Anda di halaman 1dari 31

Judul

Nama (102013???)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Korespondensi: Mobile ---- / email: ----

Pendahuluan

Manusia

1
Pembahasan

Metabolisme Karbohidrat
A) Glikolisis dan Oksidasi Piruvat

Kebanyakan jaringan memerlukan glukosa. Di otak, kebutuhan ini bersifat substansial.


Glikolisis, yaitu jalur utama metabolisme glukosa, terjadi di sitosil semua sel. Jalur ini unik
karena dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, bergantung pada
ketersediaan oksigen dan rantai transpor elektron. Eritrosit yang tidak memiliki mitokondria,
bergantung sepenuhnya pada glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya, dan memetabolisme
glukosa melalui glikolisis anaerob. Namun, untuk mengoksidasi glukosa melewati piruvat
(produk akhir glikolisis) oksigen dan sistem mitokondria diperlukan.1

Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan jalur utama untuk
metabolisme fruktosa dan galaktosa, dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan.
Kemampuan glikolisis untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen sangat penting karena hal ini
memungkinkan otot rangka bekerja keras ketika pasokan O2 terbatas.1

Glikolisis dibagi menjadi dua fase yaitu fase preapartory dan fase payoff. Setiap molekul
glukosa yang melewati fase preparatory, dua molekul gliseraldehid-3-fosfat terbentuk. Kedua
molekul itu menuju fase payoff. Piruvat adalah produk akhir dari fase kedua glikolisis.2

Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui


fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan menggunakan ATP
sebagai donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dapat
dianggap bersifat ireversibel. Heksokinasi dihambat secara alosterik oleh produknya, yaitu
glukosa 6-fosfat. Untuk lebih jelas mengenai glikolisis dapat dilihat pada gambar 1.1

Di jaringan selain hati (dan sel pulau-pankreas), ketersediaan glukosa untuk glikolisis
dikontrol oleh transpor ke dalam sel yang selanjutnya diatur oleh insulin. Heksokinase memiliki
afinitas tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal enzim ini mengalami saturasi
sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk memenuhi
kebutuhan sel. Sel hati juga mengandung isoenzim heksokinase, glukokinase yang memiliki
afinitas rendah. Fungsi glukokinasi di hati adalah untuk mengeluarkan glukosa dari darah setelah

2
makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang melebihi kebutuhan untuk glikolisis, yang
digunakan untuk sintesis glikogen dan lipogenesis.1

Gambar 1. Proses Glikolisis2


3
Di jaringan selain hati (dan sel pulau-pankreas), ketersediaan glukosa untuk glikolisis
dikontrol oleh transpor ke dalam sel yang selanjutnya diatur oleh insulin. Heksokinase memiliki
afinitas tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal enzim ini mengalami saturasi
sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk memenuhi
kebutuhan sel. Sel hati juga mengandung isoenzim heksokinase, glukokinase yang memiliki
afinitas rendah. Fungsi glukokinasi di hati adalah untuk mengeluarkan glukosa dari darah setelah
makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang melebihi kebutuhan untuk glikolisis, yang
digunakan untuk sintesis glikogen dan lipogenesis.1

Glukosa 6-fosfat adalah senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa jalur
metabolik: glikolisis, glukoneogenesis, jalur pentosa fosfat, glikogenesis, dan glikogenolisis.
Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerasi yang
melibatkan suatu isomerasi aldosa-ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain yang dikatalisis
oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat. Reaksi fosfofruktokinase
secara fungsional dapat dianggap ireversibel dalam kadaan fisiologis; reaksi ini dapat diinduksi
dan diatur secara alosterik, dan memiliki peran besar dalam mengatur laju glikolisis. Fruktosa
1,6-bisfosfat dipecah menjadi aldolase menjadi dua triosa fosfat, gliseraldhida 3-fosfat dan
diidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat dapat saling
terkonveksi oleh enzim fosfotriosa isomerase.1

Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-bisfosfogliserat.


Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase, bersifat
dependen NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase, fosfat
dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP dan 3-fosfogliserat.1

Karena untuk setiap molekul glukosa yang mengalami glikolisis dihasilkan dua molekul
triosa fosfat, padan tahap ini dihasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa yang mengalamu
glikolisis. Lalu 3-fosfogliserat mengalami isomerasi menjadi 2-fosfogliserat oleh fosfogliserat
mutase. Besar kemungkinan bahwa 2,3-bisfosfogliserat merupakan zat antara dalam reaksi ini.1

Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang
membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida, dan jika pengambilan sampel
darah untuk mengukur glukosa dilakukan, tabung penampung darah tersebut diisi oleh fluorida

4
untuk menghambat glikolisis. Enzim ini juga bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+.
Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh piruvat kinase untuk membentuk dua
molekul ATP per satu molekul glukosa yang teroksidasi.1

Keadaan redoks jaringan kini menentukan jalur mana dari dua jalur yang diikuti. Pada
kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi oksigen.
Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisisi oleh laktat dehidrogenasi.
Terdapat berbagai isoenzim laktat dehidrogenasi spesifik-jaringan yang penting secara klinis.
Reoksidasi NADH melalui pembentukan laktat memungkinkan glikolisisi berlangsung tanpa
oksigen dengan menghasilkan cukup NAD+ untuk siklus berikutnya dari reaksi yang dikatalisis
oleh gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Pada keadaan aerob, piruvat diserap ke dalam
mitokondria, dan setelah menjalani dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil KoA, dioksidasi
menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat. Ekuivalen pereduksi dari NADH yang dibentuk dalam
glikolisis diserap ke dalam mitokondria untuk dioksidasi.1

Kebanyakan reaksi glikolisisi bersifat reversibel, namun ada tiga reaksi jelas bersifat
eksergonik dan karena itu harus dianggap ireversibel secara fisiologis. Ketiga reaksi tersebut,
yang dikatalisis oleh heksokinase (dan glukokinase), fosfofruktokinase, dan piruvat kinase,
adalah tempat-tempat utama pengendalian glikolisis. Fosfofruktokinase dihambat oleh ATP
dalam konsentrasi intrasel, hambatan ini dapat cepat dihilangkan oleh 5AMP yang terbentuk
sewaktu ADP mulai menumpuk, yang memberi sinyal akan perlunya peningkatan laju glikolisis.1

