TOPIK 7 “DIURETIKA”
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi I
Dosen Pengampu :
apt. Eva Dania Kosasih,M.Si
DISUSUN OLEH :
TINGKAT II KELAS A
PRODI DIII FARMASI TASIKMALAYA
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA 2021
TOPIK 7
“DIURETIKA”
KASUS 1
Seorang pria berusia 57 tahun didiagnosa mengalami hipertensi. Nyeri dibagian tengkuk dan
pandangan kabur. Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi setiap hari. Riwayat
penyakit pasien yaitu asma. Hasil pemeriksaan menunjukkan Tekanan darah pasien yaitu
160/100 mmHg, suhu tubuh 38,90C. Obat yang diterima pasien yaitu Parasetamol, furosemid
dan propanolol.
Pertanyaan :
Jawaban :
Jawaban :
Jawaban :
Jawaban :
a. Paracetamol : Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat penyebab
peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar prostaglandin di dalam
tubuh, tanda peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang
b. Furosemide : Furosemide bekerja dengan cara menghalangi penyerapan natrium di
dalam sel-sel tubulus ginjal dan meningkatkan jumlah urine yang dihasilkan oleh
tubuh
c. Propranolol : Propranolol merupakan obat golongan beta blocker yang bekerja
dengan menghambat reseptor beta di jantung dan pembuluh darah. Dengan begitu,
denyut jantung dapat lebih teratur, pembuluh darah yang sebelumnya menyempit
dapat melebar, dan aliran darah dapat lebih lancar.
Jawaban :
b. furosemid : Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40
mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resistensi. Anak, 1-3
mg/kg BB sehari, maksimal 40 mg sehari. Oliguria. Dosis awal 250 mg sehari. Jika
diperlukan dosis lebih besar, tingkatkan bertahap dengan 250 mg, dapat diberikan
setiap 4-6 jam sampai maksimal dosis tunggal 2 g (jarang digunakan).
c. Paracetamol : oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari
Jawaban : Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet,
aktivitas fisik, larangan merokok dan pembatasan konsumsi alkohol.
Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut :
1. Penurunan berat badan. Target penurunan berat badan perlahan hingga mencapai
berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan aktivitas fisik
dengan latihan jasmani.
2. Mengurangi asupan garam. Garam sering digunakan sebagai bumbu masak serta
terkandung dalam makanan kaleng maupun makanan cepat saji. Diet tinggi garam
akan meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2
gr/ hari.
3. Diet. Diet DASH merupakan salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada
intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak.
Seperti tomat dan mentimun, pemberian madu.
6. Olah raga. Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur sebanyak 30
menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.
8. Berhenti merokok
Jawaban :
a. FUROSEMID
- Indikasi: udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada
udem pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis
yang kuat dan cepat.
- Peringatan: hipotensi, pasien dengan risiko penurunan tekanan darah, diabetes
melitus, gout, sindrom hepatorenal, hipoproteinemia, bayi prematur.
- Interaksi: glukokortikoid, karbenoksolon, atau laksatif: meningkatkan deplesi
kalium dengan risiko hipokalemia. Antiinflamasi non-steroid (AINS), probenesid,
metotreksat, fenitoin, sukralfat: mengurangi efek dari furosemid. Glikosida
jantung: meningkatkan sensitivitas miokardium. Obat yang dapat memperpanjang
interval QT: meningkatkan risiko aritmia ventrikular. Salisilat: meningkatkan
risiko toksisitas salisilat. Antibiotik aminoglikosida, sefalosporin, dan polimiksin:
meningkatkan efek nefrotoksik dan ototoksik. Sisplastin: memungkinkan adanya
risiko kerusakan pendengaran. Litium: meningkatkan efek litium pada jantung
dan neurotoksik karena furosemid mengurangi eksresi litium. Antihipertensi:
berpotensi menurunkan tekanan darah secara drastis dan penurunan fungsi ginjal.
Probenesid, metotreksat: menurunkan eliminasi probenesid dan metotreksat.
Teofilin: meningkatkan efek teofilin atau agen relaksan otot. Antidiabetik dan
antihipertensi simpatomimetik: menurunkan efek obat antidiabetes dan
antihipertensi simpatomimetik. Risperidon: hati-hati penggunaan bersamaan.
Siklosporin: meningkatkan risiko gout. Media kontras: risiko pemburukan
kerusakan ginjal. Kloralhidrat: mungkin timbul panas, berkeringat, gelisah, mual,
peningkatan tekanan darah dan takikardia.
- Kontraindikasi: gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik, defisiensi
elektrolit, hipovolemia, hipersensitivitas.
