Anda di halaman 1dari 8

METABOLISME (SIKLUS KREBS)

Nella Riznanda Rachmadanti

P17211221016

Siklus Krebs merupakan serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada
mitokondria yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan
mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini
adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Siklus asam
sitrat ini disebut juga siklus krebs. Menggunakan nama Hans Krebs seorang
ahli biokimia yang banyak sumbangannya dalam penelitian tentang metabolisme
karbohidrat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006). Siklus krebs disebut juga siklus
asam sitrat karena senyawa pertama yang terbentuk adalah asam sitrat. Disebut
siklus asam trikarboksilat (-COOH) karena hampir di awal-awal siklus krebs,
senyawanya tersusun dari asam trikarboksilat.
Trikarboksilat itu merupakan gugus asam (-COOH) dan disebut siklus krebs
karena yang menemukan adalah Mr.Krebs, seorang ahli biokimia terkenal, yang
menemukan metabolisme karbohidrat juga  (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2005), Poedjiadi dan Supriyanti (2006),Siklus
Krebs memiliki tahapan yang masing-masing dikatalis oleh suatu enzim spesifik.
Berikut langka-langkahnya:

1. Pembentukan Asetil Koenzim A (Asetil KoA)


Asetil KoA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat dengan Koenzim A.
disamping itu asam lemak juga dapat menghasilkan asetil KoA pada
proses oksidasi. Reaksi pembentukan asetil KoA menggunakan kompleks
piruvatdehidrogenase sebagai katalis yang terdiri atas beberapa jenis
enzim.
 

2. Pembentukan Asam Sitrat


Asetil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai
zat pemberi gugus asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi.

Asam sitrat dibentuk oleh asetil KoA dengan asam oksaloasetat dengan cara
kondensasi. Enzim yang bekerja sebagai katalis adalah sitrat sintetase. Asam sitrat
yang terbentuk merupakan salah satu senyawa dalam siklus asam sitrat.

3. Pembentukan Asam Isositrat

Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat.
Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah akonitase. Dalam keadaan
keseimbangan terdapat 90% asam sitrat, 4% asam akoniat dan 6% asam isositrat.
Walaupun dalam keseimbangan ini asam isositrat hanya sedikit,tetapi asam
isositrat akan segera diubah menjadi asam kotaglutarat sehingga keseimbangan
akan bergeser ke kanan.

4. Pembentukan Asam a Ketoglutarat

Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat,kemudian


diubah lebih lanjut menjadi asam a ketoglutarat.
Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada reaksi pembentukan asam
oksalosuksinat dengan koenzim NADP, sedangkan enzim karboksilase bekerja
pada reaksi berikutnya. Pada reaksi yang kedua ini di samping asam
aketoglutamat, dihasilkan pula CO2.
Untuk 1 mol asam isositrat yang diubah,dihasilkan 1 mol NADPH dan 1 mol
CO2. Koenzim yang digunakan dalam reaksi selain NADP, juga NAD.
5. Pembentukan Suksinil KoA
Asam a ketoglutarat diubah menjadi suksinil KoA dengan jalan dekarboksilasi
oksidatif.
6. Pembentukan Asam Suksinat 
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim A
serta pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP).
Enzim suksinil KoA sintetase bekerja pada reaksi yang bersifat reversibel ini.
Gugus yang terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP.Katalis
dalam reaksi ini adalah nukleosida difosfokinase.
7. . Pembentukan Asam Fumarat 
Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui
prosesoksidasi dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD
sebagai koenzim.
8. Pembentukan Asam Malat
Asam malat terbentuk dari asam Fumarat dengan Cara adisi molekul air.Enzim
fumarase bekerja sebagai katalis dalam reaksi ini..
9. Pembentukan Asam Oksaloasetat
Tahap akhir siklus asam sitrat ialah dehidrogenasi asam malat untuk membentuk
asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah malat dehydrogenase.
METABOLISME PROTEIN

Protein makanan, daging dan sayur-sayuran mengandung banyak protein.


