Anda di halaman 1dari 12

Nama : Afrilia Nursanti

Nim : P27220019140
Kelas : 1B D4 Keperawatan
Tugas BIOKIMIA : Metabolisme Karbohidrat

1. GLUCONEOGENESIS
Glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa yang bukan
karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis
berlangsung di dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat
dibawa oleh darah ke hati. Di dalam hati asam laktat diubah menjadi glukosa kembali
melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu glukoneogenesis (pembentukan
gula baru).
Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai
glukosa yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa
akhirnya berasal dari katabolisme asam amino. Glukoneogenesis mempunyai enzim
yang sama dengan glikolisis, tetapi karna termodinamika dan pengaturan,
glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi
dalam glikolisis yang tidak reversibel, yang artinya diperlukan enzim lain untuk
reaksi kebalikannya.
Glukokinase : (Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP)
Fosfofruktokinase : (Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP)
Piruvatkinase: (Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP)
Enzim glikolitik terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan
piruvatkinase akan mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat
digunakan untuk sintesis glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak
reversible, maka proses glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain.
Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang
melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang diperlukan untuk
mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.
Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi
fosfoenolpiruvat (PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvatkinase.
Perubahan ini dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami
dekarboksilasi membentuk oksaloasetat. Dalam reaksi ini memerlukan ATP
(adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase. layaknya enzim lainnya
yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin untuk
aktivitasnya. Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase
mitokondria. Pada reaksi ini, glukoneogenesis mengalami overlap (tumpang tindih)
dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma
dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma
mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP
(guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase.
Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-1,6-
bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi
membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang
ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir
glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.
Dengan penggantian dalam reaksi-reaksi glikolisis yang secara termodinamika
ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan dan
diubah dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang memerlukan
energi. Dua fosfat berenergi tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP.
ATP tambahan digunakan untuk melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-
bisfosfogliserat. Dibutuhkan satu NADH pada perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi
gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul piruvat digunakan pada sintesis satu
glukosa, maka setiap molekul glukosa yang disintesis dalam glukoneogenesis, sel
memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis dan glukoneogenesis tidak bisa bekerja
pada saat yang sama. Oleh karena itu, ATP dan NADH yang diperlukan pada
glukoneogenesis harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama asam lemak.
Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa disediakan
oleh katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum ditemukan
mengalami degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses
glukoneogenesis melalui reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lain diubah
menjadi zat antara 4 atau 5 karbon dari siklus asam sitrat sehingga dapat membantu
meningkatkan kandungan oksaloasetat dan malat mitokondria. Dari 20 asam amino
yang sering ditemukan dalam protein, hanya leusin dan lisin yang seluruhnya
didegradasi menjadi asetil-KoA yang menyebabkan tidak dapat menyediakan substrat
untuk glukoneogenesis.

