Anda di halaman 1dari 39

Mekanisme Kerja Hormon dan Metabolisme Nutrisi Tubuh

Theofilio Leunufna 102012065 B6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 theofilio.leunufna@civitas.ukrida.ac.id Pendahuluan Energi dibutuhkan untuk proses-proses fisiologis yang berlangsung dalam sel-sel tubuh. Proses ini meliputi kontraksi muskular, pembentukan dan penghantaran impuls saraf, sekresi kelenjar, mempertahankan suhu melalui produksi panas, mekanisme transpor aktif, dan berbagai jenis reaksi sintesis dan degradasi.1 Bagaimana tubuh mengetahui kapan mengubah kecepatan metabolismenya dari anabolisme dan penyimpanan nutrien ke katabolisme dan penghematan glukosa? Aliran nutrien-nutrien organik di sepanjang jalur-jalur metabolik dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk insulin, glukagon, epinefrin, kortisol, dan hormon pengatur yang paling dominan mengubah-ubah jalur metabolik dari anabolisme netto menjadi katabolisme netto bolak-balik dan penghematan glukosa, masing-masing bergantung pada apakah tubuh berada dalam keadaan kenyang atau puasa.2 Dewasa ini banyak sekali terjadi kasus kelaparan yang terjadi dimana-mana khususnya di Indonesia. Banyak faktor menjadi penyebab utama masalah ini. Disinilah sebagai dokter kita dituntut untuk memahami apa akibat kelaparan, mekanisme metabolisme makanan itu sendiri, serta bagaimana manfaat dan mengkonsumsi makanan sehat. Pembahasan Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak Adenosin Trifosfat berperan penting dalam metabolisme. Banyak reaksi kimia di sel berkaitan dengan pengolahan energi yang ada dalam makanan agar tersedia bagi berbagai sistem fisiologis sel. Bahan adenosin trifosfat (ATP) berperan utama dalam membuat energi makanan tersedia untuk tujuan ini. ATP adalah suatu senyawa kimia labil yang mengandung dua ikatan fosfat berenergi tinggi. Jumlah energi bebas di masing-masing ikatan fosfat ini adalah sekitar 12.000 kalori di bawah kondisi yang terdapat di dalam tubuh.3 ATP terdapat di sitoplasma dan nukeloplasma semua sel. Pada hakikatnya semua mekanisme fisiologis yang memerlukan energi untuk beroperasi memperoleh energi ini

langsung dari ATP (atau senyawa berenergi tinggi lainnya, misalnya guanosin trifosfat). Sebaliknya makanan di sel secara bertahap mengalami oksidasi, dan energi yang dibebaskan digunakan untuk membentuk kembali ATP sehingga pasokan bahan ini terus dipertahankan.3 Metabolisme Karbohidrat Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan; senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting.3 Karbohidrat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:3 1. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. 2. Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida, contohnya maltosa dan sukrosa. 3. Oligosakarida adalah produk konsensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia.
4. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh unit monosakarida,

contohnya pati dan dekstrin yang mungkin merupakan polimer linier atau bercabang.

Setelah melalui dinding usus halus, glukosa akan menuju ke hepar melalui vena portae. Sebagian karbohidrat ini diikat di dalam hati dan disimpan sebagai glikogen, sehingga kadar gula darah dapat dipertahankan dalam batas-batas normal (80-120 mg%). Karbohidrat yang terdapat dalam darah, praktis dalam bentuk glukosa, oleh karena fruktosa dan galaktosa akan diubah terlebih dahulu oleh hati sebelum memasuki pembuluh darah.3 Apabila jumlah karbohidrat yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh, sebagian besar (2/3) akan disimpan di dalam otot dan selebihnya di dalam hati sebagai glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini sangat terbatas (maksimum 350 gram), dan jika penimbunan dalam bentuk glikogen ini telah mencapai batasnya, kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak. Bila tubuh memerlukan kembali energi tersebut, simpanan glikogen akan dipergunakan terlebih dahulu, disusul oleh mobilisasi lemak. Jika dihitung dalam jumlah kalori, simpanan energi dalam bentuk lemak jauh melebihi jumlah simpanan dalam bentuk glikogen.3

Sel-sel tubuh yang sangat aktif dan memerlukan banyak energi, mendapatkan energi dari hasil pembakaran glukosa yang di ambil dari aliran darah. Kadar gula darah akan diisi kembali dari cadangan glikogen yang ada di dalam hati. Kalau energi yang diperlukan lebih banyak lagi, timbunan lemak dari jaringan lemak mulai dipergunakan. Dalam jaringan lemak diubah ke dalam zat antara yang dialirkan ke hati.3 Disini zat antara itu diubah menjadi glikogen, mengisi kembali cadangan glikogen yang telah dipergunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Peristiwa oksidasi glukosa di dalam jaringan-jaringan terjadi secara bertahap dan pada tahap-tahap itulah energi dilepaskan sedikit demi sedikit, untuk dapat digunakan selanjutnya.3 Melalui suatu deretan proses-proses kimiawi, glukosa dan glikogen diubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat ini merupakan zat antara yang sangat penting dalam metabolisme karbohidrat. Asam piruvat dapat segera diolah lebih lanjut dalam suatu proses pada "lingkaran Krebs". Dalam proses siklus ini, dihasilkan CO2 dan H2O dan terlepas energi dalam bentuk persenyawaan yang mengandung tenaga kimia yang besar yaitu ATP (Adenosin Triphosphate). ATP ini mudah sekali melepaskan energinya sambil berubah menjadi ADP (Adenosin Diphosphate). Sebagian dari asam piruvat dapat diubah menjadi "asam laktat". Asam laktat ini dapat keluar dari sel-sel jaringan dan memasuki aliran darah menuju ke hepar.3 Di dalam hepar, asam laktat diubah kembali menjadi asam piruvat dan selanjutnya menjadi glikogen, dengan demikian akan menghasilkan energi. Hal ini hanya terdapat di dalam hepar, tidak dapat berlangsung di dalam otot, meskipun di dalam otot terdapat juga glikogen. Sumber glikogen hanya berasal dari glukosa dalam darah. Metabolisme karbohidrat selain di pengaruhi oleh enzim-enzim, juga diatur oleh hormon-hormon tertentu. Hormon insulin yang dihasilkan oleh "pulau-pulau Langerhans" dalam pankreas sangat memegang perananan penting. Insulin akan mempercepat oksidasi glukosa di dalam jaringan, merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen di dalam sel-sel hepar maupun otot. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa di dalam darah meninggi. Sebaliknya apabila kadar glukosa darah menurun, glikogen hati dimobilisasikan sehingga kadar glukosa darah akan menaik kembali. Insulin juga merangsang glukoneogenesis, yaitu mengubah lemak atau protein menjadi glukosa. Juga beberapa horrnon yang dihasilkan oleh hipofisis dan kelenjar suprarenal merupakan pengatur-pengatur penting dari metabolisme karbohidrat.3

Enzim sangat diperlukan pada proses-proses kimiawi metabolisme zat-zat makanan. Vitamin-vitamin sebagian dari enzim, secara tidak langsung berpengaruh pada metabolisme karbohidrat ini. Tiamin (vitamin B1) diperlukan dalam proses dekarboksilase karbohidrat. Kekurangan vitamin B1 akan menyebabkan terhambatnya enzim-enzim dekarboksilase, sehingga asam piruvat dan asam laktat tertimbun di dalam tubuh. Penyakit yang ditimbulkan akibat defisiensi vitamin B1 itu dikenal sebagai penyakit beriberi.3 Glikolisis Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses pemecahan glukosa menjadi:4 1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen) 2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen) Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Krebs). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa. Keseluruhan persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:4 Glukosa + 2ADP +2Pi 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut: hasil tingkat substrat hasil oksidasi respirasi jumlah dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P :+ 4P :+ 6P :+10P : - 2P + 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut: hasil tingkat substrat hasil oksidasi respirasi jumlah dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P :+ 4P :+ 0P :+ 4P :- 2P + 2P

Oksidasi Piruvat4 Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda yang bekerja secara berurutan di dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran interna mitokondria. Secara kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan kompleks -keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat. Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Krebs. Jalur ini juga merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non karbohidrat menjadi karbohidrat. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang mengandung FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini dioksidasi oleh NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi. Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

Siklus Asam Sitrat4 Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Krebs dan siklus asam trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA, dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan sebagian besar energi yang tersedia dari bahan bakar jaringan, dalam bentuk ATP. Residu asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3-COKoA, asetat aktif), suatu ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat. Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediet yang ada dalam siklus tersebut. Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar

ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan total pada siklus tersebut. Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria, baik dalam bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di dalam membran interna mitokondria. Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2 akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membran interna mitokondria. Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat. Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah: Tiga molekul NADH, menghasilkan Satu molekul FADH2, menghasilkan Pada tingkat substrat Jumlah Satu siklus Krebs akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P : 3 3P : 1 2P = 9P = 2P = 1P = 12P = 12P.

Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Krebs, akan dapat kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut: Glikolisis Oksidasi piruvat (2 x 3P) Siklus Krebs (2 x 12P) Jumlah : 8P : 6P : 24P : 38P

Glikogenesis4 Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer -D-Glukosa yang bercabang. Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama. Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut: 1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase. 2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat. Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P + Glukosa 1-fosfat

3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi

4. Hidrolisis pirofosfat inorganik berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi ke arah kanan persamaan reaksi. 5. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin. UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1 Glikogen Glikogen

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka, glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin. 6. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan sebagai berikut. Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

Glikogenolisis4 Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 16. (C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat Glikogen Glikogen Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. Glukoneogenesis4 Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut: 1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Krebs. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. 2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Krebs.

Metabolisme Protein Metabolisme asam amino pada umumnya terjadi di hati dan bila kelebihan di luar liver akan dibawa ke hati yang kemudian diekskresikan dalam bentuk ammonia yang bisa digunakan kembali untuk proses biosintesis atau diekskresi secara langsung atau diubah terlebih dahulu menjadi asam urat/urea. Tahap metabolisme asam amino terdiri dari:4 1. Reaksi pelepasan gugus asam amino (transaminasi), yang menghasilkan senyawa antara metabolisme utama tubuh. 2. Kemudian perubahan kerangka karbon. 3. Transport ammonia.

Sintesis Urea: 1. Transaminasi Proses katabolisme asam amino berupa pemindahan gugus amino dari suatu asam amino ke senyawa lain. Reaksi transaminasi membutuhkan koenzim piridoxal phosphat (PLP) yang berasal dari vitamin B6. Vitamin B6 digunakan untuk mengambil gugus amin pada asam amino essensial lainnya, dan kemudian ditransfer ke asam amino lainnya. Contoh keto. asam piruvat, ketoglutarat atau oksaloasaetat. Sehingga (keto) senyawa tersebut diubah menjadi asam amino. Sedangkan asam amino diubah menjadi senyawa keto. Enzim utama reaksi transaminasi adalah: Alanin transaminase (alanin) Glutatamat transaminase (glutamat) 2. Deaminasi oksidatif Terjadi di dalam mitokondria dan dikatalisis oleh L-glutamat dehidrogenase (enzim yang terdapat dalam matriks mitokondria). Merupakan reaksi kombinasi dari aminotransferase dan glutamat DH. Glutamat DH menggunakan enzim allosterik komplek, yang dibagi dalam: a. Positive modulator ADP b. Negative modulator GTP TCA Dari proses deaminasi oksidatif, maka asam glutamat akan menghasilkan NH4+, dengan NADP/NAD sebagai akseptor elektron.

3. Transport ammonia ke hati NH4 atau ammonia adalah hasil dari deaminasi oksidasi glutamat bersifat toksik bagi jaringan tubuh. Oleh karena itu ammonia harus diubah menjadi urea, yang akan terjadi di dalam hati atau diubah menjadi glutamin yang akan di transport ke hati. Glutamin tidak toksik, bersifat netral dan dapat lewat melalui sel membran secara langsung Dan merupakan bentuk utama untuk transpor ammonia, sehingga terdapat di dalam darah lebih tinggi dari asam amino yg lain. Glutamin yang akan berfungsi sebagai sumber gugus amino pada berbagai reaksi biosintesis. 4. Sintesis urea dan siklus urea Kebanyakan NH4 yang terbentuk dengan deaminasi asam amino dihati dikonversi menjadi urea. Dan urea diekskresikan didalam urin. NH4 membentuk karbamoil fosfat dan di mitokondria, gugus ini ditransfer ke ornitin membentuk sitrulin. Enzim yang terlibat adalah ornitin karbamoil transferase. Sitrulin dikonversi menjadi arginin, setelah itu ureanya dipisahkan dan ornitin dihasilkan kembali. Kebanyakan urea dibentuk dalam hati dan kemudian akan dibuang melalui urin. Pada penyakit hati berat, nitrogen urea darah turun dan NH3 darah meninggi, sekalipun pada orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini. Metabolisme Lemak4 Lemak merupakan kelompok senyawa heterogen yang berkaitan dengan asam lemak, baik secara aktual maupun potensial. Sifat umum lemak yaitu relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform, alkohol dan benzena. Lipid diklasifikasikan menjadi:4 1. Lipid sederhana adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Misalnya lilin dan minyak. 2. Lipid majemuk adalah ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain alkohol dan asam lemak yang terikat pada alkoholnya. Misalnya fosfolipid, glikolipid, solfolipid, amino lipid dan lipoprotein. 3. Derivate lipid, misalnya alkohol, asam lemak, gliserol, steroid, lemak-lemak aldehid, dan vitamin A, D, E, K. Fungsi dari lemak adalah:

sebagai energi cadangan, pembentukan membran sel, sebagai bahan bakar tubuh, bersama protein sebagai alat angkut, penggerak hormon, agen pengemulsi, dan melindungi organ tubuh lain.

Pemecahan lemak menjadi asam lemak, monogliserida, kolin dan sebagainya, terjadi hampir semuanya secara eksklusif dalam duodenum dan jejunum, melalui kerja sama antara garam-garam empedu dan lipase pankreas, dalam lingkungan pH yang lebih tinggi yang disebabkan oleh ion bikarbonat.4 Asam-asam lemak, monogliserida, fosfat, kolesterol bebas dan bahan penyusun lain dari lemak yang terbentuk oleh proses pencernaan, diserap ke dalam sel mukosa intestine. Penyerapan terjadi dengan jalan difusi pasif, terutama dalam setengah bagian atas usus kecil. Garam-garam empedu yang disekresi untuk menolong pencernaan dan penyerapan akan diserap kembali dalam saluran pencernaan bagian bawah.

Setelah masuk ke dalam mukosa intestin, trigliserida, fosfolipid dan ester kolesterol disintesis kembali, di bungkus dengan sedikit protein kemudian disekresikan ke dalam kilomikron ke dalam ruang ekstraselular, memasuki lakteal sistem limfe.4 Bagian terbesar dari lemak makanan yang telah memasuki sistem limfe secara perlahan memasuki aliran darah (sebagai kiomikron) melalui ductus torachicus jadi mencegah perubahan besar kadar lemak darah permukaan. Masuknya ke dalam darah dari limfe terus selama berjam-jam setelah makan banyak lemak. Kilomikron dan VLDL terutama diproses oleh sel-sel adiposa dan urat daging. Apoprotein di permukaan mengaktifkan lipase lipoprotein (LPL) yang terikat pada permukaan pembuluh darah kecil dan kapiler dalam jaringan-jaringan tersebut. Ini menyebabkan pembebasan secara lokal asam lemak bebas yang secara cepat diserap dan digunakan untuk energi atau diinkoporasikan kembali menjadi trigliserida untuk digunakan kemudian. Kelebihan fosfolipid permukaan dan beberapa kolesterol dan protein dipindahkan ke HDL. Sisa trigliserida yang terdeplesi dalam kilomikron, dengan ester kolesterol memasuki hati melalui reseptor khusus.4 Di dalam hati, ester kolesterol akan mendapat proses esterifikasi dan bersama asam-asam lemak memasuki pool hati yang ada. Kolesterol diekskresikan ke dalam empedu atau diesterifikasi dan diinkoporasikan ke dalam VLDL untuk nanti diangkut lebih lanjut. Asamasam lemak terbentuk terutama dari kelebihan karbohidrat yang tidak dibutuhkan secara lokal

untuk energi atau membran sel diinkorporasikan kembali ke dalam trigliserida dengan bantuan proses fosforilasi oleh asam alfa gliserol kinase. Dan bersama fosfolipid, kolesterol dan protein dikemas dalam bentuk VLDL hati memasuki aliran darah dan melalui lintasan yang sama dengan VLDL-intestin yaitu kehilangan komponen trigliserid sampai lipase lipoprotein.4 Hampir semua asam lemak memasuki jaringan lemak atau urat daging untuk disimpan dalam bentuk trigliserida. Lipoprotein yang tinggal itu menjadi LDL atas pertolongan HDL dan Lechithin-Cholsterol Acyl Transferase (LCAT) yang mengesterifikasi kolesterol dengan asam lemak poli tidak jenuh dari posisi 2 pada lesitin. LDL yang pada prinsipnya terdiri dari inti ester kolesterol, protein dan fosfolipid permukaan kemudian diambil oleh hampir semua jaringan permukaan. Pengambilan LDL secara normal juga tergantung ikatannya pada reseptor terutama pada membran sel. Reseptor-reseptor tesebut bisa tidak mempunyai atau mengandung secara tidak sempurna salah satu atau lebih bentuk-bentuk hiperkolesterolemia yang sehubungan. Kalau LDL plasma meningkat, peningkatan katabolisme terjadi atas pertolongan makrofag-makrofag retikuloendotelial atau peningkatan pengambilan yang tidak spesifik.4 Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adiposa (adipose tissue) serta di dalam sel-sel otot (intramuskular trigliserida). Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol. Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang dinamakan -oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel. Proses -oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari 16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon.4

Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasil melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen.4 Vitamin Fungsi Vitamin Fungsi vitamin secara umum berhubungan erat dengan fungsi enzim, terutama vitamin vitamin kelompok B. Enzim merupakan katalisator organik yang menjalankan dan mengatur reaksi reaksi biokimiawi di dalam tubuh. Suatu enzim terdiri atas komponen protein yang dihasilkan oleh sel dan disebut apoenzim. Apoenzim ketika disintesis tidak mempunyai aktivitas; baru menjadi aktif bila berkonjugasi dengan komponen non protein yang disebut ko-enzim. Ko-enzim inipun dibuat di dalam tubuh dan mengandung komponen yang disebut vitamin. Susunan lengkap apoenzim dan ko-enzim disebut holoenzim dan holoenzimlah yang mempunyai aktivitas sebagai biokatalisator. Di dalam sel apoenzim terdapat sebagai butir yang mengisi suatu vakuole, dan disebut proenzim atau zymogen, yang belum mempunyai aktivitas. Peranan hampir seluruh vitamin kelompok B telah diketahui fungsinya di dalam koenzim. Tidak demikian halnya dengan vitamin vitamin yang larut lemak. Meskipun gejala gejala sebagai akibat defisiensi vitamin telah diketahui, tetapi peranannya yang jelas di dalam rantai reaksi biokimiawi di dalam proses metabolisme, belum diketahui. Kekecualian adalah untuk vitamin D. Untuk vitamin ini telah jelas diketahui bahwa vitamin D ini di dalam tubuh diubah menjadi hormon yang berpengaruh atas transpor zat kapur (Ca).5 Vitamin Vitamin Yang Larut Lemak Vitamin A (Retinol) Fungsi vitamin A di dalam tubuh mencakup tiga golongan besar; fungsi dalam proses melihat, fungsi dalam metabolisme umum, serta fungsi dalam proses reproduksi. Gejala gejala mata pada defisiensi vitamin A disebut xeropthalmia, berturut turut terdiri atas xerosis conjunctivae dan xerosis corneae yaitu kekurangan epitel biji mata dan kornea, karena sekresi glandula lacrimalis menurun. Tampak selaput bola mata tersebut keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Dari sudut fungsi, terjadi hemeralopia atau nictalopia, yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam (kotokan), yaitu ketidak sanggupan melihat pada

cahaya remang remang. Disebut buta senja karena terjadi bila sore hari (senja) anak masuk dari luar (cahaya terang) ke serambi rumah (cahaya remang remang).pagi hari tidak terjadi buta ayam tersebut karena anak dari cahaya remang remang di dalam rumah ke luar (pekarangan) yang cahayanya lebih kuat. Fungsi vitamin A pada metabolisme umum

contohnya seperti pada integritas sel epitel, pertumbuhan, permeabilitas membran, pertumbuhan gigi dan produksi hormon steroid. Fungsi vitamn A dalam proses reproduksi yaitu apabila terjadi defisiensi vitamin A dapat menimbulkan kemandulan.6

Gambar 1. Bahan Makanan Sumber Vitamin A.

Defisiensi vitamin A didiagnosa berdasarkan kadar vitamin A did alam darah, gejala gejala xeropthalmia, dan anamnesa konsumsi makanan, serta kelainan kulit. Kadar vitamin A normal di dalam darah seseorang, 30 m atau lebih. Kadar 20-30 m masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah, yang mempunyai resiko lebih besar untuk timbulnya gejala gejala defisiensi. Kadar 10-20 m sudah termasuk kondisi hypovitaminosis, sedangkan kadar di bawah 10 m sudah dianggap avitaminosis, yang biasanya sudah disertai gejala gejala klinis, seperti xeropthalmia dan gejala gejala kulit. Hypervitaminosis A pada orang dewasa ditunjukan dengan gejala nausea, vomitus, rasa sakit kepala. Terdapat pula hyperhemoglobinemia dengan peningkatan jumlah sel eritrosit. Juga terdapat kondisi rambut rontok. Pada konsumsi karatinoid berlebih, kadar karotin di dalam darah meningkat dan terdapat warna kuning di seluruh tubuh, menyerupai kondisi ikterus.6 Vitamin D (Calciferol)

Vitamin D merupakan satu satunya vitamin yang diketahui berfungsi sebagai prohormon. Vitamin D mengalami dua kali hidroksilasi untuk mendapat aktivitasnya sebagai hormon. Pertama dihidroksilasi pada C25 yang terjadi di dalam sel hati, kemudian disusul oleh hidroksilasi kedua pada C1 yang terjadi di dalam ginjal. 1,25 dihidroksi calciferol merupakan hormon yang mengatur sintesis protein yang yang mentranspor kalsium ke dalam sel, disebut Calcium Binding Protein (CaBP). Jadi agar vitamin D dapat melaksanakan tugasnya, diperlukan kondisi hati dan ginjal yang sehat. Efek vitamin D tampak pada; meningkatkan absorpsi Ca dan P di dalam usus, mendorong pembentukan garam garam Ca di dalam jaringan yang memerlukannya, dan vitamin D juga berpengaruh meningkatkan resorpsi P di dalam tubuli ginjal.6 Defisiensi vitamin D memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau disebut juga penyakit Inggris karena mula mula banyak terdaoat dan dipelajari di negeri Inggris. Konsumsi berlebih vitamin D dapat pula memberikan gejala gejala hypervitaminosis D. Kondisi ini mungkin terjadi pada anak anak yang mendapat tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak untuk jangka waktu lama. Hypervitaminosis D menyebabkan perkapuran di dalam jaringan yang bukan biasanya, seperti di dalam organ organ vital ginjal dan sebagainya.6 Vitamin E (Tokoferol) Fungsi vitamin E dapat dikelompokan berdasarkan dua sifatnya yang penting; berhubungan dengan sifatnya sebagai antioksidanalamiah dan berhubungan dengan metabolisme selenium. Kedua dasar dari vitamin E ini berkaitan dengan perlindungan sel terhadap daya destruktif peroksida di dalam jaringan. Pertahanan terhadap daya destruktif peroksida ini terdapat dalam dua tingkat; tingkat pertama adalah kesanggupan vitamin E sebagai antioksidan alamiah yang kuat untuk meniadakan efek ikatan peroksida yang setiap saat terjadi di dalam sel jaringan, sebagai hasil metabolisme. Peroksida ini mempunyai kesanggupan merusak phospolipid pada struktur membrana sel maupun membrana subseluler. Tingkat kedua dari pertahanan ini dilakukan oleh enzim peroksidase glutation. Gejala gejala yang timbul pada defisiensi vitamin E menunjukan bahwa fungsi vitamin E ini berhubungan dengan kesehatan otak, sistem pembuluh darah, sel sel darah merah, susunan otot skelet, jantung, hati, dan gonad; juga menghindarkan timbulnya kondisi lemak kuning (yellow fat disease, brown fat disease).6 Vitamin K (Menadion)

Vitamin K berfungsi di dalam proses sintesis protombin yang diperlukan dalam pembekuan darah. fungsi lainnya ialah pentranspor elektron di dalam proses redoks dalam jaringan (sel); pada defisiensi vitamin K terjadi kekurangan produksi ATP, karena sintesis ATP berkaitan dengan proses redoks tersebut.6 Vitamin Vitamin Yang Larut Air Vitamin vitamin yang larut dalam air dan tidak larut dalam minyak dan zat zat pelarut lemak, ialah vitamin C dan vitamin vitamin B-Kompleks. Vitamin vitamin B-Kompleks biasanya terdapat bersama sama di dalam bahan makanan tertentu yang sama, yaitu sayuran dan biji bijian. Di dalam pil yang disebut B-Kompleks terdapat 8 jenis vitamin; thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, cyanocobalamin, asam folat, asam pantotenat, biotin. Sebagian besar anggota anggota vitamin B Kompleks diketahui berfungsi di dalam ko-enzim. Vitamin C juga merupakan vitamin yang larut dalam air dan tidak larut dalam minyak dan zat zat pelarut lemak, tetapi merupakan kelas tersendiri, tidak satu kelompok dengan vitamin B-Kompleks. Fungsi vitamin C di dalam proses metabolisme belum jelas, berbeda dengan fungsi sebagian besar vitamin anggota kelompok B-Kompleks.5 Vitamin C (Asam Askorbat) Fungsi vitamin C di dalam tubuh bersangkutan dengan sifat alamiahnya sebagai antioksidan. Meskipun mekanismenya yang tepat belum diketahui, tetapi tampaknya vitamin C berperan serta di dalam banyak proses metabolisme yang berlangsung di dalam jaringan tubuh. Fungsi fisiologis yang telah diketahui memerlukan vitamin C ialah; untuk kesehatan substansi matrix jaringan ikat, integritas epitel melalui kesehatan zat perekat antar sel, mekanisme imunitas dalam rangka daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit dan toksin, kesehatan epitel pembuluh darah, penurunan kadar kolesterol, dan diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi geligi.6

Gambar 2. Bahan Makanan Sumber Vitamin C.

Defisiensi vitamin C terjadi pada saat pembentukan bakal gigi, maka akan terjadi defect di dalam jaringan keras bakal gigi, terutama dentin. Dentin yang dibentuk bersifat lebih sensitif terhadap pengaruh negatif dari faktor faktor cariogenic, bila kelak gigi telah bererupsi dan berfungsi di dalam rongga mulut. Defisiensi vitamin C pada orang dewasa atau setelah gigi geligi bererupsi memberikan kelainan terutama pada jaringan lunak ginggiva. Jaringan ginggiva membengkak dan hypermis, dimulai pada papila interdentales. Ujung papila tampak oedematus dan hypermis, mudah berdarah pada gosokan kecil sekalipun. Ujung papil kemudian menjadi luka dan dapat terus menjadi gangraen yang mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap. Serat serat yang menghubungkan radix dentis dengan dinding alveoli tulang rahang menjadi rusak terputus, sehingga gigi menjadi goyah, bahkan gigi dapat menjadi copot. Kelainan kelainan terutama mengenai ginggiva bila masih ada giginya, atau bahkan tinggal akar gigi saja, dan tidak terjadi bila sudah tidak ada gigi sama sekali.6 Vitamin B1 (Thiamin) Bentuk aktif thiamin adalah di dalam koenzim Co-carboksilase sebagai thiamin pyrophospat atau TTP yang sangat berhubungan dengan metabolisme karbohidrat.5 Defisiensi thiamin memerikan gangguan pada metabolisme karbohidrat yang

menghasilkan energi, sehingga mengganggu fungsi organ organ yang mendapat energinya terutama dari karbohidrat, saraf, otot dan jantung. Kehilangan refleks saraf merupakan gejala fungsional dini pada defisiensi vitamin B1, disusul oleh kelemahan otot dan kelainan kerja jantung. Defisiensi thiamin juga memberikan gejala gejala klinik yang disebut penyakit beri beri. Penyakit ini terutama terdapat di antara para anggota masyarakat yang mempergunakan beras sebagai bahan makanan pokok, khususnya beras yang digiling

sempurna. Bila beras digiling sempurna maka lapisan aleuron yang kaya akan thiamin terbuang sebagai dedak. Anorexia merupakan gejala dini pada defisiensi thiamin, sedangkan nausea dan vomitus tidak selalu terjadi; konstipasi ditemukan lebih konstan; pada pemeriksaan refleks juga terjadi penurunan reaksi. Pada orang dewasa terdapat encephalopathia Wernicke dan syndroma Korsakov, yang juga dianggap bentuk dari defisiensi thiamin yang akut, dimana terjadi confusion dan coma.5 Vitamin B2 (Riboflavin) Fungsi riboflavin telah jelas diketahui sebagai komponen dalam ko-enzim; terdapat dua bentuk aktif dari riboflavin sebagai ko-enzim, yaitu Flavine adenine dinucleotide (FAD) dan flavine mononucleotide (FMN). Enzim enzim dimana kedua ko-enzim ini berperan serta termasuk kelas flavoprotein, yang bersangkutan dengan proses reduksi oksidasi di dalam reaksi reaksi metabolisme tubuh.5 Defisiensi riboflavin biasanya timbul secara khronis, dengan gejala gejala; di dalam rongga mulut, lidah berwarna merah dadu (magenta tongue), dianggap suatu gejala cukup khas bagi defisiensi riboflavin ini. Pada daerah mata keluhan subjektif, berbentuk rasa panas di bibir dan kelopak mata. Serta terdapat dermatitis pada daerah kulit muka dan genital.5 Vitamin B3 (Niacin / Asam Nikotinat) Bentuk aktif vitamin ini ialah Niacinamide, yang merupakan komponen dari ko-enzim; ada dua bentuk ko-enzim yang memerlukan niacin, yaitu Nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan Nicotinamide adenine dinucleotide phospate (NADP). Kedua ko-enzim ini berperan di dalam proses mentransfer atom hidrogen di dalam reaksi reaksi yang menghasilkan energi. Reaksi reaksi kimia ini berhubungan dengan integritas jaringan, terutama bagi kulit, saluran pencernaan, dan susunan saraf. Selain fungsinya sebgai enzim, asam nicotinat (bukan niacinamide) menunjukan pula efek farmakogenik sebagai vasodilatator perifer dan menurunkan kadar kolesterol darah. Fungsi utama NAD dan NADP ialah sebagi ko-enzim yang memindahkan ion hidrogen dari substrat tertentu, bekerjasama dengan enzim dehidrogenase kelas flavoprotein, mentransfer hidrogen atau elektron ke enzim lain dalam deretan sistem redoks.5

Gambar 3. Bahan Pangan Sumber Niacin.

Defisiensi niacin memberi gejala gejala dengan gambaran klinik penyakit yang disebut pellagra, dari bahasa Italia yang berarti kulit kasar. Gejala gejala disimpulkan dalam formula 3-D, yaitu dermatitis, diare, dan dementia. Keluhan keluhan subjektif ialah anorexia, indisgetion, nausea, vomitus, rasa lemas, serta berat badan menurun.5 Vitamin B6 (Piridoksin) Terdapat tiga ikatan organik yang mempunyai aktivitas piridoksin, yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin; piridoksin berbentuk suatu alkohol, sehingga seharusnya disebut piridoksol. Bentuk biologis aktif adalah piridoksal dan piridoksamin sebagi komponen dari ko-enzim. Fungsi piridoksin adalah sebagai komponen dari suatu ko-enzim piridoksal-5-fosfat. Ko-enzim ini berperan serta dalam banyak sekali enzim yang berhubungan dengan metabolisme protein dan sintesis asam amino.5 Defisiensi piridoksin sukar timbul, selain diperlukan susunan makanan yang defisiensi akan piridoksin, harus pula diberi antivitaminnya. Gejala gejalanya antara lain sejenis dermatitis di sekitar mata, hidung, dan mulut.5 Vitamin B12 (Cyanocobalamin) Terdapat beberapa jenis cobalamine yang mempunyai bioaktivitas vitamin B12. Vitamin B12 merupakan satu satunya vitamin yang belum sanggup disintesis secara total, tetapi selalu diekstraksi dari media tempat tumbuh mikroba, sebagai hasil fermentasi. Struktur vitamin B12 juga adalah yang paling kompleks dari struktur semua vitamin yang diketahui sampai sekarang. Bentuk aktif vitamin B12 adalah sebagai ko-enzim, terikat pada 5 deoksiadenil melalui atom Co pada struktur vitamin ini. Fungsi vitamin B12 sangat erat

hubungannya dengan fungsi asam folat dalam sintesis nukleoprotein. Defisiensi salah satu atau kedua vitamin sekaligus menyebabkan anemia megaloblastik. Vitamin B12 dan asam folat saling berpengaruh juga atas kebutuhannya. Bila salah satu vitamin ditambah, maka akan menyebabkan kebutuhan vitamin lainnya meningkat, sehingga mungkin menyebabkan timbulnya defisiensi vitamin yang tidak ditambahkan itu.5 Asam Folat Vitamin ini dibutuhkan untuk menghindari anemia atau berperan dalam hematopoiesis. Pada defisiensi asam folat, terjadi hambatan sistesis DNA yang berakibat terjadinya prekursor eritrosit megaloblastik biasanya terdapat di daerah tropik pada wanita yang sedang hamil, dan pada anak anak yang sedang tumbuh cepat, yaitu yang berumur di bawah tiga tahun. Metabolisme asam folat sangat erat berhubungan dengan fungsi vitamin B12 dan asam askorbat (vitamin C).5 Asam Pantotenat Asam pantotenat selalu terdapat dalam keadaan terkonjugasi sebagai ko-enzim A (KoA). KoA memegang peranan penting di dalam berbagai proses metabolisme, dan terutama

menghasilkan gugus asetil koA yang memberikan gugus asetilnya kepada siklus krebs untuk dibakar menjadi energi dalam bentuk ATP. Asam pantotenat merupakan growth factor bagi berbagi mikroorganisme. Pada manusia, belum pernah dilaporkan adanya defisiensi asam pantotenat.5 Biotin Biotin berfungsi sebagai komponen suatu ko-enzim juga berperan dalam fiksasi CO2. Tempat biotin berperan diantaranya ialah; dalam enzim karboksilase, yang menambahkan gugusan karboksil pada sesuatu ikatan organik, dengan pertolongan ATP dan koA. Sampai sekarang belum pernah dilaporkan adanya kasus defisiensi biotin pada manusia.5 Mineral Sekitar 4% tubuh kita terdiri atas mineral, yang dalam analisa bahan makanan tertinggal sebagai kadar abu, yaitu sisa yang tertinggal bila suatu sampel bahan makanan dibakar sempurna di dalam suatu tungku. Kadar abu ini menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Mineral dibedakan dalam dua kelompok besar (elemen, unsur) yang terdapat pada analisa tubuh kita, berdasarkan jumlahnya, yaitu;

makro elemen, mikro elemen dan trace elemen. Makro elemen, yang terdapat dalam jumlah yang relatif besar, seperti K, Na, Ca, Mg, dan P, D serta Cl. Mikro elemen, yang terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit. Mikro elemen dapat dikelompokan lagi menurut kegunaannya di dalam tubuh; mikro elemen esensial, yaitu yang betul betul diperlukan oleh tubuh, jadi harus ada, seperti Fe, Cu, Co, Se, Zn, J, dan F. Kedua, mikro elemen yang mungkin esensial, belum pasti betul diperlukan atau tidak di dalam struktur atau fisiologi tubuh, seperti Cr, Mo. Serta Mikro elemen yang tidak diperlukan, atau non esensial. Jenis ini terdapat di dalam tubuh karena terbawa tidak sengaja bersama bahan makanan, jadi sebagai kontaminan, seperti Al, As, Ba, Bo, Pb, Cd, Ni, Si, Sr, Va, dan Br. Trace elemen yang sebenarnya sudah termasuk kelompok mikro elemen, tetapi diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil lagi, seperti; Co, Cu dan Zn.5 Makro elemen berfungsi sebagai bahan dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Adapula yang memegang fungsinya di dalam cairan tubuh, baik intraseluler maupun ekstraseluler. K, Na, S, dan Cl terutama berfungsi dalam keseimbangan caitan dan elektrolit, sedangkan Ca, Mg, dan P terutama terdapat sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Mikro elemen pada umumnya berfungsi berhubungan dengan enzim, bahkan yodium merupakan bagian dari struktur suatu hormon. Sejumlah besar enzim memerlukan mikro elemen dan trace elemen untuk dapat berfungsi secara maksimal. Beberapa elemen bekerjasama erat sekali dalam melaksanakan fungsinya, misalnya Na dan K, Ca dan P. Fungsi Na erat sekali dengan tekanan osmotik cairan tubuh.5 Zat Kapur (Ca) dan Phospor (P) Fungsi dan metabolisme Ca dan P sangat erat saling berhubungan. Sebagian besar kedua unsur ini terdapat sebagai garam calsium phospat di dalam jaringan keras tubuh, yaitu tulang dan gigi geligi, memberikan sifat keras kepada kedua jenis jaringan tersebut. Dari 1200 gr Ca yang terdapat di dalam tubuh, sekitar 90% terdapat di dalam jaringan keras (tulang dan gigi), sedangkan jaringan lunak hanya mengandung 10%. Dalam hal ini, mineral phospor, 80% terdapat di dalam jaringan keras, dan 20% di dalam jaringan lunak, terutama sebagai gugusan asam phospa. Kadar P di dalam tubuh sekitar 8% berat badan. Ca dalam tulang mudah dimobilisasikan ke dalam cairan tubuh dan darah, bila diperlukan untuk diteruskan kepada sel sel jaringan yang lebih memerlukannya. Terutama trabekula dari struktur tulang merupakan tempat penimbunan Ca yang mudah sekali melepaskan Ca untuk dipergunakan dalam

keperluan lain. Di dalam jaringan lunak dan di dalam cairan tubuh, Ca juga mempunyai berbagai fungsi penting, yaitu diperlukan di dalam mekanisme pembekuan darah, dan di dalam proses kontraksi otot dan fungsi saraf, berhubungan dengan proses menghantar rangsangan. Defesiensi Ca dapat memberikan gejala gejala tetani. Ca juga diperlukan dalam fungsi berbagai enzim. Phospor terdapat di dalam jaringan keras dalam jumlah lebih rendah dibandingkan dengan Ca, tetapi di dalam jaringan lunak bagian P yang terdapat lebih tinggi dibandingkan dengan Ca. Banyak mekanisme transpor energi dikaitkan pada ikatan phospat,seperti ATP, ADP dan cretine phospat. Berbagai metabolisme yang memegang fungsi penting mengandung phospat dan metabolisme zat zat gizi banyak yang dimulai dengan fosforilasi dengan peran serta ATP.5 Natrium (Sodium, Na) dan Kalium (Potassium, K) Na dan K sangat erat hubungannya dalam memenuhi fungsinya di dalam tubuh. Kedua elemen ini terutama berfungsi dalam keseimbanagan air da n elektrolit (asam-basa) di dalam sel maupun di dalam cairan ekstraselulerm termasuk plasma darah. Na terutama di dalam cairan ektraseluler, sedangkan K di dalam cairan intraseluler. Na merupakan satu satunya elemen yang bisa dikonsumsi dalam bentuk garam yang murni, ialah garam dapur (garam meja, NaCl). Garam dapur diproduksi dari air laut yang diuapkan dan dikeringkan di terik matahari. Ada pula yang mendapatkan garam dapur dari terowongan di dalam tanah sebagai barang galian dari batu batuan bumi. Di daerah pegunungan yang terisolasi dan jauh dari pantai garam Na digantikan oleh karam K yang didapat dari abu berbagai tumbuhan yang dibakar. Di dalam tubuh terdapat Na sebanyak 0,15% dari berat badan, sedangkan K 0,35%, atau terdapat 2 kali lebih banyak dibandingkan Na. Dalam cairan tubuh, Na membentuk larutan garam NaCl atau Na-karbonat. Ion Na+ terutama terdapat ekstraseluler, sedangkan ion K+ terutama terdapat intraseluler. Na dan K mempunyai berbagai fungsi penting, seperti mempertahankan keseimbangan air, terkanan osmotik, keseimbangan asam basa serta mekanisme sodium pump. Terutama Na+ berperan dalam menahan air di dalam tubuh, dalam proses mempertahankan tekanan osmotik cairan. Membran sel bersifat semipermeabel terhadap Na+, tetapi K+ dapat lewat dengan bebas melalui membrana sel tersebut.5

Zat Iodium

Zat iodium juga merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Zat iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) untuk dipergunakan dalam sintesis hormon tiroksin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin), dan disebut thyroglobulin. Kekurangan zat iodium memberikan kondisi hipotiroidism dan tubuh mencobanya untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok, sehingga terjadi hipertrofi yang memberikan pembesaran kelenjar tiroid tersebut, dan disebut penyakit Gondok (struma simplex atau struma endemik). Sebaliknya, kebanyakan zat iodium akan memberikan gejala gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis.5 Zat Besi (Fe) Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesis hemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat. Di dalam tubuh sebagian besar Fe terdapat terkonjugasi dengan protein, dan terdapat dalam bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri (misalnya bentuk storage). Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% dari Fe yang terdapat di dalam makanan diserao kembali ke dalam mukosa usus, tetapi dalam kondisi defisiensi lebih banyak Fe yang diserap untuk menutupi kekurangan tersebut. Pada wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari tubuh dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe pada wanita dewasa lebih tinggi daripada laki laki. Wanita hamil dan sedang menyusui juga memerlukan lebih banyak Fe dibanding dengan wanita biasa, karena bayi yang sedang dikandung juga memerlukan zat besi sedangkan ASI mengandung Fe dalam bentuk lactotransferin yang diberikan kepada anak yang sedang disusukan.5 Kebutuhan Gizi (Karbohidrat, Protein, dan Lemak) Setiap makhluk hidup butuh makan untuk mendapatkan sumber tenaga, mengobati berbagai macam penyakit, mempertahankan kondisi tubuh terhadap serangan penyakit, dan sebagai energi pertumbuhan. Kalau kurang memperhatikan pola makan, berbagai penyakit dapat menyerang tubuh. Untuk itu perlu mengatur pola makan yang sehat, agar tubuh selalu kuat.8 Jumlah Saat makan, jumlah kalori harus sesuai dengan kebutuhan. Komposisi yang seimbang

meliputi karbohidrat sebanyak 60-70% (karbohidrat kompleks), protein sebanyak 10-15% (hewani dan nabati, 2:1), lemak sebanyak 20-25% (safa, pufa, mufa = 1:1:1), vitamin dan mineral (A, D, E, K, B, C, dan Ca).8 Jenis Yang harus dikonsumsi meliputi karbohidrat, protein, lemak seimbang, dan nutrien spesifik yang terpenuhi.8 Karbohidrat kompleks terdapat pada beras, gandum, terigu, buah-buahan dan sayuran. Kebutuhan serat per hari sebanyak lebih dari 25 gram atau 14 gram per 1000 kalori. Untuk menambah serat dianjurkan mengonsumsi buah dan sayuran minimal lima porsi sehari. ''Satu buah apel plus kulitnya sama dengan lima gram. Untuk memenuhi 25 gram per hari, sedikitnya mengonsumsi buah apel sebanyak lima biji,'' ujarnya. Menurutnya, buah-buah yang diblender lebih banyak serat ketimbang di jus. Sebab, ketika buah dijus banyak serat yang terbuang.8 Protein harus lengkap antara protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani berasal dari ikan, ayam, daging sapi, kerbau, dan kambing. Susu merupakan sumber protein yang baik. Namun demikian, tutur Fia, pilihlah susu yang tidak mengandung lemak (non fat) atau low fat. Sumber protein nabati terdapat pada kedelai, tempe, dan tahu.8 Tubuh manusia juga membutuhkan lemak. Fia menyarankan agar orang menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan. Memang, pengurangan lemak makanan mengakibatkan berkurangnya rasa enak pada makanan.8 Jenis lemak yang dibutuhkan tubuh adalah asam lemak jenuh dan asam lemak trans kurang dari 10%, asam lemak tidak jenuh sebanyak 10%, dan asam lemak tidak jenuh ganda sebanyak 10%. Menghindari lemak jenuh sangatlah mudah. Lemak mengandung kolesterol yang sangat tinggi. Sumber kolesterol terdapat pada sea food (makanan laut) selain ikan, jerohan, dan kuning telur. Konsumsi telur per hari seharusnya tidak lebih dari 300 miligram.8 Sementara itu, sumber vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel, dan sayuran), vitamin D (ikan, susu, dan kuning telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan, dan kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu, dan telur), serta kalsium (susu, ikan, dan kedelai).8 Penyebab Rasa Lapar2

Otak harus terus menerus mendapat glukosa, bahkan di antara waktu makan ketika tidak ada penyerapan zat gizi baru dari saluran pencernaan. Pada tingkat superfisial, metabolisme bahan bakar tampaknya relatif sederhana: jumlah nutrien dalam makanan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi dan sintesis sel. Namun, hubungan sederhana ini diperumit oleh dua pertimbangan penting. Pertama, asupan bahan bakar melalui makanan bersifat intermiten, tidak kontinu. Akibatnya, sewaktu makan terjadi kelebihan energi yang harus diserap dan disimpan untuk digunakan selama periode puasa di antara waktu makan, saat tidak tersedia sumber bahan bakar metabolik dari makanan.2 Kelebihan glukosa dalam darah disimpan dalam bentuk glikogen, suatu molekul besar yang terdiri dari molekul-molekul glukosa yang saling berhubungan, di hati dan otot. Karena glikogen merupakan cadangan energi yang relatif kecil, bentuk ini hanya dapat memenuhi kebutuhan energi kurang dari sehari. Setelah gudang glikogen di hati dan otot "terisi penuh", glukosa lain harus diubah menjadi asam lemak dan gliserol, yang digunakan untuk membentuk trigliserida (gliserol dengan tiga asam lemak melekat padanya), terutama di jaringan adiposa (lemak) dan sedikit di otot. Kelebihan asam lemak yang berasal dari makanan juga dijadikan trigliserida. Kelebihan asam amino dalam sirkulasi darah yang tidak diperlukan untuk sintesis protein tidak disimpan sebagai protein tambahan tetapi diubah menjadi glukosa dan asam lemak, yang pada akhirnya disimpan sebagai trigliserida. Dengan demikian, tempat utama untuk menyimpan kelebihan ketiga kategori zat gizi adalah jaringan adiposa.2
Tabel 1. Simpanan Bahan Bakar Metabolik di Dalam Tubuh.
2

Dalam keadaan normal, simpanan trigliserida cukup untuk memenuhi kebutuhan energi selama dua bulan, dan lebih lama pada orang yang kegemukan. Dengan demikian, selama

periode puasa berkepanjangan, asam-asam lemak yang dibebaskan dari katabolisme trigliserida berfungsi sebagai sumber utama energi bagi sebagian besar jaringan. Katabolisme simpanan trigliserida menyebabkan pembebasan gliserol dan asam lemak, tetapi secara kuantitatif, asam lemak jauh lebih penting. Katabolisme simpanan lemak menghasilkan 90% asam lemak dan 10% gliserol berdasarkan berat. Gliserol dapat diubah menjadi glukosa oleh hati dan ikut menjaga kadar glukosa darah selama puasa.2 Sebagai cadangan energi ketiga, energi dalam jumlah substansial disimpan dalam bentuk protein struktural, terutama di otot, yaitu massa protein paling banyak di tubuh. Namun, protein bukan sumber pertama yang dipilih untuk dipakai sebagai sumber energi karena protein memiliki fungsi esensial lain; sebaliknya, simpanan glikogen dan trigliserida sematamata digunakan sebagai simpanan energi.2 Faktor kedua yang memperumit metabolisme bahan bakar adalah bahwa otak dalam keadaan normal bergantung pada penyaluran glukosa darah dalam jumlah adekuat sebagai satu-satunya sumber energi. Dengan demikian, konsentrasi glukosa darah harus dipertahankan di atas suatu titik kritis. Konsentrasi glukosa darah biasanya adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma dan dalam keadaan normal dipertahankan dalam rentang sempit 70-110 mg/100 ml. Glikogen hati merupakan reservoir penting untuk mempertahankan kadar glukosa darah selama puasa singkat. Namun, glikogen hati relatif cepat habis, sehingga selama puasa yang lebih lama, mekanisme lain harus digunakan untuk memastikan bahwa kebutuhan energi otak yang tergantung glukosa tersebut terpenuhi. Pertama, saat tidak ada glukosa baru yang masuk ke dalam darah dari makanan, jaringan-jaringan yang tidak harus memakai glukosa mengubah perangkat metabolik mereka untuk membakar asam lemak, sehingga glukosa dapat dicadangkan untuk otak. Asam-asam lemak disediakan melalui katabolisme simpanan trigliserida sebagai sumber energi alternatif untuk jaringan yang tidak bergantung pada glukosa. Kedua, asam-asam amino dapat diubah menjadi glukosa melalui glukoneogenesis, sedangan asam lemak tidak. Dengan demikian, jika simpanan glikogen sudah habis walaupun sudah dilakukan penghematan glukosa, otak tetap mendapat pasokan glukosa baru yang dihasilkan dari katabolisme protein tubuh dan perubahan asam amino yang dibebaskan menjadi glukosa.2 Pankreas Endokrin Pankreas adalah suatu organ yang merupakan kelenjar campuran pada sistem digestive yang terbesar setelah hepar, terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin.1,9,10

Pankreas terdapat retro peritoneal yang melintang dari bagian kanan menyerong ke kiri atas diantara duodenum. Ujung kiri yang disebut cauda pancreatis menempel pada lien. Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Pankreas menyilang planum transpyloricum. Pankreas dapat dibagi dalam caput, collum, corpus, dan cauda.10 Caput pancreatis setinggi L2 berbentuk cakram dan terletak di dalam bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior serta dinamakan processus uncinatus. Collum pancreatis merupakan bagian pankreas yang mengecil dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta. Corpus pancreatis berjalan ke atas dan ke kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan melintang sedikit berbentuk segitiga. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenale dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.10 Ductus Pancreaticus Ductus pancreaticus mulai dari cauda pancreatis dan sepanjang kelenjar, menerima banyak cabang pada perjalanannya. Ductus ini bermuara ke pars descendens duodenum di sekitar pertengahannya bersama dengan ductus choledochus pada papilla duodeni major. Kadang-kadang muara ductus panceaticus di duodenum terpisah dari ductus choledochus. Ductus pancreaticus asccessorius (bila ada) mengalirkan getah pancreas dari bagian atas caput dan kemudian bermuara ke duodenum, sedikit di atas muara ductus pancreaticus pada papilla duodeni minor. Ductus pancreaticus accessorius sering berhubungan dengan ductus pancreaticus.10 Pendarahan Arteria lienalis, arteria pancreaticoduodenalis superior anterior dan posterior yang merupakan cabang dari A. gastroduodenalis. Arteria pancreaticoduodenalis inferior anterior dan posterior yang merupakan cabang dari A. mesenterica superior. Vena yang sesuai dengan arterinya mengalirkan darah ke sistem porta. Vena lienalis bergabung dengan vena mesenterica superior menjadi vena porta melalui ligamentum hepatoduodenale ke hepar.10 Aliran Limfe

Kelenjar ini terletak di sepanjang arteri yang mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan mesenterici superiors. Nnll. coelicae, hepaticae, mesenterica superior.10 Persarafan Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus (X) dan Nn. splanchnici melalui plexus coeliacus dan mesenterica superior.10 Organ ini memiliki dua fungsi yakni fungsi endokrin dan fungsi eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus. Di antara sel-sel eksokrin pankreas tersebar kelompok-kelompok atau sel endokrin yang juga dikenal sebagai pulaupulau langerhans. Ada empat jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulaupulau tersebut. Sel (beta), tempat sintesis dan sekresi insulin. Sel (alfa) yang menghasilkan glucagon yang meningkatkan kadar gula darah. Sel D (delta) adalah tempat sintesis somatosantin atau hormon penghalang hormon pertumbuhan, yang menghambat sekresi glukagon dan insulin. Sel endokrin yang paling jarang, sel F mengeluarkan polipeptida pankreas.1-3,9,11 Hormon pankreas yang paling penting untuk mengatur metabolisme bahan bakar adalah insulin dan glukagon. Oleh karena itu, kita akan lebih banyak membahas kedua hormon pankreas ini.2

Insulin Insulin memiliki efek penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut. Sewaktu molekul-molekul nutrien ini memasuki darah selama keadaan absortif, insulin meningkatkan penyerapan mereka oleh sel dan konversi, masing-masing menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin menjalankan efeknya yang beragam dengan mengubah transportasi nutrien spesifik dari darah ke dalam sel atau dengan mengubah aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam jalur metabolik tertentu.2,3,9 Efek Fisiologis Insulin

Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, melewati membran sel dalam mekanisme carrier (mekanisme ini tidak memfasilitasi aliran glukosa ke jaringan otak, tubulus ginjal, mukosa usus, atau ke sel-sel darah merah.)1,2 Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh. Insulin meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak dari darah ke dalam sel. Insulin meningkatkan sintesis protein dan lemak, serta menurunkan katabolisme protein dan lemak. Insulin meningkatkan penggunaan karbohidrat untuk energi. Insulin memfasilitasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen pada otot rangka dan hati. Insulin memperbesar cadangan glukosa berlebih dalam bentuk lemak pada jaringan adiposa.2 Efek pada Karbohidrat2 Pemeliharaan homeostatis glukosa darah adalah fungsi pankreas yang sangat penting. Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan yang ada antara prosesproses sebagai berikut : Penyerapan glukosa dari saluran-saluran pencernaan, Transportasi glukosa ke dalam sel, Pembentukan glukosa oleh sel (terutama di hati), dan (secara abnormal) ekskresi glukosa oleh urin.

Insulin memiliki 4 efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat sebagai berikut : 1. Insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Molekul glukosa tidak mudah menembus membran sel tanpa adanya insulin. Dengan demikian sebagian besar jaringan sangat bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari darah dan menggunakannya. Insulin menggunakan mekanisme difusi terfasilitasi (dengan perantara pembawa) glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin tersebut dengan fenomena transporter recruitment. Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di membran plasma di membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter (pengangkutan glukosa). Sel-sel tergantung insulin memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel. Pengangkutan-pengangkutan tersebut diinsersikan ke dalam membran plasma sebagai respons terhadap peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi insulin berkurang, pengangkut-pengakut tersebut sebagian ditarik dari membran sel dan dikembalikan ke simpanan intrasel.

Beberapa jaringan tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak, otot yang aktif, dan hati. Otak yang terus menerus memerlukan pasokan glukosa untuk memenuhi kebutuhan energinya setiap saat, mudah dimasuki oleh glukosa setiap saat. Untuk alasan yang masih belum jelas, sel-sel otot rangka tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa selama beraktivitas, walaupun dalam keadaan istirahat sel-sel tersebut bergantung pada insulin. Kenyataan ini penting dalam pelaksanaan diabetes melitus (defisiensi insulin), seperti akan dijelaskan. Hati juga tidak bergantung pada insulin utnuk menyerap glukosa; namun, insulin akan meningkatkan metabolisme glukosa oleh hati dengan merangsang langkah pertama metabolisme glukosa, fosforilasi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat. Fosforilasi glukosa pada saat molekul ini memasuki sel menyebabkan konsentrasi intrasel glukosa polos tetap rendah sehingga tetap terdapat gradien konsentrasi yang mempermudah difusi terfasilitasi glukosa ke dalam sel. 2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot maupun di hati. 3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan menghambat penguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati. 4. Insulin selanjutnya menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat glikoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukan hal ini melalui dua cara yaitu dengan menurunkan jumlah asam amino di dalam darah yang tersedia bagi hati untuk glikoneogenesis, dan dengan menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam amino menjadi glukosa. Dengan demikian, insulin menurunkan konsentrasi glukosa darah dengan meningkatkan penyerapkan glukosa dari darah untuk digunakan dan disimpan oleh sel, sementara secara simultan menghambat dua mekanisme yang digunakan oleh hati untuk mengeluarkan glukosa baru ke dalam darah (glikonelisis dan glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah. Efek pada Lemak Insulin memiliki banyak efek untuk menurukan kadar asam lemak darah dan mendorong pembentukan simpanan trigliserida. Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel jaringan adiposa, seperti yang dilakukannya pada kebanyakan sel tubuh. Glukosa berfungsi sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk pembentukan trigliserida.2

Insulin mengaktifkan enzim-enzim yang mengkatalisasi pembentukan asam lemak dari turunan glukosa. Insulin meningkatkan masuknya asam-asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan adiposa. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak) sehingga terjadi penurunan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah. Secara kolektif efek-efek itu mendorong pengeluaran glukosa dan asam lemak dari darah dan meningkatkan penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.2 Efek pada Protein2 Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein sebagai berikut : 1. Insulin mendorong aktif asam-asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan lain. 2. Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein dengan merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel. 3. Insulin menghambat penguraian protein. Akibat kolektif efek ini adalah efek anabolik protein. Karena itu, insulin esensial bagi pertumbuhan normal. Stimulus utama untuk meningkatkan sekresi insulin adalah

peningkatan konsentrasi glukosa darah. Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah yang mengalir ke sel-sel tersebut. Peningkatan kadar glukosa darah, seperti yang terjadi setelah penyerapan makanan, secara langsung merangsang sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel . Insulin yang meningkat tersebut, pada gilirannya menurunkan kadar glukosa darah ke tingkat normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan zat gizi ini. Sebaliknya penurunan glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan kecepatan reaksi insulin ini menyebabkan perubahan metabolisme dari keadaan absortif ke keadaan pascaabsortif. Dengan demikian, sistem umpan balik negatif sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa memerlukan peran serta saraf atau hormon lain. Kendali Sekresi Insulin Efek Terhadap Kadar Glukosa Darah Peningkatan kadar glukosa darah, misalnya setelah makan, akan menstimulasi sel untuk memproduksi insulin. Insulin menyebabkan glukosa berdifusi ke dalam sel yang akan

memakainya

sebagai

energi,

mengubahnya

menjadi

glikogen

dalam

hati,

atau

menjadi lemak dalam jaringan adiposa. Jika kadar glukosa darah turun, laju sekresi insulin juga turun. Insulin yang meningkat tersebut, pada gilirannya, menurunkan kadar glukosa darah ke tingkat normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan zat gizi ini. Sebaliknya, penurunan glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan kecepatan sekresi insulin ini menyebabkan perubahan metabolisme dari keadaan absorptif ke keadaan pasca-absorptif. Dengan demikian, sistem umpan-balik negatif sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa memerlukan peran serta saraf atau hormon lain.2 Selain konsentrasi glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam mengatur sekresi insulin. Peningkatan kadar asam amino plasma, seperti yang terjadi setelah memakan makanan tinggi protein, secara langsung merangsang sel-sel F untuk meningkatkan sekresi insulin. Melalui mekanisme umpan-balik negatif, peningkatan insulin tersebut meningkatkan masuknya asam-asam amino tersebut ke dalam sel, sehingga kadar asam amino dalam darah menurun sementara sintesis protein meningkat.2 Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respons terhadap adanya makanan terutama gastric inhibitory peptide (peptida inhibitorik lambung), merangsang sekresi insulin pankreas yang memiliki efek regulatorik langsung pada sistem pencernaan. Melalui kontrol ini, sekresi insulin meningkat secara "feedforward" atau antisipatorik bahkan sebelum terjadi penyerapan zat gizi yang meningkatkan kadar glukosa dan asam amino dalam darah.2 Sistem saraf otonom secara langsung juga mempengaruhi sekresi insulin. Pulau-pulau Langerhans dipersarafi oleh banyak serat saraf parasimpatis (vagus) dan simpatis. Peningkatan aktivitas parasimpatis yang terjadi sebagai respons terhadap makanan dalam saluran pencernaan merangsang pengeluaran insulin. Keadaan ini juga merupakan mekanisme feedforward sebagai antisipasi terhadap penyerapan zat-zat gizi. Sebaliknya, stimulasi simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan menghambat sekresi insulin. Penurunan insulin memungkinkan kadar glukosa darah meningkat; suatu respons yang sesuai untuk keadaan-keadaan pada saat terjadi aktivitas sistem simpatisyaitu, stress (fight or flight) dan olahraga. Pada kedua keadaan tersebut, diperlukan tambahan bahan bakar untuk aktivitas otot. Secara singkat, insulin merangsang jalur-jalur biosintetik yang menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa, peningkatan penyimpanan karbohidrat dan lemak, dan peningkatan sintesis protein. Karena itu, hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah. Pola metabolik ini khas untuk keadaan absorptif. Memang,

Gambar 4. Faktor yang Mengontrol Sekresi Insulin.

sekresi insulin meningkat selama keadaan ini dan bertanggung jawab mengubah jalur metabolik menjadi anabolisme netto. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia yang menimbulkan kelaparan bagi otak.3,9 Efek Terhadap Glukagon Glukagon mempengaruhi sekresi insulin melalui peningkatan konsentrasi glukosa darah. Efek glukagon dan insulin berlawanan. Hal ini untuk mempertahankan kadar gula darah normal selama berpuasa atau makan.2 Sekresi glukagon dikendalikan oleh kadar gula darah. Kadar gula darah yang rendah menstimulasi sel-sel alfa untuk memproduksi glukagon. Glukagon menyebabkan pelepasan glukosa dari hati, sehingga glukosa darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah menghambat pelepasan glukagon melalui mekanisme umpan balik negatif. Selain itu terdapat hormon yang secara tidak langsung mempengaruhi sekresi insulin antara lain;2 a. Hormon pertumbuhan, ACTH, dan hormon gastrointestinal, seperti gastrin, sekretin dan kolesistokinin, semuanya menstimulasi sekresi insulin.2 b. Somatostatin, diproduksi oleh sel-sel pankreas dan hipotalamus, menghambat sekresi insulin dan glukagon serta menghalangi absorpsi intestinal terhadap glukosa.2

Glukagon Pada umumnya, glukagon melawan efek insulin. Walaupun insulin berperan sentral dalam mengontrol antara keadaan absortif dan pasca absortif, produk sekretorik sel pulau Langerhans pankreas, yaitu glukagon, juga sangat penting. Banyak pakar ilmu memabndang sel-sel penghasil insulin dan sel sel penghasil glukagon sebagai pasangan sistem endokrin yang sekresi kombinasinya merupakan faktor utama dalam mengatur metabolisme bahan bakar.2 Efek Fisiologis Glukagon Glukagon meningkatkan penguraian glikogen hati menjadi glukosa (glikogenesis), sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon meningkatkan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat (gluokoneogenesis) dalam hati.2 Efek pada Karbohidrat Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat timbul akibat peningkatan pembentukan dan pengeluaran glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Glukagon menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen, meningkatkan sintesis glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.2 Efek pada Lemak Glukagon juga melawan efek insulin berkenaan dengan metabolisme lemak dengan mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesis trigliserida. Glukagon meningkatan pembentukan ketogenesis di hati dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi bahan keton. Dengan demikian di bawah pengaruh glukagon, kadar asam lemak dan badan keton dalam darah meningkat.2 Efek pada Protein Glukagon menghambat sintesis protein dan meningkatkan penguraian protein di hati. Walaupun meningkatkan katabolisme protein di hati, glukagon tidak memiliki efek bermakna pada kadar asam-amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein yang utama di tubuh.2 Sekresi Glukagon Meningkat Selama Keadaan Pasca-Absorptif Dengan mempertimbangkan efek katabolik glukagon pada simpanan energi tubuh, sekresi glukagon meningkat selama keadaan pasca-absorptif dan menurun selama keadaan absorptif,

berkebalikan dengan sekresi insulin. Pada kenyataannya, insulin kadang-kadang disebut sebagai "hormon pesta" dan glukagon sebagai "hormon puasa". Insulin cenderung menyebabkan zat-zat gizi disimpan saat kadar mereka dalam darah tinggi, misalnya setelah makan, sedangkan glukagon mendorong katabolisme simpanan zat gizi antara waktu makan untuk mempertahankan kadar zat-zat gizi tersebut dalam darah, terutama glukosa darah.2 Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin. Dalam hal ini, sel-sel pankreas meningkatkan sekresi glukagon sebagai respons terhadap penurunan glukosa darah. Efek hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah ke normal. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi glukosa darah, seperti yang terjadi setelah makan, menghambat sekresi glukagon, yang juga cenderung memulihkan kadar glukosa darah ke normal.2 Dengan demikian, terdapat hubungan umpan-balik negatif langsung antara konsentrasi glukosa darah dan kecepatan sekresi sel , tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek glukosa darah pada sel , dengan kata lain, peningkatan kadar glukosa darah menghambat sekresi glukagon tetapi merangsang sekresi insulin, sedangkan penurunan glukosa darah menyebabkan peningkatan sekresi glukagon dan penurunan sekresi insulin.2 Karena glukagon meningkatkan glukosa darah dan insulin menurunkan glukosa darah, perubahan sekresi hormon-hormon pankreas sebagai respons terhadap penyimpangan glukosa ini bekerja sama secara homeostasis untuk memulihkan kadar glukosa darah ke normal. Demikian juga, penurunan konsentrasi asam lemak darah secara langsung merangsang pengeluaran glukagon dan menghambat pengeluaran insulin oleh pankreas, keduanya merupakan mekanisme kontrol umpan-balik negatif untuk memulihkan kadar asam lemak darah ke normal.2 Efek-efek yang berlawanan dari konsentrasi glukosa dan asam lemak darah pada sel dan pankreas tersebut sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul nutrien dalam sirkulasi darah, karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan lemak saling berlawanan. Efek konsentrasi asam amino darah pada sekresi kedua hormon ini adalah cerita yang lain. Peningkatan konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi glukagon dan insulin. Mengapa hal ini tampak paradoks, karena glukagon tidak menimbulkan efek apapun pada konsentrasi asam amino darah. Efek peningkatan kadar asam amino darah yang sama pada sekresi glukagon dan insulin akan masuk akal apabila anda meneliti efek kedua hormon ini pada kadar glukosa darah.

Gambar 5. Efek Berlawanan Insulin dan Glukagon.

Apabila selama penyerapan makanan kaya protein, peningkatan asam amino darah hanya merangsang sekresi insulin, dapat terjadi hipoglikemia. Karena setelah mengkonsumsi makanan kaya protein hanya terdapat sedikit karbohidrat untuk diserap, peningkatan sekresi insulin yang dipicu oleh asam amino akan menyebabkan sebagian besar glukosa masuk ke dalam sel, sehingga terjadi penurunan mendadak kadar glukosa darah yang tidak sesuai.2 Namun, peningkatan sekresi glukagon yang terjadi secara bersamaan karena dirangsang oleh peningkatan kadar asam amino darah akan meningkatkan pembentukan glukosa oleh hati. Karena efek hiperglikemik glukagon melawan efek hipoglikemik insulin, hasil akhir setelah kita mengkonsumsi makanan kaya protein tetapi rendah karbohidrat adalah kestabilan kadar glukosa darah (dan pencegahan hipoglikemia sel-sel otak).2

Tabel 2. Perbandingan Keadaan Absorptif dan Pasca-absorptif.

Kesimpulan Hormon pankreas yang paling penting untuk mengatur metabolisme bahan bakar adalah insulin dan glukagon. Insulin berperan menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan nutrien-nutrien tersebut. Glukagon berperan untuk meningkatkan kadar gula darah.

Daftar Pustaka 1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. hal. 318-321 2. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011. hal. 662-677. 3. Guyton, Hall. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. hal. 1221-1239. 4. Murray, Robert, Granner, Daryl. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2006. 5. Sediaoetama AD. Ilmu gizi. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2008. hal. 31-180. 6. Gibney MJ, Margets BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2005. hal. 92. 7. Nio OK. Daftar analisis bahan makanan. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. 8. Pola Makan Sehat. 2009. Diunduh dari http://www.pdf-search-engine.com/pola-makanpdf.html. Tanggal 1 November 2010.

9. Ganong WF. Buku ajar fisiologi. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2005. hal. 320-341. 10. Moore KL, Agur AM. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002. hal. 54-67. 11. Gunawijaya FA, Kartawiguna. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta: Trisakti; 2009. hal. 139-142.

Anda mungkin juga menyukai