Anda di halaman 1dari 189

Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

1. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid, antipirai


1.1. Analgesic Narkotik
1.1.1. Pethidin HCl (50 mg)
Indikasi : Meringankan rasa nyeri sedang sampai berat yang tidak
responsive dengan analgetik non narkotik.
Dosis : Dewasa 25-100 mg secara SK/IM tiap 3-4 jam. Anak 0,5-
2 mg/kgBB secara IM tiap 3-4 jam, maksimal 100 mg.
Aturan Pakai : Diberikan secara SK/IM.
Kontraindikasi :Gangguan fungsi hati, depresi pernafasan, kejang,
hipersensitiv, alkoholisme akut, asidosis diabetic, epilepsy.
Perhatian :Tidak diberikan secara iv, dosis tinggi dapat menyebabkan
depresi pernafasan, apnea, hipotensi, kolaps diberikan
secara perlahan.
Efek Samping :Depresi respirasi, pusing, mual, muntah, mulut kering,
hipotensi, pandangan kabur, halusinasi, tremor, mengantuk,
vertigo, retensi air seni, takikardia, bradikardia, konstipasi,
anoreksia.
Interaksi Obat : Alcohol, sedative, antihistamin, fenotiazin, butirofenon,
antidepressant trisiklik, MAOI.

1.1.2. Fentanil
Indikasi : Suplemen analgetik narkotik pada anastesi regional atau
general.
Dosis : Premed : 100 mcg IM 30-60 menit sebelum operasi. Pasca
operasi 50-100 mcg IM, dapat diulangi dalam 1-2 jam bila
perlu. Analgetik tambahan terhadap anastesi umum, dosis
rendah 2 mcg/kgBB, sedang 2-20 mcg/kgBB, tinggi 20-50
mcg/kgBB. Zat anastesi 50-100 mcg/kgBB. Durogesic :
individual, tergantung kondisi penderita dan harus
dievaluasi secara berkala.
Kontraindikasi : Depresi pernafasan, cedera kepala, alkoholisme, asma
akut, intoleransi, hamil, laktasi, hipersensitif.
Perhatian : Lansia, pasien lemah, disfungsi hati dan ginjal, penyakit
paru, anak < 2 tahun , hipotiroid, hipertrofi prostat dan
syok.
Efek Samping : Depresi nafas, kekakuan otot, hipotensi, bradikardia, mual
dan muntah, menggigil, halusinasi pasca op, pusing.
Interaksi Obat : Neuroleptik, gas halogen, depresi SSP, MAOI,
barbiturate, benzodiazepine, ritonavir.

1
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

1.1.3. Sufentanil
Indikasi : sebagai tambahan analgesic terhadap N2O/O2 dan sebagai
zat anastesi tunggal untuk pasien yang mendapat ventilasi
buatan atau pemberian secara epidural pada anastesi spinal
Dosis : sampai 8 mcg/kg. Sebagai tambahan analgesic: 0,5-5
mcg/kgbb. Sebagai zat anastesi 8 mcg/kgbb. Penanganan
nyeri pasca operasi:30-50 mcg/kgbb
Efek samping : depresi nafas, kekakuan otot skelet,mual, muntah,
penurunan tekanan darah dan denyut jantung sementara

1.1.4. Hidromorfon
Tab lepas lambat 8 mg dan 16 mg

1.1.5. Morfin
Nama Dagang :
a. *morfin tab
b. *MST continius tab
Indikasi : Nyeri kronik.
Dosis : Pasien tidak pernah pakai opioid, awal 10-15 mg. Nyeri
yang tidak bisa dikontrol dengan opioid yang kurang poten,
awal 20-30 mg/12 jam.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Depresi pernafasan, obstruksi jalan nafas, penyakit hati
akut, ileus paralitik, anak, penggunaan bersama MAOI atau
obat lain yang bekerja pada SSP.
Perhatian : Nyeri pasca op, hamil.
Efek Samping : Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi, konfusi,
halusinasi, euforia.
Interaksi Obat : Obat yang bekerja pada SSP (antidepresan, transkuilizer,
hipnotik sedatif).

1.1.6. Codein HCl


Nama Dagang :
a. *Codein tab
b. Coditam (+paracetamol ) tab
c. Codipront syr, tab
Indikasi : meredakan batuk dan membantu pengeluaran dahak pada
penyakit alergi & inflamasi saluran nafas, batuk iritasi &
spasmodic, bronchitis akut & kronik.
Dosis : D : 10-20 mg tiap 4-5 jam, max 120 mg/hari. A : 0,5-1,5
mg/kgBB tiap 4-6 jam, max 60 mg/hari. Codipront & cum
expectoran D & A (>14 thn) : 2x sehari 1 kapsul atau 3
2
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

sendok, A (6-14 thn) : 2x sehari 2 sdt, A(4-6 thn) : 1 sdt, A


(2-4 thn) : ½ sdt.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Kontraindikasi : hipersensitif, gangguan sal nafas, serangan asma akut,
koma, hipertrofi, gangguan GI, hamil, laktasi, anak < 2 thn,
batuk brdahak, penyakit hepar.
Perhatian : pasien dengan depresi SSP, depresi pernafasan, penyakit
paru akut, gangguan konvulsi, colitis ulseratif, hipertrofi
prostate, pasca op GI. Dapat menyebabkan hipotensi pada
pasien hipovolemia..
Efek Samping : mual, muntah, ggn koordinasi visiomotorik & kapasitas
visual, depresi pernafasan pada dosis besar, mulut jering,
ggn tidur, peningkatan BB, syok, alergi, koma, pusing, ggn
cerna, bradikardia, konstipasi.
Interaksi Obat : efek potensial dari obat sedatif dan relaksan otot, depresan
SSP (barbiturat, psikofarmaka, antihistamin, analgesic),
alkohol.

1.2. Analgetik Non Narkotik


1.2.1. Asam mefenamat
Nama Dagang :
a. *Asam mefenamat tab
b. Mefinal tab
Indikasi : Meredakan nyeri ringan hingga sedang pada sakit kepala,
sakit gigi, dismenore primer, nyeri traumatic, otot dan
pasca op.
Dosis : Dewasa awal 500 mg dilanjutkan 250 tiap 6 jam.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Tukak GI, gangguan hati dan ginjal, bronkospasme,
rhinitis alergi, urtikaria.
Perhatian : Harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut,
kejadian KV, hipertensi, reaksi pada kulit, efek pada ginjal,
asma akibat penggunaan AINS atau salisilat, hamil.
Efek Samping : Sedasi, diare, ruam, gangguan GI, ngantuk, hipersensitif.
Interaksi Obat : Meningkatkan efek antikoagulan kumarin.

1.2.2. Ketoprofen
Nama Dagang :
a. *Protofen supp
b. Protofen tab
c. Pronalges supp
d. Kaltrofen supp
3
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : mengobati gejala RA, spondilitis ankilosa, gout, OA.


Dosis : Dewasa : penyakit rematik 100-200 mg sehari dalam 2-4
dosis terbagi, nyeri dismenore 3x sehari 50 mg. Dalam
bentuk suppositoria 100 mg sebelum tidur. Penggabungan
oral dan rectal maksimal 200 mg. Injeksi IM 50-100 mg
tiap 4 jam (maksimal 200 mg dalam 24 jam) selama 3 hari.
Anak tidak dianjurkan.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap aspirin dan AINS lain, gangguan
fungsi ginjal dan hati berat.
Perhatian : Penderita hiperasiditas lambung, hamil, laktasi, gangguan
fungsi ginjal.
Efek Samping : Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, ulkus
peptic, pendarahan, gangguan fungsi ginjal, dan hati,
trombositopenia.
Interaksi Obat : Warfarin, sulfonilurea, atau hidantoin dapat meningkatkan
waktu protrombin atau perdarahan GI, metotreksat.

1.2.3. Dexketoprofen
Nama dagang : Tofedex®
Indikasi : pengobatan gejala dgn intensitas nyeri yg ringan hingga
sedang seperti nyeri akut musculoskeletal, dismenoria, sakit
gigi, dan nyeri setelah operasi
Dosis : 3x1 tab

1.2.4. Ibuprofen
Nama Dagang :
a. *Ibuprofen tab
b. Proris tab, sir
Indikasi : Nyeri ringan – sedang (sakit gigi, kepala, nyeri otot, post
op, reumatik), demam.
Dosis : Dewasa 3-4x sehari 200 mg. Anak (1-12 th) untuk demam
3-4x sehari 5-10 mg/kgBB.
Aturan Pakai : Berikan sesudah makan.
Kontraindikasi : Tukak peptic, penderita riwayat asma, rhinitis, urtikaria.
Perhatian : Riwayat tukak peptic, gangguan ginjal, gagal jantung,
hipertensi, asma, hamil.
Efek Samping : Mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri lambung,
trombositopenia, gangguan penglihatan.
Interaksi Obat : Warfarin.

4
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

1.2.5. Metamizol
Indikasi : rasa sakit baik akut atau kronik, misalnya yang
berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, luka setelah
operasi, rasa sakit yang berhubungan dengan kejang ringan
pada otot, baik akut atau kronik misalnya kejang pada otot
atau kolik yang mempengaruhi saluran pencernaan, saluran
empedu, ginjal atau saluran urin bawah
Dosis : dewasa dan remaja ≥ 15 tahun: oral: dosis tunggal 1 tab,
dosis maksimal, harian 4x1 tab, inj: dosis tunggal 2-5 ml
(im/iv), dosis harian : sampai dengan 10 ml inj
Efek samping : reaksi anafilaktik/anafilaktoid, reaksi kulit dan mukosa
lain, reaksi hematologi, reaksi hipotensi terisolasi

1.2.6. Natrium Diclofenac (tab 25 mg,50 mg & 100 mg)


Nama Dagang :
a. *Natriun diclofenac tab (25mg, 50 mg)
b. Deflamat CR 100
c. Renadinac 50
d. Deflamat 75 mg
Indikasi : AR, spondilitis ankilopetik, OA, spondiliartritis, reumatik,
bursitis, miositis, sinovitis.
Dosis : Dewasa 75-150 mg/hari, Anak ˃ 6 tahun 1-3
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Dolofenac : 3x sehari
1 tablet.
Aturan Pakai : Berikan segera sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif aspirin, laktasi, tukak gastroduodenal, tukak
peptik, asma bronchial, urtikaria.
Perhatian : Asma bronkospasme, gangguan fungsi hati, ginjal dan
jantung, pendarahan, usia lanjut, ulkus peptic, hamil,
laktasi.
Efek Samping : Gangguan GI, pendarahan, ulkus peptic, ruam kulit, sakit
kepala, sindrom steven-johnsons, insufisiensi ginjal akut,
hepatitis, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik
atau aplastik, alergi.
Interaksi Obat : Warfarin, litium, metotreksat, diuretic, beta blocker,
sulfonilurea, levodopa, aminogllikosida, kolkisin, fenitoin,
fenobarbital, digoksin, AINS lain.

1.2.7. Paracetamol
Nama Dagang :
1. *Paracetamol tab, inf
2. *Dumin rect
5
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

3. Dumin tab
4. Sanmol tab, inf,sir, drop
5. Flutamol inf
6. Paramol inf
Indikasi : Nyeri, demam, sakit gigi, migren.
Dosis : Dewasa 0.5-1 gram 4-6 jam/hari, maksimal 4 gram/hari.
Anak (2 bln) 60 mg untuk demam pasca imunisasi, Anak (˂
3 bln) karena demam pasca imunisasi hanya dengan
nasehat dokter, 10 mg/kgBB bila terkena penyakit kuning.
A (3 bln-1 th) 60-120 mg, (1-5 th) 120-250 mg, (6-12 th) :
240 mg, (2-6 th) : 160 mg, (˂ 2 th) : 80 mg, berikan 4x
sehari. Sirup : 3-4x sehari 1-3 sdt. Coditam : 3-4x sehari 1-
2 tab, maks 8 tab/hari. Primadol : Dewasa 3-4 x sehari 1-2
tab, maks 6 tab/hari, Anak (˂ 7 th) : ½-1 tab 3-4x sehari,
maks 3 tab/hari. Sistenol : Dewasa dan Anak (11 th) : 1 tab,
Anak (6-11 th) : ½-1 tab, Anak (1-5 th) : ¼-1/2 tab.
Diberikan 3x sehari. Dolo-neurobion : 2-3x/hari 1 tab.
Aturan Pakai : Sesudah makan. Primadol : 30 menit sebelum makan.
Kontraindikasi : Feokromositoma, disfungsi ginjal dan hati, asma
bronchial akut, hamil, laktasi.
Perhatian : Alkoholik, gangguan hati dan ginjal, asma, infark
miokard, hipertropi prostat, gangguan usus, syok, penyakit
KV.
Efek Samping : Reaksi hematologi, erupsi kulit, mual, muntah,
hiperglikemi, hipoglikemi, kerusakan ginjal, alergi,
gangguan penglihatan, pusing, konstipasi, hipotensi.
Interaksi Obat : Antikolinergik, alkohol, fenotiazin, depressan SSP,
antikoagulan, kumarin, MAOI, indanedion.

1.2.8. Ketorolac
Nama Dagang :
a. *ketorolac inj 3%
b. Remopain inj 3%
Indikasi : Terapi jangka pendek nyeri post op akut, sedang hingga
berat.
Dosis : Pengobatan jangka pendek untuk nyeri, awal 30-60 mg
secara IM, lalu dapat diberikan dosis 15-30 mg tiap 6 jam
bila perlu. Maksimal 120 mg.hari. nyeri sedang pasca op 30
mg. Nyeri berat pasca op 90 mg lama terapi maksima 5
hari.
Aturan Pakai : Secara IM.

6
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontraindikasi : Tukak peptic, pendarahan, perforasi GI, disfungsi ginjal,


penggunaan bersama AINS dan probenesid, laktasi,
gangguan hemostatik.
Perhatian : Pasien yang dapat terapi antikoagulan, haemophilia,
gangguan hematologi, penyakit jantung, gagal ginjal akut,
hipertensi, disfungsi hati, anak ˂ 16 tahun.
Efek Samping : Tukak GI, pendarahan dan perforasi GI, pendarahan pasca
op, gagal ginjal akut, anafilaksis, gagal hati.
Interaksi Obat : Antikoagulan, digoksin, asam salisilat, furosemid,
probenesid, litium, metotreksat, ACE Inhibitor,
antiepilepsi, obat psikoaktif.

1.2.9. Tramadol (tab, inj )


Nama Dagang :
a. Tramal inj, tab, Supp
b. Patral tab (+ paracetamol)
c. *Tramadol inj, kap
Indikasi : Nyeri akut dan kronik yang berat, pasca op.
Dosis : Dewasa dan Anak (˃ 11 th) : 1-8 kapsul/hari. Retard : 1-2
tablet sebagai dosis tunggal. Dosis lazim 400 mg/hari.
Anak (˃ 1 th) 1-2 mg/kgBB/hari. Ampul 50 mg/ml 1-2
ampul secara IM/IV/SK, maksimal 8 ampul/hari. Zaldiar :
Dewasa dan anak (˃ 14 th) : 3-4 tablet/hari, maksimal 8
tablet/hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Ketergantungan obat, hipersensitiv, hipnotik, analgesik,
obat-obat yang bekerja pada SSP, insufisiensi pernafasan
dan ginjal berat.
Perhatian : Penggunaan jangka panjang, gangguan fungsi ginjal dan
hati berat, anak ˂ 16 tahun, hamil, laktasi, epilepsi, kejang.
Efek Samping : Pusing, sedasi, mialgia, sakit kepala, pruritus, mual
muntah, dyspepsia, konstipasi, somnolen, mulut kering,
diare, bingung, keringat berlebihan.
Interaksi Obat : Efek analgesik dan sedasi dapat meningkat dengan adanya
trankuilizer mayor dan obat hipnotik, MAOI non selektif,
alkohol, karbamazepin, agonis-antagonis opiate.

1.2.10. Meloksikam
Nama Dagang:
a. *Meloxicam tab 15 mg; 7,5 mg
b. Loximei 15 tab
c. Moxam 7,5 tab
7
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Ostheo Artritis, Artritis Rheumatoid


Dosis : OA 7.5 mg 1x/hari ditingkatkan 15 mg 1x/hari. AR 15 mg
1x/hari dikurangi menjadi 7.5 mg 1x/hari. Pasien resiko
tinggi awal 7.5 mg 1x/hari. Gagal ginjal maksimal 7.5 mg
1x/hari.
Aturan Pakai : Berikan sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif, penyakit ginjal, hamil, laktasi, anak, tukak
peptic aktif, pendarahan GI.
Perhatian : Gangguan GI, fungsi hati atau ginjal, penyakit hati,
dehidrasi, hipertensi, asma.
Efek Samping : Gangguan GI, edema, nyeri, pusing, sakit kepala, anemia,
insomnia, batuk, infeksi saluran nafas, ruam kulit, pruritus,
ISK.
Interaksi Obat : AINS, antikoagulan, tiklopidin, heparin, trombolitik,
litium, metotreksat, siklosporin.

1.3. Antipirai
1.3.1. Allopurinol (100 mg, 300mg)
Nama Dagang :
a. *Allopurinol tab
b. Purinic tab
Indikasi : Arthritis gout dan produksi asam urat berlebih.
Dosis : Dewasa awal 100 mg/hari, maksimal 800 mg/hari. Pasien
dengan gangguan fungsi ginjal 100-200 mg/hari. Anak ˂ 6
tahun maksimal 150 mg/hari. 6-10 tahun maksimal 500
mg/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Perhatian : Reaksi alergi, gangguan fungsi ginjal, hiperurisemia
asimtomatis, serangan gout akut, hamil, laktasi.
Efek Samping : Reaksi kulit, gangguan GI, diare.
Interaksi Obat : Azatioprin, merkaptopurin, tiazid, antikoagulan, oral,
siklosforin, teofilin, vidarabin.

1.3.2. Colchicine
Nama Dagang :
a. *Recolfar tab
Indikasi : Arthritis gout akut, profilaksis jangka pendek selama awal
terapi dengan allopurinol dan obat urikosurik.
Dosis : Arthritis gout akut : awal 0.5-1.2 mg diikuti dengan 0.5
mg tiap 2 jam sampai nyeri mereda atau timbul mual,
muntah atau diare. Dosis rata-rata : 4-8 mg. Profilaksis

8
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

jangka pendek selama awal terapi dengan allopurinol dan


obat urikosurik : 0.5 mg 1x seminggu atau s/d 1x sehari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Pasien dengan GI serius, penyakit ginjal atau jantung,
diskrasia darah, hamil.
Perhatian : Lansia, pasien debitas, pasien dengan penyakit jantung,
hepatic, ginjal atau GI.
Efek Samping : Neuritis perifer, kelelahan otot, mual, muntah, nyeri
abdomen, diare, urtikaria, anemia aplastika, agranulositosis,
dermatitis, purpura, alopesia.
Interaksi Obat : Dapat mengganggu absorbsi vit B12.

1.3.3. Probenesid
Indikasi : mencegah dan mengurangi kerusakan sendi dan
pembentukan tofi pada penyakit pirai, hiperurisemia
sekunder
Dosis : dewasa: 2x250 mg/hari selama 1 minggu berturut-turut,
delanjutkan 2x500 mg/hari
Efek samping : sakit kepala, gangguan saluran cerna, reaksi hipersensiti
Perhatian : hati-hati terhadap penderita tukak lambung , jangan
diberikan pada penderita dgn pengendapan asam urat pada
ginjal atau penderita diskrasia darah

1.4. Nyeri neuropatik


1.4.1. Amitriptilin (25 mg)
Indikasi : Pasien dengan gejala depresi, ketegangan atau agitasi.
Dosis : Awal 3-4 tablet/hari. Pemeliharaan 2-4 tablet/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Pasien koma, diskrania darah, depresi sumsum tulang,
kerusakan hati dan otak, penggunaan bersama MAOI.
Perhatian : Gangguan KV, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,
kerusakan saluran nafas, terpapar sinar matahari, glaucoma,
peningkatan TIO, retensi urin, ngantuk, ketergantungan,
insomnia, kejang, takikardi.
Interaksi Obat : Guanetidin, alkohol, depresan SSP, reserpin.

1.4.2. Gabapentin
Nama Dagang :
a. *Alpentin tab
Indikasi : Terapi tambahan untuk kejang parsial dengan atau tanpa
generalisasi sekunder.

9
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : Dewasa dan Anak (˃ 12 th), 900-1800 mg/hari, Hari 1 :


300 mg 1x sehari, Hari 2 : 300 mg 2x sehari, Hari 3 : 300
mg 3x sehari, kemudian ditingkatkan maksimal 1200
mg/hari terbagi dalam 3 dosis.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : Gangguan ginjal, hemodialisis, epilepsy petit mal, hamil,
laktasi, lansia, mengganggu kemampuan mengemudi dan
menjalankan mesin.
Efek Samping : Pusing, ataksia, kelelahan, nistagmus, sakit kepala,mual,
muntah, ngantuk, tremor, rasa lelah, ISK, faringitis,
dyspepsia, diplopia, ambliopia, atralgia, asthenia, sindrom
Steven-Johnsons, depresi.
Interaksi Obat : Antasida, simetidin.

1.4.3. Pregabalin
Nama Dagang :
a. Provelyn 75
b. Leptica tab
Indikasi : Nyeri neuropati perifer, terapi kejang parsial dengan atau
tanpa generalisasi sekunder, gangguan ansietas
generalisata.
Dosis : Gangguan ansietas generalisata : 150-600 mg/hari terbagi
dalam 2-3 dosis. Nyeri neuropatik : awal 75 mg 2x sehari,
dapat ditingkatkan sampai 150 mg 2x sehari (3-7 hari),
maksimal 300 mg 2x sehari setelah 1 minggu. Epilepsi :
awal 75 mg 2x sehari, dapat ditingkatkan sampai 150 mg
2x sehari setelah 1 minggu, maksimal 300 mg 2x sehari
sesudah penambahan waktu.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Laktasi.
Perhatian : Pasien intoleransi galaktosa herediter, defisiensi lactase
atau malabdorbsi glukosa-galaktosa, gangguan ginjal,
diabetes, hamil, lansia, anak 12-17 th.
Efek Samping : Pusing, somnolen, peningkatan nafsu makan, bingung,
emosi, labil, impotensi, iritabilitas, gangguan penglihatan
dan vertigo.
Interaksi Obat : Oksikodon, etanol, lorazepam.

1.4.4. Carbamazepin
Nama Dagang :
a. *Carbamazepin tab
b. Bamgetol tab
10
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Epilepsi, manic depresi, neuralgia trigeminal, neuralgia


glosofaringeal.
Dosis : Dewasa awal 400 mg/hari, dosis lazim 400-600 mg/hari,
maksimal 1.6 gram/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Blokade AV, depresi sumsum tulang, penggunaan
bersama dengan MAOI.
Perhatian : Gangguan KV berat, kelainan hati dan ginjal, lansia,
peningkatan TIK, hamil, laktasi.
Efek Samping : Pusing, ataksia, alergi kulit, sindrom Steven Johnson,
hepatitis, SLE, gagal jantung kongestif, halusinasi, agitasi,
depresi.
Interaksi Obat : Kontrasepsi oral, alkohol.

1.5. Nootropik & neurotropik


1.5.1. Mecobalamin
Nama Dagang :
1. *Mecobalamin kap
2. Lapibal kaps
3. Bertico kaps, inj
Indikasi : Terapi neuropati perifer.
Dosis : Dewasa 500 mcg 3x sehari.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : Neonatus, bayi premature, anak.
Efek Samping : Anoreksia, mual, diare, ruam kulit

2. Anastetik
2.1. Anastetik Lokal
2.1.1. Bupivacain (0,5%)
Nama Dagang :
a. *Bupivacain inj
Indikasi : Anastesi spinal.
Dosis : D : sesuai bobot pasien dan tindakan bedah.
Kontraindikasi : Anastesi regional IV, penyakit SSP akut, septicemia, syok
kardiogenik, hipovolemik, gangguan koagulasi.
Perhatian : Hipovolemia, penyakit jantung koroner atau KV,
gangguan neurologis kronis, mengganggu kemampuan
mengemudi, hamil.
Efek Samping : Hipotensi, bradikardi, sakit kepala, depresi KV, depresi
pernafasan, komplikasi neurologis.
Interaksi Obat : Anastesi lokal lain, obat antiaritmia.

11
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

2.1.2. Etil klorida


Indikasi : anastesi lokal dan nyeri otot wajah (myofascial)
Dosis : anastesi lokal ; digunakan secara topikal 3-7 dtk, dari
jarak 3-9 inci hingga kulit mulai berubah menjadi putih.
Nyeri otot wajah: digunakan teknik spray dan stretch dari
jarak 12-18 inci secara topical pada kulit dg sudut lancip
utk mengurangi efek syok; langsung semprot secara
parallel 1,5-2 cm dg kecepatan 4 inci per detik, berlanjut
hingga seluruh otot tertutup.

2.1.3. Lidocain
Nama Dagang :
a. *Xylocain jelly, spray
b. *Pehacain (+adrenalin)
c. *Lidocain inj2%
Indikasi : Anastesi lokal.
Dosis : 1 ampul.
Aturan Pakai : IM atau SC.
Kontraindikasi : Inflamasi lokal, sepsis, septicemia, tirotoksikosis,
ekstermitas, hipersensitif terhadap anastesi tipe amida.
Perhatian : Hipertensi berat, penyakit arteriosklerotik, insufisiensi
KV, blok jantung.
Efek Samping : Kecemasan, pusing, penglihatan kabur, sedasi, tinnitus,
gangguan GI.
Interaksi Obat : Potensiasi dengan aritmia, adrenalin menekan respon
antidepresan trisiklik, penghambat saraf adrenergic &
resiko aritmia jantung meningkat.

2.1.4. Ropivacain
Indikasi : anastesi pembedahan (blockade epidural untuk
pembedahan,diantaranya pembedahan Caesar,blockade
saraf perifer, dan anastesi infiltrasi) penatalaksanaan nyeri
akut
Dosis : disesuaikan dengan status kesehatan pasien dan prosedur
alami. Epidural lumbal: pembedahan, 15-25 ml dari larutan
7,5mg/ml
Pembedahan cesar: 15-20 ml dari 7,5 mg/ml larutan dari
dosis total (dosis total maksimum 150 mg)
Epidural torak (untuk blockade nyeri pasca bedah): sampai
dengan 30 ml dari larutan 7,5mg/ ml

12
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

2.2. Anastesi Umum dan Oksigen


2.2.1. Deksmedetomidin
Indikasi : efek sedative dan analgesic untuk individu yang dirawat
di ruang perawatan intensif
Dosis : dosis muatan: 1 mcg/kgbb selama 10 mnt, diikuti dengan
dosis pemeliharaan 0,2-0,7 mcg/kgbb/jam, disesuaikan
untuk mendapatkan efek sedative yg diinginkan
Kontra indikasi : pemberian bolus inj
Efek samping : hipotensi, hipertensi, bradikardi, mual, mulut kering,
hipoksia, somnolen

2.2.2. Propofol
Nama Dagang :
a. *Fresofol
Indikasi : Induksi & pemeliharaan anastesi umum, sedasi selama
perawatan intensif.
Dosis : Induksi anastesi umum : D < 55 th, awal 40 mg IV bolus
perlahan dengan interval 10 detik, dosis normal 2-2.5
mg/kgBB. D > 55 th 1-1.5 mg/kgBB. A > 8 th, 2.5
mg/kgBB IV bolus secara perlahan.
Perhatian : Insufisiensi jantung, pernafasan, ginjal, hati, pasien
hipovolemik, epilepsi, hamil, laktasi.
Efek Samping : Hipotensi, apneu, epilepsi, kejang, edema pulmonal, sakit
kepala, mual, muntah.
Interaksi Obat : Opiat menimbulkan depresi pernafasan.

2.2.3. Sevofluran
Nama Dagang :
a. *Soujorn inj
Indikasi : Untuk induksi dan pemeliharaan anastesi.
Dosis : Induksi nafas tunggal : 8 %, pemeliharaan 0.5-3 % dengan
atau tanpa digunakan bersama nitrogen oksida.
Kontraindikasi : Diduga atau diketahui memiliki kerentanan genetik
terhadap hipertermia malignan.
Perhatian : Penyakit arteri koroner, kerusakan ginjal & hati,
peningkatan TIK, laktasi.
Efek Samping : Depresi kardio-respirasi yang tergantung pada dosis obat,
mual, muntah, hipotensi.
Interaksi Obat : Menimbulkan potensiasi kerja dari obat relaksan otot non
depolarisasi.

13
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

2.2.4. Isofluran
Nama Dagang :
a. *Terrel inj
Indikasi : Anastesi inhalasi umum.
Dosis : Induksi anastesi : konsentrasi awal 0.5 %. Anastesi
bedah : 1.3-3 % selama 7-10 menit. Mempertahankan
anastesi selama pembedahan : 1-2.5 % dengan pemberian
simultan N2O & O2.
Kontraindikasi : Riwayat hipertermia maligna, disfungsi hati, ikterik,
demam yang tak dapat dijelaskan, lekositosis, eosinofilia.
Perhatian : Monitor pernafasan secara ketat, miastenia gravis, hamil,
laktasi, hipotensi.
Efek Samping : Hipotensi arterial, peningkatan denyut jantung, depresi
nafas, gangguan fungsi hati, ikterus & kerusakan hati,
mual, muntah, menggigil, ruam.
Interaksi Obat : MAOI non selektif, alfa & beta simpatomimetik,
menghambat kerja beta blocker, meningkatkan efek
hepatotoksik dari INH, analgesik morfin, antagonis
kalsium, obat pelemah otot.

2.2.5. Halotan
Indikasi : anastesi inhalasi umum
Dosis : dosis individual
Interaksi obat : aritmia jantung dengan adrenalin. Potensi menghambat
neuromuskuler dengan galamin dan d-tubokurarin

2.2.6. Ketamin
Indikasi : anastetik tunggal untuk prosedur operasi dan diagnostic ;
induksi anastetik sebelum digunakan anastetik umum
lainnya ; sebagai tambahan pada pemberian anastetik
berpotensi rendah
Dosis : pemakaian untuk bolus inj; induksi : iv: dosis awal 1-4,5
mg. pemberian secara perlahan-lahan,IM: dosis permulaan
6,5-10 mg
Efek samping : depresi pernafasan, hipotensi, bradikardi, aritmia dan
psikologis

2.2.7. Thiopental
Indikasi : induksi anastesi sebelum pemberian obat anastesi lain,
sebagai tambahan terhadap anastesi regional,menghasilkan
efek hipnotik selama anastesi bersama dengan obat
analgesic atau relaksasi otot, mengendalikan kondisi kejang
14
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

selama atau setelah anastesi inhalasi, anastesi lokal atau


yang disebabkan oleh factor lainnya , pada pasien bedah
syaraf yang mengalami peningkatan TIK, jika ventilasi
adekuat, sebagai narkoanalisis dan narkosintesis pada
gangguan psikiatri
Dosis : dws,kejang:75-125 mg. bila perlu dapat ditingkatkan s/d
250 mg. status epilepsy umum tipe tonik-klonik: awal 5
mg/kgbb dalam 30 mnt diikuti dg infus kontinu 1-3
mg/kgbb/jam selama 12 jam atau lebih setelah kejang reda.
Peningkatan TIK akut : 1,5-5 mg/kg scr intermitten. Koma
terapetik pada peningkatan TIK scr persisten : 10-30
mg/kgbb atau dosis lebih tinggi 20 mg/kgbb selama 1 jam
diikuti dg infus kontinu 1-3 mg/kgbb/jam yang dititrasi
sesuai respon klinis. Narkoanalisis : 100 mg/mnt pada
pasien yang disuruh dg menghitung mundur mulai dari
angka 100. Hentian pemberian jika penghitungan mundur
mulai terganggu dan sebelum pasien tertidur. Lansia : dosis
sebaiknya dikurangi 10 %per decade usia mulai kisaran :
20-80 thn. Anak status epileptikus 10-30 mg/kgbb. Dosis
pemeliharaan 5-55 mg/kgbb/jam atau dosis awal 5
mg/kgbb/jam dan ditingkatkan secara bertahap 1-2
mg/kgbb/jam selama 6-8 jam hingga aktivitas listrik pada
otak mengalami supresi
Efek samping : depresi pernafasan , apnea dan hipoventilasi, hipotensi
berat, epresi miokard, aritmia jantung, kecepatan denyut
jantung, ,depresi sirkulasi, flebitis, iritasi jaringan pada
tempat injeksi, nekrosis

2.3. Obat untuk Prosedur Pre Operatif


2.3.1. Atropine sulfat
Nama Dagang :
a. *Atropine sulfat inj
Indikasi : antikolinergik digunakan sebagai pengobatan pra operasi
dan obat penenang antisialogogue
Dosis : D: 0,4-0,6 mg, A: 0,01 mg/kg (maksimal 0,4 mg), Bayi:
0,04 mg/kg (bayi < 5 kg) atau 0,03 mg/kg (bayi 5 kg).
Dosis ini dapat diulang setiap 4-6 jam jika sangat
diperlukan
Aturan Pakai : sub kutan, intra muscular dan intra vena
Kontraindikasi : Galukoma, Adhesi (synechiae) antara iris dan lensa,
stenosis pylorus dan hipersensitif terhadap atropine

15
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : hamil, laktasi, lansia, geriatric, retensi urin, takikardia dan


prostat
Efek Samping : atropine dapat menyebabkan sindrom antikolinergik
pusat, ditandai dengan perkembangan gejala dari
kegelisahan dan hulusinasi ntuk sedasi dan ketidaksadaran.
Sindrom ini lebih mungkin dengan skopolamin
dibandingkan dengan atropine. Physostigmin adalah obat
antikolinesterase mampu melintasi penghalang darah otak,
yang digunakan dalam perawatan sindrom ini.
Interaksi Obat : atropine dapat mengganggu penyerapan obat lain dari
saluran pencernaan sekunder untuk pengosongan lambung
menurun dan motilitas lambung. Antisialogogue efek
atropine dapat juga menonjolkan bila digunakan dengan
obat lain dengan aktivitas antikolinergik seperti
antidepresan trisiklik, antipsikotik, beberapa antihistamin
dan obat-obatan antiparkinson.

2.3.2. Diazepam
Nama Dagang :
a. *Diazepam tab , inj
b. Valisanbe tab
c. *Stesolid rect 5 mg, 10 mg
Indikasi : Neurotik, psikosomotik, reumatik, status epileptkus.
Dosis : Dewasa 2-5 mg, Anak (6-14 th) 2-4 mg, (˂ 6 th) 1-2 mg,
diberikan 3 x sehari. Ampul 5-10 mg IM/IV.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Psikosis berat, glaucoma sudut akut sempit, bayi
premature, asma akut, miastenia gravis, hamil trimester I.
Perhatian : Epilepsi, gangguan KV, hatu dan ginjal, insufisiensi
pernafasan, hamil, laktasi, neonatesm lansia.
Efek Samping : Retensi urin, depresi pernafasan, hipotensi, tremor,
vertigo, konstipasi, gangguan mental, ngantuk, amnesia,
ketergantungan, penglihatan kabur.
Interaksi Obat : Asam valproat, penyekat beta, simetidin, alkohol,
depresan SSP.

2.3.3. Midazolam
Nama Dagang:
a. *Dormicum inj
Indikasi : Premedikasi sebelum induksi anastesi, zat induksi pada
anastesi umum.

16
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : IM medikasi Pra-op dosis lazim 5 mg. D : 0.025-0.05


mg/kgBB. IV induksi anastesi & sedasi 10 mg.
Kontraindikasi : Glaukoma akut sudut sempit, miastenia gravis, koma,
syok, bayi premature.
Perhatian : Insufisiensi paru, depresi pernafasan, gangguan fungsi
hati dan ginjal, hamil trimester I, laktasi, lansia.
Efek Samping : Kardiorespirasi, sakit kepala, mual, muntah, batuk,
oversedasi, mengantuk, halusinasi.
Interaksi Obat : Morfin, fentanil, droperidol, antidepresan, analgetik,
anastesi, eritromisin, verapamil, itrakonazole,
ketokonazole, diltiazem, simetidin

3. Antialergi dan Obat untuk Anafilaksis


3.1.1. Dexametason
Nama Dagang :
a. *Dexametason tab, inj
b. Kalmetason inj
Indikasi : Alergi, penyakit kolagen, reumatik, leukimia dan
limfoma, syok, penyakit pernafasan, gangguan
hematologik, edema.
Dosis : Dewasa oral 0.5-10 mg/hari tiap 6 jam selama 2-10 hari.
Anak 0.2-5 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis, TB aktif atau
statis, infeksi akut.
Perhatian : Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi,
gagal ginjal kronik, uremia, usia lanjut, hamil.
Efek Samping : Retensi air dan garam, edema, hipertensi, gagal mental,
pankreatitis, gangguan penglihatan, atrofi, nafsu makan
meningkat, pertumbuhan lambat.
Interaksi Obat : Efektifitas, berkurang dengan fenitoin, antibiotik lain,
fenobarbital, rifampisin, vitamin A, tetrasiklin dan
antibiotik lain, tiazid. Antikoagulan oral, hipoglikemik oral
dan salisilat.

3.1.2. Dipenhidramin HCl


Indikasi : Kelainan alergi seperti hay fever, rhinitis alergi,
konjungtivitas, urtikaria.
Dosis : D : 10-50 mg/hari, A : 5 mg/kgBB/hari.
Aturan Pakai : Diminum setelah makan.
Kontraindikasi : Neonatus, bayi premature, serangan asma akut.

17
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Glaucoma sudut sempit, hamil, retensi urin, jangan


mengemudikan kendaraan atau mesin, hipertrofi prostat.
Efek Samping : Sedasi, ggn GI, hipotensi, sakit kepala, kelelahan otot,
stimulasi SSP, efek muskarini.
Interaksi Obat : Alkohol, obat depresan SSP, antikolinergik.

3.1.3. Epinefrin/adrenalin
Indikasi : henti jantung (untuk resusitasi jantung-paru).
Dosis : epinefrin 1:10.000 (1 mg/10 mL) dalam dosis 10 mL
secara injeksi intravena sentral.
Perhatian : penyakit jantung, diabetes melitus, hipotiroidisme,
hipertensi, aritmia, penyakit serebrovaskuler.
Efek Samping : ansietas, tremor, takikardi, sakit kepala, ekstremitas
dingin; pada dosis berlebih aritmia, pendarahan otak,
edema paru, mual, muntah, berkeringat, letih, hipoglisemia.

3.1.4. Cetirizin
Nama Dagang :
a. *Cetirizin kap
b. Cetaler tab
c. Ozen tab, syr
d. Ritez tab
Indikasi : Rhinitis alergi menahun, rhinitis alergi musiman, &
urtikaria idiopatik kronik.
Dosis : D & A (> 12 thn) : 1 tab 1x /hari. Penderita ggn ginjal : ½
tab 1x /hari. Tetes : D & A (≥ 12 THN) : 1 ml 1x /hari. A
(6-12 thn) 1 ml/hari. (2-6 thn) : 0.5 ml/hari. Diberikan
tunggal atau terbagi dalam 2 dosis. Sirup : D & A (> 12
thn) : 10 mg 1x /hari.
Aturan Pakai : Bersama makanan.
Kontraindikasi : Laktasi, riwayat hipersensitif terhadap cetirizine.
Perhatian : Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau
menjalankan mesin. Hamil & laktasi. Penderita epilepy.
Efek Samping : Sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering,
gangguan GI, reaksi pada kulit.
Interaksi Obat : Alkohol.

3.1.5. Chlorpheniramin maleat


Indikasi : Hay fever, urtikaria, asma bronchial, rhinitis alergi, &
reaksi alergi lain.
Dosis : D : 4 mg 3-4x sehari. A (6-12 thn) : 2 mg 3-4x sehari, (2-6
thn) : 1 mg 3-4x sehari.
18
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Aturan Pakai : Diminum bersama atau tanpa makanan.


Kontraindikasi : Infeksi sal. Nafas atas, bayi premature.
Perhatian : Glaucoma sudut sempit, hamil, hipertrofi prostat, retensi
urin.
Efek Samping : Sedasi, ggn GI, antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot,
sakit kepala.
Interaksi Obat : Alkohol, SSP depresan, antikolinergik.

3.1.6. Loratadin
Indikasi : Rhinitis alergi, urtikaria kronik, & penyakit alergi lain
pada kulit.
Dosis : D, lansia, A ( > 12 thn) : 10 mg 1x/hr. A (2-12 thn dengan
BB > 30 kg) : 10 mg 1x /hr, (BB < 30 kg) 5 mg 1X /HR.
Ggn fungsi hati berat awal 5 atau 10 g/hr. Sirup : D & A (>
12 thn) : 10 ml 1x /hr, (BB < 30 KG) : 5 ml 1x /hr.
Aturan Pakai : Diberikan bersama makanan.
Kontraindikasi : Anak < 2 th, bayi premature, asma akut.
Perhatian : Ggn hati berat. Hamil & laktasi.
Efek Samping : Lelah, sakit kepala, somnolen, mulut kering, ggn
pencernaan, nausea, gastritis, ruam, nyeri, sedasi.
Interaksi Obat : Ketokonazol, simetidine, eritromisin.

4. Antidote dan Obat Lain untuk Keracunan


4.1. Khusus
4.1.1. Atropine sulfat
Nama Dagang :
a. *Atropine sulfat inj, tab
Indikasi : antikolinergik digunakan sebagai pengobatan pra operasi
dan obat penenang antisialogogue
Dosis : D: 0,4-0,6 mg, A: 0,01 mg/kg (maksimal 0,4 mg), Bayi:
0,04 mg/kg (bayi < 5 kg) atau 0,03 mg/kg (bayi 5 kg).
Dosis ini dapat diulang setiap 4-6 jam jika sangat
diperlukan
Aturan Pakai : sub kutan, intra muscular dan intra vena
Kontraindikasi : Galukoma, Adhesi (synechiae) antara iris dan lensa,
stenosis pylorus dan hipersensitif terhadap atropine
Perhatian : hamil, laktasi, lansia, geriatric, retensi urin, takikardia dan
prostat
Efek Samping : atropine dapat menyebabkan sindrom antikolinergik
pusat, ditandai dengan perkembangan gejala dari
kegelisahan dan hulusinasi ntuk sedasi dan ketidaksadaran.
Sindrom ini lebih mungkin dengan skopolamin
19
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

dibandingkan dengan atropine. Physostigmin adalah obat


antikolinesterase mampu melintasi penghalang darah otak,
yang digunakan dalam perawatan sindrom ini.
Interaksi Obat : atropine dapat mengganggu penyerapan obat lain dari
saluran pencernaan sekunder untuk pengosongan lambung
menurun dan motilitas lambung. Antisialogogue efek
atropine dapat juga menonjolkan bila digunakan dengan
obat lain dengan aktivitas antikolinergik seperti
antidepresan trisiklik, antipsikotik, beberapa antihistamin
dan obat-obatan antiparkinson.

4.1.2. Efedrin
Indikasi : asma, bronchitis, emfisema
Dosis : 0,5-1 ml SK

4.1.3. Kalsium gluconat


Inj 10%

4.1.4. Naloxon HCl


Indikasi : Pemulihan total atau sebagian dari depresi opiate, &
overdosis opiate akut, depresi pernafasan.
Dosis : D : Overdosis opiate : 0.4-2 mg IV, dapat diulang dengan
interval 2-3 menit.
Aturan Pakai : Dapat diberikan secara IM/SC jika IV tidak dapat
diberikan.
Perhatian : Penyakit kardiovaskuler, dapat menimbulkan sindroma
putus obat akut, hindari tindakan penghentian terapi
pemulihan depresi opiate secara mendadak.
Efek Samping : Hipotensi, hipertensi, takikardi, fibrilasis ventricular,
dispnea, edema paru, kematian, koma, henti jantung.
Interaksi Obat : Bisulfit, metabisulfit, anion rantai panjang, larutan dengan
pH basa.

4.1.5. Natrium Bicarbonat


Tab 500 mg, inj 8,4 % (IV)

4.1.6. Natrium tiosulfat


Inj 25% (IV)

4.1.7. Protamin sulfat


Indikasi : menetralkan aktivitas antikoagulan heparin. Pengobatan
over dosis heparin dan pada hemodialisa
20
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : dalam 15 mnt penyuntikan heparin, 10 mg protamin akan


menetralkan 1000 ui heparin,bila 30 mnt setelah
penyuntikan heparin 1000 ui,hanya 5 mg protamin sulfat
yang dibutuhkan
Efek samping : muka merah, hipotensi,bradikardi, dispnoe

4.1.8. Neostigmin
Nama dagang :
a. *Neostigmin inj
Indikasi : lihat dosis
Dosis : miastenia gravis: 1 ml larutan 0,05% (0,5 mg) suntikan
SK/IM, kemudian dosis harus didasarkan respon individu.
Pencegahan dan pengobatan distensi setelah operasi dan
retensi kemih : 0,5 ml larutan 0,05% (0,25 mg) suntikan
SK/IM segera setelah operasi,ulang tiap 4-6 jam untuk 2
atau 3 hari. Pengobatan distensi pasca operasi: 1 ml larutan
0,05% (0,5mg) suntikan SK/IM, jika perlu. Pengobatan
retensi kemih : 1 ml larutan 0,05% (0,5 mg) suntikan
SK/IM; jika urinasi tidak terjadi dalam 1 jam pasien harus
dikateter;setelah kandung kemih kosong, lanjutkan suntikan
0,5 mg tiap 3 jam untuk paling tidak 5 suntikan.
Pembalikan efek zat blok neuromuskulus non depolarisasi :
dosis lazim 0,5-2 mg prostigmin suntikan IV perlahan-
lahan, ulangi jika perlu
Kontraindikasi : hipersensitiv, pasien peka bromide, peritonitis atau
penyakit tumbatan mekanik sal cerna atau saluran kemih
Perhatian : Miastenia gravis, gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit KV berat, penyakit neuromuskuler lainnya.
Efek Samping : Sensasi panas dan kemerahan pada kulit, hipotensi
sementara.
Interaksi Obat : Relaksan otot, anastesi inhalasi, aminoglikosida,
antibiotik polipeptida, litium, garam Mg, prokainamid,
kuinidin, antiaritmia, diuretik.
4.2. Umum
4.2.1. Karbon aktif
Indikasi : diare, kembung
Efek samping : muntah, konstipasi, feses hitam
Interaksi obat : antidotum oral spesifik.menurunkan kerja obat
ipecacuanha dan emetic lain.
4.2.2. Magnesium sulfat
Indikasi : Hipomagnesemia, kejang pada pre-eklamsia atau
eklamsia, aritmia, pencahar.
21
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : Individu.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Gangguan fungsi ginjal.
Efek Samping : Gangguan neuromuscular, diare, hipotensi.
Interaksi Obat : Alkohol, penghambat kanal Ca, cacitriol, kuinolon,
tetrasiklin.

5. Antiepilepsi- antikonvulsi
5.1. Diazepam
Nama Dagang :
a. *Diazepam tab , inj
b. Valisanbe tab
c. *Stesolid rect 5 mg, 10 mg
Indikasi : Neurotik, psikosomotik, reumatik, status epileptkus.
Dosis : Dewasa 2-5 mg, Anak (6-14 th) 2-4 mg, (˂ 6 th) 1-2 mg,
diberikan 3 x sehari. Ampul 5-10 mg IM/IV.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Psikosis berat, glaucoma sudut akut sempit, bayi
premature, asma akut, miastenia gravis, hamil trimester I.
Perhatian : Epilepsi, gangguan KV, hatu dan ginjal, insufisiensi
pernafasan, hamil, laktasi, neonatesm lansia.
Efek Samping : Retensi urin, depresi pernafasan, hipotensi, tremor,
vertigo, konstipasi, gangguan mental, ngantuk, amnesia,
ketergantungan, penglihatan kabur.
Interaksi Obat : Asam valproat, penyekat beta, simetidin, alkohol,
depresan SSP.

5.2. Fenitoin
Nama Dagang :
a. *Fenitoin kap , inj
b. Kutoin
Indikasi : Mengontrol serangan epilepsy grand mal dan psikomotor.
Dosis : Dewasa 1 kapsul 3x sehari, pemeliharaan 3-4 kapsul/hari,
Anak Awal 5 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi.
Maksimal 300 mg/hari. Pemeliharaan 4-8 mg/kgBB/hari.
Injeksi : 150-250 mg IV perlahan diikuti 100-150 mg jika
perlu.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Pemberian IV pada sinus bradikardi.
Perhatian : Penghentian terapi tiba-tiba, gangguan fungsi hati,
diskradia darah, hamil.

22
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek Samping : Nistagmus, ataksia, bingung, pusing, insomnia, gugup,


mual, muntah, konstipasi, kerusakan hati dan hepatitis,
anemia.
Interaksi Obat : Amiodaron, kloramfenikol, klordiazepoksid, diazepam,
dikumarol, halotan, INH, fenotiazin, fenilbutazon, asam
valproat, digitoksin, antikoagulan, karbamazepin,
simetidin, alkohol, dll.

5.3. Fenobarbital
Nama Dagang:
a. *Fenobarbital inj, tab
b. Sibital inj, tab
Indikasi : Antikonvulsan, hipnotik-sedativ.
Dosis : Tab : Dewasa 1-3x sehari 1 tablet. Injeksi : Antikonvulsan
: Dewasa 100-125 mg IV, maksimal 600 mg/hari, Anak dan
Bayi : 15-20 mg/kgBB IV dengan kecepatan 1-2
mg/kgBB/menit. Sedatif : Dewasa 30-120 mg/hari IM/IV
dalam 2-3 dosis terbagi. Pra Op : Dewasa 120-200 mg IM
6-9 menit sebelum operasi, Anak 1-3 mg/kgBB IM/IV 6-9
menit sebelum operasi. Insomnia : Dewasa 100-325 IM/IV.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Penyakit hati, ginjal, asma, emfisema, anemia berat,
parkinson, depresi pernafasan, hamil, laktasi.
Perhatian : Depresi mental, gangguan fungsi hati, ginjal atau
pernafasan, depresi pernafasan, mengganggu kemampuan
mengemudi kendaraan.
Efek Samping : Vertigo, ngantuk, hilang kesadaran, gelisah, kebingungan,
pusing, ataksia, depresi, agitasi, ruam kulit.
Interaksi Obat : Asam valproat, MAOI, kortikosteroid, antikoagulan,
griseofulvin, doksisiklin, estradiol, estrogen progesteron.

5.4. Karbamazepin
Nama Dagang :
c. *Carbamazepin tab
d. Bamgetol tab
Indikasi : Epilepsi, manic depresi, neuralgia trigeminal, neuralgia
glosofaringeal.
Dosis : Dewasa awal 400 mg/hari, dosis lazim 400-600 mg/hari,
maksimal 1.6 gram/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Blokade AV, depresi sumsum tulang, penggunaan
bersama dengan MAOI.
23
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Gangguan KV berat, kelainan hati dan ginjal, lansia,


peningkatan TIK, hamil, laktasi.
Efek Samping : Pusing, ataksia, alergi kulit, sindrom Steven Johnson,
hepatitis, SLE, gagal jantung kongestif, halusinasi, agitasi,
depresi.
Interaksi Obat : Kontrasepsi oral, alkohol.