Pengaturan Glukoneogenesis
Hati bisa menghasilkan glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan
glukosa melalui glikolisis, sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang
mencegah agar kedua lintasan ini bekerja serentak. Sistem pengaturan juga harus
menjamin jika aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu
pembentukan glukosa selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa banyak.
Aktivitas glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara
perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari
cadangan jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati.
Karena asam amino secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi
peningkatan kadar asam amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi
piruvat dan substrat lain glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan
asetil-KoA semuanya memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke
glukoneogenesis dan mencegah penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-KoA
secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan menghambat piruvat
dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi
oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat
pemecahan PEP yang baru terbentuk menjadi piruvat.
Jalur Glukoneogenesis
Proses glukoneogenesis dengan siklus asam sitrat berhubungan, yaitu suatu
reaksi kimia yang mengubah asam piruvat menjadi (CO2 + H2O) dan menghasilkan
energi dalam bentuk ATP, dengan proses oksidasi aerob. Apabila aerob otot
berkontraksi karena digunakan untuk bekerja, maka asam piruvat dan asam laktat
dihasilkan oleh proses glikolisis. Asam piruvat digunakan dalam siklus asam sitrat.
Ketika otot digunakan, jumlah asam piruvat yang dihasilkan melebihi jumlah asam
piruvat yang digunakan dalam siklus asam sitrat. Dalam keadaan demikian sejumlah
asam piruvat diubah menjadi asam laktat dengan proses reduksi. Reaksi ini akan
menghasilkan (NAD) + dari NADH. Pada proses glikolisis, asam laktat adalah hasil
yang terakhir. Untuk metabolisme lebih lanjut, asam laktat harus diubah kembali
menjadi asam piruvat terlebih dahulu. Demikian pula untuk proses glukoneogenesis.
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia
lagi. Maka tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak
tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya. Protein berperan
pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis
adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari
lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun
protein dijelaskan sebagai berikut :
a. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan
gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil
KoA masuk dalam siklus Krebs. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur
glikolisis.
b. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus
Krebs.
Peran Glukoneogenesis Dalam Tubuh
 Konsentrasi Glukosa Darah Diatur Dalam Batas-Batas Yang Sempit
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada
manusia dan banyak mamalia berkisar antara 4,5 – 5,5 mmol/L. setelah ingesti
makanan yang mengandung karbohidrat kadar tersebut naik hingga 6,5 – 7,2
mmol/L. Di saat puasa kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,5 – 3,9
mmol/L. Kadar glukosa darah pada burung sangat tinggi (14,0 mmol/L) dan pada
hewan pemamamh biak sangat rendah (sekitar 2,2 mmol/L pada domba dan 3,3
mmol/L pada ternak sapi).
Kadar yang lebih rendah ini tampaknya dikaitkan dengan kenyataan bahwa
hewan pemamah biak pada hakekatnya akan memfermentasikan semua karbohidrat
dalam pakannya menjadi asam lemak yang lebih rendah (mudah menguap), dan
unsur ini dengan luas menggantikan glukosa sebagai bahan bakar utama metabolik
jaringan dalam keadaan kenyang.
Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menimbulkan serangan
konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis insulin, karena ketergantungan
otak langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat
ditoleransi asalkan terdapat adaptasi tyang progresif; misal, tikus yang sudah
teradaptasi dengan diet tinggi lemak akan tampak normal dengan konsentrasi
glukosa darah 1,1 mmol/L.
 Mekanisme Metabolik dan Hormonal Mengatur Konsentrasi Glukosa Darah
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupakan
salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah
satu mekanisme dengan hati jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon turut
mengambil bagian. Sel-sel hati tampak dapat dilewati glukosa dengan bebas (melalui
transpoter GLUT 2), sedangkan sel-sel pada jaringan ekstrahepatik, dan glukosa
mengalami fosforilasi dengan cepat oleh heksokinase pada saat masuk ke dalam sel.
Sebaliknya, aktivitas enzim tertentu dan konsentrasi beberapa intermediat yang
penting mungkin memberi pengaruh yang jauh lebih langsung terhadap pengambilan
atau pengeluaran glukosa dari hati. Walaupun begitu, konsentrasi glukosa di dalam
darah merupakan factor penting yang mengendalikan kecepatan ambilan glukosa baik
di hati maupun jaringan ekstraepatik.

