Anda di halaman 1dari 50

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN CA.MAMMAE

A. Definisi
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bis
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat
pada payudara (Medicastore, 2011)

B. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor
resiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik. Kanker
payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus
atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperpasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma
insitudan dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh
dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga
berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradisol dan progesteron mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler)(Brunner & Suddarth, 2002).
Faktor-faktor resiko :
1. Mutasi gen BRCA-1 atau BRCA-2 pada wanita dengan mutasi gen memiliki
perubahan 50-90% meningkatkan kanker payudara dan kemungkinan
perkembangan kanker payudara sebelum usia 50 tahun (Lewis, 2007 dalam
Monika 2012).
2. Riwayat keluarga, merupakan faktor resiko yang penting. Khususnya jika terdapat
anggota keluarga yang juga memiliki riwayat kanker payudara atau ovarium.
Dennis (2009) mengatakan bahwa bila ada riwayat keluarga yang menderita
kanker seperti ayah/ ibu, saudara perempuan ayah/ibu, kakak/ adik, mempunyai
resiko 2-3 kali lebih besar terhadap terjadinya kanker payudara.
3. Usia relatif muda (kurang dari 12 tahun) saat pertama kali mendapatkan
menstruasi dapat meningkatan resiko kanker payudara. Saat ini di Negara
berkembang terjadi pergeseran usia menarche menjadi usia 12-13 tahun.
Kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun, wanita nullipara atau belum
pernah melahirkan dan lama masa menyusui dapat meningkatkan angka kejadian
kanker payudara (Rasjidi, 2010). Angka kejadian kanker payudara di bawah 25
tahun sangat sedikit dan meningkat secara bertahap hingga usia 60 tahun (Lewis,
2007).
4. Terapi sulih hormone (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Terdapat peningkatan resiko sebesar 2,3% setiap tahunnya pada wanita
pascamenopause yang memakai TSH. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
lebih dari 5 tahun kemungkinan meningkatkan faktor resiko.
5. Obesitas, wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan individu
dengan konsumsi tinggi lemak beresiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak sering
mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
6. Konsumsi alkohol, sebagai faktor resiko masih menjadi kontroversi. Pola hidup di
negara maju yang mengkonsumsi wine secara teratur (misalnya Italia dan
Perancis) memiliki angka kejadian kanker payudara lebih tinggi.

C. Tanda dan Gejala


Gejala kanker payudara pada awal permulaan sering tidak dirasakan oleh penderita.
Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Tanda yang
mungkin dirasakan pada stadium dini adalah terabanya benjolan pada bagian
payudara. Gejala dan tanda khas kanker payudara yang bisa diamati pada stadium
lanjut antara lain teraba ada benjolan kecil yang keras di payudara, benjolan semakin
membesar, benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan pada awalnya tidak
terasa sakit. Perubahan bentuk dan ukuran payudara terjadi karena pembengkakan
menyebabkan rasa panas, nyeri atau sangat gatal di daerah sekitar puting. Gejala pada
puting meliputi perubahan bentuk puting (masuk kedalam atau nipple retraction) dan
mengeluarkan cairan atau darah. Selain adanya benjolan dan perubahan puting,
perubahan juga terjadi pada bagian
kulit payudara. Perubahan pada kulit payudara diantaranya perubahan warna kulit,
berkerut dan iritasi seperti kulit jeruk (peau d’orange). Hal ini dapat terjadi jika
benjolan pada awal stadium tidak diindahkan oleh penderita.
D. Patofisiologi
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula–mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik.
Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu tujuh tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis. Sel
kanker akan tumbuh terus menerus dan sulit untuk dikendalikan. Kanker payudara
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah ( Price, 2005).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler
akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker
tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh
darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan
kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker.
Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik yang
bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses infeksi
itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian menimbulkan cairan luka
(eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar luka
dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang
pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara fisiologis akibatnya timbul
gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga merupakan sel imatur yang
bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah perdarahan. Adanya luka kanker, bau yang
tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah psikologis
pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah
marah/tersinggung, menarik diri dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang akan
menurunkan kualitas hidup pasien kanker.
Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan payudara sendiri
Pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan payudara klinis adalah prosedur
murah dan tidak infasif untuk pemeriksaan payudara. Apabila ditemukan indikasi
yang abnormal yaitu benjolan atau penebalan pada jaringan payudara, sakit pada
payudara atau pada ketiak. Satu payudara menjadi lebih besar atau lebih rendah,
puting tertarik ke dalam atau berubah posisi, perubahan kulit (mengkerut),
bengkak di bawah ketiak atau tulang selangka, ruam pada atau sekitar kulit. Jika
ada tanda-tanda tersebut harus dilakukan tiga pengkajian yaitu pemeriksaan klinis
payudara, mammografi atau ultrasonografi dan biopsi
2. Mammografi
Mammografi bisa mendeteksi kanker payudara pada tahap awal, bisa
menunjukkan lesi yang tidak bisa dideteksi dengan pemeriksaan payudara klinis.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Morfologi sel darah, LED, test fal marker (CEA) dalam serum/plasma,
pemeriksaan sitologis.
4. USG
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG
pada benjolan yang harus dicurigai ganas di antaranya:
- Permukaan tidak rata
- Taller than wider
- Tepi hiperekoik
- Echo interna heterogen
- Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat (KPKN, 2014).
5. MRI mammae
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara
umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat
dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat atau pada
payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk
menderita kanker payudara (KPKN, 2014).
6. Biopsi
Biopsi kelenjar sentinel ( Sentinel lymph node biopsy ) adalah mengangkat
kelenjar getah bening aksila sentinel sewaktu operasi. ( Kelenjar getah bening
sentinel adalah kelenjar getah bening yang pertama kali menerima aliran limfatik
dari tumor, menandakan mulainya terjadi penyebaran dari tumor primer). Biopsi
kelenjar getah bening sentinel dilakukan menggunakan blue dye, radiocolloid,
maupun kombinasi keduanya. Bahan radioaktif dan atau blue dye disuntikkan
disekitar tumor; Bahan tersebut mengalir mengikuti aliran getah bening menuju ke
kelenjar getah bening ( senitinel ). Ahli bedah akan mengangkat kelenjar getah
bening tersebut dan memintah ahli patologi untuk melakukan pemeriksaan
histopatologi. Bila tidak ditemukan sel kanker pada kelenjar getah bening tersebut
maka tidak perlu dilakukan diseksi kelenjar aksila. Teknologi ideal adalah
menggunakan teknik kombinasi blue dye dan radiocolloid (KPKN, 2014).
Cara Pengambilan Jaringan:
- Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan
Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan menghasilkan penilaian
sitologi. Biopsi jarum halus atau yang lebih dikenal dengan FNAB dapat
dikerjakan secara rawat jalan ( ambulatory). Pemeriksaan sitologi merupakan
bagian dari triplediagnostic untuk tumor payudara yang teraba atau pada tumor
yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan. Yang bisa diperoleh dari
pemeriksaan sitologi adalah bantuan penentuan jinak/ganas; dan mungkin dapat
juga sebagai bahan pemeriksaan ER dan PgR, tetapi tidak untuk pemeriksaan
HER2Neu.
- Tru-cut Biopsi atau Core Biopsy
Tru-cut biopsi dan core biopsyakan menghasilkan penilaian histopatologi. Tru-
cut biopsi atau core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan jarum
khusus no G12-16. Secara prinsip spesimen dari core biopsysama sahihnya
dengan pemeriksaan biopsi insisi.
- Biopsi Terbuka dan Spesimen Operasi
Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan penilaian histopatologi.
Biopsi terbuka dengan menggunakan irisan pisau bedah dan mengambil
sebagian atau seluruh tumor, baik dengan bius lokal atau bius umum.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
1. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada
tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara
umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat
sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh
payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan
biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau
kemoterapi.
2. Non pembedahan
 Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
 Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan kanker yang peka hormon
dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada
stadium akhir.
 Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut
penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah
Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim
yang adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.

