Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NUR PAZIRA

NIM : 1604051

TUGAS : FARMAKOLOGI I

KELAS : B

1. Buat Resume Video

 Dopamine agonist

Tidak seperti levodopa yang menggantikan dopamin di dalam otak, obat dopamine


agonist bekerja dengan meniru efek dari dopamin tersebut. Walaupun tidak seefektif
levodopa dalam mengobati gejala Parkinson, tetapi dopamine agonist lebih aman dikonsumsi
dalam waktu yang lama. Obat ini pun terkadang diberikan bersamaan dengan levodopa, untuk
memungkinkan penggunaan levodopa dengan dosis yang lebih rendah. 

Namun, dopamine agonist juga dapat menimbulkan efek samping, seperti kelelahan atau


pusing, serta dapat menyebabkan halusinasi dan kebingungan, terutama pada pasien lansia.
Oleh karena itu, meski obat Parkinson ini dapat ditemukan di apotik, pembelian dan
penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter. Adapun beberapa contoh obat dopamine
agonist, yaitu pramipexole, ropinirole, atau rotigotine.

 MAO-B inhibitors

Monoamine oxidase-B (MAO-B) inhibitors, seperti selegiline, rasagiline, dan safinamide,


adalah alternatif lain dari obat levodopa untuk mengobati Parkinson pada tahap awal. Obat ini
bekerja dengan cara memblokir efek dari enzim monoamine oxidase-B yang dapat memecah
dopamin. 

Obat ini pun tidak seefektif levodopa dalam meringankan gejala Parkinson. Meski demikian,
MAO inhibitors umumnya dapat ditoleransi dengan sangat baik oleh tubuh, dan juga sering
diberikan bersama dengan levodopa atau dopamine agonist agar lebih efektif. Adapun efek
samping yang ditimbulkan bisa berupa, sakit kepala, mual atau sakit perut, tekanan darah
tinggi, hingga insomnia. 

 Catechol O-methyltransferase (COMT) inhibitors


Obat kelas COMT inhibitors, yaitu entacapone (Comtan), biasanya diresepkan untuk orang
yang menderita penyakit Parkinson tahap lanjut. Jenis obat ini bekerja dengan
memperpanjang efek levodopa dengan memblokir enzim COMT yang bisa memecah
dopamin.

Beberapa efek samping yang mungkin timbul dari obat ini, seperti diare, mual, atau
muntah. Adapun obat jenis COMT inhibitor lainnya, seperti Tolcapone, jarang diresepkan
dokter karena berisiko menimbulkan kerusakan hati yang serius dan gagal hati.

Antikolinergik

Obat antikolinergik, seperti benztropine atau trihexyphenidyl, sering diresepkan dokter untuk
mengontrol tremor dan kekakuan otot yang kerap terjadi pada penderita Parkinson. Meski
demikian, obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang pada pasien
lanjut usia karena komplikasi atau efek samping serius yang mungkin timbul. 

Adapun efek samping yang mungkin timbul dari konsumsi obat antikolinergik adalah
penglihatan kabur, gangguan memori, kebingungan, halusinasi, mulut kering, konstipasi atau
sembelit, dan gangguan buang air kecil.

2. Buat Rangkuman materi yang terdiri dari topik berikut :

A. definisi parkinson

Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang
berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit ini
adalah terjadinya tremor atau gemetaran.

B. patofisiologi dan etiologi penyakit parkinson

patofisiologi

gejala awal penyakit Parkinson adalah: Merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian
tubuh. Gemetaran halus pada salah satu tangan saat beristirahat. Setelah gejala awal tersebut,
selanjutnya akan muncul gejala-gejala lain yang mungkin dialami oleh penderita, seperti:
Tremor makin parah dan menyebar. Otot terasa kaku dan tidak fleksibel. Pergerakan menjadi
lambat. Berkurangnya keseimbangan dan juga koordinasi tubuh. Penderita penyakit
Parkinson juga bisa mengalami gejala fisik lainnya (misalnya konstipasi, sulit tidur atau
insomnia, kehilangan indera penciuman atau anosmia, serta masalah daya ingat) dan gejala
psikologis (misalnya cemas dan depresi).

etiologi
Penyebab Penyakit Parkinson Penyakit Parkinson memengaruhi bagian kecil dari otak tengah
yang bernama susbstantia nigra. Fungsi dari substantia nigra adalah mengirim pesan ke
berbagai saraf di  tulang belakang yang berfungsi mengendalikan otot-otot pada tubuh. Pesan
akan dikirimkan dari sel otak ke saraf dan otot dengan memanfaatkan senyawa kimia yang
disebut neurotransmiter. Salah satu neurotransmiter utama yang dihasilkan oleh sel otak di
substantia nigra adalah dopamine. Pengaturan gerakan dari tubuh sangat dipengaruhi oleh
dopamine. Saat jumlah dopamine menurun akan menyebabkan aktivitas otak akan terganggu.
Inilah yang menyebabkan munculnya tanda-tanda dan gejala penyakit Parkinson. Penyebab
menurunnya dopamine ini masih belum diketahui. Tapi terdapat beberapa faktor yang bisa
memicu hal ini, seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan.

C. manifestasi klinik penyakit parkinson 

• Umum

– Gejala mulai pada satu sisi (hemiparkinsonism)

– Tremor saat istirahat – Tidak didapatkan gejala neurologis lain.

– Tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologi

– Perkembangan lambat

– Respon terhadap levodopa cepat dan dramatis

– Reflek postural tidka dijumpai pada awal penyakit

• Khusus

Gejala motorik pada Penyakit Parkinson

1.Tremor :
• Laten

• Tremor saat istirahat

• Tremor yang bertahan saat istirahat

• Tremor saat gerak disamping adanya tremor istirahat

2. Rigiditas

3. Akinesia/Bradikinesia

• Kedipan mata berkurang

• Wajah seperti topeng

• Hipofonia (suara kecil)

• Liur menetes

• Akathisia/Takhikinesia (gerakan cepat yang tak terkonirol) Mikrografia: tulisan semakin


mengecil

• Cara berjalan : langkah kecil-kecil

• Kegelisahan motorik (sulit duduk atau berdiri)

D. farmakologi obat parkinson (termasuk didalam nya mekanisme oerja obat dan
farmakokinetik dan efek samping obat) : 1. Levodopa dan carbidopa, 2. selegiline dan
rasagiline, 3. penghambat katekol-O-metiltransferase, 4. Agonis Reseptor dopamin, 5.
Amantadine, 6. Obat Antimuskarinik 

1. Levodopa dan carbidopa

Levodopa, suatu asam amino prekursor dopamin, bekerja dengan cara menggantikan


dopamin striatal yang hilang. Obat diberikan bersama dengan suatu inhibitor dopa-
dekarboksilase ekstraserebral yang akan mencegah konversi perifer levodopa menjadi
dopamin, sehingga efek samping seperti mual, muntah dan efek kardiovaskular dapat
dikurangi. Oleh karena itu, kadar efektif dopamin-otak dapat dicapai dengan dosis levodopa
yang lebih rendah. Inhibitor dopa-dekarboksilase ekstraserebral yang digunakan bersama
dengan levodopa adalah benserazid (pada co-beneldopa) dan karbidopa (pada co-kareldopa).
Levodopa, dikombinasi dengan inhibitor dopa-dekarboksilase, bermanfaat pada pasien lansia
dan lemah, pada pasien dengan penyakit lain yang signifikan, dan pada pasien dengan gejala
yang lebih berat. Obat ini efektif dan dapat ditoleransi baik pada sebagian besar pasien.
Pemberian levodopa sebaiknya dimulai dengan dosis rendah, dan ditingkatkan secara sedikit-
sedikit, dosis akhir sebaiknya serendah mungkin. Interval antar dosis sebaiknya ditentukan
sesuai dengan kebutuhan pasien. Catatan: bila co-kareldopa digunakan, dosis harian total dari
karbidopa minimal 70 mg. Dosis yang lebih rendah mungkin tidak dapat mencapai inhibisi
penuh dopa- dekarboksilase ekstraserebral, dengan tetap terjadi peningkatan efek samping.
Mual dan muntah pada penggunaan co-beneldopa atau co-kareldopa jarang dapat diatasi
dengan pengaturan dosis, namun dapat diatasi dengan pemberian domperidon (bagian 4.6).
Levodopa menyebabkan terjadinya komplikasi gangguan motorik termasuk fluktuasi respon
dan diskinesia. Fluktuasi respon ditandai oleh kemampuan motorik dengan variasi yang luas,
dengan fungsi yang normal pada periode on, serta kelemahan dan keterbatasan mobilitas pada
periode off. Juga terjadi perburukan ’end-of-dose‘, yaitu durasi atau manfaat tiap dosis obat
akan semakin singkat. Sediaan lepas lambat dapat membantu perburukan ’end-of-dose‘ atau
imobilitas nokturnal dan rigiditas. Komplikasi motorik amat mengganggu pada pasien muda
yang diterapi dengan levodopa.

Indikasi: 

parkinsonisme (tetapi bukan gejala ekstrapiramidal yang diinduksi obat); lihat keterangan di
atas.

Peringatan: 

penyakit paru, tukak peptik, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, osteomalasia,


glaukoma sudut terbuka, sensitif mengalami glaukoma sudut sempit, riwayat melanoma kulit
(risiko aktivasi), penyakit psikiatrik (hindari jika berat); peringatkan pasien mengenai rasa
kantuk yang berlebih (lihat keterangan di atas); pada penggunaan jangka panjang, disarankan
untuk memonitor kardiovaskular, ginjal, hematologi, hati dan kejiwaan; peringatkan pasien
untuk mengurangi aktivitas normal secara bertahap; hindari penghentian obat secara
mendadak.

Interaksi: 

lihat lampiran 1 (levodopa).


Kontraindikasi: 

kehamilan (lampiran 4); menyusui (lampiran 5).

Efek Samping: 

anoreksia, mual dan muntah, insomnia, agitasi, hipotensi postural (jarang hipertensi labil),
pusing, takikardi, aritmia, perubahan warna urin menjadi kemerahan; jarang,
hipersensitivitas, gerakan tidak terkontrol yang abnormal, gejala kejiwaan seperti hipomania,
yang dibatasi dengan dosis; depresi, mengantuk, sakit kepala, muka memerah, berkeringat,
perdarahan gastro-intestinal, neuropati perifer, gangguan pengecapan, pruritus, ruam kulit,
perubahan enzim hati; sindrom seperti sindrom malignan neuroleptik pada pemutusan obat;
sangat jarang, glaukoma sudut sempit.

Dosis: 

Awal, 125-500 mg per hari dalam dosis terbagi setelah makan, ditingkatkan menurut respons
(jarang digunakan sebagai tunggal).

2. selegiline dan rasagiline

Selegilin adalah inhibitor/penghambat monoamin oksidase β yang digunakan sebagai terapi


tambahan bersama levodopa untuk mengurangi perburukan ’end-of-dose‘ pada pasien dengan
penyakit Parkinson tahap lanjut. Terapi dini dengan selegilin dapat menunda kebutuhan akan
terapi levodopa untuk beberapa bulan namun disarankan menggunakan obat lain yang lebih
efektif. Pada pasien dengan hipotensi postural, penggunaan selegilin yang dikombinasikan
dengan levodopa sebaiknya dihindari atau digunakan dengan sangat hati-
hati. Rasagilin merupakan suatu inhibitor/ peng- hambat monoamin oksidase β, digunakan
untuk mengatasi penyakit Parkinson baik tunggal maupun sebagai terapi tambahan bersama
levodopa untuk fluktuasi ’end-of-dose’.

Indikasi: 

penyakit Parkinson, digunakan tunggal atau sebagai tambahan pada levodopa.

Peringatan: 
tukak gastrik atau duodenum (hindari pada kondisi ulserasi aktif), hipertensi tidak terkontrol,
aritmia, angina, psikosis, efek samping levodopa dapat meningkat, dosis levodopa dikurangi
10-20%.

Interaksi: 

lihat lampiran 1 (selegilin).

Kontraindikasi: 

kehamilan (lampiran 4); menyusui (lampiran 5).

Efek Samping: 

mual, konstipasi, diare, mulut kering, hipotensi postural, diskinesia, vertigo, gangguan
tidur, confusion, halusinasi, artralgia, mialgia, sariawan dengan liofilisat oral; jarang, aritmia,
agitasi, sakit kepala, kesulitan mikturisi, reaksi kulit; juga dilaporkan nyeri dada.

Dosis: 

10 mg pada pagi hari atau 5 mg pada saat sarapan dan tengah hari; LANSIA, untuk
menghindari efek confusion awal dan agitasi, terapi dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg,
terutama pada lansia.

3. Amantadine,

Amantadin memiliki efek antiparkinson yang lemah. Obat ini memperbaiki kelemahan


bradikinetik yang ringan, tremor dan rigiditas. Obat ini dapat pula berguna untuk diskinesia
pada penyakit Parkinson tahap lanjut. Dapat terjadi toleransi terhadap efek obat, dan dapat
timbul kebingungan serta halusinasi. Penghentian amantadin sebaiknya dilakukan secara
bertahap tanpa melihat respon pasien terhadap terapi.

Anda mungkin juga menyukai