5.5. Klonazepam
Nama dagang :
a. *Riklona tab 2 mg
Indikasi : obat tunggal atau tambahan pada sindrom “lennox gastaut
“ serangan miklonik dan akinetik, epilepsy, petit mal, grand
mal
Dosis : dosis awal : ,10 th (BB sampai 30 kg) : 0,01-0,03
mg/kgbb/hr. > 10 th
Efek samping : mengantuk, letih, pusing, kepala terasa ringan dan ataksia.
Depresi pernafasan dapat terjadi terutama bila klonazepam
diberikan secara iv. Menyebabkan peningkatan produksi air
liur dan sekresi bronkus. Gejala “withdrawal” dapat terjadi
setelah penggunaan jangkapanjang.

5.6. Lamotrigin
Indikasi : monoterapi dan terapi tambahan epilepsy
Dosis : dws; monoterapi, dosis awal sehari 1x25 mg selama 2
minggu; diikuti sehari 1x50 mg selama 2 minggu; dosis
pemeliharaan sehari 100-200 mg. add- on terapi :tanpa
valproat, dosis awal sehari 1x50 mg selama 2 minggu,
diikuti sehari 1x100 mg. dosis pemeliharaan : sehari 1x100-
200 mg. anak 2-12 th: add-on terapi, tanpa valproat, dosis
awal 2 mg /kgbb/hari selama 2 minggu diikuti 5
mg/kgbb/hari selama 2 minggu, dosis pemeliharaan 5-15
mg/kgbb selama 2 minggu diikuti sehari 0,5 mg/kgbb
selama 2 minggu, dosis pemeliharaan; sehari 1-5 mg/kgbb.

5.7. Levetirasetam
Indikasi : terapi penunjang utk parsial onset dari bangkitan dgn atau
tanpa generalisasi sekunder pada pasien epilepsy
Dosis : dws dan anak >16 thn: awal; sehari 2x500 mg,
ditingkatkan sampai dengan sehari 2x1500 mg. perubahan
dosis dibuat berupa peningkatan atau penurunan sebesar
sehari 2x500 mg setiap 2-4 minggu

24
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek samping : astenia somnolen, cedera akibat kecelakaan, sakit kepala,


anoreksia, diare, dyspepsia,mual, amnesia, ataksia, kejang,
depresi, pusing, emosi labil.

5.8. Magnesium sulfat


Indikasi : Hipomagnesemia, kejang pada pre-eklamsia atau
eklamsia, aritmia, pencahar.
Dosis : Individu.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Gangguan fungsi ginjal.
Efek Samping : Gangguan neuromuscular, diare, hipotensi.
Interaksi Obat : Alkohol, penghambat kanal Ca, cacitriol, kuinolon,
tetrasiklin.

5.9. Topiramat
Indikasi : monoterapi pada pasien yg baru didiagnosa epilepsy atau
sebagai konversi ke monoterapi pada pasien epilepsy.
Terapi tambahan utk dewasa dan anak >2 thn dg onset
kejang parsial atau epilepsy primer. Terapi tambahan utk
dws dan anak dg kejang yg berhubungan dgn sindroma
lennox gastaut.
Dosis : monoterapi ; dws; awal sehari 25 mg diberikan pada
malam hari selama 1 minggu. Dosis dapat ditingkatkan
pada interval 1-2 minggu sebesar sehari 25-50 mg
diberikan dalam 2 dosis terbagi; dosis awal yg dianjurkan:
sehari 100 mg; dosis harian anjuran maks; 500 mg; anak>2
thn : awal 0,5-1 mg/kgbb tiap malam selama 1 minggu,
ditingkatkan pada interval 1-2 minggu dgn penambahan
0,5-1 mg/kgbb/hari diberikan dlm 2 dosis terbagi ; dosis
awal yang dianjurkan : 3 mg/kgbb/hari; anak yg baru saja
didiagnosa mengalami onset kejang parsial: diberikan dosis
sampai dgn sehari 500 mg; terapi tambahan: dws;awal 25-
50 mg tiap malam selama 1 minggu. Dosis ditingkatkan
sampai dgn sehari 100 mg dgn interval 1-2 minggu,
diberikan dalam 2 dosis terbagi; anak > 2thn: awal 25 mg
diberikan tiap malam selama 1 minggu pertama. Dosis
ditingkatkan sebesar 1-3 mg/kgbb/hari dlm 2 dosis terbagi
dgn interval 1-2 minggu. Dosis lazim 5-8 mg/kgbb/hari
diberikan dalam 2 dosis terbagi.

5.10. Asam valproat


Nama Dagang :
25
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. *Depaken sir
b. *Depakote tab
Indikasi : Terapi tambahan pada kejang petit mal sederhana dan
kompleks. Juga kejang multiple.
Dosis : Awal 15 mg/kgBB/hari, ditingkatkan dengan interval 1
minggu. 5-10 mg/kgBB/hari, maksimal 60 mg/kgBB/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Gangguan fungsi dan penyakit hati.
Perhatian : Riwayat penyakit hati, pasien yang mendapat
antikonvulsan, anak dengan kelainan metabolic congenital
yang menyertai retardasi mental, penyakit otak organic,
hamil, anak ˂ 2 th.
Efek Samping : Pendarahan, memar, hiperammonemia, mual, muntah,
peningkatan nafsu makan, trombositopenia, anemia,
penekanan sumsum tulang belakang, pancreatitis, iritasi GI.
Interaksi Obat : Antiepilepsi, obat depressan SSP, aspirin, barbiturate,
warfarin, dikumarol.

6. Antiinfeksi
6.1. Antelmintik
6.1.1. Antelmintik intestinal
6.1.1.1. Albendazol
Nama Dagang :
a. *Albendazol tab
Indikasi : Infeksi cacing : Ascaris lumbricoides. Trichuris trichiura.
Necator americanus. Ancylostoma duodenale. Enterobius
vermicularis. Strongyloides stercolaris. Taenia sp.
Dosis : D & A (> 2 th) : 1 tablet atau 1-2 sdt diberikan 1x sehari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : Anak < 2 tahun.
Efek Samping : Gangguan GI.

6.1.1.2. Mebendazol
Indikasi : trikuriasis, askariasis, oxyuriasis, ankilostomiasis
Dosis : 1 tab sebagai dosis tunggal
Efek samping : gangguan saluran cerna

6.1.1.3. Pirantel pamoat


Nama Dagang :
a. *Pirantel pamoat tab
b. Combantrin tab, susp

26
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Enterobiasis, askariasis, ankilostomiasis,


trichostrongiliasis, nekatoriasis.
Dosis : A (> 12 th) : 450-750 mg 1x /hari, (6-12 th) : 250-375 mg
1x /hari, (2-6 th) : 125-250 mg 1x /hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap pirantel pamoat.
Perhatian : Pasien dengan gangguan fungsi hati. Anak < 12 th. Hamil.
Efek Samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing,
mengantuk, kulit kemerahan.
Interaksi Obat : Efek antagonis dengan piperazin sitrat

6.1.1.4. Prazikuantel

Indikasi : skistosomiasis
Dosis : 40 mg/kgbb dalam 2 dosis terbagi dengan interval 4-6 jam
dalam satu hari

6.1.2. Antifilaria
6.1.2.1. Dietilkarbamazin

Indikasi : mengatasi microfilaria dan bentuk dewasa dari loa-loa,


wuchereria Bancroft dan brugia malayi
Dosis : dimulai dg dosis 1 mg/kgbb pada hari pertama dan
ditingkatkan secara bertahap menjadi 6 mg/kgbb dalam
dosis terbagi selama 3 hari. Dosis ini dipertahankan selama
21 hari

6.1.3. Antisistosoma
6.1.3.1. Prazikuantel

Indikasi : skistosomiasis
Dosis : 40 mg/kgbb dalam 2 dosis terbagi dengan interval 4-6 jam
dalam satu hari

6.2. Antibakteri
6.2.1. Beta laktam
6.2.1.1. Amoksisilin
Nama Dagang :
a. *Amoxicillin tab
b. Amoxan sir, tab , drop
c. Amobiotik sir, tab , drop

27
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Infeksi sal. Nafas atas dan bwah, infeksi sal. Cerna,
saluran urogenital, ISK, vaginitis gonokokal, meningitis,
infeksi kulit & jaringan lunak, infeksi tulang & sendi.
Dosis : Kaps/sirup : D & A (˃ 20 Kg) : 250-500 mg tiap 8 jam. A
(˃ 8 Kg) 125-250 mg tiap 8 jam. Drop : Semua indikasi
kecuali ISNB (˂ 6 bln atau 6-8 kg) : 0.5-1 ml, (˂ 6 kg) :
0.25-0.5 ml. Infeksi saluran nafas bawah (ISNB) : (6-8 kg)
1-1.5 ml, (˂ 6 kg) 0.5-1 ml, diberikan tiap 8 jam. Injeksi :
D : IM 250-500 mg tiap 8 jam, IV/Infuse : 0.5-1 g tiap 6
jam, A : IM 35-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi, IV :
s/d 100 mg/kgBB/hari tiap 6 jam selama 30 menit. Dosis
lazim : 30-50 g/kgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Amoxicillin + asam klavulanat : Tab : D & A (˃ 12 th) : 1
tab. Sirup : A (7-12 th) : 2 sdt, (2-7 th) : 1 sdt, (9 bln-2
thn) : ½ sdt. Sirup forte : A (7-12 th) : 1 sdt, (2-7 th) : ½
sdt. Diberikan 3x sehari. Injeksi : D & A (˃ 12 th) : 1 g tiap
6-8 jam, A (3 bln-12 th) : 25 mg/kgBB tiap 6-8 jam, (0-3
bln) : 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam.
Aturan Pakai : Bersama Makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin. Bayi yang baru lahir dari
ibu yang sensitif penisilin.
Perhatian : Syok anafilaksis, hamil, monitor fungsi ginjal, hati &
hemapoetik secara berkala pada penggunaan jangka lama,
hamil, laktasi, superinfeksi.
Efek Samping : Gangguan GI, reaksi hipersensitif, reaksi anafilaktoid,
reaksi hematologic.
Interaksi Obat : Probenecid akan memperpanjang waktu paruh penisilin,
allopurinol akan meningkatkan insiden ruam kulit,
mengurangi efektivitas kontrasepsi oral, antikoagulan,
aminoglikosida.

6.2.1.2. Ampisilin
Nama Dagang :
a. *Ampicilin inj
b. Sampicilin inj
Indikasi : Infeksi gram (+ & -), ISP atas dan bawah, genitourinarius,
saluran cerna, GO, septicemia, pneumonia, ISK, infeksi
kulit & jaringan lunak, tulang dan sendi.
Dosis : D & A (> 20 kg) : 250-500 mg 4x sehari, (< 20 kg) : 50-
100 mg/kgBB/hari tiap 6 jam. Infeksi berat GO : 3.5 gram
ampisilin + 1 g probenesid dosis tunggal. Injeksi : D : IM
1-2 g/hr dalam 1-2 dosis terbagi, infuse IV D : 2-4 g/hr
28
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

dalam 1-2 dosis terbagi selama 1-2 jam. A : 100-200


mg/kgBB/hari. Picyn/bactesyn : D : 1.5-12 g/hr dalam dosis
terbagi tiap 6-8 jam. A : 150 mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi tiap 6-8 jam. Neonatus : 150 mg/kgBB/hari dalam
dosis terbagi tiap 12 jam.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin.
Perhatian : Hipersensitif thd sefalosforin, gangguan ginjal,
pertumbuhan yang berlebihan dari M.O yang tidak peka.
Efek Samping : Gangguan GI, ruam kulit, pruritus, urtikaria, flebitis,
gatal, kelainan hematologi, anafilaksis, superinfeksi.
Interaksi Obat : Probenecid mengganggu ekskresi obat, allopurinol akan
meningkatkan insiden ruam kulit, mengurangi efektivitas
kontrasepsi oral & atenolol.

6.2.1.3. Benzatin benzyl penisilin


Indikasi : infeksi tenggorokan, otitis media, endokarditis, penyakit
meningokokus, pneumonia, selulitis, antraks, profilaksis
amputasi pada lengan atau kaki
Dosis : injeksi intramuscular atau intravena lambat atau infus,
2,4-4,8 g sehari dalam 4 dosis terbagi, pada infeksi yg lebih
berat dapat ditingkatkan jika perlu (dosis tunggal di atas 1,2
g inj IV) bayi premature dan neonatal di bawah 1 minggu,
50 mg/kgbb dlm 2 dosis terbagi; bayi 1-4 minggu : 75
mg/kgbb/hari, dalam 3 dosis terbagi; anak 1 bulan- 12
tahun: 100 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis terbagi.

6.2.1.4. Fenoksimetil penisilin (penisilin V)


Indikasi : pneumonia, bronchitis, otitis media, faringitis, tonsillitis,
scarlet fever, sepsis puerperal, erysipelas, furunkulisis,
gonore angina Vincent, demam reumatik
Dosis : dws; 3x2 tab, anak;3x1 tab
Efek samping : urtikaria, pruritus, demam eosinofilia

6.2.1.5. Kombinasi ampisilin 1000 mg + sulbaktam 500 mg


Indikasi : infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal,
infeksi ginekologi
Dosis : dws; dosis maksimum sulbaktam sehari 3x4 g; diberikan
selama 5-14 hari; pencegahan infeksi op: 1.5-3g serbuk
injeksi diberikan saat anstesi; penderita gangguan fungsi
ginjal; kliren kreatinin >30 ml/mnt: 1,5-3 g tiap 6-8 jam

29
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

6.2.1.6. Kombinasi cefoperazon + sulbaktam


Indikasi : infeksi saluran nafas atas dan bawah, ISK, peritonitis,
kolangitis, dan infeksi intra abdominal lain, infeksi kulit
dan jaringan lunak

Dosis : dws; 4 g tiap 12 jam dalam dosis terbagi, anak; tiap 6-12
jam, neonatus ; usia minggu pertama tiap 12 jam;
maksimal80 mg/kgbb/hari

6.2.1.7. Cefadroksil
Nama Dagang :
a. *Cefadroxil kap, sir
b. Alxil kap
c. Cefat kap
d. Renasistin drop
Indikasi : infeksi gram positif dan gram negayif, profilaksis bedah.
Dosis : D & A : BB ˃ 10 kg 0.5-1 gram 2x/hari. Infeksi jaringan
lunak kulit ISK tanpa komplikasi 1 gram/hari, anak ˂ 1 th
24 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi. ˃ 6th 250 mg
2x/hari, ˃ 6 th 500 mg 2x/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap sefalosforin, porfiria.
Perhatian : Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, hamil,
menyusui.
Efek Samping : Diare dan colitis, mual dan muntah, sakit kepala, reaksi
alergi berupa ruam kulit.
Interaksi Obat : alkohol, antasid dan adsorben antikoagulan dan
urikosurika.

6.2.1.8. Cefaleksin
Indikasi : infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan lunak
saluran urogenital, septicemia, dan profilaksis
Dosis : sehari 1-2 kap tiap 4-6 jam ; anak: 25-50 mg/kgbb/hari
dalam 4 dosis terbagi

6.2.1.9. Cefazolin

Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh bakteri gran positif dan


gram negative. Infeksi saluran pernafasan,saluran kemih
dan kelamin, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi,
septicemia, endokarditis, dan infeksi lain.

30
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

6.2.1.10. Cefepim
Nama Dagang :
a. *Cefepim inj
Indikasi : infeksi saluran nafas bawah, kulit dan struktur kulit, ISK
atas dan bawah kamplikata.
Dosis : ISK 500 mg – 1 gram, IV/IM tiap 12 jam. Infeksi berat 2
gram IV tiap 8 jam. A : anak denngan berat badan sampai
40 kg, dosis 50 mg/kgBB tiap 12 jam dan 8 jam untuk
pasien neutropenik febril.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap sefalosforin, penisilin, atau
antibiotik β-laktam.
Perhatian : gangguan ginjal monitor fungsi ginjal jika pemakaian
bersamaan dengan nefrotoksik.
Efek Samping : Ggn GI hipersensitif moniliasis oral sakit kepala, demam,
eritmeia.

6.2.1.11. Cefixim
Nama Dagang :
a. *Cefixime kap
b. Fixipar 100mg kap
c. CFX 100 mg kap
d. Sporetic 100 mg kap
e. Tocef 100 mg kap
f. Fixacef 200 kap
g. Fixipar sir
Indikasi : ISK tanpa komplikasi, infeksi sal nafas atas seperti otitis
media, faringitis dan tonsilitis. Infeksi sal nafas bawah
seperti bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut.
Dosis : D & A : ˃ 30 kg atau ˃ 12 th 50-100 mg 2x/hr, dapat
ditingkatkan s/d 200 mg 2x/hr. Anak ˂ 30 kg 1.5 – 3
mg/kgBB/hr dalam dosis terbagi, 2x/hr. Infeksi berat dosis
dapat ditingkatkan s/d 6 mg/kgBB/hr dl dosis terbagi 2x/hr.
Bayi ˃ 6 bulan 8 mg/kgBB/hari atau dosis tunggal atau
dibagi 2 dosis. Dosis maksimal 400 mg/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap sefalosforin.
Perhatian : Hipersensitif terhadap penisilin, anak ˂ 6 th, laktasi,
hamil dan lansia.
Efek Samping : Syok, hipersensitif, ggn hematologi, ggn GI, defisiensi vit
K.

31
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

6.2.1.12. Cefoperazon
Nama Dagang :
a. *Cefoperazon inj
b. Cefofar inj
Indikasi : Pengobatan sal nafas atas dan bawah, ISK, peritonitis,
infeksi kulit dan jaringan lunak, kolesistitis, kolangitis,
infeksi tulaang, sendi, intra abdomen, septicemia,
meningitis, endometritis, GO.
Dosis : D: 2-4 g/hr tiap 12 jam, 8-12 g/hr pada infeksi berat. Maks
16 g/hr. Uretritis GO tak terkomplikasi : 500 mg IM dosis
tunggal. Ferotam/sbactam : D: 2-4 g/hr dibagi dalam 2
dosis terbagi tiap 12 jam, maksimal 8g/hr pada infeksi
berat. A : 40-80 mg/kgBB/hr tiap 6-12 jam. Dosis dapat
ditingkatkan ad 160 mg/kgBB/hr pada infeksi berat atau
refrakter.
Kontraindikasi : Diketahui alergi penicilin atau sefalosforin.
Perhatian : Disfungsi hati dan gangguan ginjal, alkoholisme,
pertumbuhan berlebih MO yang tidak peka, obstruksi
saluran empedu.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, urtikaria, demam akibat obat, reaksi
local pada tempat injeksi, reaksi hematologic.
Interaksi Obat : Alkohol.

6.2.1.13. Cefotaxim
Nama Dagang :
a. *Cefotaxim inj
b. Tirdicef inj
c. Taxegram inj
Indikasi : Infeksi saluran nafas, telinga dan saluran kemih,
ginekologi, kulit, tulang dan rawan sendi, sal. Pencernaan
dan susunan saraf pusat, bakterimia dan septikimia.
Dosis : D & A ˃ 12 th secara IM, bolus IV, infus 1 g tiap 12 jam.
Maks : 12 g 3-4x/hr. GO tanpa komplikasi 1 g IM dosis
tunggal. Profilaksis menjelang op 1-2 g diberikan 30-60
menit sebelum op. Pada infeksi berat, dosis dapat
ditingkatkan s/d 150-200 mg/kgBB/hr. Bayi premature dan
baru lahir 50 mg/kgBB/hr terbagi 2 dosis.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap sefalosforin/antibiotik β-lakctam
lainnya.
Perhatian : Hipersensitif terhadap penisilin, hamil.
Efek Samping : Trombositopenia, eosinofilia, leukopenia, reaksi
hipersensitivitas, ggn GI, syok anafilaksis (jarang).
32
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Interaksi Obat : Probenesid, obat nefrotoksik, kontrasepsi oral.

6.2.1.14. Cefpirom
Indikasi : infeksi saluran nafas bagian bawah, komplikasi ISK atas
dan ISK bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi
pada pasien neutropenik (kecuali yg disebabkan oleh
pseudomonas aeruginosa), pasien dg gangguan system
imun, septicemia, infeksi berat pada pasien yang
mengalami kegawatan medis.
Dosis : infeksi campuran saluran kemih atas dan bawah ,infeksi
kulit dan jaringan lunak : 1 g IV/im tiap 12 jam. Infeksi
saluran nafas bawah : 1 atau 2 g tiap 12 jam. Septicemia,
infeksi pada pasien neutropenik dan gangguan system
imun, infeksi yg parah dan pasien gawat darurat

6.2.1.15. Cefpodoxim proxetil


Indikasi : pneumonia akut yg didapat dari lingkungan, gonore tak
terkomplikasi dan infeksi gonokokal rectal (pada wanita) ,
kulit dan struktur kulit, faringitis dan/ atau tonsillitis,
infeksi saluran kemih tak terkomplikasi
Dosis : pneumonia akut yg didapat dari lingkungan; 200 mg/12
jam selama 14 hari. Dosis harian total 400 mg. gonore tak
terkomplikasi dan infeksi gonokokal rectal: 200 mg sebagai
dosis tunggal. Infeksi kulit dan struktur kulit: 400 mg/12
jam selama 14 hari. Dosis harian total 800 mg. faringitis
dan atau tonsillitis : 100 mg/12 jam selama 10 hari. Dosis
harian total : 200 mg. infeksi saluran kemih tak
terkomplikasi : 100 mg/12 jam selama1 minggu. Dosis
harian total: 200 mg
Efek samping : gejala syok, reaksi hipersensitivitas, eosinofilia,
trombositopeni, peningkatan SGOT,SGPTfosfaese alkali
dan LDH

6.2.1.16. Ceftazidim
Nama Dagang :
a. *Ceftazidim inj
b. Zibac inj
c. Zitadim inj
Indikasi : Infeksi berat disebabkan bakteri yang sensitive, seperti
ISPA bag. Bawah (pneumonia & ISK) dan infeksi saluran
cerna.

33
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : D : secara injeksi 1-6 gram/hari IV/IM, A : 150


mg/kgBB/hari (maksimal 6 gr/hari) dibagi dalam 3x
pemberian, (˃ 2 bln) 30-100 mg/KgBB perhari dalam 2-3
dosis terbagi, (˂ 2 bln) 25-60 mg/kgBB/hari dalam 2x
pemberian.
Kontraindikasi : Hipersensitif sefalosporin.
Perhatian : Sensitif penisilin, ggn fungsi ginjal, hamil dan laktasi.
Efek Samping : Ggn GI, SSP, flebitis, tromboflebitis.
Interaksi Obat : Obat nefrotoksik

6.2.1.17. Ceftriaxon
Nama Dagang :
a. *Ceftriaxon inj
b. Broadced inj
c. Ecotrixon inj
d. Taxef inj
e. Terfacef inj
f. Trixon inj
Indikasi : Infeksi berat & keadaan th Gr+ & Gr -, infeksi saluran
nafas, ISK, GO, septikemia, infeksi tulang & sendi, infeksi
intraabdominal, infeksi kulit, profilaksis peri-op.
Dosis : D: pemberian secara injeksi IM dalam bolus IV atau
infuse 1 gr/hr dalam dosis tunggal. Pada infeksi berat : 2-4
g/hr dosis tunggal, dosis lebih dari 1 gr harus diberikan
lebih pada dua tempat atau lebih.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas th sefalosporin.
Perhatian : Sensitif thd penisilin, hamil & laktasi.
Efek Samping : Mual, muntah, diare, sakit kepala, reaksi kulit,
trombositosis, anemia hemolitik, peningkatan sementara
SGOT/SGPT & BUN. Jarang terjadi inflamasi pada tempat
injeksi.
Interaksi Obat : Obat yang bersifat nefrotoksik.

6.2.1.18. Cefuroxim
Nama Dagang :
a. *Sharox 750 mg inj
Indikasi : Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H.
Influenza dan N gonorrhoe.
Dosis : ISK 125 mg 2x sehari, ISPA 250 mg 2x sehari, anak
diatas 3 bulan : 125 mg 2x sehari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap sefalosporin, profiria.
34
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, hamil,


menyusui.
Efek Samping : Diare dan colitis, mual dan muntah, sakit kepala, reaksi
alergi berupa ruam kulit.

Interaksi Obat : Alkohol, antasid dan adsorben antikoagulan &


urikosurika.

6.2.2. Antibakteri lain


6.2.2.1. Tetrasiklin
1. Doksisiklin
Nama Dagang :
a. *Doxicilin kap
Indikasi : Infeksi saluran nafas, saluran kemih kelamin, kulit dan
jaringan lunak, GO, sifilis.
Dosis : D & A (> 8 thn & > 45 kg) 200 mg 1x sehari atau 100 mg
2x sehari. Dosis pemeliharaan 100 mg/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap tetrasiklin.
Perhatian : Laktasi, hamil, anak < 8 tahun.
Efek Samping : Gangguan GI, superinfeksi, fotosensitivitas, reaksi
hipersensitivitas.
Interaksi Obat : Fenitoin, Phenobarbital, karbamazepin, dapat
meningkatkan metabolisme obat.

2. Tetrasiklin
Nama Dagang :
a. *Tetrasiklin kap
Indikasi : eksaserbasi bronkitis kronis, bruselosis klamidia,
mikoplasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan
atau sirosis, akne vulgaris.
Dosis : oral: 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat
ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-8 jam.Sifilis primer,
sekunder dan laten: 500 mg tiap 6-8 jam selama 15
hari.Uretritis non gonokokus: 500 mg tiap 6 jam selama 7-
14 hari (21 hari bila pengobatan pertama gagal atau bila
kambuh).
Perhatian : gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara
intravena), gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3),
kadang-kadang menimbulkan fotosensitivitas.
Efek Samping : mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit
kepala dan gangguan penglihatan dapat merupakan

35
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

petunjuk peningkatan tekanan intrakranial, hepatotoksisitas,


pankreatitis dan kolitis.

6.2.2.2. Kloramfenikol
1. Kloramfenikol
Nama Dagang :
a. *Colsancetin inj
Indikasi : Demam tifoid & paratifoid, infeksi berat disebabkan oleh
salmonella sp, H. Influenza, riketsia.
Dosis : D : 1-2 g/hari terbagi dalam 4 dosis. A : ½-1 sdt tiap 6-8
jam. Injeksi : D, A & bayi (> 2 mgg): 50 mg/kgBB/hr
dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam.
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 sesudah makan
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati dan ginjal berat. Jangan digunakan
untuk pencegahan. Hipersensitif.
Perhatian : Pengobatan jangka lama. Insufisiensi ginjal dan hati.
Prematur & bayi baru lahir. Lakukan pemeriksaan secara
periodik. Hamil dan laktasi.
Efek Samping : Depresi sumsum tulang, anemia aplastik, sindroma Gray
pada bayi, ruam kulit, urtikaria, gangguan GI, neuritis optic
& perifer.
Interaksi Obat : Paracetamol mempengaruhi kadar kloramfenikol serum,
potensial efek antikoagulan oral, oat hipoglikemik oral,
siklofosfamid, fenitoin.

6.2.2.3. Sulfametoksazol-trimetoprim
1. Kotrimoxazol
Nama Dagang :
a. *Kotrimoxazol tab, sir
b. Sanprima tab
Indikasi : Infeksi saluran nafas, kemih kelamin, pencernaan, kulit &
septikemia.
Dosis : Sirup : A (6-12 th) : 2x sehari 2 sdt, (6 bln-5 thn) : 1 sdt,
(6 minggu – 5 bln) : ½ sdt. Tab : D & A (> 12 th) : 2x
sehari 2 tablet atau 1 kaplet forte.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, hamil, laktasi, gangguan hati & ginjal
berat, porfiria, bayi < 2 bulan.
Perhatian : Lansia, defisiensi asam folat, gizi buruk, disfungsi ginjal.
Efek Samping : Glositis, tomatis, pusing, leukopenia, gangguan GI,
sindrom steven johnsons & Iyell. Jarang : hepatitis,
gangguan darah, colitis pseudomembranosa.
36
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Interaksi Obat : Efek diturunkan dengan PABA & anestesi local prokain.
Meningkatkan efek metotreksat, warfaran, sulfonamide.

6.2.2.4. Makrolida
1. Azitromicin
Nama Dagang :
a. *Azitromicin tab
b. Zistic tab
Indikasi : Terapi infeksi sal nafas atas dan bawah dan jaringan
lunak, uretritis non GO dan sertifitis disebabkan oleh
klamidia trakomatis.
Dosis : D : 500 mg 1x/hr. A (> 6 bln) 10 mg/kgBB/hr 1x sehari.
Infeksi klamidia genitalis 1 gram dalam dosis tunggal.
Injeksi : 500 mg 1x sehari secara infus IV.
Aturan Pakai : Diberikan bersama makanan.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap azitromycin dan antibioti k
makrolida lain.
Perhatian : Gangguan ginjal dan hati, hamil dan menyusui, anak.
Efek Samping : Gangguan GI, ruam, sakit kepala, pusing, mual muntah,
gangguan pendengaran, vertigo, kejang, gagal ginjal akut,
disfungsi hati.

Interaksi Obat : Antacid yang mengandung Al dan Mg, teofilin, warfarin,


karbamazepin, ergot, siklosforin, digoksin, simetidin,
metilprednisolon

2. Eritromicin
Nama Dagang :
a. *Eritromicin tab, sir
b. Erysanbe tab
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, kulit dan jaringan
lunak. Amubiasis intestinal, pengobatan sifilis pada pasien
yang alergi terhadap penisilin, uretritis non GO. Infeksi
akibat clamidia tracomacis, listeriosis pertusis.
Dosis : D :250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam. Anak 30-
50 mg/kgBB/hr dalam 3-4 dosis terbagi.
Aturan Pakai : Perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas pasien yang mendapatkan terfenadine,
astemizol atau sisaprid. Gangguan fungsi hati berat.
Perhatian : gangguan fungsi hati dan ginjal. Penggunaan jangka lama
dapat mengakibatkan super infeksi oleh mikroorganisme

37
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

yang tidak peka. Penggunaan bersama lefostatin, hamil dan


laktasi.
Efek Samping : mual, muntah, diare, kehilangan pendengaran yang
reversible pada pasien dengan ggn fungsi ginjal dan yang
mendapat dosis besar.

Interaksi Obat : potensiasi efek ergotamine, dihiroergotamine, teofilin,


digoksin, antikoagulan, karbamazepin.

3. Klaritromicin
Indikasi : infeksi saluran nafas ringan sampai dgn sedang pada
saluran nafas atas dan bawah, kulit dan struktur kulit tak
terkomplikasi
Dosis : infeksi saluran nafas atas :250-500 mg tiap 12 jam selama
10-14 hari; infeksi pada saluran nafas bawah 250-500 mg
tiap 12 jam selama 7-14 hari. Infeksi kulit dan struktur kulit
tak terkomplikasi : 250 mg tiap 12 jam selama 7-14 hari.

4. Klindamicin
Nama Dagang :
a. *Clindamycin kap
b. Clinidac kap
Indikasi : Infeksi serius Gram + & -, terutama strep, peneumokokus
& staph. Termasuk bakteri anaerob. Infeksi sal. Nafas atas
& bawah, kulit dan jaringan serta infeksi serius lainnya.
Dosis : D : Infeksi serius , 150-300 mg. Infeksi berat, 450 mg
diberikan tiap 6 jam. A (> 1 bln) : infeksi serius, 8-16
mg/kgBB/hari, infeksi berat, 16-20 mg/kgBB/hari
diberikan dalam 3-4 dosis terbagi.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap clindamycin atau linkomisin, diare,
gangguan fungsi hati & ginjal.
Perhatian : Riwayat penyakit GI, ggn ginjal atau hati berat,
superinfeksi.
Efek Samping : Diare yang kadang-kadang disertai colitis akut, nyeri
perut, ggn GI, reaksi kulit, ikterus, kelainan hematologi.
Interaksi Obat : Mempotensi efek penghambat neuromuskular.
Antagonis : dengan eritromisin.

5. Spiramisin
Indikasi : tonsillitis, faringitis, otitis media, bronchitis, pneumonia,
infeksi pada mulut, gigi, sal. Kemih, GO

38
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : dws;sehari 2-4 g atau sehari 3x500 mg; anak:50-100


mg/kgbb/hr dlm 3 dosis terbagi
Efek samping : gangguan GI, reaksi pada kulit, parastesia

6.2.2.5. Aminoglikosida
1. Amikasin

Indikasi : infeksi kumangram negative pada intra abdominal,


jaringan lunak, combustion, jar tulang dan sendi, sal. Nafas
bawah, sal kemih, paska operasi
Dosis : IM; 15 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis. Neonatus atau
premature : dosis awal 10 mg/kgbb/hari dilanjutkan 15
mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis. Iv : 500 mg amikasin
dilarutkan dlm NaCl/dekstrose 5%. Dws/anak: IV dalam 1-
2 jam. Dosis maksimal sehari 1,5 g, pengobatan jangan
lebih dari 10 hari
Efek samping : nefrotoksis, ototoksis

2. Gentamisin
Nama Dagang :
a. *Gentamicin inj
b. Ottogenta inj
Indikasi : Infeksi dengan komplikasi berat karena mikroba yang
rentan terhadap gentamisin, gram + dan Sthap.
Dosis : Dewasa IM infeksi sistemik : 3-7 mg/kgBB/hari dalam 2-
3 dosis selama 7-10 hari. ISK : 120 mg/hari selama 7-10
hari. Intratekal : 1-10 mg/hari. Sub konjungtiva : 10
mg/hari. Pasca hemodialisa : 1 mg/kgBB/hari.Anak 3-5
mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas.
Perhatian : Hamil, laktasi, gangguan ginjal, lansia.
Efek Samping : ototoksik, nefrotoksik.
Interaksi Obat : penisilin, sefalosforin, amfoterisin B, diuretik dapat
meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan
neuromuskular blocking agent.

3. Kanamisin

Indikasi : infeksi sal.nafas, TB, ISK, GO dan supuratif, pertusis,


disentri basiler, diare akut, adneksitis, penyakit weil,
profilaksis infeksi pasca op
Dosis : infeksi akut;sehari 1-2 g; TB: seminggu, 3x1g /hari atau
seminggu, 2x2g; GO: 2 g dosis tunggal

39
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek samping : ototoksisitas, nefrotoksisitas

4. Streptomisin
Nama Dagang :
a. *Streptomycin inj
Indikasi : tuberkulosis dan infeksi yang membutuhkan streptomycin.
Dosis : TB : 750 mg/hari selama 3x seminggu atau 1.5 gram 2x
seminggu. Infeksi akut : 1-2 gram/hari.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap aminoglikosida.
Perhatian : hamil, laktasi, gangguan ginjal dan hati, lansia, nutrisi oral
dan parenteral buruk.
Efek Samping : ototoksisitas, nefrotoksisitas, syok, defisiensi vit K dan B,
sindrom Steven-Johnsons.

6.2.2.6. Kuinolon
1. Levofloksasin
Nama Dagang :
a. *Levofloxacin tab, inf
b. Farlev tab, inf
c. Levovid tab, inf
d. Cravit inf
e. Nislev inf
Indikasi : sinusitis maksilaris akut, bronkhitis kronik, pneumonia
yang didapat dari lingkungan.
Dosis : 250-500 mg/hr selama 7-14 hari.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap levofloxacin, riwayat epilepsi,
hamil dan laktasi, anak kurang dari 18 th.
Perhatian : gangguan ginjal, fotosensitivitas, penggunaan bersama
dengan alkohol atau obat hipoglikemik oral, superinfeksi,
gangguan SSP.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, insomnia.
Interaksi Obat : dapat mengurangi absorpsi jika diberikan bersama antasid.
Dapat menimbulkan resiko stimulasi SSP dan kejang jika
diberikan bersama AINS.

2. Moksifloksasin

Indikasi : terapi utk dws≥ 18 th dg infeksi seperti : eksaserbasi


bakteri akut dari bronchitis kronik, pneumonia yg didapat
dari masyarakat, sinusitis bacterial akut, infeksi kulit dan
struktur kulit yg terkomplikasi

40
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : dws≥ 18 th 400 mg scr iv atau peroral sehari 1x, lama


terapi utk bronchitis yg didapat dari masyarakat : 10 hr.
sinusitis akut : 7 hari, infeksi kulit dan struktur kulit yg
terkomplikasi 7-21 hari

3. Ofloksasin
Nama Dagang :
a. *Ofloxacin tab
b. Pharflox tab
Indikasi : Infeksi : saluran kemih, saluran nafas bawah kecuali
karena streptococcus, kulit dan jaringan lunak, ginekologi,
uretritis GO & non GO, servisitis.
Dosis : ISK : 100-400 mg/hari terbagi dalam 1-2 dosis selama 1-
10 hari. Infeksi saluran nafas bawah 200-600 mg/hari.
Infeksi kulit dan lain-lain 400mg/hari.
Aturan Pakai : 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ofloksasin, hamil, laktasi, anak dan
remaja sebelum akhir fase pertumbuhan.
Perhatian : Jangan diberikan bersama susu, tidak dianjurkan untuk
infeksi strep dan organisme yang peka terhadap antibiotik
lain, fungsi ginjal menurun.
Efek Samping : Gejala GI, efek pada SSP, reaksi dermatologi atau
hipersensitif.
Interaksi Obat : Penurunan efek dengan antasid mengandung Mg dan Al.

4. Siprofloksasin
Nama Dagang :
a. *Ciprofloxacin tab, inf
b. Bernoflox tab
c. Wiaflox tab
Indikasi : ISK, termasuk prostatitis, uretritis, servisitis, honorhae,
demam tipoid, infeksi saluran cerna, infeksi tulang dan
sendi.
Dosis : D: ISK sedang/ringan 2x 250 mg sehari. ISK berat 2x 500
mg. Infeksi saluran nafas, tulang, sendi 2x 500-750 mg
sehari. Gonore akut 250 mg dosis tunggal. Profilaksis
bedah 750 mg IV 200-400 mg 2x sehari.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Kontraindikasi : hamil dan laktasi, hipersensitif, anak < 13 tahun.
Perhatian : gangguan ginjal, usia lanjut, gangguan SSP.
Efek Samping : Gangguan GI, gangguan SSP, kulit.
Interaksi Obat : teofilin, siklospurin, antacid.
41
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

6.2.2.7. Lain-lain
1. Meropenem
Nama Dagang :
a. *Meropenem inj
b. Penemac inj
Indikasi : Terapi tunggal pada dewasa dan anak : pneumonia
termasuk pneumonia nosokomial, ISK, infeksi intra
abdomen, infeksi ginekologi (termasuk endometritis),
infeksi kulit, meningitis, septicemia, infeksi tulang & sendi,
endokarditis.
Dosis : D : pneumonia, ISK, endometritis, infeksi kulit : 500 mg
IV tiap 8 jam, dapat ditingkatkan 2x lipat pada infeksi
pneumonia nosokomial (pneumonia, peritonitis,
septicemia), infeksi dengan neutropenia. A (3 bln – 12 th) :
10-20 mg/kgBB tiap 8 jam, A (> 50 kg) : dosis dewasa.
Meningitis : 40 mg/kgBB tiap 8 jam secara IV bolus selama
5 menit atau IV 15-30 menit.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas.
Perhatian : Dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih pada MO yang
tidak sensitif, pasien dengan gangguan SSP, meningitis
bakteri & disfungsi ginjal,hamil, laktasi, anak < 3 bln.
Efek Samping : Reaksi lokal pada tempat injeksi, gangguan GI, inflamasi,
tromboflebitis, trombositopenia, leucopenia, ruam kulit,
pruritus, urtikaria, sakit kepala, parastesis, kandidiasis oral
atau vagina.
Interaksi Obat : Probenesid, asam valproat

2. Metronidazol
Nama Dagang :
a. *Metronidazol tab,inf
b. Myragil tab
c. Trichodazol tab, inf
d. Fartogyl inf
Indikasi : Pengobatan infeksi bakteri anaerob, amubeasis,
giardeasis.
Dosis : D : 500 mg, tiap 8 jam, A : 7.5 mg/kgBB tiap 8 jam.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, hamil trimester I.
Perhatian : Gangguan hati & laktasi.
Efek Samping : Mual, muntah, gangguan hati (ruam hati).
Interaksi Obat : Penggunaan bersama alkohol dapat menyebabkan reaksi
yang menyerupai disulfiran, antikoagulan kumarin.
42
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

3. Pirimetamin
Indikasi : terapi malaria dimana malaria falcivarum telah resisten
thd kloroquin
Dosis : dws; 2-3 tab dosis tunggal, anak 10-14 thn : 2 tab dosis
tunggal, anak 7-9 th: 1,5 tab dosis tunggal. Anal 4-6 th: 1
tab dosis tunggal, anak 4 th: 0,5 tab dosis tunggal
Efek samping : anemia makrositik

4. Sulfadiazine
Indikasi : ISK, infeksi GI, dan sal nafas karena gram positif, gram
negative, dan kuman yg peka terhadap sulfonamide
Dosis : dws; 3-4x/hari, 1-2 kapl

5. Vankomisin
Indikasi : MRSA
Dosis : dws; 500 mg tiap 6 jam atau 1 g tiap 12 jam iv selama 60
mnt; anak:40 mg/kgbb/hr dlm dosis terbagi, diberikan
selama 60 mnt; bayi dan neonatus : 15 mg/kgbb diikuti 10
mg/kgbb diberikan tiap 12 jam utk neonatus dlm minggu
pertama, kemudian setiap 8 jam s/d 1 bln.

6.3. Antiinfeksi khusus


6.3.1. Antilepra
6.3.1.1. Dapson
Indikasi : penyakit kusta atau masalah kulit dermatitis herpetiformis
Dosis : dimulai 100 -150 mg/hari, 1x/hari. Peningkatan dosis
dilakukan scr bertahap hingga dapat menekan gejalanya
dan gejalanya menghilang dalam waktu 3 jam atau
beberapa hari (24-48 jam)
Efek samping : anemia

6.3.1.2. Klofazimin, micronized


Indikasi : Lepra/Kusta
Dosis : dewasa: 300 mg/bln. Anak 10-14 th: 150 mg/bln, anak 5-9
th: 100 mg/bln

6.3.1.3. Rifampicin (300 mg; 450 mg; 600 mg)


Nama Dagang :
a. *Rifampicin kap
Indikasi : Anti tuberculosis.
Dosis : 10 mg/kgBB/hari, maksimal 600 mg/hr, 2-3x seminggu.
Rimactazid : D (< 50 Kg)(Tab 225/200) : 2 tab/hari selama

43
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

terapi awal. Tablet (450/300) : 1 tab/hari. A (25 Kg) : 5


tab/hari, (20 kg) : 4 tab/hari, (15 kg) : 3 tab/hari, (10 kg) : 2
tab/hari, (5 kg) : 1 tab/hari. Rimcure paed : BB (> 71 kg) :
5 tab/hari, (55-70 kg) : 4 tab/hari, (38-54 kg) : 3 tab/hari,
(30-37 kg) : 2 tab/hari, diberikan 1x sehari. A (25 kg) 5
tab/hari, (20 kg) 4 tab/hari, (15 kg) 3 tab/hari, (10 kg) 2
tab/hari, (5 kg) 1 tab/hari. Rifastar 4 FDC : BB (> 71 kg) :
5 tab/hari, (55-70 kg) : 4 tab/hari, (38-54 kg) : 3 tab/hari,
(30-37 kg) 2 tab/hari, diberikan 1x sehari.
Aturan Pakai : 30 menit sebelum makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif, ikterus, penyakit hati akut, neuritis perifer,
neuritis optic, gangguan ginjal, epilepsi, alkohol kronik.
Perhatian : Gangguan fungsi hati : segera menghentikan obat &
periksakan diri bila timbul nausea persisten, muntah, lesu
atau ikteru. Dapat mengubah warna lensa kontak. Hindari
terapi kembali setelah pengobatan selesai dan pemakaian
tidak teratur, gangguan kejang rendah, gizi buruk,
alkoholisme, porfia, epilepsi, hamil, laktasi, lanjut usia,
riwayat gout.
Efek Samping : Rifampisin : Ggn GI, influenza, ggn respirasi (nafas
pendek), kolaps, syok, anemia hemolitik, anemia, gagal
ginjal akut, purpura trombosipenia, ggn fungsi hati, ikterus,
hiperurisemia. Ethambutol : Bingung, disorientasi, sakit
kepala, ggn GI.
Interaksi Obat : Menurunkan efek antikoagulan kumarin, kortikosteroid,
digitoksin, metadon, kontrasepsi oral, tolbutamid.
Antidiabetik oral, antiaritmia, siklosporin, antiepileptik,
disulfiran, hidantoin, penghambat canal Ca, antasida, obat
gout, ketokonazol, kloramfenikol, teofilin, azatioprin,
kortikosteroid, metadon, dapson.

6.3.2. Antituberkulosis
6.3.2.1. Etambutol
Nama Dagang :
a. *Ethambutol tab
Indikasi : TBC paru.
Dosis : 15 mg/kgBB/hari (untuk pasien yang belum mendapat
terapi TB sebelumnya), 25 mg/kgBB/hari untuk terapi
berulang.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Neuritis optic.
Perhatian : Ggn ginjal berat, gout, laktasi.
44
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek Samping : Neuritis retrobulbar dengan penurunan ketajaman


penglihatan, skotoma sentralis, buta warna hijau, ruam
alergi, ggn GI.
Interaksi Obat : Menurunkan efek dari urikosurik, kecuali pemakaian
bersama INH & piridoxin, antasida yang mengandung Al.

6.3.2.2. Isoniazid
Nama Dagang :
a. *Isoniazid tab
Indikasi : TB Paru.
Dosis : D : 50 mg/kgBB/hari maks 300 mg/hr. A : 10-20
mg/kgBB/hr, maks 300 mg/hr.
Aturan Pakai : Perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan),
bersama makanan untuk menghindari rasa tidak nyaman
pada GI.
Kontraindikasi : Hepatitis, epilepsi, insufisiensi ginjal, hipersensitif.
Perhatian : Alkoholisme, DM, ggn fungsi ginjal & hati, pemeriksaan
mata secara periodik sebelum dan sesudah penggunaan
INH, hamil dan laktasi, kejang.
Efek Samping : Neuropati oerifer & efek neuropatik lain, mual, muntah,
distress epigastik, reaksi pada hati, reaksi pada
hematologik, reaksi metabolic dan endokrin, ruam kulit.
Interaksi Obat : Dapat mengurangi ekskresi dari fenitoin, atau
meningkatkan efekya, disulfiran, aminosalisilat.

6.3.2.3. Pirazinamid
Nama Dagang :
a. *Pyrazinamid tab
Indikasi : Terapi TB pulmoner & ekstra pulmoner.
Dosis : 30 mg/kgBB/hr dosis tunggal, maks 3 gram/hr.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif, penderita porfiria, kerusakan hati, hamil,
laktasi.
Perhatian : Ggn fungsi ginjal dan ada riwayat gout.
Efek Samping : Hepatotoksik, hiperurisemia, ggn GI, ggn fungsi hati.
Interaksi Obat : Probenesid menghambat ekskresi pyrazinamid

6.3.3. Antiseptic saluran kemih


6.3.3.1. Asam pipemidat
Nama Dagang :
a. *Urotractin kap
b. Urinter kap
45
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : ISK karena kuman yang sensitif, terapi tambahan pada


adenoma prostat, inkontinensia urin, pemakaian kateter.
Dosis : D : 1 kapsul tiap 12 jam, selama 10 hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Bayi < 3 bulan.
Perhatian : Ggn fungsi hati & ginjal, ggn SSP, kejang, terpapar sinar
matahari kuat.
Efek Samping : Reaksi SSP, ggn GI, kulit, lemah otot, mialgia, hipotensi
intracranial.

6.4. Antifungi
6.4.1. Antifungi sistemik
6.4.1.1. Amfoterisin B

Indikasi : infeksi jamur yg sangat parah


Efek samping : demam, gangguan sal cerna, hematologi,otot skelet, ginjal

6.4.1.2. Flukonazol

Indikasi : kandidiasis vaginal dan genital akut atau


kambuh,dermatomycosis, corporis, cruris dsn infeksi
dermal candida
Dosis : kandidiasis vaginal, 150 mg dosis tunggal.criptococal
meningitis:400 mg pada hari pertama, dilanjutkan sehari
200 mg dan dapat ditingkatkan sampai sehari 400 mg, lama
terapi tergantung dari respon klinik yg timbul. Kandidiasis
orofaringeal sehari 50 mg selama 7-14 hari dan bila
diperlukan lama terapi dapat diperpanjang

6.4.1.3. Griseofulvin
Indikasi : infeksi jamur pada rambut, kulit dan kuku
Dosis : dws; 1x1 tab/hari. Anak; 10 mg/kgbb/hari
Efek samping : sakit kepala, pusing, mual, diare

6.4.1.4. Ketoconazol
Indikasi : Infeksi jamur, histoplasmosis pada paru-paru, tulang &
sendi, kulit & jaringan lunak. Blastomikosis,
parakoksidioidomikosis, koksidioidomikosis, kandidiasis
sistemik.
Dosis : D : 1 tab/hr. Infeksi berat 2 tab/hari. A (12 thn) (> 30
Kg) : 1 tab, (15-30 kg) : ½ tab, (< 15 kg) : ¼ tab. Semua
dosis diberikan 1x /hari. Krim : dioleskan sekali sehari.
Solution : 1-2x sehari dioleskan.

46
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Aturan Pakai : Diberikan bersama makan.


Kontraindikasi : Penyakit hati, fase pemulihan dari hepatitis.
Perhatian : Gagal hati, hamil, laktasi.
Efek Samping : Gangguan GI, urtikaria, nyeri abdomen, pusing, demam,
pruritus, diare, ginekomastia, trombositopenia, leukopenia.
Interaksi Obat : Antikoagulan seperti kumarin, rifampisin, obat
hipoglikemia oral. Meningkatkan efek warfarin.

6.4.1.5. Mikafungin
Indikasi : candidiasis, candida peritonitis,
Dosis : candidiasi; 150 mg/hari IV selama 10-30 hari, rata2 15
hari. Candida peritonitis; 100 mg/hari iv selama 10-47 hari,
rata2 15 hari

6.4.1.6. Nistatin
Nama Dagang :
a. *Nistatin ovula
Indikasi : Infeksi pada vagina karena Trichomonas vaginalis &
Candida albicans.
Dosis : 1 ovula/hari selama 7-10 hari dimasukkan kedalam
vagina, dapat dikombinasi dengan flagyl tablet.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap metronidazole atau nystatin.
Perhatian : Hindari penggunaan selama hamil trimester 1.
Efek Samping : Iritasi local, pruritus, urtikaria, neuropati perifer.
Interaksi Obat : Metronidazole dapat meningkatkan efek antikoagulan dari
warfarin & kumarin, fenobarbital meningkatkan
metabolisme metronidazole.