Fruktosa masuk ke jalur glikolisis melalui fosforilasi menjadi fruktosa 1-fosfat, dan tidak
melalui tahap-tahap regulatorik utama sehingga dihasilkan lebih banyak piruvat (dan asetil KoA)
daripada piruvat yang dibutuhkan untuk membentuk ATP. Di hati dan jaringan adiposa, ini
menyebabkan peningkatan lipogenesis dan tingginya asupan fruktosa berperan menyebabkan
obesitas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3.1

Gambar 2. Reaksi Oksidasi Piruvat2

5
Gambar 3. Regulasi Piruvat Dehidrogenase (PDH)3

Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter
proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA
oleh suatu kompleks multienzim yang terdapat di membran dalam mitokondria yaitu kompleks
piruvat dehidrogenase.1

Piruvat dehidrogenase dihambat oleh produknya, yaitu asetil-koA dan NADH. Enzim ini
juga diatur melalui fosforilasi oleh suatu kinase tiga residu serin pada komponen pirivat
dehidrogenase kompleks multienzim sehingga aktivitas enzim menurun, dan menyebabkan
peningkatan aktivitas melalui defosforilasi oleh suatu fosfatase. Kinase diaktifkan oleh
peningkatan rasio [ATP]/[ADP], [asetil-KoA]/[KoA], dan [NADH]/[NAD+]. Oleh sebab itu,
piruvat dehidrogenase, dan dengan demikian glikolisis, dihambat jika tersedia ATP dalam
jumlah memadai dan jika asam lemak teroksidasi. Di jaringan adiposa, tempat glukosa
menghasilkan asetil-KoA untuk lipogenesis, enzim tersebut diaktifkan sebagai respons terhadap
insulin.1

6
B) Siklus Asam Sitrat

Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi di mitokondria yang mengoksidasi gugus
asetil pada asetil-KoA dan mereduksi koenzim yang ter-reoksidasi melalui rantai transpor
elektron yang berhubungan dengan pembentukan ATP.1

Siklus asam sitrat adalah jalur bersama terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid, dan
protein karena glukosa, asam lemak, dan sebagian besar asam amino dimetabolisme menjadi
asetil-KoA atau zat-zat antara siklus ini. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis,
lipogenesis, dan interkonversi asam-asam amino. Banyak proses ini berlangsung di sebagian
besar jaringan, tetapi hati adalah satu-satunya jaringan tempat semuanya berlangsung dengan
tingkat yang signifikan.1

Siklus diawali dengan reaksi antara gugus asetil pada asetil KoA dan asam dikarboksilat
empat karbon oksaloasetat yang membentuk asam trikarboksilat enam-karbon, yaitu sitrat. Pada
reaksi-reaksi berikutnya, terjadi pembebasan dua molekul CO2 dan pembentukan ulang
oksaloasetat. Hanya sejumlah kecil oksaloasetat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi asetil-
KoA dalam jumlah besar. Proses ini bersifat aerob yang memerlukan oksigen sebagai oksidan
terakhir dari koenzim-koenzim yang tereduksi. Enzim-enzim pada siklus asam sitrat terletak di
matriks mitokondria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4. Tahapan Siklus Asam Sitrat.2

7
Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis oleh
sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon metil pada asetil-KoA dan
karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang terbentuk mengalami
hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASG (eksotermik).1

Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase. Racun fluoroasetat
bersifat toksik karena fluoroasetil-KoA berkondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk
fluorositrat, yang menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat.1

Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase untuk


membentuk oksalosuksinat yang tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi menjadi
-ketoglutarat. Terdapat tiga isoenzim isositrat dehidrogenase. Salah satunya yang menggunakan
NAD+, hanya terdapat di mitokondria. Dua lainnya menggunakan NADP+ dan ditemukan di
mitokondria dan sitosol. Oksidasi isositrat terkait-rantai respiratorik berlangsung hampir
sempurna melalui enzim yang dependen-NAD+.1

-ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif dalam suatu reaksi yang dikatalisis


oleh suatu kompleks multi-enzim yang mirip dengan kompleks multienzim yang berperan dalam
dekarboksilasi oksidatif piruvat. Kompleks -ketoglutarat dehidrogenase memerlukan kofaktor
yang sama dengan kofaktor yang diperlukan kompleks piruvat dehidrogenase serta menyebabkan
terbentuknya suksinil-KoA. Kesetimbangan reaksi ini jauh lebih menguntungkan pembentukan
suksinil-KoA sehingga fisiologisnya reaksi ini harus berjalan satu arah. Arsenit menghambat
reaksi ini yang menyebabkan akumulasi substrat yaitu -ketoglutarat.1

Suksinil-KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase (suksinil-KoA


sintetase). Reaksi ini adalah satu-satunya fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam sitrat.1

Metabolisme suksinat yang menyebabkan terbentuknya oksaloasetat, memiliki rangkaian


reaksi kimia yang sama seperti yang terjadi pada oksidasi asam lemak: dehidrogenasi untuk
membentuk ikatan rangkap karbon-ke-karbon, penambahan air untuk membentuk gugus
hidroksil, dan dehidrogenasi lebih lanjut untuk menghasilkan gugus okso pada oksaloasetat.1

Reaksi dehidrogenasi pertama yang membentuk fumarat dikatalisis oleh suksinat


dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam mitokondria. Fumarase

8
mengatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat
diubah menjadi oksaloasetat oleh malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
Meskipun keseimbangan reaksi ini jauh menguntungkan malat, namun aliran netto reaksi
tersebut adalah ke oksaloasetat karena oksaloasetat terus dikeluarkan sehingga reoksidasi NADH
terjadi secara kontinu.1

Akibat oksidasi yang dikatalisis oleh berbagai dehidrogenase pada siklus asam sitrat,
dihasilkan tiga molekul NADH dan satu FADH2 untuk setiap molekul asetil-KoA yang
dikatabolisme per satu kali putaran siklus. Ekuivalen pereduksi ini dipindahkan ke rantai
respiratorik, tempat reoksidasi masing-masing NADH menghasilkan pembentukan 3 ATP dan
FADH2 2 ATP. Selain itu, terbentuk 1 ATP melalui fosforilasi tingkat substrat yang dikatalisis
oleh suksinat tiokinase.1

C) Glikogenesis

Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati pada
tumbuhan; glikogen adalah polimer bercabang D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di hati
dan otot; meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan glikogen otot,
namun karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada massa hati, sekitar tiga-perempat
glikogen tubuh total berada di otot. Sebelum dijelaskan lebih lanjut, keseimbangan glikogen
dapat dilihat pada gambar 5.1

