JANTUNG
FISIOLOGI JANTUNG
Jantung dapat dikarakterisasikan sebagai empat buah ruangan berdenyut yang teridiri atas dua
buah atrium dan dua buah ventrikel. Fungsi utama dari atrium adalah untuk menyalurkan
darah menuju ventrikel, namun atrium juga berkontrkasi untuk menunjang fungsinya
tersebut. Ventrikel bertindak selaku pompa utama yang mensuplai darah ke sirkulasi sistemik
dan pulmoner. Sistol adalah suatu kontraksi dan waktu interval antara penutupan katup
tricuspidal dan mitral serta penutupan katup pulmoner dan aorta. Diastol merupakan suatu
periode relaksasi yang berhubungan dengan interval antara penutupan katup aorta dan
pulmoner serta penutupan katup mitral dan trikuspidal. Mekanisme spesial pada jantung yang
menjaga ritme jantung dan transmisi potensial aksi melalui otot jantung untuk menginisiasi
kontraksi. Karena jantung berfungsi terhadap dua macam sirkulasi, makan karakteristiknya
juga berhubungan dengan dua sirkulasi tersebut. Selama kondisi fisiologis normal, sirkulasi
sistemik memainkan peranan penting dalam menjalankan fungsi jantung dengan
memodifikasikan aliran darah vena dan tahanannya terhadap ejeksi melalui perubahan tonus
vasomotor yang menggambarkan perubahan dalam persyaratan metabolik.
OTOT JANTUNG
Otot jantung merupakan suatu sinsitium dimana sel-selnya saling berikatan dengan kuat satu
sama lain sehingga ketika satu sel tereksitasi, potensial aksi tersebut akan menyebar ke
seluruh sel otot jantung. Sehingga stimulasi pada satu atrium atau ventrikel akan
menyebabkan potensial aksi tersebut menyebar ke seluruh massa otot janutng seperti pada
kontraksi tunggal pada atrium dan ventrikel. Sinsitium atrium terpisahkan dari sinsitium
ventrikel oleh sebuah jaringan fibrosa yang mengelilingi cincin katup. Potensial aksi jantung
dihubungkan dari sinsitium atrium ke sinsitium ventrikel melalui jaur konduksi khusus yang
disebut dengan antrioventricular bundle. Otot jantung seperti halnya dengan otot rangka,
memiliki striae dan mengandung filamen aktin dan miosin. Filamen-filamen tersebut
mengalami interdigitasi dan saling bertumpukan satu sama lainnya selama kontraksi seperti
halnya yang terjadi pada saat kontraksi otot rangka.
Frekuensi berhentinya sel-sel pacemaker jantung ditentukan dari rata-rata depolarisasi fase 4,
ambang batas potensial, dan potensial resting transmembran (gambar 48-2). Ketika ada
peningkatan rata-rata depolarisasi fase 4, ambang batas potensial dicapat dengan segera.
Respon yang mirip terjadi ketika rata-rata depolarisasi spontan fase 4 menyisakan ambang
batas potensial yang konstan namun menjadi lebih negatif dari potensial transmembran.
Morepineprin dapat meningkatkan denyut jantung dengan meningkatkan rata-rata
depolarisasi spontan fase 4. Dan sebaliknya, stimulasi vagal melalui pelepasan asetil kolin
mengurangi denyut jantung dengan adanya hperpolarisasi sel-sel pacemaker jantung dan
menurunkan kecuraman depolarisasi spontan fase 4.
Otot-otot jantung, seperti jaringan tereksitasi lainnya, refrakter terhadap stimulasi selama
potensial aksi. Periode refrakter absolut dari sel-sel ventrikel meluas melalui fase 1, 2 dan
bagian dari fase 3 potensial aksi jantung. Selama sisa fase 3, sel-sel ventrikel merespon
stimulus lebih besar dari intensitas normal (periode refrakter relatif). Periode refrakter absolut
dari otot atrium lebih pendek daripada otot ventrikel, sehingga rata-rata ritme kontraksi
atrium dapat lebih cepat dari ventrikel.
SIKLUS JANTUNG
Siklus jantung terdiri dari periode relaksasi (diastol) diikuti dengan periode kontraksi (sistol)
(Gambar 48-3) (Guyton dan Hall, 2000). Setiap siklus diinisiasi oleh suatu bangkitan spontan
dari suatu potensial aksi di sonoatrial node. Penundaan transmisi dari aksi ini selama 0.1 detik
pada atrioventrikular node membuat atrium berkontraksi sebelum ventrikel, sehingga akan
memompa darah dari atrium ke ventrikel sebelum kontraksi kuat dari ventrikel. Dengan
demikian atrium akan berperan sebagai pompa primer terhadap ventrikel, dan ventrikel
kemudian akan memberikan sumber energi utama untuk memompakan darah ke sirkulasi
sistemik dan pulmoner. Peningkatan denyut jantung yang tinggi dapat mempersingkat diastol
sehingga waktu tidak mencukupi untuk mengisi ruang jantung sebelum sistole.
KERJA JANTUNG
Kerja jantung merupakan sejumlah energi yang dirubah menjadi aktivitas kerja ketika jantung
bekerja memompa darah ke arteri. Jantung memberikan total 12% produksi panas tubuh
bahkan walaupun hanya menyumbangkan 0.5% dari berat badan. Kerja tersebut dibutuhkan
untuk meningkatkan tekanan ejeksi darah yang terhitung dalam isi sekuncup jantung setiap
kali tekanan ejeksi. Hasil kerja ventrikel kanan biasanya sekitar sepertujuh kerja ventrikel kiri
karena perbedaan tekanan sistol yang dibutuhkan kedua ventrikel untuk memompa darah.
Energi yang dibutuhkan untuk kerja jantung berasal dari derivat utama metabolisme asam
lemak dan untuk jumlah yang sedikit berasal dari nutrisi-nutrisi tubuh lainnya, terutama laktat
dan glukosa.
Arteri koronaria sinistra dibagi menjadi arteri desendent sinistra dan arteri sirkumflexa, yang
memberikan pendarahan bagian anterior ventrikel kiri. Arteri koronaria kanan memberikan
pendarahan bagian ventrikel kanan dan bagian posterior ventrikel kiri. Sekitar 50% indivudu
aliran darah koroner sebagian besar melalui percabangan kanan daripada yang kiri, sekitar
30% terbagi dalam jumlah yang sama besarnya, dan sekitar 20% lebih dominan melalui arteri
koronaria sinistra. Arteri koronaria tersebut membentang melalui permukaan epikardium
jantung dan pada prinsipnya menghantarkan pembuluh darah yang memberikan sedikit
resistensi terhadap pembuluh darah koroner. Tipe kedua dari pembuluh darah tersebut adalah
arteriol koronaria yang mencabangkan seluruhnya ke otot-otot jantung. Arteriol-arteriol
tersebut membebankan resistansi bervariasi tinggi dan mengatur aliran darah miokardium.
Aterosklerosis dikarakterisasi sebagai penyakit arteri koroner (CAD) yang melibatkan arteri
koronaria epikardium dan tidak melibatkan arteriol koronaria.
Aliran darah koroner, terutama pada ventrkel kiri, sebagian besar terjadi selama diastol ketika
otot-otot jantung berelaksasi dan tidak menyumbat aliran darah melalui kapiler ventrikel
(Gambar 48-6) (Berne dkk, 2004). Diperkirakan bahwa sekitar paling tidak 75% total aliran
darah koroner terjadi selama diastol. Selama sistol aliran darah yang melalui arteri
subendokardial pada ventrikel kiri hampir tidak ada, dimana hal ini sejalan dengan observasi
bahwa area subendokardial ventrikel kiri merupakan tempat paling sering terjadi infark
miokard. Takikardi, hubungannya dengan penurunan waktu aliran darah koroner terjadi
selama diastol, hal yang membahayakan adalah adanya penurunan pengantaran oksigen
terutama pada aterosklerosis arteri koronaria. Dampak dari sistol pada saat aliran darah
koroner melewati ventrikel kanan adalah minimal. Hal ini menggambarkan fakta bahwa
tekanan sistemik pada arteri koronaria lebih besar daripada tekanan ruang ventrikel kanan.
Sebagian besar darah vena terperfusi memasuki ventrikel kiri melalui atrium kanan melalui
sinus koronarius. Sekitar 5% total aliran darah koroner melalui siklus ini. Sebagian besar
aliran darah koroner menuju ventrikel kanan memasuki vena jantung anterior yang kosong
menuju atrium kanan dari sinus koronarius. Sejumlah kecil aliran darah koroner akan kembali
ke jantung melalui vena thebesian yang kosong menuju sisi kiri jantung.
Suara bunyi jantung I yang keras hampir selalu proporsional dengan rata-rata perkembangan
perbedaan tekanan sepanjang katup mitral dan trikuspidal. Sebagai contoh, ketika gaya
kontraksi ventrikel diperkuat, maka suara jantung I akan semakin keras. Sebaliknya pada
jantung yang lemah dengan onset kontraksi yang lemah, intensitas suara jantung I menjadi
lemah juga. Kerasnya bunyi suara jantung II ditentukan oleh rata-rata penurunan tekanan
venrikel pada akhir sistol. Dengan alasan ini, intensitas suara jantung II terdengar keras pada
saat adanya hipertensi pulmoner ataupun hipertensi sistemik. Sebaliknya, ketika tekanan
darah sistemik menurun, seperti pada keadaan syok maupun gagal jantung, suara jantung II
akan melemah intensitasnya jika didengarkan dengan stetoskop.
SUARA JANTUNG KETIGA
Kadang-kadang dapat terdengar suara jantung III pada saat sepertiga tengah diastol. Suara ini
memiliki frekuensi yang rendah sehingga biasanya tidak dapat dideteksi dengan
menggunakan stetoskop namun dapat dicatat pada phonokardiogram (lihat gambar 48-3)
(Guyton and Hall, 2000). Suara jantung ketiga ini diperkirakan merupakan gambaran kondisi
flacid dan inelastik jantung selama diastol.
TABEL 48-2
MURMUR JANTUNG
Waktu Timbul Murmur
Stenosis aorta Sistol
Regurgitasi aorta Diastol
Stenosis mitral Diastol
Regurgitasi mitral Sistol
Duktus arteriosus paten Kontinyu
Defek septum atrium Sistol
Defek septum ventrikel Sistol
*stensis pulmoner dan trikuspidal atau regurgitasi menghasilkan murmur selama siklus jantung berhubungan
dengan abnormalitas katup aorta atau mitral.
SUARA JANTUNG IV
Suara jantung IV disebabkan karena aliran darah masuk ke ventrikel yang cepat karena
adanya kontraksi atrium. Frekuensi auditorik suara jantung ini juga sangat rendah dan jarang
bisa didengarkan dengan menggunakan stetoskop.
SUARA JANTUNG ABNORMAL
Suara jantung abnormal dikenal dengan sebutan murmur muncul karena adanya abnormalitas
katup jantung atau kelainan kongenital (Tabel 48-2).
Peranan sistem konduksi dalam membangkitkan disritmi kordis, dapat dilihat pada efek
antidisritmik dari adenosi yang memblok konduksi sementara diantara nodus atrioventrikular.
Gambaran khas ini menyebabkan adenosine sebagai sebuah terapi efektif untuk
menghentikan supraventrikular takikardi yang dihasilkan pada nodus atrioventrikular.
Sebaliknya, atrial flutter atau atrial fibrilasi yang dihasilkan pada jaringan di atas nodus
atrioventrikular berespon dengan adenosine dengan perlambatan sementara dari laju respon
ventrikel yang digambarkan dengan perlambatan impuls jantung melewati nodus
atrioventrikular.
Nodus Sinoatrial
Nodus sinoatrial adalah otot jantung yang khusus (panjang 15 mm, lebar 5mm, tebal 2mm)
terletak pada permukaan belakang dari jantung dimana vena cava superior masuk ke dalam
atrium kanan. Serabut dari nodus sinoatrial berlanjut dengan serabut otot atrium sehingga
potensial aksi jantung yang berasal dari nodus sinoatrial disebarkan secara cepat ke atrium.
Serabut sinoatrial memiliki potensial istirahat membran hanya sekitar -60 mv dibanding
dengan -90 mv yang ada pada serabut jantung lain. Potensial istirahat transmembran yang
lebih rendah disebabkan oleh peningkatan bocornya ion natrium pada membran serabut
sinoatrial dan kemampuan untuk eksitasi mandiri berulang yang ritmik dari potensial aksi
nodus sinoatrial. Segera setelah potensial aksi jantung berakhir, potensial membran sinoatrial
mencapai derajat negativitas terbesar (hiperpolarisasi),digambarkan dengan difusi ion kalium
(muatan positif) dari dalam sel. Sehingga membran sinoatrial menjadi kurang permiabel
terhadap ion kalium dan bocornya membran terhadap ion natrium terjadi, potensial
transmembran kembali ke nilai negatif yang kurang (fase 4 depolarisasi spontan) hingga dia
meraih potensial ambang untuk eksitasi sendiri.
Jalur Internodal
Potensial aksi yang dihasilkan nodus sinoatrial menyebar melewati seluruh masa otot atrium
menuju nodus antrioventrikuler. Bagaimanapun, jalur internodal yang menjalarkan impuls
jantung dari nodus sinoatrial ke nodus atrioventrikuler lebih cepat dari masa otot atrium
umumnya.
Nodus Atrioventrikular
Nodus atrioventrikular adalah otot jantung khusus (panjang 20 mm, lebar 10mm, tebal 3mm)
yang terletak di sisi kanan dari septum atrium dekat dengan pintu sinus coroner. Terdapat
penundaan transmisi dari impuls jantung pada nodus atrioventrikular sehingga member
kesempatan atrium untuk mengkosongkan darah ke ventrikel sebelum sistol ventrikel
dimulai. Impuls jantung yang dihasilkan di nodus sinoatrial secara khusus mencapai nodus
atrioventrikular dalam 0.04 detik. Diantara waktu ini dan waktu tiap impuls muncul melalui
nodus atrioventikular, 0,11 detik berlalu. Konduksi yang lambat dari impuls jantung melalui
nodus atrioventrikular oleh karena melewati serabut konduksi berukuran kecil dan lebih
sedikitnya fusi yang kuat diantara sel otot jantung pada nodus ini.
Serabut Purkinje
Serabut Purkinje yang berjalan dari nodus atrioventrikular membentuk berkas atrioventrikular
(bundle of his), yang melewati lapisan subendokardium diantara katub jantung dan otot
ventrikel. Berkas ini segera terbagi menjadi berkas cabang kanan dan kiri, dengan berkas kiri
dibagi menjadi fasikulus anterior kiri dan posterior kiri. Cabang ini turun ke arah apex dari
tiap ventrikel, terbagi lagi menjadi cabang yang lebih kecil yang menyebar melingkari tiap
ventrikel. Serabut purkinje yang lewat dari nodus atrioventrikular melalui berkas
atrioventrikular dan menuju ke ventrikel merupakan serabut besar yang mentranmisikan
impuls jantung denagn sangat cepat sehingga kedua ventrikel berkontraksi pada saat yang
hampir bersamaan. Setiap penundaan dari transmisi impuls jantung melalui ventrikel dapat
menyebabkan impuls serabut otot ventrikel yang terakhir tereksitasi menjadi masuk kembali
ke serabut otot pertama sehingga terjadi firilasi ventrikel. Biasanya, transmisi cepat dari
impuls jantung, berarti serabut yang terstimulasi pertama kali masih refrakter pada saat
serabut terakhir terstimulasi.
Pacemaker jantung
Sebuah sel pacemaker jantung adalah yang satu yang mengalami depolarisasi fase 4 secara
spontan untuk mencapai ambang potensial sehingga terjadi eksitasi mandiri. Peran dari nodus
sinoatrial sebagai pacemaker jantung normal mencerminkan laju pelepasan intrinsik yang
lebih tinggi dari relatif terhadap pacemaker jantung yang lain. Contohnya, serabut nodus
atrioventrikular melepaskan pada laju intrinsik 40-60 kali/menit, dan serabut purkinje
melepaskan dengan laju 15-40 kali /menit dibandingkan dengan laju intrinsik nodus sinoatrial
dari 70-80 kali/menit. Sebuah pacemaker selain dari nodus sinoatrial disebut sebagai ektopik
pacemaker.
Simulasi dari sistem saraf parasimpatis menghasilkan asetilkolin, yang menekan laju
pelepasan intrinsik dari nodus sinoatrial dan melambatkan laju transmisi impuls jantung
melalui jalur internodal atrium ke nodus atrioventrikular. Asetilkolin juga menekan aktivitas
dari nodus atrioventrikular. Mekanismenya melalui kemampuan asetilkolin menyebabkan
membran sel mengalami hiperpolarisasi, yang membuat sel mudah dieksitasi menjadi sel
yang lebih sulit dieksitasi. Stimulasi intensif dari sistem saraf parasimpatis dapat secara total
menurunkan aktivitas pacemaker jantung, membuat kebutuhan individual pada pelepasan
pacemaker ventrikel untuk bertahan.
Stimulasi dari sistem saraf simpatis menyebabkan pelepasan noreprinefrin, yang
mempercepat laju depolarisasi spontan fase 4 sehingga meningkatkan laju intrinsik dari
pelepasan nodus sinoatrial. Tampaknya noreprinefrin menyebabkan peningkatan
permiabilitas sel otot jantung terhadap ion natrium dan kalsium. Peningkatan yang sama pada
permiabilitas ion natrium pada nodus atrioventrikular menurunkan waktu konduksi impuls
jantung untuk melintasi ventrikel.
INFARK JANTUNG
Orang-orang dengan Penyakit Arteri Koroner memiliki sedikit hubungan kolateral diantara
arteri koronaria epikardial besar. Konsekuensinya, sumbatan akut dari sebuah arteri koroner
epikardial menyebabkan cepat terjadi infark transmural. Dalam 1 jam setelah infark
miokard,, serabut otot pada sentral iskemi akan mati. Selama beberapa hari berikutnya,
saluran kolateral tumbuh pada batas luar dari area infark menyebabkan area nonfungsional
dari otot jantung menjadi lebih kecil. Pertumbuhan kolateral maksimal setelah infark
mungkin baru ada dalam 1 bulan. Jaringan ikat fibrosa muncul diantara serabut infark, dan
menghasilkan skar yang mengecilkan ukuran dari area infark dan biasanya mencegah
munculnya efek aneurisma. Technetium pyrophosphate diserap secara selektif oleh area
nekrosis miokard baru, menghasilkan hot spot. Kemampuan jantung untuk meningkatkan
cardiac output setelah sembuh dari infark miokard seringkali kurang dibanding jantung yang
normal. Banyaknya dari sel jantung yang mati setelah infark miokard ditetapkan dengan hasil
derajat iskemik dan metabolisme otot jantung. Hal ini menegaskan pentingnya mencegah
stimulasi sistem saraf simpatis setelah infark miokard akut. Empat penyebab utama dari
kematian setelah infark miokard adlah (a) penurunan kardiak output (b) edem pulmo (c)
fibrilasi ventrikel, dan jarang (c) ruptur jantung.