6.4.1.7. Terbinafin
Indikasi : infeksi jamur pada jari dan kuku, tinea corporis, tinea
cruris, tinea pedis
Dosis : 250 mg/hari selama 6 minggu

6.5. Antiprotozoa
6.5.1. Antiamubiasis dan antigiardiasis
6.5.1.1. Metronidazol
Nama Dagang :
a. *Metronidazol tab,inf
b. Myragil tab
c. Trichodazol tab, inf
d. Fartogyl inf

47
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Pengobatan infeksi bakteri anaerob, amubeasis,


giardeasis.
Dosis : D : 500 mg, tiap 8 jam, A : 7.5 mg/kgBB tiap 8 jam.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, hamil trimester I.
Perhatian : Gangguan hati & laktasi.
Efek Samping : Mual, muntah, gangguan hati (ruam hati).
Interaksi Obat : Penggunaan bersama alkohol dapat menyebabkan reaksi
yang menyerupai disulfiran, antikoagulan kumarin

6.5.2. Antimalaria
6.5.2.1. Untuk pencegahan
1. Doksisiklin
Nama Dagang :
a. *Doxicilin kap
Indikasi : Infeksi saluran nafas, saluran kemih kelamin, kulit dan
jaringan lunak, GO, sifilis.
Dosis : D & A (> 8 thn & > 45 kg) 200 mg 1x sehari atau 100 mg
2x sehari. Dosis pemeliharaan 100 mg/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap tetrasiklin.
Perhatian : Laktasi, hamil, anak < 8 tahun.
Efek Samping : Gangguan GI, superinfeksi, fotosensitivitas, reaksi
hipersensitivitas.
Interaksi Obat : Fenitoin, Phenobarbital, karbamazepin, dapat
meningkatkan metabolisme obat

6.5.2.2. Untuk pengobatan


1. Antimalaria kombinasi sulfadoksin+pirimetamin

Indikasi : terapi malaria dimana malaria falcivarum telah resisten


thd kloroquin
Dosis : dws; 2-3 tab dosis tunggal, anak 10-14 thn : 2 tab dosis
tunggal, anak 7-9 th: 1,5 tab dosis tunggal. Anal 4-6 th: 1
tab dosis tunggal, anak 4 th: 0,5 tab dosis tunggal
Efek samping : anemia makrositik

2. Artemeter
Indikasi : efektif membunuh plasmodium pada fase eritrosit, efektif
membunuh malaria terutama P.falcifarum yg resisten dg
kloroquin, malaria selebral

48
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : dws; hari I- 2x2 tab/hari, Hari II-2x1 tab/hari, anak-


anak11-15 thn, hari I-2x0,5 tab/hr, hari II- 2x3/4 tab/hr,
anak 7-10 th, hari I-2x1 tab/hr, hari II 2x 0,5 tab/hr; anak 3-
6 th; hari I- 2x2/3 tab/hr, hari II-2x1/3 tab/hr, anak <3 thn,
hari- I 2x1/2 tab/hr, hari II- 2x1/4 tab

3. Artesunat
Indikasi : pengobatan malaria falcifarum pada daerah dimana
plasmodium falcifarum telah dinyatakan resisten thd
kloroquin
Dosis : 4 mg/kgbb/ hr hingga dosis total selama 3 hr adalah 12
mg/kgbb.

4. Kloroquin
Indikasi : pengobatan dan profilaksis malaria.
Dosis : dimulai 1 minggu sebelum memasuki dan dilanjutkan 4
minggu setelah meninggalkan daerah endemic malaria, 300
mg tiap minggu ; bayihingga 12 minggu BB< 6 kg, 3,75
mg tiap minggu; 12 minggu-11 bln BB 6-10 kg, 75 mg tiap
minggu, Anak 1-3 th BB 10-16 kg, 112,5mg tiap minggu;
4-7 th BB 16-25 kg,150 mg tiap minggu; 4-7 th BB25-45
kg, 225 mg tiap minggu. Di atas 13 th BB diatas 45 kg,
dosis dewasa.

5. Kombinasi artemeter+lumefantrin
Indikasi : malaria akut tidak komplikasi akibat plasmodium
falciparum
Dosis : dws dan anak> 35 kg 4 tab diikuti dg 5 dosis masing-
masing 3 tab. Utk bayi dan anak 25-35 kg 3 tab diikuti dg 5
dosis masing-masing 3 tab, utk bayi dan anak 15-25 kg 1
tab diikuti dg 5 dosis masing-masing 2 tab, utk bayi 5-15
kg 1 tab diikuti dg 5 dosis masing2 1 tab. Semua dosis
lanjutan diberikan 8,24,36,48,60 jam setelah dosis awal.

6. Kombinasi dihidroartemisin+piperaquin
Indikasi : pengobatan malaria P. falcifarum dan Plasmodium Vivax
tanpa komplikasi
Dosis : Dosis selama 3 hari,  berdasarkan berat badan: 5 kg (0-1
bulan): ¼ tablet/hari; 6-10 kg (2-11 bulan): ½ tablet/hari;
11-17 kg (1-4 tahun): 1 tablet/hari; 18-30 kg (5-9 tahun): 1
½ tablet/hari; 31-40 kg (10-14 tahun): 2 tablet/hari; 41-59
kg (≥ 15 tahun): 3 tablet/hari; ≥ 60 kg (≥ 15 tahun): 3
49
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

tablet/hari. Jangan hentikan pengobatan sebelum 3 hari,


meskipun gejala telah hilang.

7. Kuinin
Indikasi : antimalaria, antipiretik
Dosis : anak; Pencegahan: 1-2 tab sblm tidur 1 minggu sekali,
selama wabah malaria. Terapi: sehari 3x 1-2 tab selama 1
minggu atau berlanjut selama 14 hari

8. Primakuin
Indikasi : tambahan untuk terapi Plasmodium vivax dan P.
ovale, dan gametosidal pada malaria falciparum,eradikasi
stadium hepar.
Dosis : pencegahan kambuh dan menularnya malaria vivax dan
ovale : 0,25 mg/kgBB untuk 14 hari. Sebagai efek
gametosidal pada malaria falciparum : dosis tunggal 0,75
mg/kgBB (dewasa 45 mg), dosis yang sama diulang 1
minggu terakhir.

6.6. Antivirus
6.6.1. Antiherpes
6.6.1.1. Asiklovir
Indikasi : Pengobatan infeksi oleh virus Herpes Simpleks pada kulit
& membran mukosa, termasuk herpes labial & genital
Dosis : oral: Pengobatan herpes simpleks: 200 mg (400 mg pada
immunocompromised atau bila ada gangguan absorpsi) 5
kali sehari, selama 5 hari (dapat diberikan lebih lama jika
muncul lesi baru selama pengobatan atau jika
penyembuhan belum sempurna). ANAK di bawah 2 tahun,
setengah dosis dewasa. Di atas 2 tahun berikan dosis
dewasa. Pencegahan herpes simpleks kambuhan, 200 mg 4
kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan
menjadi 200 mg 2 atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-
12 bulan.
Profilaksis herpes simpleks pada immunecompromised,
200-400 mg 4 kali sehari. ANAK di bawah 2 tahun,
setengah dosis dewasa. Di atas 2 tahun, dosis dewasa.
Pengobatan varisela dan herpes zoster, 800 mg 5 kali sehari
selama 7 hari. ANAK, varisela: 20 mg/kg bb (maks. 800
mg) 4 kali sehari selama 5 hari. Di bawah 2 tahun, 200 mg
4 kali sehari. 2-5 tahun 400 mg 4 kali sehari. Di atas 6
tahun, 800 mg 4 kali sehari.

50
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

6.6.1.2. Valasiklovir
Indikasi : infeksi herpes zoster; terapi awal dan mencegah
kambuhan infeksi herpes simpleks pada kulit dan membran
mukosa termasuk terapi awal dan herpes genital kambuhan;
pencegahan penyakit sitomegalovirus pasca transplantasi
ginjal.
Dosis : Herpes zoster, 1 g tiga kali sehari selama 7 hari. Herpes
simpleks, episode 1 : 500 mg dua kali sehari selama 5 hari
(lebih lama bila lesi baru muncul selama terapi atau jika
penyembuhan tidak sempurna); infeksi kambuhan, 500 mg
dua kali sehari selama 5 hari. Herpes simpleks,
suppression, 500 mg sehari dalam 1-2 dosis terbagi (pada
immunocompromised, 500 mg dua kali sehari). Pencegahan
sitomegalovirus pasca transplantasi ginjal (lebih disukai
dimulai dalam 72 jam setelah transplantasi), 2 g empat kali
sehari biasanya selama 90 hari.ANAK tidak
direkomendasikan.

6.6.2. Anti sitomegalovirus


6.6.2.1. Gansiklovir
Indikasi : infeksi sitomegalovirus yang mengancam jiwa atau
mengancam fungsi penglihatan pada pasien dengan
defisiensi imun; pencegahan sitomegalovirus selama
pengobatan dengan imunosupresan pasca transplantasi
organ.
Dosis : infus intravena selama 1 jam, Terapi awal 5 mg/kg bb tiap
12 jam selama 14-21 hari (7-14 hari untuk profilaksis);
Lanjutan, 6 mg/kg bb 5 hari dalam seminggu, atau 5 mg/kg
bb/hari tiap hari; bila retinitis berlanjut, terapi awal
mungkin perlu diulangi.Pengobatan pemeliharaan untuk
pasien AIDS. Oral (didahului oleh gansiklovir intravena
selama paling kurang 3 minggu) 1 gram tiga kali sehari
bersama makanan, atau 500 mg 6 kali sehari bersama
makanan.

6.6.2.2. Valgansiklovir
Indikasi : pengobatan induksi dan perawatan dari sitomegalovirus
retinitis pada pasien AIDS; pencegahan penyakit
sitomegalovirus yang disebabkan transplantasi organ
padat dari donor yang positif menderita sitomegalovirus.
Dosis : Sitomegalovirus retinitis, induksi, 900 mg dua kali sehari
selama 21 hari kemudian 900 mg sekali sehari; regimen
51
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

induksi dapat diulang jika retinitis membaik. Pencegahan


penyakit sitomegalovirus yang disebabkan transplantasi
organ padat (dimulai dalam 10 hari setelah transplantasi),
900 mg sekali sehari selama 100 hari. ANAK dan
REMAJA tidak direkomendasikan.

6.6.3. Antiretroviral
6.6.3.1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
1. Kombinasi zidovudin+lamivudin
Indikasi : pengobatan infeksi HIV lanjut (AIDS), HIV awal dan
HIV asimtomatik dengan tanda-tanda risiko progresif,
infeksi HIV asimtomatik dan simtomatik pada anak
dengan tanda-tanda imuno defisiensi yang nyata; dapat
dipertimbangkan untuk tansmisi HIV maternofetal
(mengobati wanita hamil dan bayi baru lahir); terapi
kombinasi antiretroviral untuk penanganan infeksi HIV
pada pasien dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun.
Dosis : dewasa dan remaja: dalam kombinasi dengan
antiretroviral lain 500-600 mg/hari terbagi dalam 2 atau 3
dosis. ANAK 3 BULAN-12 TAHUN: 360-480
mg/m2 perhari terbagi dalam 3-4 dosis dalam kombinasi
dengan antiretroviral lain. Dosis maksimum tidak boleh
melebihi 200 mg tiap 6 jam. ANAK <3 BULAN: data
sangat terbatas untuk menentukan rekomendasi dosis.
Tidak tersedia data pada usia lanjut, sehingga pemantauan
sebelum dan sesudah pengobatan dianjurkan.
Kontraindikasi : neutropenia dan/atau anemia berat; neonatus dengan hiper
bilirubinemia yang memerlukan terapi selain fototerapi atau
dengan peningkatan transaminase.
Perhatian : gangguan fungsi ginjal; toksisitas hematologis (lakukan
uji darah tiap 2 minggu selama 3 bulan pertama,
selanjutnya sebulan sekali; pemeriksaan darah dapat lebih
jarang, tiap 1-3 bulan, pada infeksi dini dengan fungsi
sumsum tulang yang baik ); defisiensi vitamin B12 (risiko
neutropenia); kurangi dosis atau berikan terapi intermiten
bila terjadi anemia atau mielosupresi; gangguan fungsi hati,
fungsi ginjal; awasi dengan ketat pasien dengan risiko
penyakit hati (terutama wanita gemuk) termasuk pasien
dengan hepatomegali dan hepatitis; risiko asidosis laktat;
lansia; kehamilan; tidak dianjurkan menyusui selama
pengobatan.

52
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek Samping : anemia (adakalanya memerlukan transfusi), neutropenia


dan lekopenia (lebih sering pada dosis tinggi dan penyakit
lanjut); mual, muntah, anoreksia, sakit perut, dispepsia,
sakit kepala, ruam, demam, mialgia, parestesia, insomnia,
lesu. Pernah dilaporkan kejang, miopati, pigmentasi pada
kuku, kulit dan mukosa, pansitopenia (dengan hipoplasia
sumsum tulang dan kadang-kadang trombositopenia);
gangguan hati berupa perlemakan dan kenaikan bilirubin
dan enzim hati (tangguhkan pengobatan bila terjadi
hepatomegali atau peningkatan transaminase progresif);
asidosis laktat.

2. Lamivudin
Indikasi : Pengobatan infeksi hepatitis B kronik dengan replikasi
aktif.
Dosis : D : 100 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : Eksaserbasi hepatitis kecil, kerusakan ginjal berat, hamil.
Efek Samping : Gejala yang disertai dengan ISPA, sakit kepala, mual,
nyeri perut, diare, tidak enak badan.
Interaksi Obat : Trimetoprin menyebabkan peningkatan kadar lamivudin
dalam plasma.

3. Stavudin
Indikasi : pengobatan HIV
Dosis : Dws; 40 mg tiap 12 jam utk yg BB>60 kg dan 30 mg tiap
12 jam utk yg BB<60 kg

4. Tenofovir
Indikasi : terapi lini kedua untuk pengobatan HIV-1 pada pasien
dewasa, dalam kombinasi dengan anti retroviral lainnya
(seperti penghambat protease atau
penghambat reverse transkriptase nukleosida (NRTIs)).
Tidak direkomendasikan digunakan sebagai: salah satu
komponen pada triple regimen nukleosida, kombinasi
dengan produk yang mengandung lamivudin. Penggunaan
pada pasien yang pernah mendapatkan terapi obat ini
sebelumnya berdasarkan pada pemeriksaan laboratorium
dan riwayat pengobatan.
Dosis : 1 tablet sekali sehari (1 tablet mengandung 200 mg
emtrisitabin + 300 mg tenofovir disoproksil fumarat)
bersama atau tanpa makanan. Pada pasien dengan klirens
53
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

kreatinin ≥ 50 mL/min, interval dosis yang disarankan yaitu


setiap 24 jam. Sedangkan untuk klirens kreatinin 30-49
mL/min, interval dosis yang disarankan yaitu setiap 48 jam.
Pasien dengan klirens kreatinin < 30 (termasuk yang
memerlukan hemodialisa), obat ini sebaiknya tidak
digunakan.
Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Perhatian : Dilaporkan terjadi asidosis laktat dan hepatomegali berat
dengan steatosis, serta kasus fatal pada penggunaan
bersama dengan anti virus lainnya– hentikan penggunaan;
obesitas dan penggunaan nukleosida jangka panjang
merupakan faktor resiko. Terapi dengan obat ini harus
ditunda pada pasien dengan kecurigaan asidosis laktat
atau hepatotoxicity (termasuk hepatomegali dan steatosis).
Tidak digunakan untuk terapi HBV kronik, dilaporkan
terjadi perburukan hepatitis B akut yang berat setelah
penghentian penggunaan obat ini; menyebabkan gangguan
fungsi ginjal, diperlukan penyesuaian dosis pada pasien
dengan klirens kreatinin 30-49 mL/min; tidak dapat
digunakan pasien gangguam ginjal dengan klirens creatinin
<30 mL/min/hemodialisis; hindari penggunaan bersama
dengan obat nefrotoksik, obat yang mengandung
lamivudine dan adefovir dipivoxil; Menyebabkan
penurunan Bone Mineral Density (BMD); redistribusi /
akumulasi lemak tubuh; Immune Reconstitution Syndrome;
kehamilan, menyusui, anak usia di bawah 18 tahun, lansia.
Interaksi Obat : penggunaan bersama dengan didanosin dapat
meningkatkan terjadinya efek samping didanosin seperti
pancreatitis dan neuropathy; Supresi CD4 dapat terjadi
pada penggunaan bersama didanosine 400 mg per hari;
Penggunaan bersama dengan atazanavir harus disertai
dengan ritonavir, lopinavir/ritonavir dan meningkatkan
konsentrasi tenofovir; penggunaan bersama dengan obat
yang dieliminasi dengan sekresi tubular aktif akan
meningkatkan konsentrasi tenofovir, misalnya asiklovir,
adefovir, dipivoksil, sidofovir, gansiklovir, valacyclovir,
valgansiclovir.

5. Zidovudin
Indikasi : pengobatan infeksi HIV lanjut (AIDS), HIV awal dan
HIV asimtomatik dengan tanda-tanda risiko progresif,
infeksi HIV asimtomatik dan simtomatik pada anak dengan
54
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

tanda-tanda imuno defisiensi yang nyata; dapat


dipertimbangkan untuk tansmisi HIV maternofetal
(mengobati wanita hamil dan bayi baru lahir); terapi
kombinasi antiretroviral untuk penanganan infeksi HIV
pada pasien dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun.
Dosis : DEWASA dan REMAJA: dalam kombinasi dengan
antiretroviral lain 500-600 mg/hari terbagi dalam 2 atau 3
dosis. ANAK 3 BULAN-12 TAHUN: 360-480 mg/m2
perhari terbagi dalam 3-4 dosis dalam kombinasi dengan
antiretroviral lain. Dosis maksimum tidak boleh melebihi
200 mg tiap 6 jam. ANAK <3 BULAN: data sangat terbatas
untuk menentukan rekomendasi dosis. Tidak tersedia data
pada usia lanjut, sehingga pemantauan sebelum dan sesudah
pengobatan dianjurkan.
Penyesuai dosis tidak diperlukan pada gangguan ginjal.
Pada gangguan fungsi hepar mungkin diperlukan
penyesuaian dosis. Pengurangan dosis atau penghentian
pengobatan diperlukan pada pasien yang menunjukkan efek
samping hematologi dengan penurunan kadar hemoglobin
menjadi 7.5–9 g/dL, atau hitung jenis neutrofil menurun
menjadi 0,75-1,0x109/L.
Pencegahan transmisi HIV maternofetal: Kehamilan lebih
dari 14 minggu, oral, 100 mg 5 kali sehari sampai saat
persalinan, kemudian pada fase persalinan dan setelah bayi
lahir. Intravena, dimulai dengan 2 mg/ kg bb selama 1 jam,
kemudian 1 mg/kg bb sampai saat penjepitan tali pusat.
Untuk operasi sesar selektif, berikan 4 jam sebelum operasi.
NEONATUS, Mulai dalam 12 jam setelah lahir: per oral 2
mg/kg bb tiap 6 jam sampai berumur 6 minggu. Atau
intravena selama 30 menit dengan dosis1,5 mg/kg bb tiap 6
jam. Pasien yang sewaktu-waktu tidak dapat minum obat
per oral, berikan injeksi intravena selama 1 jam dengan
dosis 1-2 mg/kg bb tiap 4 jam, biasanya tidak lebih dari 2
minggu. Sediaan kombinasi zidovudin 300 mg dan
lamivudin 150 mg dapat diberikan dua kali sehari 1 tablet,
dapat diberikan dengan atau tanpa makanan.

6.6.3.2. Non nucleoside reverse transcriptase inhibitor


1. Evafirens
Indikasi : terapi lini kedua HIV/AIDS dalam kombinasi dengan
antivirus lainnya.

55
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap Lopinavir dan Ritonavir;


gangguan hati berat; penggunaan bersama dengan
benzodiazepin (midazolam, triazolam), derivat ergot,
(ergotamin, dihidroergotamin, ergonovin, metilergonovin),
neuroleptik (pimozid), motilitas saluran cerna (cisaprid),
antihistamin (astemizol, terfenadin); pemberian bersama
Rifampisin.
Perhatian : diabetes mellitus, pankreatitis, gangguan fungsi hati,
hemofilia, redistribusi lemak, sindrom rekonstitusi imun,
osteonekrosis, menyusui (hentikan menyusui selama
menggunakan Lopinavir dan Ritonavir karena potensi efek
samping dan transmisi HIV pada bayi), lansia; monitor
plasma metadon pada penggunaan bersama metadon; tidak
direkomendasikan penggunaan bersama tipranavir,
lovastatin, simvastatin, atorvastatin, vorikonazol.
2. Nevirapin
Indikasi : infeksi HIV progresif atau lanjut. Dalam kombinasi
dengan anti retroviral lainnya digunakan untuk infeksi HIV.
Resistensi nevirapin dapat terjadi dengan cepat dan tanpa
adanya bentuk, oleh karena itu nrvirapin harus diberikan
secara kombinasi dengan sekurang-kurangnya 2
antiretroviral lain; Pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak pada wanita hamil.
Dosis : 200 mg sekali sehari untuk 14 hari pertama kemudian
(jika tidak muncul ruam kulit) 200 mg dua kali sehari;
ANAK berusia 2 bulan-8 tahun, 4 mg/kg bb sekali sehari
untuk 14 hari pertama kemudian (jika tidak muncul ruam
kulit) 7 mg/kg bb dua kali sehari (maks. 400 mg sehari); 8-
16 tahun (tetapi di bawah 50 kg), 4 mg/kg bb sekali sehari
untuk 14 hari pertama kemudian (jika tidak muncul ruam
kulit) 4 mg/kg bb dua kali sehari (maksimal 400 mg
sehari); lebih dari 50 kg seperti dosis dewasa. Untuk
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, dosis untuk
wanita hamil adalah dosis tunggal 200 mg, yang diikuti
oleh bayi yang baru lahir 2 mg/kg bb sebagai dosis tunggal
secara oral dalam waktu 72 jam setelah dilahirkan.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap nevirapin, menyusui; gangguan
fungsi hati yang berat; profilaksis setelah pemaparan (post-
exposure prophylaxis).
Perhatian : gangguan fungsi hati, hepatitis B kronik, hepatitis C
kronik, hitungan sel CD4 tinggi, dan wanita (semua risiko
yang berat dari efek samping hepar-produsen menyarankan
56
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

untuk menghindari penggunaanya pada wanita dengan


hitungan sel CD4 lebih besar daripada 250 sel/mm3 atau
pada laki-laki dengan hitungan sel CD4 lebih besar dari
400 sel/mm3 kecuali jika keuntungannya lebih besar
dibanding risikonya); kehamilan.
Efek Samping : ruam kulit termasuk sindrom Steven-Johnson (jarang),
nekrolisis epidermal toksik (lihat juga perhatian di atas);
mual, hepatitis (lihat juga penyakit hepatik di atas), sakit
kepala; muntah, nyeri abdomen, lelah, demam dan mialgia;
diare (jarang), angiodema, anafilaksis, reaksi
hipersensitifitas (termasuk reaksi hepatik dan ruam kulit,
lihat penyakit hepatik di atas), atralgia, anemia, dan
granulositopenia (lebih sering pada anak- anak); reaksi
neuropsikiatri (sangat jarang).

6.6.3.3. Protease inhibitor


1. Kombinasi lopinavir+ritonavir
Indikasi : terapi lini kedua HIV/AIDS dalam kombinasi dengan
antivirus lainnya.
Dosis : Tablet ditelan, tidak boleh dikunyah, diapatahkan atau
dihancurkan. Dewasa: pasien yang baru memulai
pengobatan: Lopinavir/Ritonavir 400/100 mg dua kali
sehari dengan atau tanpa makanan atau 800/200 mg sekali
sehari dengan atau tanpa makanan. Pasien yang sudah
mempunyai riwayat terapi sebelumnya;
Lopinavir/Ritonavir tablet 400/100 mg dua kali sehari
dengan atau tanpa makanan. Terapi bersama dengan obat
lain: Efavirenz, nevirapin, amprenavir atau nelvinafir:
peningkatan dosis Lopinavir/Ritonavir sampai dengan
500/125 mg dua kali sehari perlu dipertimbangkan pada
penggunaan bersamaan pada pasien yang sudah
mempunyai riwayat terapi sebelumnya dimana di duga
mengalami penurunan sensitifitas secara klinis terhadap
Lopinavir (berdasarkan riwayat terapi atau hasil
pemeriksaan laboratorium). Sebaiknya lopinavir/ritonavir
tidak diberikan sekali sehari.
Anak-anak: Lopinavir/Ritonavir 400/100 mg dua kali
sehari yang tidak digunakan bersama efafirenz, nevirapin,
nelvinafir atau amprenavir dapat diberikan pada anak
dengan BB 35 kg atau lebih atau dengan luas area
permukaan tubuh (BSA) 1,4 m2 atau lebih. Pada anak
dengan BB kurang dari 35 kg atau dengan luas area
57
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

permukaan tubuh (BSA) antara 0,6 sampai dengan 1,4 m 2


dan sudah dapat menelan tablet utuh, mengikuti aturan
dosis sebagai berikut:
    BSA ≥ 0,6 - < 0,9: 2 tablet 200/50 mg, 2 kali sehari
   BSA ≥ 0,9 - < 1,4: 3 tablet 300/75 mg, 2 kali sehari
    BSA ≥ 1,4: 4 tablet 400/100 mg, 2 kali sehari

6.6.4. Antihepatitis
6.6.4.1. Adefovir dipivoksil
Indikasi : infeksi hepatitis B kronis dengan decompensated liver
disease yang disertai replikasi virus dan inflamasi liver
aktif secara histologi atau dengan decompensated live.
Dosis : Dosis: DEWASA, di atas 18 tahun, 10 mg satu kali sehari.

6.6.4.2. Entekavir
Indikasi : pengobatan infeksi virus hepatitis B kronik pada pasien
dewasa dengan bukti replikasi virus aktif dan bukti
peningkatan serum aminotransferase (ALT dan AST) atau
penyakit yang aktif secara histologi.
Dosis : Pengobatan infeksi virus Hepatitis B kronik, dewasa dan
remaja di atas 16 tahun, 0,5 mg sekali sehari; riwayat
viremia Hepatitis B saat minum lamivudin atau resisten
terhadap lamivudin, 1 mg sekali sehari. Diberikan saat
perut kosong (2 jam setelah makan dan 2 jam sebelum
makan berikutnya).
Penyesuaian dosis direkomendasikan pada pasien dengan
bersihan kreatinin <50mL/menit, termasuk pasien yang
sedang menjalani hemodialisis atau continuous ambulatory
peritoneal dyalisis (CAPD) (lihat Tabel berikut).
Bersihan Kreatinin  Keterangan Dosis
≥ 50 mL/menit  0,5 mg sekali sehari, jika pasien sudah pernah menerima Lamivudin 1
mg sekali sekali
 30 - <50  0,25 mg sekali sehari atau 0,5 mg tiap 48 jam, jika pasien sudah pernah
menerima Lamivudin 0,5 mg sekali sehari atau 1 mg tiap 48 jam
 10 -<30  0,15 mg sekali sehari atau 0,5 mg tiap 72 jam, jika pasien sudah pernah
menerima Lamivudin 0,3 mg sekali sehari atau 1 mg tiap 72 jam
<10 0,05 mg sekali sehari atau 0,5 mg tiap 7 hari, jika pasien sudah pernah
menerima lamivudin 0,1 mg sekali sehari atau 1 mg tiap 7 hari
Hemodialisisa atau
CAPD
a
Bila diberikan di hari hemodialisis, obat ini diberikan sesudah hemodialisis.

6.6.4.3. Interferon alfa

58
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

- Inj 18 MIU
- Hanya untuk penderita hepatitis C
- Hanya boleh diresepkan oleh KGEH

6.6.4.4. Lamivudin
Indikasi : Pengobatan infeksi hepatitis B kronik dengan replikasi
aktif.
Dosis : D : 100 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : Eksaserbasi hepatitis kecil, kerusakan ginjal berat, hamil.
Efek Samping : Gejala yang disertai dengan ISPA, sakit kepala, mual,
nyeri perut, diare, tidak enak badan.
Interaksi Obat : Trimetoprin menyebabkan peningkatan kadar lamivudin
dalam plasma.

6.6.4.5. Pegylated interferon alfa 2a


- Hanya untuk penderita hepatitis C
- Hanya boleh diresepkan oleh KGEH
- Inj 135 mcg/0,5 ml
- Inj 180 mcg/0,5 ml

6.6.4.6. Pegylated interferon alfa 2b


- Dapat digunakan untuk hepatitis B dan C
- Hanya boleh diresepkan oleh KGEH
- Serbuk inj 50 mcg, 80 mcg, 100 mcg, 120 mcg

6.6.4.7. Ribavirin
Indikasi : mengobati Hepatitis C kronis dalam kombinasi dengan
interferon alfa 2b; bronkiolitis berat karena respiratory
synctial virus (RSV) pada bayi dan anak-anak.
Dosis : Tidak efektif sebagai monoterapi untuk pengobatan
Hepatitis C. Harus dikombinasi dengan interferon alfa-2b
(3 MIU, 3 kali seminggu) Dosis oral: 1000-1200 mg per
hari dalam 2 dosis terbagi (pagi dan malam), dalam
kombinasi dengan larutan injeksi interferon alfa-2b selama
24-48 minggu untuk pasien yang belum mendapat
pengobatan atau selama 24 minggu untuk pasien
kambuhan. Dosis ribavirin tergantung berat badan pasien;
Berat badan kurang dari atau sama dengan 75 kg: 1000 mg
per hari dengan cara 400 mg pagi hari dan 600 mg malam
hari. Berat badan > 75 kg: 1200 mg per hari dengan cara 2
kali 600 mg.
59
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

6.6.4.8. Telbivudin
Indikasi : pengobatan hepatitis B kronik pada pasien dengan
replikasi virus dan peradangan liver aktif.
Dosis : dewasa, oral, dosis yang direkomendasi kan untuk
pengobatan hepatitis B kronik 600 mg 1 kali sehari, dengan
atau tanpa makanan, gangguan fungsi ginjal, telbivudin
dapat digunakan untuk pengobatan hepatitis B kronik pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal, tidak perlu
dilakukan penyesuaian dosis telbivudin pada pasien dengan
klirens kreatinin ≥ 50 mL/ menit, penyesuaian interval
pemberian dosis diperlukan pada pasien dengan klirens
kreatinin <50 mL/ menit termasuk pasien dengan End
Stage Renal Disease (ESRD) pada hemodialisa,
penyesuaian interval pemberian dosis pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal sebagai berikut: klirens kreatinin
≥50 mL / menit, 600 mg sekali sehari, klirens kreatinin 30 -
49 mL / menit, 600 mg setiap 48 jam, klirens kreatinin < 30
mL / menit (tidak memerlukan dialisa), 600 mg setiap 72
jam, pasien dengan ESRD, 600 mg setiap 96 jam,
perubahan yang disarankan pada interval pemberian dosis
berdasarkan ekstrapolasi data pasien pada berbagai tingkat
gangguan fungsi ginjal, termasuk ESRD, diperlukan
pemantauan secara intensif untuk memastikan keamanan
dan efikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal,
untuk pasien dengan ESRD, telbivudin harus diberikan
setelah hemodialisa, tidak direkomendasikan untuk anak
berusia di bawah 16 tahun.

6.6.4.9. Tenofovir
Indikasi : terapi lini kedua untuk pengobatan HIV-1 pada pasien
dewasa, dalam kombinasi dengan anti retroviral lainnya
(seperti penghambat protease atau
penghambat reverse transkriptase nukleosida (NRTIs)).
Tidak direkomendasikan digunakan sebagai: salah satu
komponen pada triple regimen nukleosida, kombinasi
dengan produk yang mengandung lamivudin. Penggunaan
pada pasien yang pernah mendapatkan terapi obat ini
sebelumnya berdasarkan pada pemeriksaan laboratorium
dan riwayat pengobatan.
Dosis : 1 tablet sekali sehari (1 tablet mengandung 200 mg
emtrisitabin + 300 mg tenofovir disoproksil fumarat)
60
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

bersama atau tanpa makanan. Pada pasien dengan klirens


kreatinin ≥ 50 mL/min, interval dosis yang disarankan yaitu
setiap 24 jam. Sedangkan untuk klirens kreatinin 30-49
mL/min, interval dosis yang disarankan yaitu setiap 48 jam.
Pasien dengan klirens kreatinin < 30 (termasuk yang
memerlukan hemodialisa), obat ini sebaiknya tidak
digunakan.
Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Perhatian : Dilaporkan terjadi asidosis laktat dan hepatomegali berat
dengan steatosis, serta kasus fatal pada penggunaan
bersama dengan anti virus lainnya– hentikan penggunaan;
obesitas dan penggunaan nukleosida jangka panjang
merupakan faktor resiko. Terapi dengan obat ini harus
ditunda pada pasien dengan kecurigaan asidosis laktat
atau hepatotoxicity (termasuk hepatomegali dan steatosis).
Tidak digunakan untuk terapi HBV kronik, dilaporkan
terjadi perburukan hepatitis B akut yang berat setelah
penghentian penggunaan obat ini; menyebabkan gangguan
fungsi ginjal, diperlukan penyesuaian dosis pada pasien
dengan klirens kreatinin 30-49 mL/min; tidak dapat
digunakan pasien gangguam ginjal dengan klirens creatinin
<30 mL/min/hemodialisis; hindari penggunaan bersama
dengan obat nefrotoksik, obat yang mengandung
lamivudine dan adefovir dipivoxil; Menyebabkan
penurunan Bone Mineral Density (BMD); redistribusi /
akumulasi lemak tubuh; Immune Reconstitution Syndrome;
kehamilan, menyusui, anak usia di bawah 18 tahun, lansia.
Interaksi Obat : penggunaan bersama dengan didanosin dapat
meningkatkan terjadinya efek samping didanosin seperti
pancreatitis dan neuropathy; Supresi CD4 dapat terjadi
pada penggunaan bersama didanosine 400 mg per hari;
Penggunaan bersama dengan atazanavir harus disertai
dengan ritonavir, lopinavir/ritonavir dan meningkatkan
konsentrasi tenofovir; penggunaan bersama dengan obat
yang dieliminasi dengan sekresi tubular aktif akan
meningkatkan konsentrasi tenofovir, misalnya asiklovir,
adefovir, dipivoksil, sidofovir, gansiklovir, valacyclovir,
valgansiclovir.

7. Antimigren dan antivertigo


7.1. Antimigren
61
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

7.1.1. Profilaksis
7.1.1.1. Propanolol
Nama Dagang :
a. Propanolol tab
Indikasi : terapi hipertensi, angina pectoris, ansietas takikardia,
disaritmia jantung, kardiomiopati obstruktif hipertrofi &
tremor esensia. Terapi tambahan dari tirotoksikosis &
fekromositoma. Profilaksis setelah infark miokard akut,
migren dan angina pectoris.
Dosis : D & A < 12 tahun : angina pectoris 20 mg 3-4x sehari,
ditingkatkan bertahap s/d 40 mg 3-4x sehari, maksimal
200-280 mg/hari jika perlu. Aritsmia jantung : 10-30 mg 3-
4x sehari. Hipertensi 20 mg 3x sehari, ditingkatkan setelah
3 hari menjadi 40 mg 3-4x sehari. Migren profilaksi D : 40
mg 2-3x sehari. Kardiomiopati obstruksi hipertrifi 10-20
mg 3-4x sehari. A < 12 tahun setengah dosis dewasa.
Aturan Pakai : sebelum makan.
Kontra indiaksi : bok AV derajat 2 & 3, syok kardiogenik. Riwayat
bronkospasme & asidosis metabolik.
Perhatian : gangguan penerimaan jantung, gagal jantung, DM,
hipertiroid, anestesi.
Efek Samping : Gangguan GI, kelemahan otot, lelah, jarang ; bradikardia,
parestesia, trombositopenia, purpura, ruam kulit.
Interaksi Obat : meningkatkan efek depresan miokardium yang lain, Ca
antagonis & hipogikemi. Efek dihiangkan oleh isoprenalin.
Efek vasokontriksi perifer ditingkatkan oeh penghambat
saraf adenergik & deplesia katekolamin.

7.1.2. Serangan akut


7.1.2.1. Ergotamine
Indikasi : Serangan migren akut dan migren varian yang tidak
responsif terhadap analgesik.
Dosis : pada mula kerja : 1-2 tablet, maksimal 4 Tablet dalam 24
jam. Dapat diulang dengan interval tidak kurang dari 4 hari,
Maksimal : 8 Tablet per minggu. ANAK tidak dianjurkan.

7.1.2.2. Kombinasi ergotamine+kafein


Nama Dagang :
a. Antimigrein tab
b. Ericaf tab
Indikasi : Migren akut, sakit kepala vaskuler.

62
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : Dewasa awal 2-3 tablet. Dapat diberi 1 tablet lagi bila
keluhan tidak berkurang setelah ½ jam. Dosis maksimal 6
tablet/hari atau 10 tablet/minggu.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Gangguan pembuluh darah perifer, penyumbatan
pembuluh darah, PJK, hipertensi berat, migren, insufisiensi
hati dan ginjal, hamil, laktasi, sepsis.
Perhatian : Bila timbul rasa kesemutan pada jari tangan dan kali,
maka hentikan terapi.
Efek Samping : Mual, muntah, nyeri perut, pusing, sianosis, diare,
vasokontriksi perifer.
Interaksi Obat : Makrolid, protease HIV, anti jamur azole, sumatriptan,
penghambat reseptor 5-HT, propanolol, obat vasokontriksi

7.2. Antivertigo
7.2.1. Betahistin
Nama Dagang :
a. Vastigo tab
b. Mertigo SR tab
c. Mertigo tab
Indikasi : Vertigo, pusing, gangguan keseimbangan, meinere.
Dosis : Dewasa 1-2 tablet 3x sehari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Penderita feokromasitoma.
Perhatian : Tukak peptik, asma bronchial, feokromasitoma.
Efek Samping : Mual, muntah, ruam kulit.

8. Antineoplastik
8.1. Hormone dan antihormon
8.1.1. Anastrozol
Indikasi : pengobatan kanker payudara lanjut pada wanita post-
menopause dengan reseptor estrogen positif dan atau
reseptor progesteron positif.
Dosis : Oral, 1 mg satu kali sehari.

8.1.2. Bikalutamid
Indikasi : kanker prostat stadium lanjut dalam kombinasi dengan
analog gonadorelin atau operasi kastrasi; locally advanced
prostate cancer, sebagai terapi tunggal atau terapi ajuvan.
Dosis : Laki-laki dewasa termasuk pasien lansia: 1 tablet 150 mg
sekali sehari. Peningkatan akumulasi dapat terjadi pada
pasien dengan gangguan fungsi hati sedang sampai berat
63
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.1.3. Dexametason
Nama Dagang :
a. Dexametason tab, inj
b. Kalmetason inj
Indikasi : Alergi, penyakit kolagen, reumatik, leukimia dan
limfoma, syok, penyakit pernafasan, gangguan
hematologik, edema.
Dosis : Dewasa oral 0.5-10 mg/hari tiap 6 jam selama 2-10 hari.
Anak 0.2-5 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis, TB aktif atau
statis, infeksi akut.
Perhatian : Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi,
gagal ginjal kronik, uremia, usia lanjut, hamil.
Efek Samping : Retensi air dan garam, edema, hipertensi, gagal mental,
pankreatitis, gangguan penglihatan, atrofi, nafsu makan
meningkat, pertumbuhan lambat.
Interaksi Obat : Efektifitas, berkurang dengan fenitoin, antibiotik lain,
fenobarbital, rifampisin, vitamin A, tetrasiklin dan
antibiotik lain, tiazid. Antikoagulan oral, hipoglikemik oral
dan salisilat.

8.1.4. Eksemestan
Indikasi : kanker payudara lanjut pada wanita post-menopause
dimana penyakitnya berkembang seiring dengan terapi
antiestrogen. Pemilihan pasien harus berdasarkan status
reseptor estrogen dan progesteron positif.
Dosis : Oral, 25 mg sekali sehari sesudah makan.

8.1.5. Goserelin asetat


Indikasi : kanker prostat; kanker payudara stadium lanjut &
endometriosis.
Dosis : kanker prostat dan kanker payudara: 3,6 mg setiap 28 hari
injeksi subkutan ke dalam dinding abdominal anterior.

8.1.6. Letrozol
Indikasi : Pengobatan kanker payudara lanjut pada wanita
postmenopause dan pada wanita dengan status
postmenopause yang diinduksi secara alami atau buatan
yang telah diterapi dengan antiestrogen. Terapi pre-operasi
pada wanita postmenopause yang mengidap kanker
64
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

payudara positif reseptor hormon terlokalisasi, untuk


memudahkan bedah breast-conserving pada wanita yang
tidak dipertimbangkan sebagai kandidat untuk bedah ini.
Dosis : 2,5 mg sekali sehari (selama 3 tahun setelah tamoksifen);
hentikan penggunaan jika terjadi. perkembangan tumor.

8.1.7. Leuprorelin asetat


Indikasi : kanker prostat bermetastase, endometriosis pada organ
genital dan ekstragenital (dari stadium I sampai stadium
IV), pubertas prekoks sentral.
Dosis : kanker prostat, 3,75 mg injeksi subkutan atau
intramuskular setiap 4 minggu, 11,25 mg injeksi subkutan
atau intramuskular setiap 3 bulan, endometriosis, 3,75 mg
injeksi subkutan atau intramuskular setiap 4 minggu,
pengobatan harus dimulai dalam 5 hari pertama dari siklus
haid. 11,25 mg injeksi subkutan atau intramuskular setiap 3
bulan, endometriosis diterapi selama tidak lebih dari 6
bulan apapun stadiumnya, pubertas prekoks sentral, dosis
pemberian berdasarkan rasio mg/kg berat badan, dosis awal
0,3 mg/kg BB setiap 4 minggu (minimum 7,5 mg), injeksi
intramuskular. Berat badan < 25 kg, dosis 7,5 mg, BB 25-
37,5 kg, dosis 11,25 mg, BB > 37,5 kg, dosis 15 mg, jika
mekanisme regulasi menurun tidak tercapai, dosis harus
dititrasi dengan peningkatan 3,75 mg setiap 4 minggu
sebagai dosis pemeliharaan.

8.1.8. Medroksi progesterone asetat


Indikasi : kontrasepsi (penekan ovulasi)
Dosis : Oral, 2,5-10 mg/hari selama 5-10 hari dimulai pada hari
ke 16-21 siklus, diulang selama 2 siklus pada perdarahan
disfungsi uterus dan 3 siklus pada amenorea sekunder.
Endometriosis ringan sampai sedang, 10 mg 3 kali/hari
selam 90 hari berturut-turut, dimulai pada hari pertama
siklusProgestogenik berlawanan estrogen TSH, 10 mg/hari
selama 14 hari terakhir dari tiap siklus 28 hari estrogen
TSH.

8.1.9. Metilprednisolon
Nama Dagang :
a. Metilprednison tab, inj
b. Metrison 4 mg tab
c. Somerol 4 mg tab
65
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

d. Toras 4 mg tab
Indikasi : Kelainan endokrin, penyakit reumatik, penyakit kolagen,
penyakit kulit, alergi, penyakit mata, penyakit saluran
nafas, kelainan hematologi, edema, gangguan saluran
cerna.
Dosis : Awal 2-48 mg/hari,. Sklerosis multiple 160 mg/hari
selama 1 minggu, dilanjutkan 64 mg/hari selama 1 bulan.
IM/IV lambat/ Infuse IV mulai 10-100 mg.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Infeksi jamur sistemik.
Perhatian : Penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi, vaksinasi,
TB, sirosis, hipotiroid, hamil dan laktasi.
Efek Samping : Gangguan elektrolit dan cairan tubuh, gangguan
pencernaan, keringat berlebihan, urtikaria, osteoporosis,
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan siklus
menstruasi, DM, hambatan pertumbuhan pada anak,
katarak, glaucoma.
Interaksi Obat : Siklosporin, phenobarbital, phenitoin, rifampisin,
karbamazepin, pirimidon, ketokonazole, aspirine,
antikolinesterase, antihipertensi, diuretic

8.1.10. Tamoksifen
Indikasi : kanker payudara; lihat keterangan di atas.
Dosis : kanker payudara: 20 mg sehari.

8.1.11. Testosterone
Indikasi :terapi pengganti testosterone pada kelainan hipogonadal
pria primer atau sekunder

Dosis : 120-160 mg selama 2-3 minggu.

8.2. Imunosupresan
8.2.1. Azatioprin
Indikasi : digunakan pada transplantasi dan digunakan untuk
pengobatan beberapa kondisi autoimun, umumnya bila
penggunaan kortikosteroid tunggal tidak memberi hasil
yang cukup baik. Azatioprin dimetabolisme menjadi
merkaptopurin dan dosisnya sebaiknya dikurangi bila
digunakan bersama allopurinol.
Dosis : oral, 3 mg/kg bb/hari, dikurangi sesuai dengan respons;
dosis pemeliharaan 1-3 mg/kg bb; bila tak ada perbaikan
dalam 3 bulan, pertimbangkan untuk menghentikan terapi.

66
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.2.2. Everolimus
Indikasi : karsinoma sel ginjal tingkat lanjut setelah gagal terapi
dengan sunitinib atau sorafenib, tumor neuroendokrin
progresif dengan pancreatic origin (PNET) tingkat lanjut
pada pasien yang unresectable, terlokalisasi atau
metastatik, subependymal giant cell astrocytoma (SEGA)
terkait dengan sklerosis tuberus yang memerlukan terapi
tetapi tidak dapat di operasi.
Dosis : Oral sekali sehari diberikan bersama atau tidak bersama
makanan. Tablet everolimus harus ditelan utuh, tidak boleh
dikunyah atau digerus. Bila pasien tidak dapat menelan
maka tablet dapat dilarutkan dalam 30 ml air, diaduk dan
segera diminum
Dewasa: karsinoma: dewasa: 10 mg sekali sehari, harus
ditelan utuh, tidak boleh dibelah atau dikunyah. Dapat
diturunkan menjadi 5 mg sekali sehari atau selang sehari,
jika terjadi efek samping berat yang tidak dapat ditoleransi,
atau diberikan bersamaan dengan penghambat CYP3A4
sedang atau penghambat PgP. Dapat ditingkatkan secara
bertahap dengan penambahan 5 mg, dan seterusnya hingga
20 mg jika diberikan bersamaan dengan penginduksi
CYP3A4 kuat, namun hindari penggunaan bersamaan.
profilaksis penolakan organ: oral, dosis awal 0,75 mg setiap
12 jam, dilakukan penyesuaian dosis selama 4-5 hari
berdasarkan kadar darah, toleransi, respon individual,
perubahan pada co-medication, dan kondisi klinik.,
karsinoma sel ginjal tingkat lanjut dan tumor
neuroendokrin progresif dengan pancreatic origin (PNET)
tingkat lanjut: 10 mg satu kali sehari.
Subependymal Giant Cell Astrocytoma (SEGA)
berhubungan dengan sklerosis tuberus (TS): rekomendasi
dosis mula obat pada pengobatan SEGA untuk pasien
dengan luas permukaan tubuh ≤ 1,2 m2 , 1,3 m 2 sampai
2,1 m2 , dan ≥ 2,2 m2 berturut-turut adalah 2,5 mg, 5 mg,
dan 7,5 mg.
Dosis harus dititrasi untuk mencapai konsentrasi dalam
darah 5 – 15 ng/mL. Dosis ditingkatkan sebesar 2,5 mg
setiap 2 minggu jika konsentrasi dibawah 5 ng/mL.
Gangguan hati sedang: dosis 5 mg/ hari untuk pasien PNET
tingkat lanjut, dosis dikurangi sampai 50% dan dititrasi

67
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

hingga konsentrasi everolimus dalam darah 5 – 15 ng/mL


untuk pasien SEGA.

8.2.3. Leflunomid
Indikasi : Sebagai DMARDs pada reumatoid artritis aktif pada
pasien dewasa dan psoriatik artritis aktif.
Dosis : reumatoid artritis, dewasa usia di atas 18 tahun, dosis
muatan 100 mg sekali sehari selama 3 hari kemudian dosis
pemeliharaan, 10-20 mg sekali sehari.Psoriatik artritis,
dewasa usia di atas 18 tahun, dosis awal 100 mg sekali
sehari selama 3 hari selanjutnya dosis pemeliharaan 20 mg
sekali sehari.Perbaikan kondisi biasanya terjadi setelah 4-6
minggu dan bisa bertahan sampai 4-6 bulan. Leflunomid
dimaksudkan untuk penggunaan jangka panjang.AINS dan
atau kortikosteroid dosis rendah tetap dapat diberikan
bersama leflunomid.

8.2.4. Metotreksat
Indikasi : terapi penunjang leukemia limfositik akut pada anak,
koriokarsinoma, limfoma non-Hodgkin, dan beberapa
tumor solid.
Dosis : oral, leukemia pada anak (dosis pemeliharaan) 15
mg/m2/minggu dalam kombinasi dengan obat lain

8.2.5. Mikofenolat mofetil


Indikasi : profilaksis penolakan organ akut pada pasien yang
menerima transplantasi ginjal allogenik dan transplantasi
jantung allogenik. Mikofenolat mofetil harus digunakan
bersamaan dengan siklosporin dan kortikosteroid

Dosis : Dosis standar untuk profilaksis penolakan akut pada


transplantasi ginjal,Dosis awal harus diberikan secara oral
dalam 72 jam setelah transplantasi. Walaupun dosis 1,5 g
yang diberikan dua kali sehari (dosis harian 3 g) digunakan
dalam uji klinik dan terbukti aman dan efektif, tidak ada
manfaat efikasi yang bisa diterbitkan untuk pasien
transplantasi ginjal. Pasien yang menerima 2 g mikofenolat
mofetil per hari menunjukkan profil kemanan keseluruhan
yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang
menerima 3 g mikofenolat mofetil per hari.
Dosis standar untuk profilaksis penolakan akut pada
transplantasi jantung;Dosis awal harus diberikan secara

68
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

oral dalam 5 hari setelah transplantasi. Dosis 1,5 g yang


diberikan dua kali sehari (dosis harian 3 g)
direkomendasikan untuk digunakan pada pasien
transplantasi jantung. 
Pemberian secara oral;Dosis awal harus diberikan
sesegera mungkin setelah transplantasi ginjal atau jantung.
Instruksi dosis khusus
Neutropeni,Jika neutropenia berkembang (jumlah neutrofil
absolut < 1,3 x 103/mcL), pengobatan harus dihentikan atau
dosis dikurangi.
Gangguan fungsi ginjal berat, pada pasien transplan ginjal
dengan kerusakan ginjal kronik parah (kecepatan filtrasi
glomerular < 25 mL/menit/1,73 m2), diluar periode post-
transplan atau setelah pengobatan rejeksi akut atau
refraktori, dosis lebih besar dari 1 g yang diberikan dua kali
sehari harus dihindari. Tidak ada data tersedia untuk pasien
transplan jantung dengan kerusakan ginjal kronik parah.
Lansia (≥ 65 tahun, dosis oral 1 g dua kali sehari yang
direkomendasikan untuk pasien transplantasi ginjal dan 1,5
g dua kali sehari. untuk pasien transplantasi jantung.

