Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Metabolisme Benda Keton dan Etanol

Cresentia Irene Iskandar

102014161

B4

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

The food we eat will be metabolized by the body to produce energy and some will be stored in the
body. The food source in the form of carbohydrates, fats and proteins. In addition to the metabolism
of carbohydrates, fat and protein metabolism in the body also occur ketones and ethanol. Ketones
contained in the body such as acetoacetate, D-(-) - 3-hydroxybutyrate (β-hydroxybutyrate) and
acetone. If levels are increased ketones in the body can lead to ketosis.

Keyword : metabolism, keton bodies, ketosis

Abstrak

Makanan yang kita konsumsi nantinya akan di metabolisme oleh tubuh untuk menghasilkan
energi dan sebagian akan disimpan dalam tubuh. Sumber makanan tersebut berupa
karbohidrat, lemak dan protein. Selain metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, di tubuh
juga terjadi metabolisme benda keton dan etanol. Benda keton yang terdapat dalam tubuh
seperti asetoasetat, D(-)-3-hidroksibutirat (β-hidroksibutirat) dan aseton. Bila kadar benda
keton tersebut meningkat dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya ketosis.

Kata kunci : metabolisme, benda keton, ketosis

Pendahuluan

Tubuh memerlukan energi untuk dapat melakukan aktivitas. Energi tersebut diperoleh
dari makanan dan minuman yang kita konsumsi seperti karbohidrat, protein, lemak. Makanan
yang dikonsumsi tersebut akan dioksidasi menjadi ATP dan ATP nantinya yang akan berguna
sebagai sumber energi. Selain dioksidasi menjadi energi, nutrien yang diperoleh dari sumber
makanan tersebut akan di simpan dalam bentuk glikogen, trigliserida dan protein.
Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu nutrien bagi makhluk hidup. Glukosa adalah
karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidar dalam makanan diserap ke dalam alirah darah
sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekusor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan, ribosa dan
deoksiribosa dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai
kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan.

Fungsi karbohidrat : 1

1. Sebagai sumber energi utama


2. Sebagai cadagan energi (glikogen) dalam hati dan otot
3. Menghasilkan senyawa intermediet amphibolik : piruvat, laktat, gliserida
4. Sebagai sumber energi utama bagi otak dan susunan saraf
5. Pengatur peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan

Metabolisme karbohidrat terdiri dari glikolisis embden meyerhof, glikogenesis,


glikogenolisis, glukoneogenesis, oksidasi piruvat dan siklus asam sitrat. Glikolisis yaitu jalur
utama metabolisme glukosa, yang terjadi di sitosol semua sel. Jalur ini dapat berfungsi baik
dalam keadaan aerob maupun anaerob, bergantung pada ketersediaan oksigen dan rantai
transpor elektron. Eritrosit yang tidak memiliki mitokondria, bergantung sepenuhnya pada
glukosa sebagai bahan bakar metabolismenya, dan memetabolisme glukosa melalui glikolisis
anaerob. Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan juga jalur utama untuk
metabolisme fruktosa, galaktosa, dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Piruvat
merupakan produk akhir utama glikolisis. Piruvat dioksidasi lebih lanjut menjadi CO2 dan air.
Jika pasokan oksigen berkurang, reoksidasi NADH di mitokondria yang terbentuk selama
glikolisis terhambat, dan NADH direoksidasi dengan mereduksi piruvat menjadi laktat
sehingga glikolisis dapat berlanjut. Meskipun glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan
anaerob, pengorbanan diperlukan karena hal ini membatasi jumlah ATP yang dibentuk per
mol glukosa yang teroksidasi sehingga jauh lebih banyak glukosa yang harus dimetabolisme
dalam kondisi anaerob dibandingkan dalam kondisi aerob. Di sel ragi dan beberapa
mikroorganisme lain, piruvat yang dibentuk dalam glikolisis anaerob tidak direduksi menjadi
laktat, tetapi mengalami dekarboksilasi dan direduksi menjadi etanol.2
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui
fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan menggunakan
ATP sebagai donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-
fosfat dapat dianggap bersifat ireversibel. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh
produknya yaitu glukosa 6-fosfat. Heksokinase memiliki afinitas tinggi untuk glukosa, dan di
hati dalam kondisi normal enzim ini mengalami saturasi sehingga bekerja dengan kecepatan
tetap untuk menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk memenuhi kebutuhan sel, sel hati juga
mengandung suatu isoenzim heksokinase yang bernama glukokinase yang memiliki afinitas
rendah daripada konsentrasi glukosa intrasel normal. Fungsi glukokinase di hati adalah untuk
mengeluarkan glukosa dari darah setelah makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang
melebihi kebutuhan untuk glikolisis yang digunakan untuk sintesis glikogen dan
lipogenesis.2,3