- Efek Samping: sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia,
hipotensi, peningkatan kreatinin darah. Umum: hemokonsentrasi, hiponatremia,
hipokloremia, hipokalemia, peningkatan kolesterol darah, peningkatan asam urat
darah, gout, enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan fungsi hati,
peningkatan volume urin. Tidak umum: trombositopenia, reaksi alergi pada kulit
dan membran mukus, penurunan toleransi glukosa dan hiperglikemia, gangguan
pendengaran, mual, pruritus, urtikaria, ruam, dermatitis bulosa, eritema
multiformis, pemfigoid, dermatitis eksfoliatif, purpura, fotosensitivitas. Jarang:
eosinofilia, leukositopenia, anafilaksis berat dan reaksi anafilaktoid, parestesia,
vakulitis, muntah, diare, nefritis tubulointerstisial, demam. Sangat jarang: anemia
hemolitik, anemia aplastik, agranulositosis, tinnitus, pankreatitis akut, kolestasis
intrahepatik, peningkatan transaminase. Tidak diketahui frekuensinya:
hipokalsemia, hipomagnesemia, alkalosis metabolik, trombosis, sindroma
Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, pustulosis eksantema generalisata
akut (Acute Generalized Exanthematous Pustulosis/AGEP), reaksi obat dengan
eosinofilia dan gejala sistemik (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic
Symptom/DRESS), peningkatan natrium urin, peningkatan klorida urin,
peningkatan urea darah, gejala gangguan fungsi mikturisi, nefrokalsinosis
dan/atau nefrolitiasis pada bayi prematur, gagal ginjal, peningkatan risiko
persistent ductus arteriosus pada bayi prematur usia seminggu, nyeri lokal pada
area injeksi.
- Dosis: Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang 20-40
mg sehari, tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resistensi. Anak, 1-3
mg/kg BB sehari, maksimal 40 mg sehari. Oliguria. Dosis awal 250 mg sehari.
Jika diperlukan dosis lebih besar, tingkatkan bertahap dengan 250 mg, dapat
diberikan setiap 4-6 jam sampai maksimal dosis tunggal 2 g (jarang digunakan).
- Cara Menggunakan Furosemide dengan Benar : Ikuti anjuran dokter dan baca
informasi yang tertera pada kemasan obat sebelum menggunakan furosemide.
Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan
dokter. Furosemide tablet dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Minumlah furosemide tablet dengan segelas air putih. Bila Anda lupa
mengonsumsi furosemide tablet, segera konsumsi obat ini begitu teringat, jika
jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat,
abaikan dan jangan menggandakan dosis.
- Penyimpanan : Simpan obat ini dalam suhu ruangan. Hindarkan dari paparan sinar
matahari langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b. PARACETAMOL
- Indikasi : Obat ini digunakan untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang (dari
sakit kepala, periode menstruasi, sakit gigi, sakit punggung, osteoartritis, atau
sakit dan nyeri pilek/flu) dan untuk menurunkan demam
- Cara penggunaan : oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per
hari
- Efek samping : jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi
hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia,
leukopenia, neutropenia), hipotensi juga dilaporkan pada infus, PENTING:
Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat
menyebabkan kerusakan hati
- Cara penyimpanan : Simpan pada suhu kamar jauh dari cahaya dan kelembaban.
Jangan simpan di kamar mandi. Jauhkan semua obat dari anak-anak dan hewan
peliharaan. Jangan membuang obat ke toilet atau membuangnya ke saluran
pembuangan kecuali diinstruksikan. Buang produk ini dengan benar ketika sudah
kadaluwarsa atau tidak lagi diperlukan.
c. PROPANOLOL
- Indikasi: hipertensi; feokromositoma; angina; aritmia, kardiomiopati obstruktif
hipertrofik, takikardi ansietas, dan tirotoksikosis (tambahan); profilaksis setelah
infark miokard; profilaksis migren dan tremor esensial.
- Peringatan: hindari putus obat yang mendadak, terutama pada penyakit jantung
iskemi, blok AV derajat pertama, hipertensi portal (risiko memburuknya fungsi
hati); diabetes; riwayat penyakit paru obstruktif; miastenia gravis; pada
anafilaksis respons terhadap adrenalin berkurang.
- Kontraindikasi: asma, gagal jantung yang tak terkendali, bradikardi yang nyata,
hipotensi, sindrom penyakit sinus, blok AV derajat dua atau tiga, syok
kardiogenik; feokromositoma. Bronkospasme. Beta bloker, termasuk yang
dianggap kardioselektif, seharusnya tidak diberikan kepada pasien dengan riwayat
asma atau bronkospasme. Namun, pada situasi yang sangat jarang dimana beta
bloker harus diberikan pada pasien demikian, dapat diberikan beta bloker yang
kardioselektif dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan spesialis.