2. URIC ACID PATHWAY

3. METABOLISME FRUKTOSA
Fruktosa bisa didapat dari disakarida sukrosa atau juga ditemukan
sebagai monosakarida dalam buah. Terjadinya metabolisme fruktosa dimulai
ketika fruktosa didalam sel difosforilasi oleh heksokinase atau fruktokinase
yang akhirnya menjadi fruktosa 1 fosfat. Lalu akan dipecah menjadi DHAP
(dihidkrosiasetonfosfat) dan gliseraldehid oleh aldolase B. DHPA dapat secara
langsung masuk ke glikolisis dan klukoneogenesis khususnya didalam hati.
Lalu gliseraldehid tersebut dapat dimetabolisme menjadi sintesis TAG atau
dapat menjadi gliseral 3 fosfat. Fruktosa ini banyak terdapat didalam livet dan
menyebabkan sintesis dari asam lemak, lalu meningkatkan esterifikasi dari
asam lemak dan meningkatkan sekresi VLDL. Aldolase reduktase mereduksi
glukosa untuk mereduksi sorbitol kedalam jaringan retina, ginjal, sperma dll.
Di dalam hati sorbitol yang telah direduksi diubah menjadi fruktosa oleh
enzim sorbitol dehydrogenase dan inilah yang menjadi sumber energi.

4. METABOLISME GALAKTOSA
Galaktosa adalah senyawa karbohidrat yg tergolong dalam monosakarida, dan
termasuk golongan heksosa karna mempunyai 6 atom C dalam molekulnya.
Galaktosa merupakan salah satu monomare pembentuk laktosa, senyawa ini
ditemukan pada susu. Galaktosa mempunyai kemampuan menyerap dalam darah
sehingga memiliki nilai glycaemic index yg lebih rendah jika di bandingkan sukrosa.
Metabolisme Galaktosa menggunakan enzim B-galaktosidase dan dapat di
degradasi dengan lysosomal degradasi dari senyawa karbohidrat kompleks.
Mekanisme metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut :
 Fosforilasi Galaktosa : galaktosaakan di fosforilasi menjadi galaktosa-1-fosfat,
dgn menggunakan ATP sbg donor fosfat.
 Pembentukan UDP-galaktosa : galaktosa tidak bisa langsung masuk ke jalur
glikolisis sehingga harus diubah dahulu menjadi UPD-galaktosa yg selanjutnya
akan terjadi reaksi pertukaran antara UPD-glukosa dengan galaktosa-1-fosfat
sehingga terbentuk glukosa-1-fosfat dan UPD-galaktosa.
 Menggunakan UPD-galaktosa sbg sumber karbon pada glikolisis atau
gluconeogenesis : UPD-galaktosa bisa masuk dalam proses glikolisis, tapi
diubah menjadi C-4 promer, UPD-glukosa dengan bantuan dari UPD-hexosa 4-
epimerase.
 Peran UPD-galaktosa dalam reaksi biosintesis : UPD-galaktosa dapat
digunakan sbg donor dari unit galaktosa dalam beberapa jalur sintetis termasuk
dalam sintesis laktosa, glycolipid dan gycosaminoglycans.
Gangguan yg bisa terjadi dalam metabolisme galaktosa terutama pd individu yg
mengalami galaktosemia. Pada penderita galaktosemia terjadi gangguan galatosa-1-
fosfat terakumulasi di dalam sel sehingga dapat mempengaruhi jaringan tubuh.

5. PENGATURAN METABOLISME KARBOHIDRAT


Metabolisme karbohidrat adalah suatu proses kimia yang biasa terjadi di
dalam tubuh suatu mahluk hidup dan memiliki tujuan untuk mengolah serta mengatur
karbohidrat, baik itu anabokisme atau juga reaksi pembentukan maupun katabolisme
atau reaksi pemecahan. Karbohidrat ini disusun oleh suatu unsur yakni C, H, dan O;
yang memiliki sifat setelah dicerna usus karbohidrat akan diserap oleh usus halus.
Bentuk dari karbohidrat yang diserap oleh dinding usus halus ini disebut dengan
monosakarida yang sebagian besrnya nanti akan dibawa oleh aliran darah untuk
menuju ke hati, dan sebagian yang lain akan dibawa ke sel jaringan tertentu untuk
mengalami proses metabolisme yang lebih lanjut.

