Anda di halaman 1dari 13

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN SISTEM NEUROLOGI DAN

NEUROMUSKULER

1. OBAT ANTIPARKINSON
Penyakit Parkinson adalah kelainan neurologis kronis yang mempengaruhi traktus
motor piramidalis dengan ciri utama rigidatis (kekakuan karena meningkatnya tonus
otot), bradikinesia gerak lamban dan tremor. Gejala tersebut terjadi akibat gangguan
traktus pyramidal yang berfungsi mengendalikan postur, keseimbangan, dan kemampuan
bergerak. Parkinsonisme terjadi karena ketidakseimbangan neuromuskuler, dopamin, dan
asetilkolin yang dapat juga terjadi akibat penggunaan obat antipsikotik Fenotiazin dalam
waktu lama. Dopamin kurang tetapi asetilkolin berlebihan pada ganglia balasis dari
traktus piramidalis. Dalam keadaan normal dopamin mengendalikan efek asetilkolin
dengan eksitasinya. Pengobatan Parkinson diarahkan untuk mengganti kekurangan
dopamine, yaitu :
a. Obat antikilonergik untuk menghambat reseptor kilonergik, mempunyai efek
mengurangi rigiditas, dan tremor serta menghambat pelepasan asetilkolin.
b. Dopaminergik, untuk merangsang reseptor dopamin. Diperkenalkan pertama
pada tahun 1961 (levodopa). Enzim dopa dekarboksilase mengubah levodopa
menjadi dopamin di dalam otak. Levodopa diubah menjadi dopamin 99%
sebeblum mencapaiotak, dan hanya 1% yang diubah menjadi dopamin dalam
otak. Untuk itu agar memperoleh respon farmakologis yang baik diperlukan
dosis besar.

Efek samping (ESO) :

Pemberian antiparkinson dosis tinggi menyebabkan mual, muntah, diskinesia, hipotensi


ortostatik, aritmia jantung, dan psikokisis. Obat-obat antikilonergik mempunyai efek
samping mulut kering, menurunnya sekresi kelenjar mukos, retensi urine, konstipasi,
penglihatan kabur dan frekuensi nadi lebih cepat. Pada orang lanjut usia dapat terjadi
kebingungan, gelish, dan gangguan mental lainnya. Levodopa mempunyai waktu paruh
singkat (1-2 jam) sehingga diberikan 3-4 kali sehari. Awal terapi dengan dosis rendah dan
ditingkatkan bertahap, mencapai efek meksimum dalam 2-4 bulan.