8.2.6. Siklosporin
Indikasi : transplantasi organ atau jaringan yaitu untuk mencegah
reaksi penolakan setelah transplantasi sumsum tulang,
ginjal, hati, jantung, pankreas, dan jantung-paru, serta
untuk profilaksis dan terapi penyakit graft-versus-host
Dosis : transplantasi organ, digunakan sendiri, dewasa dan anak?
nak lebih dari 3 bulan, 3? mg/kg bb per hari melalui infusi
intravena selama 2? jam dari sehari sebelum transplantasi
hingga 2 minggu setelah operasi (atau 12,5?5 mg/kg bb per
hari melalui oral). Kemudian 12,5 mg/kg bb per hari
melalui oral selama 3? bulan kemudian hentikan (dapat
digunakan hingga 1 tahun setelah transplantasi).Sindroma
nefrotik, melalui oral 5 mg/kg bb per hari dalam 2 dosis
terbagi; anak?nak 6 mg/kg bb per hari dalam 2 dosis
terbagi; pengobatan untuk perawatan, dosis diturunkan
hingga ke dosis efektif terkecil, disesuaikan menurut
pengukuran proteinuria dan serum kreatinin; hentikan
pengobatan setelah 3 bulan jika tidak ada peningkatan
dalam glomerulonefritis atau glomerulonekrosis (setelah 6
bulan dalam membran glomerulonefritis).

69
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.2.7. Takrolimus
Indikasi : Digunakan bersama dengan kortikosteroid adrenal dan
mikofenolat mofetil pada pencegahan penolakan organ
pada penerima transplantasi hati dan ginjal, pengobatan
penolakan transplantasi hati atau ginjal, allograft yang
gagal diatasi dengan imunosupresan lain.

Dosis : Dewasa:imunosupresi primer, transplantasi hati: dosis


oral awal 0,1–0,20 mg/kg BB/hari harus diberikan dalam
dua dosis terbagi, dosis oral awal telah diberikan dalam
rentang 0,02–0,30 mg/kg BB/hari, imunosupresi primer–
pasien dewasa, transplantasi ginjal: dosis oral awal 0,15-
0,30 mg/kg BB/hari harus diberikan dalam dua dosis
terbagi (pagi dan sore), imunosupresi primer–anak-anak
penerima transplan hati atau ginjal: pengalaman pemberian
oral awal pada pasien anak-anak terbatas, dosis oral awal
0,30 mg/kg BB/hari harus diberikan dalam dua dosis
terbagi (mis. pagi dan sore), pada semua pasien anak-anak
(kecuali yang memiliki kerusakan fungsi hati dan ginjal)
direkomendasikan untuk diberikan satu setengah hingga
dua kali lipat dosis dewasa. Dosis pemeliharaan pada
transplantasi hati dan ginjal: pengurangan dosis bersifat
individual.  Pada pasien yang resisten terhadap siklosporin,
pemberian tidak kurang dari 24 jam setelah pemberian
siklosporin. Pasien dengan kerusakan hati: penurunan
dosis.
Obat diberikan pada saat perut kosong, atau minimal 1 jam
sebelum atau 2-3 jam setelah makan.
Dosis sediaan lepas lambat: pencegahan penolakan pada
transplantasi ginjal: 0,20- 0,30 mg/kg BB/hari diberikan
satu kali sehari pada pagi hari, pemberian dimulai 24 jam
setelah operasi, pencegahan penolakan pada transplantasi
hati: 0,10-0,20 mg/ kg bb/hari diberikan satu kali sehari
pada pagi hari, pemberian dimulai 12-18 jam setelah selesai
operasi, penggantian terapi dari sediaan kapsul biasa ke
lepas lambat: pemberian dari dua kali sehari menjadi satu
kali sehari dengan dosis yang tidak berubah, penggantian
terapi dari siklosporin menjadi takrolimus pemberian
takrolimus dimulai 24 jam setelah dosis siklosporin
terakhir, terapi penolakan transplantasi hati atau ginjal:
dosis awal takrolimus  sama dengan dosis untuk
pencegahan penolakan tranplantasi hatiatau ginjal.

70
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.3. Sitotoksik
8.3.1. Asparaginase
Indikasi : leukemia akut,
Dosis : limfoma50-200 ku/kg bb/ hari dalam infus intravena

8.3.2. Bevasizumab
Indikasi :terapi kanker metastatic di kolon atau anus pada kombinasi
dg 5-FU in/asam folat atau 5-FU/asam folat/irinotecan
Dosis : 5 mg/kgbbdlm infus IV sekali dalam 14 hari.

8.3.3. Bleomisin
Indikasi : kanker kulit termasuk kanker penis, skrotum dan vulva;
kanker pada kepala dan leher; kanker maxilla, lidah, bibir,
faring, rongga mulut; kanker esofagal, kanker serviks,
limfoma ganas: retikulosarkoma, limfosarkoma, penyakit
Hodgkin?; efusi pleura
Dosis : Injeksi intramuskular atau subkutanLarutkan 15?0 mg
(potensi) bleomisin dalam 5 mL larutan yang sesuai seperti
larutan garam fisiologi dll. Lalu suntikkan secara
intramuskular atau subkutan.Pada kanker kulit kepala dan
leher, kadar bleomisin yang disuntikkan tidak lebih dari 1
mg (potensi)/ mL disekeliling daerah target.Injeksi intra
arteriLarutkan 5?5 mg (potensi) bleomisin dalam larutan
untuk injeksi seperti larutan garam fisiologi, larutan
glukosa dll. Lalu suntikkan secara intraarteri dalam satu
suntikan atau dengan infus.Injeksi intravenaLarutkan 15?0
mg (potensi) bleomisin dalam 5?0 mL larutan yang sesuai
untuk intravena seperti larutan garam fisiologis, larutan
glukosa dll. Lalu suntikkan secara intravena dengan
perlahan. Pada pireksia, kurangi dosis menjadi 5 mg
(potensi) atau kurang, dan suntikkan lebih sering misalnya
2 kali sehari. Frekwensi penyuntikan, umumnya 1 kali
sehari sampai 1 kali seminggu, tergantung kondisi pasien.
Umumnya 2 kali seminggu. Dosis total Bleomisin
umumnya 300?00 mg

8.3.4. Busulfan
Indikasi : leukemia mieloid kronik
Dosis : induksi 60 mcg/kg bb/hari per oral sampai maks. 4
mg/hari; penunjang 0,5-2 mg/hari

71
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.3.5. Dakarbazin
Indikasi : melanoma dan sebagai terapi kombinasi untuk sarkoma
jaringan lunak. Juga sebagai salah satu komponen dari
terapi kombinasi penyakit Hodgkin (doksorubisin,
bleomisin, vinblastin, dan dakarbazin)
Dosis : dws;4,5 mg selama 10 hari; dapat diulang tiap 4 minggu ;
atau 250 mg/m2/hr selama 5 hari,dapat diulang tiap 3
minggu
8.3.6. Daktinomisin
Indikasi : pengobatan kanker pada anak-anak dan diberikan secara
intravena
Dosis : 15µg /kg/hr selama 5 hari setiap 3-6 minggu atau 400-
600 µg/kg/hr selama 5 hari setiap 3-6 minggu

8.3.7. Daunorubisin
Indikasi : leukemia akut
Dosis : iv: 30-60 mg/m2/hari selama 3 hari setiap 3-6 minggu

8.3.8. Doksorubisin
Indikasi : digunakan untuk leukemia akut, limfoma, dan beberapa
jenis tumor solid. Obat ini diberikan dalam infus yang cepat
dengan interval 21 hari.
Dosis : total kumulatif dosis dibatasi sampai 450 mg/m2 luas
permukaan tubuh, sebab di atas dosis ini biasanya dapat
terjadi gagal jantung fatal.

8.3.9. Dosetaksel
Indikasi : terapi tambahan pada kanker payudara node positif dan
node negatif yang dapat dioperasi diberikan secara
kombinasi dengan doksorubisin dan siklofosfamid, kanker
payudara stadium lanjut atau metastase dalam kombinasi
dengan doksorubisin untuk kemoterapi awal atau terapi
tunggal untuk kanker payudara stadium lanjut atau
metastase yang gagal diobati dengan antrasiklin atau zat
pengalkilasi, kanker payudara metastase dengan tumor
over express HER2 untuk kemoterapi awal dalam
kombinasi dengan trastuzumab, kanker payudara stadium
lanjut atau metastase dalam kombinasi dengan kapesitabin
yang gagal diobati antrasiklin, kanker paru non small cell
stadium lanjut atau metastase yang gagal diobati dengan
kemoterapi sebelumnya atau dalam kombinasi dengan
sisplatin/karboplatin untuk kemoterapi awal, kanker
72
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

ovarium metastase yang gagal diobati dengan kemoterapi


sebelumnya, adenokarsinoma gastrik metastase termasuk
adenokarsinoma gastroesophageal junction sebagai
kemoterapi awal dalam kombinasi dengan sisplatin dan 5-
fluorourasil, kanker lanjut squamous cell pada kepala dan
leher dalam kombinasi dengan sisplatin dan 5- fluorourasil,
kanker prostat metastase dalam kombinasi dengan
prednison/prednisolon.

Dosis : kanker payudara dan kanker paru non small cell, kanker
kepala dan leher, premedikasi terdiri dari kortikosteroid
oral seperti deksametason 16 mg/hari (8 mg dua kali sehari)
selama 3 hari diawali pada 1 hari sebelum penggunaan
dosetaksel, profilaksis menggunakan G-CSF dapat
digunakan untuk memitigasi risiko toksisitas hematologik,
kanker prostat, diberikan bersamaan dengan
prednison/prednisolon dengan premedikasi yang dianjurkan
adalah deksametason 8 mg diberikan 12 jam, 3 jam dan 1
jam sebelum penggunaan infus dosetaksel. Terapi
tambahan pada kanker payudara node positive dan node-
negative yang dapat dioperasi: dosis dosetaksel 75 mg/m2
diberikan 1 jam setelah doksorubisin dan siklofosfamid 500
mg/m2 setiap 3 minggu selama 6 siklus,
kanker payudara stadium lanjut atau metastasis, dosis
dosetaksel yang dianjurkan adalah 100 mg/m2
(monoterapi), pada pengobatan lini pertama, 75 mg/m2
dosetaksel diberikan kombinasi dengan doksorubisin 50
mg/m2 ), dalam kombinasi dengan trastuzumab dosis
dosetaksel yang direkomendasikan 100 mg/m2 setiap 3
minggu dengan trastuzumab diberikan setiap minggu,
pemberian dosetaksel yang berurutan dilakukan segera
setelah infus trastuzumab berakhir jika dosis trastuzumab
sebelumnya dapat ditoleransi, dalam kombinasi dengan
kapesitabin, dosis dosetaksel yang dianjurkan adalah 75
mg/m2 setiap 3 minggu, dikombinasi dengan 1250 mg/m2
kapesitabin 2 kali sehari (30 menit setelah makan) selama 2
minggu diikuti dengan periode istirahat 1 minggu,
perhitungan dosis kapesitabin berdasarkan luas permukaan
tubuh,
kanker paru non small cell: pada kemoterapi pasien untuk
kanker paru non small cell, dosis yang dianjurkan adalah
dosetaksel 75 mg/m2 segera diikuti dengan sisplatin 75

73
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

mg/m2 selama 30–60 menit, untuk pengobatan setelah


gagal dengan kemoterapi platinum, dosis yang dianjurkan
adalah 75 mg/m2 sebagai dosis tunggal,
kanker prostat metastase: dosis dosetaksel yang dianjurkan
adalah 75 mg/m2 , prednison/prednisolon 5 mg oral 2 kali
sehari diberikan secara kontinu,
adenokarsinoma gastrik: dosis yang direkomendasikan 75
mg/m2 sebagai infus selama 1 jam, diikuti dengan sisplatin
75 mg/m2 , sebagai infus selama 1-3 jam (kedua obat
diberikan pada hari pertama saja) diikuti 5-fluorourasil 750
mg/m2 per hari diberikan melalui infus 24 jam selama 5
hari, yang dimulai pada akhir pemberian sisplatin, terapi
diulangi setiap 3 minggu, pasien harus menerima
premedikasi dengan antiemetik dan hidrasi yang tepat
untuk pemberian sisplatin, profilaksis menggunakan G-CSF
harus digunakan untuk mitigasi risiko toksisitas
hematologik,
kanker kepala dan leher: harus diberikan premedikasi
dengan antiemetik, hidrasi yang cukup (sebelum dan
setelah pemberian sisplatin), profilaksis menggunakan G-
CSF untuk mitigasi risiko toksisitas hematologik, untuk
kemoterapi induksi yang diikuti dengan radioterapi, dosis
dosetaksel yang direkomendasikan 75 mg/m2 sebagai infus
selama 1 jam diikuti dengan infus sisplatin 75 mg/m2
selama 1 jam pada hari pertama diikuti dengan 5-
fluorourasil sebagai infus kontinu pada dosis 750 mg/m2
per hari selama 5 hari, untuk kemoterapi induksi yang
diikuti dengan kemoradioterapi, dosis dosetaksel yang
direkomendasikan 75 mg/m2 sebagai infus selama 1 jam,
diikuti dengan sisplatin 100 mg/m2 diberikan sebagai infus
selama 30 menit-3 jam, diikuti dengan 5-fluorourasil 1000
mg/m2 /hari sebagai infus kontinu pada hari 1-4, regimen
ini diberikan setiap 3 minggu selama 3 siklus, setelah
pemberian kemoterapi, diberikan kemoradioterapi,
kanker ovarium, dosis dosetaksel yang direkomendasikan
75-100 mg/m2 infus selama 1 jam setiap tiga minggu.
Dosis 100 mg/m2 memberikan respons rate yang lebih baik
namun diikuti dengan toksisitas yang lebih besar.
penyesuaian dosis dilakukan selama pengobatan, dosetaksel
diberikan jika jumlah neutrofil>1500 sel/mm3 , pada pasien
dengan febrile neutropenia, neutrofil <500 sel/mm3 selama
lebih dari 1 minggu, terajdi reaksi cutaneous kumulatif atau
74
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

berat, atau neuropati perifer berat selama pengobatan


dengan dosetaksel, dosis dosetaksel diturunkan dari 100
mg/m2 menjadi 75 mg/m2 dan/atau 75 mg/m2 menjadi 60
mg/m2 , bila reaksi berlanjut pada dosis 60 mg/m2 ,
pengobatan harus dihentikan.
8.3.10. Epirubisin
Indikasi : digunakan untuk leukemia akut, limfoma, dan beberapa
jenis tumor solid. Obat ini diberikan dalam infus yang cepat
dengan interval 21 hari.
Dosis : total kumulatif dosis dibatasi sampai 450 mg/m2 luas
permukaan tubuh, sebab di atas dosis ini biasanya dapat
terjadi gagal jantung fatal.

8.3.11. Erlotinib
Indikasi : kanker paru non small cell lanjut yang menetap atau
bermetastase setelah sebelumnya gagal pada paling tidak
satu pemberian regimen kemoterapi.
Dosis : Dosis oral per hari, 150 mg diberikan 1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan

8.3.12. Etoposid
Indikasi : karsinoma sel kecil di bronkus, limfoma, dan kanker
testikular
Dosis : osis oral yang dua kali lipat dosis intravena. Umumnya
etoposid diberikan setiap hari selama 3-5 hari dan tidak
boleh diulang sebelum 21 hari kemudian.

8.3.13. Fludarabin
Indikasi : leukemia limfositik kronik sel B yang sudah tidak
bereaksi lagi terhadap atau penyakitnya memburuk selama
atau setelah pengobatan
Dosis : Dosis yang dianjurkan 40 mg fludarabin fosfat/m2 luas
permukaan badan sekali sehari selama 5 hari berturut-turut
setiap 28 hari diberikan saat lambung kosong atau bersama
makanan. Tablet ditelan dengan air, jangan di hisap atau
dipecah. Lama pengobatan tergantung dari keberhasilan
pengobatan dan toleransi obat.

8.3.14. Fluorourasil
Indikasi : umor solid termasuk kanker payudara dan kanker saluran
cerna.

75
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : Oral, dosis pemeliharaan 15 mg/kg bb/minggu; maks 1 g


per hari

8.3.15. Gefitinib
Indikasi : pengobatan pada pasien dengan Non Small Cell Lung
Cancer (NSCLC) tingkat lanjut atau metastatik lokal yang
sebelumnya pernah menerima kemoterapi atau yang tidak
cocok dengan kemoterapi.
Dosis : 250 mg sehari sekali, dengan atau tanpa makan

8.3.16. Gemsitabin
Indikasi : kanker paru non small cell; kanker pankreas; kanker
kandung kemih
Dosis : Kanker paru non-small cell: Penggunaan tunggal,
Dewasa; 1000mg/m2 secara infus intravena selama 30
menit satu kali seminggu untuk 3 minggu berturut-turut dan
diikuti 1 minggu periode istirahat. Siklus 4 minggu ini
kemudian diulang kembali. Kanker pankreas: 1000 mg/m2
secara infus intravena selama 30 menit satu kali seminggu
untuk 7 minggu berturut-turut dan diikuti 1 minggu periode
istirahat Pemberian siklus berikutnya harus terdiri dari
injeksi seminggu sekali selama 3 minggu berturut-turut
yang dilakukan setiap 4 minggu. Kanker kandung kemih:
1000 mg/m2 secara infus intravena selama 30 menit pada
hari ke-1, 8 dan 15 pada siklus 28 hari dan dikombinasi
dengan sisplatin. Sisplatin diberikan 70mg/m2 pada hari
ke-1 diikuti pemberian gemsitabin atau pada hari ke-2 pada
setiap siklus 28 hari. Siklus 4 minggu ini kemudian
diulang. Penurunan dosis berdasarkan pengalaman
toksisitas pasien.

8.3.17. Hidroksi urea


Indikasi : melanoma ,meilositik leukemia kronik resisten, kanker
ovarium metastatic recurrent inoperable,

8.3.18. Idarubisin
Indikasi : kanker payudara, leukemia akut;
Dosis : dws; 12 mg/m2 setiap hari selama 3 hari perlahan-lahan.
Anak2; 10-12 mg/m2/hari selama 3 hari
8.3.19. Ifosfamid
Indikasi : terapi leukemia limfositik kronik, limfoma, dan tumor
solid.
76
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : total satu kurun 250-300 mg/kg bb; skedul: 50-60 mg/kg
bb/hari intravena selama 5 hari berturut-turut

8.3.20. Imatinib mesilat


Indikasi : Pengobatan leukemia mieloid kronis (CML) pada krisis
blast, pengobatan fase accelerated, atau dalam fase kronik
setelah gagal terapi alfa-interferon
dosis : 400 mg/hari untuk CML fase kronis, 600 mg/hari untuk
pengobatan fase accelerated atau krisis blast. Obat dimakan
sekali sehari dengan makanan dan air minum yang banyak.
Pengobatan harus dilanjutkan selama pasien masih
merasakan kegunaannya.

8.3.21. Irinotekan
Indikasi : kanker kolorektal lanjut,sebagai monoterapi kanker
kolorektal lanjut yang tidak memberikan respons pada
pemberian 5-fluorou rasil, kanker paru small-cell dalam
kombinasi dengan sisplatin
Dosis : dosis monoterapi: 350 mg/m 2 secara infus intravena (IV)
selama 30-90 menit setiap 3 minggu, Do sis kombinasi
dengan 5-fluorourasil dan asam folat: irinotekan 180 mg/m 2
secara infus IV selama 30-90 menit, diikuti dengan infus 5-
fluorourasil dan asam folat, diberikan setiap 2 minggu,
dosis kombinasi dengan sisplatin: irinotekan 65 mg/m2
infus IV selama 30-90 menit, diberikan setelah sisplatin 30
mg/m2, kombinasi diberikan setiap 6 minggu, diberikan
pada hari-1 (sisplatin) dan hari-8 (irinotekan) dengan selang
21 hari, penyesuaian dosis pada pasien yang mengalami
netropenia berat yang asimtomatik, demam atau infeksi
karena netropenia atau diare berat : dosis 350 mg/m 2
diturunkan menjadi 300 mg/m 2 pada siklus berikutnya dan
jika pasien masih mengalami netropenia berat ya ng
asimtomatik, demam atau infeksi karena netropenia atau
diare berat: dosis 300 mg/m 2 diturunkan menjadi 250 mg/m
2
pada siklus berikutnya. Irinotekan tidak boleh diberikan
3
sampai nilai hitung neutrofil di atas 1500 sel/mm ,,
pengobatan dihentikan jika terjadi perkembangan penyakit
atau toksisitas yang tidak dapat ditoleransi, hati-hati jika
digunakan pada lansia terutama dengan kelainan fungsi
hati, dosis awal yang lebih rendah diberikan pada pasien
lansia yang telah mendapat radiote rapi sebelumnya,

77
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

kondisi level 2, kadar bilirubin meningkat atau kanker


gastrik.
Irinotekan harus diberikan secara infus ke vena perifer atau
vena sentral, tidak boleh diberikan sebagai intravena bolus
atau infus intravena dalam waktu kurang dari 30 menit atau
lebih dari 90 menit.

8.3.22. Kapesitabin
Indikasi : Kanker kandung kemih: 1000 mg/m2 secara infus
intravena selama 30 menit pada hari ke-1, 8 dan 15 pada
siklus 28 hari dan dikombinasi dengan sisplatin. Sisplatin
diberikan 70mg/m2 pada hari ke-1 diikuti pemberian
gemsitabin atau pada hari ke-2 pada setiap
Dosis : Dewasa di atas 18 tahun. 1,25 g/m2 dua kali sehari selama
14 hari, dan dosis berikutnya diulang setelah interval 7 hari

8.3.23. Karboplatin
Indikasi : kanker ovarium lanjut dan kanker paru (terutama jenis
small cell).
Dosis : Dosis karboplatin lebih ditentukan oleh fungsi ginjal
daripada luas permukaan tubuh

8.3.24. Klorambusil
Indikasi : leukemia limfositik akut, penyakit Hodgkin, limfoma non-
Hodgkin, dan Waldenstrom’s macro-globulinemia.
Dosis : bila digunakan tunggal 100-200 mcg/kg bb/hari per oral
selama 4-8 minggu

8.3.25. Melfalan
Indikasi : mieloma multipel, adenokarsinoma ovarian lanjutan,
kanker payudara lanjutan, neuroblastoma pada anak-anak
dan polycythaemia vera. Melfalan juga digunakan pada
bagian ekstrimitas yang mengalami perfusi arterial regional
pada melanoma maligna lokal dan sarkoma jaringan lunak
lokal.
Dosis : oral: 150-300 mcg/kg bb/hari selama 4-6 hari, kemudian
diulang setelah 4-8 minggu

8.3.26. Merkaptopurin
Indikasi : leukemia akut
Dosis : awal 2,5 mg/kg bb/hari

78
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.3.27. Metotreksat
Indikasi : terapi penunjang leukemia limfositik akut pada anak,
koriokarsinoma, limfoma non-Hodgkin, dan beberapa
tumor solid.
Dosis : oral, leukemia pada anak (dosis pemeliharaan) 15
mg/m2/minggu dalam kombinasi dengan obat lain

8.3.28. Mitomisin
Indikasi : kanker payudara dan kanker saluran cerna bagian atas;
diberikan juga secara intrakavitas pada tumor kandung
kemih superfisial.
Dosis : 4-6 mg, 1-2 x/minggu

8.3.29. Nilotinib
Indikasi : leukemia mieloid kronik (CML) positif kromosom
Philadelphia pada fase akselerasi atau kronis, yang resisten
atau intoleransi terhadap terapi sebelumnya termasuk
imatinib.
Dosis : Dewasa, 400 mg, dua kali sehari, tidak boleh diberikan
bersama dengan makanan, tidak boleh makan selama 2 jam
sebelum dan 1 jam sesudah minum obat.

8.3.30. Oktreotid LAR


Indikasi : lihat keterangan pada dosis.
Dosis : tumor karsinoid ditandai dengan gejala karsinoid,
VIPomas, glukagonomas, injeksi subkutan, dosis awal 50
mcg 1-2 kali sehari; dapat dinaikkan perlahan-lahan hingga
200 mcg 3 kali sehari (kecuali diperlukan dosis lebih
tinggi); atur dosis penunjang; pada tumor karsinoid
hentikan penggunaan jika tidak ada pengaruh setelah 1
minggu; jika diperlukan respon yang cepat; diberikan
secara intravena, dosis awal (dengan monitor EKG, dan
encerkan kadar hingga 10-50% dengan injeksi NaCl 0,9%)
Akromegali, penggunaan jangka pendek sebelum
pembedahan pituitari atau penggunaan jangka panjang
tidak dapat dimonitor dengan pengobatan lain atau sebelum
radioterapi efektif diberikan injeksi subkutan 100-200 mcg
3 kali sehari; hentikan pemberian jika tidak ada perbaikan
dalam 3 bulan.

8.3.31. Oksaliplatin

79
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : dalam kombinasi dengan 5-fluorourasil (5-FU) dan asam


folinat (FA) diindikasikan untuk pengobatan adjuvant
kanker kolon stadium III (Dukes stage C) setelah
pengangkatan tumor awal dan pengobatan kanker
kolorektal metastatik
Dosis : Dewasa: Pengobatan adjuvant: 85 mg/m2 melalui rute
intravena, diulangi setiap 2 minggu selama 12 siklus (6
bulan). Pengobatan kanker kolorektal metastatik: 85 mg/m2
melalui rute intravena, diulangi setiap dua minggu. Dosis
harus disesuaikan sebagai fungsi tolerabilitas. Oksaliplatin
harus selalu diberikan sebelum fluoropirimidin.
Oksaliplatin diberikan dalam infus intravena 2 hingga 6
jam dalam 250 hingga 500 mL larutan dekstrosa 5% untuk
mendapatkan kadar lebih besar dari 0,2 mg/mL. Pada
banyak kasus, oksaliplatin sudah diberikan dalam
kombinasi dengan 5-fluorourasil dalam infus kontinu.
Untuk pengobatan yang diulangi setiap 2 minggu, regimen
yang mengandung 5-fluorourasil dalam bolus dan dalam
infus kontinu telah dilakukan.

8.3.32. Paklitaksel
Indikasi : Kanker ovarium terapi pilihan pertama pada kombinasi
dengan campuran platinum untuk pengobatan kanker
ovarium bermetastasis tingkat lanjut; terapi pilihan kedua
untuk pengobatan kanker ovarium bermetastasis tingkat
lanjut. Kanker payudara: pengobatan tambahan pada ujung
kanker payudara positif diberikan secara berturut-turut
sebagai standar terapi kombinasi; terapi setelah
kekambuhan selama 6 bulan sebagai terapi tambahan,
terapi sebelumnya harus mengandung antrasiklin kecuali
dikontraindikasikan secara klinis; terapi pilihan kedua
setalah kegagalan kemoterapi kombinasi untuk penyakit
metastatik, terapi sebelumnya harus mengandung
antrasiklin kecuali dikontrasindikasikan secara klinis;
pengobatan kanker payudara tingkat lanjut atau
bermetastasis pada pengobatan dengan kombinasi
transtuzumab, untuk pasien yang kelebihan ekspresi HER-2
pada kadar 3+ seperti yang ditentukan dengan
immunohistochemistry atau FISH+. Kanker paru-paru non-
small cell terapi pilihan pertama pada kombinasi dengan
campuran platinum pada pengobatan kanker paru-paru non-
small cell untuk pasien yang tidak disarankan untuk
80
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

pembedahan kuratif dan/atau terapi radiasi. Kaposi?


sarcoma, terapi pilihan kedua pada Kaposi? Sarcoma yang
berhubungan dengan AIDS.
Dosis : semua pasien harus diberikan premedikasi dengan
kortikosteroid, antihistamin, dan antagonis H2 sebelum
diberikan paklitaksel. Dosis lazim paklitaksel adalah 175
mg/m2 intravena dalam 3 jam setiap 3 minggu. Kemoterapi
pilihan pertama pada kanker ovarium 175 mg/m2 intravena
dalam 3 jam, dilanjutkan dengan sisplatin dengan dosis 75
mg/m2 setiap 3 minggu atau paklitaksel 135 mg/m2,
diberikan secara infus 24 jam diikuti dengan sisplatin 75
mg/m2 setiap 3 minggu. Kemoterapi pilihan kedua pada
kanker ovarium dosis lazimnya 175 mg/m2 intravena
dalam 3 jam setiap 3 minggu. Kemoterapi tambahan pada
kanker payudara 175 mg/m2 intravena dalam 3 jam setiap 3
minggu. Kemoterapi kanker payudara setelah kekambuhan
ketika diberikan dengan doksorubisin (50mg/m2),
paklitaksel harus diberikan 24 jam setelah pemberian
doksorubisin. Dosis lazim 220 mg/m2 intravena dalam 3
jam setiap 3 minggu.

8.3.33. Rituksimab

Indikasi : B-cell non-Hodgkin? lymphomas kambuhan atau


kemoresisten. Diffuse large B-cell non-Hodgkin?
lymphomas (DLCL) positif CD20 pada kombinasi dengan
kemoterapi CHOP (siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin
dan prednisolon)
Dosis : non-Hodgkin? lymphoma low-grade atau folikular 375
mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan dengan cara infus
intravena seminggu satu kali, 4 kali dalam waktu 22
hariDiffuse large B-cell non-Hodgkin? lymphoma 375
mg/m2 luas permukaan tubuh, diberikan pada hari ke-1
pada tiap siklus kemoterapi setelah pemberian intravena
komponen kortikosteroid dari CHOP. Obat lain pada
komponen kemoterapi CHOP harus diberikan setelah
pemberian rituksimab.Kecepatan pemberian infus pertama
yang direkomendasikan adalah 50 mg/jam; pada pemberian
berikutnya dapat ditambah 50 mg/jam tiap 30 menit sampai
maksimal 400 mg/jam. Pemberian infus selanjutnya dapat
dimulai pada kecepatan 100 mg/jam dan dapat ditambah
100 mg/jam setiap 30 menit hingga maksimum 400 mg/jam

81
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

8.3.34. Setuksimab
Indikasi : (dalam kombinasi dengan irinotekan) kanker kolorektal
metastase yang mengeluarkan epidermal growth factor
receptor (EGFR) setelah tidak teratasi dengan terapi
sitotoksik tunggal (termasuk dengan irinotekan);
(kombinasi dengan terapi radiasi) kanker sel skuamosa
lanjut yang bersifat lokal pada leher dan kepala
Dosis : JANGAN DIBERIKAN SEBAGAI INJEKSI BOLUS
ATAU INJEKSI PUSH. DIBERIKAN MELALUI INFUS
PUMP ATAU SYRINGE PUMP. Harus diberikan
dengan menggunakan “A low protein binding 0.22
micrometer in-line filter”. HARUS DISIAPKAN
DENGAN TEKNIK ASEPTIK.
Kanker pada leher dan kepala: (pramedikasi dengan
antihistamin (misal: injeksi difenhidramin 50 mg)) Dosis
awal (infus pertama): 400 mg/m2 diberikan selama 120
menit (kecepatan infus maksimal 5 mL/menit) satu minggu
sebelum dimulainya terapi radiasi.
Dosis pemeliharaan mingguan (semua infus berikutnya):
250 mg/m2 diberikan selama 60 menit (kecepatan infus
maksimal 5 mL/menit) setiap minggu selama terapi radiasi
(6-7 minggu), diberikan 1 jam sebelum terapi radiasi.
Dosis untuk kondisi kambuhan atau metastase: dosis awal
400 mg/m2 diikuti dengan 250 mg/m2 setiap minggu.
Terapi dihentikan jika terjadi perkembangan penyakit atau
toksisitas yang tidak dapat ditoleransi.
Kanker kolorektal: (dalam kombinasi dengan irinotekan
atau sebagai monoterapi), dosis awal: 400 mg/m2 diberikan
melalui infus intravena selama 120 menit (kecepatan infus
maksimal 5 mL/menit). Dosis pemeliharaan mingguan
(semua infus berikutnya): 250 mg/m2 diberikan selama 60
menit (kecepatan infus maksimal 5 mL/menit).
Panduan penyesuaian dosis jika terjadi reaksi parah ruam kulit berbentuk jerawat:
Urutan kejadian Pemberian obat Hasil Penyesuaian dosis

ruam kulit berbentuk


jerawat
Kejadian pertama pemberian infus ditunda jika terjadi perbaikan lanjutkan dengan dosis 250
1-2 minggu mg/m2
jika tidak terjadi hentikan penggunaan obat
perbaikan
Kejadian kedua pemberian infus ditunda jika terjadi perbaikan Kurangi dosis menjadi 200

82
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

1-2 minggu mg/m2


jika tidak terjadi hentikan penggunaan obat
perbaikan
Kejadian ketiga pemberian infus ditunda jika terjadi perbaikan Kurangi dosis menjadi 150
1-2 minggu mg/m2
jika tidak terjadi hentikan penggunaan obat
perbaikan
Kejadian keempat hentikan penggunaan  
obat

8.3.35. Siklofosfamid
Indikasi :leukemia limfositik kronik, limfoma, dan tumor solid.
Dosis : induksi 40-50 mg/kg bb; dosis penunjang, oral: 1-5 mg/kg
bb/hari; intravena: 10-15 mg/kg bb tiap 7-10 hari, atau 3-5
mg/kg bb 2 x seminggu
8.3.36. Sisplatin
Indikasi : kanker testikular, paru, servikal, kandung kemih, kepala
dan leher, dan kanker ovarium (tetapi karboplatin lebih
baik untuk kanker ovarium).
Dosis : infus iv selama 6-8 hari. Dewasa dan anak: 50-100
mg/m2/hari dosis tunggal selama 3-4 minggu atau 15-20
mg/m2/hari iv selama 5 hari dan diberikan selama 3-4
minggu
8.3.37. Sitarabin
Indikasi : leukemia akut
Dosis : leukemia non limfositik akut 100 mg/m2/hari dg infus
terus menerus selama 1-7 hari atau 100 mg/m2 iv tiap 12
jam selama 1-7 hari. Leukemia meningeal 5-75 mg/m2 luas
permukaan badan scr IK 1xtiap 4 hari

8.3.38. Temozolamid
Indikasi : terapi ajuvan radioterapi pada glioblastoma multiform
yang baru didiagnosis , glioma ganas, seperti glioblastoma
multiform atau anaplastic astrocytoma yang menunjukkan
kekambuhan atau perburukan setelah terapi standar,
melanoma ganas dengan metastatik lanjutan.

Dosis : Dewasa dengan glioblastoma multiform yang baru


didiagnosa; pasien yang menerima radioterapi: 75 mg/m2
satu kali sehari secara oral selama 42 hari, kemudian
temozolomid sebagai terapi ajuvan selama 6 siklus. Dosis
temozolomid dapat diteruskan lebih dari 42 hari sampai 49
hari jika syarat hitung neutrofil absolut (absolute neutrophil

83
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

count = ANC) >1,5 x 109/L, jumlah trombosit ≥100 x


109/L, dan kriteria toksisitas umum toksisitas non-
hematologi (Common Toxicity Criteria (CTC) Non-
hematological Toxicity) ≤ Grade 1 (kecuali untuk alopesia,
mual, dan muntah) terpenuhi. Dosis temozolomid harus
diputus atau dihentikan pada saat penggunaan bersama
radioterapi berdasarkan:
Pemutusan pemakaian temozolamid jika : hitung neutrofil
absolut ( ≥0,5 dan <1,5 x 109/L), jumlah trombosit (≥10 dan
<100 x 109/L), kriteria toksisitas umum toksisitas non-
hematologi (grade 2)
Penghentian pemakaian temozolamid : hitung neutrofil
absolut (<0,5 x 109/L), jumlah trombosit (<10 x 109/L),
kriteria toksisitas umum toksisitas non-hematologi (grade 3
atau 4).
Terapi ajuvan : 4 minggu setelah menyelesaikan terapi
temozolomid bersama dengan radioterapi, temozolomid
diberikan sebanyak 6 siklus. Dosis pada siklus 1 yaitu 150
mg/m2  satu kali sehari selama 5 hari dilanjutkan tanpa
terapi selama 23 hari. Pada permulaan siklus 2, dosis dapat
ditingkatkan menjadi 200 mg/m2 jika kriteria toksisitas
umum toksisitas non-hematologi pada siklus 1 ≤ Grade 2
(kecuali untuk alopesia, mual, dan muntah), hitung
neutrofil absolut (absolute neutrophil count = ANC) ≥1,5 x
109/L, jumlah trombosit ≥100 x 109/L. Jika tidak terjadi
toksisitas maka dosis tetap 200 mg/m2/hari pada siklus ke
2-6. Jika terjadi toksisitas maka dosis diturunkan menjadi
150 mg/m2/hari, jika masih teradi toksisitas maka
diturunkan lagi menjadi 100 mg/m2/hari.
Pengurangan atau Penghentian Dosis selama Terapi
Ajuvan pada kondisi:
Pengurangan Temozolomid dengan 1 tahapan Dosis jika:
hitung neutrofil absolut(<1,0 x 109/L), jumlah trombosit
(<50 x 109/L), kriteria toksisitas umum toksisitas non-
hematologi (grade 3)
Penghentian Temozolomid jika memerlukan pengurangan
dosis hingga <100 mg/m2 atau jika toksisitas non-
hematologi grade 3 tetap terjadi setelah pengurangan dosis,
kriteria toksisitas umum toksisitas non-hematologi (grade
4)
Dewasa dengan kekambuhan atau perburukan glioma atau
melanoma ganas: Pada pasien yang belum menerima
84
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

kemoterapi: 200 mg/m2 sekali sehari secara oral selama 5


hari per siklus 28 hari. Pada pasien yang pernah menerima
kemoterapi: dosis awal 150 mg/m2 sekali sehari,
ditingkatkan pada siklus kedua menjadi 200 mg/m2 sekali
sehari  dengan  hitung  neutrofil  absolut (absolute
neutrophil count = ANC) > 1,5 x 10 9/L dan jumlah
trombosit ≥100 x 109/L pada hari pertama siklus
berikutnya. Anak-anak: Pada pasien anak usia 3 tahun atau
lebih, dosis 200 mg/m2 secara oral sekali sehari selama 5
hari per siklus 28 hari. Anak-anak yang telah diobati
dengan kemoterapi harus menerima dosis awal 150 mg/m 2
sekali sehari selama 5 hari, ditingkatkan menjadi 200
mg/m2 sekali sehari pada siklus berikutnya jika tidak ada
toksisitas hematologi.
Temozolomid harus dimakan pada keadaan puasa, minimal
satu jam sebelum makan. Terapi antiemetik dapat diberikan
setelah pemberian temozolomid.

8.3.39. Vinblastin
Indikasi : terapi paliatif utk limfoma maligna non Hodgkin,penyakit
Hodgkin, karsinoma yg resisten thd kemoterapi lain &
karsinoma payudara
Dosis : monoterapi : IV dlm interval seminggu. Dws: 1:3.7
mg/m2 dpt ditingkatkan 1.8 mg/m2 dg intervalmingguan
sampai didapat efek yg diinginkan. Dosis berikutnya tidak
diberikan sampai jumlah sel darah putih 4000/mm3

8.3.40. Vinkristin
Indikasi : leukemia akut, limfoma, dan beberapa tumor padat seperti
kanker payudara dan kanker paru.
Dosis :IV: anak; 1,5-2 mg/m2; dws: 0,4-1,4 mg/m2

8.3.41. Vinorelbin
Indikasi : kanker payudara lanjutan dan non-small cell lung cancer
lanjutan.
Dosis : Oral, 60 mg/m2 seminggu satu kali selama 3 minggu, jika
terjadi toleransi dapat diubah menjadi 80 mg/m2 seminggu
satu kali; maksimal 160 mg seminggu satu kali. Injeksi
intravena atau infus, lihat keterangan pada produk.

8.4. Lain-lain
8.4.1. Asam ibandronat
85
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : pengobatan osteoporosis pascamenopause, mengurangi


risiko fraktur, pencegahan bone loss pada wanita
pascamenopause yang memiliki risiko terhadap
berkembangnya osteoporosis.
Dosis : Pengobatan dan pencegahan: 2,5 mg sekali sehari. Obat
harus diminum 60 menit sebelum mengkonsumsi makanan
atau minuman pertama kali (selain air) atau mengkonsumsi
obat atau suplemen oral lainnya (termasuk kalsium). Tablet
harus ditelan utuh dengan segelas penuh air putih (180
hingga 240 mL) sambil duduk atau berdiri dalam posisi
tegak. Pasien tidak boleh berbaring selama 60 menit setelah
meminum obat ini. Air putih adalah satu-satunya minuman
yang boleh diminum dengan obat ini. Beberapa air mineral
dapat mengandung kadar kalsium yang lebih tinggi
sehingga tidak boleh digunakan. Obat ini tidak boleh
dikunyah atau dihisap karena dapat menyebabkan ulserasi
orofaringeal. Pengobatan osteoporosis pascamenopause,
oral, 150 mg satu kali sebulan atau injeksi intravena
diberikan selama 15-30 detik, 3 mg setiap 3 bulan.

8.4.2. Asam zoledronat


Indikasi : hiperkalsemia malignan.
Dosis : dewasa dan lansia: dosis yang dianjurkan untuk HCM
(albumin-corrected serum calcium ≥12.0 mg/dl atau 3.0
mmol/l) rekonstitusi 4 mg asam zoledronat dilarutkan
dalam cairan infus (dilarutkan dalam 50 mL 0.9% NaCl
atau 5% glukosa) diberikan secara infus intravena dosis
tunggal selama 15 menit. Status hidrasi pasien harus
dipantau terutama pada sebelum pemberian infus dan
cairan infus yang diberikan disesuaikan dengan kondisi
klinik pasien.
Penderita gagal ginjal tidak ada penyesuaian dosis atau
waktu infus yang diperlukan pada pasien dengan gangguan
ginjal ringan sampai sedang (kreatinin serum < 400µmol/l
atau < 4.5 mg/dl).
Penderita insufisiensi hati tidak ada data klinik pada
pengobatan pasien dengan penyakit hati yang parah, tidak
ada rekomendasi khusus untuk pasien ini.

8.4.3. Dinatrium klodronat

86
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : hiperkalsemia malignant. Pengobatan osteolisis malignant.


Mengurangi timbulnya metastase tulang pada kanker
payudara primer.
Dosis : efikasi dan keamanan pada anak belum diketahui. Tidak
ada dosis khusus untuk lansia. Diberikan 2 kali sehari dosis
terbagi, dosis yang separuh harus diminum pada hari yang
sama. Klodronat dinatrium tidak boleh digerus atau
dilarutkan sebelum digunakan.
Dosis sehari 1600 mg diberikan dalam dosis tunggal. Bila
digunakan dosis sehari lebih tinggi, dosis melebihi 1600
mg dianjurkan diminum terpisah (sebagai dosis kedua).
Dosis tunggal sehari dan dosis pertama diminum pagi
sebelum makan bersama segelas air putih, pasien tidak
boleh makan, minum atau menum obat lain satu jam setelah
minum obat.
Jika dosis sehari 2 kali digunakan, dosis pertama diberikan
seperti yang dianjurkan di atas. Dosis kedua diminum pada
saat makan, lebih dari 2 jam setelah dan 1 jam sebelum
makan, minum (selain air putih) atau minum obat lain.
Pengobatan hiperkalsemia malignant
Diberikan dosis awal tinggi 2400-3200 mg sehari dan
tergantung respon individu, dapat dikurangi secara bertahap
sampai 1600 mg sehari untuk dosis pemeliharaan
normokalsemia.
Pengobatan osteolisis malignant
Dosis awal 1600 mg sehari, secara klinik jika diperlukan
dosis dapat ditingkatkan tapi tidak boleh lebih dari 3200
mg sehari.
Mengurangi timbulnya metastase tulang pada kanker
payudara primer,
Dosis yang dianjurkan 1600 mg sehari.
Penderita gagal ginjal : Hati-hati digunakan pada penderita
gagal ginjal, dosis sehari tidak lebih dari 1600 mg jangan
digunakan terus menerus.

8.4.4. Kalsium folinat (leukovorin, Ca)


Indikasi : menetralkan efek toksik segera dari antagonis asam folat
seperti metotreksat; pemberian secara parenteral dilakukan
jika pemberian secara oral pada pengobatan anemia
megaloblastik tidak dimungkinkan.
Dosis : Asam folinat dapat diberikan secara oral atau secara
parenteral melalui injeksi intra muskular, injeksi intravena
87
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

atau infus intravena Ketika diberikan secara infus


intravena, dapat dilarutkan dalam 1 L glukosa 5% b/v
dalam air untuk injeksi atau normal saline. Larutan di atas
tersebut stabil selama 24 jam jika disimpan pada 2-80C.
Untuk menghindai kontaminasi mikroba yang berbahaya,
infus harus diberikan segera setelah
dibuat.PENGOBATAN OVERDOSIS ANTAGONIS
ASAM FOLAT: diberikan 10mg/m luas permukaan tubuh
tiap 6 jam secara i.v atau i.m sampai kadar metotreksat
dalam serum di bawah 10-8 M. PENGOBATAN ANEMIA
MEGALOBLASTIK: tidak melebihi 1 mg per hari
diberikan secara intramuskular atau oral.

8.4.5. Mesna
Indikasi : pencegahan urotoksik
Dosis : diperhitungkan sesuai dengan dosis alkilator yang
digunakan; dosis oral diberikan 2 jam sebelum pemberian
alkilator dan diulang 2 dan 6 jam setelah pengobatan; dosis
intravena diberikan bersama-sama dengan alkilator dan
diulang 4 dan 8 jam setelah pemberian alkilator
9. Antiparkinson
9.1.1. Kombinasi benserazid+levodopa
Nama dagang:
a. Leparson tab
b. *Levopar tab
Indikasi : Penyakit parkinson kecuali sindroma parkinson karena
obat. Parkinsonisme simtomatik pasca ensefalitis.
Dosis : Dewasa : awal ½ tablet 3-4 sehari atau 1 tab 3x sehari,
dosis efektif 400-800 mg/hari dalam dosis terbagi, dapat
ditingkatkan maksimal 1000 mg/hari. Lansia : ½ tablet 1-2x
sehari, dapat ditingkatkan 50 mg/hari dengan interval 3-4
hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Gangguan endokrin, ginjal, hati, jantung, psikosis,
psikoneurosis berat, hamil, pasien ˂ 25 th, kombinasi
MAOI kecuali selegenin.
Perhatian : Glaukoma, infark miokard, insufisiensi koroner, aritmia,
ulkus lambung, osteomalasia.
Efek Samping : Anoreksia, gangguan GI, aritmia, hipotensi ortostatik,
leucopenia, trombositopeni.
Interaksi Obat : Memperkuat efek simpatomimetik, neuroleptik, MAOI,
opiate.
88
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

9.1.2. Kombinasi levodopa+karbidopa+entekapon


Indikasi : gejala penyakit parkinson idiopatik (paralisis agitans),
parkinsonism pasca ensefalitik, parkinsonism simptomatik
yang menyebabkan kerusakan sistem saraf oleh intoksikasi
karbonmonoksida dan mangan.
Dosis : Dosis optimal perhari ditentukan dengan hati-hati untuk
setiap pasien. Tablet 250 mg levodopa/25 mg
karbidopa/200 mg entekapon khusus digunakan sebagai
dosis pengobatan lanjutan untuk pasien yang telah
mendapatkan terapi levodopa lebih dari 1500 mg. Dosis
yang dianjurkan 1 tablet, 3-4 kali sehari. Jika perlu, dosis
dapat dinaikkan dengan ½ atau 1 tablet setiap hari atau
setiap 2 hari, maksimal 8 tablet setiap hari.

9.1.3. Pramipeksol
Nama Dagang : Sifrol
Indikasi : Pengobatan tanda dan gejala penyakit parkinson idiopatik
lanjut dalam kombinasi dengan levodopa, terapi simtomatik
idiopathic restless legs syndrome.
Dosis : Awal 0.375 mg/hari dibagi dalam 3 dosis, dosis dapat
ditingkatkan tiap 5-7 hari sampai maksimal 4.5 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Perhatian : Gangguan ginjal, psikotik, penyakit KV berat, hamil,
laktasi, hindari penghentian terapi secara mendadak,
mengganggu kemampuan mengendarai dan
mengoperasikan mesin.
Efek Samping : Perilaku dan Impi abnormal, bingung, konstipasi, delusi,
pusing, diskinesia, kelelahan menyeluruh, halusinasi, sakit
kepala, hiperkinesia, hipotensi, gangguan makan,
hiperfagia, insomnia, gangguan libido, mual, edema perifer,
paranoia, somnolen, peningkatan BB.
Interaksi Obat : Simetidin, amantadin, antipsikotik, sedative, alkohol (efek
aditiv)

9.1.4. Ropinirol
Indikasi : Parkinson idiopatik, sebagai monoterapi maupun terapi
tambahan levodopa.
Dosis : Dosis awal, 2 mg sekali sehari selama satu minggu,
dilanjutkan dengan titrasi dosis yaitu 4 mg sekali sehari
selama minggu kedua, 6 mg sekali sehari selama minggu
ketiga dan 8 mg sekali sehari dalam minggu keempat.
89
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Peningkatan dosis dapat dilakukan tiap satu sampai dua


minggu sebanyak 4 mg, jika diperlukan. Dosis maksimum
perhari adalah 24 mg.

9.1.5. Triheksifenidil
Nama Dagang : Hexymer tab
Indikasi : Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan
obat SSP.
Dosis : Parkinson : Hari 1 : 1 mg, Hari 2 : 2 mg, diberikan 2-3 x
sehari selama 3-5 hari. Pasca ensefalitis 12-15 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Perhatian : Penyakit jantung, hati dan ginjal, hipertensi, glaukoma,
hipertrofi prostat.
Efek Samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas,
konstipasi, retensi urin, takikardi, dilatasi pupil.
Interaksi Obat : Potensiasi aktif dengan obat adrenergik lain, bersifat
antagonis dengan chlorhydria (asam glutamate, betazol).

10. Obat yang mempengaruhi darah


10.1. Antianemia
10.1.1. Asam folat
Nama Dagang :
a. Anemolat tab
b. Asam folat tab
Indikasi : Memenuhi kebutuhan asam folat pada ibu hamil dan pada
kondisi anemia. Vomilat : suplemen vit B6 & asam folat
selama hamil.
Dosis : 1 tablet 1-2x sehari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Interaksi Obat : Vomilat : levodopa, INH, kontrasepsi oral, penisilam

10.1.2. Ferro sulfat


Indikasi : anemia defisiensi besi.
Dosis : profilaksis, 1 Tablet 200 mg per hari; terapeutik, 1 Tablet
200 mg 2-3 kali sehari.

10.1.3. Kombinasi fero sulfat+asam folat


Indikasi : sediaan ini digunakan untuk pencegahan defisiensi besi
dan asam folat pada kehamilan; sediaan harus dibedakan
dari sediaan yang digunakan untuk mencegah neural tube
defect janin pada wanita hamil. Penting untuk diperhatikan
90
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

bahwa asam folat dosis kecil dalam sediaan ini tidak


memadai untuk pengobatan anemia megaloblastik.