Glukosa 6-fosfat adalah suatu senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa
jalur metabolik yakni glikolisis, glukoneogenesis, jalur pentosa fosfat, glikogenesis, dan
glikogenolisis. Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh
fosfoheksosa isomerase yang melibatkan suatu isomerasi aldosa ketosa. Reaksi ini diikuti
oleh fosforilasi lain yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa
1,6-bisfosfat. Fruktosa 1,6-bisfosfat dipecah oleh aldolase (fruktosa 1,6- bisfosfat aldolase)
menjadi dua triosa fosfat, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida
3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat dapat saling terkonversi oleh enzim fosfotriosa
isomerase.2,3
Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-
bisfosfogliserat. Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat
dehidrogenase, bersifat dependen-NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh
fosfogliserat kinase, fosfat dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP
(fosforilasi tingkat-substrat) dan 3-fosfogliserat. 3-Fosfogliserat kemudian mengalami
isomerisasi menjadi 2-fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase.2

Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang
membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida. Enzim ini juga bergantung
pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh
piruvat kinase untuk membentuk dua molekul ATP per satu molekul glukosa yang
dioksidasi.
Pada kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik
menjadi oksigen. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisis oleh laktat
dehidrogenase. Reoksidasi NADH melalui pembentukan laktat memungkinkan glikolisis
berlangsung tanpa oksigen dengan menghasilkan cukup NAD+ untuk siklus berikutnya dari
reaksi yang dikatalisis oleh gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Pada keadaan aerob,
piruvat diserap ke dalam mitokondria, dan setelah menjalani dekarboksilasi oksidatif menjadi
asetil KoA, dioksidasi menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat.2

Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter
proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-
KoA oleh suatu kompleks piruvat dehidrogenase. Pada kompleks enzim tersebut menjadi
turunan hidroksietil cincin tiazol tiamin difosfat yang kemudian bereaksi dengan lipoamida
teroksidasi, yakni gugus prostetik pada dihidrolipoil transasetilase untuk membentuk asetil
lipoamida. Asetil lipoamida bereaksi dengan koenzim A untuk membentuk asetil-KoA dan
lipoamida tereduksi. Reaksi ini tuntas jika lipoamida yang tereduksi tersebut direoksidasi
oleh suatu flavoprotein, yaitu dihidrolipoil dehidrogenase, yang mengandung FAD.
Akhirnya, flavoprotein tereduksi mengalami oksidasi oleh NAD+ yang kemudian
memindahkan ekuivalen pereduksi ke rantai respiratorik. Pada reaksi ini menghasilkan 3
ATP.2,3

Piruvat + NAD+ + KoA  Asetil-KoA + NADH + H+ + CO2

Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi di mitokondria yang mengoksidasi gugus
asetil pada asetil-KoA dan mereduksi koenzim yang ter-reoksidasi melalui rantai transpor
elektron yang berhubungan dengan pembentukan ATP. Siklus asam sitrat adalah jalur
metabolisme terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein karena glukosa, asam
lemak dan sebagian besar asam amino dimetabolisme menjadi asetil-KoA atau zat-zat antara
siklus ini. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis, lipogenesis, dan
interkonversi asam-asam amino.2

Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis
oleh sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon-ke-karbon antara karbon metil pada asetil-
KoA dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang terbentuk
mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASH, suatu reaksi eksotermik. Sitrat
mengalami isomerasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase), reaksi ini
terjadi dalam dua tahap : dehidrasi menjadi ci-akonitat dan rehidrasi menjadi isositrat.
Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalis oleh isositrat dehidrogenase untuk
membentu oksalosusinat pada awalnya, yang tetap terikat pada enzim dan mengalami
dekarboksilasi menjadi alfa ketoglutarat. Dekarboksilasi ini memerlukan ion Mg++ atau Mn++.
Terdapat tiga isoenzim isositrat dehidrogenase. Salah satunya yang menggunakan NAD+,
hanya terdapat di mitokondria. Dua lainnya menggunakan NADP+ dan ditemukan di
mitokondria dan sitosol.2

Alfa ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif dalam suatu reaksi yang


dikatalisis oleh suatu kompleks alfa ketoglutarat dehidrogenase yang menyebabkan
terbentuknya suksinil KoA. Suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat
tiokinase (suksinil-KoA sintetase). Reaksi ini adalah satu-satunya contoh fosforilasi tingkat
substrat dalam siklus asam sitrat. Lalu reaksi berlanjut dari Suksinat menjadi fumarat dengan
enzim suksinat dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam
mitokondria. Enzim ini mengandung FAD dan protein FeS dan secara langsung mereduksi
ubikuinon dalam rantai transpor elektron. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisis
penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat diubah
menjadi oksaloasetat oleh malat dehidrogenase, dimana reaksi ini memerlukan NAD.2

