Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian
Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak menyerang perempuan.
Berdasarkan estimasi international agency for research on cancer, pada tahun 2020
akan ada 1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak
70% kasus baru dan 55% kematian diprediksi terjadi dinegara berkembang. (Rizky
Ayu, 2020)
Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara. (Denis Arius, 2016)

B. Etiologi
Menurut Denis Arius (2016) Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetpi
ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu:
virus, faktor lingkungan , faktor hormonl dan familial
a. Wanita resiko tinggi dari pada pria (99:1)
b. Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
c. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga Ca Mammae pada ibu/saudara
perempuan
d. Riwayat meastrual:
Early menarche (sebelum 12 thun)
Late menopouse (setelah 50 th)
e. Riwayat kesehatan: Pernah mengalami/ sedang menderita otipical hiperplasia
atau benign proliverative yang lain pada biopsy payudara, Ca. endometrial.
f. Riwayat reproduksi: melahirkan anak  pertama diatas 35 tahun.
g. Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy estrogen
h. Mengalami trauma berulang kali pada payudara
i. Terapi radiasi; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen

C. Tanda dan Gejala


a) Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2
cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum
teraba.
b) Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2
cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah
operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker
yang tertinggal.
c) Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain.
d) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari
sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila
melekat satu sama lain atauke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm.
Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada
e) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara.
(Denis Arius, 2016)

D. Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui. Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui
namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam
membantu mengembangkan program pencegahan. Hal yang selalu harus diingat adalah
bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang
terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita
dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor
resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari
kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan
fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen
dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu,
diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang
akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif
ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara
menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening
regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat
mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit.
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa
dekade setelah diagnosis pertama dan terapi.
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia
Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh
mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat
jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor
jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu
histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi. (Amoy, 2017)
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik mempunyai akurasi untuk
membedakan ganas atau jinak sekitar 60%-80% (eror 20- 40%) oleh karenanya
memerlukan pemeriksaan tambahan.
a. Pemeriksaan laboratorium dan marker
Pemeriksaan laboraorium darah yang dianjurkan adalah darah rutin, alkaline
phosphatase, SGOT, SGPT dan tumor marker. Kadar alkaline phosphatase yang
tinggi dalam darah mengindikasikan kerusakan atau metastasis pada liver.
Tumor marker untuk kanker payudara yang dianjurkan American Society
Clinical Oncology adalah carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen
(CA) 15-3, dan CA 27-29. Pemeriksaan ini sensitif tapi tidak spesifik oleh
karena itu dianjurkan untuk follow up. Pemeriksaan genetika BRCA-1 dan
BRCA-2 dianjurkan pada pasien dengan keluarga tingkat pertama menderita
kanker payudara atau ovarium.
b. Ultrasonografi (USG) payudara
Pada USG, lesi hypoechoic dengan margin irregular dan shadowing disertai
orientasi vertikal kemungkinan merupakan lesi maligna. Lesi ini terkadang
menunjukkan adanya infiltrasi ke jaringan lemak di sekitarnya. Lesi solid
benigna dengan batas tegas dan lobulated yang terlihat sebagai lesi hypoechoic
homogen dan orientasi horizontal diduga adalah fibroadenoma. USG secara
umum diterima sebagai metode terpilih untuk membedakan masa kistik dengan
solid dan sebagai guide untuk biopsi. Disamping untuk pemeriksaan pasien usia
muda (kurang dari 30 tahun).
c. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
tanda. Lesi dengan ukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi.
Akurasi mamografi untuk prediksi malignansi adalah 70%-80%. Namun akurasi
pada pasien usia muda (kurang dari 30 tahun) dengan payudara yang padat
adalah kurang akurat. Terdapat 2 tipe pemeriksaan mamografi : skrinning dan
diagnosis. Skrinning mamografi dilakukan pada wanita yang asimptomatik.
Deteksi dini dari kanker payudara yang masih kecil memungkinkan pasien
untuk memdapatkan kesuksesan terapi dengan kualitas hidup yang lebih baik.
Skrinning mamografi direkomendasikan setiap 1-2 tahun untuk wanita usia 40
tahun dan setiap tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita dengan keluarga tingkat
pertama menderita kanker payudara). Untuk skrinning mamografi, masing-
masing payudara dibuat dalam posisi cranio-caudal (CC) dan medo-lateral
oblique (MLO).
d. MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan instrument yang sensitif untuk
deteksi kanker payudara, kerena itu MRI sangat baik untuk deteksi local
recurrence pasca BCT atau augmentasi payudara dengan implant, deteksi
multifocal cancer dan sebagai tambahan terhadap mamografi pada kasus
tertentu. MRI sangat berguna dalam skrinning pasien usia muda dengan
densitas payudara yang padat yang memiliki risiko kanker payudara yang
tinggi. Sensitivitas MRI mencapai 98% tapi spesifitasnya rendah, biaya
pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan yang
lama oleh karena itu MRI belum menjadi prosedur rutin.
e. Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB
(Fine needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis awal,
untuk evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama
untuk evaluasi lesi kritik. Masa persisten atau rekurren setelah respirasi
berulang adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun,
FNAB merupakan biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi
standar baku (gold standard) untuk diagnosis definitif. Bila mampu,
dianjurkan triple diagnosis (klinis, mamografi, FNAB).
Biopsi yang memberikan informasi histopatologi adalah biopsi Core, biopsi
insisi, biopsi eksisi, potong beku dan ABBI (Advance Breast Biopsi
Instrument). (Rizky Ayu, 2020)