10.1.4. Low molecul ferri sucrose


Indikasi : anemi kekurangan besi pada pasien yang mengalami
hemodialisis kronik yang sedang menjalani terapi suplemen
eritropoietin.
Dosis : Orang dewasa dan lebih tua: total dosis kumulatif setara
dengan total defisit besi (mg), ditentukan berdasarkan kadar
haemoglobin dan berat badan. Dosis dan penjadwalan dosis
untuk iron secara individu diperkirakan untuk masing-
masing pasien berdasarkan pada perhitungan dari total
defisit besi.
Total defisit besi (mg) = berat badan [kg] x (Hb-actual Hb
target) [g/l] x 0,24* + besi depot [mg] Sampai ke 35 kg bb:
Hb target = 130 g/L resp. besi depot = 15 mg/kg bb.Berat
badan di atas 35 kg: Hb target = 150 g/L resp. besi depot =
500 mg * Faktor = 0,0034 x 0,07 x 1000 (besi dari
haemoglobin 0,34%/ volume darah 7% dari berat badan /
Faktor 1000 = konversi dari g ke mg)Total jumlah besi
yang diperlukan ditentukan dari salah satu perhitungan di
atas atau yang berikut tablet dosis (yang didasarkan pada
suatu haemoglobin target dari 130 g/L untuk berat badan <
35 kg dan 150 g/L untuk berat badan > 35 kg).

10.1.5. Low molecular weigh iron dextran


Hanya untuk kasus HD dengan defisiensi zat besi dan kadar Hb< 10 g/dl
1. Inj 50 mg/ml

10.1.6. Sianokobalamin (vitamin B 12)


Indikasi : defisiensi vitamin B12
Dosis : oral, defisiensi vit B12 karena kekurangan gizi, 50-150
mcg atau lebih diberikan diantara makan.
ANAK 35-50 mcg dua kali sehari. Pemberian i.m.,
awalnya, 1 mg diulangi 10 kali dengan interval 2-3 hari,
dosis pemeliharaan 1 mg setiap bulan, namun perlu dilihat
catatan di atas.

10.2. Obat yang mempengaruhi koagulasi


10.2.1. Asam traneksamat
a. Asam tranexamat inj , tab
b. Kalnex tab, inj
91
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : fibrinolisis dan epistaksis lokal, prostatektomi,


konisasiserfik, edema angio neurotik, perdarahan abnormal
setelah operasi, perdarahan setelah ekstraksi gigi pada
pasien hemifili.
Dosis : D : oral 15-25 mg/kg 2-3x sehari. IV lambat 0,5-1 gram
3x sehari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makan.
Kontraindikasi : penyakit tromboembolitik.
Perhatian : kurangi dosis pada gangguan ginjal, hematuria pasif,
hamil, laktasi.
Efek Samping : gangguan GI, mual, pusing, muntah, anoreksia, sakit
kepala, eksentema, hipotensi pada pemberian IV cepat.
Interaksi Obat : jangan diberikan ke dalam darah transfusi atau injeksi
yang mengandung penisilin.

10.2.2. Dabigatran eteksilat


Indikasi : profilaksis primer tromboembolisme vena pasca operasi
elektif penggantian pinggul total (total hip replacement)
dan operasi penggantian lutut total (total knee
replacement).
Dosis : Profilaksis tromboembolisme vena setelah operasi
penggantian lutut secara total (Total Knee Replacement):
Dewasa di atas 18 tahun, 110 mg, 1-4 jam setelah
operasi, dilanjutkan pada hari berikutnya, 220 mg (2 kapsul
110 mg) sekali sehari selama 9 hari. Profilaksis
tromboembolisme vena setelah operasi penggantian
pinggul secara total (Total Hip Replacement): Dewasa di
atas 18 tahun, 110 mg, 1-4 jam setelah operasi, dilanjutkan
pada hari berikutnya, 220 mg (2 kapsul 110 mg) sekali
sehari selama 27-34 hari. Jika terapi tidak dimulai pada hari
yang sama dengan operasi/pembedahan, dosis awal yang
diberikan adalah 220 mg (2 kapsul 110 mg). Jika terjadi
gangguan hemostasis, awal terapi dapat ditunda. Dosis
diturunkan menjadi 150 mg per hari pada pasien gangguan
fungsi ginjal sedang (klirens kreatinin 30-50 ml/menit).
Dapat diberikan bersamaan atau tidak bersamaan dengan
makanan.

10.2.3. Enoksaparin sodium


Indikasi : Pengobatan trombosis vena yang berhubungan dengan
operasi ortopedi atau operasi umum, pengobatan trombosis
vena pada pasien yang dirawat akibat penyakit akut
92
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

termasuk insufisiensi kardiak, gagal pernapasan, infeksi


parah, penyakit rematik, selama hemodialisis; profilaksis
trombosis vena dalam; pengobatan angina tidak stabil dan
infark miokard non Q wave, dikonsumsi bersamaan dengan
asam asetil salisilat; pencegahan trombus pada sirkulasi
ekstrakorporeal.
Dosis : profilaksis trombosis vena dalam, melalui injeksi
subkutan, risiko sedang, 20 mg (2000 unit) 2 jam sebelum
pembedahan, kemudian 20 mg (2000 unit) setiap 24 jam
selama 7-10 hari; risiko tinggi, 40 mg (4000 unit) 12 jam
sebelum pembedahan, kemudian 40 mg (4000 unit) setiap
24 jam selama 7-10 hari. Pengobatan trombosis vena
dalam, melalui injeksi subkutan, 1 mg/kg bb (100 unit/kg
bb setiap 12 jam, biasanya selama paling tidak 5 hari (dan
sampai antikoagulansi oral yang cukup tercapai).

10.2.4. Factor koagulasi II 14-35 IU, factor koagulasi VII IU, factor koagulasi IX 25
IU, factor koagulasi X 14-35 IU

10.2.5. Fitomenadion
Indikasi : pencegahan defisiensi vitamin K pada sindrom
malabsorpsi,
Dosis : 10 mg tiap hari. vitamin K pada bayi, untuk bayi prematur
dapat diberikan 400 mcg/kg bb (maksimal 1 mg).

10.2.6. Fondaparinuks
Nama Dagang : Arixtra inj
Indikasi : mencegah penggumpalan darah, mencegah DVT, dan
mencegah penyumbatan pembuluh paru-paru.
Dosis : 2,5 mg SC sehari 1x hingga 8 hari.
Kontraindikasi : pasien dengan perdarahan yang signifikan, endocarditis
bacterial akut, hipersensitif terhadap obat, kerusakan ginjal
akut, dan pasien dengan berat badan kurang dari 50 kg.
Perhatian : jangan diberikan melalui rute intramuskular (IM route).
Efek Samping : efek hematologis ( perdarahan, anemia); efek GI (N/V,
konstipasi, diare); efek CV (edema, hipotensi, hipertensi,
angina, PCI yang mengarah pada catheter trombosis); efek
CNS (insomnia, sakit kepala, pusing, kebingungan); efek
dermatologis (ruam, purpura).

10.2.7. Heparin, Na
Nama Dagang : Inviclot inj
93
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : pengobatan trombosis vena-dalam dan emboli paru,


angina tak stabil, profilaksis pada bedah umum, infark
miokard.
Dosis : D : 15-25 unit/kg/jam secara infus IV atau 250
unit/kg/jam selama 12 jam SC.
Kontraindikasi : hemofilia dan gangguan hemoragik lain, trombositipenia,
tukak lambung, perdarahan cerebral yang baru terjadi,
hipertensi berat, penyakit hati berat, gagal ginjal, sehabis
cidera berat atau pembedahan ( terutama pada mata atau
susunan saraf), hipersensitif terhadap heparin.
Perhatian : gangguan hati dan ginjal, kehamilan.
Efek Samping : perdarahan, nekrosis kulit, trombositopenia, reaksi
hipersensitifitas.
Interaksi Obat : analgetik, asetosal, ketorolac, antiplatelet, infus gliseril
trinitrat

10.2.8. Protamin sulfat


Indikasi : ntuk mengatasi kasus overdosis heparin, namun jika
digunakan berlebih, memiliki efek antikoagulan.
Dosis : injeksi intravena selama lebih kurang 10 menit, 1 mg
menetralkan 100 unit heparin (mukosa) atau 80 unit heparin
(paru) bila diberikan dalam waktu 15 menit setelah heparin;
jika waktunya lebih panjang, diperlukan protamin yang
lebih sedikit karena heparin dengan cepat diekskresi;
maksimal 50 mg.

10.2.9. Rivaroksaban
Indikasi : mengurangi risiko stroke dan embolisme pada pasien
atrial fibrilasi nonvalvular dengan riwayat stroke atau TIA
atau pada pasien atrial fibrilasi nonvalvular dengan skor
CHADS2 > 2, trombosis vena dalam (Deep Vein
Thrombosis/DVT).
Dosis : 20 mg sekali sehari (dosis maksimal), untuk DVT: 15 mg
dua kali sehari (dosis maksimal 30 mg, jika lupa dapat
diminum sekaligus dua tablet), untuk tiga minggu pertama
diikuti selanjutnya 20 mg sekali sehari (dosis maksimal).

10.2.10. Warfarin
Nama Dagang : Simarc tab
Indikasi : pengobatan dan pencegahan trombosis vena. Terapi
tambahan untuk mengatasi penyumbatan koroner.
Dosis : D : 10 mg/hari selama 2 hari.
94
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.


Kontraindikasi : kondisi potensial pendarahan, pembedahan segera, pre
eklamsia dan eklamsia hamil.
Perhatian : kerusakan hati atau ginjal.
Efek Samping : perdarahan ileusparalitik, nekrosis kulit dan jaringan lain.
Interaksi Obat : efek obat ini berkurang oleh aminoglutetimida, barbiturat,
carbamazepin, trisefulfin, fenobarbital, primidon,
rifampisin dan vitamin K. Efek obat meningkat oleh
amiodaron, antibiotika, cimetidin, antifungal, omeprazole,
fenitoin, tamoksifen, tiroksin

10.2.11. Carbazokrom
Nama Dagang :
1. *Carbazokrom Na sulfonat inj
2. Adona inj
Indikasi : kecendrungan terjadi perdarahan, pendarahan dari kulit,
membrane mukosa, sekitar mata, nefrotik, metroragia.
Dosis : D : 30-90 mg/hari, terbagi dalam 3 dosis atau 1 ampul (2
ml) SK/IM dosis tunggal harian atau 1 ampul (5 ml) sampai
2 ampul (10 ml) secara IV drip.
Perhatian : lansia yang memerlukan pengaturan dosis.
Efek Samping : kadang-kadang kehilangan nafsu makan, rasa tak nyaman
pada lambung, reaksi hipersensitivitas.
Interaksi Obat : menyebabkan hasil positif pada tes urobilinogen urin

10.3. Obat untuk kelebihan besi


10.3.1. Deferasiroks
- Untuk terapi kelasi besi
- Tidak diberikan untuk anak usia < 2 tahun
- Terapi awal harus ditentukan oleh hematology anak atau hematology
dewasa
10.3.2. Deferipron
Indikasi : terapi kelebihan besi pada pasien talasemia mayor yang
kontraindikasi dengan desferioksamin
Dosis : DEWASA dan ANAK di atas 6 tahun 25 mg/kg bb 3 kali
sehari (maksimum 100 mg/kg bb perhari).

10.3.3. Deferoksamin mesilat


Indikasi : menyingkirkan besi dari tubuh pada keracunan; digunakan
untuk penimbunan besi kronis, lihat Penanganan Darurat
Pada Keracunan.

95
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : infus intravena, hingga 15 mg/kg bb/jam; maksimum 80


mg/kg bb dalam 24 jam.

10.4. Hematopoetik
10.4.1. Eritropoetin –alfa
Hanya utk penderita CKD dg kriteria :
a. Kadar Hb < 10 g/dl (terapi awal) dan 10-12 g/dl (terapi rumatan)
b. Kadar besi normal (SI > 60 mcg/dl dan atau indeks saturasi besi (SI/TIBC
x 100%) >20%
1. Inj 2000 IU/ 0,5 ml
2. Inj 3000 IU/ ml
3. Inj 10000 IU/ ml

10.4.2. Eritropoetin-beta
Hanya utk penderita CKD dg kriteria :
a. Kadar Hb < 10 g/dl (terapi awal) dan 10-12 g/dl (terapi rumatan)
b. Kadar besi normal (SI > 60 mcg/dl dan atau indeks saturasi besi
(SI/TIBC x 100%) >20%
1. Inj 2000 IU/ 0,3 ml

10.4.3. Filgrastim
Indikasi : (hanya untuk digunakan oleh spesialis) pengurangan
durasi neutropenia dan kejadian demam neutropenia akibat
kemoterapi sitotoksik pada penyakit keganasan (kecuali
leukemia myeloid kronis dan sindrom myelodisplasia);
pengurangan durasi neutropenia (dan sequalae-nya) dalam
terapi myeloablasi yang dilanjutkan dengan transplantasi
sumsum tulang; mobilisasi sel progenitor darah perifer
untuk dipanen dan selanjutnya digunakan dalam infus
autolog; neutropenia kongenital berat, neutropenia siklik,
atau neutropenia idiopatik, dan adanya riwayat infeksi berat
berulang (bedakan dengan cermat dari kelainan hematologi
lain, lihat literatur produk); neutropenia persisten pada
infeksi HIV lanjut.
Dosis : Limfoma malignan, kanker paru, kanker testicular dan
neutroblastoma. Untuk dewasa, dosis yang
direkomendasikan adalah 50 mcg/m2, diberikan sebagai
dosis tunggal sehari secara injeksi subkutan, saat absolute
neutrophyl count (ANC) kurang dari 1000/mm3 (jumlah
lekosit ≤ 2000/mm3) diamati setelah sitotoksid kemoterapi.
Dosis pertama diberikan < 24 jam setelah sitotoksid
kemoterapi.
96
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Untuk anak, dosis yang direkomendasikan adalah 50


mcg/m2, diberikan sebagai dosis tunggal sehari secara
injeksi subkutan, saat absolute neutrophyl count (ANC)
kurang dari 1000/mm3 (jumlah lekosit ≤ 2000/mm3) diamati
setelah sitotoksid kemoterapi. Terapi filgrastim dihentikan
jika capaian ANC 5000/mm3 (jumlah lekosit
≤ 10.000/mm3) setelah kemoterapi yang diharapkan-titik
terendah ANC dan pengamatan total diikuti. Saat
pemberian infus intravena, dosis disesuaikan menjadi 100
mcg/m2 sehari secara infus intravena.

10.4.4. Lenograstim
Dosis : pengurangan rentang waktu dari neutropenia dan yang
berkaitan pada pasien komplikasi (dengan non myeloid
anaplasia) menerima suatu otologous atau allogous
transplantasi sumsum tulang. Pengurangan range waktu
dari neutropenia dan yang berkaitan pada pasien
komplikasi selama kemoterapi yang diketahui berkaitan
dengan timbulnya sesuatu yang signifikan pada demam
neutropenia.Mobilisasi dari sel progenitor darah perifer.
Dosis : dewasa: setelah transplantasi sumsum tulang dosis yang
direkomendasikan dari 150 mcg (19,2 juta unit/m2) sehari
secara injeksi intravena selama 30 menit, yang dilarutkan
dengan larutan garam isotonik atau secara injeksi subkutan.
Mulai setelah transplantasi sampai tercapai titik terendah
terlewati dan jumlah neutrofill telah kembali ke kondisi
yang stabil.

11. Produk darah dan pengganti plasma


11.1. Produk darah
11.1.1. Factor VII a (rekombinan )
Hanya diberikan untuk :
a. Penderita hemophilia dg inhibitor thd factor VIII atau IX
b. Penderita dg hemophilia congenital yg memiliki respon anamnestik tinggi
terhadap pemberian factor VIII atau IX
c. Mencegah episode pendarahan pada penderita dgn defisiensi factor VII
congenital, penderita hemophilia didapat dan penderita glandzmann
trombastenia
d. Hanya boleh diberikan oleh hematology dewasa atau hematology anak

11.1.2. Factor VIII


FVIII (unit) = BB (kg) x % (target kadar plasma- kadar FVIII pasien)

97
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

1. Serbuk inj 2,5 IU + pelarut 10 ml


Untuk terapi kasus hemophilia dg perdarahan
Dibawah pengawasan hematologi dan atau ahli peny.dalam anak
2. Serbuk inj 500 IU + pelarut 5 ml
Untuk terapi kasus hemophilia dg perdarahan
Dibawah pengawasan hematologi dan atau ahli peny.dalam anak
3. Serb inj 230-340 IU
4. Serb inj 480-600 IU
5. Serb inj 1000 IU

11.1.3. Factor IX kompleks


Hanya digunakan untuk penderita dengan defisiensi factor IX
1. Serbuk inj 1000 IU + pelarut 10 ml
2. Serbuk inj 500 IU + pelarut 5 ml

11.2. Pengganti plasma dan plasma ekspander


11.2.1. Albumin serum normal (human albumin)
Nama Dagang :
1. *Albapure: infus 20% 50 ml & 100 ml
2. *Albuman : infus 20% 50 ml
3. *Human Albumin Biotest : infus 20% 50ml
Indikasi : Lihat pada dosis.
Dosis : Hanya diberikan secara infus IV. Hipoproteinemia pada
pasien yang sakit akut : D : 50-75 g dengan kecepatan infus
2 ml/menit. Syok : awal 20 g dengan kecepatan infus 2
ml/menit. Dosis total tidak boleh melebihi 2 g/kgBB pada
kondisi tanpa adanya perdarahan aktif. Luka bakar berat :
lazim, 20-80 g/hari dengan kecepatan infus 1 ml/menit.
Kontraindikasi : Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, anemia kronik,
reaksi alergi terhadap albumin, edema paru, nefrosis
kronik, malabsorbsi, enteropati yang disertai dengan
kehilangan protein.
Perhatian : Cadangan jantung yang rendah, dehidrasi berat, pasien
dengan pembatasan Na, gagal jantung, insufisiensi ginjal,
anemia kronik, monitor TD, infark miokard, K serum,
jumlah trombosit, waktu protrombin, hamil.
Efek Samping : Volume darah dalam sirkulasi berlebih, urtikaria,
menggigil, demam, perubahan pada pernafasan, denyut
nadi & tekanan darah, edema, sensasi panas & kemerahan
pada kulit, mual, sakit kepala, dispnea, kekakuan, hipotensi,
muntah, kurang enak badan, takikardi, bradikardi,
hipertensi.
98
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Interaksi Obat : Jangan dicampur dengan protein hidrosilat, larutan asam


amino dan alkohol, ACE Inhibitor.

11.2.2. Fraksi protein plasma


Inf 5%

11.2.3. Hydroxyl ethyl starch


Nama Dagang :
1. Fima HES (+ NaCl, KCl, CaCl, Na Lactat)
2. *Voluven (+ NaCl)
Indikasi : Subsitusi koloidal, terapi & pencegahan hipovolemia,
syok karena pendarahan, infeksi (syok sepstik), Voluven :
DHF (Demam Berdarah Dengue), teknik hemodilusi
normovolemik akut (ANH).
Dosis : Tergantung jumlah volum darah yang hilang & nilai
hematokrit s/d 20 ml/kgBB/hari = 1.2 g HES/kgBB/hari =
1500 ml pada pasien dengan BB 70 kg. Voluven : 10-20 ml
secara infus IV lambat, maksimal : 50 ml/kgBB/hari.
Kontraindikasi : Hiperhidrasi, alergi zat pati, hipervolemia, ggn
pembekuan darah, insufisiensi jantung berat & ginjal,
hemodialisis jangka panjang, hamil. Voluven :
hipernatremia atau hiperkloremia berat, perdarahan
intrakranial.
Perhatian : Peningkatan resiko edema paru &/ atau ginjal, gagal
jantung kongestif, riwayat penyakit hati, gangguan fungsi
ginjal, defisiensi fibrinogen berat, diathesis hemoragik.
Voluven : dehidrasi berat, perdarahan hebat, penyakit von
Willebrand, hamil.
Efek Samping : Reaksi kulit, takikardi, penurunan TD, mual, sesak nafas,
syok kejang otot bronkus atau uterus, henti jantung.
Voluven : reaksi anafilaktoid (flu ringan), bradikardi,
edema paru, pruritus.
Interaksi Obat : Fosfat anorganik, hydrogen karbonat atau oksalat

11.2.4. Pengganti plasma golongan gelatin


Indikasi : volume darah yang rendah.
Dosis : infus intravena, dosis awal 500-1000 mL dari larutan 3.5-
4%
12. Diagnostic
12.1. Bahan kontras radiologi
12.1.1. gastrointestinal
12.1.1.1. Barium sulfat
99
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

12.1.1.2. Iopamidol
12.1.1.3. Iopromid
12.1.2. Intravascular
12.1.2.1. Iodiksanol
12.1.2.2. Ioheksol
12.1.2.3. Iopamidol
12.1.2.4. Iopromid
12.2. Magnetic resonace contrast media
12.2.1. Gadobutrol
12.2.2. Gadodiamid
12.2.3. Gadoksetat disodium
12.3. Intratekal
12.3.1. Ioheksol
12.3.2. Iopomidol
12.4. Body cavity
12.4.1. Kombinasi meglumin amidotrizoat + sod. Amidotrizoat
12.5. Ultra sound
12.5.1. Galactose microparticle
12.6. Radiofarmaka kedokteran nuklir
12.6.1. Radiofarmaka kedokteran nuklir diagnostic
12.6.1.1. Iodium 131
12.6.1.2. Fluoro deoxy glucose
12.6.1.3. Technetium 99m
12.6.1.4. Thallous chloride T1-201
12.6.2. Farmaka kedokteran nuklir
12.6.2.1. Methylen diposponat
12.6.2.2. Diethylen triamin pentaacetic acid
12.6.2.3. Iodohipurat sodium I 131
12.6.2.4. Dimercapto succinic acid
12.6.2.5. Mercapto acetyl tri glysine
12.6.2.6. Macro agregat albumin
12.6.2.7. Meta iodobenzyl guanidine
12.6.2.8. Oktreotid asetat
12.6.2.9. Metoxy iso butyl isonitril
12.6.2.10. Sulful colloid
12.6.2.11. Stannous pyrophosphate
12.6.3. Radiofarmaka kedokteran nuklir untuk terapi
12.6.3.1. Iodium 131
12.6.3.2. 153 Sm thylenediamin tetramethylen phosponic acid
12.6.4. Tes fungsi
12.6.4.1. Ginjal
1. Natrium aminohipurat
100
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

12.6.4.2. Mata
1. Fluoresein
12.6.4.3. Tes kulit
1. Tuberculin protein purified derivative
12.6.4.4. Lain-lain
1. K.y jelly

13. Anti septic dan desinfektan


13.1. Antiseptic
13.1.1. Hydrogen peroksida
Indikasi : disinfektan kulit, khususnya membersihkan dan
menghilangkan bau luka dan ulkus.
13.1.2. Klorheksidin
Indikasi : membersihkan dan sebagai disinfektan kulit; larutan untuk
irigasi kandung kencing dan kateter terpasang (catheter
patency solutions) (lihat pada 7.4.4) ; pengobatan tambahan
pada luka lecet, luka ringan pada kulit, pecah-pecah pada
pada kulit, iritasi kulit karena sengatan sinar matahari, atau
pengaruh sinar X/ panas lampu, peradangan kulit serta
tukak.

13.1.3. Povidon iodine


Nama Dagang :
1. *Povidon iodine 30ml, 300ml, 1000ml
2. Betadin : larutan
Indikasi : Larutan : infeksi kulit & luka, sterilisasi kulit sebelum
operasi & sterilisasi organ selama operasi. Salep :
mencegah infeksi pada luka bakar minor, luka sayat, luka
garukan & lecet, infeksi kulit karena bakteri & jamur, ulkus
statis.
Dosis : Larutan : oleskan beberapa kali sehari. Salep : oleskan
pada area yang sakit lalu ditutup dengan pembalut steril,
terapi dapat diulangi sampai didapat efek yang diharapkan.
Perhatian : Idiosinkrasi yodium.
Efek Samping : Iritasi local (hentikan pemakaian).

13.2. Disinfektan
13.2.1. Etanol 70%
Indikasi : disinfektan
13.2.2. Kalsium hipoklorit
Indikasi : disinfektan
13.2.3. Paraformaldehid
101
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

14. Obat dan bahan untuk gigi


14.1. Antiseptik dan bahan untuk perawatan akar gigi
14.1.1. Eugenol
14.1.2. Formokresol
14.1.3. Gutta percha dan papper points
14.1.4. Kalsium hodroksida
14.1.5. Klorfenol kamfer mentol(CHKM)
14.1.6. Chlorhexidin
14.1.7. Kombinasi dexametason asetat + thymol+ paraklorphenol+ campor
14.1.8. Kombinasi lidocain+medicinal creosote phenol+ eugenol+benzyl alcohol
14.1.9. Natrium hipoklorit
14.1.10. Pasta pengisi saluran akar
14.2. Antifungi orofaringeal
14.2.1. Nistatin
14.3. Obat untuk pencegahan carries
14.3.1. Fluor
14.4. Bahan tumpat
14.4.1. Bahan tumpatan sementara
14.4.2. Glass ionomer ART
14.4.3. Komposit resin
14.5. Preparat lainnya
14.5.1. Anastetik lokal gigi kombinasi lidocain 2%+epinefrin 1:80.000
14.5.2. Aquadest
14.5.3. Articulating paper
14.5.4. Etil klorida
Indikasi : anastesi lokal dan nyeri otot wajah (myofascial)
Dosis : anastesi lokal ; digunakan secara topikal 3-7 dtk, dari jarak 3-9
inci hingga kulit mulai berubah menjadi putih. Nyeri otot wajah:
digunakan teknik spray dan stretch dari jarak 12-18 inci secara
topical pada kulit dg sudut lancip utk mengurangi efek syok;
langsung semprot secara parallel 1,5-2 cm dg kecepatan 4 inci per
detik, berlanjut hingga seluruh otot tertutup.
14.5.5. Ferraklirum
14.5.6. Kombinasi triamsinolon asetinid+dementilklortetrasiklin
14.5.7. Lidocain
14.5.8. Pasta devitalisasi
14.5.9. Surgical gingival pack
15. Diuretic dan obat untuk hipertrofi prostat
15.1. Diuretik
15.1.1. Amilorid
Indikasi : edema, konversi kalium dengan tiazid dan diuretika kuat.
102
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : digunakan sendiri, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg 2 kali


sehari, sesuaikan menurut respons; maksimal 20 mg sehari.
Dengan diuretika lain, gagal jantung kongestif dan hipertensi, dosis
awal 5-10 mg sehari; sirosis dengan asites, dosis awal 5 mg sehari.

15.1.2. Furosemid
Nama Dagang :
a. *Furosemid tab, inj
b. Lasix inj , tab
Indikasi : edema pada jantung, paru, ginjal pada eklamsia dan
kehamilan, hipertensi, hiperkalsemia, enuresis noktunal.
Dosis : dosis awal 40 mg pada pagi hari, pemeliharaan 20 mg
sehari atau 40 mg selang sehari, anak 1-3 mg/kgBB sehari.
Aturan Pakai : bersama makanan.
Kontraindikasi : defisiensi elektrolit, anuria, hipokalemia, koma hepatic.
Perhatian : insufisiensi hati & ginjal, hipertropi prostat, monitoring
cairan dan elektrolit, kehamilan dan menyususi, dapat
menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia,
memperburuk DM, gagal hati, porfiria.
Efek Samping : rasa tidak enak pada perut, sakit kepala, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing.
Interaksi Obat : dapat meningkatkan toksisitas aminoglikosida,
sefalosforin, litium, salisilat, gllikosida jantung, efektifitas
diuretic diturunkan oleh probenesid

15.1.3. Hidroklortiazid
Nama Dagang :
a. * Hidroclortiazid tab
Indikasi : diuretika, edema, terapi tambahan pada hipertensi.
Dosis : edema : dosis awal 12,5 – 25 mg sehari. Hipertensi dosis
awal 12,5 mg/hari. Usia lanjut dosis awal 12,5 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama makanan.
Kontraindikasi : anuria, terapi bersama litium, dekompensasi ginjal.
Perhatian : gangguan fungsi hati atau ginjal hentikan bila memburuk.
Hamil, laktasi, usia lanjut. Monitor cairan dan elektrolit.
Efek Samping : gangguan metabolik, ketidakseimbangan elektrolit,
anoreksia, gangguan GI, sakit kepala, pusing.
Interaksi Obat : dapat meningkatkan toksisitas dari glikosida digitalis, efek
antihipertensi. Peningkatkan resiko hipotensi postural
dengan alkohol, barbiturat, opioid. Efek menekan K
ditingkatkan oleh kortikosteroid.

103
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

15.1.4. Kombinasi spironolakton+tiabutazid


15.1.5. Manitol
Nama Dagang :
a. *Otsu manitol
Indikasi : profilaksis gagal ginjal akut, menurunkan tekanan maupun
volume cairan intraoculer atau cairan cerebrospinal,
oliguria pada tindakan operasi gagal ginjal akut.
Dosis : 50 -200 gr selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200
mg/kg injeksi iv yang lambat.
Atura pakai : infus IV.
Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria : kongesti atau udem paru yang
berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intracranial.
Perhatian : pasien gagal jantung kongestif, edema paru.
Efek Samping : menggigil, demam, mual, muntah, poliuria.

15.1.6. Spironolakton
Nama Dagang :
a. *Spironolacton tab
b. Letonal tab
Indikasi : udema, gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma
nefrotik, hipertensi.
Dosis : udema : dosis tunggal, gagal jantung kongestif : 25-200
mg. Hipertensi : 50-200 mg. Anak : dosis awal 3 mg/kgBB
dalam dosis terbagi.
Aturan Pakai : bersama makanan.
Kontraindikasi : insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, hamil.
Perhatian : pemakain bersama obat suplemen K, hindari bila terjadi
gangguan fungsi ginjal sedang dan berat, laktasi, anestasia.
Efek Samping : ginekomastia, gejala GI, mengantuk, letargi, ruam, sakit
kepala, gangguan mental, ataksia, impotensi, iragularitas
menstruasi, perdarahan pasca menopause.
Interaksi Obat : dapat menghilangkan respon vaskuler noradrenalin,
menghambat bersihan digoksin.

15.1.7. Adenosin Tri Pospat


Nama dagang:
1. *ATP Dankos inj
Indikasi : sebagai terapi penunjang untuk penyakit otot, jantung,
kulit, telinga dan mata
Dosis : amp; IM/SK 1 amp ax/hari, IV 1 amp 1x/hr secara inj
lambat dengan kecepatan 10 mg/1-2 mnt atau jika dicampur
dg 10-20 ml inj glukosa isotonic atau hipertonik

104
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontra indikasi : hipotensi


Efek samping : mual, anoreksia, sakit kepala, gatal

15.2. Obat untuk hipertropi prostat


15.2.1. Doksazosin
Indikasi : hipertensi; hiperplasia prostat jinak.
Dosis : hipertensi, 1 mg sehari, ditingkatkan setelah 1-2 minggu
menjadi 2 mg sekali sehari, kemudian 4 mg sekali sehari,
bila perlu; maksimal 16 mg sehari. Hiperplasia prostat jinak

15.2.2. Dutasterid
Indikasi : Pengobatan dan pencegahan perkembangan Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan mengurangi gejala
yang muncul, mengurangi ukuran prostat (volume),
meningkatkan kecepatan  aliran urin, mengurangi risiko
retensi urin akut dan mengurangi pembedahan akibat BPH.
Dalam kombinasi dengan alfa bloker tamsulosin,
diindikasikan untuk pengobatan simtomatik BPH moderat
sampai berat pada pria dengan pembesaran prostat.
Dosis : Sekali sehari satu kapsul (0,5 mg), dapat diberikan
bersama dengan maupun tidak bersama dengan makanan.
Meskipun perbaikan mungkin sudah terlihat pada awal
pengobatan, pengobatan selama kurang lebih 6 bulan
diperlukan untuk menilai secara obyektif apakah dapat
diperoleh respon yang memuaskan terhadap pengobatan.
15.2.3. Finasterid
Indikasi : hiperplasia prostat ringan.
Dosis : 5 mg/hari; pengobatan harus ditinjau ulang setelah 6
bulan.

15.2.4. Tamsulosin
Indikasi : Pengobatan gejala fungsional dari hipertrofi prostat jinak
Dosis : 400 mcg perhari sebagai dosis tunggal

15.2.5. Terazosin
Nama Dagang :
a. *hytroz tab
b. Hytrin tab
Indikasi : Terapi untuk gejala hiperplasia prostat jinak (BPH) &
hipertensi.
Dosis : Awal, 1 mg 1x /hari ditingkatkan bertahap sampai dengan
5 mg 1x /hari.
105
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.


Perhatian : Ggn dalam mengemudi kendaraan atau mengoperasikan
mesin, laktasi.
Efek Samping : Mengantuk, pusing, hidung tersumbat, mual, edema
perifer, asthenia, hipotensi postural, nyeri pinggang,
palpitasi, takikardi, gelisah, kesemutan, dyspnea, sinusitis,
penglihatan kabur, impotensi.

16. Hormone,obat endokrin lain dan kontrasepsi


16.1. Hormone antidiuretic
16.1.1. Desmopresin
Indikasi : diabetes insipidus sentral; enuresis nokturnal primer pada
anak usia 5 tahun atau lebih; nokturia pada dewasa
disebabkan poliuria nokturnal (produksi urin pada malam
hari melebihi kapasitas kandung kemih).
Dosis :Oral: Diabetes insipidus sentral, DEWASA dan ANAK-
ANAK: dosis awal 0,1 mg 3 kali sehari; dosis disesuaikan
tergantung respon klinik, pada rentang dosis 0,2–1,2 mg
per hari. Dosis optimal, 0,1-0,2 mg 3 kali sehari. Jika
terjadi retensi cairan/hiponatremia, terapi dihentikan dan
dosis disesuaikan.
Enuresis nokturnal primer, dosis awal: 0,2 mg pada
malam hari. Dapat ditingkatkan hingga 0,4 mg. Terapi
dievaluasi setelah 3 bulan dengan cara dihentikan selam 1
minggu. Jika terjadi retensi cairan, terapi dihentikan.
Nokturia, dosis awal: 0,1 mg pada malam hari. Jika dosis
tidak efektif setelah 1 minggu, dapat ditingkatkan hingga
0,2 mg dan kemudian 0,4 mg dengan selang waktu
seminggu. Tidak direkomendasikan untuk digunakan pada
lansia. Namun, jika tetap diperlukan, harus didahului
dengan pemeriksaan kadar natrium sebelum terapi dan 3
hari setelah terapi dimulai. Jika terjadi retensi cairan
dan/atau hiponatremia, terapi harus dihentikan.
Jika tidak terjadi efek yang diharapkan dalam 4 minggu,
terapi dihentikan

16.1.2. Vasopressin
Indikasi : diabetes insipidus kranial; perdarahan varises esofagus.
Dosis : injeksi subkutan atau intramuskular 5-20 unit tiap 4 jam.

16.2. Antidiabetes
106
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

16.2.1. Antidiabetes oral


16.2.1.1. Akarbose
Indikasi : terapi tambahan utk penderita DM
Dosis : awali dg 50 mg, kemudian ditingkatkan hingga 100-200
mg, sehari 3x. dosis dapat ditingkatkan setelah 4-8 minggu

16.2.1.2. Glibenclamid
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2.
Dosis : dosis awal 5 mg 1 kali sehari; segera setelah makan pagi
(dosis lanjut usia 2.5 mg, tetapi hindari- lihat keterangan di
atas) disesuaikan berdasarkan respon: dosis maksimum 15
mg sehari).

16.2.1.3. Gliklazid
Nama Dagang :
a. *Glucodex
Indikasi : DM tipe 2.
Dosis : 1-4 tab/hari dosis tunggal.
Aturan Pakai : Berikan segera sebelum makan.
Kontraindikasi : Ketoasidosis diabetikum, insufisiensi ginjal/hati berat.
Perhatian : Gangguan hati & atau ginjal. Hipoglikemia dapat terjadi
bila asupan makanan berkurang atau dosis terlalu tinggi.
Efek Samping : Mual, ruam kulit, gangguan GI, hipoglikemia, vaskulitis
alergi, peningkatan kadar enzim hati. Jarang, diskrasia
darah.
Interaksi Obat : Mikonazol, fenilbutazon, alkohol, antidiabetik lain,
penyekat beta, flukonazol, ACE Inhibitor, antagonis
reseptor H2 , MAOI, sulfonamid AINS, danazol,
klorpromazin, glukokortikoid, ritrodin, salbutamol,
terbutalin, antikoagulan.

16.2.1.4. Glimepirid
Nama Dagang :
a. *Glimepirid tab
Indikasi : DM tipe 2, dimana kadar gula darah tidak dapat dikontrol
hanya dengan diet, olahraga dan penurunan BB. Dapat
dikombinasi dengan metformin dan insulin. Amaryl M :
terapi tambahan untuk pasien NIDDM dimana monoterapi
dengan metformin atau glimepirid tidak menghasilkan
control glikemik yang adekuat.
Dosis : D : Awal, 1 mg/hr dosis bisa di naikan berdasarkan
pemeriksaan monitor kadar rutin dengan interval 1-2
107
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

minggu max 8 mg/hr. Semua dosis di minum 1x sehari.


Amaryl M : Bersifat individual, berikan 1-2x /hari.
Aturan Pakai : Berikan segera sebelum makan utama pada hari yang
sama. Jangan mengurangi jadwal makan. Amaryl : segera
sebelum makan atau saat makan.
Kontraindikasi : DM tipe 1 (IDDM), diabetik ketoasidosis pre koma atau
koma diabetik. Gangguan fungsi ginjal dan hati berat.
Hipersensitivitas terhadap sulfonilurea lain atau
sulfonamid, hamil, laktasi.
Perhatian : Monitor secara teratur kadar gula dalam darah & urin.
Resiko hipoglikemia pada pasien neuropati anatomik atau
menggunakan beta blocker, klonidin, reserpin, guanetidin,
atau simpatolitik lain. Selama keadaan stress seperti
trauma, op, atau infeksi disertai demam.
Efek Samping : Hipoglikemia, gangguan penglihatan sementara, ggn GI,
kerusakan fungsi hati. Jarang : trombositopenia,
leukopenia, anemia hemolitik, gatal, urtikaria, ruam.
Interaksi Obat : Efek potensiasi jika diberikan bersama insulin,
antidiabetik lain, penghambat ACE, allopurinol, anabolik
steroid & hormon seks pria, kloramfenikol, derivate
kumarin, siklosfosfamid, disopiramid, fenfluramin,
feniramidol, fibrat, fluoxetin, guanetidin, MAOI, asam
paraaminosalisilat, mikonazol, pentoksifilin, fenilbutazon,
probenesid, kuinolon, salisilat, sulfinpirazon, sulfonamid,
tetrasiklin. Penurunan efek jika diberikan bersama
asetazolamid, barbiturate, kortikosteroid, diuretik,
epineprin, simpatomimetik lain, glukagon, laksatif, asam
nikotinat, estrogen, progesterone, fenotiazin, fenitoin,
rifampisin, hormon tiroid. Beta bloker menurunkan
toleransi terhadap glukosa.

16.2.1.5. Glipizid
Indikasi : diabetes mellitus tipe 2.
Dosis : dosis awal 2,5 - 5 mg sehari; diminum secepatnya
sebelum makan pagi atau makan siang, disesuaikan
dengan respon, dosis maksimum harian 20 mg;
sampai 15 mg dapat diberikan sebagai dosis
tunggal, lebih tinggi dalam dosis terbagi.

16.2.1.6. Metformin
Nama Dagang :
a. *Metformin tab
108
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Diabetes melitus tipe 2 dan penderita yang sudah


overweight yang kadar gula darahnya tidak bisa dikontrol
hanya dengan diet saja. Sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan sulfonilurea, tambahan terapi pada pasien DM tipe
1.
Dosis : D : 250-500 mg tiap 8 jam, 850 mg tiap 12 jam, maks 3
gram/hari. Glucovance : Awal, (1.25 mg/250 mg) 1-2x
sehari. Terapi lini 2 : awal 2.5 mg/500 mg 2x sehari.
Maksimal 20 mg glibenclamid / 2 g metformin.
Aturan Pakai : Bersama atau sesudah makan.
Kontraindikasi : Koma diabetik, ketoasidosis, ggn fungsi ginjal serius,
penyakit hati kronik, gagal jantung, infark miokard,
alkoholisme, penyakit kronik/akut yang berhubungan
dengan hipoksia jaringan, asidosis laktat, syok, insufisiensi
paru, hipoksemia, hipersensitif, laktasi.
Perhatian : Evaluasi profilaksis kadar B12, serum tiap tahun pada
pengguna metformin jangka panjang. Monitor kadar gula
darah pada terapi kombinasi dengan sulfonilurea atau
insulin. Hamil, lansia, infeksi berat & trauma.
Efek Samping : Mual, muntah, anoreksia, asidosis laktat (jarang), ISPA,
diare, sakit kepala, pusing, sakit perut.
Interaksi Obat : Peningkatan dosis antikoagulan. Menyebabkan
hipoglikemia dengan sulfonilurea, atau insulin. Asidosis
laktat menigkat dengan alkohol. Mengganggu absorbsi vit
B12. Dengan simetidin menurunkan bersihan ginjal.
Glucovance : tiazid, diuretik lain, kortikosteroid, fenotiazin,
steroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin,
simpatomimetik, penghambat kanal Ca, INH, AINS,
salisilat, sulfonamide, kloramfenikol, probenesid, kumarin,
MAOI, beta blocker, ciprofloxacin, mikonazol, oral.

16.2.1.7. Pioglitazon
Indikasi : terapi tambahan pada diet dan olahraga pada diabetes
melitus tipe 2 (dual kombinasi dengan sulfonilurea atau
metformin, dan triple kombinasi dengan metformin dan
sulfonilurea).
Dosis : DEWASA, dosis awal 15 mg atau 30 mg satu kali sehari,
dosis dapat ditingkatkan hingga 45 mg satu kali sehari.

16.2.2. Antidiabetes parenteral


16.2.2.1. Human insulin
1. Fast acting
109
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : diabetes melitus


Dosis : disuntikkan 15-30 menit sebelum makan
2. Intermediate acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Untuk DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkendali dg golongan sulfonil urea
dan obat diabetes oral
3. Intermediate acting combine with short or long acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Untuk DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkendali dg golongan sulfonil urea
dan obat diabetes oral
4. Long acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Untuk DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkendali dg golongan sulfonil urea
dan obat diabetes oral

16.2.2.2. Analog insulin


1. Fast acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Pada kondisi kusus (misal : perioperatif) maka DM tipe dpt langsung
diberikan insulin
2. Intermediate acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Untuk DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkendali dg golongan sulfonil urea
dan obat diabetes oral
3. Intermediate acting combine with short or long acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Untuk DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkendali dg obat diabetes oral
4. Long acting
Inj 100 IU/ml (kemasan vial, cartridge dispossible, penfill cartridge).
Untuk DM tipe 1 atau 2 yang tidak terkendali dg golongan sulfonil urea
dan obat diabetes oral

16.3. Hormone kelamin dan obat yang mempengaruhi fertilitas


16.3.1. Androgen
16.3.1.1. Testosterone
Indikasi : induksi pubertas. Pendekatan alternatif yang
memberikan efek peningkatan pertumbuhan
daripada kematangan seksual, menggunakan
oksandrolon oral.
Dosisi : 120-160 mg selama 2-3 minggu.

16.3.2. Estrogen
110
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

16.3.2.1. Estrogen terkonjugasi


Indikasi : TSH, osteoporosis
Dosis : untuk TSH: 0,3-1,25 mg/hari; untuk osteoporosis:
0,625 mg/hari;
16.3.2.2. Etinilestradiol
Indikasi : Gejala menopause dan pencegahan osteoporosis
Dosis : Gejala menopause dan pencegahan osteoporosis
(dengan progestogen selama 12 -14 hari per siklus
pada wanita dengan uterus lengkap), 10 -50 mcg
sehari selama 21 hari, diulang setelah 7 hari periode
tidak makan obat.Hipogonadism wanita, 10?0 mcg
sehari, biasanya berdasarkan siklus; pengobatan
estrogen awal harus diikuti dengan pengobatan
kombinasi estrogen dan progestogen.Gangguan
menstruasi, 20?0 mcg sehari dari hari ke-5 sampai
hari ke-25 tiap siklus, dengan menambahkan
progestogen ke siklus atau dari hari ke-15 sampai
hari ke-25.
16.3.3. Progesterone
16.3.3.1. Hidroksi progesterone
16.3.3.2. Linestrenol
16.3.3.3. Medroksi progesterone asetat
Dosis : Kanker payudara: 0,4 - 1,5 g per hari. Kanker
endometrium, kanker prostat: 100-500 mg/hari.

16.3.3.4. Nomegestrol asetat

Indikasi : mengatasi gejala akibat defisiensi progesteron,


terutama pada saat premenopause (mestruasi yang
tidak teratur, sindrom premenstruasi, mastodinia),
functional uterine bleeding dan menoragia fibroma,
endometriosis, dismenorea, terapi sulih hormon
dalam kombinasi dengan estrogen.
Dosis harian rata-rata 5 mg. Lama terapi yang lazim
10 hari per siklus, dari hari ke 16-25 siklus. Namun,
dosis dan lamanya terapi dapat disesuaikan
tergantung indikasi dan respon pasien.

16.3.3.5. Noretisteron
Nama Dagang :
1. Norelut tab
2. *Primolut N tab

111
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Perdarahan disfungsional, amenorea primer dan


sekunder, sindrome pra menstruasi, mastopati
siklik, pengaturan waktu menstruasi, endometriosis.
Dosis : Pendarahan disfungsional 1 tab 3x/hr selama 10
hari. Maks. 30 tab. Amenorea primer dan sekunder
1 tab 1-2x/hr selama 10 hr. Untuk merangsang
pendarahan siklus 1 tab 2x/hr dimulai pada hari ke
16-25 dari menstruasi.sindrom pra menstruasi 1 tab
1-3x/hr. Pengaturan haid 1 tab 2-3x/hr tidak lebih
dari 10-14 hari dimulai 3 hari sebelum menstruasi
yang di harapkan. Endometriosis dimulai pada hari
ke 1 s/d ke 5 dari siklus dengan dosis 1 tab 2x/hr.
Pengobatan dapat dilanjutkan selama 4-6 hari.
Aturan Pakai : Berikan sesudah makan.
Kontraindikasi : Hipersensitif, diketahui hamil atau menyusui,
diketahui atau diduga menderita keganasan yang
tergantung pada hormon seks.
Perhatian : Faktor resiko tromboembolisme vena (VTE)
meningktanya resiko tromboembolisme, pada masa
nifas, gejala trombosis, lakukan pengawasan pada
pasien depresi, lakukan pemeriksaan fisik dan
ginekologi sebelum terapi.
Efek Samping : Perdarahan uterus/vag termasuk perdarahan
bercak, hipoamenore, amenorea, sakit kepala, mual,
edema.
Interaksi Obat : Interaksi obat yang mengakibatkan peningkatan
bersihan hormon seks dapat menyebabkan
penurunan efikasi terapeutik rifampicin, seperti
penginduksi enzim hati (fenitoin, barbiturat,
karbamazepin, pirimidon) griseofulvin, siklosforin.

16.3.4. Kontrasepsi
16.3.4.1. Kontrasepsi oral
1. Desogestrel
2. Kombinasi ldesogestrel+etinil estradiol
3. Kombinasi levonorgestrel+etinil estradiol
4. Linestrenol

16.3.4.2. Kontrasepsi parenteral


1. Kombinasi medroksi progesterone + estradiol sipionat
2. Medroksi progesterone asetat
16.3.4.3. Kontrasepsi AKDR (IUD)
1. Copper T
16.3.4.4. Kontrasepsi implant
1. Etonogestrel
2. Levonorgestrel
16.3.4.5. Lain-lain
1. Klomifen sitrat
Indikasi : infertilitas akibat anovulasi, oligospermia.

112
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : infertilitas tanpa ovulasi: 1 tablet/hari selama 5


hari mulai pada hari ke-5 siklus. Biasanya ovulasi
terjadi pada 6-10 hari setelah tablet terakhir. Bila
ovulasi tidak terjadi, dosis dinaikkan menjadi 2 kali
sehari. Oligospermia: 1 tablet/hari selama 40-90
hari.
2. Bromokriptin
Indikasi : parkinsonisme (bukan karena obat).
Dosis : minggu pertama 1-1,25 mg malam hari. Minggu
kedua 2-2,5 mg malam hari, minggu ketiga 2,5 mg
2 kali sehari, minggu keempat 2,5 mg 3 kali sehari,
kemudian tingkatkan 2,5 mg setiap 3-14 hari sesuai
dengan respons sampai kisaran lazim 10-40 mg
sehari; bersama makanan.

16.4. Hormone tiroid dan anti tiroid


16.4.1. Karbimazol
Indikasi : hipertiroidisme
Dosis : awal; dws; 20-60 mg/hari. Kasus ringan : 5-10
mg/hari, kasus sedang : 30 mg/hr, kasus berat : 40-
60 mg/hari. Diberikan dalm dosis terbagi
16.4.2. Levotiroksin
Nama Dagang :
a. *Euthyrox tab
Indikasi : hipotiroidisme.
Dosis : Dewasa; dosis awal 50-100 mcg/ hari (50 mcg untuk
pasien berumur lebih dari 50 tahun), diutamakan sebelum
sarapan, secara bertahap dinaikkan setiap 3-4 minggu
sampai metabolisme kembali normal (biasanya 100-200
mcg sehari). Untuk pasien yang mempunyai penyakit
jantung, dosis awal 25 mcg/hari atau 50 mcg pada hari
yang lain secara bergantian, dinaikkan 25 mcg secara
bertahap setiap 4 minggu. Hipotiroidisme bawaan dan
Juvenille myxoedema; neonatus sampai 1 bulan, dosis awal
5-10 mcg/kg bb/hari, anak-anak lebih dari 1 bulan dosis
awal 5 mcg/kg bb/hari dinaikkan 25 mcg secara bertahap
setiap 2-4 minggu sampai gejala toksik ringan muncul
kemudian dosis diturunkan secara perlahan-lahan.
Kontraindikasi : tirotoksikosis.
Perhatian : panhipopituarisme atau predisposisi insufisiensi adrenal
(terapi awal dengan kortikosteroid sebelum mulai
levotiroksin), lansia, penyakit jantung (insufisiensi
113
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

miokardial atau infark miokardial, lihat pada dosis awal


yang tertera dibawah ini), hipotiroidisme dalam jangka
waktu yang lama, diabetes insipidus, diabetes mellitus
(dosis obat antidiabetes termasuk insulin mungkin perlu
ditambah), kehamilan dan menyusui.
Efek Samping : biasanya terjadi karena kelebihan dosis (lihat dosis awal
di atas), nyeri angina, aritmia, palpitasi, kram otot skelet,
takikardi, diare, muntah, tremor, gelisah, bergairah,
insomnia, sakit kepala, muka merah, berkeringat, demam,
intoleransi terhadap panas, berat badan turun drastis, otot
lemah.
Interaksi Obat : Sebelum mulai terapi sebaiknya dilakukan EKG untuk
menilai perubahan yang ada apakah dipengaruhi oleh
hipotiroidisme atau karena iskemia. Jika peningkatan
metabolisme terlalu cepat (menyebabkan diare, gelisah,
denyut jantung lebih cepat, tremor dan kadang-kadang
nyeri angina pada iskemia latent), dosis dikurangi atau
tidak diberikan selama 1-2 hari dan mulai kembali pada
dosis yang lebih rendah.

16.4.3. Lugol
16.4.4. Propiltoiurasil
Nama Dagang :
a. *Propiltiourasil tab
Indikasi : Hipotiroidisme.
Dosis : D : 200-400 mg/hari dosis ini dipertahankan sampai
pasien mencapai keadaan eutiroid, dosis lalu diturunkan
secara berangsur sampai mencapai dosis pemeliharaan 50-
150 mg/hari.
Aturan Pakai : Berikan setelah makan.
Perhatian : Hamil, laktasi, gangguan hati.
Efek Samping : Mual, muntah, gangguan pencernaan ringan, sakit kepala,
ruam kulit, pruritus, nyeri sendi, alopesia.

16.4.5. Tiamazol
Nama dagang
a. Tyrozol tab
Indikasi : Lihat pada dosis.
Dosis : D : Terapi konservatif hipertiroid, regimen pertama :
awal, 25-40 mg/hari, pemeliharaan : 5-20 mg/hari,
maksimal 40 mg/hari dosis tunggal. Regimen kedua : 2.5-
10 mg/hari. Ibu hamil : 2.5-10 mg/hari tanpa pemberian
114
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

hormon tiroid. A : awal 0.3-0.5 mg/kgBB/hari.


Pemeliharaan : 0.2-0.3 mg/kgBB/hari, terapi tambahan
dengan hormon tiroid mungkin diperlukan.
Aturan Pakai : Berikan sesudah makan.
Kontraindikasi : Granulositopenia, kolestatis sebelum mulai terapi,
sebelumnya terjadi kerusakan sumsum tulang setelah terapi
dengan karbamizol atau tiamizol.
Perhatian : Hipersensitivitas, pembesaran kelenjar tiroid. Hamil &
laktasi. Untuk penggunaan jangka pendek.
Efek Samping : Reaksi alergi kulit. Jarang, demam akibat obat, gangguan
indra pengecapan, agranulositosis. Kasus-kasus pada nyeri
persendian, ikterus, limfadenitis, penurunan jumlah
trombosit & komponen darah lainnya, radang pembuluh
darah & saraf, kerontokan rambut, sensitivitas terganggu.
Interaksi Obat : Defisiensi yodium akan meningkatkan & sebaliknya
kelebihan yodium akan menurunkan respon kelenjar tiroid.

16.5. Kortikosteroid
16.5.1. dexametason
Nama Dagang :
c. Dexametason tab, inj
d. Kalmetason inj
Indikasi : Alergi, penyakit kolagen, reumatik, leukimia dan
limfoma, syok, penyakit pernafasan, gangguan
hematologik, edema.
Dosis : Dewasa oral 0.5-10 mg/hari tiap 6 jam selama 2-10 hari.
Anak 0.2-5 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis, TB aktif atau
statis, infeksi akut.
Perhatian : Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi,
gagal ginjal kronik, uremia, usia lanjut, hamil.
Efek Samping : Retensi air dan garam, edema, hipertensi, gagal mental,
pankreatitis, gangguan penglihatan, atrofi, nafsu makan
meningkat, pertumbuhan lambat.
Interaksi Obat : Efektifitas, berkurang dengan fenitoin, antibiotik lain,
fenobarbital, rifampisin, vitamin A, tetrasiklin dan
antibiotik lain, tiazid. Antikoagulan oral, hipoglikemik oral
dan salisilat.

16.5.2. hidrokortison

115
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Dermatitis atopik, kontak, alergi, pruritus anogenital,


neurodermatitis.
Dosis : Dioleskan 3-4x /hari.
Kontraindikasi : Penyakit virus, infeksi jamur, dan bakteri pada kulit, acne,
dermatitis perioral. Laktasi.
Perhatian : Penggunaan jangka lama atau pada daerah tubuh yang
luas, hamil, bayi dan anak < 4 tahun. Hindari kontak
dengan mata.
Efek Samping : Atropi kulit setempat (pemakaian jangka lama dan terus
menerus). Hilangnya jaringan kolagen kulit.
Hiperkostikisme, gatal, folikulitis, hipopigmentasi,
dermatitis kontak alergi dan perioral, maserasi kulit. Infeksi
sekunder, striae dan malaria.

16.5.3. metilprednisolon
Nama Dagang :
a. *Metilprednison tab, inj
b. Metrison 4 mg tab
c. Somerol 4 mg tab
d. Toras 4 mg tab
Indikasi : Kelainan endokrin, penyakit reumatik, penyakit kolagen,
penyakit kulit, alergi, penyakit mata, penyakit saluran
nafas, kelainan hematologi, edema, gangguan saluran
cerna.
Dosis : Awal 2-48 mg/hari,. Sklerosis multiple 160 mg/hari
selama 1 minggu, dilanjutkan 64 mg/hari selama 1 bulan.
IM/IV lambat/ Infuse IV mulai 10-100 mg.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Infeksi jamur sistemik.
Perhatian : Penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi, vaksinasi,
TB, sirosis, hipotiroid, hamil dan laktasi.
Efek Samping : Gangguan elektrolit dan cairan tubuh, gangguan
pencernaan, keringat berlebihan, urtikaria, osteoporosis,
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan siklus
menstruasi, DM, hambatan pertumbuhan pada anak,
katarak, glaucoma.
Interaksi Obat : Siklosporin, phenobarbital, phenitoin, rifampisin,
karbamazepin, pirimidon, ketokonazole, aspirine,
antikolinesterase, antihipertensi, diuretic

16.5.4. prednisone
Nama Dagang :
116
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. *Prednisone
Indikasi : RA, demam rematik akut, asma bronkial, obat
antiinflamasi.
Dosis : Dewasa 1-4 tablet/hari, maksimal 12 tablet/hari. Anak 1-2
mg/kgBB dalam 3-4 dosis terbagi.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Ulkus gaster, osteoporosis, DM, TB akut, hipertensi,
gangguan neurologi, gangguan hati dan ginjal, infeksi
jamur sistemik. Hamil.
Perhatian : Pengobatan terus-menerus dan jangka panjang pada anak
selama masa pertumbuhan. Penyakit jantung kongestif,
gangguan fungsi ginjal. Hindari penghentian terapi
mendadak. Hamil dan laktasi.
Efek Samping : Moon face, mual, anoreksia, osteoporosis, nyeri otot,
gelisah, iritasi lambung, hipernatremia, hiperkalemia,
gangguan tidur.

16.5.5. triamsinolon asetat


Nama Dagang :
a. *Flamicort inj 10mg/5ml
b. *Flamicort inj 40 mg/ml
Indikasi : AR dan demam reumatik, asma bronkial, rinitis
vasomotor, leukimia, limfosarkoma, fibrosis paru, Salep :
Sariawan.
Dosis : Dewasa oral 2-24 mg/hari. IM pada otot panggul 40 mg
diulang sesuai respon pasien. Dosis tunggal maksimal 100
mg. Salep : dioles pada area mulut, 2-3x sehari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : TBC aktif, laten atau menyembuh, psikosis akut.
Perhatian : Hipertensi, DM, penyakit ginjal, protein harus dikonsumsi
secara cukup selama terapi. Tromboflebitis, penyakit
infeksi, kecendrungan psikosis, nefritis kronis, karsinoma
metastasis, osteoporosis, infeksi bakteri tak terkontrol,
herpes simpleks ocular.
Efek Samping : Fraktur spontan, ulkus peptikum, kemerahan pada muka,
berkeringat, akne, vertigo, sakit kepala, tromboemboli,
lemah otot.

17. Obat kardiovaskular


17.1. Antiangina
17.1.1. Amlodipin
Nama Dagang :
117
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. *Amlodipin tab
Indikasi : hipertensi profilaksis, angina. Hipertensi esensial pada
pasien dengan TD yang tidak cukup dikendalikan hanya
dengan monoterapi.
Dosis : D : untuk angina/hipertensi, awal 5 mg/hari, max 10
mg/hari. Lansia 2,5 mg/hari. Exforge : 1 tab/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan, dinum pagi hari.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap dihidroperidin, hipertensi berat,
hamil, laktasi, gangguan ginjal berat ( bersihan kreatinin <
10 ml/menit). Angioderma herediter atau angioderma yang
timbul selama terapi awal dengan ACE inhibitor atau
antagonis reseptor angiostensin II.
Perhatian : kehamilan dan menyusui, gagal jantung kongestif. Pasien
dengan deplesi vol cairan tubuh dan atau deplesi garam
yang mendapat diuretik dosis tinggi. Penggunaan bersama
suplemen K, diuretik hemat K, pengganti garam
mengandung K, atau obat yang dapat meningkatkan kadar
K ( misalnya heparin). Hindari penghentian pengobatan
secara mendadak,stenosis arteri ginjal bilateral atau
unilateral, menjalani transplatasi ginjal. Gangguan fungsi
hati atau abstruksi sal empedu. Stenosis katup aorta atau
mitral, kardiomiopati hipertropi obstruktif.
Efek Samping : sakit kepala, edema, kelelahan menyeluruh, fatigue, mual,
muntah, fisik, muka merah, nyeri abdomen, palpitasi,
pruritus, dyspepsia, nasofaringitis, influenza, rasa lemas
yang menyeluruh, sensasi panas.
Interaksi Obat : teofilin, ergotamin, suplemen K, diuretik hemat K,
pengganti garam yang mengandung K & obat lain yang
dapat meningkatkan kadar K ( misalnya heparin ).

17.1.2. Atenolol
Indikasi : Hipertensi, angina pectoris
Dosis : hipertensi: dosis awal; sehari 50 mg; dpt ditambah
diuretic; jika efek tidak Nampak selama 1-2 minggu dosis
dinaikkan sampai sehari 100 mg. angina pectoris ; sehari
50-200 mg

17.1.3. Diltiazem
Nama Dagang :
a. *Diltiazem tab
b. Herbeser CD tab , inj

118
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : hipertensi esensial ringan hingga sedang, angina pektoris,


angina pectoris tipe varian.
Dosis : D : 60 mg/8 jam dosis awal. Lansia 60 mg/ 12 jam. Jika
perlu dosis ditingkatkan sampai 360 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : bradikardi berat, gagal jantung kiri, blok AV derajat 2
atau 3, sindrom penyakit sinus, kehamilan dan menyusui.
Perhatian : kurangi dosis pada gangguan hati dan ginjal,gagal jantung
atau gangguan fentrikel kiri.
Efek Samping : bradikardi, blok SA, blok AV, hipotensi, malaise, sakit
kepala, muka merah dan panas, gangguan sal cerna.
Interaksi Obat : antihipertensi, dihidropiridin, antagonis Ca, beta bloker,
rauwolfia, digitalis, antiaritmia, aprindin HCl,siklosporin,
teofilin, takrolimus, karbamazepin, fenitoin, triazolam,
midazolam, cimetidin, rifampisisn, anestesi, HIV protease
inhibitor, relaksan otot.

17.1.4. Gliseril trinitrat


Indikasi : profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.
Dosis : sublingual, 0,3-1 mg, bila perlu diulang.Oral profilaksis
angina, 2,6-2,8 mg 3 kali sehari atau 10 mg 2-3 kali sehari.
Infus intravena, 10-200 mcg/menit.

17.1.5. Isosorbid dinitrat


Nama Dagang :
a. Farsorbid tab
b. *Isosorbid dinitrat tab
Indikasi : Angina pectoris
Dosis : Oral, 3-4x sehari 1-2 tablet, angina 30-120 mg, gaga
jantung 40-160 mg, sampai 240 mg bila diperlukan. Infus
IV 2-10 mg/hari.
Aturan Pakai : 30 menit sebelum makan.
Kontraindikasi : hipotensi, syok kardiogenik
Perhatian : glaukoma, dapat terjadi toleransi & toleransi silang
dengan nitrat dan nitrit lainnya, hamil/anak.
Efek Samping : sakit kepala, mual.
Interaksi Obat : meningkatkan efek hipertensi dengan antihipertensi

17.2. Antiaritmia
17.2.1. Amiodaron
Indikasi : takikardia yang berkaitan dengan sindrom Wolff-
Parkinson-White. Obat ini digunakan untuk pengobatan
119
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

aritmia lain bila obat-obat lain tidak efektif atau


dikontraindikasikan dan sebaiknya dimulai hanya di Rumah
Sakit atau di bawah supervisi dokter spesialis jantung
Dosis : oral, 200 mg 3 kali sehari selama 1 minggu, 200 mg 2 kali
sehari selama 1 minggu berikutnya; dosis penunjang,
biasanya 200 mg sehari atau dosis minimal yang diperlukan
untuk mengendalikan aritmia. Infus intravena via kateter
vena sentral, 5 mg/ kg bb selama 20-120 menit dengan
pantauan EKG; maksimal 1,2 g dalam 24 jam

17.2.2. Digoksin
Nama Dagang :
a. Fargoxin tab,
b. *Fargoxin inj
c. *Digoxin tab
Indikasi : payah jantung kongestif akut dan kronis, takikardi
supraventrikuler paroksimal.
Dosis : D: Digitalisasi cepat (24-36 jam): 4-6 tab, kemudian 1
tablet pada interval tertentu sampai kompensasi tercapai.
Digitalisasi lambat (3-5 hari): 2-6 tab/hari dalam dosis
terbagi. Terapi penunjang: 1-3 tab/hari. A: (< 10
th)Digitalisasi cepat: 25 mcg/kgBB pada interval tertentu
sampai kompensasi tercapai. Terapi penunjang 10-20
mcg/kgBB/hari,
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan
Kontraindikasi : Bok AV total & bok AV total Aritmia supraventrikuler
yang disebabkan sindroma Wolf-parkinson-white, fibrasi
ventrikel, hipersensitif,
Perhatian : pada kor pulmonalis kronis, insufisiensi koroner,
gangguan elektrolit & insufisiensi ginjal atau hati : dosis
harus dikurangi. Juga pada keadaan payah ginjal & pasien
lanjut usia.
Efek Samping : mual, muntah, kontraksi ventrkel prematur, depresi,
ngantuk, rasa lemah, gelisah, vertigo, midriasis, fotofobia,
ruam kulit.
Interaksi Obat : Ca dosis tinggi, obat psikotropik termasuk litium &
simpatomimetik : memperbesar resiko aritmia jantung.
Kuinidin antagonis Ca, amiodaron, spironolakton &
triamteren, eritromisin, tetrasiklin : melningkllatkan kadar
digoksin dalam serum. Koelstiramin, kolestipol, antasida &
neomisin : mengganggu absorpsi digoksin dalam usus.

120
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

17.2.3. Diltiazem
Nama Dagang :
c. *Diltiazem tab
d. Herbeser CD tab , inj
Indikasi : hipertensi esensial ringan hingga sedang, angina pektoris,
angina pectoris tipe varian.
Dosis : D : 60 mg/8 jam dosis awal. Lansia 60 mg/ 12 jam. Jika
perlu dosis ditingkatkan sampai 360 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : bradikardi berat, gagal jantung kiri, blok AV derajat 2
atau 3, sindrom penyakit sinus, kehamilan dan menyusui.
Perhatian : kurangi dosis pada gangguan hati dan ginjal,gagal jantung
atau gangguan fentrikel kiri.
Efek Samping : bradikardi, blok SA, blok AV, hipotensi, malaise, sakit
kepala, muka merah dan panas, gangguan sal cerna.
Interaksi Obat : antihipertensi, dihidropiridin, antagonis Ca, beta bloker,
rauwolfia, digitalis, antiaritmia, aprindin HCl,siklosporin,
teofilin, takrolimus, karbamazepin, fenitoin, triazolam,
midazolam, cimetidin, rifampisisn, anestesi, HIV protease
inhibitor, relaksan otot.

17.2.4. Lidocain
Indikasi : anastesi lokal
Dosis : 1 amp

17.2.5. Propranolol
Nama Dagang :
a. *Propanolol tab
Indikasi : terapi hipertensi, angina pectoris, ansietas takikardia,
disaritmia jantung, kardiomiopati obstruktif hipertrofi &
tremor esensia. Terapi tambahan dari tirotoksikosis &
fekromositoma. Profilaksis setelah infark miokard akut,
migren dan angina pectoris.
Dosis : D & A < 12 tahun : angina pectoris 20 mg 3-4x sehari,
ditingkatkan bertahap s/d 40 mg 3-4x sehari, maksimal
200-280 mg/hari jika perlu. Aritsmia jantung : 10-30 mg 3-
4x sehari. Hipertensi 20 mg 3x sehari, ditingkatkan setelah
3 hari menjadi 40 mg 3-4x sehari. Migren profilaksi D : 40
mg 2-3x sehari. Kardiomiopati obstruksi hipertrifi 10-20
mg 3-4x sehari. A < 12 tahun setengah dosis dewasa.
Aturan Pakai : sebelum makan.

121
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontra indiaksi : bok AV derajat 2 & 3, syok kardiogenik. Riwayat


bronkospasme & asidosis metabolik.
Perhatian : gangguan penerimaan jantung, gagal jantung, DM,
hipertiroid, anestesi.
Efek Samping : Gangguan GI, kelemahan otot, lelah, jarang ; bradikardia,
parestesia, trombositopenia, purpura, ruam kulit.

Interaksi Obat : meningkatkan efek depresan miokardium yang lain, Ca


antagonis & hipogikemi. Efek dihiangkan oleh isoprenalin.
Efek vasokontriksi perifer ditingkatkan oeh penghambat
saraf adenergik & deplesia katekolamin.

17.2.6. Verapamil
Indikasi : angina pectoris
Dosis : dws; 3x1 tab ½ jam sebelum makan

17.3. Antihipertensi
17.3.1. Amlodipin
Nama Dagang :
a. *Amlodipin tab
Indikasi : hipertensi profilaksis, angina. Hipertensi esensial pada
pasien dengan TD yang tidak cukup dikendalikan hanya
dengan monoterapi.
Dosis : D : untuk angina/hipertensi, awal 5 mg/hari, max 10
mg/hari. Lansia 2,5 mg/hari. Exforge : 1 tab/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan, dinum pagi hari.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap dihidroperidin, hipertensi berat,
hamil, laktasi, gangguan ginjal berat ( bersihan kreatinin <
10 ml/menit). Angioderma herediter atau angioderma yang
timbul selama terapi awal dengan ACE inhibitor atau
antagonis reseptor angiostensin II.
Perhatian : kehamilan dan menyusui, gagal jantung kongestif. Pasien
dengan deplesi vol cairan tubuh dan atau deplesi garam
yang mendapat diuretik dosis tinggi. Penggunaan bersama
suplemen K, diuretik hemat K, pengganti garam
mengandung K, atau obat yang dapat meningkatkan kadar
K ( misalnya heparin). Hindari penghentian pengobatan
secara mendadak,stenosis arteri ginjal bilateral atau
unilateral, menjalani transplatasi ginjal. Gangguan fungsi
hati atau abstruksi sal empedu. Stenosis katup aorta atau
mitral, kardiomiopati hipertropi obstruktif.

122
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek Samping : sakit kepala, edema, kelelahan menyeluruh, fatigue, mual,


muntah, fisik, muka merah, nyeri abdomen, palpitasi,
pruritus, dyspepsia, nasofaringitis, influenza, rasa lemas
yang menyeluruh, sensasi panas.
Interaksi Obat : teofilin, ergotamin, suplemen K, diuretik hemat K,
pengganti garam yang mengandung K & obat lain yang
dapat meningkatkan kadar K ( misalnya heparin ).

17.3.2. Atenolol
Indikasi : Hipertensi, angina pectoris
Dosis : hipertensi: dosis awal; sehari 50 mg; dpt ditambah
diuretic; jika efek tidak Nampak selama 1-2 minggu dosis
dinaikkan sampai sehari 100 mg. angina pectoris ; sehari
50-200 mg

17.3.3. Bisoprolol
Nama Dagang :
a. *Bisoprolol tab
b. *Concor tab
Indikasi : hipertensi, sebagai monoterapi atau kombinasi dengan
antihipertensi lain.
Dosis : Awa : 1x sehari 5 mg, dapat ditingkatkan 10-20 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : syok kardiogenik, bok AV derajat 2 atau 3, sindrom sick
sinus, bok SA, bradikardi.
Perhatian : gangguan fungsi ginjal dan hati, bronkospasme, terapi
bersama anastesi inhalasi, DM, bok AV derajat 1, angina
prinzmetal, penyakit oklusi arteri perifer.
Efek Samping : sensasi dingin atau kebal terhadap ekstrimitas, mual,
muntah, diare, konstipasi, lelah, pusing, sakit kepala.
Interaksi Obat : verapamil, diltiazem, nifedipin, klonidin, penghambat
MAO, antiaritsmia go 1 & 3, parasimpatomimetik, beta
bloker lain, insulin dan obat DM ora, anestesi, glikosida
digitalis, obat yang menghambat sintesa prostaglandin,
derivate ergotamin, simpatomimetik, antidepresan trisiklik,
barbiturate, fenotiazin, rifampisin, antihipertensi lain.

17.3.4. Diltiazem
Nama Dagang :
a. *Diltiazem tab
b. Herbeser CD tab , inj

123
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : hipertensi esensial ringan hingga sedang, angina pektoris,


angina pectoris tipe varian.
Dosis : D : 60 mg/8 jam dosis awal. Lansia 60 mg/ 12 jam. Jika
perlu dosis ditingkatkan sampai 360 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : bradikardi berat, gagal jantung kiri, blok AV derajat 2
atau 3, sindrom penyakit sinus, kehamilan dan menyusui.
Perhatian : kurangi dosis pada gangguan hati dan ginjal,gagal jantung
atau gangguan fentrikel kiri.
Efek Samping : bradikardi, blok SA, blok AV, hipotensi, malaise, sakit
kepala, muka merah dan panas, gangguan sal cerna.
Interaksi Obat : antihipertensi, dihidropiridin, antagonis Ca, beta bloker,
rauwolfia, digitalis, antiaritmia, aprindin HCl,siklosporin,
teofilin, takrolimus, karbamazepin, fenitoin, triazolam,
midazolam, cimetidin, rifampisisn, anestesi, HIV protease
inhibitor, relaksan otot.

17.3.5. Doksazosin
Indikasi : hipertensi, hyperplasia prostat ringan
Dosis : awal; 1 mg/haridpt ditingkatkan setelah 1-2 minggu
menjadi 2 mg/hari dan seterusnya dg selang waktu yg sama
menjadi 4, 8 sampai 16 mg

17.3.6. Hidroklortiazid
Nama Dagang :
a. * Hidroclortiazid tab
Indikasi : diuretika, edema, terapi tambahan pada hipertensi.
Dosis : edema : dosis awal 12,5 – 25 mg sehari. Hipertensi dosis
awal 12,5 mg/hari. Usia lanjut dosis awal 12,5 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama makanan.
Kontraindikasi : anuria, terapi bersama litium, dekompensasi ginjal.
Perhatian : gangguan fungsi hati atau ginjal hentikan bila memburuk.
Hamil, laktasi, usia lanjut. Monitor cairan dan elektrolit.
Efek Samping : gangguan metabolik, ketidakseimbangan elektrolit,
anoreksia, gangguan GI, sakit kepala, pusing.
Interaksi Obat : dapat meningkatkan toksisitas dari glikosida digitalis, efek
antihipertensi. Peningkatkan resiko hipotensi postural
dengan alkohol, barbiturat, opioid. Efek menekan K
ditingkatkan oleh kortikosteroid.

17.3.7. Imidapril
Indikasi : hipertensi
124
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : 1x1 tab/ hari, penderita hipertensi berat atau hipertensi


parenkimal renal : dosis awal ; 1x 2,5 mg/hari

17.3.8. Irbesartan
Nama Dagang :
a. *Irbesartan tab
Indikasi : hipertensiesensial. Hipertensi esensial pada pasien yang
Tekanan Darahnya tidak dapat dikendalikan secara adekuat
dengan irbesartan atau HCT aja.
Dosis : awal dan pemeliharaan sehari 150 mg dapat ditingkatkan
sampai 30 mg. Usia lanjut : 75 mg. Co-Aprovel 1 tab 1x
sehari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : hamil, laktasi, gangguan ginjal & hati berat, hipokalemia
refrakter, hiperkalsemia, sirosis biliar, kolestasis.
Perhatian : deplesi volume intravaskular, hipertensi renovascular,
gangguan & kerusakan ginjal, transplatasi ginjal, stenosis
katup aorta/mitral, kardiomiopati hipertropik obstruktif,
aldosteronisme primerstenosisarteri renalis yang
menyebabkan penyakit ginjal, dapat mengganggu toleransi
glukosa. Monitor elektrolit serum secara periodik.
Kardiopatik iskemik penyakit KV iskemik, riwayat alergi
atau asma bronkial. Lupus eritematosus sistemik. Monitor
serum K periodik jika diberikan bersama obat yang
mempengaruhi K serum.
Efek Samping : trauma muskuloskeletal, sakit kepala, wajah kemerahan,
pusing, lelah, mual, muntah, urinasi abnormal, jarang,
reaksi hipersensitivitas.
Interaksi Obat : suplemen K & diuretic hemat K, litium, obat
antihipertensi lain, garam pengganti yang mengandung K,
obat yang menekan SSP, obat antidiabetik, kolestiramin,
resin kolestipol, kortikosteroid, ACTH, glikosida digitalis,
AINS, obat relaksan otot, rangka no depolarisasi, obat anti
gout, garam Ca.

17.3.9. Candesartan
Nama Dagang :
a. *Candesartan tab
b. Canderin tab
Indikasi : hipertensi dan gagal jantung. Terapi pasien hipertensi
yang tekanan darah tidak terkontrol adekuat dengan
candesartan atau hidroklortiazid.
125
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : awal 1x sehari 4 mg, dapat ditingkatkan sampai 16 mg 1x


sehari. Blopress plus : 1 tab/hari.
Aturan Pakai : bersama atau bersama makanan.
Kontraindikasi : hamil, hipersensitif, laktasi, gangguan ginjal berat
(bersihan kreatinin < 30 ml/menit), gangguan hati berat
kolestatis, hipokalemia & hiperklasemia refrakter, gout.
Perhatian : stenosis arteri renalis, pengurangan volume intravaskular
atau Na, hamil & laktasi, penyakit ginjal berat, gangguan
fungsi hati atau penyakit hati progresif, SLE, pemeriksaan
periodik serum elektrolit.
Efek Samping : sakit kepala, pusing, infeksi sal nafas atas (ISPA), nyeri.
Interaksi Obat : diuretic hemat K, alkohol, barbiturat, narkotik,
antidiabetik, antihipertensi lain, cholestiramin & resin
cholestipol, kortikosteroid, amino prosesor, obat relaksasi
otot skeletal non-depolarizing, lithium, AINS.

17.3.10. Kaptopril
Nama Dagang:
a. *Captopril tab
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Dosis : awal 12,5 mg 2xsehari, dapat ditingkatkan bertahap
menjadi 25 mg 2xsehari dengan selang waktu 2-4 minggu.
Maksima 50 mg 2xsehari.
Aturan Pakai : perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan).
Kontraindikasi : stenosis aorta, gagal ginjal, hamil dan laktasi, hipersensitif
terhadap ACE inhibitor lain.
Perhatian : neutropenia, agranulosis, trombositropenia, anemia,
penyakit vaskuler kolagen, penyakit ginjal, anak, hati-hati
dengan dosis awal, kehamilan dan menyusi.
Efek samping : proteinurea, peningkatan ureum darah & kreatinin, reaksi
idiosinkratik, ruam terutama pruritus, neutropenia, anemia,
trombositopenia, hipotensi.
Interaksi Obat : imunosupresan, vitamin K atau diuretic yang mengandung
vitamin K, probenesid, AINS, diuretic dan minoksidi.

17.3.11. Klonidin
Indikasi : semua bentuk hipertensi kecuali bentuk
peokromositomatik

126
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : sehari 2x1/2 tab . inj 1 amp dilarutkan dlm 10 ml salin,


disuntikkan iv lambatselama 10 mnt atau im 1 dosis
maksimal 1 amp/hari. Tab, awal; tab pada malam hari

17.3.12. Klortalidon
Indikasi : hipertensi
Dosis : sehari 1x1 tab

17.3.13. Lisinopril
Nama Dagang :
a. *Noperten tab 10 mg
Indikasi : hipertensi, payah jantung kongestif yang tidak bisa
dikontrol oleh diuretic & digitalis.
Dosis : hipertensi : awal 10 mg 1 x sehari, pemeliharaan 10 mg-
20 mg 1x sehari, maksimal 40 mg/hari. Terapi dengan
diuretic dimulai setelah 2-3 hari diuretic dihentikan. Payah
jantung kongestif : awal 2,5 mg/hari, pemeliharaan 5-20
mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : riwayat edema angioneurotik yang berhubungan dengan
terapi ACE inhibitor sebelumnya.
Perhatiaan : jangan dimuai bila tekanan sistolik kurang dari 100
mmHg. Kehamilan dan laktasi.
Efek Samping : sakit kepala, diare, batuk, mual, ruam kulit, palpitasi,
nyeri dada, letargi, urtikaria, edema angioneutropik.
Interaksi Obat : AINS kecuali indometasin, suplemen K, diuretic hemat K.

17.3.14. Metildopa metoprolol tartat


Indikasi : hipertensi essensial yg ringan atau yg berat ; hipertensi
nefrogenik, hipertensi pada taraf permulaan kehamilan
Dosis : dosis awal sehari ½ -1 tab ; penyesuaian dosis untuk
pencapaian tekanan darah yg dikehendaki harus dilakukan
secara bertahap

17.3.15. Nifedipin
Nama Dagang :
a. *Nifedipin tab
b. *Adalat oros 30 mg
Indikasi : pengobatan dan pencegahan angina pectoris, pengobatan
tambahan pada hipertensi.

127
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : angina pectoris 10 mg 3x sehari,. Angina varian 20-30 mg


3-4x sehari. Hipertensi awal 10 mg 3x sehari, dapat
ditingkatkan sampai 20 mg 3-4x sehari.
Aturan Pakai : bersama atau sesudah makan.
Kontraindikasi : syok KV, hamil, laktasi, infark miokard, hipersensitif.
Perhatian : cadangan jantung yang buruk, DM, gangguan fungsi hati,
anak, penghentian terapi harus dilakukan secara bertahap,
hipotensi berat.
Efek Samping : sakit kepala, muka merah, takikardi, edema perifer,
hipotensi ortostatik, pusing, rasa lemah/lelah, perburukan
gejala angina, iskemia serebral, mual, muntah, nyeri
epigastrum, tinnitus, kram kaki, ruam kulit, intoleransi
glukosa, hepatitis.
Interaksi Obat : meningkatkan kerja antihipertensi alin dan beta bloker,
digoksin, cimetidin, insulin, kuinidin (monitor kadar obat
dalam darah).

17.3.16. Nikardipin
Nama Dagang :
a. Tensilo inj
b. *Nicardipin inj
Indikasi : pengobatan darurat pada krisis hipertensi akut selama
operasi, untuk menurunkan tekanan darah secara cepat,
hipertensi darurat.
Dosis : pengobatan darurat pada krisis hipertensi akut selama
operasi 2-10 mcg/kg/menit secara infus IV drip sampai TD
yang diinginkan tercapai, kemudian dosis disesuaikan
sambil memantau TD. Untuk menurunkan TD secara cepat
10-30 mcg/kg BB IV. Hipertensi darurat, 0,5-6 mcg/kg
BB/menit secara infus IV drip dengan kecepatan rata-rata
0,5 mcg/kg BB/menit sampai TD yang diinginkan tercapai
sambil memantau TD.
Kontraindikasi : hemostasis inkomplet, pendarahan intracranial,
peningkatan TIK pada stadium akut strok serebral.
Perhatian : penghentian secara tiba-tiba, gangguan fungsi hati dan
ginjal, stenosis aorta, lansia, anak, hamil, menyusui.
Efek Samping : ileus paralitik, hipoksia, trombositopeni, peningkatan
SGOT dan SGPT, takikardia, palpitasi, kemerahan pada
wajah, malaise umum.
Interaksi Obat : saquinavir, ritonavir, antihipertensi lain, beta bloker,
fentanil, digoksin, fenitoin, rifampisin, cimetidin,
imunosupresan, nitrogliserin, relaksan otot.
128
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

17.3.17. Nimodipin
Nama Dagang :
a. *Nimotop tab
Indikasi : Profilaksis dan pengobatan defisit neurologi iskemik
karena vasospasme serebral yang menyertai pendarahan
subaraknoid dari aneurisma.
Dosis : Infus : 1-2 mg/jam selama 5-14 hari, lalu selama 7 hari
berikutnya 2 tab 6x/hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makan.
Kontraindikasi : Edema serebral, peningkatan TIK, gangguan ginjal dan
hati, hamil.
Efek Samping : Trombositopeni, alergi ringan s/d sedang, sakit kepala,
takikardi, hipotensi, vasodilatasi, gangguan GI, mual.
Interaksi Obat : Antihipertensi, penyekat beta secara IV, simetidin, asam
valproat, rifampisin, antiepilepsi, antijamur azole,
fluoksetin, nortriptilin

17.3.18. Perindopril arginin


Indikasi : hipertensi esensial, gagal jantung kongestiv
Dosis : hipertensi; 4 mg dosis tungga, dapat ditingkatkan menjadi
8 mg dosis tunggal. Lansia: dosis awal 2 mg

17.3.19. Prostaglandin
Untuk bayi dg kelainan jantung bawaan

17.3.20. Ramipril
Nama Dagang :
a. *Ramipril tab
b. Ramixal tab
c. *Cardace tab
Indikasi : pengobatan hipertensi dan gagal jantung.
Dosis : Dws : awal 2,5 mg sehari, pemeiharaan 2,5-5 mg sekali
sehari, maksimal 10 mg sehari dalam dosis tunggal atau
terbagi.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makan.
Kontraindikasi : penyakit pada arteri yang mengalirkan darah,
hiperaldosteronisme primer, angiodema, hamil dan laktasi.
Perhatian : riwayat angiodema yang tidak berhubungan dengan terapi
ACE inhibitor, gagal jantung kongestif dengan atau tanpa
berhubungan dengan insufisiensi ginjal. Pada hipertensi
hentikan diuretic 2-3 hari sebelumnya.
129
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek Samping : batuk kering dan persisten, nyeri abdomen, konstipasi,


diare, ruam kulit, pusing, lelah, sakit kepala, kehilangan
daya pengecapan dan nafsu makan, mual, muntah, pingsan,
rasa kebas atau kesemutan.
Interaksi Obat : suplemen K, pengganti garam atau diuretic, litium.

17.3.21. Telmisartan
Indikasi : pengobatan hipertensi essensial
Dosis : 1x40 mg, maksimum 1x80mg. pada pasien dg kerusakan
hati ringan sampai sedang , dosis tidak boleh melebihi 1x40
mg/hari.

17.3.22. Valsartan
Nama Dagang :
a. *Diovan tab
Indikasi : hipertensi, gagal jantung, pasca infark miokard.
Dosis : Hipertensi : 80 mg 1x /hari dapat ditingkatkan 160 mg
1x/hari. Gagal jantung : awal 40 mg 2x/hari. Max 320 mg
dalam dosis terbagi. Pasca infark miokard : 20 mg 2x/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : hamil & laktasi. Kerusakan hati yang berat, sirosis,
obstruksi bilier.
Perhatian : gangguan ginjal dan hati. Obstruksi sal empedu, deplesi
Na atau volume cairan tubuh, stenosis arteri ginjal
unilateral atau bilateral, hati-hati untuk memulai terapi
pasien gagal jantung & pasca infark miokard, pasien gagal
jantung tidak dianjurkan menggunakan bersama valsartan,
Ace inhibitor, beta bloker.
Efek Samping : sakit kepala, pusing, infeksi virus, infeksi sal nafas, batuk,
diare, lesu, rhenitis, sakit pinggang, nyeri perut, mual,
faringitis, artralgia.
Interaksi Obat : diuretic hemat K, suplemen K.

17.3.23. Verapamil
Indikasi : angina pectoris
Dosis : dws; 3x1 tab/hari, ½ jam sebelum makan

17.3.24. Piracetam
Nama Dagang :
a. *Piracetam tab, inj
b. Benocetam tab, inj, inf
130
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Kemunduran daya pikir, asthenia, gangguan adaptasi,


gangguan psikomotor, pengobatan infark serebral.
Dosis : Kapsul/sirup : Gejala psikoorganik yang berhubungan
dengan lansia : awal 2.4 gram/hari dibagi dalam 3 dosis
selama 6 minggu. Pemeliharaan : 1.2 gram/hari dibagi
dalam 3 dosis. Gejala pasca trauma : awal 800 mg 3x sehari
secara oral, dosis dapat dikurangi hingga 400 mg 3x sehari.
Ampul dewasa 1 gram 3x sehari IV/IM.
Aturan Pakai : Berikan sebelum makan.
Kontraindikasi : Insufisiensi ginjal berat.
Perhatian : Insufisiensi ginjal, penghentian secara mendadak, hamil,
laktasi.
Efek Samping : Gelisah, mudah marah, insomnia, cemas, tremor, agitasi,
lelah, ggn GI.
Interaksi Obat : Ekstr tiroid.

17.3.25. Pentoxifilin
Nama Dagang :
a. Tarontal inj
Indikasi : gangguan sirkulasi serebral, iskemik, & pasca apopleksi.
Gangguan sirkulasi okuler.
Dosis : 1 ampul secara IV lambat.
Perhatian : glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat.
Dapat mempengaruhi kemampuan mengemudikan mesin.
Jika 1-2 minggu tidak ada perbaikan sebaiknya dihentikan.
Efek Samping : gangguan GI, pusing, sakit kepala, kemerahan muka,
angina.
Interaksi Obat : mempotensiasi efek antihipertensi

17.4. Antihipertensi sistemik


17.4.1. Beraprost sodium
Indikasi : memperbaiki tukak, nyeri dan rasa dingin yg berhubungan
dg oklusi arterial kronik, hipertensi pulmonal primer
Dosis : dws; memperbaiki tukak, nyeri dan rasa dingin yg
berhubungan dg oklusi arterial kronik 120mcg/hr dlm 3
dosis; hipertensi pulmonal primer 60 mcg/hr dlm 3 dosis
terbagi. Bila perlu dapat ditingkatkan sampai maks 180
mcg/hr dlm 3-4 dosis terbagi
17.5. Antiagresgasi platelet
17.5.1. Asam asetil salisilat (asetosal)
Nama Dagang :
a. *Aspilet tab
131
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

b. *Miniaspi tab
c. ascardia tab
d. trombo aspilet
Indikasi : profilaksis penyakit cerebro vaskular atau infark miokard.
Dosis : D : 75-300 mg/hari untuk pencegahan kardiovaskular
trombolik, 150-300 mg/hari untuk mengurangi kematian
setelah infark miokard.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Kontraindikasi : anak di bawah 12 tahun dan yang menyusui, tukak peptik
yang aktif, hemofilia dan gangguan perdarahan lain.
Perhatian : asma, hipertensi yang tak terkendali, kehamilan.
Efek Samping : bronkospasme, perdarahan saluran cerna juga perdarahan
lain.
Interaksi Obat : AINS, antasid dan adsorben, antikoagulan, anti epileptik,
kortikosteroid, metoklorpamid, mifepriston.

17.5.2. Clopidogrel
Nama Dagang :
a. Placta tab
b. *Clopidogrel tab
Indikasi : pengurangan keparahan arterosklerosis seperti infark
miokard, strock dan kematian veskulus.
Dosis : 75 mg/hari.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Kontraindikasi : hipersensitifitas, perdarahan patologi aktif.
Perhatian : hati-hati pada pasien dengan kemunkinan resiko
peningkatan perdarahan dari trauma, operasi atau kondisi
patologi lain. Hentikan terapi 1 minggu sebelum dioperasi.
Pada pemakaian NSID, wanita hamil dan menyusui.
Efek Samping : dapat menyebabkan perdarahan, neutropenia atau
agranulositosis, sakit saluran cerna

17.5.3. Cilostazol
Indikasi : gejala iskemia krn oklusi arteri kronik, mengurangi gejala
klaudikasio intermiten
Dosis : 2x100 mg/hr

17.6. Trombolitik
17.6.1. Alteplase
Indikasi : terapi fibrinolitik pada oklusi arteri koroner trombotik
akut
132
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

17.6.2. Streptokinase
Nama Dagang :
a. *Streptase inj
Indikasi : trombosis vena provunda, embolisme pulmoner,
thrombosis perifer akut, penyakit artieri oklusif kronik,
oklusi arteri atau vena retina sentral.
Dosis : pemberian sistemik , D: 250000iu IV infus selama 30
menit, diikuti dengan dosis pemeliharaan 100000 iu/jam.
Kontraindikasi : pendarahan, endokarditis bacteria subakut, hipertensi
berat, kerusakan hati atau ginjal, pancreatitis atau DM yang
parah, lansia.
Perhatian : penderita defek katup mitral atau fibrilasi atrium.
Efek Samping : perdarahan, demama, reaksi alergi.
Interaksi Obat : antikoagulan, antiplatelet, meningkatkan resiko
pendarahan.

17.7. Obat untuk gagal jantung


17.7.1. Bisoprolol
Nama Dagang :
a. *Bisoprolol tab
b. *Concor tab
Indikasi : hipertensi, sebagai monoterapi atau kombinasi dengan
antihipertensi lain.
Dosis : Awa : 1x sehari 5 mg, dapat ditingkatkan 10-20 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : syok kardiogenik, bok AV derajat 2 atau 3, sindrom sick
sinus, bok SA, bradikardi.
Perhatian : gangguan fungsi ginjal dan hati, bronkospasme, terapi
bersama anastesi inhalasi, DM, bok AV derajat 1, angina
prinzmetal, penyakit oklusi arteri perifer.
Efek Samping : sensasi dingin atau kebal terhadap ekstrimitas, mual,
muntah, diare, konstipasi, lelah, pusing, sakit kepala.
Interaksi Obat : verapamil, diltiazem, nifedipin, klonidin, penghambat
MAO, antiaritsmia go 1 & 3, parasimpatomimetik, beta
bloker lain, insulin dan obat DM ora, anestesi, glikosida
digitalis, obat yang menghambat sintesa prostaglandin,
derivate ergotamin, simpatomimetik, antidepresan trisiklik,
barbiturate, fenotiazin, rifampisin, antihipertensi lain

17.7.2. Digoksin
Nama Dagang :
133
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. *Diltiazem tab
b. Herbeser CD tab , inj
Indikasi : hipertensi esensial ringan hingga sedang, angina pektoris,
angina pectoris tipe varian.
Dosis : D : 60 mg/8 jam dosis awal. Lansia 60 mg/ 12 jam. Jika
perlu dosis ditingkatkan sampai 360 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : bradikardi berat, gagal jantung kiri, blok AV derajat 2
atau 3, sindrom penyakit sinus, kehamilan dan menyusui.
Perhatian : kurangi dosis pada gangguan hati dan ginjal,gagal jantung
atau gangguan fentrikel kiri.
Efek Samping : bradikardi, blok SA, blok AV, hipotensi, malaise, sakit
kepala, muka merah dan panas, gangguan sal cerna.
Interaksi Obat : antihipertensi, dihidropiridin, antagonis Ca, beta bloker,
rauwolfia, digitalis, antiaritmia, aprindin HCl,siklosporin,
teofilin, takrolimus, karbamazepin, fenitoin, triazolam,
midazolam, cimetidin, rifampisisn, anestesi, HIV protease
inhibitor, relaksan otot.

17.7.3. Furosemid
Nama Dagang :
a. *Furosemid tab, inj
b. Lasix inj , tab
Indikasi : edema pada jantung, paru, ginjal pada eklamsia dan
kehamilan, hipertensi, hiperkalsemia, enuresis noktunal.
Dosis : dosis awal 40 mg pada pagi hari, pemeliharaan 20 mg
sehari atau 40 mg selang sehari, anak 1-3 mg/kgBB sehari.
Aturan Pakai : bersama makanan.
Kontraindikasi : defisiensi elektrolit, anuria, hipokalemia, koma hepatic.
Perhatian : insufisiensi hati & ginjal, hipertropi prostat, monitoring
cairan dan elektrolit, kehamilan dan menyususi, dapat
menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia,
memperburuk DM, gagal hati, porfiria.
Efek Samping : rasa tidak enak pada perut, sakit kepala, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing.
Interaksi Obat : dapat meningkatkan toksisitas aminoglikosida,
sefalosforin, litium, salisilat, gllikosida jantung, efektifitas
diuretic diturunkan oleh probenesid

17.7.4. Isosorbid dinitrat


Nama Dagang :
c. Farsorbid tab
134
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

d. *Isosorbid dinitrat tab


Indikasi : Angina pektoris
Dosis : Oral, 3-4x sehari 1-2 tablet, angina 30-120 mg, gaga
jantung 40-160 mg, sampai 240 mg bila diperlukan. Infus
IV 2-10 mg/hari.
Aturan Pakai : 30 menit sebelum makan.
Kontraindikasi : hipotensi, syok kardiogenik
Perhatian : glaukoma, dapat terjadi toleransi & toleransi silang
dengan nitrat dan nitrit lainnya, hamil/anak.
Efek Samping : sakit kepala, mual.
Interaksi Obat : meningkatkan efek hipertensi dengan antihipertensi

17.7.5. Captopril
Nama Dagang:
a. *Captopril tab
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Dosis : awal 12,5 mg 2xsehari, dapat ditingkatkan bertahap
menjadi 25 mg 2xsehari dengan selang waktu 2-4 minggu.
Maksima 50 mg 2xsehari.
Aturan Pakai : perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan).
Kontraindikasi : stenosis aorta, gagal ginjal, hamil dan laktasi, hipersensitif
terhadap ACE inhibitor lain.
Perhatian : neutropenia, agranulosis, trombositropenia, anemia,
penyakit vaskuler kolagen, penyakit ginjal, anak, hati-hati
dengan dosis awal, kehamilan dan menyusi.
Efek samping : proteinurea, peningkatan ureum darah & kreatinin, reaksi
idiosinkratik, ruam terutama pruritus, neutropenia, anemia,
trombositopenia, hipotensi.
Interaksi Obat : imunosupresan, vitamin K atau diuretic yang mengandung
vitamin K, probenesid, AINS, diuretic dan minoksidi

17.7.6. Carvedilol
Indikasi : hipertensi essensial, terapi simptomatik gagal jantung
kronis
Dosis : hipertensi essensial; 1x12,5 mg/hari utk 2 hari pertama ,
selanjutnya 1x25 mg. dosis mak 50 mg/hr. Lansia: dosis
awal 1x12,5 mg. ggl jantung kronis : dimulai dg 2x3,125
mg selama 2 minggu, kemudian dosis dinaikkan menjadi
2x6,25 mg selama 2 minggu, kemudian dosis dinaikkan
menjadi 2x12,5 mg selama 2 minggu, kemudian dosis
dinaikkan menjadi 2x25mg utk seterusnya

135
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

17.7.7. Ramipril
Nama Dagang :
a. *Ramipril tab
b. Ramixal tab
c. *Cardace tab
Indikasi : pengobatan hipertensi dan gagal jantung.
Dosis : Dws : awal 2,5 mg sehari, pemeiharaan 2,5-5 mg sekali
sehari, maksimal 10 mg sehari dalam dosis tunggal atau
terbagi.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makan.
Kontraindikasi : penyakit pada arteri yang mengalirkan darah,
hiperaldosteronisme primer, angiodema, hamil dan laktasi.
Perhatian : riwayat angiodema yang tidak berhubungan dengan terapi
ACE inhibitor, gagal jantung kongestif dengan atau tanpa
berhubungan dengan insufisiensi ginjal. Pada hipertensi
hentikan diuretic 2-3 hari sebelumnya.
Efek Samping : batuk kering dan persisten, nyeri abdomen, konstipasi,
diare, ruam kulit, pusing, lelah, sakit kepala, kehilangan
daya pengecapan dan nafsu makan, mual, muntah, pingsan,
rasa kebas atau kesemutan.
Interaksi Obat : suplemen K, pengganti garam atau diuretic, litium.

17.7.8. Spironolakton
Nama Dagang :
a. *Spironolacton tab
b. Letonal tab
Indikasi : udema, gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindroma
nefrotik, hipertensi.
Dosis : udema : dosis tunggal, gagal jantung kongestif : 25-200
mg. Hipertensi : 50-200 mg. Anak : dosis awal 3 mg/kgBB
dalam dosis terbagi.
Aturan Pakai : bersama makanan.
Kontraindikasi : insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia, hamil.
Perhatian : pemakain bersama obat suplemen K, hindari bila terjadi
gangguan fungsi ginjal sedang dan berat, laktasi, anestasia.
Efek Samping : ginekomastia, gejala GI, mengantuk, letargi, ruam, sakit
kepala, gangguan mental, ataksia, impotensi, iragularitas
menstruasi, perdarahan pasca menopause.
Interaksi Obat : dapat menghilangkan respon vaskuler noradrenalin,
menghambat bersihan digoksin.

17.8. Obat untuk Syok Cardiogenik dan Sepsis


136
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

17.8.1. Dobutamin
Nama Dagang :
a. *Doburan inj
Indikasi : Terapi jangka pendek untuk pasien dewasa dengan
dekompensasi jantung karena penekanan kontraktilitas
jantung yang diakibatkan karena penyakit jantung organik
atau prosedur bedah jantung.
Dosis : 2,5 – 15 mcg/kg BB/mnt
Kontraindikasi : pasien dengan stenosis subaorta hipertrofi idiopatik atau
faekromasitoma.
Efek Samping : Peningkatan kecepatan denyut jantung, TD dan aktivitas
ektopik ventrikel. Reaksi lokal pada tempat injeksi, mual,
sakit kepala, nyeri angina, nyeri dada.

17.8.2. Dopamine
Nama Dagang :
a. *Dopamine giulini inj
Indikasi : Pengobatan syok kardiogenik, pasca-op, syok toksik &
anafilaksis yang disertai hipotensi berat.
Dosis : dosis 2,5 mcg/kg/mnt, pada pasien dengan sakit lebih
serius 5 mcg/kgBB/menit, ditingkatkan bertahap dengan 5-
10 mcg/kgBB/menit, bila perlu s/d 20 mcg/klgBB/menit.
Kontraindikasi : feokromositoma, takikardia, fibrilasi ventrikel yang tidak
terkoreksi, tirotoksitosis, adenoma prostat.
Perhatian : takiaritsmia atau fibrilasi yang tidak terkontrol,
hipovolemia, hamil & laktasi. Terapi dengan MAOI. Dosis
rendah pada syok akibat infark miokard akut.
Efek Samping : Ansietas, mual muntah, takikardia, nyeri angina, sakit
kepala, hipotensi, vasokontriksi, bradikardia.
Interaksi Obat : meningkatkan resiko aritsmia, glikosida jantung,
glikosidin, antidepresan trisiklik,efek ditingkatkan oleh
MAOI, antagonis efek antihipertensi.

17.8.3. Epinefrin (adrenalin)


Indikasi : henti jantung (untuk resusitasi jantung-paru).
Dosis : epinefrin 1:10.000 (1 mg/10 mL) dalam dosis 10 mL
secara injeksi intravena sentral.
Perhatian : penyakit jantung, diabetes melitus, hipotiroidisme,
hipertensi, aritmia, penyakit serebrovaskuler.
Efek Samping : ansietas, tremor, takikardi, sakit kepala, ekstremitas
dingin; pada dosis berlebih aritmia, pendarahan otak,
edema paru, mual, muntah, berkeringat, letih, hipoglisemia
137
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

17.8.4. Norepinefrin
Nama Dagang :
a. *Levosol inj
Indikasi : mengendalikan TD pada kasus hipotensi akut tertentu,
terapi penunjang pada gagal jantung & hipotensi berat.
Dosis : hipotensi akut 80 mcg/ml ( setara norepinefrin basa 80
mcg/ml) dengan kecepatan awal 0,16-0,33 m/menit. Henti
jantung IV cepat atau intrakardiak : 0,5-0,75 ml larutan –
200 mcg/ml.
Kontraindikasi : hipotensi karena kekurangan volume darah kecuali pada
keadaan darurat untuk mempertahankan perfusi arteri
koroner dan otak sampai terapi penggantian vol darah
selesai dilakukan. Trombosis vaskuler mesentrik/perifer.
Selama pemberian anestesi siklopropan dan halatan.
Perhatian : hipertensi harus diberikan kedalam vena besar terutama
vena antecubiti. Hindari pemberian pada vena, tungkai
pada lansia, hamil, laktasi, anak. Ekstravasasi pada tempat
suntikan dapat menyebabkan nekrosis.
Efek Samping : cedera iskemik, bradikardi, aritsmia, ansietas, sakit kepala
sementara dan mendadak, kesulitan bernafas, nekrosis yang
meluas pada tempat injeksi, deplesi vol plasma ( pada
pemberiaan dalam jangka lama).
Interaksi Obat : penghambat MAO atau anti depresan trisiklik.

17.9. Antihiperlipidemia
17.9.1. Atorvastatin
Nama Dagang :
a. *Atorvastatin tab
b. Atorsan tab
Indikasi : tambahan diet untuk mengurangi kadar kolesterol, LDL,
apoB & trigliserida & pningkat HDL untuk pasien
hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia dimana
pengobatan non-farmakologikal tunggal lain tidak kembali.
Dosis : awal 10 mg 1x sehari, dosis anjuran 10-80 mg 1x/hari.
Kontraindikasi : penyakit hati aktif, hamil, menyusui, wanita pada usia
subur.
Perhatian : lakukan tes fungsi hati sebelum terapi atau sebelum
peningkatan dosis. Pasien alkoholik berat. Hentikan terapi
jika kadar transaminase serum meningkat dari 3x batas
normal. Penggunaan bersama dengan fibrat, niasin,

138
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

siklosporin, atau eritromisin dapat meningkatkan resiko


miopati. Anak dan pasien lansia.
Efek Samping : gangguan GI, insomnia, asthenia, mialgia.
Interaksi Obat : siklosporin, derivate asam fibrat, eritromisin, antifungal
azol, niasin, klaritomisin, inhibitor cimetidin, digoxin,
spironolakton, kontrasepsi oral.

17.9.2. Fenofibrat
Indikasi : hiperkolesterolemia
Dosis :dws; 3x100 mg atau 1x300 mg

17.9.3. Gemfibrozil
Nama Dagang :
a. *Gemfibrozil tab
Indikasi : hioperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dislipidemia :
frederickson tipe II A, II B, IV, III, V.
Dosis : 900-1.500 mg/hari terbagi 2 dosis.
Aturan Pakai : diberikan ½ jam sebelum makan.
Kontraindikasi : penyakit kandung empedu & hati berat, disfungsi ginjal.
Efek Samping : gangguan GI, mual, muntah
Interaksi Obat : meningkatkan kadar warfarin dalam plasma.

17.9.4. Kolestiramin
Indikasi : hiperkolesterolemia tipe frederikson II, pruritus akibat
gangguan biliary
Dosis : hiperkolesterolemia; 3-4x 1 bugkus, pruritus: 1-2
bungkus/hari

17.9.5. Pravastatin
Indikasi : menurunkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol
pada penderita hiperkolesterol primer
Dosis : 1x10 mg pada waktu akan tidur malam

17.9.6. Rosuvastatin
Indikasi : hiperkolesterolemia
Dosis : 10mg/hari,

17.9.7. Simvastatin
Nama Dagang :
a. *Simvastatin tab
Indikasi : menurunkan kadar kolesterol total & LDL pada
hiperkolesterolimia primer & sekunder jika respon terhadap
139
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

diet dan pengobatan non-farmakologikal tunggal lain tidak


memadai.
Dosis : awal 10 mg/hari pada sore hari. Hiperkolesterolemia
ringan sampai sedang 5 mg/hari, max 40 mg/hari.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makan. Sore hari.
Kontraindikas : penyakit hati aktif atau peningkatan persisten
transaminase serum yang tidak jelas penyebabkan,
hipersensitifitas.
Perhatian : monitor profil lemak tiap 3 bulan ( pada penggunaan
lama), hipertrigliseridemia, alkoholisme, penyakit hati.
Efek Samping : nyeri abdomen, konstipasi, distensi abdomen, astenia,
sakit kepala, miopati, rabdomiolisis.

17.10. Vasodilator periver & activator serebral


17.10.1. Citicolin
Nama Dagang:
1. *Citicolin tab, inj
2. Bralin inj, tab
3. Cercul inj
Indikasi : tidak sadar akibat trauma otak, kecelakaan, bedah otak,
gangguan psikiatrik, syaraf.
Dosis : stadium akut : 250-500 mg 1 -2x sehari dengan IV drip
injeksi. Stadium kronik : 100 – 300 mg 1-2x sehari dengan
injeksi IV/IM. Tablet : 1000 -2000 mg/hari dalam dosis
terbagi.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : anak, hamil, laktasi.
Efek Samping : gangguan epigastrum, mual, kemerahan pada kulit, sakit
kepala, pusing.
17.10.2. Flunarizin
Nama Dagang :
1. *Flunarizin tab
2. Sinral tab
3. Unalium tab
Indikasi : profilaksis dan terapi migren, gangguan peredaran darah
serebral dan perifer.
Dosis : D : 5-10 mg/hari. Max 10 mg/hari. < 65 tahun awal 10
mg/hari, >65 tahun awal 5 mg/hari. Pemeliharaan 5
hari/minggu. Lama pengobatan 6 bln. Hentikan setelah 2
bulan jika tidak ada respon.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : depresi, parkinson, dan selama terapi beta bloker.
140
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : hamil, laktasi, mempengaruhi kemampuan menjalankan


mesin atau kendaraan.
Efek Samping : mengantuk, fatigue.
Interaksi Obat : alkohol, antiepilepsi, sedative, antidepresan

18. Obat topical untuk kulit


18.1. Anti akne
18.1.1. Asam retinoat
Indikasi : akne vulgaris, komedo, papel dan pustule
Dosis : oleskan tipis2 1x sebelum tidur

18.2. Anti bakteri


18.2.1. Antibakteri kombinasi: basitrasin + polimiksin
Indikasi : pengobatan infeksi karena luka terpotong, tergores,lecet
dan luka bakar
Dosis : oleskan 2-3x/hari

18.2.2. Framisetin sulfat


Indikasi : luka infeksi sekunder

18.2.3. Kloramfenikol
Nama Dagang :
1. *Kalmicetin salp
Indikasi : Impetigo kontagiosa, folikulititis akut, luka terinfeksi &
infeksi kulit lain karena organism yang peka terhadap
kloramfenikol.
Dosis : Oleskan 3-4x sehari.
Efek Samping : Reaksi alergi superinfeksi

18.2.4. Natrium fusidat


Nama Dagang :
1. *Fucilex oint
2. Fuladic cr
3. Fuson cr
Indikasi : Lesi kuit primer/sekunder pada infeksi karena staph
seperti abses, furunkulosis, impetigo, foliulitis, hidradenitis.
Dosis : Oleskan 3-4x sehari, umumnya selama 7 hari.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Hindari kontak dengan mata.
Efek Samping : Iritasi kulit, ruam kulit dan urtikaria.

18.2.5. Perak sulfadiazine


141
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Nama Dagang :
1. *Burnazin : krim
Indikasi : Luka bakar semua derajat.
Dosis : Setelah membersihkan & debriment luka, oleskan krim
dengan sarung tangan steril pada permukaan yang terbakar,
1-2x sehari dengan ketebalan 2 mm.
18.2.6. Gentamisin
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak
menunjukkan respons pada kortikosteroid yang kurang
kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.
Aturan Pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari

18.3. Antifungi
18.3.1. Kombinasi asam benzoate + asam salisilat
Indikasi : fungisidum
Dosis : oleskan tipis 3x/hari

18.3.2. Ketoconazol
Indikasi : Infeksi jamur,kulit & jaringan lunak. Blastomikosis,
parakoksidioidomikosis, koksidioidomikosis, kandidiasis
sistemik.
Aturan Pakai : dioleskan sekali sehari. Solution : 1-2x sehari dioleskan.
Kontraindikasi : Penyakit hati, fase pemulihan dari hepatitis.
Perhatian : Gagal hati, hamil, laktasi.

18.3.3. Klotrimazol
Indikasi : kandidiasis vulvovaginal
Dosis : 2 tab dimasukkan dlm vagina sebelum tidur malam

18.3.4. Miconazol
Indikasi : Dermatofitosis, mikosis, berbagai infeksi jamur,
superinfeksi karena bakteri gram +.
Dosis : 2x sehari, dioleskan. Selama 6 minggu.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Hindari kontak dengan mata, hamil, laktasi.
Efek Samping : Iritasi, alergi

18.3.5. Nistatin
Indikasi : terapi dan pencegahan kandidiasis pada kulit
Dosis : sehari 2x oleskan pada bagian yg sakit

18.4. Anti inflamasi dan antipruritik


142
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

18.4.1. Betametason
Nama Dagang:
1. Benoson G cr (+gentamisin)
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak
menunjukkan respons pada kortikosteroid yang kurang
kuat; psoriasis, lihat keterangan di atas.
Aturan Pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari.
Perhatian : Pemberian lebih dari 100 g per minggu dari sediaan 0,1%
menimbulkan penekanan adrenal

18.4.2. Desoksimetason
Nama dagang :
1. *Desoximetason cr
2. Inerson cr
Indikasi : Meredakan manifestasi peradangan dan pruritus dari
dermatosis yang memberi respons terhadap kortikosteroid.
Dosis : Awal 1-2x /hari terhadap area yang terkena, jika perlu
3x/hari.
Kontraindikasi : Varisela, sifilis, TB, vaksinasi, rosasea, dermatitis
perioral. Hamil dan laktasi.
Perhatian : Bayi dan anak kecil. Penggunaan jangka panjang dan pada
area kulit yang luas. Penggunaan pada atau daerah sekitar
mata.
Efek Samping : Folikulitis, hipertrikosis, acne, hiper atau hipopigmentasi,
atrofi kulit, rasa panas terbakar, gatal, iritasi, kekeringan
pada kulit

18.4.3. Diflukortolon valerat


Indikasi : dermatosif yg responsive thd kortikosteroid tanpa disertai
infeksi
Dosis : oleskan pd bagian yg sakit 2-3x/hari

18.4.4. Flusinolon asetat


Indikasi : peradangan lokal, pruritus, alergi pd kulit dan selaput
lendir
Dosis : oleskan pada bagian yg sakit 2-3 x/hari

18.4.5. Hidrokortison
Indikasi : Dermatitis atopik, kontak, alergi, pruritus anogenital,
neurodermatitis.
Dosis : Dioleskan 3-4x /hari.
143
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontraindikasi : Penyakit virus, infeksi jamur, dan bakteri pada kulit, acne,
dermatitis perioral. Laktasi.
Perhatian : Penggunaan jangka lama atau pada daerah tubuh yang
luas, hamil, bayi dan anak < 4 tahun. Hindari kontak
dengan mata.
Efek Samping : Atropi kulit setempat (pemakaian jangka lama dan terus
menerus). Hilangnya jaringan kolagen kulit.
Hiperkostikisme, gatal, folikulitis, hipopigmentasi,
dermatitis kontak alergi dan perioral, maserasi kulit. Infeksi
sekunder, striae dan malaria.

18.4.6. Kalamin
Indikasi : meringankan gatal-gatal, biang keringat serta
menyejukkan kulit

18.4.7. Mometason furoat


Indikasi : Meringankan manifestasi inflamasi dan pruritus dari
dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid,
psoriasis, dermatitis atopic.
Dosis : Dioleskan 1x /hari.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Hentikan terapi jika terjadi iritasi atau sensitisasi.
Absorpsi sistemik dapat meningkat bila permukaan kulit
yang diobati luas. Penggunaan yang lama pada bayi dan
anak, hindari kontak dengan mata. Hamil dan laktasi.
Efek Samping : Parestesia, pruritus, rasa terbakar, atrofi kulit.

18.4.8. Betametason, neomisin


Nama Dagang:
1. Betason N cr*
Indikasi : eksim, dermatitis atopic, alergi, psoriasis, neurodermatitis
Dosis : oleskan pada lesi 2x sehari
Perhatian : Pemakaian jangka panjang untuk profilaksis, hindari
kontak dengan mata, kerusakan kulit berat
Efek samping : kulit kering, pruritus iritasi, rasa nyeri/terbakar, atrofi
local pada kulit, hiperkortisme, gatal, folikulitis

18.5. Antiscabies dan antipedikulosis


18.5.1. Permetrin
Indikasi : scabies
Dosis : oleskan 1x/hari pada malam hari

144
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

18.5.2. Salep 2-4, kombinasi asam salisilat+belerang endap

18.6. Kaustik
18.6.1. Perak nitrat
Indikasi : infeksi luka bakar yg dapat menyebabkan kematian dan
luka bakar yg Karen alokasinya dapat menyebabkan cacat
Dosis : dioleskan pada luka bakar 1-2x/hari setebal 2-3 mm

18.6.2. Polikresulen
Nama Dagang :
1. *Aptil sol
2. Albotyl : konsentrat, ovula
Indikasi : Hemostatik local, pembersihan & regenerasi jaringan pada
luka bakar, luka, proses inflamasi kronik, lesi dekubitus,
ulkus kruris, kondiloma akuminata, stomatitis aftosa,
vaginosis bacterial, kandidiasis vaginal, trikomoniasis.
Dosis : Hemostatis local : gunakan secara langsung. Luka bakar :
larutan dengan konsentrasi 1:3 sampai 1:8. Luka bakar
yang luas : gunakan hanya larutan konsentrat saja atau
lapisi daerah yang sakit dengan albothyl gel atau lapisan
kasa. Suppo vagina (ovula) : untuk dimasukan ke dalam
vagina. Gel : penggunaan Intra vagina dilakukan tiap 2
hari.
Efek Samping : Kadang, rasa tak enak ringan pada permulaan terapi yang
akan hilang jika terapi dihentikan.

18.6.3. Podofilin

18.7. Keratolitk dan Keratoplastik


18.7.1. Asam salisilat
Indikasi : meredakan peny kulit sptekzem, gatal2, kudis, borok,
kurap, kutu air, panu
18.7.2. Coal tar
Lar 5%
18.8. Lain-lain
18.8.1. Asam salisilat
Lar 0,1 %
18.8.2. Bedak salisil
Indikasi : meringankan gatal pada kulit karena biang keringat dan
sengatan matahari

18.8.3. Kombinasi difenhidramin+kalamin +zinc+gliserin


145
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : meringankan gatal-gatal, biang keringat serta


menyejukkan kulit

18.8.4. Triamsinolon asetat


Indikasi : Pengobatan simtomatik alergi rinitis seasonal dan parenial
untuk dewasa dan anak-anak.
Dosis : oleskan 2-3x/hari

18.8.5. Urea
Nama Dagang :
1. *Soft U derm cr
Indikasi : Hiperkeratosis, kekeringan kulit dan iktiosis, kulit kering,
kasar bersisik.
Dosis : Oleskan pada bagian kulit yang terinfeksi.
Perhatian : Hindari kontak dengan mata, kulit yang terluka,
mengalami peradangan, membrane mukosa, fisuria.
Efek Samping : Iritasi kulit (rasa tersengat atau terbakar).

19. Larutan dialysis peritoneal


19.1. Dialisa peritoneal
19.2. Hemodialisa
19.2.1. Lar konsentrat basis natrium bikarbonat
19.2.2. Lar konsentrat basis asetat

20. Larutan elektrolit, nutrisi, dan lain-lain


20.1. Oral
20.1.1. Garam oralit
Nama Dagang :
a. *Oralit sacc
Indikasi : Pengganti elektrolit pada pasien muntah & diare, kolera.
Dosis : Larutkan 1 bungkus ke dalam 200 ml atau 1 L air.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
20.1.2. Kalium klorida
Indikasi : Pencegahan & pengobatan hipokalemia.
Dosis : 1-2 tablet 2-3x sehari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal, penyakit addison, dehidrasi akut,
hiperkalemia, obstruksi GI.
Perhatian : Gagal jantung kongestif, gangguan fungsi ginjal.
Efek Samping : Mual, muntah, nyeri abdomen, diare, tukak saluran cerna
(jarang).

146
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Interaksi Obat : Diuretik hemat kalium, siklosporin, ACE inhibitor


menigkatkan resiko hiperkalemi

20.1.3. Kalium aspartat


Nama Dagang :
a. Aspar K tab
b. *KSR tab
c. *Kalipar tab
Indikasi : Suplemen vitamin K pada penyakit jantung, penyakit hati,
hipokalemia, gangguan metabolisme K ( muntah, diare).
Dosis : 1-3 tablet 3x sehari atau lebih bila perlu.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal berat, penyakit addison, dehidrasi akut,
hiperkalemia, hipersensitif.
Perhatian : Asidosis sistemik, dehidrasi akut, disfungsi ginjal kronik.
Efek Samping : Gangguan GI, hiperkalemia.
Interaksi Obat : Sediaan antialdosteron, triamteren

20.1.4. Kalsium polistiren sulfonat


Indikasi : hiperkalemia
Dosis : 3x 1-2 sacc

20.1.5. Natrium bikarbonat


Indikasi : Ketoasidosis, asidosis gyperchloremic dan asidosis laktat.
Dosis :
Kontraindikasi : Alkalosis. Renal insufisiensi.
Efek Samping : Hipernatremia dan hyperosmolarity mungkin terjadi.
Hipokalemia. Koreksi asidosis menyebabkan pergerakan
kalium di dalam sel menyebabkan hipokalemia.
Hypercapnia amy terjadi. Bicarbonat administrasi dapat
mengakibatkan peningkatan pesat dalam PCO2 yang dapat
berdifusi melintasi membran sel memburuknya asidosis
intraselular. Alkalosis, tetany dan kejang carpodepal
mungkin terjadi. Cepat koreksi asidosis metabolik dapat
menyebabkan tetany sebagai akibat dari penurunan
konsentrasi kalsium terionisasi.

20.1.6. Zinc
Nama dagang :
a. *Zircum sir
b. *Zink tab
c. Zinkid sir, tab
147
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

d. Interzink sir, tab


Indikasi : terapi penunjang untuk diare akut non spesifik pada anak
Dosis : 1x sehari 1 tablet atau 5 ml selama 10 hari
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Larutkan dalam
1 sdt air sebelum diberikan
Interaksi Obat : Fe, Ca, tembaga, L-histidin, L-sistin dan L-metionin

20.2. Parenteral
20.2.1. Larutan mengandung asam amino
20.2.2. Larutan mengandung elektrolit
20.2.3. Larutan mengandung karbohidrat
20.2.4. Larutan mengandung karbohidrat+elektrolit
20.2.5. Larutan mengandung lipid
20.2.6. Larutan mengandung asam amino+elektrolit+karbohidrat+lipid

20.3. Lain-lain
20.3.1. Air untuk injeksi
20.3.2. Air untuk irigasi
20.3.3. Manitol
Nama Dagang :
a. *Otsu manitol
Indikasi : profilaksis gagal ginjal akut, menurunkan tekanan maupun
volume cairan intraoculer atau cairan cerebrospinal,
oliguria pada tindakan operasi gagal ginjal akut.
Dosis : 50 -200 gr selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200
mg/kg injeksi iv yang lambat.
Atura pakai : infus IV.
Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria : kongesti atau udem paru yang
berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intracranial.
Perhatian : pasien gagal jantung kongestif, edema paru.
Efek Samping : menggigil, demam, mual, muntah, poliuria.

21. Obat untuk Mata


1. Manitol
Nama Dagang :
a. *Otsu manitol
Indikasi : profilaksis gagal ginjal akut, menurunkan tekanan maupun
volume cairan intraoculer atau cairan cerebrospinal,
oliguria pada tindakan operasi gagal ginjal akut.
Dosis : 50 -200 gr selama 24 jam, didahului oleh dosis uji 200
mg/kg injeksi iv yang lambat.
148
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Atura pakai : infus IV.


Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria : kongesti atau udem paru yang
berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intracranial.
Perhatian : pasien gagal jantung kongestif, edema paru.
Efek Samping : menggigil, demam, mual, muntah, poliuria.

21.1. Anatetik lokal


21.1.1. Tetrakain
Nama Dagang :
*Cendo pantocain tts mata
Indikasi : Anastesi lokal untuk diagnosis atau terapi pembedahan.
Dosis : Individu.

21.2. Antimikroba
21.2.1. Amfoterisin B
Indikasi : infeksi jamur yg sangat parah
Efek samping : demam, gangguan sal cerna, hematologi,otot
skelet, ginjal

21.2.2. Asam fusidat


Indikasi : infeksi kulit disebabkan stafilokokus, streptokokus,
corynebacterium, neisseria, dan klostridia
Dosis : 3-4x/hari selama 7 hari

21.2.3. Asiklovir
Indikasi : Pengobatan infeksi oleh virus Herpes Simpleks pada kulit
& membran mukosa, termasuk herpes labial & genital
Dosis : oral: Pengobatan herpes simpleks: 200 mg (400 mg pada
immunocompromised atau bila ada gangguan absorpsi) 5
kali sehari, selama 5 hari (dapat diberikan lebih lama jika
muncul lesi baru selama pengobatan atau jika
penyembuhan belum sempurna). ANAK di bawah 2 tahun,
setengah dosis dewasa. Di atas 2 tahun berikan dosis
dewasa. Pencegahan herpes simpleks kambuhan, 200 mg 4
kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan
menjadi 200 mg 2 atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-
12 bulan.
Profilaksis herpes simpleks pada immunecompromised,
200-400 mg 4 kali sehari. ANAK di bawah 2 tahun,
setengah dosis dewasa. Di atas 2 tahun, dosis dewasa.
Pengobatan varisela dan herpes zoster, 800 mg 5 kali sehari
selama 7 hari. ANAK, varisela: 20 mg/kg bb (maks. 800
149
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

mg) 4 kali sehari selama 5 hari. Di bawah 2 tahun, 200 mg


4 kali sehari. 2-5 tahun 400 mg 4 kali sehari. Di atas 6
tahun, 800 mg 4 kali sehari.

21.2.4. Gentamicin
Nama Dagang :
*Genoint salp mata
Indikasi : Konjungtivitas : blefaritis, blefaro konjungtivitis, keratitis,
epistkleritis, keratokonjungtivitis, dakriosistitis, tukak
kornea, hordeolum, infeksi kelopak mata.
Dosis : Tetes mata : 1-2 tetes tiap 4 jam. Salep mata : 2-3x /hari.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas.
Perhatian : Hentikan jika terjadi iritasi dan sensitisasi

21.2.5. Kloramfenikol
Nama Dagang:
a. Erlamycetin plus (+dexametason ) tts mata
b. Erlamycetin salp mata
c. Cendo fenicol 0.25% tts mata
d. Cendo mycetin (+polimiksin) salp mata
Indikasi : Antibiotik infeksi superfisial pada mata.
Dosis : Tetes mata : 2-3 tetes 4-6x sehari. Salep mata : 3-4x sehari
dioles pada mata yang sakit.
Kontraindikasi : Hipersensitif. Mycos : tuberkulosa, herpes simplek, cacar
air, blefaritis, ulkus kornea, konjungtivitas yang bernanah.
Perhatian : Pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme yang tidak
peka.
Efek Samping : Reaksi alergi, superinfeksi, hipoplasia sumsum tulang,
anemia aplastika.

21.2.6. Levofloksasin
Nama Dagang :
1. Cendo LFX tts mata
Indikasi : Infeksi mata luar karena bakteri yang peka terhadap
levofloxacin.
Dosis : 1 tetes 3x sehari.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap quinolon.
Perhatian : Hindari penggunaan jangka lama, hamil, laktasi.
Efek Samping : Iritasi mata, gatal pada kelopak mata, fotofobia, rasa tidak
nyaman pada mata, rasa terbakar, penurunan daya
penglihatan sementara

150
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

21.2.7. Natamisin
Indikasi : blefaritis jamur, konjunctivitis dan keratitis yang
disebabkan organism yang sensitive thd natamisin termasuk
keratitis Fusarium Solani
Dosis : dosis awal 1 tts setiap 1-2 jam, setelah 3-4 hari dosis dapat
dikurangi menjadi 1 tts 6-8x/hari

21.2.8. Ofloksasin
Nama Dagang :
1. Cendo floxa tts mata
Indikasi : Untuk infeksi mata karena organisme yang peka.
Dosis : Konjungtivis bakteri : hari pertama & kedua teteskan 1-2
tetes tiap 2-4 jam, hari ke 3-7 teteskan 1-2 tetes 4x /hari.
Ulkus kornea bakterial : hari ke-1 & ke-2 teteskan 1-2 tetes
tiap 30 menit dan 1-2 tetes tiap 4-6 jam sesudah bangun
tidur. Hari ke 3-9 teteskan 1-2 tetes tiap jam atau pada hari
7-9 teteskan 1-2 tetes 4x /hari.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ofloxacin atau kuinolon.
Perhatian : Jangan digunakan untuk waktu lama. Pengendapan dapat
terjadi selama terapi ulkus kornea. Hentikan terapi pada
saat pertama kali terjadi ruam kulit atau reaksi alergi lain.
Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan
pertumbuhan berlebihan dari organisme yang tidak peka.
Efek Samping : Rasa terbakar dan tidak nyaman sementara pada mata,
rasa tersengat, kemerahan, gatal, konjungtiva atau keratitis
kimiawi

21.2.9. Siprofloksasin
Nama Dagang :
1. Cendo ulcori tts mata
Indikasi : Ulkus kornea yang disebabkan pseudomonas aeroginosa,
serratia marcescens, staph aureus ph, strep epidermis, strep
pneumonia.
Dosis : Ulkus kornea 2 tetes tiap 15 menit selama 6 jam pertama
kemudian 2 tetes tiap 30 menit 6 jam berikutnya, hari ke 2 :
2 tetes/jam, hari ke 3 sampai 14 : 2 tetes tiap 4 jam.
Konjungtivis 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari dan 1-2
tetes tiap 4 jam untuk 5 hari berikutnya.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ciprofloxacin atau kuinolon lain.
Perhatian : Penggunaan jangka lama menyebabkan pertumbuhan
organisme yang tidak peka. Hentikan penggunaan jika

151
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

timbul ruam kulit atau tanda hipersensitif lain. Tidak untuk


anak < 12 tahun.
Efek Samping : Rasa terbakar setempat atau tidak enak, gatal, edema
kelopak mata, berair.

21.2.10. Tobramisin
Nama Dagang :
1. Cendo tobrosan tts mata
Indikasi : Infeksi mata yang disebabkan bakteri yang sensitif.
Dosis : 1-2 tetes tiap 4-6 jam, dosis dapat ditingkatkan 1-2 tetes
tiap 2 jam selama 24-48 jam.
Kontraindikasi : Hipersensitif, jangan digunakan bersama antibiotik topical
beta laktam.
Perhatian : Pemakaian jangka panjang, superinfeksi, hentikan
pemakaian jika terjadi reaksi hipersensitif, hamil, laktasi.
Efek Samping : Pedih, rasa gatal, merah-merah pada konjungtiva

21.3. Antiinflamasi
21.3.1. Betametason
Nama Dagang :
1. Betham Opthal tts mata
Indikasi : alergi kronik dan akut berat , inflamasi pada mata
Dosis : dosis awal, teteskan 1-2 tts setiap jam pada siang hari, dan
tiap 2 jam pada malam hari. Bila ada perbaikan dosis dapat
diturunkan 1 tts tiap 4 jam

21.3.2. Fluorometolon
Indikasi : infeksi konjunctivitas, radang mata bagian depan
Dosis : 2-4x 1tts selama 24-28 jam pertama. Dosis dapat
ditingkatkan sampai 1 tts tiap jam

21.3.3. Natrium diclofenac


Nama Dagang :
1. Cendo noncort tts mata
Indikasi : Pengobatan inflamasi setelah operasi katarak.
Dosis : 1 tetes dimulai 24 jam setelah operasi katarak, dilanjutkan
selama 2 minggu setelah operasi katarak.
Kontraindikasi : Hipersensitif, lensa kontak, asma, urtikaria, rhinitis akut.
Perhatian : Pasien dengan perdarahan, hamil, laktasi, anak.
Efek Samping : Rasa perih & panas, mual, muntah, kenaikan tekanan intra
okular, gatal, mata merah, midriasis, konjungtivitis, edema
kornea, lesi pada kornea, iritasi, penglihatan kabur.

152
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Interaksi Obat : AINS meningkatkan resiko perdarahan.

21.3.4. Olopatadin
Indikasi : pengobatan tanda dan gejala konjunctivitis alergi
Dosis : 2x1 tts/hari pada mata yg sakit tiap 6-8 jam

21.3.5. Prednisolon
Indikasi : penyakit alergi dan peradangan mata , blefaritis alergi,
kemasukna benda asing dan abrasi dan laserasi

21.4. Midriatik
21.4.1. Atropine
Nama Dagang :
1. Cendo tropin tts mata
Indikasi : Mediatrikum, sikloplegikum.
Dosis : 3x sehari 1 tetes.
Perhatian : Efeknya lama sekali dapat memicu galucoma

21.4.2. Tropikamid
Nama Dagang :
1. Cendo mydriatil tts mata
Indikasi : Sikloplegia (kelumpuhan iris atau selaput pelangi atau
midriasis).
Dosis : 2 tetes diulang dalam 5 menit, jika perlu berikan 1-2 tetes
setelah 30 menit.
Kontraindikasi : Glaukoma primer, menggunakan lensa kontak.
Perhatian : Mengganggu kemampuan mengemudi & menjalankan
mesin, bayi, anak, lansia, hindari mata selama dilatasi dari
cahaya terang.
Efek Samping : Peningkatan TIO, reaksi psikotik, gangguan perilaku, rasa
tersengat sementara, mulut kering, penglihatan kabur,
fotofobia, alergi.
Interaksi Obat : Amantadin, antihistamin, butirofenon, fenotiazin,
antidepresan trisiklik
21.4.3. Homatropin
Nama Dagang :
1. Cendo homatro 2%
Indikasi : Midriasis dan sikloplegikum.
Dosis : 2 tetes, diulang tiap 5 menit.
Perhatian : Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

21.5. Miotik dan Antiglaucoma


153
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

21.5.1. Asetazolamid
Nama Dagang :
1. Glaucon tab
Indikasi : Glaucoma primer & sekunder.
Dosis : Glaucoma akut : awal 500 mg 1x sehari, dilanjutkan 4x
sehari 250 mg. Glaucoma kronis : 2-4x sehari 125-250 mg.
Gagal ginjal kongestiv : awal 250-375 mg 1x sehari,
dilanjutkan selama 2 hari lalu istirahat sehari sebelum
diulang.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal.
Perhatian : Pengobatan asetazolamid sebaiknya dilakukan dalam
jangka pendek

21.5.2. Betaksolol
Indikasi : menurunkan tekanan intraokuler pada penderita dg
glaucoma sudut terbuka kronis dan hipertensi okuler
Dosis : 2x1 tts/ hari pada mata yg sakit

21.5.3. Brinzolamid
Indikasi : menurunkan tekanan intra okuler pada hipertensi ocular
Dosis : 1-2 tts, 2x/ hari

21.5.4. Gliserin
Indikasi : mengurangi iritasi atau kekeringan pada mata
Dosis :1-2 tts pada mata yg sakit

21.5.5. Latanoprost
Indikasi : menurunkan peningkatan TIO pada penderita glaucoma
sudut terbuka dan hipertensi ocular yg tdk memberikan
toleransi atau kurang memberikan respon terhadap
Dosis : 1 tts/hari

21.5.6. Pilocarpin
Nama Dagang :
1. Cendo carpin
Indikasi : Antiglaucoma simplek kronis.
Dosis : 3-6 kali sehari 1-2 tetes.
Perhatian : Miotik.

21.5.7. Timolol
Nama Dagang :
1. Tria timol
154
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

2. Isotic Adretor
3. Cendo timol
Indikasi : Glaucoma terbuka kronis, glaucoma sekunder.
Dosis : 1 tetes 0.5 % pada mata yang sakit 2x sehari.
Kontraindikasi : Asma bronkial, penyakit paru obstruktif, sinus bradikardi,
gagal jantung, hipersensitif

21.5.8. Travoprost
Indikasi : menurunkan TIO pada pasien dg glaucoma sudut terbuka
atau hipertensi ocular
Dosis : 1x1 tts pd mata yg sakit pada sore hari

21.6. Lain-lain
21.6.1. Dinatrium edetat

21.6.2. Karboksimetil selulosa


Nama dagang :
1. Cendo cenfresh tts mata
Indikasi : mengurangi iritasi pada mata kering
Dosis : 1-2 tts, 3-4 x/hari pada mata yg sakit

21.6.3. Kombinasi NaCl+KCl


Nama Dagang :
1. Cendo lyteer tts mata
Indikasi : Melunakan & melicinkan atau sebagai pengganti air mata
pada kontak lensa mata buatan atau mata yang dikeringkan.
Dosis : Sesuai kebutuhan.
Perhatian : Irigasi pertolongan pertama bila terkena zat bahaya

21.6.4. Natrium fluoresein


Indikasi : untuk mendeteksi benda asing pada jaringan mata yg
transparan
Dosis : 1-2 tts sebagai dosis tunggal

21.6.5. Natrium hialuronat


Nama Dagang :
1. Cendo hyalub tts mata
2. Siloxan (+NaCl) tts mata
Indikasi : Menghilangkan rasa terbakar, iritasi, ketidaknyamanan
karena kekeringan pada mata.
Dosis : 1 tetes 5-6x sehari.

155
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Hanya untuk tetes mata, jangan menggunakan obat ini


saat memakai lensa kontak.
Efek Samping : Gatal, iritasi, hyperemia pada mata, blefaritis, dermatitis
pada kelopak mata, konjungtivitis.

21.6.6. Gliserol
Nama dagang :
1. Cendo ophtalgon
Indikasi : mengurangi edema kornea dan menjernihkan kornea
Aturan Pakai : untuk mengurangi edema kornea: 1-2 tetes setiap 3-4 jam.
Untuk pemeriksaan : 1 tetes sebelum pemeriksaan untuk
menjernihkan kornea

21.6.7. KI+NaI
Nama dagang :
1. Vitrolenta MD
Indikasi : kekeruhan dan pendarahan pada vitreus body dikarenakan
segala penyebabnya (usia,myopia, hypertonia, diabetes,
periphlebitis), kekeruhan pada lensa sebagai gejala awal
katarak senilis
Aturan Pakai : teteskan 1 tetes pada kantung konjunctiva, 1-3 x sehari
Efek Samping : rasa terbakar atau iritasi dapat terjadi beberapa saat
setelah obat diteteskan, kadang-kadang terjadi peningkatan
aliran air mata

22. Oksitosik
22.1. Metilergometrin
Nama Dagang :
a. Methylergometrin maleat tab, inj
b. Pospargin inj
c. Metilat tab
Indikasi : Penanganan aktif kala-3 persalinan, terapi
atoni/perdarahan uterus yang terjadi selama & setelah kala-
3 persalinan, yang berhubungan dengan seksio sesaria atau
setelah terjadinya aborsi. Terapi subinovulasi uterus,
lokiometra, perdarahan pada masa nifas.
Dosis : Penanganan aktif kala-3 persalinan : IM 0.5-1 ml (0.1-0.2
mg) setelah kepala/bahu anterior keluar atau selambatnya
setelah bayi dilahirkan. Untuk persalinan dengan anastesi
umum : 1 ml (0.2 mg). Atoni/perdarahan uterus : IM 1 ml
atau IV 0.5-1 ml, dapat diulang dengan interval > 2 jam.
Terapi subinovulasi, lokiometra, perdarahan masa nifas :
156
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

0.125-0.25 mg per oral (1-2 tablet) atau IM 0.5-1 ml


sampai 3x sehari, pada wanita menyusui < 3 hari.
Aturan Pakai : Sebelum atau sesudah makan.
Kontraindikasi : Hamil, kala 1 & 2 pada partus sebelum korona kepala
terlihat, inersia uterus primer & sekunder, hipertensi,
toksemia, hipersensitif, preeklamsia & eklamsia, sepsis,
penyakit vaskuler, presentasi janin abnormal.
Perhatian : Pada letak sungsang : baru diberikan setelah bayi
dilahirkan. Pada partus kembar : setelah bayi terakhir
dilahirkan. Hati-hati pada hipertensi, sepsis, penyakit
penyempitan vaskuler, kelainan hati & ginjal. Suntikan IV
diberikan secara perlahan minimal 60 detik dengan
pengawasan TD. Hamil & laktasi.
Efek Samping : Nyeri kepala, hipertensi, erupsi kulit, sakit perut, mual
muntah, diare.
Interaksi Obat : Makrolid, protease HIV, penghambat transkiptase, anti
jamur azole, vasokontriktor lain atau alkalaoid ergot,
bromokriptin, anestesi.
22.2. Oksitosin
Nama Dagang :
a. Induksin inj
b. Oxitocin inj
Indikasi : Lihat pada dosis.
Dosis : Induksi persalinan : infus IV : 1 iu/100 ml, kecepatan
infus : 5-40 tetes/menit. Kala 3 persalinan : 5-10 iu IM atau
5 iu IV secara perlahan. Operasi caesar : 5 iu intramural
segera setelah melahirkan.
Kontraindikasi : Kontraksi uterus hipertronik, toksemia gravidarum,
disproporsi sefalo-pelvik, letak janin abnormal, plasenta
previa, abrupsio plasenta, prolaps tali pusat, kehamilan
kembar, riwayat operasi termasuk SC, gangguan jantung
berat.
Perhatian : Untuk induksi persalinan gunakan infus IV, monitor
denyut jantung janin & motilitas uterus (frekuensi,
kekuatan & lama kontraksi).
Efek Samping : Gangguan GI (mual muntah), aritmia jantung, intoksikasi
air karena pemberian infus yang terlalu cepat.
Interaksi Obat : Prostaglandin, anestesi inhalasi, obat vasokontriktor.

22.3. Isoxuprin
Nama Dagang:
1. Hystolan tab
157
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

2. Duvadilan Inj
Indikasi : Relaksasi uterus, ggn vaskuler perifer, arteiosklerosis
obliterans, troboangitis obliterans, penyakit Raynauld.
Dosis : Pemeliharaan ; 20 mg 3-4x /hari. Untuk gangguan
sirkulasi 20mg per oral 3-4x/hari atau 10 mg per parenteral
3x/hari. Untuk supresi segera terhadap motilitas uterus 0,2
– 0,5 mg/menit secara infus IV atau 10 mg IM tiap 1-2 jam
Aturan Pakai : Dapat diberikan sesudah makan.
Kontraindikasi : Perdarahan arterial & pasca persalinan.
Perhatian : Penyakit serebrovaskuler berat atau infark miokardium,
penyakit jantung iskemia berat, glaukoma, laktasi.
Efek Samping : Kemerahan kulit, hipotensi, takikardi, ruam kulit, ggn GI,
pusing, mengantuk

23. Psikofarmaka
23.1. Antiansietas
23.1.1. Alprazolam
Nama Dagang :
a. Alprazolam tab
b. Alviz tab
Indikasi : Ansietas, panic, depresi.
Dosis : 1x sehari 0.5-1 mg.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Glaukoma sudut sempit akut.
Perhatian : Hindari mengemudi kendaraan, hamil, laktasi, gangguan
fungsi ginjal atau hati, anak ˂ 18 tahun.
Efek Samping : Mengantuk, pusing, penglihatan kabur, gangguan GI,
otonom, ketergantungan obat.
Interaksi Obat : Obat penekan SSP, alkohol, barbiturate, simetidin.

23.1.2. Diazepam
Nama Dagang :
a. Diazepam tab , inj
b. Valisanbe tab
c. *Stesolid rect 5 mg, 10 mg
Indikasi : Neurotik, psikosomotik, reumatik, status epileptkus.
Dosis : Dewasa 2-5 mg, Anak (6-14 th) 2-4 mg, (˂ 6 th) 1-2 mg,
diberikan 3 x sehari. Ampul 5-10 mg IM/IV.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Psikosis berat, glaucoma sudut akut sempit, bayi
premature, asma akut, miastenia gravis, hamil trimester I.

158
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Epilepsi, gangguan KV, hatu dan ginjal, insufisiensi


pernafasan, hamil, laktasi, neonatesm lansia.
Efek Samping : Retensi urin, depresi pernafasan, hipotensi, tremor,
vertigo, konstipasi, gangguan mental, ngantuk, amnesia,
ketergantungan, penglihatan kabur.
Interaksi Obat : Asam valproat, penyekat beta, simetidin, alkohol,
depresan SSP.

23.1.3. Klobazam
Nama Dagang :
a. Clobazam
b. *Asabium tab
Indikasi : Ansitetas, kondisi psikoneutrotik yang berhubungan
dengan ansietas.
Dosis : Dewasa 20-30 mg/hari, Anak (3 th) 5-10 mg/hari, lansia
10-15 mg/hari dalam dosis terbagi.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Miastenia gravis.
Perhatian : Hamil laktasi, gagal nafas akut, mengganggu kemampuan
mengemudi, pusing, tremor.
Efek Samping : Lelah, jarang, mulut kering, konstipasi, hilang nafsu
makan, mual, pusing, tremor.
Interaksi Obat : Depresan SSP, alkohol, antikonvulsan

23.1.4. Lorazepam
Nama Dagang :
a. Merlopam tab 2 mg
Indikasi : Pengobatan jangka pendek ansietas, atau ansietas yang
berhubungan dengan gejala depresi.
Dosis : Dewasa dosis lazim 2-6 mg/hari dalam dosis terbagi, dosis
harian bervariasi 1-10 mg/hari.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma sudut
sempit, fungsi hati dan ginjal.
Efek Samping : Sedasi, pusing, lemah, lesu, depresi, mual, sakit kepala,
gangguan tidur, agitasi, penglihatan kabur, amnesia,
penurunan Tekanan Darah.
Interaksi Obat : Barbiturat, alcohol

23.2. Antidepresi
23.2.1. Amitriptilin
Indikasi : Pasien dengan gejala depresi, ketegangan atau agitasi.
159
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : Awal 3-4 tablet/hari. Pemeliharaan 2-4 tablet/hari.


Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Pasien koma, diskrania darah, depresi sumsum tulang,
kerusakan hati dan otak, penggunaan bersama MAOI.
Perhatian : Gangguan KV, kanker payudara, fungsi ginjal menurun,
kerusakan saluran nafas, terpapar sinar matahari, glaucoma,
peningkatan TIO, retensi urin, ngantuk, ketergantungan,
insomnia, kejang, takikardi.
Interaksi Obat : Guanetidin, alkohol, depresan SSP, reserpin.

23.2.2. Fluoksetin
Nama Dagang :
a. Nopres 20 tab
b. Foransi 10 tab
Antiprestin
Indikasi : Gangguan depresi mayor, bulimia nervosa, gangguan
obsesif kompulsiv, gangguan disforik premenstrual.
Dosis : Awal 20 mg/hari, maksimal 80 mg/hari, Dosis ˃ 20
mg/hari diberikan dalam 2 dosis terbagi.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Epilepsi terkontrol, infark miokard, gangguan fungsi
ginjal dan hati, BB menurun, mengganggu kemampuan
mengemudi.
Efek Samping : Ansietas, gelisah, insomnia, ngantuk, lelah, asthenia,
tremor, anoreksia, mual, diare, pusing.
Interaksi Obat : MAOI, diazepam, triptofan, obat perangsang SSP

23.2.3. Maprotilin
Indikasi : depresi endogenik, psikogenik, somatogenik
Dosis : 3x25 mg/hari atau 1x75 mg/hari,dianjurkan diminim pada
sore /malam hari. Depresi berat : 3x50 mg/hari atau 1x150
mg. lansia: awal: 3x10 mg/hari, dpt dinaikkan menjadi
3x25 mg

23.2.4. Sertralin
Indikasi : semua tipe depresi dg atau tanpa mania
Dosis : 1 tab/hari
23.3. Antiobsesi kompulsi
23.3.1. Fluoksetin
Nama Dagang :
a. Nopres 20 tab
160
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

b. Foransi 10 tab
Antiprestin
Indikasi : Gangguan depresi mayor, bulimia nervosa, gangguan
obsesif kompulsiv, gangguan disforik premenstrual.
Dosis : Awal 20 mg/hari, maksimal 80 mg/hari, Dosis ˃ 20
mg/hari diberikan dalam 2 dosis terbagi.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Epilepsi terkontrol, infark miokard, gangguan fungsi
ginjal dan hati, BB menurun, mengganggu kemampuan
mengemudi.
Efek Samping : Ansietas, gelisah, insomnia, ngantuk, lelah, asthenia,
tremor, anoreksia, mual, diare, pusing.
Interaksi Obat : MAOI, diazepam, triptofan, obat perangsang SSP

23.3.2. Klomipramin
Indikasi : antidepresan dg efek kusus untuk penderita panic attac
dan fobia

23.4. Antipsikosis
23.4.1. Flufenazin
Indikasi : transkuilizer major, gelisah, ketegangan dan ggn mental
lain
Dosis : disesuaikan dg keadaan. Inj : dosis awal 0,5 ml IM dg
pemberian 2,5-10 mgm setiap 6-8 jam

23.4.2. Haloperidol
Nama Dagang :
a. Lodomer inj 5 mg/ml
b. Haldol decanoas inj 50 mg/ml
Indikasi : Terapi pemeliharaan psikosis, neuroleptik, anti agitasi
psikomotorik, terapi tambahan untuk nyeri kronik.
Dosis : Neuroleptik, Dewasa 1-3 MG 3x sehari, maksimal 10-20
mg 3x sehari. Anti agitasi psikomotorik, 0.5-1 mg 3x
sehari. Lansia ½ dosis dewasa. Anak 0.1 mg 3x sehari.
Ampul : Aawal 2-10 mg/hari. Maksimal 100 mg/hari.
Larutan : Awal 1-3 mg/hari (10-30 tetes), pemeliharaan
0.05 mg/kgBB.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan. Injeksi : IM atau IV.
Kontraindikasi : Gangguan neurologis dengan gejala pyramidal atau
ekstrapiramidal, koma, depresi SSP berat.
Perhatian : Anak, hipertiroidisme, disfungsi hati, gangguan KV.
161
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Efek Samping : Sindrom ekstrapiramidal, gangguan SSP, GI, endoksrin,


KV, saluran nafas, reaksi pada kulit.
Interaksi Obat : Litium, metildopa, antikonvulsan, alkohol, opiate,
depressan SSP.

23.4.3. Klorpromazin
Nama Dagang :
a. Chlorpromazine tab 100 mg
b. Cepezet inj 25 mg
Indikasi : Skizoprenia, gejala yang berhubungan dengan psikosis.
Dosis : Dewasa 10-25 mg/hari tiap 4-56 jam. Psikosis 200-800
mg/hari. Anak 0.5 mg/kgBB tiap 4-6 jam.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Penekanan sumsum tulang, gangguan hati atau ginjal,
sindrom reye, koma karena barbiturate atau alkohol, anak ˂
6 th.
Perhatian : Penyakit KV, takikardi, disfungsi hati, ikterus, lansia,
hamil, laktasi, glaucoma, hipertropi prostat.
Efek Samping : Ikterus, hipertensi postural, depresi pernafasan, diskrasia
darah, distonia akut, gangguan penglihatan.
Interaksi Obat : Alkohol, depresan SSP, guanetidin, antikolinergik,
propranolol.

23.4.4. Klozapin
Nama Dagang :
a. Clozapin 25, 100 mg tab
b. Luften 25 mg
Indikasi : Penderita skizofrenia yang tidak memberi respon terhadap
neuroleptik klasik.
Dosis : 12.5 mg 1-2 x sehari (hari 1). Diikuti dengan peningkatan
bertahap 25-50 mg/hari s/d 300-450 mg/hari diberikan
dalam dosis terbagi, maksimal 600 mg/hari atau 900
mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Granulositopenia, leukositosis, sedasi, pusing, ngantuk,
bingung, gelisah, kejang, tremor, takikardi, hipotensi
postural, hipertensi.
Interaksi Obat : Alkohol, MAOI, depressan SSP, narkotik, antihistamin,
antikolinergik, antihipertensi, warfarin, simetidin, fenitoin,
karbamazepin, litium.

23.4.5. Olanzapin
162
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : terapi akut dan terapi pemeliharaan utk skizofrenia dan


psikosis lain dg gejala utama posited dan atau negative
Dosis : Skizofrenia: awal 10 mghari, episodic manic: 15 mg/hari

23.4.6. Risperidon
Nama Dagang :
a. Neripros
Indikasi : Terapi skizofrenis dan gangguan skizoafektif.
Dosis : Dewasa 25 mg tiap 2 minggu. Maksimal 50 mg/2 minggu.
Lansia 25 mg/2 minggu. Gangguan fungsi hati dan ginjal
awal 0.5 mg 2x sehari selama minggu 1, lalu 1 mg 2x
sehari atau 2 mg 1x sehari pada minggu 2.
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : Insufisiensi ginjal, hati, lansia, parkinsonisme, epilepsy,
hamil, laktasi.
Efek Samping : Insomnia, agitasi, fatigue, hipotensi ortostatik, takikardi,
hipertensi.
Interaksi Obat : Levodopa, dopamine agonis, obat yang bekerja sentral.

23.4.7. Trifluoperazin
Nama Dagang :
a. Trifluoroperazin tab
b. Stelazin tab
Indikasi : cmas, tegang dan gelisah pada nurosis
Dosis :2x 1-2 mg/hari utk pasien rwt jalan. 2x2-5 mg/ hari utk
pasien rawat inap

23.5. Obat untuk ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)


23.5.1. Metilfenidat
Indikasi : pada orang yg kurang perhatian/ kelainan hiperaktivitas
dan narkolepsi, sindrom perilaku
Dosis : . 6 thn : dosis awal sehari 2x5 mg; dws: 20-30 mg dlm 2-3
dosis terbagi, dianjurkan 30-40 mnt sblm makan

23.6. Obat untuk Gangguan Bipolar


23.6.1. Litium Karbonat
Indikasi : terapi dan profilaksis kasus mania,depresi mania, dan
depresi kambuhan, agresif atau sifat yg
merugikan/merusak diri sendiri

23.6.2. Valproat
Nama Dagang :
163
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. Depaken sir
b. Depakote tab
Indikasi : Terapi tambahan pada kejang petit mal sederhana dan
kompleks. Juga kejang multiple.
Dosis : Awal 15 mg/kgBB/hari, ditingkatkan dengan interval 1
minggu. 5-10 mg/kgBB/hari, maksimal 60 mg/kgBB/hari.
Aturan Pakai : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Gangguan fungsi dan penyakit hati.
Perhatian : Riwayat penyakit hati, pasien yang mendapat
antikonvulsan, anak dengan kelainan metabolic congenital
yang menyertai retardasi mental, penyakit otak organic,
hamil, anak ˂ 2 th.
Efek Samping : Pendarahan, memar, hiperammonemia, mual, muntah,
peningkatan nafsu makan, trombositopenia, anemia,
penekanan sumsum tulang belakang, pancreatitis, iritasi GI.
Interaksi Obat : Antiepilepsi, obat depressan SSP, aspirin, barbiturate,
warfarin, dikumarol.

23.7. Obat untuk program ketergantungan


23.7.1. Metadon

24. Relaksan Otot Perifer dan Penghambat Kolinesterase


24.1. Penghambat dan Pemacu Transmisi Neuromuskuler
24.1.1. Atrakurium
Nama Dagang :
a. *Tractrium inj
Indikasi : Relaksan otot untuk pembedahan dan memudahkan
pengontrolan respirasi pada pasien ICU. Tambahan anastesi
umum untuk memudahkan intubasi.
Dosis : Dewasa dan anak (˃ 1 th): injeksi IV 0.3-0.6 mg/kgBB.
Kontraindikasi : Neonatus.
Perhatian : Miastenia gravis, gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit KV berat, penyakit neuromuskuler lainnya.
Efek Samping : Sensasi panas dan kemerahan pada kulit, hipotensi
sementara.
Interaksi Obat : Relaksan otot, anastesi inhalasi, aminoglikosida,
antibiotik polipeptida, litium, garam Mg, prokainamid,
kuinidin, antiaritmia, diuretik.

24.1.2. Neostigmin
Nama dagang :
a. *Neostigmin inj
164
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : lihat dosis


Dosis : miastenia gravis: 1 ml larutan 0,05% (0,5 mg) suntikan
SK/IM, kemudian dosis harus didasarkan respon individu.
Pencegahan dan pengobatan distensi setelah operasi dan
retensi kemih : 0,5 ml larutan 0,05% (0,25 mg) suntikan
SK/IM segera setelah operasi,ulang tiap 4-6 jam untuk 2
atau 3 hari. Pengobatan distensi pasca operasi: 1 ml larutan
0,05% (0,5mg) suntikan SK/IM, jika perlu. Pengobatan
retensi kemih : 1 ml larutan 0,05% (0,5 mg) suntikan
SK/IM; jika urinasi tidak terjadi dalam 1 jam pasien harus
dikateter;setelah kandung kemih kosong, lanjutkan suntikan
0,5 mg tiap 3 jam untuk paling tidak 5 suntikan.
Pembalikan efek zat blok neuromuskulus non depolarisasi :
dosis lazim 0,5-2 mg prostigmin suntikan IV perlahan-
lahan, ulangi jika perlu
Kontraindikasi : hipersensitiv, pasien peka bromide, peritonitis atau
penyakit tumbatan mekanik sal cerna atau saluran kemih
Perhatian : Miastenia gravis, gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit KV berat, penyakit neuromuskuler lainnya.
Efek Samping : Sensasi panas dan kemerahan pada kulit, hipotensi
sementara.
Interaksi Obat : Relaksan otot, anastesi inhalasi, aminoglikosida,
antibiotik polipeptida, litium, garam Mg, prokainamid,
kuinidin, antiaritmia, diuretik.

24.1.3. Pankuronium
Indikasi : anastesia

24.1.4. Rokuronium
Indikasi : penunjang anstesia umum utk memudahkan tindakan
intubasi endotrakeal dan menghasilkan relaksan otot rangka
selama pembedahan
Dosis : intubasi endotrakeal : 0,6 – 1,2 mg/kgbb sbg inj
intermiten. Anak : awal 0,6 mg/kgbb, pemeliharaan: 0,075
-1,25 mg/kgbb

24.1.5. Suksinilkolin

165
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : intubasi endotrakeal, operasi singkat terutama pada


abdominal, patah tulang danlepas persendian, endoskopi,
pemeriksaan ginekologi dan terapi elektrokonvulsiv
Dosis : 0,1-0,2 mg/kgbb/hari

24.1.6. Eperison HCl


Nama Dagang :
a. Myonal tab
b. Plexion tab
c. Forelax tab
Indikasi : Terapi simtomatis untuk kondisiyang berhubungan
dengan spasme muskuloskletal.
Dosis : Dewasa 3x sehari 1 tablet
Aturan Pakai : Berikan sesudah makan..
Kontraindikasi : Gagal ginjal dan hati.
Perhatian : Paralisis flaksid, hamil, laktasi, anak, dapat mengganggu
kemampuan mengemudi.
Efek Samping : Lemah, pusing, insomnia, ngantuk, disfungsi hati dan
ginjal, ruam, gangguan GI, gangguan berkemih.
Interaksi Obat : Metokarbamol, tolperison

24.2. Obat untuk Miastenia Gravis


24.2.1. Neostigmin
Nama dagang :
a. *Neostigmin inj
Indikasi : lihat dosis
Dosis : miastenia gravis: 1 ml larutan 0,05% (0,5 mg) suntikan
SK/IM, kemudian dosis harus didasarkan respon individu.
Pencegahan dan pengobatan distensi setelah operasi dan
retensi kemih : 0,5 ml larutan 0,05% (0,25 mg) suntikan
SK/IM segera setelah operasi,ulang tiap 4-6 jam untuk 2
atau 3 hari. Pengobatan distensi pasca operasi: 1 ml larutan
0,05% (0,5mg) suntikan SK/IM, jika perlu. Pengobatan
retensi kemih : 1 ml larutan 0,05% (0,5 mg) suntikan
SK/IM; jika urinasi tidak terjadi dalam 1 jam pasien harus
dikateter;setelah kandung kemih kosong, lanjutkan suntikan
0,5 mg tiap 3 jam untuk paling tidak 5 suntikan.
Pembalikan efek zat blok neuromuskulus non depolarisasi :
dosis lazim 0,5-2 mg prostigmin suntikan IV perlahan-
lahan, ulangi jika perlu
Kontraindikasi : hipersensitiv, pasien peka bromide, peritonitis atau
penyakit tumbatan mekanik sal cerna atau saluran kemih

166
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Miastenia gravis, gangguan keseimbangan elektrolit,


penyakit KV berat, penyakit neuromuskuler lainnya.
Efek Samping : Sensasi panas dan kemerahan pada kulit, hipotensi
sementara.
Interaksi Obat : Relaksan otot, anastesi inhalasi, aminoglikosida,
antibiotik polipeptida, litium, garam Mg, prokainamid,
kuinidin, antiaritmia, diuretik.

24.2.2. Piridostigmin
Indikasi : miastenia gravis
Dosis : dws: 30-120 mg/hari, anak 6-12 thn 60 mg/hari, ,6 thn30
mg/hari

24.3. Penghambat Kolinesterase


24.3.1. Donepenzil
Indikasi : demensia ringan atau sedang pada penyakit Alzheimer
Dosis : dws atau lansia: dimulai dg 5 mg/hari menjelang tidur
malam selama 1 bln
25. Obat untuk Saluran Cerna
25.1. Antasida dan Antiulkus
25.1.1. Antasida ,kombinasi Al(OH)3 + Mg(OH)2
Nama Dagang :
a. *Antasida DOEN tab, syr
Indikasi : tukak lambung, nyei ulu hati, kembung, hiperasiditas
Dosis : Dewasa 3-4 x sehari 1-2 tablet atau 5-10 mL.
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan menjelang
tidur malam.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal berat.
Perhatian : Pemberian antasida dengan natrium tinggi harus dihindari
pada pasien dengan masukan natrium yang dibatasi, kondisi
gagal ginjal, diet rendah fosfat, pemakaian jangka panjang.
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal (mual, konstipasi, diare).
Interaksi Obat : Saat minum antasida dengan obat lain harus dihindari
karena dimungkinkan akan menghambat absorbs obat lain
(tetrasiklin, digoxin, vitamin) dan merusak salut enteric

25.1.2. Esomeprazol
Indikasi : reflux gastroesofageal
Dosis : 1x40 mg/ hari selama 4 minggu

25.1.3. Lasoprazol
Nama Dagang :

167
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. Lansoprazol kap
b. Prazotec kap
Indikasi : Terapi ulkus duodenum, ulkus gaster jinak dan refluks
esofagitis
Dosis : Dewasa 1 x sehari 15-30 mg
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Perhatian : Laktasi, anak
Efek Samping : Sakit kepala, diare, nyeri abdomn, dyspepsia, mual,
muntah, mulut kering, konstipasi, perut kembung, pusing,
lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus, peningkatan hasil tes
fungsi hati, atralgia, edema perifer, depresi,
trombositopenia, eosinofilia, lekopenia.
Interaksi Obat : Kontrasepsi oral, fenitoin, warfarin, antasida dan sukralfat
mengurangi bioavailabilitas. Mengganggu absorbs
ketokenazol, ampicillin, garam besi.

25.1.4. Omeprazol
Nama Dagang :
a. Pumpitor inj
b. Ozid inj
c. Omevel inj
d. OMZ inj
e. Gastrofer inj
f. Omeprazol inj
Indikasi : Terapi tukak usu 12 jari, tukak lambung, refluks esofagitis
erosive atau ulseratif, sindrom Zollinger-Ellison
Dosis : Dewasa 1-2 x sehari 20-40 mg
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Intra vena.
Perhatian : Penggunaan jangka lama, hamil dan laktasi.
Efek Samping : Penggunaan dosis besar dan lama dapat menstimulasi
pertumbuhan sel ECL (enterochromaffin-likecells).
Pertumbuhan berlebih dari bakteridalam saluran GI pada
penggunaan jangka lama.
Interaksi Obat : Diazepam, warfarin, fenitoin, ketokenazol, ester,
ampicillin, garam besi.

25.1.5. Ranitidin
Nama Dagang :
a. Ranin inj, tab
b. Ranitidin inj, tab

168
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Terapi tukak duodenum, tukak lambung aktif, gastro


esophagus refluks disease (GERD), sindrom Zollinger-
Ellison.
Dosis : Dewasa 1-4 x sehari 150-300 mg atau 1-2 sdt. Maks 6
g/hari
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. IM/IV.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Disfungsi ginjal dan hati. Pasien dengan riwayat porfiria
akut. Hamil dan laktasi. Anak.
Efek Samping : Sakit kepala, tidak enak badan, pusing, mengantuk,
insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi, aritmia.
Interaksi Obat : warfarin dapat memperpendek atau memperpanjang
waktu protrombin. Beri jarak 30-60 menit antara
penggunaan ranitidine dengan antasida

25.1.6. Sukralfat
Nama Dagang :
a. Inpepsa syr
b. Episan Syr
c. Propepsa syr
d. Ulsafat syr
Indikasi : Pengobatan jangka pendek (s/d 8 minggu) pada ulkus
duodenum dang aster, gastritis kronis.
Dosis : Dewasa 4x sehari 1-2 tablet atau 10 ml (4-6 minggu)
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan menjelang
tidur Malam.
Perhatian : Gangguan ginjal kronis, pasien dialysis, hamil, laktasi,
anak
Efek Samping : Konstipasi, mulut kering.
Interaksi Obat : Menurunkan absorbs simetidin, ciprofloxacin, digoxin,
ketokonazole, norfloxacin, fenitoin, ranitidine, tetrasiklin,
teofilin.

25.1.7. Misoprostol
Nama Dagang:
a. Gastrul tab
b. Prosomed tab
Indikasi : Mencegah ulkus gaster yang diinduksi AINS pada pasien
dengan resiko tinggi mengalami komplikasi
Dosis : Dewasa 4 x sehari 200 mcg
Aturan Pakai : Sesudah makan

169
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontraindikasi : Hamil, wanita subur kecuali jika menggunakan


kontrasepsi yang tepat, anak-anak tidak dianjurkan
Perhatian : Kondisi penyakit hipotensi dapat mempercepat terjadinya
komplikasi berat
Efek Samping : Gangguan GI (diare,dan nyeri abdomen), ginekologi

25.1.8. Dysflatil
Indikasi : penimbunan gas dalam saluran cerna, perasaan penuh dan
tertekan pada perut bagian atas
Dosis : 1-2 tab dikunyah

25.2. Antiemetic
25.2.1. Dexametason
Nama Dagang :
a. Dexametason tab, inj
b. Kalmetason inj
Indikasi : Alergi, penyakit kolagen, reumatik, leukimia dan
limfoma, syok, penyakit pernafasan, gangguan
hematologik, edema.
Dosis : Dewasa oral 0.5-10 mg/hari tiap 6 jam selama 2-10 hari.
Anak 0.2-5 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis, TB aktif atau
statis, infeksi akut.
Perhatian : Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi,
gagal ginjal kronik, uremia, usia lanjut, hamil.
Efek Samping : Retensi air dan garam, edema, hipertensi, gagal mental,
pankreatitis, gangguan penglihatan, atrofi, nafsu makan
meningkat, pertumbuhan lambat.
Interaksi Obat : Efektifitas, berkurang dengan fenitoin, antibiotik lain,
fenobarbital, rifampisin, vitamin A, tetrasiklin dan
antibiotik lain, tiazid. Antikoagulan oral, hipoglikemik oral
dan salisilat.

25.2.2. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, mabuk perjalanan
Dosis : dws; 1 tab; anak 8-12 th ½ tab, anak 5-8 thn ¼ tab

25.2.3. Domperidon
Nama Dagang :
a. Vometa FT tab
b. Domperidon tab, sir
170
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Sindrom dyspepsia disertai pengosongan lambung yang


lambat. Mual muntah karena berbagai penyebab
(sitotoksik)
Dosis : 3-4 x sehari 10 mg. A: 2,5 mg/kg BB sekali minum
Aturan Pakai : 15-30 menit sebelum dan sebelum tidur
Kontraindikasi : Jika simulasi terhadap motilitas lambung dianggap
membahayakan.
Perhatian : Bayi < 1 tahun, laktasi, kehamilan
Efek Samping : Kram perut ringan.
Interaksi Obat : Antikolinergik mengantagonis efek anti dyspepsia
domperidon. Antasida atau anti sekresi harus dimakan
setelah dompridon jika digunakan secara bersamaan.

25.2.4. Klorpromazin
Nama Dagang :
a. Chlorpromazine tab 100 mg
b. Cepezet inj 25 mg
Indikasi : Skizoprenia, gejala yang berhubungan dengan psikosis.
Dosis : Dewasa 10-25 mg/hari tiap 4-56 jam. Psikosis 200-800
mg/hari. Anak 0.5 mg/kgBB tiap 4-6 jam.
Aturan Pakai : Berikan bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : Penekanan sumsum tulang, gangguan hati atau ginjal,
sindrom reye, koma karena barbiturate atau alkohol, anak ˂
6 th.
Perhatian : Penyakit KV, takikardi, disfungsi hati, ikterus, lansia,
hamil, laktasi, glaucoma, hipertropi prostat.
Efek Samping : Ikterus, hipertensi postural, depresi pernafasan, diskrasia
darah, distonia akut, gangguan penglihatan.
Interaksi Obat : Alkohol, depresan SSP, guanetidin, antikolinergik,
propranolol.

25.2.5. Metoklopramid
Nama Dagang :
a. Metolon inj
Indikasi : Gangguan GI, mual dan muntah karena obat, anoreksia,
kembung, ulkus peptikum, stenosis piloris (ringan),
dyspepsia, epigastralgia, gastroduodenitis, dyspepsia pasca
operasi
Dosis : Dewasa 1-3 x sehari 1 tablet, Anak 1-3 x sehari ½ tablet
(0,1-0,5 mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi)
Aturan Pakai : 30 menit sebelum makan.
Kontraindikasi : Epilepsy, pendarahan GI, obstruksi GI
171
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : Anak, DM, depresi, hamil, laktasi


Efek Samping : Lemas, mengantuk, depresi, cepat lelah, hipertensi, pusing
Interaksi Obat : Efek antagonis oleh antikolinergik dan analgetik narkotik.
Peningkatan sedasi dengan antidepresan SSP. Mengganggu
absobsi digoxin, simetidine. Mningkatkan efek
parasetamol, tetrasiklin, levodopa.

25.2.6. Ondansentron
Nama dagang :
a. Kliran inj
b. Ondansentron inj
Indikasi : mual muntah yang diinduksi obat kemoterapi.
Dosis : D: pencegahan mual muntah pasca op: 8 mg 1 jam
sebelum anastesi, selanjutnya 8 mg tiap 8-16 jam.
Kemoterapi: 8 mg iv lambat atau infuse selama 15 menit
segera sebelum kemo, kemudian secara infuse iv kontiniu 1
mg/jam s/d 24 jam. Mual muntah karena radioterapi 8 mg
oral tiap 8 jam 1-2 jam sebelum radioterapi. A> 4th 5
mg/m2 iv Selma 15 menit tiap jam selama 5 hari.
Aturan Pakai : berikan bersama atau tanpa makanan.
Perhatian : kehamilan dan laktasi, gangguan hati sedang dan berat
maksimal 8 mg/hari.
Efek Samping : konstipasi, sakit kepala, sensasi, kemerahan atau terasa
hangat pada kepala dan epigastrum.

25.2.7. Granisentron
Nama Dagang :
a. Granon inj
Indikasi : mual muntah yang disebabkan oleh kemoterapi dan post-
op
Dosis : Ampul: 3 mg dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infusdan
diberikan iv > 5 menit, maksimal 9 mg/ml
Aturan Pakai : 1 jam sebelum kemoterapi
Perhatian : obstruksi intestinal subakut, hamil, laktasi
Efek Samping : sakit kepala, konstipasi

25.2.8. Lactobacillus
Nama Dagang :
1. L-bio sac
2. Lacto-b sac

172
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : Memperbaiki fungsi usus pada anak dan dewasa. Radang


akut dan kronis pada selaput lender (katar), diare, sembelit,
dyspepsia
Dosis : Dewasa 1 x sehari 1 tablet, Anak 2-3 x sehari 1 sachet
Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.

25.3. antihemoroid
25.3.1. antihemoroid,kombinasi bismuth subgalat + heksaklorofen +
lidocain + seng oksida
Nama Dagang:
a. Antihemoroid supp
Indikasi : meringankan keadaan tidak nyaman pada hemoroid dan
keluhan anorektal lainnya.
Dosis : masukan 1 supp dalam liang dubur pada pagi dan malam
hari, serta pada setiap kali sehabis buang air besar,
maksimum sehari 6x. Anak dibawah 12 tahun :
konsultasikan dulu dengan dokter

25.4. antispasmodic
25.4.1. atropine
Nama Dagang :
1. Atropine sulfat inj
Indikasi : antikolinergik digunakan sebagai pengobatan pra operasi
dan obat penenang antisialogogue
Dosis : D: 0,4-0,6 mg, A: 0,01 mg/kg (maksimal 0,4 mg), Bayi:
0,04 mg/kg (bayi < 5 kg) atau 0,03 mg/kg (bayi 5 kg).
Dosis ini dapat diulang setiap 4-6 jam jika sangat
diperlukan
Aturan Pakai : sub kutan, intra muscular dan intra vena
Kontraindikasi : Galukoma, Adhesi (synechiae) antara iris dan lensa,
stenosis pylorus dan hipersensitif terhadap atropine
Perhatian : hamil, laktasi, lansia, geriatric, retensi urin, takikardia dan
prostat
Efek Samping : atropine dapat menyebabkan sindrom antikolinergik
pusat, ditandai dengan perkembangan gejala dari
kegelisahan dan hulusinasi ntuk sedasi dan ketidaksadaran.
Sindrom ini lebih mungkin dengan skopolamin
dibandingkan dengan atropine. Physostigmin adalah obat
antikolinesterase mampu melintasi penghalang darah otak,
yang digunakan dalam perawatan sindrom ini.

173
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Interaksi Obat : atropine dapat mengganggu penyerapan obat lain dari


saluran pencernaan sekunder untuk pengosongan lambung
menurun dan motilitas lambung. Antisialogogue efek
atropine dapat juga menonjolkan bila digunakan dengan
obat lain dengan aktivitas antikolinergik seperti
antidepresan trisiklik, antipsikotik, beberapa antihistamin
dan obat-obatan antiparkinson

25.4.2. Hyosin butilbromida


Nama Dagang :
a. Scopamin tab
b. Buscopan tab, inj
c. Hyoscine-n- butilbromide inj
Indikasi : nyeri pada lambung atau usus halus, nyeri spastic pada
saluran biler, kemih dan organ genitalia wanita
Dosis : D: 3 x sehari 1-2 tablet. Maximal 6 tablet/ hari
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan
Kontraindikasi : defisiensi G6PD, hipersensitif terhadap parasetamol
Perhatian : gangguan fungsi hati dan ginjal, sindrom gilbert
Efek Samping : reaksi alergi dengan eksantema, trombositopenia,
leucopenia, agranulositosis, pansitopenia, bronkospasme
Interaksi Obat : kloramfenicol dapat meningkatkan waktu paruh dan
toksisitas

25.5. Obat untuk diare


25.5.1. Atapulgit
Nama dagang :
a. Pularec tab
b. New diatab tab
Indikasi : terapi simtomatik untuk diare non spesifik
Dosis : D: 2 tablet setelah BAB pertama kali, 2 tablet tiap kali
setelah BAB berikutnya. A: ½ dosis dewasa. Maximal D:
12 tablet/hari. A: 6 tablet/hari
Kontraindikasi : lesi stenosis pada GI, demam tinggi
Perhatian : jangan digunakan > 2 hari/ bila disertai demam tinggi.
Tidak untuk anak < 6 tahun. Insufisiensi ginjal berat
Interaksi Obat : dapat mengganggu absorbs tetrasiklin dalam saluran cerna
25.5.2. Garam oralit
Nama Dagang :
a. Oralit sacc
Indikasi : Pengganti elektrolit pada pasien muntah & diare, kolera.
Dosis : Larutkan 1 bungkus ke dalam 200 ml atau 1 L air.
174
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Aturan Pakai : Bersama atau tanpa makanan.

25.5.3. Kombinasi kaolin+pectin


Indikasi : diare
Dosis : dws; 4-8 sdm, anak 6-12 thn; 2-4 sdm, 3-6 thn; 1-2 sdm,
dibawah 3 thn; 1-4 sdm

25.5.4. Loperamid
Nama dagang :
a. Motilex tab
b. Loperamid tab
Indikasi : diare akut dan kronik
Dosis : D: awal 4 mg diikuti 2 mg setelah BAB. Maksimal 16
mg/hari, atau 2x sehari, dilanjutkan dengan 1x sehari tiap
diare
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan
Kontraindikasi : kondisi dimana penghambatan peristaltic harus dihindari,
gangguan fungsi hati, anak < 12 tahun, hipersensitif
Perhatian : gangguan fungsi hati dan ginjal, diare akut yang
disebabkan E.coli, salmonella, shigella, hamil, dan laktasi.
Pemberian dihentikan jika tidak ada perbaikan setelah 24
jam
Efek Samping : mulut kering, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi,
reaksi hipersensitif, ngantuk, pusing, megakolon toksik

25.5.5. Zinc
Nama dagang :
a. Zircum sir
b. Zink tab
c. Zinkid sir, tab
d. Interzink sir, tab
Indikasi : terapi penunjang untuk diare akut non spesifik pada anak
Dosis : 1x sehari 1 tablet atau 5 ml selama 10 hari
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Larutkan dalam
1 sdt air sebelum diberikan
Interaksi Obat : Fe, Ca, tembaga, L-histidin, L-sistin dan L-metionin

25.6. Katartik
25.6.1. Bisakodil
Nama Dagang :
a. Dulcolax tab , supp
b. Stolax supp
175
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

c. Bisacodyl tab
Indikasi : konstipasi
Dosis : D: 1x sehari 5-10 mg (1 suppo), A < 10 th: 5 mg
Aturan Pakai : diminum malam hari atau menjelang tidur malam
Kontraindikasi : obstruksi intestinal, kondisi pada abdomen yang
memerlukan tindakan operasi termasuk appendicitis,
dehidrasi berat
Perhatian : hindari penggunaan jangka panjang, ibu hamil, laktasi
Efek Samping : kram dan nyeri abdomen, diare
Interaksi Obat : pada dosis tinggi resiko gangguan keseimbangan elektrolit
akan meningkat jika diberikan bersamaan dengan
diuretikdan adrenokortikosteroid
25.6.2. Gliserin
Indikasi : Mengatasi buang air besar, persiapan menjelang tindakan
radiologis dan operasi

25.6.3. Kombinasi paraffin+gliserin+fenolftalein


Nama Dagang : Laxadin sir
Indikasi : Mengatasi buang air besar, persiapan menjelang tindakan
radiologis dan operasi.
Perhatian : pemakaian dalam waktu lama dapat menyebabkan
penurunan BB, kelemahan otot, kehilangan cairan dan
elektrolit tubuh, tidak dianjurkan untuk anak di bawah 6
tahun, wanita hamil dan menyusui.
Dosis : Dws : 1-2 sendok makan sehari 1x pada malam
menjelang tidur, anak ½ dosis dewasa.

25.6.4. Laktulose
Nama Dagang : Opilax sir
Indikasi : pencahar
Dosis : D: 3x sehari 15-45 ml, A: 3x sehari 5-15
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan
Kontraindikasi : obstruksi intestinal, nyeri abdomen
Perhatian : ibu hamil dan laktasi, DM, usia lanjut
Efek Samping : diare, kehilangan cairan, hipokalemi, hipernatremia, mual
dan muntah
Interaksi Obat : neomisin, obat anti infeksi lain, antasida uang tidak
diabsorbsi.

25.6.5. Natrium pospat


Hanya digunakan pada tindakan colonoscopy

176
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

25.6.6. Polietilen glikol


Serbuk

25.7. Obat untuk Antiinflamasi


25.7.1. Mesalazin
Nama Dagang :
a. Salofalk tab
Indikasi : penyakit radang usus, untuk pengobatan fase akut ringan
sampai sedang dan untuk mencegah kekambuhan
Dosis : D: colitis ulseratif 1,5-3 g/hari terbagi dalam 3 dosis.
Penyakit Chron: 1,5-4,5 g/hari terbagi dalam 3 dosis.
Pemeliharaan: 500 mg 3 x sehari
Aturan Pakai : 1 jam sebelum makan.
Kontraindikasi : kelainan fungsi hati dan ginjal berat, ulkus peptic aktif,
pembekuan darah yang abnormal, bayi dan infan
Perhatian : lansia, hamil, laktasi.
Efek Samping : eksantema alergi, demam, bronkospasme, sindrom
menyerupai lupus eritematosis
Interaksi Obat : meningkatkan efek hipogilkemik sulfonil urea. Kumarin,
metotreksat, probenesid, sulfinpirazon, furosemid,
rifampisin.

25.7.2. Sulfasalazin
Nama Dagang :
a. Sulcolon tab
b. Sulfasalazin tab
Indikasi : AR, spondilitis ankilosa, spondiloartritis seronegatif,
colitis ulseratif
Dosis : D: 1-4 x sehari 1 tablet (3-4 g/hari), A> 1-3 x sehari ½
tablet (0,1-0,5 mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal atau
terbagi)
Aturan Pakai : 30 menit sebelum.
Kontraindikasi : epilepsy, pendarahan GI, obstruksi GI
Perhatian : Anak, DM, depresi, hamil, laktasi
Efek Samping : lemas, mengantuk, depresi, cepat lelah, hipertensi, pusing
Interaksi Obat : efek antagonis oleh antikolinergik dan analgetik narkotik.
Peningkatan sedasi dengan antidepresan SSP. Mengganggu
absobsi digoxin, simetidine. Mningkatkan efek
parasetamol, tetrasiklin, levodopa.

25.8. Lain-lain
25.8.1. Asam ursodeoksikolat
177
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Nama Dagang :
a. Urdahex tab
b. Urdafalk tab
c. Ursodeoxycolic acid tab
Indikasi : terapi hepatitis kolestasis, hepatitis kronik aktif, batu
empedu radioluscent dengan diameter tidak > 20 mm
Dosis : 8-10mg/kgBB terbagi dalam 2-3 dosis
Aturan Pakai : sesudah makan
Kontraindikasi : batu kolesterol terkalsifikasi, batu radio-opak atau batu
empedu radioliscent, kolesistitis akut, kolangitis, obstruksi
bilier, alergi terhadap asam empedu
Perhatian : hamil dan laktasi
Efek Samping : mual, muntah, diare, pruritus, urtikaria
Interaksi Obat : kolestiramin, kolestipol, Al(OH)3

26. Obat untuk Saluran Napas


26.1. Antiasma
26.1.1. Aminofilin
Indikasi : obstruksi jalan nafas reversibel, asma akut berat.
Dosis : D : awal 1 tab 2x sehari, max 2 tab 2x sehari. Suppo : 1
suppo 2x sehari.
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontraindikasi : tidak direkomendasikan untuk anak < 12 tahun.
Perhatian : penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak
lambung, gangguan hati, epilepsi, kehamilan & menyusui,
usia lanjut.
Efek Samping : takikardi, palpitasi, mual, gangguan saluran cerna, sakit
kepala, insomnia, aritmia.
Interaksi Obat : eritromisin dan makrolid lainnya, cimetidin.

26.1.2. Budesonid
Nama Dagang :
a. Symbicort (+ famoterol)
b. Pulmicort resp
Indikasi : asma bronchial.
Dosis : pulmicort : D & A > 12 thn 1-2 mg 2x sehari.
Pemeliharaan : 0,5-1 mg 2x sehari. A (3 bln-12 bln) 0,5-1
mg 2x sehari, pemeliharaan 0,25-0,5 mg 2x sehari.
Turbuhaler 200-1200 mcg/hari terbagi 2-4 dosis,
pemaliharaan 200-400 mcg 2x sehari. Symbicort : asma D
& A > 12 thn 1-2 inhalasi simbicort 80/4,5 atau 160/4,5 2x
sehari, A (6-12 thn) inhalasi simbicort 80/4,5 2x sehari.
178
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Kontraindikasi : hipersensitif.
Perhatian : bronkospasme, kepadatan tulang, pertumbuhan, infeksi &
TB, gangguan fungsi hati, hamil & laktasi.
Efek Samping : iritasi ringan pada tenggorokan, iritasi lidah & mulut,
kandidiasis oral, batuk, sakit kepala, palpitasi, tremor,
mual, gangguan tidur.
Interaksi Obat : ketokonazol, itrakonazol, penghambat beta adrenergik, L-
dopa, L-tiroksin, oksitosin, alkohol, penghambatan MAO,
furazolidon, prokarbasin, anastesi hidrokarbon halogen.

26.1.3. Dexametason
Nama Dagang :
a. Dexametason tab, inj
b. Kalmetason inj
Indikasi : Alergi, penyakit kolagen, reumatik, leukimia dan
limfoma, syok, penyakit pernafasan, gangguan
hematologik, edema.
Dosis : Dewasa oral 0.5-10 mg/hari tiap 6 jam selama 2-10 hari.
Anak 0.2-5 mg/hari.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis, TB aktif atau
statis, infeksi akut.
Perhatian : Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit infeksi,
gagal ginjal kronik, uremia, usia lanjut, hamil.
Efek Samping : Retensi air dan garam, edema, hipertensi, gagal mental,
pankreatitis, gangguan penglihatan, atrofi, nafsu makan
meningkat, pertumbuhan lambat.
Interaksi Obat : Efektifitas, berkurang dengan fenitoin, antibiotik lain,
fenobarbital, rifampisin, vitamin A, tetrasiklin dan
antibiotik lain, tiazid. Antikoagulan oral, hipoglikemik oral
dan salisilat.

26.1.4. Epinefrin(adrenalin)
Indikasi : henti jantung (untuk resusitasi jantung-paru).
Dosis : epinefrin 1:10.000 (1 mg/10 mL) dalam dosis 10 mL
secara injeksi intravena sentral.
Perhatian : penyakit jantung, diabetes melitus, hipotiroidisme,
hipertensi, aritmia, penyakit serebrovaskuler.
Efek Samping : ansietas, tremor, takikardi, sakit kepala, ekstremitas
dingin; pada dosis berlebih aritmia, pendarahan otak,
edema paru, mual, muntah, berkeringat, letih, hipoglisemia.

179
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

26.1.5. Fenoterol HBr


Nama Dagang :
a. Berotec inh
Indikasi : pengobatan gejala serangan asma akut.
Dosis : 1-2 semprot/hari.
Aturan Pakai : semprotkan bila sesak.
Kontraindikasi : kardiomiopati obstruksi hipertrofi, taki aritmia.
Perhatian : DM yang tidak terkontrol, hipertensi, hamil trimester
pertama, laktasi.
Efek Samping : sakit kepala, iritasi, gangguan saluran cerna.
Interaksi Obat : efek bronkodilatasi diperkuat oleh beta adrenergik &
xantin, MAOI, antidepresan trisiklik, halotan, trikloetilen,
N-flural.

26.1.6. Flutikason propionate


Nama Dagang :
a. Seretide (+salmeterol ); 100 mg, 250 mg
b. flutias(+salmeterol ); 125 mg
Indikasi : profilaksis asma berat pada dewasa dan remaja > 16 thn.
Terapi eksaserbasi akut asma ringan sampai sedang pada
anak dan remaja 4-16 thn.
Dosis : D : D dan A > 16 thn 200-500 mcg 2x/hari. A (4-16 thn)
1000 mcg 2x/hari. Avamys : D & A (4-16 thn) : 2x sehari
1-2 semprotan. Seretide : 2x sehari 1-2 hisapan.
Perhatian : tidak untuk srangan akut tapi untuk penanganan rutin
jangka panjang. Monitoring tinggi badan anak pada terapi
jangka panjang. Pasien yang diterapi steroid sistemik
sebelumnya. Pasien TBC aktif atau laten.
Efek Samping : kandidiasis pada mulut dan tenggorokan, suara serak,
bronkospasme paradoksikal, reaksi hipersensitifitas pada
kulit.
Interaksi Obat : beta bloker selektif atau non selektif, MAOI, antidepresan
trisiklik, L-dopa, oksitosin, anti aritmia, xantin.

26.1.7. Ipatropium bromide


Indikasi : obstruksi kronis saluran nafas yg reversible, terutama
bronchitis kronis
Dosis : sehari 3-4x 1-2 semprot. Anak 6-12 thn dan dibawah 6
thn ; sehari 3-4x 1-2 semprot

26.1.8. Metilprednisolon
Nama Dagang :
180
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

a. Metilprednison tab, inj


b. Metrison 4 mg tab
c. Somerol 4 mg tab
d. Toras 4 mg tab
Indikasi : Kelainan endokrin, penyakit reumatik, penyakit kolagen,
penyakit kulit, alergi, penyakit mata, penyakit saluran
nafas, kelainan hematologi, edema, gangguan saluran
cerna.
Dosis : Awal 2-48 mg/hari,. Sklerosis multiple 160 mg/hari
selama 1 minggu, dilanjutkan 64 mg/hari selama 1 bulan.
IM/IV lambat/ Infuse IV mulai 10-100 mg.
Aturan Pakai : Bersama makan.
Kontraindikasi : Infeksi jamur sistemik.
Perhatian : Penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi, vaksinasi,
TB, sirosis, hipotiroid, hamil dan laktasi.
Efek Samping : Gangguan elektrolit dan cairan tubuh, gangguan
pencernaan, keringat berlebihan, urtikaria, osteoporosis,
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan siklus
menstruasi, DM, hambatan pertumbuhan pada anak,
katarak, glaucoma.
Interaksi Obat : Siklosporin, phenobarbital, phenitoin, rifampisin,
karbamazepin, pirimidon, ketokonazole, aspirine,
antikolinesterase, antihipertensi, diuretic

26.1.9. Prokaterol
Indikasi : asma bronchial, bronchitis kronis, bronchitis akut,
emfisema paru
Dosis : dws;2-4 semprot/hari, anak2: 1-4 semprot/hari

26.1.10. Salbutamol
Nama Dagang :
a. Ventolin neb, inh
Indikasi : asma broncial, bronchitis kronik, enfisema.
Dosis : D : 2-4 mg 3-4x sehari, A (2-6 thn) 1 mg 3-4x sehari, A
(6-12 thn) 2 mg 3x sehari. Inhaler : 3-4x sehari 1-2 puff.
Nebulizer : 3-4x sehari 2,5 mg. Farbivent : 3-4x sehari 1
UDV ( unit dose vial).
Aturan Pakai : 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan untuk mengatasi abortus yang
mengancam selama kehamilan trimester 1 & 2. Farbivent :
kardiomiopati obstruktif hipertrofi, taki aritmia,
hipersensitif.
181
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Perhatian : hipertensi, hipertiroid, DM, hamil trimester 1, laktasi,


anak < 12 thn, glaukoma, infark miokard, gangguan
jantung.
Efek Samping : tremor, rasa tertekan, vasodilatasi perifer, peningkatan
denyut jantung, sakit kepala, kram otot, reaksi hipersensitif,
hipokalemia, hiperaktif pada anak, bronkospasme
paradoksikal (inhaler), mulut kering, mialgia, mual,
muntah, palpitasi.
Interaksi Obat : efek antagonis dengan propanolol & beta adrenoreseptor
bloker & ditingkatkan jika digunakan bersama xantin, anti
depresan trisiklik, MAOI, glukokortikosteroid.

26.1.11. Teofilin
Nama Dagang :
a. Retaphyl SR tab 300 mg
b. Euphilin retard tab 250 mg
c. Teosal (+salbutamol ) tab
Indikasi : penyembuhan obstruksi saluran nafas misal asma
bronchial, bronkitis akut/kronis, enfisema pulmoner.
Dosis : D : 1-2 tab 2-3x sehari. Teosal : D : 2-4x sehari 1 tab,
anak < 12 th 2-4x sehari ½ tab.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : hipertiroid, tirotoksitosis.
Perhatian : tukak peptik, hipertiroid, glaukoma, DM, hipoksemia
berat, hipertensi, angina pectoris, infark miokard akut.
Efek Samping : gangguan GI, hipersensitifitas, stimulasi berlebih pada
SSP, vertigo & konvulsi dengan dosis tinggi.
Interaksi Obat : kombinasi dengan furosemide, beta adrenergik atau metil
xantin dapat meningkatkan efek obat. Kombinasi dengan
meningkatkan efek obat & Efek Samping. Pada perokok &
kombinasi dengan phenolbarbital, rifampisin, INH,
fenitoin, karbamazepin dapat mengurangi efek obat,
propanolol, antikoagulan oral, digitalis.
26.1.12. Terbutalin
Indikasi : bronkospasmus parah, bronchitis kronis, emfisema dan
peny paru lain dg factor kompilasi bronkospasmus
Dosis : sesuai pasien;. 25 kg; 5 mg (1 unit dosis tunggal 2 ml)
dihirup hingga 4x dalam 24 jam
26.2. Antitusif
26.2.1. Codein
Indikasi : meredakan rasa nyeri yg hebat

182
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

26.3. Ekspektoran
26.3.1. N-asetilsistein
Indikasi : Pencair sekresi mucus dan mukopurulen
Dosis : dws; tab 2-3x/hari, 6-14 th; 1 tab 2x/hari. Amp nebulizer;
1 amp 1-2x/hari

26.3.2. Gliseril guajakolat


Nama dagang : Glyceril guaijakolat
Indikasi : meredakan batuk berdahak.
Dosis : D : 3x sehari 1 tab. Anak 3x sehari ½ tab.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Perhatian : hamil, laktasi, anak <2 thn.
Efek Samping : jarang, mual, mengantuk, ggn GI.

26.3.3. Kombinasi Succus liq., ammonium chloride , SASA


Nama dagang : OBH sir
Indikasi : Meredakan batuk berdahak, disertai gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung tersmbat serta bersin-bersin.
Dosis : D & A (>12 thn) : 3x sehari 1-3 sdt. Combi anak : (2-5
thn) 1 sdt, (6-12 thn) : 2 sdt, diberikan 3x sehari.
Aturan Paka : Sesudah makan.
Kontraindikasi : Gangguan jantung, DM, ggn fungsi hati berat,
hipersensitif.
Perhatian : Gangguan fungsi hati, ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat,
hipertiroid, retensi urin, anak < 6 thn, hamil, laktasi,
alkohol.
Efek Samping : Ngantuk, ggn pencernaan, insomnia, gelisah, eksitasi,
takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin,
kerusakan hati.
Interaksi Obat : MAOI dapat mengakibatkan krisis hipertensi.

26.3.4. Pseudoefedrin
Nama Dagang :
a. Rhinofed tab
b. Rhinos SR
c. Trifedrin tab
Indikasi : meredakan gejala bersin-bersin & hidung tersumbat
karena flu pada saluran nafas, rhinitis alergi,. Actifed
hijau : plus batuk berdahak.
Dosis : A (2-5 thn) 0,8 ml 3x /hari, (6-12 thn) 2,5 ml 3x/hari, (>12
thn) 5 ml 3x/hari. Aldisa?rhinos : D : 2x sehari 1 kaps.

183
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Trifed/actifed : D: 3x sehari 1 tab/2 sdt. A (6-12 tahn) 3x


sehari ½ tab /1 sdt. A (2-5 thn) : ½ sdt.
Aturan Pakai : bersama atau tanpa makanan.
Kontraindikasi : hipertensi, stroke, palpitasi, insomnia, terapi MAOI,
glaukoma sudut sempit, retensi urin, arteri koroner,
hipertiroid, asma.
Perhatian : hipertensi, mempunyai potensi hipertensi dan stroke, ggn
fungsi hati/ginjal, hipertrofi prostat, hipertiroid, glaukoma,
ggn jantung, stenosis, ulkus peptikum, obstruksi
piloroduodenum, obstruksi leher kandung kemih,
peningkatan TIO atau DM, usia lanjut. Mengganggu
kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.
Efek Samping : insomnia, sakit kepala, palpitasi, eksitasi, takikardia,
kesukaran berkemih, mulut kering, tremor, aritmia.

Interaksi Obat : MAOI, menyebakan krisis hipertensi, beta bloker,


metildopa, mekamilamin, reserpin, alkaloid revarum,
digitalis, antasid, kaolin, antidepresan trisiklik, obat
penekan nafsu makan, amfetamin.

26.4. Mukolitik
26.4.1. Ambroksol
Nama Dagang :
1. Ambroxol tab
2. Mucopect tab
Indikasi : terapi sekretolitolitik pada penyakit bronkopulmonal akut
dan kronik yang berhubungan dengan sekresi mukus
abnormal dan gangguan transpormasi mucus.
Dosis : D & A (>12 thn) : 1 tab (30 mg) 2-3x sehari, A(2-12 thn) :
½ tab 2-3x sehari. Drop : A (s/d 2 thn) : 0,5 ml 2x sehari.
Sirup : A (6-12 thn ) : 2-3x sehari 5 ml, (2-6 thn) : 3x sehari
2,5 ml, (<2 thn) : 2x sehari 2,5 ml.
Aturan Pakai : sesudah makan.
Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Perhatian : disfungsi hati dan ginjal, kehamilan dan laktasi.
Efek Samping : reaksi alergi, efek GI ringan.
Interaksi Obat : dapat dipakai bersama kortikosteroid, bronkospamolitik,
antibiotik.

26.5. Obat untuk penyakit paru obstruksi kronis


26.5.1. Indakaterol
Indikasi : sebagai bronkodilator pada pasien CPOD
Dosis : 150 mcg, 1x/hari. Max 300 mcg, 1x/hari

184
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

26.5.2. Ipatropium bromide


Indikasi : obstruksi kronis saluran nafas yg reversible, terutama
bronchitis kronis
Dosis : sehari 3-4x 1-2 semprot. Anak 6-12 thn dan dibawah 6
thn ; sehari 3-4x 1-2 semprot

26.5.3. Kombinasi ipatropium bromide + salbutamol


Indikasi : bronkospasmus
Dosis : dws; 4x2 semprot, max 12 semprot/hari.

26.5.4. Tiotropium
Nama dagang : Spiriva inh
Indikasi : PPOK ( bronkitis kronis & emfisema), dispnea,
eksaserbasi.
Dosis : 1 kapsul dihirup 1x sehari .
Perhatian : tidak untuk terapi awal episode brospasme, reaksi
hipersensitif, glaukoma sudut sempit, hyperplasia prostat,
obstruksi leher kandung kemih, gangguan ginjal sedang
sampai berat, hamil, laktasi.
Efek Samping : pusing, penglihatan kabur, peningkatan TIO, takikardia,
palpitasi, dipsnea, bronkospasme, batuk, iritasi
tenggorokan, epistaksis, mulut kering, kandidiasis oral,
konstipasi, GERD, ruam kulit, urtikaria, pruritus, disuria,
retensi urin, ISK.
Interaksi Obat : obat antikolinergik

26.6. Lain-lain
26.6.1. Surfaktan
Indikasi : penanganan sindrom sesak nafas pada bayi dan bayi
premature
Dosis : 4 ml/kgbb intratrakeal, dpt ditingkatkan sampai dg 4 dosis
dlm 48 hari pertama

27. Obat yang mempengaruhi system imun


27.1. Serum dan immunoglobulin
27.1.1. Hepatitis B immunoglobulin (human)
27.1.2. Human tetanus immunoglobulin
27.1.3. Immunoglobulin intravena
27.1.4. Serum antibisa ular
27.1.5. Serum antidifteri (ADS)
27.1.6. Serum antirabies
185
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

27.1.7. Serum anti tetanus (ATS)


27.1.8. Tetanus toxoid
27.2.Vaksin
27.2.1. Vaksin BCG
27.2.2. Vaksin campak
27.2.3. Vaksin kombinasi DPT-HB-Hib
27.2.4. Vaksin jerap difteri tetanus
27.2.5. vaksin jerap difteri tetanus pertusis
27.2.6. vaksin jerap tetanus (tetanus adsorbed toxoid)
27.2.7. Vaksin Polio
27.2.8. Vaksin polio IPV
27.2.9. Vaksin rabies, untuk manusia

28. Obat untuk telinga, hidung, dan tenggorokan


28.1. Flutikason furoat
Indikasi : pengobatan gejala-gejala rhinitis alergi pd orang dewas,
anak usia 6-12 thn
Dosis : dws&remaja ≥ 12 thn, dosis awal; 2 semprotan pada
tiaplobang hidung. Anak 6-11 thn; 1 semprotan pada tiap
lubang hidung

28.2. Hydrogen peroksida


Cairan 3%

28.3. Karbogliserin
Indikasi : Antiseptik telinga.
Dosis : 3x sehari 1-2 tetes pada telinga yang sakit.

28.4. Kloralhidrat
Larutan

28.5. Kloramfenikol
Nama Dagang :
a. Erlamycetin tts telinga (+lidocain)
Indikasi : Otitis eksterna & media.
Dosis : 1-2 tetes 3-4x sehari.
Kontraindikasi : Hipersensitif, anemia, hamil trimester ke-3, laktasi.
Perhatian : Hati-hati jika ada perforasi membrane timpani karena
dapat menimbulkan ototoksisitas, pemakaian jangka lama :
superinfeksi
28.6. Oksimetazolin

186
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Indikasi : pengobatan hidung tersumbat, pengobatan dan


pencegahan infeksi telinga tengah,
Dosis : tts hidung ; 2-3 tts 2x/hari

28.7. Ofloxacin
Nama Dagang :
a. Tarivid otic
Indikasi : Otitis media supuratif kronik, otitis eksterna, otitis media
akut.
Dosis : D : 6-10 tetes 2x sehari, A : 3-5 tetes 2x sehari.
Kontraindikasi : Hipersensitif.
Perhatian : Peradangan meluas pada membrane timpani.
Efek Samping : Jarang, nyeri telinga, superinfeksi

28.8. Triamsinolon asetat


Nama Dagang : Nasacort NS
Indikasi : AR dan demam reumatik, asma bronkial, rinitis
vasomotor, leukimia, limfosarkoma, fibrosis paru, Salep :
Sariawan.
Dosis : Dewasa oral 2-24 mg/hari. IM pada otot panggul 40 mg
diulang sesuai respon pasien. Dosis tunggal maksimal 100
mg. Salep : dioles pada area mulut, 2-3x sehari.
29. Vitamin dan mineral
29.1. Asam askorbat
Nama Dagang :
a. Vitamin C
b. Becom C (+B komplek, C, nikotinamid & Ca)
Indikasi : Menjaga kesehatan atau sistem daya tahan tubuh.
Dosis : 1 tablet/hari. Injeksi : 100-250 mg 1-2x sehari. A : 100-
300 mg dalam dosis terbagi.
Aturan Pakai : Sesudah makan. Injeksi : SC, IM & IV.
Perhatian : Penggunaan jangka panjang.
Efek Samping : Rasa hangat & kemerahan pada wajah, sakit kepala,
insomnia, mual, muntah.

29.2. Ergokalsiferol (vitamin D2)


29.3. Ferro fumarat
29.4. Ferro sulfat
29.5. Kalsitriol

29.6. Kalsium gluconat


Indikasi : mencegah dan mengobatai defisiensi vitamin B kompleks
187
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : sehari 1-2 tab

29.7. Kalsium karbonat


Indikasi : memenuhi kebutuhan kalsium
Dosis : 1-2 tab sehari

29.8. Kalsium laktat


Indikasi : suplementasi kalsium
Dosis : sehari 3x1 kapsul

29.9. Kombinasi ferro sulfat+asam folat


29.10. Nikotinamid
29.11. Piridoksin (vitamin B6)
29.12. Retinol (vitamin A)
29.13. Sianokobalamin (vitamin B12)
29.14. Tiamin (vitamin B1)
Indikasi : mencegah dan mengobati kekurangan B1
Dosis : 3x sehari, 1-2 kaplet

29.15. Vitamin B kompleks


Indikasi : defisiensi vitamin b komplek
Dosis : sehari 1-2x, 1 tab

29.16. Fursultiamin
Nama Dagang: Alinamin F inj
Indikasi : Suplemen untuk kebutuhan harian vitamin B1 & B2.
Dosis : 1 tab/hari. Ampul : 1 ampul 1-2x sehari, IV secara
perlahan.
Aturan Pakai : Sesudah makan.

29.17. Curcuma
Nama Dagang :
1. Bio curliv (+ sylimarin phyosome, ekst. Schizandrae fructus, radix liq,
cholin, vit B6) tab
2. Curcuma tab
3. Curvit CL (+cod liver,ARA, DHA, vitamin , mineral ) sir
Indikasi :terapi gangguan hati, melindungi & memulihkan kerja
hati, meningkatkan daya detoksifikasi hati, terapi
pendamping untuk obat hepatotoksik. Curvit CL/Xanda :
Membantu memenuhi kebutuhan vitamin pada masa
pertumbuhan, meningkatkan nafsu makan, memelihara
daya tahan tubuh.
188
Formularium RSUD Pariaman tahun 2016

Dosis : 1-2 kaplet 3x sehari. Sirup : D : 1 sdm 3x sehari, A (6-12


thn) : 1 sdm 2x sehari, (1-6 thn) : 1 sdm 1x sehari, (6 bln-1
thn) : ½ sdm 1x sehari.
Aturan Pakai : Sesudah makan

29.18. Ekstrak jambu biji


Nama dagang : Psidii kap
Indikasi : membantu meningkatkan jumlah trombosit
Dosis dan cara pakai : 1-2 kapsul, 3x sehari

29.19. Sylibin, a- tocopheril, B1, B2, B6, B12, Ca pantotenate, zink


Nama dagang : Liver prime, Sanfuliq
Indikasi : membantu menjaga kesehatan hati
Aturan pakai : 1-3x/hari 1 kap

189

Anda mungkin juga menyukai