G. Asuhan Keperawatan Pada CA. Mammae secara teori


 Pengkajian
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama , umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, No RM, tanggal masuk dan penanggun jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
- Pasien pernanh mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
payudara jinak, hyperplasia tipikal.
- Wanita yang mempunyai tumor oayudara disertai perubahan epitel
profilerative mempunyai resiko dua kali lipat
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Klien mengatakan timbul beolan pada payudara yang dapt diraba dengan
tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak
beraturan
- Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar
- Klien mengeluh keluar nanah, drah atau cairan encer dar putig susu pada
wanita yang tidak hamil
- Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat
drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit
- Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lelah, tidak nafsu makan, mual,
muntah, ansietas
- Terdapat edema (bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan
ulserasi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita ca terutama ibu, anak
perempuan serta saudara perempuan. Risikonya dua kali jika ibunya
terkena ca pada usia kurang dari 60 th. Risiko meningkat 4-6 kali jika
terjadi pada dua orang saudara langsung.
- Tiga atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena ca payudara atau
ovarium
- Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena ca payudara atau
ovarium dibawah 40 th
- Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena ca payudara atau ovarium
- Adanya riwayat ca payudara bilateral pada keluarga
3. Data sosial ekonomi
- Biasanya ditanyakan pada klien tentang pekerjaab, sumber penghasilan
dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien sakit, penanggung
jawab biaya perawatan klien selama sakit dan masalah keuangan yang
dialami saat ini.
4. Data psikologi
- Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah
sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah
diobati, dukungan dari keluarga baik dalam perubahan trhadap konsep diri
tidak seperti biasanya.
5. Data spiritual
- Biasanya pelaksaan ibadan saat klien sakit tertinggal dan agak terganggu
di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien
terhadap penyakit tetap optimis selama segala penyakit ada obatnya.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya dikaji tingkat kesadaran klien, BB, TB, TD,
Nadi, Suhu, RR.
b. Pemriksaan Kepala dan rambut
1. Inspeksi : Lihat kebersihan kulit kepala, apakah ada ketombe, kutu kepala,
warna rambut, persebaran rambut kepala, dan bentuk kepala.
2. Palapasi : Rasakan adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur
tengkorak, atau diskontinuitas tengkorak. Tanyakan apakah klien merasa
nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan dilanjutkan palpasi.
c. Pemeriksaan Mata
1. Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan kedua mata dan alis serta
persebarannya, Perhatikan kondisi disekitar mata, lihat warna kelopak
mata apakah tampak kantung mata, lihat konjungtiva klien, minta klien
melirik ke atas, lalu tarik kelopak mata bagan bawah dengan kedua tangan,
normalnya berwana merah muda. Jika pucat berarti kondisi klien anemis,
periksa sclera mata klien. Minta klien mlirik ke bawah, tarik kelopak mata
bagian atas dengan kedua tangan. lihat bagian putih mata, normalnya
berwarna putih susu, perhatikan keseimetrisan kedua pupil mata,
normalnya pupil mata berdiametr 3-7 mm, bertepi rata, dan simetris, kaji
reflek cahay mata klien, normalnya pupil mata akan mengecil (miosis) jika
terkena sinar, minta klien untuk mentap kedepan dan menggerakkan bola
mata sesuai arah yang ditunjukkan pemeriksa.
2. Palpasi : Kaji kekenyalan bola mata. Caranya minta klien untuk menutup
kedua mata, tekan perlahan dengan kedua tangan pemeriksa.
d. Pemriksaan Hidung
1. Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan, letak
hidung terletak di tengah wajah, adanya pernafasn cuping hidung dan
munculnya sianosis pada ujung hdung, adanya produksi sekrek, (jika ada)
perhatikan warna, produksi dan bau secret, adanya massa pada daerah luar
atau di dalam hidung, perhatikan kepatenan tiap lupang hidung, tutup satu
hidung lalu minta klien untuk bernafas lakukan secara bergantian.
2. Palpasi : Lakukan palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakan
ujung ketiga jarring tengah, normalnya klien tidak mengeluh nyeri atau
teraba panas saat dipalpasi.
e. Pemeriksaan Telinga
1. Inspeksi : Lihat kesimetrisan kedua daun telinga, lihat adanya luka/bekas
luka pada telinga dan sekitarnya, lihat apakah ada secret atau darah yang
keluar, lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh.
2. Palpasi : Palpasi pada daerah tragus, normalnya tidak tersara nyeri,
palpasi klenjar limfe di daerah aurikel.
f. Pemeriksaan Mulut
1. Inspeksi : Cium arona nafas klien, normalnya tercium segar, lipatan
nasolabial terletak ditengah, lihat danya kelainan kongetial atai tidak
seperti bibir sumbing, bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir
merah muda, lembap, tidak tampak kering (pecah-pecah), tidak tampak
