Anda di halaman 1dari 24

OBAT OTONOM

• Maya Dyah Palupi (15.1309)

• Mayrentina Grace R.S (15.1310)

• Mirahati (15.1311)
Obat Otonom
Obat otonom adalah obat yang bekerja pada berbagai
bagaian susunan saraf otonom, mulai dari sel saraf sampai
dengan sel efektor.
Secara anatomi susunan saraf otonom terdiri atas praganglion,
ganglion dan pascaganglion yang mempersarafi sel efektor.
Serat eferen persarafan otonom terbagi atas sistem persarafan
simpatis dan parasimpatis.
Berdasarkan macam saraf otonom tersebut, maka obat otonomik digolongkan menjadi empat
berdasarkan dua jenis saraf otonom yaitu:
1.Saraf Parasimpatis
– Parasimpatomimetik (Kolinergik)
– Parasimpatolitik (Antagonis Kolinergik)

2.Saraf Simpatis
– Simaptomimetik (Adrenegik)
– Simpatolitik atau Antagonis Adrenegik
1.Parasimpatomimetik (Kolinergik)
Obat kolinergik merupakan sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan
stimulasi susunan parasimpatis (SP), karena melepaskan neuro-hormon asetilkolin di ujung-ujung
neuronnya.
Obat kolinergik digolongkan berdasarkan cara kerjanya menjadi dua yaitu:
– Bekerja secara langsung
– Bekerja secara tidak langsung.

Contoh dari obat kolinergik adalah pilokarpin dan galantamin.


1. Pilokarpin
a.Efek samping
Efek samping obat pilokarpin adalah nyeri pada mata, pandangan kabur, mata berair,
myopia, nyeri pada alis, radang permukaan kornea, pendarahan vitreous.

b.Indikasi
Indikasi obat pilokarpin adalah glaucoma sudut terbuka kronik, hipertensi okuler,
efek midriasis, dan siklopegia pasca bedah.

c.Kontraindikasi
Kontraindikasi obat pilokarpin adalah radang iris akut, radang uve akut, dan radang
akut segmen mata depan.
d.Cara Pakai
– Glaukoma sudut terbuka kronik, dewasa: 1 tetes (larutan 2% atau 4%) hingga empat kali sehari.
– Glaukoma sudut tertutup akut (sebelum operasi), dewasa: 1 tetes (larutan 2%) tiap 10 menit
selama 30-60 menit, selanjutnya satu tetes tiap 1-3 jam.

e.Gambar Obat
2. Galantamine
a.Efek samping
Efek samping galantamin adalah mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dispepsia, rinitis; mengantuk,
pusing, insomnia, bingung, depresi, sakit kepala,fatigue, berat badan turun, jarang bradikardia,
kejang, halusinasi, agresif, hipokalemia, ruam dan berkeringat.

b.Indikasi
Indikasi galantamin adalah demensia ringan hingga sedang pada Penyakit Alzheimer.

c.Kontraindikasi
Kontraindikasi galantamin adalah gangguan fungsi ginjal berat, menyusui.
d. Cara pakai
Awal: 4 mg dua kali sehari selama empat minggu ditingkatkan menjadi 8 mg dua kali sehari selama
empat minggu, dosis rumatan 8-12 mg.

e.Gambar Obat
2.Parasimpatolitik (Antagonis Kolinergik)
Obat antagonis kolinergik adalah obat yang melawan khasiat asetilkolin dengan jalan menghambat
terutama reseptor-reseptor muskarin yang terdapat di SSP dan organ perifer.
Antikolinergika dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
– Alkaloida belladonna
– Zat ammonium kwartener
– Zat amin tersier

Contoh dari obat antagonis kolinergik adalah skopolamin dan atropin.


1. Skopolamin
a.Efek Samping
Efek samping obat skopolamin adalah mengantuk, mulut kering, pusing, penglihatan kabur,
kesulitan buang air kecil.

b.Indikasi
Indikasi obat skopolamin adalah sebagai obat premedikasi.

c. Kontraindikasi
Kontraindikasi obat skopolamin adalah miastenia gravis, megakolon, glaukoma sudut
sempit, hipertropi prostat dengan retensi urin, dan stenosis mekanik.
d.Cara Pakai
Skopolamin:
DEWASA: 1-2 tablet (1 mg) atau 15-30 tetes (1 mg/ml).
ANAK 6 bulan-1 tahun: 4-8 tetes; 3-6 bulan 3-6 tetes; lebih dari 3 bulan 1-3 tetes.
Diberikan 3 kali sehari.

e.Gambar Obat
2. Atropin
a.Efek samping
Efek samping dari atropin adalah dapat menyebabkan takikardi.

b.Indikasi
Indikasi dari atropin adalah mengeringkan sekret, melawan bradikardi yang berlebihan; bersama
dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan neuromuskuler kompetitif.

c.Kontraindikasi
Kontraindikasi atropin adalah glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan
dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus
paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, dan penyakit hati dan ginjal yang serius.
d. Cara pakai
Sebagai premedikasi, injeksi intravena, 300-600mcg dalam 30-60 menit segera sebelum induksi
anestetik, dan dengan peningkatan dosis setiap kali 100mcg untuk pengobatan bradikardia.
Melalui injeksi intramuskuler, 300-600 mcg dalam 30-60 menit sebelum induksi; anak: 20
mcg/kg bb.
Untuk mengendalikan efek muskarinik neostigmin dalam melawan blok neuromuskuler
kompetitif, dengan injeksi intravena, 0,6-1,2 mg.
e.Gambar obat
3. Simaptomimetik (Adrenegik)
Obat adrenergic merupakan obat yang memudahkan atau meniru beberapa atau semua tindakan
dari system saraf simpatis. Obat adrenergika juga merupakan zat-zat yang dapat menimbulkan efek
yang sama dengan stimulasi susunan saraf simpatis dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung
sarafnya.

Adrenergika dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni:


– Zat-zat yang bekerja langsung
– Zat-zat yang bekerja secara tak langsung

Contoh dari obat adrenegik adalah dopamine dan ritodin.


1. Dopamine
a.Efek samping
Efek samping dopamine adalah denyut ektopik, takikardi, nyeri angina, palpitasi,
hipotensi, gangguan pencernaan, sakit kepala, dispnea. Jarang, konduksi aberans,
pemanjangan kompleks QRS, elevasi TD, azotemia, piloreksi.

b.Indikasi
Indikasi dopamine adalah pengobatan syok kardiogenik. Pasca operasi, syok
toksik dan anafilaktik yang disertai hipotensi berat.

c.Kontraindikasi
Kontraindikasi dopamine adalah takikardia atau fibrilasi ventrikular yang tidak
terkoreksi, feokromositoma, tirotoksikosis, adenoma prostat, dan glaukoma sudut
sempit.
d.Cara Pakai
Pemakaian dopamine disesuaikan dengan resep dari dokter. Dapat diketahui
dengan rumus
= dosis yang diminta dokter x BB pasien x 60 mnt
pengencer
Hal ini dikarenakan BB setiap pasien berbeda-beda.
e. Gambar Obat
2. Ritrodin
a.Efek samping
Efek samping ritrodin adalah mual, muntah, berkeringat, tremor, flushing, palpitasi, takikardia,
hipokalemia, hipotensi (pasien sebaiknya berbaring miring ke kiri selama diinfus), meningkatkan
kemungkinan perdarahan, dan nyeri dada atau aritmia.

b. Indikasi
Indikasi ritrodin adalah persalinan prematur tanpa komplikasi.

c.Kontraindikasi
Kontraindikasi penyakit jantung, eklamsia, preeklamsia berat, infeksi intrauterin, janin mati,
perdarahan antepartum, plasenta previa, dan lilitan tali pusat.
d.Cara kerja
Dosis awal 50 mcg/menit, infus dipercepat bertahap sampai 150-350 mcg/menit, dipertahankan
sampai 12-48 jam setelah kontraksi hilang; atau 10 mg tiap 3-8 jam sampai 12-48 jam setelah
kontraksi hilang; dosis oral diberikan 30 menit sebelum infus dihentikan dan diulang tiap 2 jam
selama 24 jam, diikuti dengan 10-20 mg tiap 4-6 jam; dosis maksimal per hari 120 mg.
e.Gambar obat
4. Simpatolitik atau Antagonis Adrenegik
Obat antagonis adrenegik adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan
saraf simpatis. Misalnya, adrenolitika meniadakan vasokontriksi yang di timbulkan oleh aktivasi
reseptor-alfa akibat adrenergika.
Berdasarkan mekanisme dan titik kerjanya, adrenolitika dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni
zat-zat penghambat reseptor adrenergik (alfa-blockers dan beta-blockers) dan zat-zat penghambat
neuron adrenergik.

Contoh dari obat antagonis adregenik adalah terazosin dan ergotamin.


1.Terasozin
a.Efek samping
Efek samping terazosin adalah peningkatan berat badan, paraesthesia, dispnea,
thrombositopenia, kegugupan, penurunan libido, nyeri punggung (back pain)
nyeri pada anggota gerak.
b.Indikasi
Indikasi terazosin adalah pengobatan simptomatik hiperplasia prostat jinak
(efek jangka panjang terazosin HCl adalah pada pembedahan, obstruksi urin akut
atau komplikasi hiperplasia prostat lain); pengobatan hipertensi (secara tunggal
atau dikombinasi dengan antihipertensi lain seperti obat diuretik dan beta-bloker).
c.Kontraindikasi
Pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas terhadap terazosin hydrochloride
atau turunan quinazolone lain.
d.Cara pakai
Hiperplasia prostat jinak: tidak boleh lebih dari 1 mg pada waktu istirahat.
Umumnya dosis yang diberikan untuk memperoleh respon klinik adalah 10 mg
sekali sehari.
Hipertensi: dosis awal tidak boleh lebih dari 1 mg pada waktu istirahat. Umumnya
rentang dosis 1 mg hingga 5 mg digunakan satu kali sehari

e.Gambar Obat
2.Ergotamin
a.Efek samping
Efek samping ergotamine adalah mual, muntah, vertigo, nyeri abdomen, diare, kram otot, dan
terkadang sakit kepala bertambah, nyeri dada, iskemia miokard dan intestinal, dosis tinggi berulang
dapat menyebabkan ergotisme dengan gangren dan kebingungan;

b.Indikasi
Indikasi ergotamine adalah serangan migren akut dan migren varian yang tidak responsif terhadap
analgesik.

c.Kontraindikasi
Kontraindikasi ergotamine adalah hipertensi berat atau tidak cukup terkontrol, gangguan hati dan
ginjal, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit vaskuler obliteratif, hamil, menyusui, penyakit
jantung koroner, hipertiroid, sepsis, porfiria.
d.Cara pakai
Pada mula kerja : 1-2 tablet, maksimal empat tablet dalam 24 jam. Dapat diulang dengan interval
tidak kurang dari empat hari, Maksimal : delapan tablet per minggu. Anak tidak dianjurkan.

e.Gambar Obat

Anda mungkin juga menyukai