Obat-obat Antiparkinson

Obat
Penggunaan dan hal lain yang diperhatikan Dosis dewasa
Antiparkinson
Antikolinergik
Benztropin Parkinsonisme, juga akibat penggunaan obat. Oral: 0,5-1 mg
Untuk mengurangi distonia. Kategori kehamilan
C.
Biperiden Sama di atas, pemakaian jangka panjang Oral: 2 mg
menyebabkan toleransi. IM.IV: 2 mg setiap
30 mnt sampai 4
dosis
Prosiklidin Sama di atas Oral: 2,5-5 mg
Triheksifinidil Obat semua jenis Parkinson, paling banyak Oral awal: 1
dipakai, kategori kehamilan C. mg/hari bertahap:
5-15 mg/hari
terbagi
Etopropasin Derifat fenotiasin, efek antikilonergik, untuk Oral: 50 mg,
semua jenis Parkinson, kategori kehamilan C. maksimum 600
mg/hari terbagi 3-4
x
Orfenadrin Antihistamin yang mempunyai efek Oral: 50 mg
antikilonergik, merangsang SSP dan menyebabkan
Euforia
Dopaminergik
Levodopa Untuk Parkinson, yang bukan karena obat Oral: 0,5-1 gr,
naikkan dosis
bertahap sampai 3-
6 gr/hari terbagi
ESO:
Menyebabkan rasa tidak enak pada
gastrointestinal, dimakan bersama makan. Dalam
dosis tinggi menyebabkan diskinesia, hipotensi
ortostatik, aritmia, psikosis paranoia dan
peningkatan libido.
Karbidopa- Parkinsonisme. Levodopa banyak mencapai otak. Oral: rasio 1:10
levodopa Diperlukan dosis lebih rendah. (10 Karbidopa-100
(sinemet) Kontraindikasi: psikosis, glaucoma, penyakit levodopa) atau (25
jantung, hati dan ginjal berat. K-150 L)
Interaksi obat: simpatomimetika (adrenergic),
penghambat MAO, Fenotiazin, diazepam, fenitoin,
reserpin.
ESO: mual, muntah, anoreksi, disfagi, letih,
pusing, mulut kerig, rasa pahit, palpitasi, hipotensi
ortostatik, penglihatan kabur.
Toksisitas: psikosis, arganulositosis, anemia
hemolitik, aritmia, depresi, dan halusinasi.
Agonis Bekerja dengan cara merangsang reseptor
Dopamin dopamin.
Amantadin Untuk Parkinson dini, Parkinson akibat obat dan Oral: 100 mg
virus pernapasan A. Efektif untuk rigiditas dan
bradikinesia, tetapi kurang efektif untuk
mengurangi tremor. Merupakan obat anti virus.
Bromokriptin Untuk Parkinson, mempunyai respon lebih baik Oral: 1,25 mg/hari
dari Amantadin. Dapat digunakan dalam dinaikkan bertahap
kombinasi Levodopa. Dapat juga untuk mencegah 10-40 mg/hari
laktasi, merupakan kelompok ergot.

Perawatan pasien dengan obat antiparkinson

Pengkajian:
1. Kaji tanda vital dasar untuk bahan evaluasi.
2. Kaji dengan cermat pola/bentuk parkinsonisme yang terjadi.
3. Dapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan ESO dan kontra indikasi obat,
yaitu: glaucoma, penyakit jantung, tukak lambung, penyakit hati dan ginjal yang berat,
serta psikosis.

Intervensi Keperawatan:

1. Pantau tanda vital dan EKG terutama pada penggunaan antikilonergik, levodopa, dan
bromokriptin.
2. Kaji adanya hipotensi ortostatik dan lakukian imobilisasi bertahap.
3. Berikan obat karbidopa-levodopa bersama makan dan makanan rendah protein agar tak
menghambat transportasi obat ke SSP.
4. Beri penyuluhan kesehatan
Pada pasien yang mendapat obat antikilonergik
- Tidak mengoperasikan mesin atau pekerjaan yang memerlukan kewaspadaan
tinggi.
- Banyak minum dan diet buah dan makanan tinggi serat.
- Hindari alcohol, karena memperberat depresi SSP.
- Control rutin tekanan intra okuler.
- Bila mulut kering, usahakan menghisap permenkaret, atau permen keras.
- Berkemih sebelum makan obat, agar mengurangi retensi urine.

Penggunaan Levodopa:

- Dimakan bersama makan untuk mengurangi rasa tidak enak pada lambung, tetapi
menghambat penyerapan.
- Jelaskan adanya perubahan warna keringat dan urine menjadi gelap, tetapi tidak
berbahaya.
- Kurangi makanan atau hindari obat yang mengandung vitamin B6 (biji-bijian dan
kacang-kacangan).
- Jelaskan bahwa penghentian obat antiparkinson mendadak menyebabkan gejala
Parkinson yang lebih berat (rebound parkinsonisme).
- Jelaskan ESO dan tanda-tandanya, serta cara melaporkan.
- Pada penderita DM control gula darah, tanpa urine karena sering menghasilkan
positif palsu atau negative palsu.

Penggunaan Amantadin dan Bromokriptin:

- Laporkan apabila ditemui lesi kulit, kejang, dan depresi.


