK 7
1. Jelaskan mengenai terapi untuk triple negative breast cancer, terapi untuk kanker
payudara yang mengalami inflamasi?
· Tumor lebih besar dari 2cm tetapi tidak lebih besar dari 5cm, atau
· 1 hingga 3 kelenjar getah bening aksila (ketiak) dengan kanker
2) Terapi target dengan obat yang menargetkan HER2 (jika kankernya positif HER2)
4) Terapi obat target dengan Inhibitor PARP disebut olaparib jika wanita tersebut
memiliki mutasi BRCA
KELOMPOK 8
1. Jelaskan mengenai terapi kanker payudara yang kambuh (Recurrent) dan terapi kanker
payudara selama kehamilan?
A. Pengobatan Kanker Payudara Berulang
Bagi beberapa wanita, kanker payudara dapat kembali setelah pengobatan –
terkadang bertahun-tahun kemudian. Ini disebut rekurensi. Kekambuhan bisa lokal
(di payudara yang sama atau di bekas luka operasi), regional (di kelenjar getah bening
terdekat), atau di daerah yang jauh. Kanker yang ditemukan di payudara yang
berlawanan tanpa kanker di tempat lain di tubuh bukanlah kekambuhan—ini adalah
kanker baru yang memerlukan pengobatannya sendiri.
a. Mengobati Kekambuhan Lokal
Untuk wanita yang kanker payudaranya kambuh secara lokal, pengobatan
tergantung pada pengobatan awal mereka. Jika Anda menjalani operasi konservasi
payudara (lumpektomi), kekambuhan lokal pada payudara biasanya diobati dengan
mastektomi.
Jika pengobatan awal adalah mastektomi, kekambuhan di dekat lokasi mastektomi
diobati dengan mengangkat tumor bila memungkinkan. Ini sering diikuti dengan
terapi radiasi jika tidak diberikan sebelumnya. Dalam kedua kasus, terapi
hormon, terapi bertarget (seperti trastuzumab), imunoterapi, kemoterapi, atau
beberapa kombinasinya dapat digunakan setelah operasi dan/atau terapi radiasi. Obat-
obatan ini juga dapat digunakan jika operasi atau radiasi bukanlah pilihan.
DAFTAR PUSTAKA
Baskar R, Lee KA, Yeo R, Yeoh KW. 2012. Cancer and radiation therapy: Current
advances and future directions. Int J Med Sci.
Bovi JA, White J. 2012. Radiation therapy in the prevention of brain metastases. Curr Oncol
Rep.
Cahyani, Putu. 2018. Imunoterapi pada Kanker Payudara. Universitas Warmadewa : Bali
Edge SB, Compton CC. The American Joint Committee on Cancer: the 7th edition of the
AJCC cancer staging manual and the future of TNM. Ann Surg Oncol. 2010
Jun;17(6):1471-4. doi: 10.1245/s10434-010-09854.
Khambri, Daan. 2015. Peran Terapi Hormonal pada Kanker Payudara. Majalah Kedokteran
Andalas
Ketut, S., Kartika, S, L. 2022. Kanker Payudara: Diagnostik, Faktor Resiko, dan Stadium.
Ganesha Medicina Journal 2(1): 42-48
Orth M, Lauber K, Niyazi M, Friedl AA, Li M, Maihöfer C, et al. 2014. Current concepts in
clinical radiation oncology. Radiat Environ Biophys.
Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. EGC : Jakarta.
Tjay. T. H., dan Raharja K, 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi Kelima, Gramedia, Jakarta.
Zhuang H, Zhao X, Zhao L, Chang JY, Wang P. 2014. Progress of clinical research on
targeted therapy combined with thoracic radiotherapy for non-small-cell lung cancer.
Drug Des Devel Ther.