defisit kognitif dan memori yang dapat berkembang menjadi delirium. Penyakit
Alzheimer lebih umum terjadi pada pasien dengan penyakit Parkinson (Boller et al,
1980)
LEVODOPA
Karena dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak (blood brain barrier),
maka pendekatan utama untuk terapi penyakit Parkinson adalah pemberian suatu
prekursor dopamin yaitu levodopa atau obat yang memiliki cara kerja mirip dopamin.
Dalam hal ini, levodopa adalah acuan terapi simptomatik untuk penyakit Parkinson.
Levodopa melintasi sawar darah otak dan dikonversi menjadi dopamin oleh
dekarboksilase asam amino L-aromatik untuk mengisi cadangan dopamin di ganglia
basalis. Levodopa biasanya diberikan bersama inhibitor enzim dekarboksilase perifer
(carbidopa atau benserazide) untuk memaksimalkan masuknya levodopa ke otak
sebelum diubah menjadi dopamin. Selain itu, efek samping yang berhubungan
dengan kenaikan konsentrasi dopamin dalam plasma berkurang dengan kombinasi
pemberian inhibitor dekarboksilase. Levodopa diabsorpsi secara efektif pada sistem
pencernaan, namun singkatnya waktu paruh dari obat ini (1-3 jam) membutuhkan
pemberian dosis yang lebih sering untuk mempertahankan konsentrasi terapetik.
Tidak tersedia bentuk sediaan intravena (iv) dari levodopa.
like-syndrome (smith et al., 1996) karena alasan ini, levodopa harus dilanjutkan
selama masa perioperative, termasuk dalam pengobatan preoperative.
Metabolisme
Sekitar 95% dari pemberian levodopa akan mengalami dekarboksilasi secara
cepat menjadi dopamin pada metabolisme lintas pertama di hepar. Dopamin yang
dihasilkan tersebut tidak dapat secara mudah dapat melintasi sawar darah otak untuk
memberi efek terapetik. Peningkatan konsentrasi dopamin dalam plasma sering
mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, penghambatan
aktivitas enzim dekarboksilase di perifer dapat membantu levodopa melintasi sawar
darah otak.
Sedikitnya 30 metabolit dari levodopa sudah diketahui. Sebagian besar dari
metabolit tersebut dikonversi menjadi dopamin, sebagian kecilnya kemudian akan
dimetabolisme menjadi norepinefrin dan epinefrin. Metabolisme dopamin
menghasilkan 3,4-asam dihydroxyphenylacetic (asam homovanillic). Asupan
metionin diperlukan sebagai sumber donor metil untuk aktivitas catechol-O-methyl –
transferase (COMT) yang diperlukan untuk proses metabolisme kelebihan dopamin
yang dihasilkan dari pemberian levodopa dosis tinggi. Sebagian besar dopamin
dieksresikan lewat ginjal.
Efek samping
Efek samping yang sering terjadi pada minggu awal pemakaian levodopa dan
agonis dopamin adalah muntah dan hipotensi (calne, 1993). Efek samping ini
dihubungkan dengan kenaikan konsentrasi dopamin dalam plasma. Pemberian
levodopa setelah mengonsumsi makanan bertujuan untuk mengurangi efek samping
tersebut. Masalah yang sering terjadi pada pemakaian levodopa jangka panjang
adalah diskinesia, fluctuations in mobility, bingung, dan psikosis. Masalah ini
semakin sering setelah tiga tahun pertama terapi.
4
Gangguan Gastrointestinal:
Mual dan muntah terjadi pada sekitar 80% pasien selama periode awal
pengobatan dengan levodopa. Mungkin, hal ini disebabkan adanya stimulasi
kemoreseptor pada trigger zone yang tidak dilindungi oleh sawar darah otak. Obat-
obat antiemetik yang dapat melintasi sawar darah otak dapat mengganggu kerja
dopamin di ganglia basalis. Karenanya tidak disarankan dalam pengobatan mual yang
diakibatkan levodopa. Sebaliknya, secara efektif mual dapat dicegah dengan
pemberian domperidon (10-20 mg peroral 30-60 menit sebelum pemberian levodopa)
yang tidak mudah melintasi sawar darah otak sehingga tidak memperburuk gejala
Parkinson. Domperidon menghambat reseptor dopamin 2 pada kemoresptor trigger
zone di medula oblongata. Antiemetik seperti antagonis dopamin reseptor
(prochlorperazin, metoclopramid) harus dihindarkan karena secara signifikan dapat
memperburuk gejala dari Parkinson. Pemakaian antiemetik jangka panjang dengan 5-
HT3 antagonis tidak praktis disebabkan harga obat tersebut. Efek samping
gastrointestinal cenderung menghilang dengan melanjutkan terapi karena
berkembangnya toleransi tubuh.
Perubahan cardiovaskular
Perubahan cardiovaskular yang disebabkan levodopa kemungkinan besar
mencerminkan respon α dan β adenergik yang dipicu oleh kenaikan konsentrasi
dopamin dalam plasma. Kemerahan sementarapada kulit adalah hal yang umum
terjadi selama pengobatan dengan levodopa.
Hipotensi orthostatik
Untuk alasan yang belum diketahui, sektiar 30% pasien mengalami hipotensi
orthostatic pada awal pengobatan. Sebagai akibatnya beberapa pasien mengalami
vertigo dan terkadang sinkop. Peningkatan cairan dan intake natrium mungkin akan
berguna dalam menurunkan angka kejadian hipotensi orthostatik. Apabila gejala
menetap, penggunaan fludrocortisone atau agonis α adrenergik mungkin akan
5
Gangguan psikotik
Gangguan psikotik termasuk diantaranya bingung, halusinasi visual, dan
paranoid yang mungkin mencerminkan penyakit dan juga pengobatannya. Pasien-
pasien lanisa sangat rentan terhadap reaksi psikostik terutama jika penggunaan
levodopa dikombinasikan dengan obat antikolinergik. Gangguan psikotik biasanya
merupakan fenomena nocturnal, kemungkinan dikarenakan penurunan atau
penghentian levodopa. Obat-obat neuroleptik tidak direkomendasikan untuk
mengobati gangguan psikotik karena obat-obat tersebut dapat menyebabkan
eksaserbasi yang berkepanjangan dari gejala penyakit Parkinson. Clonazepam
mungkin berguna pada beberapa pasien, namun pemberian dengan dosis tinggi
beresiko terjadinya agranulositosis. Pasien yang mengalami psikosis tanpa gambaran
demensia yang dikarenakan obat dapat berespon terhadap terapi kejang listrik
(electroconvulsive therapy (ECT)).
Perubahan hormonal
Dopamin menghambat aktivitas prolaktin yang kemungkinan disebabkan
aktivasi faktor penghambat prolaktin. Pengeluaran hormon pertumbuhan (growth
hormone) sebagai respon dari pemberian levodopa pada pasien yang normal adalah
minimal atau tidak terjadi pada pasien dengan penyakit Parkinson. Tidak ditemukan
tanda-tanda akromegali atau diabetes mellitus pada pasien yang mendapatkan terapi
levodopa. Pemberian levodopa dalam dosis besar dapat menyebabkan hipokalemia
yang terkait dengan peningkatan kadar aldosteron dalam plasma.
Pengukuran laboratorium
Dapat menyebabkan hasil positif palsu untuk ketoasidosis pada pemeriksaan
urin yang mengandung metabolit levodopa. metabolit tersebut juga menyebabkan
warna merah kemudian menjadi hitam pada urin jika terpapar udara. Mungkin terjadi
sedikit peningkatan konsentrasi urea nitrogen dalam darah dan biasanya dapat
7
Interaksi obat
interaksi obat dapat terjadi pada pasien yang diobati dengan levodopa,
sehingga efek terapi dapat meningkat atau menurun. Pengobatan kronis dengan
levodopa pada hewan coba tidak secara konsisten mengubah kebutuhan akan obat
anestesi.
Obat-obat antipsikotik
Obat-obat antipsikotik seperti butyrophenones dan phenothiazines memiliki
efek antagonis dengan pemberian dopamin. Karena alasan ini, obat-obat tersebut
sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan penyakit Parkinson. Bahkan,
pemberian droperidol pada pasien yang diobati dengan levodopa dapat
mengakibatkan rigiditas berat pada otot rangka dan juga edem pulmo yang diduga
karena penggunaan antagonis dopamin secara mendadak (Ngai, 1972). Dorperidol
bahkan menyebabkan Parkinson-like syndrom pada orang yang sehat (Rivera et al,
1975). Metoclopramide juga dapat mengganggu kerja dopamin.
Obat-obat antikolinergik
Obat-obat antikolinergik berkerja secara sinergis dengan levodopa untuk
memperbaiki gejala dari penyakit Parkinson terutama tremor. Penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jumlah besar dapat memperlambat pengosongan lambung
sehingga absorbsi levodopa dalam gastrointestinal menurun.
Pyridoxine
Pyridoxine, dengan dosis serendah 5 mg sebagaimana terdapat dalam preparat
multivitamin, dapat menghilangkan efek terapetik levodopa melalui peningkatan
aktivitas pyridoxine-dependend dopa decarboxylase sehingga meningkatkan
metabolisme levodopa pada sirkulasi darah sebelum memasuki sistem saraf pusat.
Catecho-O-methyltransferase inhibitors
COMT berperan dalam pemecahan levodopa di perifer. Karenanya strategi
augmentasi levodopa lain meliputi penghambatan aktifitas enzym COMT dengan
pemberian tolcapone atau entacapone. Pemberian salah satu dari obat ini menurunkan
eliminasi dari carbidopa-levodopa sehingga meningkatkan konsentrasinya dalam
plasma 10% sampai 15%. Pasien yang diberikan tolcapone, dosis harian dari
carbidopa-levodopa mungkin perlu diturunkan 10%-30% untuk menghindari
diskinesia atau efek samping lain dari hiperdopaminergik.
Efek samping
Baik tolcapone dan entacapone memperburuk diskinesia yang diinduksi oleh
levodopa serta menyebabkan mual dan diare. Pada sedikit pasien, pemberian
tolcapone dapat menyebabkan hepatotoksik sehingga diperlukan pemantauan tes
10
fungsi hati (liver function test) pada pasien yang diterapi dengan obat ini.
Rhabdomyolisis telah dihubungkan dengan terapi tolcapone. Entacapone dapat
menyebabkan urine pasien menjadi berwarna orange. Kedua obat ini dapat
menyebabkan piloereksi.
Efek samping:
Halusinasi visual dan auditorik, hipotensi, dan diskinesia lebih sering terjadi
pada pasien yang diobati dengan bromocriptine dibanding levodopa. Agonis dopamin
sintesis terkadang menyebabkan pleuropulmonary fibrosis yang kadang disertai
dengan efusi pleura (Bhatt et al, 1991). Berdasarkan beratnya efek samping yang
terjadi, dosis pemberian bromocriptine dapat diturunkan atau dihentikan. Komplikasi
lain yang jarang terjadi adalah erythromelalgia (kemerahan, edematous, tender
extremities) (eisler et al, 1981). Apabila komplikasi ini terjadi, biasanya pemberian
agonis dopamin sintesis dihentikan. Kemungkinan terjadi kenaikan serum
transaminase dan konsentrasi alkaline phospatase yang asimtomatik. Vertigo dan
mual terkadang dikaitkan dengan pemberian bromocriptine.
Nonergot alkaloids lebih jarang menyebabkan mual dan hipotensi orthostatic
dibandingkan derivat ergot, namun perbedaan tersebut tidak signifikan secara klinis.
Nonergot alkaloid tidak lebih unggul dibanding derivat ergot berkenaan dengan efek
samping pada sistem saraf pusat termasuk bingung, halusinasi, serangan tidur pada
siang hari (daytime sleep attacks) yang telah dikaitkan dengan kecelakaan kendaraan
bermotor.
OBAT-OBAT ANTIKOLINERGIK
12
AMANTADINE
Amantadine adalah obat antivirus yang digunakan sebagai profilaksis untuk melawan
infeksi influenza A. obat ini ditemukan juga untuk menghasilkan perbaikan
simtomatik pada pasien dengan penyakit Parkinson. Cara kerja amantadine belum
diketahui, walaupun telah diperkirakan bahwa obat ini memfasilitasi pelepasan
dopamine dari ujung saraf dopaminergik yang menetap pada nigrostriatum pasien
dengan penyakit ini. Sebagai tambahan, amantadine dapat meninda uptake dopamine
menuju akhiran saraf, juga dapat menimbulkan efek antikolinergik, amantadine
adalah antagonis glutamate yang lemah dan memiliki efek antagonis nonkompetitif
pada reseptor N-methyl-D-aspartate. Tidak seperti obat-obat antikolinergik,
amantadine dapat menyebabkan beberapa perbaikan pada kekakuan otot rangka dan
bradikinesia. Amantadine diabsorpsi secara baik setelah pemberian per oral, dan
waktu paruh eliminasinya sekitar 12 jam. Lebih dari 90% dari obat ini diekskresikan
13
utuh dalam urin, yang memerlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan disfungsi
ginjal. Efek sampingnya sama dengan yang diakibatkan oleh obat antikolinergik,
namun sebagai tambahan, pemberian amantadine secara kronis cenderung untuk
menginduksi edema tungkai dan livedo reticularis kaki dengan atau tanpa gagal
jantung. Pada pasien usia lanjut, amantadine bisa memperburuk kebingungan dan
psikosisnya.
SELEGILINE
TERAPI NONFARMAKOLOGIS