Protein akan dicerna didalam lambung menggunakan enzim pepsin yang aktif
pada pH 2-3. Pepsin pula dapat mencerna semua jenis protein dalam makanan
yang mencerna kolagen. Kolagen merupakan bahan dasar yang utama dalam
jaringan ikat pada kulit dan tulang rawan. Dari mulai proses pencernaan protein,
pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein total. Mengenai proses ini,
pemecahan atau penguraian protein adalah proses hidrolisis pada rantai
polipeptida. Proses pencernaan protein sebagian besar terjadi di dalam usus
dengan bentuk yang telah berubah yakni proteosa, pepton, dan polipeptida besar.
kemudian setelah memasuki usus, Bahan-bahan yang sudah di pecah sebagian
besar akan tercampur dengan enzim pankreas dibawah pengaruh enzim proteolitik
seperti tripsin, kimotripsin, dan peptidase. Baik tripsin maupun kimotripsin
memecah molekul protein tadi menjadi polipeptida kecil. Setelah itu peptidase
melepas asam-asam amino.

Asam amino yang berada didalam darah bermula dari penyerapan melalui
dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel, dan hasil protein sintetis asam
amino dalam sel, Asam amino yang disentetis dalam sel maupun yang diperoleh
dari proses penguraian protein dalam hati kemudian dibawah darah untuk
digunakan dalam jaringan. Pada hal ini, hati berfungsi mengatur konsentrasi asam
amino di dalam darah. Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh, melainkan
akan diurai dalam hati dan akan menjadi senyawa yang mengandung
unsur N, seperti NH3 (amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida), serta senyawa
yang tidak mengandung unsur N. Senyawa mengandung unsur N disentesis
menjadi urea. Pembentukan urea yang berlangsung dalam hati karena sel-sel hati
akan menghasilkan enzim arginase. Sedangkan urea yang dihasilkan tidak
dibutuhkan oleh tubuh, sehingga akan diangkut bersama zat-zat yang lainnya
menuju ke ginjal, Kemudian dikeluarkan melalui urin. Sebaliknya terjadi,senyawa
yang tidak mengandung unsur N disentetis akan kembali menjadi bahan baku
karbodihdrat dan lemak, sehingga dapat dioksidasi dalam tubuh supaya
menghasilkan energi.

METABOLISME LEMAK

Pencernaan lemak akan terjadi di dalam usus, itu karena usus mengandung enzim
lipase. Proses metabolisme lemak yakni lemak akan keluar dari lambung lalu
masuk ke usus dan menimbulkan ransangan terhadap hormon kolesistokinin.

Hormon ini menjadikan kantung empedu berkontraksi dengan mengeluarkan


cairan empedu ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Dalam empedu terdapat
garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak.

Emulsi lemak ialah pemecahan lemak yang berukuran besar menjadi butiran
lemak yang berukuran lebih kecil. Lemak berukuran lebih kecil adalah
trigeliserida yang teremulsi berfungsi memudahkan hidrolisis lemak oleh lipase
dari hasil pankreas.

Lalu lipase pankreas menghidrolisis lemak teremulsi agar menjadi campuran asam
lemak dan monogliserida (gliserida tunggal). Pengeluaran cairan pankreas yang
dirancang oleh hormon sekretin yang berfungsi meningkatkan jumlah senyawa
yang menghantar listrik (elektrolik) dan cairan pankreas serta pankreoenzim
dengan fungsi merangsang pengeluaran enzim-enzim di dalam cairan pankreas.

