Anda di halaman 1dari 40

INTERAKSI OBAT

SISTEM SARAF PUSAT


Anggota :
Aprillia Dian Partisia 611910040
Ayu Widya Suryawati 611910043
Dieta Dinanda 611910053
Inga Pratiwi 611910059
Irene Caya Wulandari 611910060
Luez Clarita banjarnahor 611910065
Melcy Menas 611910090
ANTIPARKIN
SON
ANTIPARKINSON
Obat Antiparkinson adalah obat-obatan yang dapat mengurangi
efek penyakit parkinson

Pengertian Parkinson
• Penyakit Parkinson atau penyakit gemetaran yang
ditandai dengan gejala tremor, kaku otot, atau kekauan
anggota gerak, gangguan gaya berjalan bahkan dapat
terjadi gangguan persepsi dan daya ingat .
• Penyakit yang terjadi akibat proses degenerasi yang
progresif dari sel-sel otak (substansianigra) sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter
yaitu dopamin
Gejala Umum Terjadinya Parkinson
• Gemetaran, Penderita penyakit Parkinson pada saat beristirahat atau tidak
melakukan aktivitas akan mengalami gemetaran. Gemetaran yang timbul dapat
terjadi pada tangan, kaki, rahang atau kepala
• Kekakuan, Penderita akan mengalami rasa kaku pada otot, rasa sakit pada bahu,
leher, dan sendi-sendi sehingga sulit untuk bergerak
• Hilangnya reflek postural, penderita akan mengalami gangguan keseimbangan tubuh
• Kebekuan, ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang aktif, Ketika akan
berjalan, memutar, berjalan melalui jalan yang sempit penderita akan sulit untuk
melakukannya
• Gejala nonmotor, penderita merasakan sakit seperti
terbakar, perasaan geli, hilangnya motivasi, susah tidur, ataupun
merasakan tekanan. Kebanyakan gejala ini akan memperparah
penderita penyakit Parkinson.
Penggolongan Obat Antiparkinson

Obat Obat
Penghambat
Dopaminergik antikolinergik
MAO
Sentral sentral

Penghambat
Obat Dopamino- catechol-O-
antikolinergik methyltransferase
(COMT)
Obat Dopaminergik Sentral
• Levodopa
Indikasi : Untuk menangani gejala penyakit Parkinson, seperti tubuh gemetar, tubuh menjadi kaku, dan
kesulitan untuk bergerak
Mekanisme kerja : Levodopa dapat mengembalikan kadar dopamine, karena levodopa dipecah menjadi
dopamine di dalam otak, bertambahnya dopamine akan meningkatkan kendali atas pergerakan normal tubuh
Interaksi obat dengan obat lain :
- Menurunkan penyerapan levodopa oleh tubuh, jikan dikonsumsi bersama antidepresan trisiklik
- Menurunkan efektivitas levodopa, jika dikonsumsi dengan obat antipsikotik
- Makin menurunkan tekanan darah, jika dikonsumsi dengan obat antihipertensi
- Terjadi peningkatan risiko aritmia, jika digunakan bersama dengan gas bius
Monitoring
Pemberian levodopa sebaiknya dimulai dengan dosis rendah, dan ditingkatkan secara sedikit-sedikit, dosis
akhir sebaiknya serendah mungkin. Interval antar dosis sebaiknya ditentukan sesuai dengan kebutuhan
pasien. Catatan: bila co-kareldopa digunakan, dosis harian total dari karbidopa minimal 70 mg. Dosis yang
lebih rendah mungkin tidak dapat mencapai inhibisi penuh dopa- dekarboksilase ekstraserebral, dengan tetap
terjadi peningkatan efek samping.Mual dan muntah pada penggunaan co-beneldopa atau co-kareldopa jarang
dapat diatasi dengan pengaturan dosis, namun dapat diatasi dengan pemberian domperidon
• Bromokriptin
Indikasi : Obat ini digunakan pada kondisi akromegalli, dan jika digunakan bersama levodopa dapat
meredakan gejala dan keluhan dari penyakit Parkinson
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara memicu produksi dan kerja hormone dopamine serta mampu
menekan produksi hormone prilaktin
Interaksi obat dengan obat lain :
- Meningkatkan kadar bromokriptin dalam darah jika digunakan dengan erythromycin atau antibiotic
makrolid
- Meningkatkan risiko terjadinya efek samping jika digunakan dengan alkaloid ergot
- Menurunkan efektivitas obat jika digunakan dengan antagonis dopamine, seperti phenothiazine,
butyrophenone, atau thioxanthene
- Menurunkan efektivitas obat domperidone untuk metoclopramide
Monitoring

Bromocriptine diberikan secara peroral. Untuk dewasa, awali dengan sehari 2 kali 1,25 mg saat makan.
Bila perlu tingkatkan dosis sehari menjadi 2,5 mg tiap 14-28 hari. Maksimal 100 mg dalam sehari. Bila
dilakukan penurunan dosis L-Dopa akibat efek sampingnya, dosis bromocriptine dapat dinaikkan secara
bertahap dengan kenaikan sebanyak 2,5 mg. Monitoring terapi yang dilakukan antara lain monitoring status
mental, tekanan darah, chest radiograph, serta munculnya kebingungan dan mual (McEvoy, 2011).
• Carbidopa
Indikasi : untuk mengatasi gejala penyakit Parkinson, seperti tremor dan kaku.
Carbidopa harus dikombinasikan dengan obat untuk penyakit Parkinson lain, seperti
levodopa dan entacapone agar lebih efektif.

Mekanisme kerja : carbidopa bersama entacapone bekerja dengan cara membantu


levodopa untuk masuk ke dalam otak, yang selanjutnya akan dipecah menjadi
dopamine sehingga akan membantu mengurangi keluhan dan gejala penyakit
parkinson

Interaksi obat :
Jangan mengonsumsi carbidopa jika dalam jangka waktu 14 hari sebelumnya
menggunakan obat golongan penghambat monoamin-oksidase (MAOI), seperti
isocarboxazid, karena bisa menimbulkan efek samping yang parah.
Obat antikolinergik sentral
• Trihexyphenidyl
Indikasi : untuk mengurangi kaku otot akibat gejala penyakit parkinson
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara menunjukkan aksi spamolitik (mengatasi kekakuan otot
polos) langsung pada otot polos, midriatik lemah, antisialagogue (mengurangi sekresi kelenjar
saluran nafas), dan efek penyumbatan kardiovagal
Interaksi obat :
Peningkatan risiko terjadinya efek samping jika digunakan bersama obat golongan phenotiazine,
anthistamin, atau clozapine
Peningkatan suhu tubuh dan berkurangnya keringat, jika digunakan bersama obat golongan
antikonvulsan, seperti zonisamide dan topiramate
Peningkatan risiko terjadinya efek iritasi kalium pada saluran pencernaan yang bisa menyebabkan
luka dan pendarahan, jika digunakan bersama suplemen kalium
Monitoring
Penggunaannya harus diawasi serta dimonitor secara hati-hati pada pasien dengan penyakit
jantung atau hipertensi. Triheksifenidil dapat menurunkan mobilitas usus serta menyebabkan
paralytic ileus. Penggunaannya harus diawasi serta dimonitor secara hati-hati pada pasien dengan
penyakit obstruksi pada saluran pencernaan (McEvoy, 2011)
Penghambat MAO
• Selegiline
Indikasi : Penyakit Parkinson, digunakan tunggal atau sebagai tambahan pada levodopa
Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara meningkatkan jumlah hormone dopamine, yaitu dopamine
yang berfugnsi dalam mengendalikan pergerakan.
Interaksi obat :
- Selegiline meningkatkan risiko hipertensi dengan adanya dopamine
- Selegiline meningkatkan bioavaibilitas dengan adanya kontrasepsi oral atau obat pengganti hormon
- Selegiline berpotensi secara fatal menyebabkan sindrom serotonin dengan adanya obat antidepresan
dan agonis serotonin
- Selegiline berpotensi secara fatal menyebabkan hipotensi dengan adanya petidine dan opioid lainnya
monitoring
Terapi dini dengan selegilin dapat menunda kebutuhan akan terapi levodopa untuk beberapa
bulan namun disarankan menggunakan obat lain yang lebih efektif. Pada pasien dengan hipotensi
postural, penggunaan selegilin yang dikombinasikan dengan levodopa sebaiknya dihindari atau
digunakan dengan sangat hati-hati.
Obat Dopamino-antikolinergik
• Pramipexole
Indikasi : dapat meningkatkan kemampuan untuk bergerak dan menurunkan goncangan (tremor), kelakuan,
gerakan melambat, dan ketidakseimbangan.
Mekanisme kerja : bekerja dengan membantu mengembalikan keseimbangan zat alami tertentu (dopamine) di
otak.
Interaksi obat :
- Pramipexole akan menghasilkan efek yang berlawanan jika digunakan bersamaan dengan obat antipsikotik atau
metildopa
- Konsentrasi plasme dari pramipexole akan meningkat jika digunakan bersamaan dengan cimetidine
- Pramipexole akan menambah efek sedative (mengantuk) jika digunakan bersamaan dengan CNS depresan
- Meningkatkan efek hipotensi ortostatik jika digunakan bersamaan dengan antidepresan golongan Monoamin
inhibitor
Monitoring
pramipexole diberikan secara peroral. Dosis untuk dewasa, awali dengan dosis kecil, kemudian ditingkatkan
dosis tiap 5-7 hari sampai tercapai respon terapetik maksimal (McEvoy, 2011). Pada peningkatan dosis lebih
besar dari rentang 1,5-6 mg dalam sehari, terjadi peningkatan insiden munculnya hipotensi postural, mual,
konstipasi, mengantuk, dan amnesia. Bila pramipexole digunakan bersama dengan L-Dopa, perlu dikurangi dosis
L-Dopa.
Penghambat catechol-O-methyltransferase (COMT)

• Entacapone
Indikasi : obat yang mengobati penyakit Parkinson, penggunaan obat entacapone harus juga
diiringi dengan pengonsumsian bersama dengan carbidopa dan levodopa
Mekanisme kerja : obat ini bekerja untuk menghalangi zat enzim COM yang memiliki
kemampuan untuk melakukan pemecahan levodopa tubuh
Interaksi obat :
Berinteraksi dengan penghambat MAO, antidepresan trisiklik dan penghambat reuptake
noradrenalin karena meningkatkan kadar katekolamin dalam tubuh, dengan obat-obatan yang
dimetabolisme oleh COMT ( metildopa, dobutamine, adrenalin).
Monitoring
Penggunaannya harus diawasi serta dimonitor secara hati-hati pada pasien dengan penyakit
jantung atau hipertensi. Triheksifenidil dapat menurunkan mobilitas usus serta menyebabkan
paralytic ileus. Penggunaannya harus diawasi serta dimonitor secara hati-hati pada pasien
dengan penyakit obstruksi pada saluran pencernaan (McEvoy, 2011).
ANTIPSIKOTIK
ANTIPSIKOTIK

Penggunaan utama
antipiskotik untuk
skizofrenia, sindrom otak
Sekelompok obat yang
organik dengan psikosis.
terdiri dari bermacam-
obat ini juga berguna untuk
macam obat yang
pasien yang mengalami
menghambat reseptor
ansietas berat dan
dopamine tipe 2 (D2) sering
menyalahgunakan obat atau
disebut sebagai antispikotik.
alkohol karena
benzodiazepin
dikontraindikasikan bagi
mereka.
Pengelompokan Obat

APG I (Anti APG II (Anti


Psikotik Psikotik
Generasi I) Generasi II)
Disebut Disebut
dengan dengan

Tipikal Atipikal
Antipsikotik tipikal mempunyai cara
Antipsikotik tipikal mempunyai
kerja dengan memblok reseptorcara D2 Mekanisme
kerja dengan
khususnyamemblok reseptor dopamine
di mesolimbik D2
khususnya di mesolimbik
pathways, dopamine
oleh karena itu sering disebut kerja APG I
pathways, olehkarena
juga dengan itu sering
antagonis disebut
reseptor dopamin
juga dengan
(ARD)antagonis reseptorkonvensional.
atau antipsikotik dopamin
(ARD)kerja
atau antipsikotik konvensional.
dari antipsikotik ini menurunkan
kerja dari antipsikotik
hiperaktivitas ini menurunkan
dopamine djalur
hiperaktivitas
mesolimbikdopamine
sehinggadjalur
menyebabkan
mesolimbik
gejalasehingga menyebabkan
positif menurun tetapi ternyata
gejala tida
positif menurun
hanya membloktetapi ternyata
reseptor D2 di
tida hanya memblok
mesolimbik reseptor
tetapi juga diD2tempat
di lain
mesolimbik
sepertitetapi juga
dijalur di tempat lain
mesokortikal, nigrostriatal,
sepertidan
dijalur mesokortikal, nigrostriatal,
tuberkeroinfundibular.
dan tuberkeroinfundibular.
APG IIAPG
mempunyai
II mempunyai
mekanisme
mekanisme
kerja kerja
melaluimelalui
interaksi
interaksi
antaraantara
serotonin
serotonin
dan dan
dopamine
dopamine
pada kepada
4 jalur
ke 4dopamin
jalur dopamin
di di Mekanisme
otak. hal
otak.
inihal
yang
inimenyebabkan
yang menyebabkanefek efek
sampingsamping
EPS lebih
EPSrendah
lebih rendah
dan sangat
dan sangat kerja APG II
efektifefektif
untuk untuk
mengatasi
mengatasi
gejala gejala
negatif.
negatif.

Perbedaan
Perbedaan
APG I APG
dan APG
I danIIAPG
adalah
II adalah
APG I APG
hanyaI hanya
dapat dapat
memblok
memblok
reseptor
reseptor
D2,sedangkan
D2,sedangkan
APG IIAPG
memblok
II memblok
secarasecara
bersamaan
bersamaan
reseptor
reseptor
(5HT2A)(5HT2A)
dan dan
reseptor
reseptor
dopamin
dopamin
(D2). (D2).
APG I - Tipikal
Difenilbutil
Fenotiazine Butirofenon
Piperidine
- Chlorpromazine
- Thioridazine
- Pherpenazine
- Haloperidol - Pimozide
- Trifluoperazine
- Tioxanine

APG II - Atipikal
Benzamide Dibenzodiazepine Benzisoxazole

- Clozapine
- Olanzapine - Risperidone
- Supiride
- Quetiapine - Aripiprazole
- Zotepine
Indikasi Obat
APG I TIPIKAL
Fenotiazine
• Chlorpromazine : meredakan gejala psikosis (mual,muntah atau cegukan)
• Thioridazine : gejala positif Skizofrenia, depresi dengan agitasi, ansietas dan efek hipotim.
• Perfenazine : skizofrenia dan bipolar fase mania.
• Trifluoperazine : skizofernia, psikosis paranoid (gangguan waham menetap), psikosis manik-depresif,
gangguan tingkah laku pada retardasi mental.
• Tioxanine : mengatasi gejala psikotik.

Butirofenon
• Haloperidol : gangguan psikotik, gangguan perilaku pada anak.

Difenilbutil Piperidine
• Pimozide : gangguan skizoprenia kronik untuk memperbaiki sosialisasi.
APG II ATIPIKAL
Benzamide
• Sulpiride : skizofrenia

Dibenzodiazepine
• Clozapine : skzofrenia (termasuk psikosis pada penyakit Parkinson) pada pasien yang tidak respon atau
intoleran dengan obat antipsikotik konvensional.
• Olanzapine : Skizofrenia
• Quetiapine : Skizofrenia
• Zotepine : Skizofrenia

Benzisoxazole
• Risperidone : psikosis akut dan kronik, mania
• Aripiprazole : skizofrenia
Interaksi Obat
1. Antipsikosis + Antipkosis lain

Potensi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak sinergis
antara 2 obat antipsikosis). Misalnya : Chlorpromazine + Reserpine = potensi
efek hipotensif.
2. Antipsikosis + Antidepresan trisiklik

Efek samping antikolinergik meningkat (hati-hati pada pasien dengan


hipertrofi prostat, glaucoma, ileus, penyakit jantung).
3. Antipsikosis + Anti-anxietas

Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh
gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).
4. Antipsikosis + ECT

Angka mortalitas tinggi


5. Antipsikosis + Antikonvulsan

Ambang konvulsi menurun


6. Antipsikosis + Antasida

Efek antipsikosis menurun


Hal-hal yang Perlu di Monitoring dalam
Pemilihan Obat
• pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang
sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping:
sedasi, otonomik, ekstrapiramidal)
• apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah
optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis
lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama).
• apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti-
psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
• apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin)
lebih menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak
terkendali) pada pasien skizofrenia, pilihan obat antipsikosis - atipikal perlu
dipertimbangkan.
ANTIDEPRES
AN
ANTIDEPRESAN
Antidepresan adalah obat yang digunakan unuk mengobati kondisi
serius yang dikarenakan depresi berat. Kadar NT (neurotransmiter)
terutama NE (norepinefrin) dan serotonin dalam otak sangat
berpengaruh terhadap depresi dan gangguan SSP.
Pembagian obat antidepresan dibedakan berdasarkan mekanisme
kerjanya yaitu:

Serotonine
Inhibitor
Selevtive Serotonin Nerephinephrine
Monoamin Trisiklik (TCA)
Reuptake Inhibitors (SSRI) Reuptake
Oksidase
Inhibitor (SNRI)
Selevtive Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRI)

Mekanisme kerja dari SSRI


Fluoxentine Citalopram
adalah menghambat
pengambilan 5-HT
(serotonin) kedalam
neuron presinaptik. Sering
Setraline
digunakan sebagai lini
pertama karena efek
samping yang cenderung
aman.
Fluvoxamine Paroxetine
Trisiklik (TCA)

Amitriptilin
Mekanisme obat golongan
trisiklin ini berkerja dengan
menghambat ambilan dari
norepinefrin dan 5-HT,
Imipramine Klomipramin
menghambat adrenergik,
kolinergik, dan reseptor
histaminergik.
Notriptyline
Obat Anti-depresi TRISIKLIK = TRICYCLIC ANTIDEPRESSANS
(TCA)
Imipramin
Indikasi :Gangguan depresi mayor
Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-300 mg sehari.
Kontra Indikasi : Infark miokard akut
Interaksi Obat : anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat penekan SSP
Perhatian   :  kombinasi  dengan  MAO,  gangguan  kardiovaskular,  hipotensi, gangguan untuk mengemudi, ibu
hamil dan menyusui.

Klomipramin
Indikasi : Depresi, Gangguan obsesif kompulsif, phobia
Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg sehari.
Kontra  Indikasi : Infark miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal jantung, kerusakan hati yang berat,
glaukoma sudut sempit.
Interaksi Obat : dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat neuro adrenergik, dapat meningkatkan efek
kardiovaskular dari noradrenalin atau adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat penekan SSP, alkohol.
Perhatian : terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi kronik, kombinasi dengan beberapa obat
antihipertensi, simpatomimetik, penekan SSP, anti kolinergik, penghambat reseptor serotonin selektif,
antikoagulan, simetidin. Monitoring hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk mengemudi
Amitriptilin
Indikasi : Depresi, Neuropatic pain
Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum 150-300 mg
sehari.
Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum tulang,
kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.
Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama depresan SSP
seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan
depresif SSP termasuk gangguan depresif saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek
antihipertensi.
Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun, glakuoma,
kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epileps
Obat Anti-depresi  SSRI  (Selective  Serotonin  Reuptake  Inhibitors)

Fluoxetin
Indikasi :Depresi (20mg/hari), Bulimia nervosa (60m/hari), Gangguan obsesif kompulsif (20mg/hari)
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi.
Kontra  Indikasi  :  hipersensitif  terhadap  fluoxetin,  gagal  ginjal  yang  berat, penggunaan bersama MAO.
Interaksi  Obat  :  MAO,  Lithium,  obat  yang  merangsang  aktivitas  SSP,  anti depresan, triptofan, karbamazepin,
obat yang terkait dengan protein plasma.
Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan ginjal, gagal jantung, jangan
mengemudi / menjalankan mesin.

Sertralin
Indikasi : Depresi termasuk depresi yang timbul karena ansietas pada pasien dengan atau tanpa riwayat mania,
kelainan obsesif-kompulsif, kelainan stres post-trauma.
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.
Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian       :  pada  gangguan  hati,  terapi  elektrokonvulsi,  hamil,  menyusui, mengurangi kemampuan
mengemudi dan mengoperasikan mesin.
Citalopram
Indikasi : Penyakit depresi, gangguan panik
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg/hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini. 
Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri

Fluvoxamine
Indikasi : Depresi
Dosis  lazim  :  50mg  dapat  diberikan  1x/hari  sebaiknya  pada  malam  hari,
maksimum dosis 300 mg.
Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.
Perhatian     : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO,
insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan laktasi.
Interaksi Obat Antidepresan

• Obat antidepresan yang digunakan dalam mengatasi depresi


mencakup golongan trisiklik, tetrasiklik, monoamine oxydase inhibitor
reversible ̧ selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), dan atipikal.
• Ada beberapa jenis antidepresan SSRIs yang biasa digunakan yaitu:
sertralin, paroxetin, fluoxetin, fluvoxamin, citalopram.
• Interaksi obat dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan tingkat
keparahan dan mekanisme.
Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan

Kategori Mayor
Kombinasi setraline dengan klozapin Kategori Moderate
secara bersamaan dapat meningkatkan
kadar kadar klozapin sehingga dapat
meningkatkan efek farmakologi dan efek Interaksi obat pada penggunaan fluoxetin Kategori Minor
tokisk dari klozapin dengan risperidon dapat meningkatkan
level plasma risperidon
Penggunaan setraline dengan haloperidol Pada interaksi setraline dengan diazepam
dapat menimbulkan terjadinya Interaksi antara fluoxetin dan olanzapin efek yang timbul tidak begitu bermasalah
peningkatan resiko irama jantung tidak dapat meningkatkan efek samping seperti dan dapat diatasi dengan baik sehingga
beraturan yang berpotensi mengancam pusing, mengantuk, kebingungan dan dalam pelaksanaanya dapat
jiwa kesulitan berkonsentrasi dikombinasikan walaupun dalam
Interaksi antara fluoxetin dengan klozapin meminimalkan resiko perlu
dapat meningkatkan efek klozapin yang mempertimbangkan obat alternatif.
merugikan yaitu mengalami kebingungan,
detak jantung cepat, mengantuk,
meneteskan air liur, pingsan dan kejang.
Interaksi Obat Berdasarkan Mekanisme
Farmakokinetika Farmakodinamika
• Kombinasi fluoxetin dengan risperidon • Kombinasi setraline dengan trihexyfenidil
dapat meningkatkan efek obat risperidon dapat menghambat klirens dari risperidon
dengan mempengaruhi metabolisme sehingga kadar plasma risperidon dapat
enzim CYP2DP dihati. Interaksi ini bersifat meningkat
serius akibatnya penggunaan kedua obat
ini perlu mendapatkan perhatian dan
dimonitor secara ketat
• kombinasi antara fluoxetin dan klozapin
dapat meningkatkan level klozapin dengan
mempengaruhi metabolisme enzim
CYP2DP dihati. Peningkatan level klozapin
ini menyebabkan peningkatan efek
farmakologi dan efek toksik, sehingga
diperlukan penyesuaian dosis fluoxetin
Monitoring Pemberian Antidepresan

MONITORING Pemberian TCA dimulai dengan dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap setelah 7-10 hari tidak ada reaksi.
Bila setelah 2 minggu masih tidak ada reaksi, dosis boleh ditingkatkan lagi. Reaksi klinik mungkin terlambat dan dicapai setelah
4 minggu pemberian.
Pada usia lanjut dan pasien dengan gagal ginjal dan hepar, berikan dalam dosis kecil dan titrasi yang lebih bertahap untuk
meminimalkan toksisitas. Penghentian obat secara mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound pada efek samping
kolinergik, oleh karena itu  turunkan dosis secara bertahap sebanyak 25-50 mg setiap 3-7 hari.
Trisiklik (Amitriptyline, Imipramine): efek samping sedatif, otonomik, kardiologi relatif besar. Oleh karena itu, diberikan pada
pasien usia muda (young healthy) yang lebih besar toleransi terhadap efek samping tersebut, dan bermanfaat untuk meredakan
“agitated depression”.

MONITORING Pemberian SSRI dimulai dengan dosis kecil yang ditingkatkan secara bertahap 2-3 minggu. Reaksi optimal didapat
setelah 4-6 minggu. Pada pasien usia lanjut, disfungsi ginjal dan hepar, berikan dosis rendah.puskes dimulai degan dosis tunggal
10 mg pada pagi hari. Reaksi klinis setelah beberapa minggu pemberian. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setelah 2
minggu pemerian menjadi 20 mg, 40 mg dan dosis maksimal adalah 60 mg. Untuk bulimia nervosa dosis awal 60mg/hari.
SSRI (Fluoxetine, Sertraline, dll) efek sedasi, otonomik, kardiologik sangat minimal à untuk pasien dengan “retarded
depression”. Pada usia dewasa & usia lanjut, atau yang dengan gangguan jantung, berat badan lebih, dan keadaan lain yang
menarik manfaat dari efek samping yang minimal.
Monitoring Penggunaan Antidepresan
Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada penderita bahwa ada
tiga fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif :
• Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala : lama terapi 3 bulan
• Fase kelanjutan untuk mencegah relaps : lama terapi 4-9 bulan
• Fase rumatan untuk mencegah rekuren : lama terapi bervariasi

Terapi akut  dan  lanjutan  dianjurkan  untuk  semua  penderita  dengan gangguan depresif mayor
(misal  lama terapi = 7 bulan) Keputusan untuk memberikan terapi rumatan didasarkan pada:
• Jumlah episode sebelumnya
• Beratnya episode sebelumnya
• Riwayat gangguan depresif pada keluarga
• Usia penderita (prognosis memburuk bila lansia)
• Respon terhadap antidepresan
• Menetapnya stresor (pencetus) lingkungan
Cont.

Terapi kumatan dianjurkan bila ada salah satu dari kriteria berikut :
• Tiga atau lebih episode depresif sebelumnya (tanpa memperhatikan usia)
• Dua atau lebih episode sebelumnya dan usia lebih dari 50 tahun
• Satu atau lebih dan usia lebih dari 60 tahun (Depkes, 2007).

Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak
menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam
mengobati depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada
malam hari, dan melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping
yang mengganggu sedikit banyak akan dapat diatasi (Depkes, 2007).
Monitoring Penghentian Antidepresan
Withdrawl syndrome
• Memburuk dengan paroxetin, venlafaxin
• Gejala: pusing, mual, parestesia, cemas/insomnia
• Onset: 36-72 jam
• Durasi: 3-7 hari

Jadwal penurunan dosis/tapering (untuk penderita yang menerima terapi jangka lama) :


• Fluoxetin : umumnya tidak perlu tapering
• Sertralin : penurunan dosis 50 mg setiap 1-2 minggu
• Paroxetin : penurunan dosis 10 mg setiap 1-2 minggu
• Citalopram : penurunan dosis 10 mg setiap 1-2 minggu
• Venlafaxin : penurunan dosis 25-50 mg setiap1-2 minggu
• Nefazodon : penurunan dosis 50-100 mg setiap 1-2 minggu
• Bupropion : umumnya tidak perlu tapering
• Trisiklik : penurunan dosis 1%-25% setiap 1-2 minggu (Depkes, 2007).
• (Keterangan: Risiko kambuh paling besar 1 – 6 bulan setelah penghentian)
Daftar Pustaka
Maslim, R., 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik, Edisi 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.

Maslim, Rusdi, 2013, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas


PPDGJ-III dan DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya

Prihati, dkk. 2016. analisis potensi interaksi obat pada pasien depresi di
instalasi rawat inap RSJD dr. Amino Gondohutomo provinsi jawa tengah.
Sekolah tinggi ilmu farmasi; semarang

Anda mungkin juga menyukai