Dalam tubuh karbohidrat biasanya disimpan sebagai polimer panjang molekul


glukosa dengan ikatan glikosidik untuk dukungan structural(misalnya kitin ,selulosa )
atau untuk penyimpanan energi (misalnya glikogen , pati ). Namun, afinitas yang kuat
karbohidrat yang paling untuk membuat penyimpanan air dalam jumlah besar
karbohidrat tidak efisien karena berat molekul besar dari kompleks karbohidrat
terlarut air. Pada sebagian besar organisme, kelebihan karbohidrat secara teratur
catabolised untuk membentuk asetil-KoA , yang merupakan bahan baku
untuk sintesis asam lemak jalur, asam lemak , trigliserida , dan lipid yang biasanya
digunakan untuk penyimpanan jangka panjang energi.Karakter hidrofobik lipid
membuat mereka bentuk yang lebih kompak dari penyimpanan energi dari
karbohidrat hidrofilik. Namun, hewan, termasuk manusia, kurangnya mesin
enzimatik yang diperlukan dan sehingga tidak mensintesis glukosa dari lemak. 
Metabolism karbohidat dalam tbuh dapat terjadi sebagai berikut:
- Glikogenesis
Glikogenesis merupakan metabolisme karbohidrat yang mengubah glukosa menjadi
glikogen.
- Glikolisis
Glikolisis merupakan peristiwa penguraian karbohidrat menjadi asam piuvat.
Proses glikolisis memiliki beberapa sifat, berikut sifat – sifatnya:

 Oksidasi glukosa atau glikogen yang menjadi piruvat laktat.


 Bisa berlangsung secara anaerob dan juga aerob
 Diperlukan adanya energy dan juga enzim
 Dapat membentuk karbohidrat yang bisa memiliki atom tiga
 Terjadi sintesi ATP dari ADP + Pi

- Siklus asam sitrat

Siklus asam sitrat, atau siklus asam trikarboksilat, atau siklus Krebs adalah pusat
pengendali dalam respirasi seluler. Siklus ini terjadi setelah Glikolisis
dan menggunakan acetyl coenzim A (CoA), dibuat dari oksidasi piruvat, sebagai
bahan awalnya.

Tahap awal dari siklus ini adalah, acetyl CoA bergabung dengan molekul
penerima oksaloasetat untuk membentuk molekul sitrat. Kemudian, molekul sitrat
diubah menjadi karbon dioksida dan memproduksi NADH. Selanjutnya, molekul 4
karbon yang tersisa mengalami reaksi-reaksi tambahan, pertama membuat molekul
ATP, kemudian mereduksi pembawa elektron FAD (Flavin adenine dinucleotide)
menjadi FADH2, dan akhirnya menghasilkan NADH lagi. Himpunan reaksi-reaksi
ini menghasilkan kembali molekul awal, oksaloasetat, agar siklus ini bisa mengulang
kembali. Secara keseluruhan, satu putaran siklus asam sitrat melepaskan 2 molekul
karbon dioksida dan memproduksi 3 NADH, 1 FADH2, dan 1 ATP. Karena pada
Glikolisis, ada 2 piruvat yang dihasilkan, maka siklus asam sitrat terjadi dua kali
untuk setiap molekul glukosa.
- Jalur Fosfat Pentosa

Jalur fosfat pentosa atau pentose phosphate pathway adalah jalur metabolik yang


berjalan secara pararel dengan Glikolisis.  Jalur Fosfat Pentosa ini dibagi menjadi 2
fase, yaitu fase oksidatif dan fase non oksidatif.

 Fase oksidatif

Dalam fase ini, 2 molekul NADP+ direduksi menjadi NADH, memanfaatkan energi
dari perngubahan glukosa-fosfat menjadi ribulosa-5-fosfat. Reaksi keseluruhan untuk
proses ini adalah:

Glukosa-6-fosfat + 2 NADP+ + H2O —> Ribulose 5-fosfat + 2 NADPH + 2 H+ +


CO2.

 Fase non-oksidatif

fase non oksidatif bersifat reversibel (bisa dibalik). Hal ini memungkinkan molekul-
molekul yang berbeda untuk masuk ke jalur fosfat pentosa di area-area yang berbeda
pada fase non-oksidatif dan bisa ditransformasikan sampai molekul pertama dari fase
non-oksidatif , Pada fase ini akan dihasilakan ribulose-5-fofafat.