PERANAN ENZIM DAN HORMON DALAM METABOLISME TUBUH


a. Hormon Insulin: Insulin berperan penting dalam metabolisme glukosa dan
lemak. Cara kerja utamanya ialah merangsang pengambilan glukosa
(cadangan energi) dari lemak, otot, dan hati (liver). Tujuannya agar tubuh
memiliki energi dan kadar gula darah tetap terkontrol. Namun, fungsi
insulin dapat menurun pada orang dengan obesitas. Begitu sel tubuh tidak
lagi merespons insulin dengan baik, inilah yang disebut sebagai resistensi
insulin. Lama-kelamaan, resistensi insulin bisa berujung menjadi diabetes
tipe 2.
b. Hormon Glukagon
Seperti halnya insulin, glukagon merupakan hormon yang berperan dalam
metabolisme dan pengaturan gula darah. Bedanya, glukagon dihasilkan
oleh sel alfa pankreas dan fungsinya menjaga agar gula darah tidak
menurun terlalu rendah. Jika tidak makan dalam waktu lama, tubuh akan
kehabisan glukosa yang menjadi sumber energi utama. Hormon glukagon
merespons ini dengan mengubah glikogen kembali menjadi glukosa.
Dengan begitu, tubuh akan kembali memiliki energi.

c. Hormon tiroid
Hormon tiroid merupakan salah satu hormon terpenting dalam
metabolisme. Ini karena hormon tiroid merangsang pembentukan energi
hingga skala yang paling kecil, yakni di dalam jaringan tubuh Saat jumlah
hormon tiroid meningkat, akan ada lebih banyak lemak yang berpindah ke
plasma darah. Selain itu, hormon tiroid juga membantu mengubah asam
lemak menjadi energi. Hal ini dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida
sehingga baik bagi jantung. Pada saat yang sama, hormon tiroid juga
merangsang semua aktivitas yang berkaitan dengan metabolisme glukosa.
Misalnya, hormon ini merangsang pembentukan glukosa dari berbagai
sumber serta membantu sel tubuh menggunakan glukosa dengan efektif.

d. Hormon Epinefrin
Epinefrin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal
bagian tengah dan sel saraf tertentu. Hormon yang lebih dikenal sebagai
adrenalin ini memiliki beberapa fungsi, tapi yang utama yakni
mempersiapkan tubuh untuk merespons stres. Tubuh memerlukan lebih
banyak energi saat mengalami stres dan menghadapi bahaya. Guna
menyediakan energi tersebut, hormon epinefrin akan membantu tubuh
mengubah glikogen menjadi glukosa atau mencari energi dari sumber lain
(glukoneogenesis).
PERANAN ENZIM

Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi


dampak pencemaran lingkungan dan pemborosan energi karena reaksinya
tidak membutuhkan energi, bersifat spesifik dan tidak beracun. Enzim
telah dimanfaatkan secara luas pada berbagai industri produk pertanian,
kimia dan industri obat-obatan. Tiga sifat utama dari biokatalisator adalah
menaikkan kecepatan reaksi, mempunyai kekhususan dalam reaksi dan
produk serta kontrol kinetik (Akhdiya, 2003). Enzim memegang peranan
penting dalam proses pencernaan makanan maupun proses metabolisme
zat-zat makanan dalam tubuh. Fungsi enzim adalah mengurangi energi
aktivasi, yaitu energi yang diperlukan untuk mencapai status transisi (suatu
bentuk dengan tingkat energi tertinggi) dalam suatu reaksi kimiawi. Suatu
reaksi yang di katalisis oleh enzim mempunyai energi aktivasi yang lebih
rendah, dengan demikian membutuhkan lebih sedikit energi untuk
berlangsungnya reaksi tersebut. Enzim mempercepat reaksi kimiawi secara
spesifik tanpa pembentukan hasil samping dan bekerja pada larutan
dengan keadaan suhu dan pH tertentu. Aktivitas enzim dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu
dan pH (Pelczar dan Chan, 2005).

DAFTAR PUSTAKA:

https://hellosehat.com/pencernaan/hormon-metabolisme/

https://repository.unair.ac.id/25635/14/14.%20Bab%202.pdf
https://www.academia.edu/38725084/
KARBOHIDRAT_DAN_METABOLISME_KARBOHIDRAT

https://materibelajar.co.id/metabolisme-adalah-metabolisme-karbohidrat-
protein-lemak/

Anda mungkin juga menyukai