Anda di halaman 1dari 20

Compounding and Dispensing

Franciska Danik Sandrayanti


(2015001213)
Kartika Damayanti
(2015001223)
Feby Kusuma Dewi
(2015001283)
Ita Chaerunisa ANTI
(2015001293) EPILEPSI
Muren Weldimira
(2015001303)
Gejala utama kesadaran
menurun sampai hilang,

Gangguan atau penyakit Adanya bangkitan,


susunan saraf pusat yang biasanya disertai kejang
(konvulsi), hiperaktivitas
timbul spontan dan berulang
otonomik, gangguan
dengan episoda singkat sensorik atau psikik dan
(disebut bangkitan berulang selalu disertai gambaran
atau recurrent seizure); letupan EEG (abnormal
dan eksesif).
Manifestasi Klinik

Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam


kejangnya. Jenis kejang dapat bervariasi antara pasien,
namun cenderung serupa pada satu individu yang sama.

Kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran


somatosensori atau motor fokal.

Kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan


kesadaran.

Ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan


periode perubahan kesadaran hanya sangat singkat (detik).

Kejang tonik klonik umum merupakan episode konvulsif utama


dan selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
Penangan Awal Epilepsi
Penanganan awal status epileptikus meliputi tindakan meletakkan pasien pada posisi
yang aman untuk menghindarkan cedera, membantu respirasi termasuk memberikan
oksigen, mempertahankan tekanan darah, dan koreksi jika terjadi hipoglikemia. Jika
dicurigai adanya penyalahgunaan alkohol maka pertimbangkan pemberian tiamin secara
parenteral, berikan piridoksin bila status epileptikus disebabkan oleh defisiensi
piridoksin.
Status epileptikus mayor sebaiknya diterapi awal dengan lorazepam intravena, dapat
diulang setelah 10 menit bila kejang timbul kembali. Pemberian diazepam intravena
efektif untuk mengatasi kejang, namun obat ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya
tromboflebitis (berkurang pada penggunaan sediaan emulsi). Bila kejang berlangsung
lama atau berulang, atau bila tidak tersedia fasilitas resusitasi, maka sebagai alternatif
dapat diberikan dosis tunggal midazolam secara bukal atau intranasal.
Bila tidak tersedia fasilitas resusitasi, diazepam diberikan sebagai larutan rektal. Injeksi
intramuskular atau supositoria tidak diberikan pada status epileptikus karena
absorpsinya terlalu lambat. Klonazepam dapat pula diberikan sebagai alternatif.
Jika kejang muncul kembali atau gagal memberikan respon dalam 30 menit, dapat
diberikan natrium fenitoin, fosfofenitoin atau natrium fenobarbital.
RS. BHAYANGKARA BRIMOB
Jl. Komjen Pol. M. Yasin Cimanggis Depok
Telp. (021) 87704691

Kelapadua, 15 Maret 2016

R/ Depakene syr I
S1dd I

R/ Phenitoin caps XXX


S2dd I

Pro : Ny. Sepnati


Umur : 54 th
Pangkat/NRP :
Dokter : dr. Manjanty

*Obat tidak boleh diganti tanpa sepengetahuan


Dokter YBS
SKRINNING RESEP
YA TIDAK ANALISIS
Skrinning Administrasi

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Tinggi Badan/Berat Badan

Nama Dokter

Nomor Ijin Praktek

Alamat Dokter

Paraf Dokter

Tanggal Resep

Ruangan/Unit Asal Resep


SKRINNING FARMASETIK YA TIDAK KETERANGAN

Nama Obat

Bentuk Obat Depakene Syrup dan Fenitoin Kapsul

Kekuatan Obat

Dosis Obat Dosis obat tidak dicantumkan

Jumlah Obat

Stabilitas & Ketersediaan Pada wadah tertutup rapat

Aturan Pakai Untuk depakene Syr tidak ada penggunaan untuk


1x1 sendok obat atau makan, tetapi berdasarkan
dosis lazim rendah, maka disimpulkan bahwa
penggunaannya 1x1 sendok obat
Untuk Phenytoin juga tidak ditulis dosis obatnya,
oleh karena itu berdasarkan dosis lazim rendah
maka disimpulkan penggunaan Phenitoin adalah
2x100 mg
Cara & Teknik Penggunaan Tidak ada pemakaian khusus karena merupakan
obat oral
SKRINNING KLINIS YA TIDAK KETERANGAN
Ketepatan Indikasi
Ketepatan Dosis Kurang tepat aturan pemakaian obat
Tidak dicantumkan dosis dalam resep

Ketepatan Waktu Penggunaan Tidak dicantumkan pada resep


Duplikasi Pengobatan Penggunaan depakene sebagai terapi


tambahan

Alergi Obat
Interaksi Obat Asam valproat dapat meningkatkan kadar
fenitoin

Efek Samping Obat Fenitoin : Anemia aplastik, gangguan fungsi


hati, sindrom Steven-Johnson
Valproat : Hepatotoksisitas, lekopeni,
hiperamonemia, trombositopeni, pankreatitis

Kontra Indikasi
Efek Aditif
Depakene Syr (IONI 2008 hal 266; ISO ed 46 hal. 86)

Produsen Abbott

Komposisi Asam Valproik 250 mg/ 5 ml

Indikasi Terapi kejang parsial dan kejang petit mal.