- Laporkan apabila ada tanda hipotensi ortostatik dan jelaskan tanda-tandanya.
- Ajari pemeriksaan denyut jantung sendiri, laporkan apabila ada ketidakteraturan
atau lebih cepat.

2. Obat Miastenia Gravis


Miastenia gravis disebabkan oleh tidak memadainya atau hiilangnya sekresi
asetilkolin karena bertambahnya enzim asetilkolinesterase yang merusak asetilkolin pada
sinapsis atau persambungan ujung syaraf dengan otot (mioneural).
Hal ini menyebabkan tidak adanya impuls syaraf dan respon otot pada mioneural
dan menyebabkan rasa letih, kelemahan otot pernapasan, otot wajah, dan ekstremitas.
Tanda yang nampak berupa ptosis (jatuhnya kelopak mata), kelemahan dan keletihan otot
rangka di atas pinggang, kesulitan mengunyah dan menelan, serta gangguan pernapasan.
Obat Miastenia gravis diarahkan untuk menghambat asetilkolinesterase (ACE),
yang masuk dalam kelompok parasimpatomimetika atau kilonergik.
ESO: gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare, kejang perut), saliva dan air
mata bertambah, miosis dan kenaikan tekanan darah.
Obat-obat Miastenia Gravis (penghambat asetilkolinesterase/ACE)

Dosis
Obat Pengguanaa dan Informasi Penting Lain
Dewasa
Edrofonium Untuk mendiagnosis Miastenia gravis. Dengan I.V: 1-2 mg
(tensilon) obat ini ptosis harus hilang dalam waktu 1-5 mnt. selama 30 detik.
Kemudian 8 mg,
kalau tak ada
respon: beri IM:
10 mg
Neostigmin Untuk mengendalikan Miastenia gravis. Apaila Oral: 150 mg/hari,
(prostigmin) ada gangguan menelan, mengunyah dan terbagi, tak lebih
375 mg/hari
pernapasan diberikan secara parenteral.
IM/IV: 0,5-2 mg
Piridostigmin Untuk Miastenia gravis dan pemulihan Oral: 60-120
(mestinon, kelumouhan otot paskabedah akibat hambatan mg/terbagi
regonol) neuromuskuler.
Ambenorium Untuk Miastenia gravis, penghambat ACE jangka Oral: 15-100
panjang mg/hari/terbagi

Perawatan pasien dengan obat penghambat asetilkolinesterase:

1. Kaji tanda-tanda miastenia terutama kesulitan menelan, sulit bernapas, kelemahan dan
lain-lain.
2. Pantau efek terapi: pulihnya kelemahan otot, perbaikan pernapasan, dan berkurangnya
gejala lain.
3. Pantau ESO. Kalau terjadi efek berat beri antidotumnya yaitu Sulfas atropine.
4. Jelaskan tanda-tanda apabila kambuh dan laporkan.

3. Obat-obat Pelemas Oto Rangka (Relaksan)


Kekakuan otot dapat terjadi akibat cedera traumatic, penyakit berat yang kronik
(sklerosis multiple, stroke, serebral palsi, dan cedera medulla spinalis). Biasanya
spastisitas timbul karena hipereksibilitas (perangsangan berlebihan) dari neuron.
Obat pelemas otot berkhasiat meredakan spasme dan nyeri melalui sentral
maupun perifer. Kerja sentral dengan menekan aktifitas neuron pada otak dan medulla
spinalis, biasanya pada spasme akut akibat trauma. Kerja perifer dengan cara langsung
pada otot rangka, efektif untuk spastisitas otot akibat gangguan neurologis.

ESO:

Pelemas sentral: mengantuk, pusing, kepala terasa ringan, mual, muntah, diare, dan rrasa
tidak enak pada perut.