- Dosis: oral, hipertensi, dosis awal 80 mg 2 kali sehari, tingkatkan dengan interval
mingguan bila perlu; dosis penunjang 160-320 mg sehari. Hipertensi portal, dosis
awal 40 mg 2 kali sehari, tingkatkan sampai 80 mg 2 kali sehari sesuai dengan
frekuensi jantung; maksimal 160 mg 2 kali sehari.
- Cara Mengonsumsi Propranolol dengan Benar :Ikuti anjuran dokter dan baca
petunjuk pada kemasan obat sebelum mulai mengonsumsi propranolol. Jangan
mengubah dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.Propranolol dapat
dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Gunakan air putih untuk menelan tablet.
Jangan mengunyah, membelah, atau menghancurkan tablet karena dapat
meningkatkan risiko efek samping. Jika lupa mengonsumsi propranolol, segera
minum ketika Anda ingat. Jika sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati
dosis yang terlewat. Jangan menggandakan dosis propranolol untuk menggantikan
dosis yang terlewat.
Seorang wanita (55th) datang kedokter dengan keluhan sering pusing, jantung kadang kala
berdebar-debar dan nyeri hebat di pinggang. Awalnya pasien mengatasi keluhan yang
dirasakannya dengan membeli obat sakit kepala yang banyak di jual di warung secara bebas.
Namun sakit kepala yang dirasakannya tak kunjung reda. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan tekanan darah 160/100 mmHg, kolesterol total 260 mg/dl, kadar LDL 140 mg/dl,
kadar HDL 45 mg/dl, serta kadar asam urat darah tinggi. Pasien tersebut diberi Furosemid 40mg
1x1, Paracetamol 500 mg 3x1, dan simvastatin 10 1x1.
Pertanyaan :
Jawaban : Seorang wanita (55th) datang kedokter dengan keluhan sering pusing,
jantung kadang kala berdebar-debar dan nyeri hebat di pinggang.
Jawaban :
Jawaban :
Udema: Dewasa: dosis awal: 40 mg per hari, dapat diturunkan menjadi 20 mg per
hari
b. Dosis Paracetamol
Tablet Paracetamol 500 mg: 2 tablet 500 mg diminum tiap 4-6 jam
Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang: dosis
5 mg/hari.
Pengaturan dosis dilakukan dengan jarak tidak kurang dari 4 minggu sampai
maksimal 40 mg/hari (diberikan malam hari).
Jawaban :
Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas
fisik, larangan merokok dan pembatasan konsumsi alkohol.
1. Penurunan berat badan. Target penurunan berat badan perlahan hingga mencapai
berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan aktivitas fisik
dengan latihan jasmani.
2. Mengurangi asupan garam. Garam sering digunakan sebagai bumbu masak serta
terkandung dalam makanan kaleng maupun makanan cepat saji. Diet tinggi garam
akan meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2
gr/ hari.
3. Diet. Diet DASH merupakan salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada
intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak.
Seperti tomat dan mentimun, pemberian madu.
6. Olah raga. Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur sebanyak 30
menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.
8. Berhenti merokok
7. Jelaskan informasi obat yang harus diterima pasien!
Jawaban :
a. Furosemid 40mg
Efek Samping :
- Pusing
- Vertigo
- Diare
- Penglihatan buram
- Sembelit
- Kram perut
- Merasa lelah
Penyimpanan : Simpan pada suhu pada suhu antara 15-30 derajat Celcius.
b. Paracetamol 500 mg
Indikasi : untuk meredakan gejala demam dan nyeri pada berbagai penyakit
Efek Samping :
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Muncul sariawan
- Nyeri punggung
- Diare
- Keringat dingin
Perhatian/peringatan :
c. Simvastatin 10mg
Konsumsilah obat ini pada waktu yang sama setiap harinya agar pengobatan efektif.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi obat ini, disarankan untuk segera melakukannya
begitu ingat, jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Efek Samping :
- Bersin-bersin
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Mual
- Sembelit
- Simvastatin juga bisa menyebabkan gangguan pada organ hati. Segera periksakan
diri ke dokter bila muncul gejala di bawah ini:
- Muntah
- Sakit perut
- Merasa sangat lelah
Perhatian/peringatan :
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/806
Pusat Informasi Obat Nasional. Parasetamol. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Available from: http://pionas.pom.go.id/monografi/parasetamol-asetaminofen
https://m.klikdokter.com/obat/furosemide
https://m.klikdokter.com/obat/simvastatin
https://www.alodokter.com/furosemide
https://www.alodokter.com/paracetamol
dr. Tjin willy. 2019. Simvastatin. [Online]. Tersedia :
https://www.alodokter.com/simvastatin#:~:text=Simvastatin%20adalah%20obat
%20untuk%20menurunkan,mencegah%20serangan%20jantung%20dan%20stroke.