Dosis Dosis awal 15 mg/kgBB/hari. Ditingkatkan dengan interval 1 minggu 5-10 mg/kgBB/hari. Maks 60
mg/kgBB/hari. Dosis sehari > 250 mg harus diberikan dalam dosis terbagi.

Dosis Lazim 2-3 sehari maksimal 750 mg

Kontra Indikasi Gangguan fungsi hati, hipersensitifitas.

Perhatian Anak dengan penyakit metabolik bawaan, hamil, penyakit otak organik.

Efek Samping Hepatotoksisitas, lekopeni, hiperamonemia, trombositopeni, pankreatitis

Interaksi Obat Aspirin, karbamazepin, dikumarol, fenobarbital, fenitoin dapat mempengaruhi kadar obat dalam
serum.

Harga (HNA) Botol 120 ml sirup Rp. 83.850,-


Phenytoin (IONI 2008 hal 328; ISO ed 46 hal. 89)
Produsen Ikapharmindo
Komposisi Fenitoin Na 100 mg
Indikasi Antikonvulsan; Mengontrol serangan epilepsi grand mal dan psikomotor

Dosis Dosis Oral : Dosis awal 3-4 mg/kgBB / hari atau 150-300 mg/hari, Dosis tunggal
atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan bertahap. Dosis pemeliharaan sekitar
100 mg/hari

Dosis Lazim Dosis lazim 300-400 mg/hari, Maksimal 600mg / hari


Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap fenitoin; Wanita hamil dan menyusui

Perhatian Penghentian pengobatan secara tiba-tiba dapat mengakibatkan epileptikus. Hati-


hati pada penderita gangguan fungsi hati.
Efek Samping Anemia aplastik, gangguan fungsi hati, sindrom Steven-Johnson
Interaksi Obat Kloramfenikol, simetidin, asam valproik, INH, beberapa Sulfonamid
Harga (HNA) Kapsul 100 mg
(Rp. 25.564,-)
DEPAKENE SYR (Asam valproik 250mg)
Dewasa :
Dosis lazim 1-2 gram perhari (IONI 2008 hal. 266.)
Dosis Lazim Rendah 500-1000 mg/hari
Pada Resep: 1 x 1 cth per hari (1cth = 250 mg)
1x = 1 x 250 mg
DR tidak sama
= 250 mg
Sehari = 1 x 1 x 250 mg dengan DL
= 250mg rendah

PHENYTOIN (Fenitoin 100 mg)


Dewasa:
Dosis lazim 300-400 mg/hari,
Dosis tunggal/terbagi 2kali sehari.(IONI 2008 hal. 328.)
Pada Resep: 2 x 1 tab per hari (1 tab = 100 mg)
1x = 1 x 100 mg
= 100 mg DR = DL rendah
Sehari = 2 x 1 x 100 mg
= 200mg
NO. OBAT HJA= HNA+ PPN 10% + MARK UP 25% HARGA RESEP =
HJA = HNA X 1,1 X 1,25 (HJA X JUMLAH BAHAN)

1. DEPAKENE HNA = 1 botol sirup 250mg/5ml (Rp. 115.294,- x1 botol) =

SIRUP Rp.83.850,- / 1 botol Rp.115.294,-

Botol sirup HJA = Rp.83.850,- x 1,1 x 1,25

120 ml = Rp. 115.294,-

(Rp. 83.850,-)

2 PHENITOIN HNA = 250 kapsul = Rp. 25.564,- (Rp. 140,- x 30 caps) = Rp.
Kapsul 100 Rp. 25.564,-/ 250 caps 4.200,-
mg = Rp. 102,-
(Rp. 25.564,-) HJA = Rp. 102,- x 1,1 x 1,25
= Rp. 140,-

TOTAL Rp. 119.494,-


Rp. 115.294,-+ Rp. 4.200,-+ Rp. 2000 (biaya pelayanan) ~
Rp. 119.500,-
NO. KATEGORI DRP YA TIDAK

1 Indikasi yang Tidak Ditangani

2 Pilihan Obat yang Kurang Tepat

3 Penggunaan Obat Tanpa Indikasi

4 Dosis Terlalu Rendah

5 Dosis Terlalu Tinggi

6 Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki

7 Interaksi Obat

8 Gagal Menerima Obat


Interaksi yang terjadi antara Phenytoin dengan Depakene
Syr terjadi Interaksi secara farmakokinetik pada proses
distribusi yaitu asam valproik (dan turunannya) dapat
meningkatkan efek farmakologis dari fenitoin dengan
cara menggeser ikatan protein plasma fenitoin sehingga
kadar fenitoin meningkat di dalam darah. Toksisitas
fenitoin bisa terjadi.