Pada reaksi ini maka dihasilkan 3ATP oleh NADH melalui rantai pernafasan. Dan
oksaloasetat sendiri akan berikatan dengan asetil-KoA lagi dan menjadi Sitrat sehingga
membentuk sebuah rantai siklus yang berkepanjangan. Total dari ATP yang dihasilkan oleh 1
molekul asetil KoA adalah 11 ATP melalui rantai pernafasan dan 1 ATP melalui tingkat
substrat.2

Glikogenesis

Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati pada
tumbuhan; glikogen adalah polimer bercabang a–D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di
hati dan otot; meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan glikogen
otot, namun karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada massa hati, sekitar tiga-
perempat glikogen tubuh total berada di otot.2
Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis
di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa
untuk mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan. Setelah berpuasa 12 – 18
jam, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras. Meskipun glikogen otot tidak secara langsung
menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat
mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk
glukoneogenesis di hati.2
Seperti glikolisis, glukoas mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang
dikatalisis oleh heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami
isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat oleh fosfoglukomutase. Kemudian glukosa 1-fosfat
bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat
glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang dikatalisis oleh UDPGlc pirofosforilase. Reaksi
berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc karena pirofosfatase mengatalisis hidrolisis
pirofosfat menjadi dua kali fosfat sehingga salah satu produk tersebut reaksi dihilangkan.1,2,4
Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1 glukosa
UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat (UDP).
Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada agar reaksi ini dapat
berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu orimer protein
yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat pada posisi 14 untuk
membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen sintase. Di otot
rangka, glikogenin tetap melekat pada bagian tengah molekul glikogen; di hati, jumlah
molekul glikogen lebih banyak daripada jumlah molekul glikogenin.2,4
Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di ujung
luar molekul sehingga cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen memanjang seiring
dengan terbentuknya ikatan 14 . Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11 residu glukosa,
sebagian rantai 14 dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh branching enzyme untuk
membentuk ikatan 16 sehingga terbentuk titik percabangan. Cabang tumbuh melalui
penambahan unit-unit 14 glukoasil dan percabangan selanjutnya.2

Glikogenolisis

Glikogenolisis merupakan proses glikogen menjadi glukosa. Glikogenolisis ini terjadi


di hati dan otot. Enzim yang berperan pada proses glikogenolisis adalah fosforilase,
transferase, debranching enzyme.

Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan


mengatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen dikeluarkan
secara sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi suatu cabang
16. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan debranching enzyme; glukan transferase dan
debranching enzyme mungkin merupakan kedua bentuk aktivitas dari suatu protein tunggal.
Kerja fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase dan enzim-
enzim lain menyebabkan terurainya glikogen secara sempurna. Reaksi yang dikatalisis oleh
fosfoglukomutase bersifat reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-
fosfat. Di hati glukosa 6-fosfatase menghidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan
glukosa yang diekspor sehingga kadar glukosa darah meningkat.1,2,4

Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-glikogen fosforilase


dan glikogen sintase, diatur oleh mekanisme alosterik dan modifikasi kovalen karena terjadi
fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim sebagai respons terhadap kerja hormon.2
AMP siklik (cAMP) dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan dalam
membran sel dan berfungsi sebagai second messenger intrasel sebagai respons terhadap
berbagai hormon, misalnya epinefrin, norepinefrin, dan glukagon. cAMP dihidrolisis oleh
fosfodiesterase sehingga kerja hormon-hormon tersebut terhenti; di hati insulin meningkatkan
aktivitas fosfodiesterase.2
Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk diekspor guna
mempertahankan kadar glukosa darah, di otot berperan sebagai sumber glukosa 6-fosfat
untuk glikolisis sebagai respons terhadap kebutuhan akan ATP untuk kontraksi otot. Di kedua
jaringan, enzim diaktifkan oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh fosforilase kinase (untuk
menghasilkan fosforilase a) dan diinaktifkan oleh defosforilasi yang dikatalisis oleh
fosfoprotein fosfatase (untuk menghasilkan fosforilase b), sebagai respons terhadap sinyal
hormon dan sinyal lain.2
Fosforilase a aktif di kedua jaringan dihambat secara alosterik oleh ATP dan glukosa
6-fosfat; di hati, tetapi tidak di otot, glukosa bebas juga merupakan suatu inhibitor.
Fosforilase otot berbeda dari isoenzim di hati karena memiliki tempat pengikatan untuk
5’AMP yang berfungsi sebagai aktivator alosterik bentuk b terdefosforilasi (inaktif) enzim.
5’AMP bekerja sebagai sinyal poten statu energi sel otot; 5’AMP terbentuk sewaktu
konsentrasi ADP mulai meningkat, akibat reaksi adenilat kinase: 2x ADP  ATP +
5’AMP.2
Fosforilase kinase diaktifkan sebagai respons terhadap cAMP. Peningkatan
konsentrasi cAMP anak mengaktifkan protein kinase dependen-cAMP yang mengatalisis
fosforilasi oleh ATP fosforilase kinase b inaktif menjadi fosforilase kinase a aktif yang
selanjutnya memfosforilasi fosforilase b menjadi fosforilase a. Di hati, cAMP dibentuk
sebagai respons atas menurunnya kadar glukosa darah; otot kurang peka terhadap glukagon.
Di otot, sinyal untuk meningkatkan pembentukan cAMP dalah efek norepinefrin yang
disekresikan sebagai respons terhadap takut dan cemas, ketika kebutuhan akan glikogenolisis
meningkat agar aktivitas otot dapat ditingkatkan.2
Baik fosforilase a maupun fosforilase kinase a mengalami defosforilasi dan
diinaktifkan oleh protein fosfatase-1. Protein fosfatase-1 dihambat oleh suatu protein, yakni
inhibitor-1, yang hanya aktif setelah terfosforilasi oleh protein kinase dependen c-AMP. Oleh
sebab itu, cAMP mengontrol baik pengaktifan maupun penginaktifan fosforilase. Insulin
memperkuat efek ini dengan menghambat pengaktifan fosforilase b. Hormon ini
melakukannya secara tidak langsung dengan meningkatkan penyerapan glukosa sehingga
meningkatkan pembentukan glukosa 6-fosfat yang merupakan suatu inhibitor fosforilase
kinase.2
Seperti fosforilase, glikogen sintase terdapat baik dalam keadaan terfosforilasi
maupun tidak-terfosforilasi; namun, efek fosforilasi adalah kebalikan efek yang dijumpai
pada fosforilase. Glikogen sintase a aktif mengalami defosforilasi dan glikogen sintase b
inaktif mengalami fosforilasi.2
Terdapat enam protein kinase berbeda yang bekerja pada glikogen sintase. Dia
diantaranya bersifat dependen Ca2+. Kinase lain adalah protein kinase dependen-cAMP yang
memungkinkan hormon, melalui perantaraan cAMP, menghambat sintesis glikogen secara
sinkron dengan pengaktifan glikogenolisis. Insulin juga memacu glikogenesis di otot secara
bersamaan dengan penghambatan glikogenolisis dengan meningkatkan kadar glukosa 6-fosfat
yang merangsang defosforilasi dan pengaktifan glikogen sintase. Defosforilasi glikogen
sintase b dilaksanakan oleh protein fosfatase-1 yang berada dalam kendali protein kinase
dependen-cAMP.2
Pada saat yang sama dengan terjadinya pengaktifan fosforilase oleh peningkatan
konsentrasi cAMP, glikogen sintase diubah menjadi bentuk inaktif; kedua efek diperantarai
oleh protein kinase dependen-cAMP. Jadi, inhibisi glikogenolisis meningkatkan glikogenesis
netto, dan inhibisi glikogenesis meningkatkan glikogenolisis netto. Defosforilasi fosforilase a,
fosforilase kinase, dan glikogen sintase b dikatalisis oleh satu enzim dengan spesifitas yang
luas yaitu protein fosfatase-1. Selanjutnya. Protein fosfatase-1 dihambat oleh protein kinase
dependen-cAMP melalui inhibitor-1. Jadi, glikogenolisis dapat dihentikan dan glikogenesis
dirrangsang secara sinkron atau sebaliknya karena kedua proses bergantung pada aktivitas
protein kinase dependen-cAMP. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase dapat
difosforilasi secara reversibel di lebih dari satu tempat oleh kinase dan fosfatase yang
berbeda. Fosforilasi sekunder ini memodifikasi sensivitas bagian/tempat utama terjadinya
fosforilasidan defosforilasi. Fosforilasi sekunder ini juga memungkinkan insulin
menimbulkan efek yang timbal-balik dengan efek cAMP melalui peningkatan glukosa 6-
fosfat.2

Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa


atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan
propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.2
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan
atau cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial
terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal.
Glukosa juga penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat
meskipun asam lemak adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu,
glukoneognenesis membersihkan laktat yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol
yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.2
Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis untuk
membentuk glukosa.2
Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan
dua reaksi endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis karboksilasi piruvat
menjadi oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin sebagai
koenzim. Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin sebelum penambahan
CO2 ke piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengatalisis dekarboksilasi
dan fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan menggunakan GTP sebagai
donor fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase dalam siklus asam sitrat
menghasilkan GTP, dan GTP ini digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat karboksikinase
sehingga terbentuk hubungan antara aktivitas siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk
mencegah pengeluaran berlebihan oksaloasetat untuk glukoneogenesis yang dapat
mengganggu aktivitas siklus asam sitrat.2
Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan
glikolisis, dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan
apakah suatu jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari
triosa fosfat. Enzim ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak
ditemukan di otot jantung dan otot polos.2
Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase.
Enzim ini terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak
dapat mengekspor glukosa ke dalam aliran darah.2
Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis
glikogen melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin difosfat glukosa dan glikogen sintase.2
Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino glukogenik menghasilkan
piruvat atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi yang dijelaskan
sebelumnya dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino glukogenik menjadi
glukosa atau glikogen.2
Pada hewan bukan pemamah biak, termasuk manusia, propionat berasal dari oksidasi-
asam lemak rantai-ganjil yang terdapat pada lipid hewan pemamah biak, serta oksidasi
isoleusin dan rantai samping kolesterol, serta merupakan substrat bagi glukoneogenesis.2
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol
dalam keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas
menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk
glukoneogenesis di hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis
triasilgliserol jaringan adiposa digunakan semata-mata sebata substrat untuk glukoneogenesis
di hati dan ginjal.2
Metabolisme Protein
Protein merupakan polimer dari 20 asam amino. Fungsi dari protein sendiri adalah
sebagai komponen membran sel, komponen intrasel, enzim, hormon, transporter, reseptor,
sistem imun humoral dan seluler, sumber energi. Asam amino nantinya akan di pecah
menjadi karbon yang akan diubah menjadi energi dan nitrogen yang nantinya akan masuk ke
dalam siklus urea. Biosintesis urea berlangsung dalam empat tahap yaitu transaminasi,
deaminasi oksidatif glutamat, transpor amonia dan reaksi siklus urea.

Transaminasi saling mengonversi pasangan-pasangan asam α-amino dan asam α-keto.


Semua asam amino protein kecuali lisin, treonin, prolin, dan hidroksiprolin ikut serta dalam
transaminasi. Transaminasi berlangsung reversibel, dan aminotransferase juga berlangsung
dalam biosintesis asam amino. Alanin piruvat aminotransferase (alanin aminotransferase) dan
glutamat α-ketoglutarat aminotransferase (glutamat aminotransferase) mengkatalisis
pemindahan gugus amino ke piruvat (membentuk alanin) atau ke α-ketoglutarat (membentuk
glutamat). Masing-masing aminotransferase bersifat spesifik untuk satu pasangan substrat,
tetapi tidak spesifik untuk pasangan lain. Karena alanin juga merupakan suatu substrat untuk
glutamat aminotransferase, semua nitrogen amino dari asam amino yang mengalami
transaminasi dapat terkonsentrasi dalam glutamat. Hal ini penting karena L-Glutamat adalah
satu-satunya asam amino yang menjalani deaminasi oksidatif dengan laju yang cukup tinggi
di jaringan mamalia. Jadi, pembentukan amonia dari gugus α-amino terjadi terutama melalui
nitrogen α-amino L-glutamat.2

Pemindahan nitrogen amino ke α-ketoglutarat membentuk L-glutamat. Pembebasan


nitrogen ini sebagai amonia kemudian dikatalisis oleh L-glutamat dehidrogenase (GDH) hati,
yang dapat menggunakan NAD+ atau NADP+. Perubahan nitrogen α-amino menjadi amonia
oleh kerja terpadu glutamat aminotransferase dan GDH sering disebut transdeaminasi.
Aktivitas GDH hati secara alosteris dihambat oleh ATP, GTP, dan NADH serta diaktifkan
oleh ADP. Reaksi yang dikatalisis oleh GDH bersifat reversibel sepenuhnya dan juga
berfungsi dalam biosintesis asam amino.2

Asam L-amino oksidase di hati dan ginjal mengubah asam amino menjadi suatu asam
α-amino yang mengalami dekomposisi menjadi asam α-keto disertai pembebasan ion
amonium. Flavin tereduksi mengalami reoksidasi oleh oksigen molekular, dan membentuk
hidrogen peroksida (H2O2) yang kemudian terurai menjadi O2 dan H2O oleh katalase.2

Amonia yang dihasilkan oleh bakteri usus dan diserap ke dalam darah vena porta dan
amonia yang dihasilkan oleh jaringan cepat disingkirkan dari sirkulasi oleh hati dan diubah
menjadi urea. Karena itu, hanya sedikit terdapat di darah perifer. Hal ini sangat penting
karena amonia bersifat toksik bagi sususan saraf pusat.2

Eksresi amonia yang diproduksi oleh sel tubulus ginjal ke dalam urine merupakan
cara untuk menghemat kation dan mengatur keseimbangan asam-basa. Produksi amonia dari
asam amino intrasel ginjal, terutama glutamin, meningkat pada asidosis metabolik dan
menurun pada alkalosis metabolik.

Sintesis 1 mol urea memerlukan 3 mol ATP dan 1 mol ion amonium dan 1 mol
nitrogen α-amino aspartat. Dari enam asam amino yang ikut serta (ornitin, strulin, arginin,
aspartat, argininsuksinat, fumarat), N-asetilglutamat hanya berfungsi sebagai aktivator enzim.
Asam amino lain berfungsi sebagai pembawa atom yang akhirnya menjadi urea. Peran
metabolik utama ornitin, sitrulin, argininsuksinat pada mamalia adalah sintesis urea.2
Metabolisme Lemak

Oksidasi Asam Lemak

Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari
asetil-KoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari
biosintesis asam lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung
di kompartemen sel yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari
biosintesis di sitosol memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual, dan
diintegrasikan sesuai kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan
turunan asil-KoA yang dikatalisis oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD dan
FAD sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses
aerob yang memerlukan keberadaan oksigen.2

Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel asam-
asam ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya asam-asam
lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak rantai-pendek lebih larut air dan
terdapat dalam bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.2

Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam
lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A, enzim
tiokinase mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-KoA yang
menggunakan satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan PPi. PPi
dihidrolisis oleh pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya
yang memastikan bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase
ditemukan di retikulum endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar
mitokondria.2,3

Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai panjang
tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin palmitoiltransferase-I,
yang terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA rantai panjang menjadi
asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan memperoleh akses ke sistem
oksidasi-b enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase bekerja sebagai pengangkut penukar di
membran dalam mitokondria. Asil karnitin diangkut masuk, dan disertai dengan
pengangkutan keluar satu molekul karnitin. Asil karnitin kemudian bereaksi dengan KoA
yang dikatalisis oleh karnitin palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran
dalam. Asil-KoA terbentuk kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.2,3

Pada oksidasi-b , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA-b yang
dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon -a (2) dan –b (3) karena itu
dinamai oksidasi-b. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA. Jadi, palmitoil-KoA
menghasilkan delapan molekul asetil-KoA.2

Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-b,
yang menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah residu tiga karbon (propionil-KoA).
Senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu konstituen siklus asam sitrat. Karena itu,
residu propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah satu-satunya bagian asam lemak yang
bersifat glukogenik.2

Lipogenesis

Asam lemak disintesis oleh sistem ekstramitokondria yang bertanggung jawab untuk
menyintesis palmitat dari asetil-KoA di sitosol. Pada sebagian besar mamalia, glukosa adalah
substrat utama untuk lipogenesis, tetapi pada hewan pemamah biak substrat tersebut adalah
asetat, yaitu molekul bahan bakar terpenting yang dihasilkan dari makanan.2

Jalur utama sintesis de novo asam lemak berlangsung di sitosol. Sistem ini terdapaat
di banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru, kelenjar mamaria, dan jaringan adiposa.
Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP, Mn2+, biotin, dan HCO3-. Asetil-KoA
adalah substrat langsungnya, dan palmitat bebas adalah produk akhirnya.2

Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam
lemak. Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk karboksilasi
asetil-KoA menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA karboksilase.
Asetil-KoA karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah suatu protein
multienzim yang mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah bervariasi, masing-
masing mengandung biotin, biotin karboksilase, protein pembawa biotin karboksil, dan
transkarboksilase, serta tempat alosterik regulatorik. Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap:
karboksilasi biotin yang melibatkan ATP dan pemindahan karboksil ke asetil-KoA untuk
membentuk malonil-KoA.2
Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh
aktivitas enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam lemak
sintase terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu protein yang
disebut protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan unggas, sistem
sintase adalah suatu kompleks polipeptida multienzim yang memasukkan ACP dan
mengambil alih peran KoA. Kompleks ini mengandung vitamin asam pantotenat dalam
bentuk 4’-fosfopantetein. Pemakaian satu unit fungsional multienzim memiliki keunggulan
berupa tercapainya efek kompartementalisasi proses di dalam sel tanpa perlu membentuk
sawar permeabilitas, dan sintesis semua enzim di kompleks tersebut terkoordinasi karena
dikode oleh satu gen.2

Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari dia
monomer identik, masing-masing mengandung ketujuh aktivitas enzim lemak sintase pada
satu rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA berikatan dengan
gugus –SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-KoA berikatan dengan –
SH di dekatnya pada 4’-fosfopantetein ACP di monomer yang lain yang dikatalisis oleh
malonil transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim. Gugus asetil menyerang gugus
metilen di residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil sintase dan membebaskan CO2,
membentuk 3-ketoasil enzim membebaskan gugus –SH sistein. Dekarboksilasi
memungkinkan reaksi tersebut berlangsung tuntas, dan menarik sekuens reaksi keseluruhan
ke arah selanjutnya. Gugus 3-ketoasil akan tereduksi, terdehidrasi, dan kembali tereduksi
untuk membentuk enzim asil-S jenuh. Molekul malonil-KoA baru berikatan dengan –SH
pada 4’fosfopantetein, menggeser residu asil jenuh ke gugus –SH sistein bebas. Rangkaian
reaksi diulang enam kali lagi sampai terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh.2

Senyawa ini dibebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di
kompleks, yaitu tioesterase. Palmitat bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum dapat
diproses lebih lanjut melalui jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini mengalami estrifikasi
menjadi asilgliserol, pemanjangan rantai atau desaturasi, atau esterifikasi menjadi ester
kolesteril.2

Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16 pada
palmitat. Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.2
Triasilgliserol

Triasilgliserol adalah lipid utama di timbunan lemak dan di dalam makanan. Peran
senyawa ini adalah dalam transpor dan penyimpanan lipid. Triasilgliserol harus dihidrolisis
oleh lipase menjadi unsur pokoknya, yaitu asam lemak dan gliserol sebelum dapat
dikatabolisme lebih lanjut. Sebagian besar proses hidrolisis ini terjadi di jaringan adiposa
disertai pembebasan asam lemak bebas ke dalam plasma, tempat asam-asam ini berikatan
dengan albumin serum. Hal ini diikuti oleh penyerapan asam lemak bebas oleh jaringan
tempat asam-asam ini dioksidasi atau mengalami re-esterifikasi. Pemakaian gliserol
bergantung pada apakah jaringan memiliki gliserolkinase yang dijumpai dalam jumlah
bermakna di hati, ginjal, usus, jaringan adiposa cokelat, dan kelenjar mamaria laktasi.2

Dua molekul asil-KoA yang dibentuk melalui pengaktifan asam lemak oleh asil-KoA
sintetase berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk fosfatidat (1,2-diasilgliserol
fosfat). Hal ini berlangsung dalam dua tahap, yang dikatalisis oleh gliserol-3-fosfat
asiltransferase dan 1-asilgliserol-3-fosfat asil transferase. Fosfatidat diubah oleh fosfatidat
fosfohidrolase dan diasilgliserol asiltransferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan
kemudian trasilgliserol. DGAT mengatalisis satu-satunya tahap yang spesifik untuk sintesis
triasilgliserol dan diperkirakan menentukan laju reaksi pada sebagian besar keadaan. Di
mukosa usus, monoasilgliserol asiltransferase mengubah monoasilgliserol menjadi 1,2-
diasilgliserol di jalur monoasilgliserol. Sebagian besar aktivitas enzim-enzim ini dijumpai di
retikulum endoplasma, tetapi sebagian dijumpai di mitokondria. Fosfatidat fosfohidrolase
terutama ditemukan di sitosol, tetapi bentuk aktif enzim ini terikat dengan membran.2

Simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa secara terus-menerus mengalami lipolisis


dan re-esterifikasi. Kedua proses ini adalah jalur yang sama sekali berbeda yang melibatkan
reaktan dan enzim yang berlainan. Hal ini memungkinkan proses esterifikasi atau lipolisis
diatur secara terpisah oleh banyak faktor nutrisi, metabolik, dan hormon. Hasil kedua proses
ini menentukan besarnya kompartemen asam lemak bebas di jaringan adiposa, yang pada
gilirannya menentukan kadar asam lemak bebas di dalam plasma. Karena kadar asam lemak
bebas ini memiliki efek paling mencolok pada metabolisme jaringan lain, terutama hati dan
otot, faktor-faktor yang bekerja pada jaringan adiposa yang mengatur aliran keluar asam
lemak bebas menimbulkan pengaruh yang jauh melebihi pengaruh pada jaringan itu sendiri.2
Triasilgliserol disintesis dari asil-KoA dan gliserol 3-fosfat. Karena enzim gliserol
kinase tidak diekspresikan di jaringan adiosa, gliserol tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan gliserol 3-fosfat yang harus dipasok oleh glukosa melalui glikolisis.2

Triasilgliserol dihidrolisis oleh lipase peka-hormon untuk membentuk asam lemak


bebas dan gliserol. Lipase ini berbeda dari lipoprotein lipase yang mengatalisis hidrolisis
triasilgliserol lipoprotein sebelum penyerapannya ke dalam jaringan ekstrahepatik. Karena
tidak dapat digunakan, gliserol masuk ke darah dan diserap serta digunakan oleh jaringan,
seperti hati dan ginjal yang memiliki suatu gliserol kinase aktif. Asam-asam lemak bebas
yang dibentuk oleh lipolisis dapat diubah kembali di jaringan adiposa menjadi asil-KoA oleh
asil-KoA sintetase dan dire-esterifikasi dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk
triasilgliserol. Oleh karena itu, terjadi siklus lipolisis dan re-esterifikasi yang terus menerus di
dalam jaringan tersebut. Namun, jika laju re-esterifikasi tidak dapat mengimbangi laju
lipolisis, terjadi akumulasi asam lemak bebas yang kemudian berdifusi ke dalam plasma
tempat asam-asam ini berikatan dengan albumin dan meningkatkan kadar asam lemak bebas
plasma.2