Pelemas perifer: meningkatnya enzim hati, mengantuk, fotosensitivitas, anoreksi, mual,


muntah, dan meningkatkan kekambuhan/keganasan kanker mammae.

Obat-obat Relaksan (Pelemas Otot)

Obat Pelemas
Penggunaan Dosis Dewasa
Otot
Bekerja sentral
Baklofen Spasme otot akibat sklerosis multiple, cedera Oral: 5 mg (3x)
medulla spinalis. Kelebihan dosis dilanjutkan 10-20
menyebabkan depresi SSP. mg (3x)
Karisoprodol Spasme otot, tersedia dalam bentuk kombinasi Oral: 350 mg
aspirin dan kodein.
Kioefenisin Spasme otot, pengobatan jangka pendek. Oral: 800 mg
Klorzoksazon Spasme otot akut dan berat, diminum bersama Oral: 250-750 mg
makan.
Sikobenzaprin Spasme otot pengobatan jangka pendek, Oral: 10 mg
diminum bersama makan.
Metaksalon Spasme otot akut. Oral: 800 mg
Metokarbamol Spasme otot akut pada tetanus. Oral: 1 gr
Orfenadrin Spasme otot akut. Oral: 100 mg
Antiansietas
Diazepam Spasme otot akut dan kronis. Oral: 2-10 mg
Meprobamat Spasme otot. Oral: 400 mg-1,2
gr/hari terbagi
Bekerja pada syaraf perifer
Dantrolen Spasme otot akibat gangguan neurologis Oral: 25 mg/hari
dinaikkan secara
bertahap samapai
100 mg

Perawatan pasien yang mendapat terapi pelemas otot (relaksan):

- Kaji spasme otot: akut-kronik, penyebab, pola, dll.


- Kaji obat-obat yang digunakan.
- Kaji adanya penyakit lain yang menjadi kontra indikasi.
- Pantau kadar enzim hati, terutama pengguna Dantrolen.
- Nasehatkan untuk tidak mengoperasikan mesin/pekerjaan dengan kewaspadaan
tinggi.
- Nasehatkan penggunaan obat spasme akut sentral tak lebih dari 3 minggu.
- Hindarkan dari penggunaan alcohol dan penekan SSP lain karena memperberat
depresi.
- Obat dimakan bersama makan, untuk mengurangi rasa tak enak pada lambung.
- Nasehatkan penghentian obat bertahap, apabila mendadak terjadi rebound spasme
(kekejangan lebih berat).
- Hindarkan pemberian obat pada ibu hamil dan menyusui.
- Evaluasi efek terapi dan kemajuannya.

4. Obat-obat Antikonvulsi dan Antiepilepsi


Epilepsi merupakan serangan kejang (pada 1% populasi) akibat abnormalitas
muatan listrik pada neuron serebral, yang ditandai kejang-kejang disertai kehilangan
kesadaran. Obat antikonvulsi bekerja dengan menekan impuls listrik abnormal dari pusat
kejang yang disebarkan ke daerah kortek lain tanpa menghilangkan penyebab kejang.
Serangan kejang diklasifikasikan internasional menjadi 2 yaitu serangan kejang
umum dan serangan kejang parsial,dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Ciri-ciri serangan kejang umum Ciri-ciri serangan kejang parsial


1. Mengenai kedua hemisper otak. 1. Melibatkan 1 hemisper otak.
2. Kesadaran mungkin hilang. 2. Biasanya keasadaran tak hilang.
3. Kejang tonik-klonik/grand-mal. 3. Serangan kejang simple: dalam
4. Kontraksi otot terus menerus. bentuk motorik, sensorik, otonomik,
5. Petit mal: kehilangan kesadaran psikik.
singkat (< 10 dtk). 4. Serangan kejang
6. Serangan kejang mioklonik komplek/psikomotor: berasal dari
(kedutan setempat) 3-10 dtk. lobus temporalis berupa bingung,
7. Serangan kejang atonik: kepala gangguan daya ingat, perubahan
jatuh, hilangnya postur. perilaku, gerakan diulang-ulang.