Fenitoin juga dapat mempercepat metabolisme CYP2C9


sehingga efek dari asam valproik menurun
1. dilakukan skrinning resep pada resep yang diterima
2. Dilakukan pemeriksaan stok persediaan obat
3. Hargai obat, kemudian diinformasikan harga obat kepada pasien, bila
pasien setuju, maka dilanjutkan proses penyiapan.
4. Obat dimasukkan sesuai dengan jumlahnya ke dalam plastik klip kemudian
diberi etiket putih.
5. Lansung diberi etiket putih pada sediaan sirup.
6. Dieriksa kembali (kesesuaian obat, jumlah, dan jenis obat yang ada pada
resep dengan yang diambil oleh pasien) sebelum diserahkan ke pasien.
7. dilakukan penyerahan obat ke pasien & berikan informasi yang perlu
diketahui pasien pada saat penyerahan
ETIKET
Depakene Syr Phenytoin

APOTEK AA FARMA APOTEK AA FARMA


Jl. Raya Kalimulya No. 22 Depok Jl. Raya Kalimulya No. 22 Depok
Telp. (021) 77829492 Telp. (021) 77829492
APA : Ita Chaerunnisa, S.Farm., Apt. APA : Ita Chaerunnisa, S.Farm., Apt.
SIPA : 2015001293 SIPA : 2015001293

No. R/ : 5 Tgl. 15 Mei 2016 No. R/ : 5 Tgl. 15 Mei 2016

Ny. Sepnati Ny. Sepnati


Sehari 1 kali 1 sendok obat Sehari 2x1 kapsul
Siang, Setelah Makan Pagi dan Malam, Setelah Makan
Penyiapan dan Penyerahan Obat
Terima resep dan skrining resep
Cek persediaan obat
Hitung biaya obat yang harus dibayarkan
Informasikan harga kepada pasien
Jika pasien setuju dan membayar biayanya, beri nomor pada resep dan nomor
yang sama untuk antrian pasien
Ambil 1 botol depakene dan 30 kapsul fenitoin, lalu kemas dan beri etiket pada
masing-masing obat sesuai aturan pakai yang tercantum pada resep
Lakukan pengecekan ulang oleh petugas lain (kesesuaian obat dengan resep)
Penyerahan obat kepada pasien (minta nomor antrian pasien, dicocokkan dengan
nomor pada resep, nama pasien dan nama dokter)
Berikan informasi yang perlu disampaikan, yaitu:
Obat depakene sirup diminum sekali sehari pada siang hari
Obat fenitoin tablet diminum 2 kali sehari pada pagi dan malam 2 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan
Obat-obatan ini tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba
1. Resep kurang lengkap meliputi :
* TB dan BB pasien
* Kekuatan obat
* Dosis Obat
* Aturan pakai
2. Adanya DRP dalam resep yaitu Interaksi antara Asam Valproat
(Depakene) dengan Fenitoin
3. Pada penggunaan awal, dosis Depakene Syr dan Phenitoin pada resep
menggunakan dosis rendah, karena penggunaan obat-obat antiepilepsi
harus dititrasi terlebih dahulu
4. Total harga yang harus dibayar sebesar Rp
119.500,-
5. Obat Antiepilesi tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba karena tubuh
butuh penyesuaian terlebih dahulu terhadap obat-obatan tersebut
Endang, Kustiowati., Suryani Gunadharma., Kurnia Kusumastuti. 2014. Pedoman
Tatalaksan Epilepsi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Surabaya.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi.
Edisi kelima. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI: Jakarta. Hal 187
189.
BPOM RI.2008.Informatorium Obat Nasional Indonesia.Jakarta
ISFI. 2009. ISO Farmakoterapi. Cetakan kedua. PT. ISFI Penerbitan :
Jakarta. Hal 497 500
Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Gangguan kejang pada bayi dan anak.
Volume 3. Jakarta : EGC; 2007.p.2134-40.
Sunaryo, Utoyo. 2007. Diagnosis Epilepsi. Jurnal Ilmiah Kedokteran ISSN
1978-2071. Neurologik FK UWK Surabaya. RSUD dr. Moh. Saleh. Probolinggo
Well B.G, et.all. 2009. Pharmacoterapy Handbook. Seventh Edition. The
McGraw-Hill Companies : New York. Hal 577-580
World Health Organization. Epilepsy : Fact Sheet. 2012. [cited 2013
November 4]. Available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs99/en
THANK YOU...

Anda mungkin juga menyukai