6. PENGATURAN KADAR GULA DALAM DARAH


Beberapa jaringan di dalam tubuh, seperti otak dan sel darah merah, bergantung
pada glukosa dalam memperoleh energi. Dalam jangka panjang, sebagian besar
jaringan juga memerlukan glukosa untuk fungsi lain misalnya digunakan untuk
membentuk gugus ribosa pada nukleotida atau bagian karbohidrat pada glikoprotein.
Oleh karena itu, agar dapat bertahan hidup, manusia harus memiliki mekanisme untuk
memelihara kadar gula darah (Fried, 2005:178) .
Kadar glukosa darah puasa pada orang normal berkisar antara 80 dan 90mg/dl
yang diukur sebelum makan pagi. Konsentrasi ini meningkat menjadi 120 sampai 140
mg/dl selama jam pertama atau lebih setelah makan, tetapi sistem umpan balik yang
mengatur kadar glukosa darah dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa
seperti semula dan biasanya terjadi dalam waktu 2 jam setelah absorbsi karbohidrat
terakhir (Guyton, 1997:205).
Karbohidrat yang berasal dari makanan akan dipecah menjadi monosakarida.
Sekitar 80% monosakarida tersebut adalah glukosa. Sebagian glukosa akan disimpan
dalam sel hati sebagai glikogen dan sebagian lagi akan masuk ke dalam jaringan
seperti otak, otot, dan jaringan lemak (adipose tissue) untuk disimpan atau
dimetabolisir menjadi energi. Kelebihan glukosa di dalam otot disimpan sebagai
glikogen dan glukosa yang masuk ke dalam jaringan lemak disimpan sebagai
trigliserida (Dalimartha, 2007:20).
Glukosa masuk ke dalam sel melalui dua cara, difusi pasif dan transport aktif.
Secara difusi pasif, masuknya glukosa tergantung pada perbedaan konsentrasi
glukosa antara media ekstraselular dan di dalam sel (intraselular). Secara transport
aktif, insulin berperan sebagai fasilitator pada jaringan tertentu. Insulin merupakan
hormon anabolik utama yang meningkatkan cadangan energi. Pada semua sel, insulin
meningkatkan kerja enzim yang mengubah glukosa menjadi bentuk cadangan energi
yang lebih stabil (glikogen).
Kekurangan insulin pada jaringan yang membutuhkannya (jaringan adipose, otot
rangka, otot jantung, otot polos) dapat mengakibatkan sel kekurangan glukosa
sehingga sel memperoleh energi dari asam lemak bebas dan menghasilkan metabolit
keton (ketosis) (Green, 2002:542).
Insulin pada hakekatnya adalah hormon anabolik yang memiliki pengaruh besar
terhadap metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Aksi insulin terhadap sel
antara lain :
1) insulin dapat mengatur permeabilitas sistem membran sel sasaran,
2) insulin dapat berpengaruh secara langsung terhadap sistem enzim intrasel,
3) insulin dapat bereaksi lewat suatu zat metabolis pemberi energi, atau
4) insulin dapat bereaksi secara langsung terhadap kromosom untuk
mengaktifkan atau menghambat gen-gen tertentu.
Insulin adalah peptida hormon yang dihasilkan oleh pankreas ketika konsentrasi
glukosa dalam kondisi normal (70-110 mg/dl). Sekresi hormon ini juga distimulasi
oleh beberapa asam amino seperti arginin dan leusin. Reseptor insulin terletak di
hampir seluruh membran sel yang ada di dalam tubuh kecuali pada otak, ginjal,
sepanjang saluran pencernaan dan sel darah merah sebab sel-sel tersebut dapat
menyerap glukosa tanpa bantuan insulin (Martini, 2006).

Anda mungkin juga menyukai