Obat-obat Antikonvulsi
Obat Penggunaan dan Informasi Lain Dosis
Hidantoin
Fenitoin Untuk serangan kejang grand-mal dan psikomotor. Dewasa oral (DO):
(dilantin) ESO: hyperplasia gingival dan efek SSP 100 mg/3x. dosis
Batas kadar dalam serum: 10-20 ug/ml pembebanan: 10-
Keterikatan protein (KP): 85-95% 15mg/kg bb. IV:
T ½ : rata-rata 22 jam, ekskresi: ginjal, k.empedu, 50 mg/hari
gastrointestinal. Kadar puncak: 1,5-3 jam, lama maksimal 300
kerja: 6-12 jam mg/hari. Dosis oral
anak (DA): 4-8
mg/kg bb/hari
terbagi.
Mefenition Serangan kejang grand-mal, psikomotor, fokal. DO awal: 50-100
mg, bertahap 100-
200 mg.
DA: awal 50-100
mg, meningkat
100-400 mg/hari
terbagi.

Etotoin Sama di atas DO: 1-3 gr4/hari


(terbagi
DA: 0,5-1 gr/hari
Barbiturate
Fenobarbital Untuk serangan kejang grand-mal, psikomotor, DO: 100-200
status epileptikus. Kategori kehamilan D, T ½ :60- mg/hari terbagi.
120 jam, batas kadar dalam serum: 15-40 ug/ml. DA: 3-6 mg/kg bb/
KP: 20-45%, ekskresi>50% lewat ginjal, kadar hari terbagi.
puncak: 8-12 jam, lama kerja 6-24 jam.

Mefobarbital Serangan kejang grand-mal dan petit mal. DO: 400-600 mg/
hari
DA: 6-12
mg/kgbb/ hari
terbagi

Primidon Sama dengan barbiturate. Batas serum: 5-10 ug/ml DO: 125-250
mg/hari
DA: <8 th : ½ DO
Suksinimid
Etosksinid Serangan kejang petit mal, batas serum 40-100 DO: 25 mg
ug/ml. membuat iritasi lambung. T1/2 : 60 jam
(dws), 30 jam: anak, ekskresi: 25% melalui urine,
takdiubah, kadar puncak: >4 jam, lama kerja 12-
60 jam.

Metsuksinid Serangan kejang petit mal, lebih toksis daripada DO/DA:


etosksinid. 300mg/hari selama
1 minggu

Fensuksinid Sama di atas. DO/DA: 0,5-1 gr


Oksazolidon
Trimetadion Serangan kejang petit mal, banyak ESO, jarang DO: 300-600 mg
digunakan, hindari pada kehamilan. DA: 13 mg/kg bb
atau 300-900
mg/hari terbagi

Parametadion Sama trimetadion. Sama trimetadion


Benzodiazepin
(anti ansietas)
Klonazepam Petit mal,mioklonus,dan status epileptikus. Batas DO: 0,5-1
serum 20-80 ng/ml. T 1/2 : 20- 50 jam. Ekskresi mg,secara bertahap
melalui ginjal dan colon (faeces),kadar puncak 1-2 dosis dinaikkan
jam,lama kerjaa 6-12 jam. sampai kejang
hilang.
DA: 0,01-0,03
mg/kg bb/hari

Korazepat Serangan kerja parsial. DO : 7,5 mg (3 x)


DA : 7,5 mg (2x)