Gambar 5. Keseimbangan Glikogen.4


9
Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk
mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan. Setelah berpuasa 12 18 jam,
glikogen hati hampir seluruhnya terkuras. Meskipun glikogen otot tidak secara langsung
menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat
mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk
glukoneogenesis di hati.1

Seperti glikolisis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang


dikatalisis oleh heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami
isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat. Kemudian glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat
(UTP) untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang
dikatalisis oleh UDPGlc pirofosforilase. Reaksi berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc
karena pirofosfatase mengatalisis hidrolisis pirofosfat menjadi dua kali fosfat sehingga salah satu
produk reaksi dihilangkan. Untuk lebih jelas dapat lihat gambar 6.1

Gambar 6. Jalur Glikogenesis dan Glikogenolisis.3

10
Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1 glukosa
UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat (UDP).
Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada agar reaksi ini dapat
berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu orimer protein yang
dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat pada posisi 14 untuk membentuk
suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen sintase. Di otot rangka, glikogenin
tetap melekat pada bagian tengah molekul glikogen; di hati, jumlah molekul glikogen lebih
banyak daripada jumlah molekul glikogenin.1

Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di ujung
luar molekul sehingga cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen memanjang seiring
dengan terbentuknya ikatan 14 . Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11 residu glukosa,
sebagian rantai 14 dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh branching enzyme untuk
membentuk ikatan 16 sehingga terbentuk titik percabangan. Cabang tumbuh melalui
penambahan unit-unit 14 glukoasil dan percabangan selanjutnya.1

D) Glikogenolisis

Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan


mengatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-
fosfat. Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen dikeluarkan secara
sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi suatu cabang 16.
Hidrolisis ikatan 16 memerlukan debranching enzyme; glukan transferase dan debranching
enzyme mungkin merupakan kedua bentuk aktivitas dari suatu protein tunggal. Kerja fosforilase
selanjutnya dapat berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase dan enzim-enzim lain menyebabkan
terurainya glikogen secara sempurna. Reaksi yang dikatalisis oleh fosfoglukomutase bersifat
reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati glukosa 6-
fosfatase menghidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan glukosa yang diekspor sehingga
kadar glukosa darah meningkat. Tahap-tahap dalam glikogenolisis dapat dilihat pada gambar 7,
sedangkan kontrol fosforilase pada gambar 8.1

11
Gambar 7. Tahap-tahap dalam Glikogenolisis.2

Gambar 8. Kontrol Fosforilase.3

12
Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-glikogen fosforilase dan
glikogen sintase, diatur oleh mekanisme alosterik dan modifikasi kovalen karena terjadi
fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim sebagai respons terhadap kerja hormon.1

AMP siklik (cAMP) dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan dalam
membran sel dan berfungsi sebagai second messenger intrasel sebagai respons terhadap berbagai
hormon, misalnya epinefrin, norepinefrin, dan glukagon. cAMP dihidrolisis oleh fosfodiesterase
sehingga kerja hormon-hormon tersebut terhenti; di hati insulin meningkatkan aktivitas
fosfodiesterase.1

Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk diekspor guna
mempertahankan kadar glukosa darah, di otot berperan sebagai sumber glukosa 6-fosfat untuk
glikolisis sebagai respons terhadap kebutuhan akan ATP untuk kontraksi otot. Di kedua jaringan,
enzim diaktifkan oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh fosforilase kinase (untuk menghasilkan
fosforilase a) dan diinaktifkan oleh defosforilasi yang dikatalisis oleh fosfoprotein fosfatase
(untuk menghasilkan fosforilase b), sebagai respons terhadap sinyal hormon dan sinyal lain.1

Fosforilase a aktif di kedua jaringan dihambat secara alosterik oleh ATP dan glukosa 6-
fosfat; di hati, tetapi tidak di otot, glukosa bebas juga merupakan suatu inhibitor. Fosforilase otot
berbeda dari isoenzim di hati karena memiliki tempat pengikatan untuk 5AMP yang berfungsi
sebagai aktivator alosterik bentuk b terdefosforilasi (inaktif) enzim. 5AMP bekerja sebagai
sinyal poten statu energi sel otot; 5AMP terbentuk sewaktu konsentrasi ADP mulai meningkat,
akibat reaksi adenilat kinase: 2x ADP ATP + 5AMP.1

Fosforilase kinase diaktifkan sebagai respons terhadap cAMP. Peningkatan konsentrasi


cAMP anak mengaktifkan protein kinase dependen-cAMP yang mengatalisis fosforilasi oleh
ATP fosforilase kinase b inaktif menjadi fosforilase kinase a aktif yang selanjutnya
memfosforilasi fosforilase b menjadi fosforilase a. Di hati, cAMP dibentuk sebagai respons atas
menurunnya kadar glukosa darah; otot kurang peka terhadap glukagon. Di otot, sinyal untuk
meningkatkan pembentukan cAMP dalah efek norepinefrin yang disekresikan sebagai respons
terhadap takut dan cemas, ketika kebutuhan akan glikogenolisis meningkat agar aktivitas otot
dapat ditingkatkan.1

13
Baik fosforilase a maupun fosforilase kinase a mengalami defosforilasi dan diinaktifkan
oleh protein fosfatase-1. Protein fosfatase-1 dihambat oleh suatu protein, yakni inhibitor-1, yang
hanya aktif setelah terfosforilasi oleh protein kinase dependen c-AMP. Oleh sebab itu, cAMP
mengontrol baik pengaktifan maupun penginaktifan fosforilase. Insulin memperkuat efek ini
dengan menghambat pengaktifan fosforilase b. Hormon ini melakukannya secara tidak langsung
dengan meningkatkan penyerapan glukosa sehingga meningkatkan pembentukan glukosa 6-
fosfat yang merupakan suatu inhibitor fosforilase kinase.1

Seperti fosforilase, glikogen sintase terdapat baik dalam keadaan terfosforilasi maupun
tidak-terfosforilasi; namun, efek fosforilasi adalah kebalikan efek pada fosforilase. Glikogen
sintase a aktif mengalami defosforilasi dan glikogen sintase b inaktif mengalami fosforilasi.1

Terdapat enam protein kinase berbeda yang bekerja pada glikogen sintase. Dia
diantaranya bersifat dependen Ca2+. Kinase lain adalah protein kinase dependen-cAMP yang
memungkinkan hormon, melalui perantaraan cAMP, menghambat sintesis glikogen secara
sinkron dengan pengaktifan glikogenolisis. Insulin juga memacu glikogenesis di otot secara
bersamaan dengan penghambatan glikogenolisis dengan meningkatkan kadar glukosa 6-fosfat
yang merangsang defosforilasi dan pengaktifan glikogen sintase. Defosforilasi glikogen sintase b
dilaksanakan oleh protein fosfatase-1 yang berada dalam kendali protein kinase dependen-
cAMP.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 9.1

Gambar 9. Kontrol Glikogen Sintase.3

14
Pada saat yang sama dengan terjadinya pengaktifan fosforilase oleh peningkatan
konsentrasi cAMP, glikogen sintase diubah menjadi bentuk inaktif; kedua efek diperantarai oleh
protein kinase dependen-cAMP. Jadi, inhibisi glikogenolisis meningkatkan glikogenesis netto,
dan inhibisi glikogenesis meningkatkan glikogenolisis netto. Defosforilasi fosforilase a,
fosforilase kinase, dan glikogen sintase b dikatalisis oleh satu enzim dengan spesifitas yang luas
yaitu protein fosfatase-1. Selanjutnya. Protein fosfatase-1 dihambat oleh protein kinase
dependen-cAMP melalui inhibitor-1. Jadi, glikogenolisis dapat dihentikan dan glikogenesis
dirrangsang secara sinkron atau sebaliknya karena kedua proses bergantung pada aktivitas
protein kinase dependen-cAMP. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase dapat
difosforilasi secara reversibel di lebih dari satu tempat oleh kinase dan fosfatase yang berbeda.
Fosforilasi sekunder ini memodifikasi sensivitas bagian/tempat utama terjadinya fosforilasidan
defosforilasi. Fosforilasi sekunder ini juga memungkinkan insulin menimbulkan efek yang
timbal-balik dengan efek cAMP melalui peningkatan glukosa 6-fosfat.1

E) Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa


atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan
propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.1

Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan atau
cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial terutama
bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Glukosa juga
penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun asam lemak
adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu, glukoneognenesis membersihkan laktat
yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.1

Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,


fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis untuk
membentuk glukosa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 10.1

15
Gambar 10. Jalur Utama dan Glukoneogenesis dan Glikolisis Hati.3

16
Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan dua
reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis karboksilasi piruvat menjadi
oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin sebagai koenzim.
Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin sebelum penambahan CO2 ke
piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengatalisis dekarboksilasi dan
fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan menggunakan GTP sebagai donor
fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase dalam siklus asam sitrat menghasilkan GTP,
dan GTP ini digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat karboksikinase sehingga terbentuk
hubungan antara aktivitas siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk mencegah pengeluaran
berlebihan oksaloasetat untuk glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas siklus asam
sitrat.1

Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan glikolisis,


dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan apakah suatu
jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari triosa fosfat. Enzim
ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak ditemukan di otot jantung dan
otot polos.1

Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase. Enzim
ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak dapat
mengekspor glukosa ke dalam aliran darah.1

Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis


glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin difosfat glukosa dan glikogen sintase. 1

Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino glukogenik menghasilkan piruvat


atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi yang dijelaskan sebelumnya dapat
menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino glukogenik menjadi glukosa atau glikogen.1

Pada hewan bukan pemamah biak, termasuk manusia, propionat berasal dari oksidasi-
asam lemak rantai-ganjil yang terdapat pada lipid hewan pemamah biak, serta oksidasi isoleusin
dan rantai samping kolesterol, serta merupakan substrat bagi glukoneogenesis.1

17
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol
dalam keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas
menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk glukoneogenesis
di hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis triasilgliserol jaringan
adiposa digunakan semata-mata sebata substrat untuk glukoneogenesis di hati dan ginjal.1

Metabolisme Lemak
A) Oksidasi Asam Lemak

Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari asetil-
KoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari biosintesis asam
lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung di kompartemen sel
yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari biosintesis di sitosol
memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual, dan diintegrasikan sesuai kebutuhan
jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-KoA yang dikatalisis
oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD dan FAD sebagai koenzim, dan
menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang memerlukan keberadaan
oksigen.1

Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel asam-asam
ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya asam-asam lemak ini
tidak pernah benar-benar bebas. Asam lemak rantai-pendek lebih larut air dan terdapat dalam
bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.1

Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam
lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A, enzim tiokinase
mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-KoA yang menggunakan
satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan PPi. PPi dihidrolisis oleh
pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya yang memastikan
bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase ditemukan di retikulum
endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar mitokondria.1

18
Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai panjang
tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin palmitoiltransferase-I,
yang terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA rantai panjang menjadi
asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan memperoleh akses ke sistem oksidasi-
enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase bekerja sebagai pengangkut penukar di membran dalam
mitokondria. Asil karnitin diangkut masuk, dan disertai dengan pengangkutan keluar satu
molekul karnitin. Asil karnitin kemudian bereaksi dengan KoA yang dikatalisis oleh karnitin
palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran dalam. Asil-KoA terbentuk
kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.1

Pada oksidasi- , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA- yang
dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon - (2) dan (3) karena itu
dinamai oksidasi-. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA; Jadi, palmitoil-KoA
menghasilkan delapan molekul asetil-KoA.1

Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-, yang
menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah residu tiga karbon (propionil-KoA). Senyawa ini
diubah menjadi suksinil-KoA, suatu konstituen siklus asam sitrat. Karena itu, residu propionil
dari asam lemak rantai ganjil adalah satu-satunya bagian asam lemak yang bersifat glukogenik.1

B) Lipogenesis

Asam lemak disintesis oleh sistem ekstramitokondria yang bertanggung jawab untuk
menyintesis palmitat dari asetil-KoA di sitosol. Pada sebagian besar mamalia, glukosa adalah
substrat utama untuk lipogenesis, tetapi pada hewan pemamah biak substrat tersebut adalah
asetat, yaitu molekul bahan bakar terpenting yang dihasilkan dari makanan.1

Jalur utama sintesis de novo asam lemak berlangsung di sitosol. Sistem ini terdapaat di
banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru, kelenjar mamaria, dan jaringan adiposa.
Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP, Mn2+, biotin, dan HCO3-. Asetil-KoA adalah
substrat langsungnya, dan palmitat bebas adalah produk akhirnya.1

Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam lemak.
Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk karboksilasi asetil-KoA

19
menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA karboksilase. Asetil-KoA
karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah suatu protein multienzim yang
mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah bervariasi, masing-masing mengandung
biotin, biotin karboksilase, protein pembawa biotin karboksil, dan transkarboksilase, serta tempat
alosterik regulatorik. Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap: karboksilasi biotin yang
melibatkan ATP dan pemindahan karboksil ke asetil-KoA untuk membentuk malonil-KoA.1

Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh aktivitas
enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam lemak sintase
terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu protein yang disebut
protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan unggas, sistem sintase adalah
suatu kompleks polipeptida multienzim yang memasukkan ACP dan mengambil alih peran KoA.
Kompleks ini mengandung vitamin asam pantotenat dalam bentuk 4-fosfopantetein. Pemakaian
satu unit fungsional multienzim memiliki keunggulan berupa tercapainya efek
kompartementalisasi proses di dalam sel tanpa perlu membentuk sawar permeabilitas, dan
sintesis semua enzim di kompleks tersebut terkoordinasi karena dikode oleh satu gen.1

Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari dia
monomer identik, masing-masing menganding ketujuh aktivitas enzim lemak sintase pada sati
rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA berikatan dengan gugus
SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-KoA berikatan dengan SH di
dekatnya pada 4-fosfopantetein ACP di monomer yang lain yang dikatalisis oleh malonil
transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim. Gugus asetil menyerang gugus metilen di
residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil sintase dan membebaskan CO2, membentuk 3-
ketoasil enzimm membebaskan gugus SH sistein. Dekarboksilasi memungkinkan reaksi
tersebut berlangsung tuntas, dan menarik sekuens reaksi keseluruhan ke arah selanjutnya. Gugus
3-ketoasil akan tereduksi, terdehidrasi, dan kembali tereduksi untuk membentuk enzim asil-S
jenuh. Molekul malonil-KoA baru berikatan dengan SH pada 4fosfopantetein, menggeser
residu asil jenuh ke gugus SH sistein bebas. Rangkaian reaksi diulang enam kalo lagi sampai
terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh.1

Senyawa ini dibebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di kompleks,
yaitu tioesterase. Palmitat bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum dapat diproses lebih

20
lanjut melalui jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini mengalami estrifikasi menjadi
asilgliserol, pemanjangan rantai atau desaturasi, atau esterifikasi menjadi ester kolesteril.1

Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16 pada palmitat.
Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.1

C) Lipoprotein Plasma

Karena bersifat hidrofobik, lemak tidak dapat beredar secara bebas dalam darah, tetapi
dikemas menjadi ebberapa partikel agregat yang dikenal sebagai lipoprotein. Komposisi
lipoprotein bersifat tidak tetap karena komponennya mengalami proses pengambilan dan
pelepasan. Fungsi utama lipoprotein adalah mengangkut triasilgliserol (TAG) dan kolesterol
yang berasal dari diet atau sintesis endogen. Partikel- partikel ini juga mengangkut materi larut
lemak lainnya, Kilomikron adalah lipoprotein yang terbesar dan teringan, serta berfungsi
mengangkut TAG eksogen yang diperoleh dari diet. Kadarnya mencapai puncak dalam
peredaran darah dalam waktu 2- 4 jam setelah mengonsumsi hidangan berlemak tetapu dapat
terus memasuki tubuh sampai 14 jam terutama setelah mengonsumsi hidangan berlemak tinggi.
Kilomikron melepas asam lemak ketika beredar ke seluruh tubuh dan sisanya diambil oleh hati.
Lalu ada VLDL very low density lipoprotein yang diproduksi di hati melalui resintesis TAG dari
asam lemak yang diangkut ke hatu. Puncak pelepasan VLDL dari hati terjadi 2- 3 jam setelah
makan, tetapi jika kilomikron masih ada, kilomikron akan dimetabolisme terlebih dahulu. Ketika
VLDL melepaskan TAG, maka kadar kolesterol naik dan VLDL berubah menjadi LDL.3,6

LDL atau low density lipoprotein berfungsi untuk mengangkut kolesterol ke jaringan
yang memerlukannya untuk membran sel dan sintesis metabolit seperti hormon steroid. Ambilan
LDL dapat bervariasi berdasarkan kebutuhan sel akan kolesterol. Lalu ada HDL atau high
density lipoprotein disintesis di usus dan hati. HDL berfungsi mengumpulkan kolesterol bebas
dari jaringan perifer. HDL ini diesterifikasi oleh LCAT menjadi ester kolesterol.\ utnuk
mempertahankan gradien konsentrasi ke dalam HDL. Lemak juga disimpan sebagai cadangan
energi dalam adiposit yang terdapat di jaringan adiposa. Sel- sel ini hanya mencakup sekitar
setengah dari jumlah keselurahan sel yang ada di dalam jaringan sisanya teridri atas fibroblas,
makrogaf, dan jaringan vaskular. Jaringan adiposa putih adalah bentuk yang paling banyak
dijumpai; sel- selnya menyimpan lemak sebagai droplet tunggal yang memenuhi hampir seluruh

21
sel. Jenis lemak ini mencerminkan jenis lemak yang dikonsumsi. Ada juga jaringan adiposa
coklat yang sebagian beasr ditemukan pada anak kecil tetapi mungkin juga dijumpai pada orang
dewasa. Adiposa ini memiliki lebih banyak mitokondria, pembuluh darah kapier, dan serabut
saraf daripada jaringan adiposa putih. Pada anak kecil dan hewan, adiposa coklat ini merupakan
sarana pembangit panas dan mungkin juga berperan dalam mekanisme pembuangan energi pada
orang dewasa dan bermanfaat untuk keseimbangan energi. 3,6

Metabolisme Benda Keton3


A) Ketogenesis

Ketogenesis terjadi jika laju oksidasi asam lemak di hati tinggi. Dalam kondisi metabolik
dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi, hati menghasilkan banyak asetoasetat dan D(-)-3-
hidroksibutirat (-hidroksibutirat). Asetosetat secara terus menerus mengalami dekarboksilasi
spontan untuk menghasilkan aseton. Ketiga zat ini secara kolektif dikenal sebagai badan
keton(disebut juga badan aseton). Asetoasetat dan 3-hidroksibutirat dapat saling terkonversi oleh
enzim mitokondria yakni D(-)-3-hidroksibutirat dehidrogenase, keseimbangan dikendalikan oleh
ratio [NAD+]/[NADH], mitokondria yaitu status redoks. konsentrasi badan keton total dalam
darah pada mamalia cukup gizi secara normal tidak melebihi 0,2 mmol/l, kecuali pada pemamah
biak yang membentuk 3-hidroksibutirat secara terus-menerus dari asambutirat (suautu produk
fermentasi pada pemamah biak) di dinding perut pertama (rumen). In vivo, hati tampaknya
adalah satu-satunya organ pada hewan non pemamah biak yang menambhakan badan keton
dalam jumlah bermakna.

Enzim yang bertanggung jawab dalam pembentukkan badan keton trutama berkaitan
dengan mitokondria. Dua molekul asetil-KoA yang terbentuk dalam oksidasi- menyatu dan
membentuk asetoasetil-KoA melalui pembalikkan reaksi tiolase. Asetoasetil-KoA yang
merupakan bahan awal untuk ketogenesis juga secara langsung dibentuk dari empat karbon
terminal asam lemak selama terjadinya oksidasi-. Kondensasi asetoasetil-KoA dengan molekul
lain asetil-KoA oleh 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA sintase membentuk 3-hidroksi-3-
metilglutaril-KoA liase kemudian menyebabkan asetil-KoA terlepas dari HMG-KoA yang
menyisakan asetoasetat bebas. Atom-atom karbon yang terlepas di molekul asetil-KoA berasal
dari molekul asetoasetil-KoA awal. Agar terjadi ketogenesis, kedua enzim harus terdapat di
mitokondria. Hal ini hanya dijumpai di hati dan epitel pemamah biak. Pada keadaan ketosis, D(-
22
)-3-hidroksibutirat secara kuantitatif merupakan badan keton utama yang terdapat dalam darah
dan urin.

Badan keton berfungsi sebagai bahan bakar bagi jaringan ekstrahepatik. Sementara
mekanisme enzimatik aktif mengahsilkan asetoasetat dan asetoasetil-KoA di hati, asetoasetat
yang telah terbemntuk tidak dapat direkativasi secara langsung kecuali di sitosol, tempat ini
digunakan di jalur yang jauh kurang aktif sebagai prekursor dalam sintesis kolesterol. Inilah yang
menyebabkan pembentukkan netto badan keton oleh hati.

Di jaringan ekstrahepatik, asetoasetat diaktfikan menjadi asetoasetil-KoA oleh suksinil


KoA-asetoasetat KoA transferase. KoA dipindahkan dari suksinil-KoA untuk membentuk
asetoasetil-KoA. Asetoasetil-KoA dipecah menjadi asetil-KoA oleh tiolase dan dioksidasi dalam
siklus asam sitrat. Jika kadarnya dalam darah menigkat, oksidasi badan keton meningkat sampai,
(pada konsentrasi sekitar 12mmol/L) badan-badan keton ini mneyebabkan pernakgat oksidatif
mengalami kejenuhan. Jika hal ini terjadi, sejumlah besar konsumsi oksigen diperlukan untuk
mengoksidasi badan keton.

Pada kebanyakan kasus, ketonemia disebabkan oleh menigkatmya produksi badan keton
oleh hati, bukan karena defisiensi pemakaiannya oleh jaringan di luar hati. Sementara asetoasetat
dan D(-)-3-hidorksibutirat mudah oleh jaringan ekstrahepatik, aseton sulit dioksidasi in vivo dan
umumnya dikeluarkan dari paru. Pada ketonemia moderat, pengeluaran badan keton melalui urin
hanya mencerminkan sebagian kecil produksi dan pemkaian badan keton total. Karena terdapat
efek mirip ambang ginjal (tidak terdapat ambang sejati) yang berbeda antarspesies dan individu,
pengukuran ketonemia dan bukan ketonemia merupakan metode yang dianjurkan untuk menilai
derajat keparahan ketosis.

B) Faktor Utama Produksi Benda Keton

Terdapat tiga alasan utama untuk penurunan persediaan glukosa dan laju oksidasi asam
lemak dan produksi keton yang berlebihan. Pertama adalah kelaparan karena dapat
mengakibatkan oksidasi beta asam lemak berlebihan karena kurangnya glukosa untuk energy.
Kedua adalah diet rendah karbohidrat, tinggi lemak karena dapat meningkatkan kadar keton
dalam darah karena tidak ada jalur biokimia untuk mengubah lemak menjadi karbohidrat dan
asam lemak menjadi sumber energi utama. Ketiga adalah Diabetes Melitus (DM) tidak

23
terkontrol, keadaan ini mengakibatkan kekurangan insulin yang merangsang pemasukan dan
penyimpanan glukosa dalam sel tubuh, mengakibatkan oksidasi asam lemak berlebihan sebagai
pengganti glikolisis.

Metabolisme Energi

Semua proses yang teriadi di dalam sel hidup adalah proses transformasienergi. Energi
kimia yang terkandung dalam ikatan karbon-karbon dankarbon-hidrogen diubah menjadi bentuk
lain: informasi yang terkandung dalam struktur kimia DNA yang kompleks, gradien potensial
elektrokimia yangdapat menciptakan lingkungan intrasel sehingga berbeda dari lingkungan
disekitarnya, atau gerakan teratur kelompok sel. Transformasi energi yang terlibat dalam
pemanfaatan energi ikatan kimia bahan bakar untuk proses di dalam sel yang memerlukan energi
dapat dibagi menjadi tiga fase: pembentukan energi dari oksidasi bahan bakar, perubahan energi
ini menjadiikatan lostat berenergi tinggi ATP (yaitu bentuk yang secara biologis berguna), dan
penggunaan energi pada ikatan losiat ATP untuk menjalankanproses yang memerlukan energi.5

Dua fase pertama dari transformasi energi adalah bagian dari proses pernapasan
(respirasi) sel. yaitu penggunaan O2 untuk menghasilkan ATP darioksidasi bahan bakar rneniadi
CO2. Pernapasan sel adalah suatuproses mitokondria dan jalur-jalurnya terdapat, sebagian besar,
di mitokondria.5

Pada fase 1 pernapasan, energi berasal dari oksidasi bahan bakar olehenzim yang
memindahkan elektron dari bahan bakar ke koenzim NAD+ danFAD sebagai penerima elektron.
Kedua koenzim ini masing-masing mengalami reduksi menjadi NADH dan FAD(2H). Jalur
untuk oksidasi glukosa,asamlemak, badan keton, dan banyak asam amino menyatu dalam
pembentukangugus asetil 2-karbon aktif dalam asetil KoA. Oksidasi sempuma gugus
asetilmenjadi CO2 berlangsung di dalam siklus asam trikarboksilat (ATK), yangmengumpulkan
energi terutama sebagai NADH dan FAD(2H).5

Fase 2 pernapasan sel berlangsung di mitokondria. Energi yang berasaldari oksidasi


bahan bakar diubah menjadi ikatan fostat berenergi tinggi ATPmelalui proses fosforilasi
oksidatif. Terjadi pemindahan elektron dari NADHdan FAD(2H) ke O2 oleh rantai transpor
elektron mitokondria. Proses ini menimbulkan potensial elektrokimia dalam bentuk gradien

24
proton transmembranyang dapat digunakan untuk mendorong pembentukan ATP dari ADP dan
Pi.5

Energi bebas yang tersedia dari hidrolisis ATP kemudian digunakan untukmenjalankan
proses yang memerlukan energi dengan mengubah konformasienzim dan protein lain yang
memudahkan proses tersebut berlangsung. Padaumumnya, kecepatan reaksi yang terlibat dalam
oksidasi bahan bakar diselaraskan secara ketat dengan kecepatan penggunaan ATP oleh
mekanismepengaturan umpan-balik. Pengaturan umpan-balik menghasilkan simpananbahan
bakar yang tidak segera diperlukan untuk sintesis ATP.Walaupun pembentukan ATP dari
fosforilasi oksidatif merupakan halesensial bagi kehidupan. Oksigen juga memiliki potensi
toksik bagi sel. Oksigen memiliki kecenderungan membentuk radikal oksigen dan spesies
oksigen reaktif (reactive oxygen species, ROS) lainnya. Spesies oksigen reaktif dapat memulai
reaksi rantai radikal bebas, merusak DNA, menyebabkan denaturasi protein, dan menyebabkan
degradasi lemak membran. Sel dilindungi dari toksisitas oksigen oleh mekanisme pertahanan
enzimatik dan vitamin antioksidan, misalnya vitamin E.5

Satu-satunya jalur metabolisme bahan bakar yang dapat menghasilkan ATP tanpa
oksigen adalah glikolisis anaerobik. Dalam glikolisis, 1 mol glukosa diubah menjadi 2 mol
piruvat oleh reaksi yang berlangsung di dalam sitosol. Dihasilkan ATP oleh pemindahan fosfat
dari zat antara terfosforilasi yang berenergi tinggi ke ADP melalui proses yang disebut sebagai
fosforilasi tingkat substrat (substrat level phosphorylation). Apabila piruvat direduksi menjadi
laktat oleh NADH, pembentukan ATP ini tidak memerlukan osigen dan disebut sebagai
glikolisis anaerobik. Glikolisis anaerobik memungkinkan jaringan dengan penggunaan oksigen
yang terbatas, atau memiliki sedikit atau tanpa mitokondria, untuk menghasilkan piruvat yang
masuk ke dalam mitokondria dan diubah menjadi asetil KoA untuk oksidasi dalam siklus asam
triarboksilat.5

Asam lemak adalah bahan bakar utama dalam tubuh. Setelah makan makanan tinggi
karbohidrat, karbohidrat yang jumlahnya melebihi kebutuhan segera disimpan sebagai unit-unit
glukosil dalam glikogen atau diubah menjadi triasilgliserol (lemak) untuk simpanan dalam
jaringa adiposa. Asam lemak dari makanan lemak juga disimpan sebagai triasilgliserol adiposa.
Di anatara waktu makan, asam lemak dibebaskan dari simpanan jaringan adiposa, beredar dalam
darah sebagai asam lemak-albumin, dan dioksidasi menjadi asetil KoA di dalam otot, hati, dan

25
banyak jaringan lain melalui jalur oksidasi-. Asetil KoA masuk ke dalam siklus asam
triarboksilat dan sioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O. Di hati, asetil KoA juga dapat
diubah menjadi bahan bakar utama untuk otak selama puasa jangka panjang. Jalur oksidasi asam
lemak dan badan keton menggunakan NAD+ dan FAD untuk mengumpulkan elektron dan
fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.5

Semua sel dengan tiada henti-hentinya menggunakan ATP dan memerlukan pasokan
bahan bakar yang konstan untuk menghasilkan energi untuk pembentukan ATP. Tersedianya
bahan bakar secara konstan walaupun pasokan makanan dan kecepatan penggunaan bahan bakar
tersebut berubah-ubah disebut homeostasis metabolik. Homeostasis metabolik disempurnakan
oleh hormon yang mengatur jalur penyimpanan dan penggunaan bahan bakar, terutama oleh
insulin dan hormon yang melawan kerja insulin yaitu glukagon, epinefrin, dan kortisol.5

Glukosa memiliki peran khusus dalam homeostasis metabolik karena otak dan banyak
jaringan lain memerlukan glukosa untuk memenuhi semua, atau sebagian, kebutuhan energinya.
Oleh karena itu, kadar glukosa darah dipertahankan sekitar mg/dL. Kadar insulin yang tidak
adekuat, atau resistensi jaringan terhadap efek insulin, menimbulkan hiperglikemia yang khas
untuk diabetes melitus.Untuk lebih jelas regulasi metabolisme karbohidrat dapat dilihat pada
gambar 11.5

Gambar 11. Regulasi Metabolisme Karbohidrat.4

26
Struktur Makroskopis Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dantebal sekitar 12,5
cm dan tebal + 2,5 cm (pada manusia). Pankreas terbentang dariatas sampai ke lengkungan besar
dari perut dan biasanya dihubungkan oleh duasaluran ke duodenum (usus 12 jari), terletak pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial
kecuali bagian kecilcaudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis. Strukturnya lunak
dan berlobulus.

Gambar 12. Anatomi Pankreas

Pankreas dapat dibagi ke dalam 4 bagian. Caput Pancreatis berbentuk seperti cakram dan
terletak di dalam bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas di kiri di belakang arteri dan
vena mesenterica superior serta dinamakan Processus Uncinatus. Collum Pancreatis merupakan
bagian pancreas yang mengecil danmenghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum
pancreatisterletak di depan pangkal vena portae hepatis dan tempatdipercabangkannya arteria
mesenterica superior dari aorta. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garistengah.
Pada potongan melintang sedikit berbentuk segitiga. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju
ligamentumlienorenalis dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.

Bagian anterior, berjalan dari kanan ke kiri berhubungan dengan colon transversum dan
perlekatan mesocolon transversum, bursa omentalis, dan gaster. Bagian posterior berjalan dari
kanan ke kiri, terdapat ductus choledochus, vena portae hepatisdan vena lienalis, vena cava

27
inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major sinistra, glandula
suprarenalis sinistra, rensinister, dan hilum lienale.

Diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis superior (cabang arteri gastroduodenalis ),


arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang arteri mesenterica cranialis), arteri pancreatica
magna dan arteri pancretica caudalis dan inferior cabang arteri lienalis. Sementara pembuluh
baliknya adalah vena yang sesuai dengan arterinya, mengalirkan darah ke sistem porta. Aliran
limfatikny adalah kelenjar limfe yang terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar.
Pembuluh eferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan mesenterica
superiors. Inervasi berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca)
dan parasimpatis (vagus).

Struktur Mikroskopis Pankreas

Bagian endokrin pankreas, yaitu Pulau Langerhans, tersebar di seluruh pankreas dan
tampak sebagai massa bundar, tidak teratur, terdiri atas sel pucat dengan banyak pembuluh darah
yang berukuran 76175 mm dan berdiameter 20 sampai 300 mikron tersebar di seluruh pankreas,
walaupun lebih banyak ditemukan di ekor daripada kepala dan badan pankreas. Pulau ini
dipisahkan oleh jaringan retikular tipis dari jaringan eksokrin disekitarnya dengan sedikit serat-serat
retikulin di dalam pulau. Sel-sel ini membentuk sekitar 1% dari total jaringan pancreas. Pada
manusia, pulau Langerhans terdapat sekitar 1-2 juta pulau. Masing-masing memiliki pasokan darah
yang besar. Darah dari pulau Langerhans mengalir ke vena hepatika. Sel-sel dalam pulau dapat dibagi
menjadi beberapa jenis bergantung pada sifat pewarnaan dan morfologinya.

Gambar 13. Histologi Pankreas

28
Dengan pewarnaan khusus, sel-sel pulau Langerhans terdiri dari empat macam. Sel Alfa,
sebagai penghasil hormon glukagon. Terletak di tepi pulau,mengandung gelembung sekretoris
dengan ukuran 250nm, dan batas intikadang tidak teratur. Sel Beta, sebagai penghasil hormon
insulin. Sel ini merupakan sel terbanyak dan membentuk 60-70% sel dalam pulau. Sel beta
terletak di bagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau, mengandung kristaloidromboid atau
poligonal di tengah, dan mitokondria kecil bundar dan banyak. Sel Delta, mensekresikan hormon
somatostatin. Terletak di bagian manasaja dari pulau, umumnya berdekatan dengan sel A, dan
mengandunggelembung sekretoris ukuran 300-350 nm dengan granula homogen. Sel F, mensekresikan
polipeptida pankreas. Pulau yang kaya akan sel F berasal dari tonjolan pankreas ventral.

Hormon yang Berperan


Glukagon

Molekul glukagon adalah polipepida rantai lurus yang mengandung 29nresidu asam
amino dan memiliki molekul 3485. Glukagon merupakan hasil darisel-sel alfa, yang mempunyai
prinsip aktivitas fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini dengan
mempercepat konversi dariglikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam amino, gliserol,
danasam laktat, menjadi glukosa (glukoneogenesis). Kemudian hati mengeluarkan glukosa ke
dalam darah, dan kadar gula darah meningkat.

Sekresi dari glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darahmelalui sistem
feed-back negative. Ketika kadar gula darah menurun sampai di bawah normal, sensor-sensor
kimia dalam sel-sel alfa dari pulau Langerhans merangsang sel-sel untuk mensekresikan
glukagon. Ketika gula darah meningkat,tidak lama lagi sel-sel akan dirangsang dan produksinya
diperlambat.

Jika untuk beberapa alasan perlengkapan regulasi diri gagal dan sel-sel alfa
mensekresikan glukagon secara berkelanjutan, hiperglikemia (kadar guladarah yang tinggi) bisa
terjadi. Olahraga dan konsumsi makanan yangmengandung protein bisa meningkatkan kadar
asam amino darah juga menyebabkan peningkatan sekresi glukagon. Sekresi glukagon dihambat
oleh GHIH (somatostatin).Glukagon kehilangan aktivitas biologiknya apabila diperfusi melewati
hatiatau apabila diinkubasi dengan ekstrak hati, ginjal atau otot. Glukagon jugadiinaktifkan oleh

29
inkubasi dengan darah. Indikasinya ialah bahwa glucagon dihancurkan oleh sistem enzim yang
sama dengan sistem yang menghancurkan insulin dan protein-protein lain.

Gizi yang Baik Untuk Bayi 4 Bulan

Seorang ibu yang baik seyogyanya memberikan makanan yang sehat dan berkualitas bagi anak
bayinya. Seiring dengan bertambahnya umur bayi, kemampuan anak bayi dalam menerima jenis
asupan makanan akan berbeda menurut jenjang umurnya. Agar kesehatan anak bayi tetap terjaga
dan kebutuhan gizi anak bayi tercukupi perlu diperhatikan jenis makanan yang diberikan ke anak
bayi anda. Makanan yang baik untuk bayi umur 0 6 bulan adalah:

1. Pemberian kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-
kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang tinggi.

2. Pemberian ASI saja/ ASI Eksklusif


Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama
setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat
bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu.
Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

30
Kesimpulan

Sistem

Daftar Pustaka
1.Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2009. h.
132-86.
2.Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. 4th edition. New York: W. H.
Freeman and Company; 2005. p. 521-820.
3. Murray RK, Rodwell VW, Bender D, Botham KM, Weil PA, Kennelly PJ. Harper's illustrated
biochemistry. 28th ed. United States: McGraw Hill Professional; 2009.
4. Koolman J, Roehm KH. Color atlas of biochemistry. 2nd ed. Stuttgart: Georg Thieme Ver-lag;
2005. p. 157,163.
5. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2000. h. 267-9.
6. Lehninger AL. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: Erlangga; 1990

31

Anda mungkin juga menyukai