sianosi, Jika klien memakai gigi palsu lepaskan dulu, lihat kelengkapan
gigi klien, lihat warana gusi klien (normalnya berwarna merah muda),
perhatiakan adanya karies gigi atau tidak, gihi berlubang atau gigi yang
tanggal, perhatikan adanya stomatitis atau tidak dan kelembapan mulut,
lihat adanya sariawan atau tidak, lihat posisi lihah tepat berada ditengah,
kebersihan lidah, lidah yang kotor, posisi uvula tepat ditengah, normalnya
berwarna merah muda, perhatikan kondisi tongsil normal atau tidak.
g. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan leher, lihat apakah ada bekas luka atau
tidak, Pulpasi yang abnormal, adanya bendungan vena atau tidak, Lihat
adanya pembsaran klenjar limfe atau tidak, lihat adanya pembesaran
kelenjar gondok atau tidak.
2. Palpasi : Palpasi daerah deviasi trakea, kelenjar limfe, kelenjar tiroid
h. Pemeriksaan Thoraks
1. Inspeksi : Lihat gerakan dinding dada kanan dan kiri, lihat adanya luka
bekas oprassi, atau adanya lesi, perhatikan warna kulit di daerah dada, kaji
pola nafas klien, perhatikan bentuk dinding dada klien, perhatikan adanya
kelainan bentuk tulang belakang.
2. Palpasi : Letakan kedua tangan diatas dinding dada, rasakan kesimetrisan
pengembangan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi, lakukan
pemeriksaan taktil fremitus: letakkan tangan di atas dada klien, lalu minta
klien mengatakan “tujuh puluh tujuh”.
3. Perkusi : Lakukan perkusi pada seluruh lapang paru pada interkostanya
(ruang diantara dua kosta atau ics), hasil perkusi normal pada paru adalah
resonan, pada area jantung akan menghasilakn bunyi pekak (ICS 3-5,
sebelah kiri sternum), hasil perkusi akan terdengar pekak pada hepar, hasil
pekak juga ditemukan pada daerah yang mengalami pemadatan, adanya
massa, atau pada bagian paru yang terisi cairan.
4. Auskultasi : Anjurkan klien untuk bernafas normal, letakkan stetoskop
pada ics 2 kana, minta klien untuk bernafas panjang, bandingkan suara
yang terdengar di lapang paru kiri dan kanan, dengarkan adanya suara
nafas tambahan atau tidak di semua lapang paru.
i. Pemeriksaan Payudara
1. Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan payudara kiri dan kanan(besarnya,
warnanya, dan letak puting susu), perhatikan aerola mammae, lihat apakah
ada produksi yang keluar dari putting susu kecuali pada ibu yang habis
melahirkan, lihat kondisi putting susu klien, normal kulit payudara tampak
halus
2. Palpasi : Palpasi kelenjar limfe yang ada di atas dan dibawah klavikula
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, normalnya kelenjar
limfe yang teraba diameternya tidak lebih dari 1 cm dan tidk ada
pembesaran lainnya, dalam posisi duduk minta tangan klien untuk
meletakkan tangan kiri di atas bahu kanan anda, anjurkan klien untuk
rileks dan menarik nafas dalam sebelum dilakukan palpasi, minta klien
untuk berdiri atau duduk dengan posisi kepala menunduk, sedangkan
pemeriksa berdiri di sisi kanan klien, gunakan tangan yang tidak dominan
untuk menyangga payudara, minta klien untuk berbaring sambil
meletakkan tangan di belakang kepala, setelah itu peras putting susu.
j. Pemeriksaan Ictus Kordis
1. Inspeksi : Denyutan jantung (saat kontraksi ventrikel) atau iktus kordis
dapat dilihat di permukaan dinding dada pada ICS 5 midklavikular
garis sinistra
2. Palpasi : Palpasi iktur kordis pada ics 5 midklavikular garis sinistra,
rasakn ictur kordisnya
3. Perkusi : Sepanjang ics 3-5 toraks sinistra, terdengar suara pekak.
4. Auskultasi : Bunyi jantung 1 katup mitral terletak di ICS 5
dipotongkan dengan midklavikular garis dekstra. Bunyi jantung 2
katup pulmonal terletak pada ICS 2 sternal garis sinistra, katup aorta
terletak di ICS 2 garis sternal dekstra. Bunyi jantung 3 Gallop. Bunyi
jantung 4 Murmur.
k. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi : Perhatikan bentuk abdomen klien, warna kulit, elastisitas
abdomen, bentuknya, umbilicus, apaah klien menggunakan tipe pernafasan
abdomen atau tidak.
2. Auskultasi : Dilkukan pada 4 kuadran abdomen, bisisng usus normalnya 5-
35 x/menit.
3. Perkusi : Lakukan perkusi pada 9 bagian region, terdengan timpani berarti
dilakukan di atas organ yang brisi udara, tedengar pekak mengenai organ
padat.
4. Palpasi : Sebelum palpasi abdomen, lakukan palpasi ringan di seluruh
lapang abdomen, tanyakan apakah ada nyeri atau tidak.
l. Pemeriksaan Ekstremitas
1. Inspeksi : Perhatikan bentuk kaki, warna kulit, apakah ada odema atau
tidak, adanya bekas luka atau tidak.
2. Palpasi : palpasi daerah metakarpofalagia bagian medial dan lateral,
rasakan adanta pembengkakan atau tidak.
H. Konsep Asuhan Perioperatif dari Pra, Intra, dan Pasca Operatif
1. Proses keperawatan Pre-Operatif
Pada pengkajian anamnesis biasanya didapatkan adanya keluhan benjola pada
payudara. Fakktor bertambahnya usia mempunyai risiko yang lebih tinggi
terhadap kemungkinan mengidap kanker payudara (Gruendemann, 2006).
Pada pengkajian riwayat keluarga adanya hubungan seorang wanita yang ibu
atau saudarinya(saudara dekat, keturunan pertama) pernah atau sedangkan
menderita kanker payudara, memiliki risiko paling sedkit dua sampai tiga kali
lipat lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Adanya riwayat
awitan/haid sebelum usia 12 tahun dapat nuliparitas, kehamilan cukup bulan
pertama setlah usia 35 tahun, awitan menopause yang lambat, atau riwayat
haid lebih dari 40 tahub memiliki hubungan peningkatan risiko penyakit
payudara jinak (Gruendemann, 2006).
Pada pemeriksaan fisik inspeksi sering didapatkan kondisi asimetris. Retaksi
atau adanya skuama pada putting payudara. Tanda-tanda stadium lanjut, yaitu
nyeri, pembengkakan ulkus, dan edema. Pada palpasi akan ditemukan/teraba
benjolan atau penebalan payudara yang biasanya tidak nyeri. Selain itu juga
pengeluaran rabas darah atau serosa dari putting payudara, dan cekungan atau
perubahan kulit payudara. A[abila ditemukan adanya benjolan di payudara,
maka benjolan tersebut harus dievaluasi terhadap satu dari tiga kemungkinan,
yaitu : kista, tumor jinak, atau tumor ganas (Gruendemann, 2006).
Di ruang bedag : Pada pengkajian di ruang bedah, perawat melakukan
pengkajian ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang
berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersebut sebagai
berikut:
- Validasi : Perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien
sebagaai data dasar untuk mencocokkan prosedur jenis pembedahan yang
akan dilakukan.
- Kelengkapan administrasi : Status rekam medic, data-data penunjang
(Lab, dan radiologi), serta kelengkapan informed consent.
- Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan.
- Pemeriksaan fisik terutama ttv dan kondisi masa pada payudara.
Diagnosis keperawatn di ruang praoperatif yang lazim adalah kecemasan dan
pemenuhan informasi.
2. Proses keperawatan Intra-Operatif
Dikamar Operasi : Asuhan keperawatn intraoperatif pemberian anastesi pada
bedah payudara pada prinsipnya sama dengan asuhan keperawatan pada saat
pemberian anastesi secara umumnya. Pasien yang akan dilakukan pembedahan
akan melewati berbagai prosedur. Prosedur pertama pemberian anastesi,
pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan prosedur bedah payudara
akan memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul.
Pengkajian intraoperasi bedah onkologi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Di antaranya adalah validasi identitas dan
prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta konfirmasi
kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi.
Diagnose keperawatan intraoperative bedah onkologi payudara yang lazim
adalah sebagai berikut:
- Risiko cidera b.d pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan
- Risiko infeksi b.d adanya port de entrée luka pembedahan dan penurunan
imunitas sekunder efek anastesi.
3. Proses keperawatan Pasca-operatif
Di ruang pulih sadar : Asuhan keperawatan pasca bedah payudara di ruang
pulih sadar secara umum sama dengan asuhan keperawatan pasca bedah
dengan anastesia umum lainnya. Pengkajian pascaanastesi dilakukan sejak
pasien mulai dipindahkan dari kamar operasi ke ruangan pemulihan. Pada saat
memindahkan pasien yang berada di atas brankar, perawat mengkaji dan
melakukan intervensi tentang kondisi jalan nafas, tingkat kesadaran, status
vascular, sirkulai, dan pendarahan, serta suhu tubuh dan saturasi oksigen.
Pengaturan posisi kepala pada saat memindahkan sangat penting dengan tetap
menjaga kepatenan jalan napas.
Pengkajian focus : pengkajian pasca operatif dilakukan secara sistematis mulai
dari pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respiratori,
status sirkulasi, status neurologi, dan respon nyeri, status integritas kulit dan
status genitourinaria. Pengkajian awal pasca operatif adalah sebagai berikut:
- Diagnose medis dan jenis pembedahan yang dilakukan.
- Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan napas, ttv.
- Anastesi dan medikasi lain yang digunakan (misalnya: narkotika, relaksan
otot, antibiotik).
- Segala masalah yang terjadi dalam ruangan operasi yang mungkin
mempengaruhi prawatan pascaoperatif (misalnya: hemoragi berlebihan,
syok, dan henti jantung).
- Patologi yang dihadapi (jika malignansi, apakah pasin atau keluarga sudah
diberitahukan).
- Cairan yang diberikan , kehilangan darah, dan penggantian.
- Segala selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lain.
- Informasi spesifik tntang siapa ahli bedah atau ahli anastesi yang akan
dibritahukan.
Diagnose keperawatan pascaoperatif : perawat menentukan status masalah
yang didindetifikasi dari diagnosis keperawatan praoperatif dan
mengelompokkan data baru yang relevan untuk mengidentiffikasi diagnosis
baru. Diagnosis sebelumnya, seperti gangguan intregitas kulit, dapat berlanjut
menjadi masalah pascaoperatif. Perawat juga dapat mengidentifikasi factor
risiko yang mengarah pada identifikasi diagnosis keperawatan baru.
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan dapat mencakup
beberapa diagnosis sebagai berikut:
- Risiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan control pernapasan
efek sekunder anastesi.
- Jalan nafas tidak efektif b.dpenurunan control kepatenan jalan napas(lidah)
- Penurunan perfusi jaringan parifer b.d mekanisme regulasi sirkulasi
normal, perdarahan pascaoperatif, penurunan curah jantung, hipovolemia,
pengumpulan darah parifer
- Nyeri b.d cedera jaringan lunak bedah urogenital, kerusakan
neuromuscular pascapembedahan.
- Risiko terhadap infeksi b.d kerentanan terhadap invasi bakteri.
- Konstipasi b.d penurunan motilitas lambung dan usus selama periode
intraoperatif.

I. Diagnosa yang mungkin muncul dan intervensi


 Diagnosa 1 : ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit
Intervensi :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
R: Untuk membantu atau mengurangi klien agar tidak cemas
2. Jelaskan semua prosedur tindakan dan apa yang dirasakan selama
prosedur tindakan
R: Untuk mengurangi cemas pada px sebelum melakukan operasi
3. Dorong keluarga untuk menemani pasien
R: Untuk mendapatkan dukungan dari orang yang terdekat
4. Bantu pasien mengenali situasi yang dapat menimbulkan kecemasan
R: Untuk mengetahui darimana sumber kecemasan yang dirasakan px
5. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R: Dengan teknik nafas dalam dapagt menurunkan kecemasan pasien
 Diagnosa 2 : nyeri akut berhubungan dengan penekanan massa
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
R: Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh px, sehingga dapat djadikan sebagai acuan untuk intervene
selanjutnya
2. Observasi TTV dan reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
R: Peningkatan TTV dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi distraksi
R: Untuk mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh
tubuh
4. Tingkatkan istirahat dan beri posisi nyaman
R: Untuk mengurangi nyeri dan memberikan istirahat secara efektif
5. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgesik
R: Untuk mengurangi rangsangan nyeri

 Diagnosa 3 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makan
R: Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan asupan dalam tindakan
selanutnya
2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang masuk
R: Untuk mengetahui seberapa banyak porsi maknan yang di habiskan
3. Monitor adanya penurunan berat badan
R: Untuk mengetahui apa ada penurunan BB atau tidak
4. Bantu pasien untuk makan
R: Untuk membantu px memenuhi kebutuhan
5. Ajarkan pasien relaksasi bila terasa mual
R: Untuk menghindari mual yang berlebihan
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti mual
R: Untuk mengurangi mual saat makan

 Diagnosa 4 : resiko infeksi berhubungan dengan proses pembedahan


Intervensi :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R: Untuk menhindari adanya penyebaran kuman penyebab infeksi
2. Bersihkan daerah operasi dengan antiseptik
R: Untuk menjaga dan menghindari komtaminasi dengan penyebab infeksi
3. Beriksa kulit dan jaringan yang akan dilakukan insisi
R: Untuk menjaga kestreliran selama tindakan operasi
4. Cek kadaluarsa alat dan bahan bedah yang akan dipakai
R: Untuk mencegah terjadi resiko infeksi kepada px
5. Tutup luka dengan kassa steril
R: Untuk menghindari adanya debu yang masu
6. Monitor tanda dan gejala infeksi dan TTV
R: Untuk mengetahaui secara dini adanya tanda” infeksi sehingga dapat
segera diberikan tindakan yang tepat
7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
R: Untuk mengurangi atau menghambat perkembangan kuman sehingga
tidak terjadi proses infeksi
 Diagnosa 5 : ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan
otot pernafasan
Intervensi :
1. Observasi adanya suara nafas tambahan atau tidak
R: Untuk mengetahui suara nafas tambahan apakah ada atau tidak
2. Observasi TTV
R: Untuk mengetahu sejauh mana perkembangan px
3. Observasi apakah pasien sianosis atau tidak
R: Untuk mengetahui px apakah prnafasnnya terganggu
4. Berikan pasien posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
R: Untuk memberikan posisi yang lebih nyaman dan mempermudah jalan
nafas
5. Berikan fisio terapi dada jika perlu
R: Untuk membantu mengeluarkan dahak
6. Ajarkan pasien teknik batuk efektif
R: untuk membantu mengeluarkan dahak
7. Berikan oksigen nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi
R: Untuk memenuhi kebutuhan O2
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny S dengan Kanker Mammae

di Ruang PP RS Panti Waluya Malang

Tanggal Masuk, Pukul : 14-05-2017 / 19:45

Tanggal Pengkajian, Pukul : 15-05-2017 / 10:45

No. Register : 156xxx

Sumber Informasi : klien

Hubungan dengan pasien :-

A. PENGKAJIAN PRE OPERATIF

1. Biodata

Nama : Ny. S

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Penanggung Jawab
Suku Bangsa : Indonesia
Nama : Tn. A
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien: Suami
Alamat : Jl. KH Zubair Gg.

16 No. 07

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Diagnosa Medis : CA.Mammae

Dextra
2. Keluhan Utama :

Klien mengatakan cemas karena benjolan di payudaranya akan dioperasi

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanggal 2-05-2017 yang lalu klien mengatakan nyeri daerah payudara kanan lalu pergi

kedokter untuk melakukan pemeriksaan dan setelah dilakukan pemeriksaan FNAB

Mammae Dextra Epithelial Hyperplasia dengan sel atipik dan kesimpulan USG payudara

kiri tampak 4 buah klasifikasi pada PK 6 masing – masing diameter 0,08cm payudara

kanan tampak erythematous, lighpain tranducer pressure. Klien didiagnosa tumor

mammae dan disarankan untuk melakukan operasi. Klien masuk Rs diruang pp pada

tanggal 14-5-2017 pukul 19:45. Dan dijadwalkan operasi pada tanggal 15 mei 2017

pukul 14:30. Sejak pagi pukul 7 dipuasakan. Saat pengkajian didapatkan data TD:

100/70mmhg, S: 36OC, N: 98x/menit, RR: 24 x/menit.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Klien mengatakan tidak pernah masuk RS sebelumnya, tetapi klien sudah mempunyai

benjolan 3 tahun yang lalu tapi klien hanya rutin memeriksakan kondisinya ke dokter dan

meminum obat yang diberikan oleh dokter.

5. Riwayat Alergi :

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi obat, tetapi klien mengatakan mempunyai

aleergi makanan ayam.

6. Data Psikososial

a. Konsep Diri
Gambaran Diri:

Klien terlihat menerima keadaan fisiknya dengan baik secara utuh.

Harga Diri:

Klien menerima penyakitnya dan tetap semangat


Identitas Diri:

Klien dapat mengenali identitas dengan baik, dengan menyebutkan nama, alamat,

pekerjaan dan tanggal lahir.

Peran Diri:

Klien mengatakan dirumah sebagai ibu rumah tangga sebagai istri dan menjadi

wiraswasta

Ideal Diri:

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera cepat pulang.

b. Hubungan Sosial
Hubungan klien dengan keluarga maupun orang lain baik, klien dapat kooperatif selama

c. Spiritual
Selama di RS pengkajianklien percaya terhadap Tuhan atas kesembuhannya dengan

dibantu keluarga.

d. Kecemasan
Klien mengatakan cemas karena ingin dilakukan tindakan operasi

7. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola Nutrisi dan Metabolik

Di Rumah

Makan berapa kali dalam sehari : 3 x/hari

Jumlah cairan masuk dalam sehari : 1000 cc/hari

Jenis makanan : Sayur, Daging dan Nasi

Jenis minuman : Air Putih

Makanan kesukaan : Semua jenis makanan

Masalah yang mempengaruhi masukan makanan : Tidak ada

Diet khusus, makanan pantang : ayam


Di RS

Keterangan lain : Klien puasa sejak pagi jam 07:00

b. Pola Eliminasi

Di Rumah

No Hal BAB BAK

1. Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari

2. Konsistensi Lembek Cair

3. Jumlah ± 250 gram ± 500cc

4. Bau Bau khas feses Khas urine

5. Warna Coklat kekuningan Kuning jernih

Di RS

No Hal BAB BAK

1. Frekuensi Belum BAB Kurang lebih 5x

2. Konsistensi - Cair

3. Jumlah - Kurang lebih 250cc

4. Bau - Khas urine

5. Warna - Kuning jernih

c. Pola Kebersihan Diri

Di Rumah

Mandi : 3 x sehari

Gosok Gigi : 3 x sehari

Keramas : 1x dalam seminggu


Gunting Kuku : 1 minggu sekali

Keterangan Lain : Klien melakukan perawatan dirinya secara mandiri

Di RS

Mandi : 1x mandi

Gosok Gigi : 1x gosok gigi

Keramas : Belum keramas

Gunting Kuku : Belum gunting kuku (kuku terlihat bersih)

Keterangan Lain : klien melakukan perawatan dirinya secara mandiri

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Di Rumah:

Klien menjadi seorang ibu dirumah tangga dan berjualan dilakukan secara mandiri

Di RS

Klien masih bisa beraktivitas secara mandiri.

e. Pola Istirahat/Tidur

Di Rumah

Tidur Siang : Berapa jam 2 ;jam berapa biasa tidur 12:00 – 14:00

Tidur Malam : Berapa jam 7 ;jam berapa biasa tidur 21:00 – 04:00

Masalah Tidur : Tidak ada masalah tidur

Di RS

Tidur Siang : Berapa jam - ; jam berapa biasa tidur -

Tidur Malam : Berapa jam 5 ; jam berapa biasa tidur 23:00 – 04:00

Masalah Tidur : Klien sering terbangun pada saat tidur

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Composmentis
GCS :4–5-6

Tanda-tanda vital:

TD : 100 /70 mmHg

Nadi : 98 x/menit

Suhu : 36°C

Respirasi : 24 x/menit

b. Pemeriksaan Kulit dan Kuku

Inspeksi

Warna Kulit : warna Kulit lembab

Palpasi

Kondisi Kulit : Kulit kuku lembab

Turgor Kulit : Kembali < 2 detik, tidak ada odema

CRT : < 2 detik

c. Pemeriksaan Kepala

Inspeksi

Bentuk Kepala : Bulat

Rambut : Rambut terlihat bersih, tidak ada ketombe atau kutu

Massa : Tidak terdapat massa

Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan, tidak terdapat nyeri tekan

d. Pemeriksaan Mata

Inspeksi

Alis : Persebaran alis mata merata

Mata : Diameter kornea mata dan kelopak mata simetris

Bola Mata : Pergerakkan bola mata dapat kearah atas bawah kanan kiri
Sklera : Sklera berwarna putih susu dan tidak tampak ikterik

Pupil : Terdapat reflek cahaya kanan kiri +/+, besar pupil isokor dengan diameter

2mm

Konjungtiva : Berwarna merah muda

Palpasi

Mata : Tidak terdapat nyeri tekan dan teraba kenyal

e. Pemeriksaan Hidung

Inspeksi

Lubang hidung : Simetris, persebaran bulu hidung merata, tidak terdapat polip atau

benjolan.

Hidung : Septumnasi tepat ditengah, hidung tepat ditengah wajah, persebaran

warna kulit hidung merata.

Palpasi

Sinus Hidung : Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus frontalis, edmoidalis,

maksilaris dan spenoidalis

f. Pemeriksaan Telinga

Inspeksi

Daun Telinga : Simetris, tidak ada masa atau luka

Kondisi lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen, tidak ada masa, membran tympani

tampak intak

Palpasi

Telinga : Tidak ada nyeri tekan pada daerah daun telinga dan tragus
g. Pemeriksaan Mulut

Inspeksi

Bibir : Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi atau sariawan, labioskisis tampak

lengkap

Gigi : Gigi bersih, tidak terdapat caries gigi, terdapat 2 gigi palsu pada

bagian geraham

Gusi : Berwarna merah muda

Lidah : Bersih

Uvula : Tepat berwarna ditengah dan berwarna merah muda

Tonsil : Tidak terjadi peradangan dengan ukuran tonsil T1

h. Pemeriksaan Leher

Inspeksi

Kondisi Kulit : Persebaran warna kulit merata

Palpasi

Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis

Trakea : Trakea tepat berada ditengah, tidak terdapat defiasi trakea

Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

i. Pemeriksaan Paru

Inspeksi

Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Kondisi kulit : Persebaran warna kulit merata

Palpasi

Pada Dada : Terdapat benjolan pada mammae sebelah kanan dan teraba padat

dengan diameter ± 2cm


Perkusi : Pada ICS 1-5 kanan dan ICS 1 dan 2 kiri terdengar sonor

Auskultasi : suara napas terdengar vesikuler, tidak terdengar suara napas tambahan

whezing

Suara Nafas :

WHEEZING RONCHI

j. Pemeriksaan Jantung

Inspeksi

Kondisi kulit : Persebaran warna kulit dada merata dan lembab

Palpasi

Ictus Cordis : Denyutan teraba di ICS 5 kiri ± 1 cm

Perkusi : Pada ICS 3-5 sebelah kiri terdengar pekak

Auskultasi : Tidak ada bunyi jantung tambahan

BJ I : Terdengar Lup di ICS 5 katub mitral mid klavikula kiri dan dikatup

trikuspidalis ICS 4 sternalis kiri

BJ II : Terdengar Dup dikatub aorta di ICS 2 sternalis kanan dan katup

pulmonalis ICS 2 sternalis

BJ III : Tidak terdengar bunyi mur - mur

BJ tambahan : Tidak terdengar bunyi jantung tambahan seperti gallop

k. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Persebaran warna kulit merata

Auskultasi : Terdapat bising usus 10x/ menit

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Terdengar tympani pada seluruh lapang abdomen


l. Pemeriksaan Muskuloskeletal

Inspeksi : Tidak ada pembekakan pada kaki dan tangan, tidak terdapat masa,

jumlah jari lengkap, tidak terdapat deformitas pada ekstermitas tubuh

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan odema

5 5
Kekuatan Otot
5 5

Keterangan :

0. Tidak mampu sama sekali

1. Hanya mampu menggerakkan ujung ekstremitas

2. Hanya mampu menggerakkan sedikit

3. Kekuatan otot mengangkat tangan dengan bantuan, saat dibantu


lepas, tangan ikut jatuh

4. Kekuatan otot sedikit, mampu melawan gravitasi, sesaat jatuh

5. Kekuatan otot penuh, mampu melawan

m. Pemeriksaan Genetalia

Inspeksi : Tidak terpasang kateter, dan tidak ada tanda kemerahan

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


9. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 13 mei 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

HEMATOLOGI RUTIN

1. Hemoglobin 14,7 11,7 – 16 N

2. Eritrosit 4,89 3,8 – 5,3 N

3. Hematocrit 44,4 35 – 47 N

4. MCV 90,8 81 – 101 N

5. MCH 30,1 27 – 34 N

6. MCHC 33,1 31 – 37 N

7. RDW 15,4 11,5 – 14,5 H

8. Leukosit 11310 4.400 – 11.300 H

Hitung jenis

- Eosinophil 3 2-4 N

- Basophil 1 0–1 N

- Neotrofil batang 0 3–5 L

- Neotrofil segmen 62 50 – 70 N

- Limfosit 26 25-40 N

- Monosit 8 2-8 N

9. Trombosit 265.000 150.000-450.000 N

10. Laju endap darah 11 0-25 N

FAAL HEMOSTASIS

1. Waktu perdarahan 3,5 1-3 H

2. Waktu pembekuan 10 5-15 N


KIMIA KLINIK

FUNGSI HATI 16 0-31 N

1) SGOT 10 0-35 N

2) SGPT

FUNGSI GINJAL

1. Ureum 36,2 12,8- 42,8 N

2. Serum kreatinin 1,1 0,51- 0,95 H

GULA DARAH SEWAKTU 97 < 100 N


10. Terapi

Nama & Dosis Obat Rute Pemberian Fungsi Obat

1. Tutofusin 500ml Infus Untuk perawatan jumlah rendah

30tpm magnesium dalam darah, kekurangan

kalium, ketidak seimbangan elektrolit,

inkonsistensi Ph, natrium rendah dalam

darah, kadar natrium yang rendah.

Obat antibiotic untuk mengobati

berbagai jenis inveksi bakteri


2. Chefazholin 1gr IV
B. PENGKAJIAN PERIOPERATIF PRE-OPERATIF
C. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF
1. Analisa Data
Nama : Ny. S No Register : 156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Tgl. Data Masalah Etiologi


15-05- DS : Ansietas
2017 - Klien mengatakan tidak tenang
saat ini
- Klien mengatakan sering
berkemih
- Klien mengatakan dadanya
berdebar-debar
- Klien bertanya tentang
bagaimana operasinya akan
berlangsung

DO :
- Klien tampak bingug dan cemas
- Sering berkemih
- Akral dingin
- Telapak tangan klien berkeringat
- Saat dilakukan palpasi dada klien
berdebar-debar
- TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 98×/mnt

2. Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

No Tanggal Diagnosa Keperawatan


1 15 Mei Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan
2017
3. Rencana Keperawatan
Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

No.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 klien tidak - TTV dalam batas 1. Jelaskan tentang prosedur
meras cemas normal yang akan dilakukan klien
saat dilakukan TD : 120/90 mmHg
tindakan N : 60-100x/menit 2. Bantu klien untuk
keperawatan 1x2 RR : 16-24x/menit mengungkapan perasaan
jam - Klien dapat ketakutannya
mengetahui
prosedur yang akan 3. Ajarkan teknik distraksi dan
dilakukan relaksasi
- Ekspresi wajah dan
bahasa tubuh 4. Bantu klien mengenai
SPOK menunjukan tidak situasi yang menimbulkan
ada kecemasan kecemasan

4. Implementasi Keperawatan
Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Waktu No. Tanda


Tanggal Implementasi
(Jam) Dx Tangan
15-5-2017 16.30 1 1. Menanyakan pada klien
penyebab cemas
2. Menjelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
selama prosedur
3. Membantu klien mengenali
situasi yang menimbulkan
kecemasan
4. Mengajarkan klien
menggunakan tarik nafas
dalam untuk menurunkan
kecemasan pada klien
5. Evalusasi
Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Waktu No. Tanda


Tanggal Evaluasi
(Jam) Dx Tangan
15 mei 10.00 1 S : klien mengatakan sedikit
2017 tenang

O:
- cemas berkurang
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/ menit
RR : 24x/ menit

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 1-4


D. PENGKAJIAN PERIOPERATIF INTRA-OPERATIF
E. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA-OPERATIF

1. Analisa Data
Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Tgl. Data Masalah Etiologi


15 DS : Tidak terkaji Resiko infeksi
mei Ca mammae
2017 DO :
- Tampak dilakukan
desinfeksi pada daerah
mammae kanan, lengan Tindakan
bagian atas, sampai pusar pembedahan
- Tampak dilakukan (vriecope dan
masektomi radikal insisi ±30 masektomi)
cm
- Perawat menjaga seterilan
dengan teknik septik dan Adanya luka
aseptik terbuka
- TTV :
TD : 122/71 mmHg
N : 77x/menit
RR : 20x/ menit Resiko infeksi
Saturasi O2 : 98%