F. Penatalaksanaan Medik
1. Terapi non farmakologi
a) Operasi (Pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara.
Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan
grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor
prognosis tumor (semua faktor diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas lain).
Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic radical Mastectomy
(CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy
(SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSM), dan Breast Conserving Treatment
(BCT). Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian yang
berbeda-beda. SSM dan NSM memerlukan rekonstruksi langsung tapi kualitas
hidup lebih baik dengan kuratifitas yang hampir sama dengan MRM.
b) Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat
atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi
bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat
lokal/setempat. Obat sitostatika dibawa melalui aliran darah atau diberikan
langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood- brain barrier sehingga obat
ini sulit mencapai sistem syaraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni
adjuvant, neoadjuvant, dan primer (palatif).
c) Radioterapi
Radioterapi (RT) merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada kanker
payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan DNA
dengan gangguan proses replikasi. RT menurunkan risiko rekurrensi lokal dan
berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara. Walaupun beberapa studi memperlihatkan bahwa RT setelah
kemoterapi menghasilkan long term survival yang lebih baik dibanding
sebaliknya, namun studi terbaru oleh Bellon et al dan Joint Center randomized
trialmemperlihatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kemoterapi
pertama dan RT pertama. RT terhadap payudara (dengan dan tanpa area
supraclavikula) diindikasikan pada BCT (breast conservation therapy), pasien
dengan kelenjar getah bening aksila positif metastasis 4 atau lebih, kontrol lokal
pada metastasis disease (perdarahan, ulkus, impending fraktur), tumor besar (>
5cm) dan batas sayatan dekat atau tidak bebas tumor. Indikasi RT pada Protokol
PERABOI 2003 adalah :
1) Setelah tindakan operasi BCS
2) Tepi sayatan dekat atau tidak bebas tumor (T> 5cm)
3) Tumor letak sentral atau medial
4) Kelenjar getah bening positif dengan ekstensi ekstra kapsular
d) Hormonal Terapi
Hormonal terapi yang mulai dikembangkan sejak satu abad yang lalu, masih
paling efektif dan paling jelas targetnya dari terapi sistemik untuk kanker
payudara. Adjuvant hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang
menunjukkan ekspresi positif dari estrogen reseptor (ER) dan atau progesterone
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kelenjar getah
bening aksila maupun ukuran tumor. ER positif pada sepertiga penderita kanker
payudara dan sepertiga kasus rekurren sedang PR positif pada 50% ER positif.
Pemberian terapi hormonal pada ER atau PR negatif tidak akan memperbaiki
overall survival ataupun disease free survival dan bahkan merugikan pada
premenopause. Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen
deprivation).
2. Terapi Farmakologi
a) Targeted (Biologik) Terapi
Terapi ini ditujukan untuk mengganggu proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker payudara
adalah :
1) Transtuzumab merupakan antibodi monoklonal yang bekerja langsung di
receptor HER2/neu, dan terbukti secara signifikan memiliki aktivitas anti
tumor pada metastasis breast cancer dengan overekspresi HER2/neu (25%
dari kanker payudara).
2) Bevacizumab (Avastin) merupakan monoklonal antibodi manusia yang
didesain untuk mem-block aksi dari vaskular endothelial growth factor
(VEGF). VEGF disekresi sel maligna dan sel nonmaligna hipoksik dan
menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru dengan pengikatan
reseptor spesifik.
3) Lapatinib ditosylate (Tykerb) merupakan antibodi monoklonal yang
mampu menghambat dua reseptor dalam sel kanker (HER1/neu dan
HER2/neu).
(Rizky Ayu, 2020)
G. Data Fokus Pengkajian

Menurut Amoy ( 2017) Pengkajian merupakan tahap awal dari proses


keperawatan, suatu proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien
dan tim kesehatan lainnya.
a. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
b) Wanita  yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami
kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko
empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
c) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian
hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun) seperti estrogen
suplemen..
d) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
e) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan
makanan yang memakai penyedap dan pengawet.
f) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama
pada usia yang relative mudah  dan menopause pada usia yang relative
lebih tua
g) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan),
infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih
tua (lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui.
Riwayat kesehatan sekarang
a) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat
diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan
bentuknya tidak beraturan.
b) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar.
c) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu
pada wanita yang tidak hamil.
d) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat
drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan ,
mual, muntah, ansietas.
f) Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit,
dan ulserasi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak
perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat
4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
b) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga  yang  sama terkena kanker
payudara atau ovarium.
c) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara
atau ovarium dibawah 40 tahun.
d) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau
ovarium.
e) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran
klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
b) Kepala
c) Rambut
d) Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna
pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
e) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
f) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra
tidak edema.
g) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien
yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.

h) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
i) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
j) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
k) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
l) Dada atau Thorak
Inspeksi
Pada stadium 1
Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
Pada stadium 2
Biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga
disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A
Biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar
tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
Bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot
dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
Palpasi
Pada stadium 1
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium  2
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3A
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3B
Biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan
otot dada .Pada stadium 4
Biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena
kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru
sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami kerusakan dan tidak
mampu melakukan fungsinya.
Perkusi
Pada stadium 1
Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium  2
Biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena
kanker belum mengalami metastase.
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum
metastase.
Pada stadium 3B
Biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate
paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan
bunyi pekak pada paru-paru paien yang disebabkan pada paru-paru
pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika kanker
telah bermetastase pada organ paru.
Pada stadium 4
Biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan
pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi
pleura akibat metastase dari kanker mammae yang berlanjut,dan nafas
akan terasa sesak.
Auskultasi
Pada stadium 1
Biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir  terdengar seluruh
lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih
tinggi dari ekspirasi. Suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi (-)
dan wheezing (-)
Pada stadium 2
Biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih
tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar
bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan
paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi
dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal,
interscapula: campuran antara element vaskuler dengan bronchial. Suara
nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
Biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih
panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan
terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan
Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis.
Pada stadium 4
Biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan
terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing.
Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti
paru pare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru
dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada
daerah lobus paru.
m) Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi
3. Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
4. Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis
dektra,batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis
sinistra)
5. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
n) Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
o) Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
p) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit
klien tidak elastis

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Ca Mamae menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
diantaranya :

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


b. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur tubuh/bentuk tubuh
I. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi
N Diagnosa
Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja
O Keperawatan Rasional
SLKI DPP PPNI SIKI DPP PPNI
(2019) (2018)
1. Nyeri akut b.d Setelah di lakukan a. Identifikasi lokasi a. mengetahui
agen tindakan keperawatan karakteristik, Identifikasi lokasi
pencedera selama 1 x 1 jam di durasi, frekuensi, karakteristik
fisik harapkan nyeri akut kualitas, intensitas
dapat teratasi nyeri
b. Identifikasi skala
nyeri b. untuk mengetahui
a. Keluhan nyeri nilai skala nyeri
menurun c. Identifikasi faktor
b. Gelisah menurun yang memperberat c. untuk mengetahui
c. Kesulitan tidur dan memperingan faktor yang
menurun nyeri memperberat dan
d. Frekuensi nadi d. Kolaborasi memperingan nyeri
membaik pemberian obat d. mengurangi rasa
e. Tekanan darah nyeri
membaik

2. Defisit Setelah dilakukan a. monitor tingkat a. Untuk mengetahui


perawatan diri tindakan keperawatan kemandirian sejauh mana tingkat
b.d selama 1 x 1 jam kemandirian klien
kelemahan diharapkan defisit b. fasilitasi untuk b. Memudahkan klien
perawatan diri teratasi menerima untuk melkukan
dengan kriteria hasil : keadaan perawatan diri
a. mempertahank ketergantungan
an kebersihan
diri meningkat c. anjurkan c. Memberikan
b. mempertahank melakukan pengetahuan tentang
an kebersihan perawatan diri pentingnya
mulut secara konsisten melakukan
meningkat sesuai perawatan diri
c. verbalisasi kemampuan
keinginan
melakukan
perawatan diri
meningkat

3. Gangguan Setelah dilakukan a. Identifikasi a. Mengetahui harapan


citra tubuh b.d tindakan keperawatan harapan citra citra tubuh pasien
perubahan selama 1 x 1 jam tubuh
struktur diharapkan gangguan berdasarkan
tubuh/bentuk citra tubuh teratasi tahap
tubuh dengan kriteria hasil : perkembangan
a. Verbalisasi b. Diskusikan b. Memberi
perasaan perubahan tubuh pemahaman tentang
negatif tentang dan fungsinya perubahan tubuh
perubahan pasien
tubuh menurun c. Diskusikan c. Menyamakan
b. Verbalisasi persepsi pasien persepsi pasien dan
kekhawatiran dan keluarga keluarga tentang
pada tentang perubahan citra
penolakan/reak perubahan citra tubuh
si orang lain tubuh
c. Respon d. Jelaskan kepada d. Memberitahu cara
nonverbal pada keluarga tentang perawatan perubahan
perubahan perawatan citra tubuh.
tubuh perubahan citra
membaik tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Amoy. (2017). LP Ca mamae. Diunduh dari


https://www.academia.edu/32907298/LP_Ca_mamae. Pada tanggal 24 November 2022.
Arius, D. (2016). LAPORAN PENDAHULUAN ca mamae. Diunduh dari
https://www.academia.edu/33108964/LAPORAN_PENDAHULUAN_ca_mamae. Pada
tanggal 24 November 2022.
Ayu, R. (2020). LP CA MAMAE. Diunduh dari
https://www.academia.edu/44646602/LP_CA_MAMAE. Pada tanggal 24 November
2022.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. ( 2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. ( 2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai