Metabolisme adalah semua proses transformasi kimia dan energi yang terjadi dalam tubuh.
Oksidasi zat-zat gizi (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan karbon dioksida, air,
dan ikatan fosfat berenergi tinggi yang penting bagi proses kehidupan. Ikatan fosfat berenergi
tinggi yang paling penting adalah adenosin trifosfat (ATP) (gambar 59-1). Molekul yang ada
di mana-mana merupakan tempat penyimpanan energi tubuh, menyediakan energi yang
berperan dalam seluruh proses fisiologis dan reaksi kimia yang penting. Mungkin proses
intraseluler paling penting yang membutuhkan energi dari proses hidrolisis ATP adalah
pembentukan rangkaian peptida antara asam-asam amino selama sintesis protein. Kontraksi
otot rangka tidak dapat terjadi tanpa adanya energi dari proses hidrolisis ATP. ATP yang
berasal dari metabolisme zat-zat gizi berperan dalam menyediakan energi untuk mengangkut
ion-ion melalui membran sel sehingga dapat mempertahankan penyebaran ion-ion tersebut,
yang penting untuk perambatan impuls saraf. Pada tubulus ginjal, sekitar 80% ATP
digunakan untuk transport ion-ion membran. Selain fungsinya sebagai transfer energi, ATP
juga berperan sebagai prekursor dari adenosin monofosfat (cAMP).
Pada orang dewasa, keluaran energi total sekitar 39 kkal/kg pada pria dan 34 kkal/kg
pada wanita. Sekitar 20 kkal/kg dikeluarkan untuk metabolisme basal yang berperan dalam
mempertahankan pemenuhan kebutuhan energi yang penting bagi hidup. Dalam keadaan
istirahat, kalori yang dikeluarkan untuk pengeluaran basal adalah sekitar 1,1 kkal/menit, yang
membutuhkan oksigen 200 hingga 250 mL/menit. Adanya aktivitas akan meningkatkan
kebutuhan kalori sesuai dengan keluaran energi yang dibutuhkan (tabel 59-1). Nilai kalori
karbohidrat, lemak, dan protein berturut-turut adalah sekitar 4,1 kkal/g, 9,3 kkal/g, dan 4,1
kkal/g. Lemak membentuk simpanan energi yang paling besar karena massanya yang lebih
besar dan nilai kalorinya yang tinggi (gambar 59-2) (Berne dkk, 2004). Sebenarnya bentuk
utama dimana tersimpan energi kimia potensial dalam tubuh adalah lemak (trigliserida).
Densitas kalori yang tinggi dan sifat hidrofobik dari trigliserida membuat penyimpanan
energi yang cukup tanpa akibat osmotik yang merugikan.
METABOLISME KARBOHIDRAT
Hati adalah tempat metabolisme karbohidrat yang mengatur pembentukan dan penyimpanan
glukosa berdasarkan kebutuhan metabolisme. Sekurangnya 99% dari seluruh energi yang
berasal dari karbohidrat digunakan untuk membentuk ATP dalam sel. Hasil akhir dari
pencernaan karbohidrat di saluran cerna adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Setelah
diabsorpsi ke sirkulasi, fruktosa dan galaktosa secara cepat diubah menjadi glukosa. Sehingga
glukosa merupakan molekul yang paling banyak dalam metabolisme karbohidrat. Glukosa ini
harus diangkut melalui membran sel menuju sitoplasma seluler sebelum dapat digunakan
oleh sel-sel. Pengangkutan ini menggunakan protein pembawa yang dikenal sebagai difusi
yang diperantarai pembawa, yang ditingkatkan oleh insulin. Segera memasuki sel, glukosa
diubah menjadi glukosa-6-fosfat di bawah pengaruh enzim glukokinase. Fosforilasi glukosa
ini mencegah keluarnya glukosa dari sel kembali ke sirkulasi.
Janin memperoleh hampir seluruh energinya dari glukosa yang didapat dari sirkulasi
ibunya. Segera setelah lahir, simpanan glikogen bayi cukup untuk menyediakan glukosa
hanya untuk beberapa jam. Selanjutnya proses glukoneogenesis terbatas pada bayi baru lahir.
Akibatnya bayi baru lahir rentan terhadap terjadinya hipoglikemia.
Glikogen
Setelah masuk ke dalam sel, glukosa dapat segera digunakan untuk mengeluarkan energi ke
sel atau dapat disimpan sebagai polimer glukosa yang disebut glikogen. Meskipun semua sel
dapat menyimpan sekurangnya beberapa glukosa dalabentuk glikogen, hati dan otot rangka
adalah yang paling utama dapat menyimpan glikogen dalam jumlah besar. Kemampuan
membentuk glikogen memungkinkannya menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar tanpa
mengubah tekanan osmotik cairan intraseluler secara signifikan. Pemecahan glikogen
dikatalisasi oleh aktivasi fosforilase di hati dan otot rangka melalui kerja epinefrin pada
reseptor beta.
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari asam-asam amino dan bagian gliserol
lemak. Proses ini terjadi pada saat simpanan karbohidrat tubuh menurun di bawah kadar
normal. Sekitar 60% asam amino dari protein tubuh dapat diubah dengan mudah menjadi
karbohidrat, sedangkan sisanya yang 40% memiliki susunan kimia yang membuatnya sulit
diubah.
Glukoneogenesis dirangsang oleh hipoglikemia. Selain itu pengeluaran kortisol yang
terus menerus memobilisasi protein, membuatnya tersedia dalam bentuk asam amino untuk
glikoneogenesis, khususnya di hati. Tiroksinjuga mampu meningkatkan laju
glukoneogenesis.
Tabel. 59-1. Perkiraan Keluaran Energi pada Orang Dewasa
Aktivitas Kalori yang Dikeluarkan (kkal/menit)
Basal 1,1
Duduk 1,8
Berjalan (2,5 mil/hari) 4,3
Berjalan (4 mil/hari) 8,2
Naik tangga 9,0
Berenang 10,9
Bersepeda (13 mil/hari) 11,1
Asam amino merupakan asam yang relatif kuat dan yterdapat di darah terutama dalam
bentuk terionisasi. Meskipun setelah makan, kadar asam amino darah hanya meningkat
beberapa miligram, menggambarkan keluaran yang cepat, khususnya oleh hati. Perjalanan
asam amino menuju sel membutuhkan mekanisme transport aktif, karena substansi ini terlalu
besar untuk melewati saluran di membran sel. Pada tubulus renal proksimal, asam amino
yang telah masuk filtrat glomerulus secara aktif diangkut kembali ke darah. Mekanisme
transport ini lebih tinggi di atas asam amino yang nampak di urin. Pada orang normal,
bagaimanapun kehilangan asam amino melalui urin setiap harinya dapat diabaikan.
Simpanan Asam Amino
Segera setelah masuk ke dalam sel, asam amino dikonjugasi di bawah pengaruh enzim
intraseluler menuju protein seluler. Sebagai akibatnya, kadar asam amino di dalam sel tetap
rendah. Memang simpanan asam amino dalam jumlah besar tidak terjadi, tetapi substansi-
substansi ini lebih disimpan sebagai protein di hati, ginjal, dan mukosa gastrointestinal.
Meski demikian protein ini dapat dengan cepat dipecah kembali menjadi asam amino dengan
pengaruh enzim-enzim pencernaan liposom intraseluler. Asam amino yang dihasilkan
kemudian dapat diangkut keluar sel menuju darah untuk mempertahankankadar asam amino
plasma yang optimal. Jaringan dapat mensintesis protein baru dari asam amino di darah.
Respon ini khususnya sangat jelas berkaitan dengan sintesis protein pada sel kanker. Sel-sel
kanker adalah pengguna asam amino yang sangat besar, dan secara terus menerus, protein di
jaringan lainnya akan berkurang secara menyolok.
Protein Plasma
Protein plasma ditunjukkan oleh (a) albumin, yang menyediakan tekanan osmotik koloid; (b)
globulin yang penting untuk imunitas alami dan didapat; dan (c) fibrinogen, yang berpolimer
menjadi benang fibrin panjang selama penggumpalan darah. Pada dasarnya, seluruh seluruh
albumin dan fibrinogen plasma dan sekitar 60% hingga 80% globulin dibentuk di hati. Sisa
dari globulin dibentuk di jaringan limfoid dan sel-sel lain dari sistem retikuloendotelial. Laju
pembentukan protein plasma oleh hati dapat meningkat pesat pada situasi, seperti luka bakar
berat, dimana terjadi kehilangan sebagian besar cairan dan protein melalui jaringan yang
gundul. Laju sintesis protein plasma oleh hati tergantung kadar asam amino dalam darah.
Meskipun dalam keadaan starvasi atau penyakit yang menyebabkan tubuh sangat lemah,
perbandingan antara protein jaringan total dengan protein plasma total pada tubuh relatif
menetap yaitu sekitar 33 : 1. Oleh karena keseimbangan yang dapat berubah antara protein
plasma dengan protein pada bagian tubuh lainnya, salah satu terapi yanmg paling efektif
untuk defisiensi protein akut adalah pemberian protein plasma intra vena. Dalam beberapa
jam, asam amino dari protein yang diberikan akan terdistribusi melalui sel-sel tubuh untuk
membentuk protein dimana mereka dibutuhkan.
Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dan khusunya berperan dalam
mempertahankan tekanan osmotik plasma. Selain itu, albumin penting sebagai pengangkut
substansi-substansi yang terikat dalam plasma sering termasuk obat-obatan yang diberikan
dari luar. Sintesis albumin normal per harinya adalah sekitar 10 g dan waktu paruh protain ini
sekitar 22 hari. Dengan demikian, kadar albumin serum tidak akan terlihat menurun pada
gagal hati akut fase awal. Sitokin yang berhubungan dengan sepsis dapat mempengaruhi
produksi albumin hati.
Faktor Koagulasi
Hepatosit adalah tempat pembentukan semua faktor koagulasi kecuali faktor von Willebrand
dan faktor VIIIC. Koagulasi dapat dihambat dengan cepat oleh gagal hati akut yang
menggambarkan pendeknya waktu paruh plasma (faktor VII 100 hingga 300 menit). Vitamin
K (pengeluarannya tergantung dari garam empedu) penting untuk perubahan beberapa faktor
pembekuan (protrombin, antitrombin, protein S dan protein C).
OBESITAS
Berperan penting dalam penyimpanan energi untuk kelangsungan hidup individu dan
kapasitas reproduktif, kemampuan menyimpan energi dalam bentuk jaringan lemak suatu saat
akan didapat manfaat untuk kelangsungan hidup (Rosenbaum dkk, 1997). Karena alasan
inilah, gen manusia yang mengistimewakan asupan dan cadangan energi diperkirakan ada
walaupun belum teridentifikasi. Namun gabungan antara kemudahan mendapat makanan
berkalori dan gaya hidup yang santai membuat konsekuensi metabolik dari gen yang
diperkirakan tersebut disalahartikan. Selain itu, pengobatan tertentu sering berhubungan
dengan peningkatan berat badan (tabel 59-5) (Purnell dan Weyer, 2003).