Diazepam Obat pilihan untuk status epileptikus. Dewasa IV:5-10


mg
Anak IV : 1
mg,diberikan
dalam 3 menit
Iminostilben
Karbamazepin Serangan kejang grand-mal,psikomotor dan DO: 200 mg
campuran. Batas serum 5-12 ug/ml. Digunakan DA: 10-20 mg/kg
apabila antikonvulsan lain tidak berespon. bb/hari, terbagi
KP:75%,T1/2 : 25-65 jam,
Eksresi: 75% lewat urine, 25% lewat faeces.
Kadar puncak: 6-12 jam.
Valproat
Asam valproat Serangan kejang grand-mal, petit mal, psikomotor DO/DA: 15-60
dan mioklonik. Batas serum 40-100 ug/ml. hindari mg/kg bb/hari,
penggunaan pada ibu hamil. KP: 90%, T1/2 : 6-16 terbagi
jam,
Eksresi: ginjal, kadar puncak:1-4 jam, lama kerja
24 jam.
Efek samping obat (ESO) dan toksisitas:
Hidantoin:
ESO berupa: mual,muntah,konstipasi,sakit kepala.
Efek merugikan lain:
1. Hyperplasia gingival (pertumbuhan jaringan gusi berlebihan,berwarna merah mudah
berdarah).
2. Efek neurologis dan psikologis berupa kesulitan berbicara,bingung, depresi.
3. Trombositopeni, leukopeni.
4. Menghambat pelepasan insulin sehingga pemakaian lama menyebabkan kenaikan
kadar gula darah.

Barbiturate:

1. Sedasi umum
2. Toleransi

Perawatan pasien dengan pengobatan antikonvulsan:

1. Kaji riwayat sakit dan pengobatan sampai meyakini ditemukannya kontra indikasi daan
obat-obat yang berinteraksi.
2. Kaji jumlah urine 24 jam,apabila < 600 ml/hari berarti gangguan ekskresi obat dan
dapat terjadi kumulasi obat dan toksis.
3. Pantau faal hati dan ginjal melalui pemeriksaan laboratorium terutama SGOT, SGPT,
BUN, GGT untuk melihat adanya gangguan hati dan ginjal.
4. Pantau kadar obat dalam serum, terutama pada pengobatan lama.
5. Pantau adanya kejang, dan efek samping obat, lindungi pasien dari bencana akibat obat
dan kekejangan.
6. Pertahankan status nutrisi pasien karena obat-obat antikonvulsan terutama fenitoin dan
pirimidon menyebabkan mual, muntah dan anoreksi.
7. Nasehatkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang memerlukan kewaspadaan dan
konsentrasi tinggi.
8. Anjurkan pasien untuk melapor kepada perawat atau dokter apabila terjadi ESO, missal
mual, muntah,gingivitis,nistagmus (pergerakan mata cepat).
9. Beritahu pasien yang mendapat Fenitoin bahwa urine akan menjadi merah muda daan
tak berbahaya.
10. Kaji adanya kehamilan, karena diduga obat anti konvulsi terutama fenitoin dan asam
valproat berefek teratogenik.
11. Hindari penggunaan alcohol karena akan memperberat depresi.
12. Nasehatkan agar penghentian obat dilakukan secara bertahap/tidak mendadak karena
penghentian mendadak menyebabkan rebounding kejang sehingga serangan kejang
kambuh lagi.
13. Jaga hygiene mulut dan gusi terutama pada pengobatan fenitoin.
14. Nasehatkan klien untuk mengkonsumsi obat dari dokter dengan patuh dan tidak
menggunakan obat lain diluar resep.
15. Pantau kadar gula darah pada penderita DM yang mendapat fenitoin.
16. Pantau adanya diskrasia darah melalui gejala mimisan, memar kulit, nyeri tenggorokan.
17. Nasehatkan untuk makan obat pada waktu yang sama, bersama makan atau susu. Obat
cair harus dikocok dulu.
18. Jelaskan pada pasien adanya ESO dan toksisitas serta cara mengenali, dan sarankan
untuk segera melaporkan pada perawat atau dokter.
19. Pantau efek terapi obat dan laporkan perkembangannya dengan membandingkan data
dasar.

Anda mungkin juga menyukai