2. Diagnosa prioritas

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

No Tanggal Diagnosa Keperawatan


1 15 Mei Resiko infeksi b/d proses pembedahan
2017
3. Rencana keperawatan

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

No.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Tupan : Setelah - Klien terbebas 1. Cuci tangan setiap sebelum dan
dilakukan asuhan dari tanda dan sesudah tindakan operasi
keperawatan gejala infeksi 2. Memakai APD lengkap ( sarung
selama 1x2 jam (rubor, dolor, tangan, masker, skoret, pelindung
klien menunjukan kalor, tumor) kepala)
tidak adanya - Tetap menjaga ke 3. Jaga kesterilan alat-alat
tanda infeksi. sterilan alat-alat 4. Desinfeksi daerah yang akan di
yang akan operasi
Tupen : setelah digunakan 5. Monitor tanda-tanda infeksi
dilakukan asuhan 6. Kolaborasi pemberian obat
keperawatan antibiotic bila diperlukakan
selama 1 x 2 jam
klien menjalani
proses operasi
dengan
mempertahankan
tehnik aseptik

4. Implementasi keperawatan

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Waktu No. Tanda


Tanggal Implementasi
(Jam) Dx Tangan
15-5-2017 15.00- 1 1. Mencuci tangan sebelum dan
16.30 sesudah melakukan tindakan
2. Menggunakan apd lengkap
menjaga alat tetap steril
3. Mendsinfeksi dengan alkohol
savlon daerah yang akan
dilakukan operasi.
4. Memonitor tanda-tanda
infeksi
5. Memberikan aktibiotik sesuai
advis dokter bila perlu
5. Evaluasi

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Waktu No. Tanda


Tanggal Evaluasi
(Jam) Dx Tangan
15, mei 16.30 1 S : Tidak Terkaji
2017
O:
- Setelah dilakukan pembedahan
masektomi terpasang 2 selang
drain sakum bagian bawah
kulit
- Terdapat bekas luka sayatan
yang telah ditutup dengan
sufratul, hipafix, dan lokrop
- Alat dan lingkungan
pembedahan dalam kondidi
tidak terkontaminasi
- Alat pembedahan dalam
kondisi terpisah antara seril
dan on steril
- Tidak ada tanda-tanda infeksi

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan Intervensi
F. PENGKAJIAN POST-OPERATIF
G. PENGKAJIAN PERIOPERATIF POST-OPERATIF
H. ASUHAN KEPERAWATAN POST-OPERATIF

1. Analisa Data
Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Tgl. Data Masalah Etiologi


15 DS : Nyeri Akut
05 - Klien mengatakan nyeri Lingkungan
2017 timbul saat bergerak karena paparan
merubah posisi karsinogen
- Saat Nyeri,seperti ditusuk-
tusuk
- Klien mengatakan nyeri Penyebaran
pada area dada sebelah melalui
kanan hematogen
- Klien mengatakan skala
nyeri 6 dari rentang 0
sampai 10
- Klien mengatakan nyeri Ca mammae
yang dirasakan hilang
timbul
Pembedahan

DO :
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
Tindakan
kesakitan
- Terdapat bekas luka post masektomi dan
op di daerah mammae vriescope
- TTV
TD: 130/80 mmHg
N : 74x/menit
RR : 20x/menit Terputusnya
- Skala nyeri 6 jaringan

Nyeri akut
2. Diagnosa prioritas

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

No Tanggal Diagnosa Keperawatan


1 15-5- Nyeri akut berhubungan dengan post operasi
2017

3. Rencana keperawatan

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

No.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Tupen : - Mampu 1. Kaji skala nyeri
nyeri mengontrol 2. Observasi luka bekas post op
berkurang nyeri adanya tanda infeksi atau tidak
setelah - Mampu 3. Observasi ketidak nyamanan terhadap
dilakukan mengenali nyeri
tindakan nyeri skala 4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
keperawatan 0-10 5. Kolaborasi dengan dokter pemberian
1x24 jam - Mengatakan obat nyeri.
nyaman saat
Tupan : nyeri
nyeri hilang berkurang
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam

spok
4. Implementasi keperawatan

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Waktu No. Tanda


Tanggal Implementasi
(Jam) Dx Tangan
15-5-2017 16.30 1 1.mengkaji nyeri dengan
menanyakan apakah nyeri sudah
bekurang.

2. melihat apa ada tanda infeksi


pada luka

3. mengobservasi aktifitas klien


diatas tempat tidur, dan
menanykan kenyaman agar rasa
sakit dapat berkurang

4.menganjurkan untuk
mendengarkan musik atau
menonton tv, dan melatih nafas
dalam

5.pemberian obat analgesik sesuai


advis dokter untuk mengurangi
nyeri
5. Evaluasi

Nama : Ny S No Register :156xxx

Umur : 49 th Diagnosa Medis : CA MAMMAE

Waktu No. Tanda


Tanggal Evaluasi
(Jam) Dx Tangan
15 mei 17 1 S:
16:40 - Klien mengatakan nyeri
timbul saat bergerak
merubah posisi
- Saat Nyeri,seperti ditusuk-
tusuk
- Klien mengatakan nyeri
pada area dada sebelah
kanan
- Klien mengatakan skala
nyeri 5 dari rentang 0
sampai 10
- Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan hilang
timbul
O:
- Klien tampak lemah
- Klien meringis kesakitan
- Klien gelisah saat
merasakan nyeri
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 100x/menit
- Skala nyeri 5

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1-5


DAFTAR PUSTAKA

1. Amin & Hardhi. 2015. Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis Jilid 1.
Jogja.
2. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC
3. Gruendemann, BJ dan Fernsebner, B. 2006. Buku Ajar keperawatan Perioperatif
Volume 1: Prinsip. Jakarta: ECG
4. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2014. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indindonesia
5. Oda Debora, 2012. Proses keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salem
Medika, 2013
6. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Ed.6, vol 1&2,
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai