Anda di halaman 1dari 48

SISTEM SARAF PUSAT II

KETERANGAN (WAJIB DIBACA)!


1. STABILO WARNA HIJAU ARTINYA GOLONGAN OBAT
2. STABILO WARNA KUNING ARTINYA NAMA OBATNYA
3. STABILO WARNA BIRU ARTINYA FARMAKODINAMIK
TUGAS NYARI GOLONGAN OBAT, GAMBAR SEDIAAN, INDIKASI,
DOSIS, BENTUK SEDIAAN TABLET, EFEK SAMPING, MEKANISME
KERJA. (KALAU DIMODUL KURANG LENGKAP BOLEH CARI
DIGOGGLE ASALKAN PAKE REFERENSI YA GUYS MISALNYA :
SUMBERNYA https://www.alodokter.com/etoricoxib) THNKYU

1. GOLONGAN DOPAMINERGIK SENTRAL (CARI INDIKASI,


EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN,
TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)
a. Prekursor DA:
 Obat adalah Levodopa
Indikasi : meringankan gejala penyakit Parkinson, seperti tubuh
gemetar, otot kaku, dan sulit bergerak. Untuk meningkatkan
efektivitas pengobatan, levodopa sering dikombinasikan dengan
carbidopa atau benserazide.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : levodopa pada gejala parkinsonisme diduga
berdasarkan replesi kekurangan DA korpus striatum
Dosis: Dosis permulaan ialah 3-4 kali 250 mg sehari; bila pasien
bersifat toleran, tiap pemberian dapat dijadikan 500 mg; dan dosis
selanjutnya digunakan dengan 125-250 mg setiap 2-3 hari. Tiap
pemberian tidak melebihi 1,5-2 g dan diberikan setelah makan.
Dosis optimal kira-kira 3-4 g yang tercapai pada minggu ke 6, tetapi
variasi dosis efektif ialah 2-10 g sehari.
Efek samping : Efek piridoksin yang merugikan ini tidak terlihat
setelah pemberian obat penghambat dekarboksilase.

b. Agonis DA
 Obat Bromokriptin
Indikasi : sebagai tambahan 1evodopa pada pasien yang tidak
memberikan respons memuaskan terhadap levodopa; dan untuk
mengatasi fluktuasi respons levodopa dengan atau tanpa karbidopa.
Bromokriptin diindikasikan sebagai pengganti levodopa
bila levodopa dikontraindikasikan.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : Obat ini lebih besar afinitasnya terhadap reseptor
D2 dan merupakan antagonis reseptor D1. Organ yang dipengaruhi
ialah yang memiliki reseptor dopamin yaitu SSP, kardiovaskular,
poros hipotalamus-hipofisis dan saluran cerna.
Dosis: Dosis 1,25 mg, dua kali sehari. Dosis dinaikkan sampai efek
terapi tercapai atau timbul efek samping. Obat sebaiknya diberikan
dengan makanan. Peningkatan dosis dilakukan setiap 2-4 minggu
sebanyak 2,5 mg/hari. Dosis optimum kira-kira 45 mg sehari (20-75
mg) yang dapat dicapai dalam kira-kira 6 minggu (2-15 minggu).
Untuk mengatasi hiperprolaktinemia dosisnya 1,25-2,5 mg;
umumnya pasien berespons baik dengan dosis total 5-7,5 mg/ hari.
Efek samping : sakit kepala atau pusing, sulit tidur atau tidur terus
menerus, mual atau muntah, diare

 Obat Apomorfin
Indikasi : Apomorfln diindikasikan untuk terapi fenomena "off' pada
terapi levodopa/karbidopa.
Bentuk sediaan : Tablet, injeksi, infus
Mekanisme kerja : menstimulasi post-sinapsis pada reseptor
dopamine D2 di dalam caudate-putamen otak.
Dosis: Dosis apomorfln diawali dengan 2 mg dititrasi sampai 6 mg;
pasien dapat membutuhkan lebih dari 3 kali sehari.
Efek samping : halusinasi, diskinesia dan tingkah laku abnormal;
perpanjangan interval Q-T juga dapat terjadi.

 Obat Ropinirol
Indikasi : Ropinirol diindikasikan pada penyakit Parkinson awal atau
lanjut.
Bentuk sidiaan : tablet lepas lambat
Mekanisme kerja : menyeimbangkan kadar zat dopamine di dalam
otak, yang dibutuhkan untuk mengendalikan pergerakan tubuh.
Dosis: Dosis awal tiga kali 0,25 mg/hari ditingkatkan perlahan-lahan
sesual kebutuhan sampai maksimum 24 mg/hari.
Efek samping : penyebab penghentian terapi, ialah mual (3%) dan
halusinasi (4%)

 Obat Pramipreksol
Indikasi : sebagai terapi tambahan dengan levodopa.
Bentuk sediaan : bentuk tablet biasa dan tablet lepas lambat.
Mekanisme kerja : membantu mengembalikan keseimbangan zat
alami tertentu (dopamin) di otak
Dosis obat: Dosis antara 0,5-1,5 mg tiga kali sehari.
Efek samping : mual, konstipasi, mengantuk, insomnia, pusing,
halusinasi

 Pergolid Mesilat
Indikasi : terapi tunggal atau terapi tambahan pada levodopa untuk
penyakit Parkinson jika agonis reseptor dopamin selain turunan
ergot tidak sesuai.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: Untuk hiperprolaktinemia cukup diberikan 1 kali sehari tetapi
untuk parkinsonisme perlu diberikan 2-3 kali sehari.
Efek samping : Nyeri dada (parah), Kejang, Kesulitan bernafas,
Pingsan, Detak jantung cepat atau tidak teratur, Sakit kepala (berat
atau menerus), Demam tinggi

 Lisurid
Indikasi : golongan prolaktin inhibitor, untuk menekan produksi
prolaktin sebagai laktasi. golongan alkaloid ergot, untuk meredakan
migrain.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : menstimulasi reseptor postsynaptic dopamine
secara langsung.
Dosis: Dosis penggunaan Lisuride, terbagi dalam beberapa kondisi,
tergantung pada keadaan pasien. Obat ini hanya untuk pasien dewasa
dan diminum per oral. Untuk menekan hormon prolaktin (laktasi):→
Dosis 0.2mg selama 14 hari, diberikan pada 24jam setelah
mengalami keguguran kandungan (https://idnmedis.com/lisuride).
Efek samping : Pusing, Muntah, Mulut kering, Sembelit, Udem
Perifer, Bekeringat, Halusinasi
2. GOLONGAN ANTIKOLINERGIK SENTRAL (CARI INDIKASI,
EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN,
TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)
 Obat Triheksifenidil
Indikasi : untuk penyakit Parkinson dan parkinsonisme akibat obat.
misalnya gejala ekstrapiramidal.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : melalui efek inhibisi terhadap sistem saraf
parasimpatis.
Dosis: 2 mg, 2-3 kali sehari. Rentang dosis 10-20 mg/hari tergantung
respons.
Efek samping : Pusing atau sakit kepala, Mulut kering, Mual atau
muntah, Konstipasi

 Obat Biperiden HCL


Indikasi : mengatasi penyakit Parkinson dan kelainan-kelainan yang
menyerupai Parkinson.
Bentuk sediaan : Oral atau tablet dan Injeksi pada vena atau otot.
Mekanisme kerja: -
Dosis: 0,5-2 mg, 2-4 kali sehari.

 Obat Laktat Prosiklidin


Indikasi : mengatasi penyakit Parkinson dan kelainan-kelainan yang
menyerupai Parkinson.
Bentuk sediaan : oral dan tablet dan injeksi pada vena atau otot
Mekanisme kerja: -
Dosis: 5 mg, 2-3 kali sehari. Rentang dosis 20-30 mg/hari.
Efek samping : mual, muntah, berkurangnya nafsu makan, mulut
kering atau kehausan, meningkatnya frekuensi buang air kecil

 Obat Benztropin Mesilat


Indikasi : Obat ini bekerja dengan cara mengurangi efek reaksi kimia
tertentu dalam tubuh yang tidak seimbang yang diakibatkan oleh
penyakit Parkinson, terapi obat, atau penyebab lainnya; dengan
mengurangi kekakuan dan meningkatkan kekuatan otot.
Bentuk sediaan : Kapsul, Tablet, Injeksi
Mekanisme kerja: mengurangi efek reaksi kimia tertentu dalam tubuh
yang tidak seimbang yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson, terapi
obat, atau penyebab lainnya; dengan mengurangi kekakuan dan
meningkatkan kekuatan otot.
Dosis: 0,5-1 mg/hari diberikan malam hari. Rentang dosis 4-6
mg/hari.
Secara oral, dewasa 25 mg 3 kali sehari dan untuk anak-anak 5
mg/kg/hari dalam 4 dosis. Secara IM, dewasa 10-50 mg dan anak-
anak dosis oral maksimum 400 mg/hari.
Efek samping : Detak jantung cepat, Sembelit, Mual, Muntah,
Penglihatan kabur, Mulut kering.

a. Ketiga senyawa obat kongenergik triheksifenidil yaitu


 Biperiden
Indikasi : obat untuk mengatasi penyakit Parkinson dan kelainan-
kelainan yang menyerupai Parkinson.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : Oral atau tablet dan Injeksi pada vena atau otot.
Dosis: Dosis untuk penyakit Parkinson: 2 mg diminum 3-4 kali
sehari, dosis dapat dititrasi hingga maksimum 16 mg per 24 jam.
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, rasa kantuk,
euphoria atau disorientasi, retensi urin, pusing saat berdiri,
konstipasi, agitasi, perilaku yang terganggu.
 Sikrimin
Indikasi : obat antikolinergik yang terutama digunakan untuk
pengobatan parkinsonisme.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja: -
Dosis: -
Efek samping -

 Prosiklidin
Indikasi : obat untuk mengobati gejala penyakit Parkinson atau
gerak motorik yang tidak terkendali karena efek samping obat-
obatan psikiatris tertentu.
Bentuk sediaan : tablet, oral
Mekanisme kerja : -
Dosis: Awalnya, 2,5 mg 3 kali sehari setelah makan. Jika tahan,
perlahan tingkatkan sampai 5 mg 3 kali sehari atau dosis minimal
yang diperlukan untuk mengontrol gejala. Bila perlu, berikan dosis
5 mg tambahan pada jam tidur. Jika dosis jam tidur tidak
ditoleransi, total dosis harian mungkin diberikan dalam 3 dosis
terpisah. (https://hellosehat.com/obat-suplemen/procyclidine/).
Efek samping : Mengantuk, pusing, sembelit, rasa panas, mual,
gugup, penglihatan buram, atau mulut kering mungkin muncu

b. Senyawa Antihistamin
 Difenhidramin
Indikasi : antihistamin, antiemetik, anti spamodik; parkinsonisme,
reaksi ekstrapiramidal karena obat; anak dengan gangguan emosi.
Bentuk sediaan : oral dan injeksi.
Mekanisme kerja: menghalangi efek histamin dalam tubuh yang
menyebabkan munculnya reaksi alergi.
Dosis: Difenhidramin 50 mg, 3-4 kali sehari diberikan bersama
levodopa, untuk mengatasi efek ansietas dan insomnia akibat
levodopa.
Efek samping : antikolinergik perifer lemah, sehingga beser ludah
hanya sedikit dipengaruhi

 Klorfenoks-amin
Indikasi : digunakan untuk menangani reaksi alergi, yang di
antaranya diakibatkan oleh rhinitis alergi, dermatitis atopi,
urtikaria, dan konjungtivitis alergi.
Bentuk sediaan : oral
Mekanisme kerja: menghambat kerja zat alami tubuh yang
berperan dalam munculnya reaksi alergi, seperti mata berair,
bersin, batuk, hidung meler, atau hidung tersumbat, karena alergi
atau batuk pilek.
Dosis: 25-50 mg per oral, setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah
100 mg per pemberian atau 300 mg per hari.
(https://www.alomedika.com)
Efek samping : Mulut, hidung, atau tenggorokan terasa kering,
Kantuk, Pusing, Mual atau muntah, Sembelit, Sakit kepala, Gelisah
atau gugup.

 Orfenadrin
Indikasi : digunakan saat istirahat dan terapi fisik untuk mengobati
otot rangka saat sakit atau cidera.
Bentuk sediaan : obat cair
Mekanisme kerja: menghalangi sistem saraf (atau sensasi sakit)
yang akan dikirimkan ke otak Anda.
Dosis: Untuk kondisi musculoskeletal akut 100 mg diminum dua
kali sehari (pagi dan sore) atau 60 mg dengan intermuscular atau
suntikan, dapat diulang setiap 12 jam. Untuk kram kaki 100 mg
diminum saat tidur.
Efek samping : jantung berdetak cepat, dan tidak stabil, bingung,
gelisah, berhalusinasi, kejang-kejang, jarang buang air kecil atau
tidak buang air kecil

 Fenindamin
Indikasi : menghilangkan rasa nyeri ringan sampai dengan sedang
akibat berbagai kondisi. Obat ini dapat digunakan juga untuk
mengurangi nyeri saat haid, meredakan sakit gigi, sakit kepala,
pegal otot dan sendi.
Bentuk sediaan : Kaplet Salut Selaput
Mekanisme kerja : sebagai antikonvulsan dengan cara
meningkatkan efluks atau menurunkan influks ion natrium di
membran neuron pada korteks motorik.
Dosis: -
Efek samping : mengantuk, keluhan saluran cerna, mulut kering,
palpitasi, retensi urin, halusinasi, gelisah, bingung pada dosis tinggi

 klorfenoksamin
Indikasi : untuk meredakan gejala akibat reaksi alergi, rhinitis
alergi, dan common cold.
Bentuk sediaan : Tablet, kaplet, sirop, salep, losion, supositoria,
suntik
Mekanisme kerja: mengatasi tipe alergi yang bersifat eksudatif
akut, seperti manifestasi simtom dari rhinitis alergi, urtikaria, dan
konjungtivitis alergi.
Dosis: 25-50 mg per oral, setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah
100 mg per pemberian atau 300 mg per hari.
(https://www.alomedika.com/)
Efek samping : Mulut, hidung, atau tenggorokan terasa kering,
Kantuk, Pusing, Mual atau muntah, Sembelit, Sakit kepala, Gelisah
atau gugup, Euforia terutama pada anak-anak.
c. Golongan Turunan Fenotiazin
 Etopropazin
Indikasi : untuk gejala penyakit parkinson
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: 10 mg, 4 kali sehari. Dosis ditambah
berangsur-angsur, biasanya tidak melebihi 200 mg
sehari.
Efek samping : Sakit kepala parah, Nyeri dada,
Jantung berdebar, Berkeringat, Mual dan muntah,
Leher kaku atau sakit, Gerakan tubuh yang tidak
dapat terkendali, Halusinasi.

 Prometazi
Indikasi : obat untuk meredakan reaksi alergi, mabuk
perjalanan, mual dan muntah, serta insomnia.
Bentuk sediaan : Tablet, suppositoria, sirop, krim,
suntik
Mekanisme kerja : menghambat kerja histamin,
sehingga bisa meredakan gejala akibat reaksi alergi.
Dosis: Dewasa 25 mg, dikonsumsi pada malam hari.
Dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg, 2 kali
sehari. Anak-anak usia 2–5 tahun 5–15 mg
per hari, dikonsumsi 1–2 kali sehari.
Efek samping : Pusing, Telinga berdenging, Kantuk,
Penglihatan kabur, Gugup, Mulut kering, Kelelahan,
Gangguan tidur atau insomnia.

 Dietazin
Indikasi : Obat Antikolinergik sentral.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja: mengurangi rigiditas & tumor.
Dosis: -
Efek samping : -

3. GOLONGAN DOPAMINO-ANTIKOLINERGIK (CARI


INDIKASI, EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR
SEDIAAN, TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)
 Amantadin
Indikasi : untuk mengatasi penyakit Parkinson.
Bentuk sediaan : Tablet
Mekanisme kerja: menguatkan kembali tremor, rigiditas, dan
bradikinetik yang melemah.
Dosis: Pemberian amantadin dimulai dengan 100 mg sehari. Jika
pasien cukup toleran setelah 1 minggu dosis dapat ditambah menjadi 2
kali 100 mg sehari dan kemudian menjadi 3 kali 100 mg sehari.
Efek samping : disorientasi, depresi, gelisah, insomnia, pusing,
gangguan saluran cema, mulut kering dan dermatitis.
Antidepresan Trisiklik
 lmipramin atau amitriptilin
Indikasi : digunakan untuk mengatasi depresi.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja: menghambat pengambilan kembali amin biogenik
spt E, Serotonin dan dopamin didalam otak.
Dosis: Untuk terapi penyakit Parkinson, imipramin atau amitriptilin
dapat diberikan 10 sampai 25 mg, empat kali sehari; pemberian ini
dapat diteruskan dengan aman untuk waktu yang lama.
Efek samping : Kantuk, Pusing, Mulut kering, Pandangan kabur,
Konstipasi atau justru diare, Kenaikan berat badan, Sulit buang air
kecil, Kulit lebih mudah terbakar matahari (sunburn), Sakit perut,
mual, atau muntah, Gatal atau ruam kulit
4. GOLONGAN PENGHAMBAT ENZIM PEMECAH DOPAMIN
a. Penghambat Monoamin Oksidase-B
 Obat selegilin
Indikasi : untuk penatalaksanaan penyakit Parkinson. Obat ini
dapat digunakan sebagai monoterapi pada fase awal penyakit
Parkinson dan terapi adjuvan bersama levodopa.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja: menghambat deaminasi dopamin sehingga kadar
dopamin di ujung saraf dopaminergik lebih tinggi.
Dosis: 10 mg/hari.
Efek samping : Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis
b. Penghambat Katekoloksimetil Transferase (COMT-Inhibitor)
 Entakapon
Indikasi : ini biasanya akan digunakan bersama obat untuk
Parkinson lain, seperti levodopa atau carbidopa.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja: menghalangi kerja enzim catechol O-
methyltransferase.
Dosis: 200 mg diberikan bersama levodopa/karbidopa sampai
maksimum 5 kali sehari.
Efek samping : lebih sering menimbulkan diare daripada
entakapon

 Tolkapon
Indikasi : terapi tambahan untuk levodopa dengan inhibitor
dekarboksilase dopa pada penyakit Parkinson.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : menghambat zat alami tertentu (enzim COMT)
yang memecah levodopa dalam tubuh
Dosis: 100 mg tiga kali sehari.
Efek samping : diare, konstipasi, dispepsia, nyeri abdomen,
xerostomia, hepatotoksisitas; nyeri dada, confusionl; perubahan
warna urin menjadi gelap
5. GOLONGAN ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS (CARI
INDIKASI, EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR
SEDIAAN, TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)
a. Opium :
 Morfin
Indikasi : untuk meredakan nyeri yang tidak bisa diatasi dengan
analgesik nonnarkotik.
Bentuk sediaan : tablet, oral.
Mekanisme kerja : menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga
tubuh tidak merasakan sakit untuk sementara.
Dosis: Dewasa: 5–20 mg, tiap 4 jam. Anak usia 1–5 tahun: 5 mg,
tiap 4 jam. Dosis maksimal adalah 30 mg. Anak usia 6–12 tahun: 5–
10 mg, tiap 4 jam. (https://www.alodokter.com/morfin)
Efek samping : Mual dan muntah, Sembelit, Gatal, Kehilangan selera
makan, Suhu tubuh lebih rendah, Kesulitan buang air kecil,
Pernapasan lambat, Kantuk

 Kodein
Indikasi : untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang dan untuk
menangani batuk kering yang disertai nyeri.
Bentuk sediaan : Tablet, kapsul, kapsul pelepasan lambat, dan sirop
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja selektif pada reseptor mu, tapi
dengan afinitas jauh lebih lemah daripada morfin.
Dosis: Dosis kodein sebagai antitusif ialah 10 mg untuk orang
dewasa. Dosis ini setara dengan dosis morfin 2-4 mg. Untuk
menimbulkan emesis digunakan 5-10 mg apomorfin subkutan.
Efek samping : Sakit perut, Kesulitan berkemih, Konstipasi, Kantuk,
Kebingungan, Pusing, sakit kepala, atau vertigo, Mulut kering.

 Tebain
Indikasi : digunakan dalam pembuatan-sintetik dan semi sintetik
opioid seperti oxycodone dan etorphine dan beberapa jenis obat
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: -
Efek samping : -

 Papaverin
Indikasi : digunakan untuk meredakan kejang atau spasme pada otot-
otot polos yang mempengaruhi motilitas saluran pencernaan,
termasuk nyeri pada dada, masalah sirkulasi, dan serangan jantung.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : vasodilator yang melemaskan dan melebarkan
otot-otot polos di pembuluh darah.
Dosis: Dalam sediaan tablet adalah 100–300 mg sebanyak 3–5 kali
sehari.
(https://www.alodokter.com/papaverine)
Efek samping : Mengantuk, Lemas, Sakit kepala, Mudah
berkeringan, Nyeri lambung, mual dan muntah, Diare dan sembelit,
Nafsu makan berkurang, Wajah memerah.

b. Peptida Opioid Endogen


 Entefalin
Indikasi : untuk terapi diare atau gastroenteritis akut.
Bentuk sediaan : oral
Mekanisme kerja: petapeptida dengan mengandung asam amino
minimum yang dibutuhkan guna kegiatan opioid
Dosis: -
Efek samping : -

 β−¿Endorfin
Indikasi : sebagai penghilang rasa sakit alami dan bertanggung
jawab atas perasaan senang setelah melakukan aktivitas tertentu.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : sebagai analgesik.
Dosis: -
Efek samping : Meningkatkan risiko terjadinya depresi,
Meningkatnya kecemasan, Meningkatnya rasa sakit dan nyeri di
dalam tubuh, Mengalami gangguan tidur.

 Dinorfin
Indikasi : meredakan nyeri yang tidak bisa diatasi dengan analgesik
nonnarkotik. Hal ini mencakup kondisi pre dan pasca operasi, infark
miokard, dan nyeri pada pasien kanker. Morfin dapat digunakan
pada pasien dengan nyeri hebat atau nyeri yang tidak hilang dengan
analgesik nonnarkotik.
Bentuk sediaan : oral, tablet
Mekanisme kerja : sebagai analgesik.
Dosis: -
Efek samping : Meningkatkan risiko terjadinya depresi,
Meningkatnya kecemasan, Meningkatnya rasa sakit dan nyeri di
dalam tubuh, Mengalami gangguan tidur

c. Agonis
 Kodein
Indilasi : untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang dan untuk
menangani batuk kering yang disertai nyeri.
Bentuk sediaan : Tablet, kapsul, kapsul pelepasan lambat, dan sirop
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja selektif pada reseptor mu, tapi
dengan afinitas jauh lebih lemah daripada morfin.
Dosis: Sebagai antitusif ialah 10 mg untuk orang dewasa. Dosis ini
setara dengan dosis morfin 2-4 mg. Untuk menimbulkan
emesis digunakan 5-10 mg apomorfin subkutan.
Efek samping : Sakit perut, Kesulitan berkemih, Konstipasi, Kantuk,
Kebingungan, Pusing, sakit kepala, atau vertigo, Mulut kering.

 Morfin
Indikasi : meredakan nyeri yang tidak bisa diatasi dengan analgesik
nonnarkotik. Hal ini mencakup kondisi pre dan pasca operasi, infark
miokard, dan nyeri pada pasien kanker. Morfin dapat digunakan
pada pasien dengan nyeri hebat atau nyeri yang tidak hilang dengan
analgesik nonnarkotik.
Bentuk sediaan : oral tablet
Mekanisme kerja : menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga
tubuh tidak merasakan sakit untuk sementara.
Dosis: Dewasa 5–20 mg, tiap 4 jam. Anak usia 1–5 tahun 5 mg, tiap
4 jam. Dosis maksimal adalah 30 mg. Anak usia 6–12 tahun 5–10
mg, tiap 4 jam.
(https://www.alodokter.com/morfin)
Efek samping : Mual dan muntah, Sembelit, Gatal, Kehilangan
selera makan, Suhu tubuh lebih rendah, Kesulitan buang air kecil,
Pernapasan lambat, Kantuk

 Metadon
Indikasi : digunakan sebagai analgesik untuk manajemen nyeri
kronik pada dewasa dan anak.
Bentuk sediaan : Tablet, bubuk, cairan
Mekanisme kerja : mengubah respon sistem saraf dan otak dalam
merespons rasa sakit dan nyeri.
Dosis: Dosis analgetik metadon oral untuk dewasa berkisar antara
2,5- 15 mg, tergantung dari hebatnya nyeri dan respons pasien,
sedangkan dosis parenteral ialah 2,5- 10 mg.
Efek samping : kantuk, pusing, mual, muntah, lelah, sering
berkeringat, mulut kering, konstipasi, mulut kering, atau insomnia

 Meperidin
Indikasi : untuk mengatasi rasa sakit atau nyeri hebat.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: Dosis yang dianjurkan untuk pengobatan diare pada orang
dewasa 20 mg per hari dalam dosis terbagi.
Efek samping : Nafas pendek dan lemah serta detak jantung lemah,
Ngantuk berat, Linglung dan mood cepat berubah, Tremor, gerakan
otot yang tidak dapat kamu kontrol, Kadar kortisol rendah yang
ditandai dengan mual, muntah, kehilangan nafsu makan, pusing.

 Fentanil
Indikasi : agen anestesi untuk pasien yang akan menjalani operasi,
serta untuk manajemen nyeri.
Bentuk sediaan : suntik dan patch transdermal
Mekanisme kerja : memblokir sinyal rasa sakit pada sel saraf yang
menuju otak.
Dosis: secara bolus pada dewasa dengan dosis 1-2 mcg/kgBB atau
25-100 mcg/dosis, atau melalui infus dengan laju 1-2 mcg/kgBB/jam
atau 25-100 mcg/jam.
(https://www.alomedika.com)
Efek samping : Sakit perut, Konstipasi, Mual atau muntah, Kantuk,
Tubuh terasa lemah, Sakit kepala, pusing, atau vertigo, Kulit yang
disuntik atau ditempeli obat terasa gatal atau iritasi.

d. Agonis antagonis
 Buprenorfin
Indikasi : terapi pengganti untuk ketergantungan opioid, dalam
kerangka terapi psikologi, sosial dan medis.
Bentuk sediaan : Tablet sublingual
Mekanisme kerja : berikatan dengan reseptor opioid.
Dosis: Untuk menimbulkan analgesia 0,3 mg IM atau IV tiap 6 jam,
atau 0,4-0,8 mg sublingual. Untuk terapi penunjang pasien
ketergantungan opioid dosis 6-8 mg kurang lebih sama
dengan 60 mg metadon.
Efek Samping: konstipasi, sakit kepala, insomnia, astenia,
mengantuk, mual dan muntah, pusing dan tidak sadarkan diri,
berkeringat; depresi pernafasan, nekrosis hati, halusinasi

 Pentazosin
Indikasi : untuk meredakan nyeri sedang hingga berat. Obat ini juga
digunakan sebagai bagian dari anestesi untuk operasi
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : pada pusat-pusat tertentu di otak sebagai pereda
nyeri.
Dosis: Dewasa adalah 30 mg IV/IM yang dapat diulang tiap 3-4 jam
bila perlu dengan dosis total maksimal 360 mg/hari.
Efek samping : Pernapasan lemah atau dangkal, detak jantung
lambat, Kebingungan, halusinasi, pikiran atau perilaku yang tidak
biasa, Kelemahan yang parah atau pusing, Kejang, Merasa seperti
akan pingsan

 Nalbufin
Indikasi : analgesik opioid yang digunakan dalam pengobatan nyeri.
Bentuk tablet : injeksi
Mekanisme kerja : menghalangi aliran sinyal rasa sakit di otak yang
selanjutnya akan memengaruhi respons tubuh terhadap rasa nyeri.
Dosis: 10–20 mg, melalui suntikan IM/IV/SC, tiap 3–6 jam. Dosis
maksimal: 20 mg per satu dosis atau 160 mg, tiap hari.
(https://www.alodokter.com/nalbuphine)
Efek samping : Mulut kering, Kantuk, lelah, pusing, atau terasa
melayang, Mual atau muntah, Sakit kepala atau pusing, Keringat
yang berlebihan.

e. Antagonis
 Naloxon
Indikasi : pada keadaan emergensi adalah depresi pernapasan akibat
overdosis nalokson. Selain itu, nalokson dapat diberikan untuk
reversal pernapasan pasca pemberian obat opioid terapeutik dan
pasca operasi maupun mengurangi efek samping dari pemberian
opioid secara epidural.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : menghambat efek obat opioid, seperti heroin dan
oxycodone, agar tidak menempel pada reseptor opioid di otak.
Dosis: Naloxone bolus awal diberikan dengan dosis 1,5 μg/kg dan di
lanjut infus kontinyu dengan dosis 4-5 μg/kgBB.
(https://www.alomedika.com)
Efek samping : Hipotensi, Hipertensi, Takikardia dan fibrilasi
ventrikel, Edema paru, Henti jantung, Kematian, koma dan
ensefalopati (kelaainan fungsi otak) dengan penggunaan pasca
operasi

6. KLASIFIKASI OBAT GOLONGAN OPIOID (CARI INDIKASI,


EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN,
TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)
Berdasarkan rumus bangunnya, obat golongan opioid dibagi
menjadi derivat
 Fenantren
Indikasi : senyawa hidrokarbon aromatis berbentuk polisiklik yang
terdiri dari tiga gabungan cincin benzena. Nama fenantrena
(phenanthrene)
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: Dewasa dan anak usia >12 tahun: 10 mg tiap 4 jam, dikonsumsi
sampai 7 hari. Dosis maksimal 60 mg per hari.
Efek samping : mual, muntah, sembelit, nyeri perut, diare, dispepsia,
kembung, perdarahan, nekrosis hati, sakit kuning, hepatitis fulminan
dan gagal hati, sindrom folikel ruptur,sindrom Stevens-Johnson, dan
nekrolisis epidermal toksik

 Fenilheptilamin
Indikasi :
Mekanisme kerja : -
Dosis: Dewasa1–2 kaplet/tablet, tiap 4 jam. Dosis maksimal 4–8
kaplet/tablet per hari. Anak-anak usia 6–12 tahun: 1 kaplet, tiap 4 jam.
Dosis maksimal 4 kaplet per hari.
Efek samping : -
 Fenilpiperidin
Mekanisme kerja : -
Dosis: -
efek samping : -
 Morfinan
Indikasi : untuk meredakan nyeri yang tidak bisa diatasi dengan
analgesik nonnarkotik.
Bentuk sediaan : suntik dan tablet
Mekanisme kerja : menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga
tubuh tidak merasakan sakit untuk sementara.
Dosis: 5–20 mg, tiap 4 jam (tablet).
Efek samping : Sakit kepala, Kram perut, Gugup, Rasa kantuk yang
parah, Konstipasi, Perubahan mood, Sulit berkemih, Mual atau muntah

 Benzomorfan
Indikasi : untuk mengatasi gejala gangguan psikologi seperti gangguan
kecemasan (anxiety disorder) dan insomnia.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: Pada umumnya tergantung pada jenis obat serta kondisi
kesehatan paien.
Efek samping : -

7. MORFIN DAN ALKALOID OPIUM


a. Susunan Saraf Pusat (FARMAKODINAMIK)
1) Narkosis
 Obat morfin
 Obat opioid

2) Analgesia
 Obat morfin
 Obat opioid

3) Eksitasi
 Obat morfin
 Obat opioid

4) Miosis
 Obat morfin
 Obat opioid
5) Depresi Nafas
 Obat morfin
 Obat opioid
 Obat kodein
 Obat dionin
6) Mual dan muntah
 Obat morfin

b. Saluran cerna
Morfin berefek langsung pada saluran cema, bukan melalui efeknya pada
SSP.
7) Lambung
 Obat morfin

8) Usus besar
 Obat morfin

9) Duktus Koledokus
Dosis terapi morfin, kodein, dihidromorfinon dan
metilhidromorfinon
Atropin menghilangkan sebagian spasme ini. Pemberian nalorfin,
amilniltrit secara inhalasi, nitrogliserin sublingual dan aminofilin IV
akan rneniadakan spasme saluran empedu oleh morfin.

c. Sistem Kardiovaskular
 Pemberian morfin
 Pemberian opioid

d. Terhadap nyeri
 Pemberian morfin
 Pemberian opioid

e. Terhadap batuk
 Analgesik opioid

f. Edema paru akut


 Morfin intravena

g. Efek antidiare
 Alkaloid morfin
 difenoksilat
 loperamid

h. Intoksikasi Akut
 lntoksikasi akut morfin atau opioid

i. Sediaan yang mengandung campuran alkaloid


 Misalnya pulvus opii mengandung 10% morfin dari kurang dari 0,5%
kodein.
 Pulvus Doveri mengandung 10% pulvus opii, maka 150 mg
 pulvus Doveri mengandung 1,5 mg morfin.

j. Sediaan yang mengandung alkaloid murni dapat digunakan untuk


pemberian oral· maupun parenteral
 Garam HCl
Indikasi : produksi vinyl chloride, yaitu bahan baku pembuat plastik
PVC atau polyvinyl chloride. - Asam klorida digunakan pula untuk
proses pemurnian.
Bentuk sediaan : oral
Mekanisme kerja : -
Dosis: -
Efek samping : Pusing, Sakit kepala, Frekuensi buang air kecil makin
sering, Sakit perut,  Hilang nafsu makan, Rambut rontok

 Garam sulfat atau fosfat alkaloid morfin


Indikasi : nyeri sedang sampai berat; analgesia obstetrik.
Bentuk sediaan : tablet lepas lambat
Mekanisme kerja : -
Dosis: -
Efek samping : -

 Kodein
Indikasi : meredakan nyeri ringan hingga sedang dan untuk menangani
batuk kering yang disertai nyeri
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja selektif pada reseptor mu, tapi
dengan afinitas jauh lebih lemah daripada morfin.
Dosis: Sebagai antitusif ialah 10 mg untuk orang dewasa. Dosis ini
setara dengan dosis morfin 2-4 mg. Untuk menimbulkan emesis
digunakan 5-10 mg apomorfin subkutan.
Efek samping : Sakit perut, Kesulitan berkemih, Konstipasi, Kantuk,
Kebingungan, Pusing, sakit kepala, atau vertigo, Mulut kering.

8.MEPERIDIN DAN DERIVAT FENILPIPERIDIN LAIN (CARI


INDIKASI, EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR
SEDIAAN, TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)
Obat lain yang mirip dengan meperidin ialah
 Pirimidin
Indikasi : digunakan dalam tata laksana malaria dan toxoplasmosis.
Bentuk sediaan : tablet dan sirup
Mekanisme kerja : -
Dosis:-
Efek samping :
- Gastrointestinal : mual, muntah, diare, nyeri kolik, hepatitis
- Neurologi : nyeri kepala, pusing, insomnia
- Dermatologi : ruam, fotosensitivitas, eritema multiforme, sindroma
Stevens Johnson, toxic epidermal necrolysis
- Hematologi : leukopenia, trombositopenia, anemia, megaloblastik, anemia
hemolitik

- Urologi : kristaluria, hematuria, oliguria

- Efek samping jarang : serum sickness, perikarditis alergi, dan alveolitis


alergi
 ketobemidon
Indikasi : obat penghilang rasa sakit opioid sintetis yang kuat
Bentuk sediaan : tablet salut selaput, kapsul
Mekanisme kerja : -
Dosis: Analgesia setelah 5-10 mg oral atau 5-7,5 mg intravena berlangsung
3-5 jam.
Efek samping : -

 Fenoperidin.
Indikasi : nyeri untuk saluran kemih.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : bersifat anastesi lokal ini dapat memberikan efek
analgesik topikal langsung pada lapisan mukosa saluran kemih.
Dosis: Dewasa dan anak usia >12 tahun: 100–200 mg, 3 kali sehari.
(https://www.alodokter.com/phenazopyridine)
Efek samping : sakit kepala, pusing, sakit perut, gangguan kulit

Lanjutannya!
a. Susunan Saraf Pusat (FARMAKODINAMIK)
Morfin meperidin menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, depresi napas
dan efek sentral lain.
1) Analgesia
 Efek analgetik meperidin
2) Saluran napas
 Meperidin

3) Efek neural lain


Pemberian meperidin

4) Sistem Kardiovaskular
Pemberian dosis terapi meperidin
5) Saluran cerna
Saluran cerna Efek spasmogenik meperidin

6) Otot bronkus
 Meperidin

7) Ureter
Pemberian meperidin

8) Uterus
Meperidin

b. SEDIAAN DAN POSOLOGI (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA
DALAM BENTUK APA, DOSIS)
 Meperidin HCI
Indikasi : menghilangkan pasienan sebagian besar pasien dengan
nyeri sedang atau hebat.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : -
Dosis: 50-100 mg.
Efek samping : Nafas pendek dan lemah serta detak jantung
lemah.Ngantuk berat.Linglung dan mood cepat berubah.Tremor,
gerakan otot yang tidak dapat kamu kontrol.Kadar kortisol rendah
yang ditandai dengan mual, muntah, kehilangan nafsu makan, pusing.

 Alfaprodin HCl
Indikasi : sebagai antidiare
Bentuk sediaan : tablet, sirup
Mekanisme kerja : -
Dosis: Untuk pengobatan diare pada orang dewasa 20 mg per hari
dalam dosis terbagi.
Efek samping : -

 Morfin
Indikaasi : untuk meredakan nyeri yang tidak bisa diatasi dengan
analgesik nonnarkotik.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : menghambat sinyal saraf nyeri ke otak, sehingga
tubuh tidak merasakan sakit untuk sementara.
Dosis: Dewasa 5–20 mg, tiap 4 jam. Anak usia 1–5 tahun 5 mg, tiap 4
jam. Dosis maksimal adalah 30 mg. Anak usia 6–12 tahun 5–10 mg,
tiap 4 jam.
(https://www.alodokter.com/morfin)

Efek samping : Mual dan muntah, Sembelit, Gatal, Kehilangan


selera makan, Suhu tubuh lebih rendah, Kesulitan buang air kecil,
Pernapasan lambat, Kantuk

 Difenoksilat
Indikasi : digunakan sebagai obat kombinasi dengan atropin untuk
pengobatan diare.
Bentuk sediaan : tablet, larutan
Mekanisme kerja : menghambat motilitas saluran pencernaan dan
mempengaruhi otot sirkular dan longitudinal usus.
Dosis: Untuk pengobatan diare pada orang dewasa 20 mg per hari
dalam dosis terbagi.
Efek samping : Mual, Muntah, Kehilangan selera makan, Sakit
kepala, Kegelisahan, Kelelahan, Kebingungan, Perubahan mood,
Ketidaknyamanan perut

 Atropin sulfat
Indikasi : menangani denyut jantung lambat (bradikardia) dan
keracunan insektisida.
Bentuk sediaan : tablet, suntik, tetes mata
Mekanisme kerja : antagonis kompetitif untuk reseptor asetilkolin
muskarinik tipe M1, M2, M3, M4, dan M5, yang akan menyebabkan
inhibisi parasimpatis reseptor asetilkolin di otot polos.
Dosis: Dewasa1–2 mg, setiap 5–60 menit hingga efek racun
menghilang. Untuk kondisi keracunan parah, akan diberikan 2–6 mg
setiap 5–60 menit hingga gejala keracunan menghilang. Dosis
maksimal 50 mg dalam 24 jam pertama. Anak-anak 0,05–0,1
mg/kgBB, diberikan setiap 5-10 menit hingga efek racun menghilang.
(https://www.alodokter.com/atropin)
Efek samping : Mulut, hidung, atau tenggorokan terasa kering,
Konstipasi, Denyut jantung cepat, Hipertemia, Penglihatan kabur atau
mata yang sensitif terhadap cahaya, Pusing, sakit kepala, atau kantuk.

 Loperamid Seperti difenoksilat


Indikasi : memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuter dan longitudinal usus.
Bentuk sediaan : tablet dan sirup
Mekanisme kerja : cara memperlambat gerakan usus.
Dosis: 4- 8 mg per hari.
Efek sampingb: Sembelit, Pusing, Kantuk, Kram perut, Mual
 Fentanil dan derivatnya: Sulfentanil, Alfentanil, dan Remifentanil
Indikasi : anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia
lebih singkat diban-dingkan morfin dan meperidin (sekitar 5 menit),
efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara
bolus, dan relatif kurang mem-pengaruhi kardiovaskular.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : memblokir sinyal rasa sakit pada sel saraf yang
menuju otak.
Dosis: Pada dosis tinggi fentanil dan sulfentanil sering digunakan
sebagai anestetik pada operasi kardiovaskular, atau untuk operasi
pada pasien dengan fungsi jantung yang buruk.
Efek samping : euforia, mual, muntah, dan gatal

9. METADON DAN OPIOID LAIN


 Methadon

I-Metadon merupakan analgesik yang 8-50 kali lebih kuat daripada d-


metadon.
a. Farmakodinamik
1) Susunan Saraf Pusat
Efek analgetik 7,5-10 mg metadon sama kuat dengan efek 10 mg
merlin.

2) Otot Polos
Meperidin, metadon

3) Sistem Kardiovaskular
Metadon

b. Indikasi (KEGUNAAN DRI I-METADON)


Analgesia. Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi

c. Sediaan dan Posologi


Metadon (JELASIN SEDIAAN METADON BESERTA
TERSEDIA DALAM BENTUK APA + DOSIS)
Indikasi : untuk meredakan nyeri berat dan mengobati ketergantungan
opioid.
Bentuk sediaan : sirup
Dosis: Dosis analgetik metadon oral untuk dewasa berkisar antara
2,5- 15 mg, tergantung dari hebatnya nyeri dan respons pasien,
sedangkan dosis parenteral ialah 2,5- 10 mg.
Efek samping : kantuk, pusing, mual, muntah, lelah, sering
berkeringat, mulut kering, konstipasi, mulut kering, atau insomnia

 Propoksifen (JELASIN INDIKASI, DOSIS, TERSEDIA DALAM


BENTUK SEDIAAN APA?, EFEK SAMPING MEKANISME
KERJA, GAMBAR SEDIAAN, BOLEH JUGA SPY LENGKAP
TAMBAHIN FARMAKODINAMIKNYA)
Indikasi : untuk mengobati nyeri ringan dan juga memiliki efek antitusif
dan anestesi lokal.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : analgesik karena kerja sentralnya.
Dosis: Dosis propoksifen untuk orang dewasa biasanya 4 kali 65 mg
sehari, dengan atau tanpa asetosal.
Efek samping : -

10. ANTAGONIS OPIOID


a. Antagonis Opioid ( CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,
MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
 Nalokson
Indikasi : untuk reversal pernapasan pasca pemberian obat opioid
terapeutik dan pasca operasi maupun mengurangi efek samping dari
pemberian opioid secara epidural.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : dengan menghambat efek obat opioid, seperti heroin
dan oxycodone, agar tidak menempel pada reseptor opioid di otak.
Dosis: Naloxone bolus awal diberikan dengan dosis 1,5 μg/kg dan di
lanjut infus kontinyu dengan dosis 4-5 μg/kgBB.
(https://www.alomedika.com)
Efek samping : gatal-gatal,kesulitan bernapas,pembengkakan wajah, bibir,
lidah, atau tenggorokan

 Nalorfin
Indikasi : obat untuk menangkal depresi pernapasan yang dihasilkan oleh
overdosis narkotika.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : dengan menghambat efek obat opioid, seperti heroin
dan oxycodone, agar tidak menempel pada reseptor opioid di otak.
Dosis: Sebagai hidrobromida atau hidroklorida: 5-10 mg diulang setiap
10-15 menit seperti yang diperlukan sampai respirasi pulih. Dosis
maksimal: 40 mg.
(https://hellosehat.com)
Efek samping : gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah,
bibir, lidah, atau tenggorokan

 Levalorfan
Indikasi : digunakan untuk tujuan ini karena nalokson obat yang lebih
baru cenderung digunakan sebagai gantinya.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : dengan menghambat efek obat opioid, seperti heroin
dan oxycodone, agar tidak menempel pada reseptor opioid di otak.
Dosis:-

 Silklazosin
Indikasi : untuk mengatasi rasa mual, mabuk, dan pusing
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : dengan menghambat efek obat opioid, seperti heroin
dan oxycodone, agar tidak menempel pada reseptor opioid di otak.
Dosis: 4 mg, tiap 4-6 jam. Dosis maksimal 24 mg per hari.
(https://health.detik.com)
Efek samping : kantuk

11.AGONIS PARSIAL (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
 Pentazosin
Indikasi : untuk meredakan nyeri sedang hingga berat.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : bekerja pada pusat-pusat tertentu di otak sebagai pereda
nyeri.
Dosis: Dewasa adalah 30 mg IV/IM yang dapat diulang tiap 3-4 jam bila
perlu dengan dosis total maksimal 360 mg/hari.
Efek samping : Pernapasan lemah atau dangkal, detak jantung
lambat.Kebingungan, halusinasi, pikiran atau perilaku yang tidak biasa,
Kelemahan yang parah atau pusing, Kejang, Merasa seperti akan pingsan

 Butorfanol
Indikasi : untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat, seperti nyeri
otot, sakit kepala migrain, atau nyeri akibat operasi.
Bentuk sediaan : injeksi, tablet
Mekanisme kerja : menghambat rangsangan nyeri yang menuju ke otak
dan mengurangi respons nyeri pada otak, sehingga tubuh tidak merasakan
rasa sakit.
Dosis: Dewasa ialah dosis 1-4 mg IM atau 0,5-2 mg IV dan dapat diulang
3-4 jam.
Efek samping : kantuk, rasa lelah, berkeringat, rasa mengambang dan
mual

 Buprenorfin
Indikasi : terapi pengganti untuk ketergantungan opioid, dalam kerangka
terapi psikologi, sosial dan medis.
Bentuk sediaan : Tablet sublingual
Mekanisme kerja : berikatan dengan reseptor opioid.
Dosis: Untuk menimbulkan analgesia 0,3 mg IM atau IV tiap 6 jam, atau
0,4-0,8 mg sublingual. Untuk terapi penunjang pasien ketergantungan
opioid dosis 6-8 mg kurang lebih sama dengan 60 mg metadon.
Efek samping : Pusing atau terasa melayang, Sakit kepala, Kantuk, Mual
atau muntah, Konstipasi, Mulut kering

 Tramadol
Indikasi : obat yang diindikasikan untuk meredakan rasa nyeri sedang
hingga berat.
Bentuk sediaan : kapsul, injeksi, tablet
Mekanisme kerja : mengubah respons otak dalam merasakan sakit
sehingga terjadi efek pereda nyeri.
Dosis: Dosis maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg.
Efek samping : mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit
kepala

12. ANTITUSIF NON-OPIOID (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
 Dekstrometorfan
Indikasi : obat untuk meredakan batuk kering.
Bentuk sediaan : tablet, sirop, dan permen pelega tenggorokan (lozenges).
Mekanisme kerja : menaikkan ambang pusat batuk yang bekerja di sentral
yaitu di otak.
Dosis: Dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.
Efek samping :
- Sistem Gastrointestinal: mual muntah, nyeri perut, diare
- Sistem saraf pusat: pusing, mengantuk, kejang, hiperaktivitas
psikomotor, somnolen, sindrom serotonin, eksitasi, gugup, sensasi mabuk
atau tinggi, insomnia, bingung
- Lainnya: depresi napas, nistagmus

 Noskapin
Indikasi : obat antitusif yang bisa menekan refleks batuk, yaitu dengan
cara menghambat respon dan penumpukan bradikinine yang berperan
dalam merangsang batuk, sehingga obat ini dapat digunakan untuk
meredakan batuk kering.
Bentuk sediaan : tablet, kapsul, kaplet, sirup, dan obat tetes oral.
Mekanisme kerja : sebagai antitusif.
Dosis: 3-4 kali 15-30 mg sehari. Dosis tunggal 60 mg pemah digunakan
untuk batuk paroksismal.
Efek samping : mual atau rasa tidak nyaman di perut

ANALGESIK-ANTIPIRETIK, ANALGESIK ANTIINFLAMASI


NONSTEROID, DAN OBAT GANGGUAN SENDI LAINNYA

13.GOLONGAN AINS COX – NON SELEKTIF (CARI INDIKASI, EFEK


SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA
DALAM BENTUK APA, DOSIS)
 Aspirin
Indikasi : sebagai antipiretik dan antiinflamasi relatif lebih jarang di
Indonesia.
Bentuk sediaan : (tablet, kapsul, kaplet, enteric coated)
Mekanisme kerja : penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan
tromboksan A2.
Dosis: Dosis awal 300–900 mg, dosis dapat diulang setelah 4–6 jam
jika dibutuhkan. Dosis maksimal 4.000 mg per hari.
(https://www.alodokter.com/aspirin#)
EFek samping : Sakit perut atau rasa panas dan terbakar di
dada (Heartburn), Muntah atau mual

 Indometasin
Indikasi : nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus
reumatik dan gangguan muskuloskeletal akut lainnya; gout akut;
dismenorea, penutupan duktus arteriosus
Bentuk sediaan : kapsul
Mekanisme kerja : menghambat enzim yang memproduksi
prostaglandin, yaitu zat yang menyebabkan peradangan.
Dosis: dosis lazimnya 2-4 kali 25 mg sehari. Untuk mengurangi gejala
reumatik di malam hari, indometasin diberikan 50-100 mg sebelum
tidur.
Efek samping : Sakit perut, Mual dan muntah, Diare, Penyakit asam
lambung, Dispepsia, Sakit kepala atau pusing, Sangat mengantuk.

 Ibuprofen
Indikasi : untuk manajemen nyeri, demam serta sebagai obat anti
inflamasi untuk berbagai penyakit seperti rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, juvenile rheumatoid arthritis.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : sebagai antiinflamasi.
Dosis: Sebagai analgesic 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya dosis
optimal pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak
dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Efek sampingb : Perut kembung, Mual dan muntah, Diare atau malah
sembelit, Sakit maag, Pusing, Sakit kepala

 Naproxen
Indikasi : untuk mengurangi nyeri, bengkak, dan kemerahan akibat
peradangan yang disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti penyakit
asam urat, rheumatoid arthritis, juvenile arthritis, atau ankylosing
spondylitis.
Bentuk sediaan : kaplet
Mekanisme kerja : menghambat produksi prostaglandin.
Dosis: Untuk terapi penyakit reumatik sendi adalah 2 kali 250-375 mg
sehari. Bila perlu dapat diberikan 2 kali 500 mg sehari.
Efek samping : Kantuk, Pusing, Mual dan muntah, Sakit kepala, Nyeri
ulu hati dan heartburn, Diare, Konstipasi

 Asam mefenamat
Indikasi : nyeri akut derajat ringan-sedang dan dismenore. Obat ini
juga bisa digunakan untuk tata laksana nyeri pasca operasi.
Bentuk sediaan : tablet, sirup
Mekanisme kerja : dengan cara menghalangi efek enzim yang disebut
cyclooxygenase.
Dosis: 250-500 mg 2-3 kali sehari.
Efek samping : Perut kembung, Mual dan muntah, Diare atau malah
sembelit, Sakit maag, Pusing

 Ketoprofen
Indikasi : nyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan
gangguan otot skelet lainnya, dan setelah pembedahan ortopedik; gout
akut; dismenorea.
Bentuk sediaan : Tablet salut selaput, supositoria
Mekanisme kerja : menghambat enzim cyclooxygenase (COX), yang
bertugas memproduksi prostaglandin.
Dosis: 2 kali 100 mg sehari, tetapi sebaiknya ditentukan secara
individual.
Efek samping : menyebabkan gangguan saluran cerna, dan reaksi
hipersensitivitas

 Meloksikam
Indikasi : digunakan untuk meredakan nyeri dan gejala radang pada
beberapa kondisi, seperti ankylosing spondylitis, rheumathoid arthritis,
atau juvenile idiopathic arthritis.
Bentuk sediaan : tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat biosynthesize prostaglandin yang
merupakan mediator peradangan melalui penghambatan
cyclooxygenase-2 (COX-2), sehingga terjadinya proses peradangan
dapat dihambat.
Dosis: 7,5-15 mg sekali sehari.
Efek samping : Mual atau muntah, Diare, Perut kembung, Pusing atau
sensasi seperti berputar

14.AINS COX -2- PREFERENTIAL (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
 Nimesulid
Indikasi : digunakan untuk berbagai kondisi yang memerlukan aktivitas
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik seperti osteoarthritis, rematik
ekstra-artikular, rasa nyeri dan peradangan setelah intervensi bedah dan
setelah trauma akut dan dismenorea.
Bentuk sediaan : Tablet, sirup, suspensi, dan gel
Mekanisme kerja : menghambat enzim cyclooxygenase-2 secara
selektif.
Dosis; Tidak lebih dari 1 x 200 mg, selama 15 hari.
Efek samping : Rasa tidak nyaman atau terbakar di perut, Diare, mual,
muntah, Perdarahan pada saluran cerna, Stomatitis (sariawan),
Penurunan kadar trombosit (trombositopenia), Buang air kecil
berdarah, Peningkatan produksi enzim hati

 Meloksikam
Indikasi : yang digunakan untuk meredakan nyeri dan gejala radang
pada beberapa kondisi, seperti ankylosing spondylitis, rheumathoid
arthritis, atau juvenile idiopathic arthritis
Bentuk sediaan : Tablet, suppositoria, suntik
Mekanisme kerja : menghambat biosynthesize prostaglandin yang
merupakan mediator peradangan melalui penghambatan
cyclooxygenase-2 (COX-2), sehingga terjadinya proses peradangan
dapat dihambat.
Dosis; 7,5-15 mg sekali sehari.
Efek samping : Mual atau muntah, Diare, Perut kembung, Pusing atau
sensasi seperti berputar

 Nabumeton
Indikasi : adalah obat untuk mengatasi gejala arthritis, seperti bengkak,
nyeri, atau kaku, pada sendi, terutama akibat osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis.
Bentuk sediaan : Tablet salut selaput
Mekanisme kerja : menurunkan produksi prostaglandin yang umumnya
meningkat saat tubuh mengalami cedera atau kerusakan.
Dosis: Dengan dosis 1 gram/hari didapatkan waktu paruh (t ½) sekitar
24 jam (22,5 ± 3,7 jam). Pada kelompok usia lanjut, t ½ ini bertambah
panjang dengan 3-7 jam.
Efek samping : Sakit perut, Mual atau muntah, Diare atau konstipasi,
Kembung atau buang angin, Pusing atau sakit kepala.

 Diklofenak
Indikasi : untuk meredakan gejala osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
ankylosing spondylitis, cedera muskuloskeletal minor, nyeri pasca
operatif dan nyeri menstruasi.
Bentuk sediaan : tablet, kapsul lepas lambat
Mekanisme kerja : inhibitor enzim siklooksigenase yang menurunkan
produksi prostaglandin penyebab inflamasi, demam, dan nyeri,
terutama pada jaringan perifer.
Dosis: Dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau 3 dosis.
Efek samping : Sakit perut atau heartburn, Mual atau kembung, Diare
atau sembelit, Pusing, kantuk, atau sakit kepala.

 Etodolak
Indikasi : untuk meredakan nyeri dan peradangan pada rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, jouvenile rheumathoid arthritis, atau kondisi
nyeri akut lain.
Bentuk sediaan : kapsul
Mekanisme kerja : menghambat pembentukan prostaglandin yang bisa
meningkat jumlahnya saat terjadi kerusakan jaringan.
Dosis: 200-400 mg, 3-4 kali sehari.
Efek samping : Sakit perut, Sembelit atau diare, Kembung, Muntah,
Telinga berdenging, Pusing.

15. AINS COX-2- SELEKTIF (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
1) Generasi 1
 Selekoksib
Indikasi : untuk mengobati rasa sakit dan peradangan pada
osteoarthritis, nyeri akut pada orang dewasa, rheumatoid arthritis,
ankylosing spondylitis, nyeri haid, dan rheumatoid arthritis remaja.
Bentuk sediaan : kapsul
Mekanisme kerja : menghambat enzim cyclooxygenase-2 (COX-2)
yang bertugas memproduksi prostaglandin.
Dosis: Dewasa, dosis awal 400 mg, bila perlu bisa diberikan dosis
lanjutan 200 mg. Dosis perawatan 200 mg, 2 kali sehari.
(https://www.alodokter.com/celecoxib)
Efek samping : Pusing, Perut kembung, Mual, Muntah, Diare atau
sembelit, Gejala pilek, seperti hidung tersumbat, bersin, atau sakit
tenggorokan

 Rofekoksib
Indikasi : mengobati osteoarthritis, rheumatoid arthritis, rheumatoid
arthritis remaja, kondisi nyeri akut, migrain, dan dismenore
Bentuk sediaan : kapsul
Mekanisme kerja : menghambat sistesis prostaglandin melalui
penghambatan cyclooxygenase-2 (COX-2).
Dosis: Dewasa diawali dengan 12,5 mg sekali sehari tetapi
memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi 25 mg sekali sehari.
Dosis maksimal 25 mg per hari.
(https://medicastore.com)
Efek sampingb: nyeri dada, kram otot, diare, sakit kepala, mual,
infeksi saluran pernapasan atas, hipertensi, iskemia, dispepsia,
muntah, sinusitis, sakit perut, bronchitis, dan infeksi saluran kencing.

 Valdekoksib
Indikasi : digunakan dalam pengobatan nyeri ringan hingga sedang.
Bentuk sediaan : oral, supositoria
Mekanisme kerja : -
Dosis: 250-500 mg 2-3 kali sehari.

 Parekoksib
Indikasi : adalah prodrug valdecoxib yang larut dalam air dan dapat
disuntikkan.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : metamizol.
Dosis: Injeksi intravena atau intramuskular, dosis awal 40 mg,
dilanjutkan 20 mg atau 40 mg setiap 6 sampai 12 jam apabila
diperlukan; dosis maksimum 80 mg sehari. Lansia berat badan kurang
dari 50 kg, dosis awal separuh dari dosis lazim awal yang
direkomendasikan; dosis maksimum 40 mg sehari. Anka-anak dan
remaja usia kurang dari 18 tahun tidak direkomendasikan.
(http://ioni.pom.go.id/monografi/parekoksib)
Efek samping : Perut kembung, Mual dan muntah, Diare atau malah
sembelit, Sakit maag, Pusing

 Etorikoksib
Indikasi : meringankan gejala pada terapi osteoartritis, meringankan
nyeri muskuloskeletal kronik, meringankan nyeri akut yang
berhubungan dengan bedah mulut.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : memblokade efek enzim COX-2 yang
memproduksi prostaglandin di pusat inflamasi sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri.
Dosis:Untuk osteoarthritis 60 mg sekali sehari. Untuk gangguan hati
ringan (skor Child-Pugh 5 atau 6) 60 mg sekali sehari; sedang (Child-
Pugh 7-9) 60 mg setiap hari. Hindari obat pada gangguan hati parah
(Child-Pugh ≥10). Untuk rematik 60 mg sekali sehari.
(https://hellosehat.com/obat-suplemen/etoricoxib)
Efek samping : Mual, muntah, Heartburn, sakit perut, atau gangguan
pencernaan, Diare, Pembengkakan pada tungkai atau kaki, Sakit
kepala atau pusing, Mengi, Sulit tidur (insomnia), Kantuk.

2) Generasi 2
 Lumirakoksi
Indikasi : obat antiinflamasi nonsteroid
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : menghambat sistem biosintesis PG yang
merupakan mediator penyebab.
Dosis: -
Efek samping : Mual, muntah, Heartburn, sakit perut, atau gangguan
pencernaan, Diare, Pembengkakan pada tungkai atau kaki, Sakit
kepala atau pusing, Mengi, Sulit tidur (insomnia), Kantuk.

a. Efek Farmakodinamik Antipiretik, Analgesik, Dan Antiinflamasi.


1) Efek Analgesik
 obat mirip-aspirin

2) Efek Antipiretik
 Paracetamol

3) Efek Antiinflamasi
 Aspirin

16. OBAT ANTIINFLAMASI NON-STEROID (CARI INDIKASI, EFEK


SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA
DALAM BENTUK APA, DOSIS)
 Salisilat
Indikasi : sebagai agen keratolitik atau keratoplastik pada penyakit kulit
seperti acne vulgaris (jerawat), veruka vulgaris (common warts), kalus,
psoriasis, dan dermatitis seboroik.
Bentuk sediaan : salep krim
Mekanisme kerja : melarutkan zat-zat dalam tautan antar sel sehingga
terjadi peregangan lekatan korneosit dan perlunakan stratum korneum.
Dosis: Untuk antipiretik dosis salisilat untuk dewasa ialah 325 mg-650
mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 15-20 mg/kgBB,
diberikan tiap 4-6 jam.
Efek samping : Pusing, Diare, Sakit perut, Muntah, Sakit kepala berat,
Telinga berdenging.

 Salisilamid
Indikasi : digunakan untuk mengobati demam dan nyeri.
Bentuk sediaan : kapsul, tablet
Mekanisme kerja : melarutkan zat-zat dalam tautan antar sel sehingga
terjadi peregangan lekatan korneosit dan perlunakan stratum korneum.
Dosis: Dosis analgesik antipiretik untuk orang dewasa 3-4 kali 300-600
mg sehari, untak anak 65 mg/kgBB/hari diberikan 6 kali/hari. Untuk
febris reumatik diperlukan dosis oral 3-6 kali 2 g sehari.
Efek samping : mual, muntah, heartburn, diare dan anoreksia, flushing,
hyperventilation, panas dalam, mulut kering, dan trombositopenic
purpurea

 Diflunisal
Indikasi : ini diformulasikan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang
Bentuk sediaan : oral
Mekanisme kerja : mengurangi kadar prostaglandin, bahan kimia yang
bertanggung jawab untuk rasa sakit, demam, dan
peradangan.
Dosis: Sebagai analgesik ringan sampai sedang dengan dosis awal 500
mg disusul 250-500 mg tiap 8-12 jam. Untuk osteoartritis dosis awal 2
kali 250-500 mg sehari dengan dosis pemeliharaan tidak melampaui 1,5
gram sehari.
Efek samping : nyeri dada, bicara cadel, masalah dengan penglihatan
atau keseimbangan, dan merasa lemah atau sesak napas, tinja berdarah,
batuk darah atau muntah yang terlihat seperti bubuk kopi, demam,
menggigil, nyeri tubuh, gejala flu, kulit pucat atau menguning, urin
berwarna gelap, kebingungan

17.PARA AMINO FENOL (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
 Asetaminofen (parasetamol)
Indikasi : meredakan demam dan nyeri, termasuk nyeri haid atau sakit
gigi.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : menghambat produksi prostaglandin, suatu zat
peradangan dan pemicu demam, dan terutama bekerja di otak.
Dosis: Dewasa 300 mg-1 g per kali, dengan maksimum 4 g per hari; untuk
anak 6-12 tahun : 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari. Untuk
anak 1-6 tahun : 60-120 mg/kali dan bayi di bawah 1 tahun : 60 mg/kali;
pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari.
Efek samping : Mual atau muntah, Sulit tidur, Perut bagian atas terasa
sakit, Urin berwarna gelap, Lelah yang tidak biasa, Penyakit kuning.
18.PIRAZOLON DAN DERIVAT (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,
MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
 Dipiron
Indikasi : pereda nyeri, pereda kejang, dan pereda demam yang juga
memiliki efek antiradang. Ini paling sering diberikan melalui mulut atau
melalui suntikan.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : menurunkan produksi prostaglandin.
Dosis: 0,3-1 gram 3 kali sehari.
Efek sampingb:
- Hipersensitivitas (Syok anafilaksis/anaphylactic shock)
- Kondisi lain: anemia, sindrom Stevens-Johnson, agranulositosis,
trombositopenia, pansitopenia

 Fenilbutazori
Indikasi : untuk mengatasi nyeri dan peradangan pada rematik, penyakit
asam urat (gout), atau osteoarthritis
Bentuk sediaan : Kaplet salut selaput
Mekanisme kerja : menurunkan produksi prostaglandin.
Dosis: Dosis awal 200 mg 2-3 kali sehari selama 2 hari, dengan atau
setelah makan, kemudian kurangi hingga dosis efektif minimum, biasanya
100 mg 2-3 kali sehari; anak berusia di bawah 14 tahun tidak dianjurkan.
(https://pionas.pom.go.id/monografi/fenilbutazon)
Efek samping : Sakit perut atau muntah, Heartburn, Diare atau konstipasi,
Kembung, Pusing, Kantuk, Lemas

 Oksifenbutazon
Indikasi : digunakan untuk meredakan nyeri dan gejala radang pada
beberapa kondisi, seperti ankylosing spondylitis, rheumathoid arthritis,
atau juvenile idiopathic arthritis.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : menurunkan produksi prostaglandin.
Dosis: -
Efek samping : Sakit perut, Mual atau muntah, Diare, Perut kembung,
Pusing atau sensasi seperti berputar

 Antipirin
Indikasi : analgesik, obat antiinflamasi nonsteroid dan antipiretik.
Bentuk sediaan : injeksi, kapsul
Mekanisme kerja : penghambatan sintesis prostaglandin.
Dosis: -
Efek samping : Tukak lambung, Sakit perut, Mual, Kehilangan nafsu
makan, Gastritis

 Aminopirin
Indikasi : obat yang digunakan untuk meredakan beberapa keluhan, seperti
sesak napas, mengi, atau sulit bernapas, yang disebabkan oleh asma,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), bronkitis, atau emfisema.
Bentuk sediaan : Tablet dan suntik
Mekanisme kerja : penghambatan sintesis prostaglandin.
Dosis: Dewasa, 225–450 mg, 2 kali sehari.
(https://www.alodokter.com/aminofilin)
Efek samping : Mual , Muntah, Sakit perut, Nyeri ulu hati, Pusing berputar
atau vertigo, Ruam kulit.

19. FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON (CARI INDIKASI,


EFEK SAMPING, MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN,
TERSEDIA DALAM BENTUK APA, DOSIS)

20.OBAT PIRAI (ASAM URAT) (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
Kolkisin dalam dosis profilaktik, dianjurkan diberikan pada awal terapi
 Allopurinol
Indikasi : untuk menurunkan kadar asam urat akibat penyakit asam urat
(gout) atau terapi kanker yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat
(hiperurisemia
Bentuk sediaan : oral, tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim xanthine oksidase sehingga
menghambat pembentukan asam urat dan juga dapat menghambat sintesis
purin.
Dosis: Untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk
penyakit yang lebih berat. Untuk pasien gangguan fungsi ginjal dosis cukup
100-200 mg sehari. Oasis untuk hiper-urisemia sekunder 100-200 mg sehari.
Untuk anak 6-10 tahun, 300 mg sehari dan anak di bawah 6 tahun, 150 mg
sehari.
Efek samping : demam, menggigil, leukopenia atau leukositosis, eosinofilia,
artralgia dan pruritus

 Probenesid

Indikasi : obat yang diresepkan untuk mengobati penyakit asam urat atau
gout.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : mencegah ginjal menyerap kembali asam urat dan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
Dosis: 2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti dengan 2 kali 500 mg/hari.
Efek samping : gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan reaksi alergi

 Sulfinpirazon
Indikasi : profilaksis gout, hiperurisemia. Peringatan: lihat Probenesid;
dianjurkan secara rutin melakukan hitung darah; hindari pada
hipersensitivitas terhadap AINS; penyakit jantung
Bentuk sediaan : tablet, kapsul
Mekanisme kerja : meningkatkan klirens ginjal untuk asam urat dengan cara
mengurangi reabsorbsi dari asam urat pada tubulus piroksimal
Dosis: 2 kali 100-200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400-800 mg kemudian
dikurangi sampai dosis efektif minimal.
Efek samping : gangguan saluran cerna

 Ketorolak
Indikasi : untuk meredakan nyeri sedang hingga berat. Obat ini sering
digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri.
Ketorolac merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang
memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik.
Bentuk sediaan : suntik
Mekanisme kerja : menghambat produksi senyawa kimia yang bisa
menyebabkan peradangan dan rasa nyeri.
Dosis: Dosis intramukular 30-60 mg; IV 15-30 mg dan oral 5-30 mg.
Efek samping : nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran cerna, kantuk,
pusing dan sakit kepala yang dilaporkan terjadi kira-kira 2 kali plasebo
 Etodolak
Indikasi : untuk meredakan nyeri dan peradangan pada rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, jouvenile rheumathoid arthritis, atau kondisi nyeri akut lain.
Bentuk sediaan : kapsul
Mekanisme kerja : menghambat pembentukan prostaglandin yang bisa
meningkat jumlahnya saat terjadi kerusakan jaringan.
Dosis: 200-400 mg, 3-4 kali sehari.
Efek samping : Sakit perut, Sembelit atau diare, Kembung, Muntah, Telinga
berdenging, Pusing.
Ada 2 kelompok obat penyakit pirai, yaitu obat yang menghentikan proses
inflamasi akut misalnya

 Kolkisin
Indikasi : gout akut, profilaksis jangka pendek selama terapi awal dengan
alopurinol dan urikosurik.
Bentuk sediaan : oral
Mekanisme kerja : menghentikan pembentukan protein khusus, sehingga bisa
mencegah aktivasi dan pergerakan sel darah putih jenis neutrofil ke area
peradangan.
Dosis: 0,5-0,6 mg tiap jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal diikuti 0,5-0,6 mg
tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau gejala saluran cerna timbul.
Efek samping :
Gastrointestinal: nyeri abdomen, diare, mual, muntah.
Neurologi: kebas, kesemutan pada tangan atau kaki, rasa terbakar pada
kulit.
Kardiovaskular : aritmia.
Respirasi: sesak saat beraktivitas.
Muskulus: nyeri atau lemah otot.

 Fenilbutazon
Indikasi : untuk mengatasi nyeri dan peradangan pada rematik, penyakit asam
urat (gout), atau osteoarthritis.

Bentuk sediaan : Kaplet salut selaput


Mekanisme kerja : menurunkan produksi prostaglandin.
Dosis: dosis awal 200 mg 2-3 kali sehari selama 2 hari, dengan atau setelah
makan, kemudian kurangi hingga dosis efektif minimum, biasanya 100 mg 2-
3 kali sehari; anak-anak berusia di bawah 14 tahun tidak dianjurkan.
(https://pionas.pom.go.id/monografi/fenilbutazon)
Efek samping : Sakit perut atau muntah, Heartburn, Diare atau konstipasi,
Kembung, Pusing, Kantuk, Lemas.

 Oksifentabutazon
Indikasi : digunakan untuk meredakan nyeri dan gejala radang pada beberapa
kondisi, seperti ankylosing spondylitis, rheumathoid arthritis, atau juvenile
idiopathic arthritis.
Bentuk sediaan : Tablet, suppositoria, suntik
Mekanisme kerja : menghambat prostaglandin.
Dosis: Dewasa: 7,5–15 mg per hari, Lansia: 7,5 mg per hari, Anak-anak ≥60
kgBB: 7,5 mg per hari (Bentuk tablet). Dewasa: 1 kapsul suppositoria per
hari (Bentuk suppositoria). (https://www.alodokter.com/meloxicam)
Efek samping : Sakit perut, Mual atau muntah, Diare, Perut kembung,
Pusing atau sensasi seperti berputar

 Indometasin;
Indikasi : nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada kasus reumatik dan
gangguan muskuloskeletal akut lainnya; gout akut; dismenorea, penutupan
duktus arteriosus
Bentuk sediaan : kapsul lepas lambat
Mekanisme kerja : menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin,
yaitu zat yang menyebabkan peradangan.
Dosis: Untuk arthritis gout akut dalam dosis 50 mg 3 kali sehari per oral
sampai nyeri dapat ditoleransi. (https://www.alomedika.com)
Efek samping : Sakit perut, Mual dan muntah, Diare, Penyakit asam lambung,
Dispepsia, Sakit kepala atau pusing, Sangat mengantuk.
21.ANTIREUMATIK PEMODIFIKASI PENYAKIT (APP)
 Metrotreksat
Indikasi : psoriasis berat yang tidak terkendali dan tidak responsif terhadap
terapi konvensional; Crohn's disease; keganasan.
Bentuk sediaan : tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat kerja enzim yang penting untuk
pembentukan DNA sel.
Dosis: Sebagai APP, 15-25 mg per minggu dan ditingkatkan sampai 30-35
mg per minggu bila perlu.
Efek samping : Sakit kepala atau pusing, Kantuk, Gusi terasa sakit dan
bengkak, Penurunan selera makan, Mual, muntah, atau sakit perut, Mata
merah, Rambut rontok

 Azatioprin
Indikasi : sebagai terapi tambahan pada transplantasi ginjal alograf untuk
mencegah reaksi penolakan transplan.
Bentuk sediaan : tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menekan kerja sistem imun sehingga membantu tubuh
untuk menerima organ yang baru saja ditransplantasikan.
Dosis: Pada reumatoid artritis diberikan dalam dosis 2
mg/kgBB/hari.
Efek samping : Mual atau muntah, Sakit kepala, Rambut rontok, Ruam
kulit.

 Klorokuinidin Dan Hidroksiklorokuin


Indikasi : obat golongan 4-aminokuinolin yang disintesis.
Bentuk sediaan : tablet, oral
Mekanisme kerja : dengan menghancurkan bentuk eritrosit dari parasit
malaria.
Dosis: 6,4 mg/kgBB/hari.
Efek samping : Sakit kepala, Penglihatan kabur, Kram perut, Mual
atau muntah, Diare, Otot terasa lemah, Kulit lebih sensitif dengan paparan 

 Garam Emas

 Leflunomid
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis
seperti peradangan, pembengkakan, kekakuan, dan nyeri sendi.
Bentuk sediaan : tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim pembentuk protein tertentu yang
dibutuhkan dalam proses pembentukan prostaglandin (senyawa yang
menyebabkan terjadinya reaksi peradangan).
Dosis: Dewasa, 100 mg, 1 kali sehari, selama 3 hari pertama. Dosis
pemeliharan adalah 10–20 mg, 1 kali sehari.
(https://www.alodokter.com/leflunomide)
Efek samping : Sakit punggung, Sakit perut atau heartburn, Rambut rontok,
Mual dan muntah, Diare, Mual, Pusing, Hilang nafsu makan.

 Sulfasalazin
Indikasi : obat antiperadangan yang digunakan untuk meredakan gejala
radang usus atau kolitis ulseratif, berupa nyeri perut, demam, diare, atau
perdarahan pada bagian akhir usus besar (rektum).
Bentuk sediaan : tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menghambat reaksi peradangan di dalam tubuh.
Dosis: Dewasa, dosis minggu pertama 500 mg per hari. Setelah itu, dosis
dapat dinaikkan sebanyak 500 mg tiap minggu. Dosis maksimal 3.000 mg
per hari, yang dibagi ke dalam 2–4 jadwal konsumsi. Anak-anak usia ≥6
tahun: Dosisnya 30–50 mg/kgBB per hari, yang dibagi ke dalam dua
jadwal konsumsi. (https://www.alodokter.com/sulfasalazine)
Efek samping : Nafsu makan berkurang, Pusing atau lelah yang tidak biasa,
Sakit kepala, Nyeri perut, Diare, Mual atau muntah.

22. PENGHAMBAT SITOKIN (CARI INDIKASI, EFEK SAMPING,


MEKANISME KERJA, GAMBAR SEDIAAN, TERSEDIA DALAM
BENTUK APA, DOSIS)
Beberapa obat jenis ini yang sudah ada di pasaran adalah
 Anti-TNF
Indikasi : untuk mencegah kerusakan sendi yang lebih parah akibat
rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, atau psoriatic athritis.
Bentuk sediaan : suntik
Mekanisme kerja : menghambat kerja tumor necrosis factor alpha.
Efek samping : Nyeri, gatal, kemerahan, atau bengkak, di area suntikan,
Sakit kepala, Sakit perut, mual, muntah, atau heartburn, Muncul gejala
pilek, seperti hidung tersumbat atau bersin

 Etanercept
Indikasi : obat untuk menangani psoriasis plak dan juvenile idiopathic
arthritis.
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : menghambat kerja tumor necrosis factor alpha.
Dosis: Dewasa, 25 mg, 2 kali seminggu, atau 50 mg, 1 kali seminggu.
Anak-anak usia ≥12 tahun: 0,4 mg/kgBB, 2 kali seminggu, atau 0,8
mg/kgBB, 1 kali seminggu. (https://www.alodokter.com/etanercept)
Efek samping : Nyeri, gatal, kemerahan, atau bengkak, di area suntikan,
Sakit kepala, Sakit perut, mual, muntah, atau heartburn, Muncul gejala
pilek, seperti hidung tersumbat atau bersin

 Infliximab
Indikasi : obat untuk mengobati rheumatoid arthritis, spondilitis ankilosa,
psoriasis arthritis, psoriasis plak, penyakit Crohn, atau kolitis ulseratif.
Bentuk sediaan : cairan
Mekanisme kerja : memblokir zat kimia alami tubuh bernama faktor
nekrosis tumor alfa (TNF-α).
Dosis: Dewasa, 5 mg/kgBB melalui infus. Dosis bisa diulang 2 minggu dan
6 minggu setelah dosis pertama. Dosis pemeliharaan diberikan tiap 8
minggu sekali. (
https://www.alodokter.com)

Efek samping : Nyeri otot atau sendi, Kebingungan, Mudah memar, Otot
tangan atau kaki terasa lemah, kesemutan, atau mati rasa, Muncul ruam
berbentuk kupu-kupu pada wajah, Rasa sakit, kemerahan, atau
pembengkakan pada tangan atau kaki, Kejang

 Adalimumab
Indikasi : untuk meredakan gejala dari radang sendi, radang usus, atau
radang kulit
Bentuk sediaan : injeksi
Mekanisme kerja : menghambat kerja zat yang menyebabkan peradangan
di dalam tubuh. Dengan begitu, tanda peradangan, seperti nyeri, deman,
dan bengkak akan berkurang
Dosis: Dosis awal 160 mg, dapat diberikan 4x40 mg dalam 1 hari atau
2x40 mg selama 2 hari berturut-turut, kemudian dilanjutkan dengan 80 mg,
15 hari setelah dosis pertama. Dosis perawatan 40 mg setiap 2 minggu
(diberikan 29 hari setelah dosis pertama). (
https://www.alodokter.com)
Efek samping : iritasi serta nyeri dan bengkak pada area suntikan, mual,
sakit kepala, dan nyeri punggung

 Penghambat interleukin-1: Anakira.


Indikasi : menghambat aktivitas interleukin-1 alfa dan beta (IL-1). IL-1
bertanggung jawab memicu respons sistem imun dan peradangan di dalam
tubuh.
Bentuk sediaan : suntik
Mekanisme kerja : menghambat aktivitas interleukin-1 alfa dan beta (IL-
1).
Dosis: Dewasa, 100 mg disuntikan 1 kali sehari. Anak-anak, dosis awal 1-
2 mg/kg disuntikan 1 kali sehari dan dosis maksimum 8 mg/kg disuntikan
1 kali sehari. (https://hellosehat.com/obat-suplemen/anakinra/)
Efek samping : Sakit kepala, Diare, Nyeri sendi, Mual atau muntah, Rasa
sakit, kemerahan, dan iritasi pada area kulit yang disuntik

Anda mungkin juga menyukai