Lipoprotein

Karena lemak kurang padat daripada air, berat jenis lipoprotein menurun seiring
dengan peningkatan proporsi lipid terhadap protein. Empat kelompok utama lipoprotein yaitu
:2

1. Kilomikron yang berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid lain di usus.
2. VLDL (very low density lipoproteins) atau pra-β-lipoprotein yang berasal dari hati
untuk ekspor triasilgliserol
3. LDL (low density lipoprotein) atau β-lipoprotein yang menggambarkan suatu tahap
akhir metabolisme VLDL
4. HDL (high density lipoprotein) atau α-lipoprotein yang berperan dalam transpor
kolestrol dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron

Triasilgliserol adalah lipid utama pada kilomikron dan VLDL, sedangkan kolestrol
dan fosfolipid masing-masing adalah lipid utama pada LDL dan HDL.

Kilomikron ditemukan dalam kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfe yang
mengaliri usus. Kilomikron bertanggung jawab mengangkut semua lipid dari makanan ke
dalam sirkulasi. Sejumlah kecil VLDL juga ditemukan dalam kilus. Namun sebagian besar
VLDL plasma berasal dari hati. VLDL adalah kendaraan untuk mengangkut triasilgliserol
dari hati ke jaringan ekstrahepatik. Terdapat kemiripan yang mencolok dalam pembentukan
kilomikron oleh sel usus dan VLDL oleh sel parenkim hati yaitu dimana usus dan hati adalah
satu-satunya jaringan yang menyekresikan lipid dalam bentuk partikel. VLDL dan
kilomikron yang baru disekresikan atau nascens hanya mengandung sedikit apolipoprotein C
dan E dan bentuk utuhnya diperoleh dari HDL di dalam sirkulasi. Apo B sangat penting
untuk membentuk kilomikron dan VLDL. Pada abetalipoproteinemia tidak terbentuk
nlipoprotein yang mengandung apo B dan terjadi penimbunan butiran lipid di usus dan hati.2

Kolesterol

Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk
simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai-panjang sebagai ester kolesteril. Di
dalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Kolesterol adalah lipid
amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar
lipoprotein plasma. Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan merupakan
prekursor semua steroid lain di tubuh.2

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap. Tahap pertama adalah
biosintesis mevalonat. HMG-KoA dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di
mitokondria untuk membentuk badan keton. Namun, karena sintesis kolesteriol berlangsung
di luar mitokondria, kedua jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul asetil-KoA bersatu
untuk membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisis oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA
mengalami kondensasi dengan molekul asetoasetil-KoA lain yang dikatalisis oleh HMG-KoA
sintase untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan
dikatalisis oleh HMP-KoA reduktase. Ini adalah tahap regulatorik utama di jalur sintesis
kolesterol.2

Tahap kedua adalah pembentukan unit isoprenoid. Mevalonat mengalami fosforilasi


secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit
isoprenoid aktif, isopentenil difosfat.2

Tahap ketiga adalah enam unit isoprenoid membentuk skualen. Isopentenil difosfat
mengalami isomerasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil
difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul lain isoprenoil difosfat untuk
membentuk zat antara sepuluh-karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan
isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di
ujung difosfat skualen untuk membentuk skualen. Pada awalnya, pirofosfat anorganik
dieliminasi, yang membentuk praskualen difosfat, yang kemudian mengalami reduksi oleh
NADPH disertai eliminasi satu molekul pirofosfat anorganik lainnya.2

Tahap keempat adalah pembentukan lanosterol. Skualen dapat melipat membentuk


suatu struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin,
skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi campuran, skulaen
epoksidase di retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan ke C13 dan yang ada
di C8 ke C14 sewaktu terjadi siklisasi, dikatalisis oleh oksidoskualen: lanosterol siklase.2

Tahap kelima adalah pembentukan kolesterol. Pembentukan kolesterol dari lanosterol


berlangsung di membran retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di inti
steroid dan rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan untuk membentuk 14-
desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8-C9 kemudian
dipindahkan ke C5-C6 dalam dua langkah, yang membentuk demosterol. Akhirnya, ikatan
rangkap rantai samping direduksi, dan menghasilkan kolesterol.2

Peranan Hati dalam Transpor dan Metabolisme Lipid

Hati melakukan fungsi-fungsi utama dalam metabolisme lipid :2

1. Hati mempermudah pencernaan dan penyerapan lipid dengan menghasilkan empedu


yang mengandung kolesterol dan garam empedu yang disintesis di hati de novo atau
dari penyerapan kolesterol lipoprotein.
2. Hati secara aktif membentuk dan mengoksidasi asam lemak dan juga membentuk
triasilgliserol dan fosfolipid.
3. Hati mengubah asam lemak menjadi benda keton (ketogenesis).
4. Hati merupakan bagian integral dari sintesis dan metabolisme lipoprotein plasma.

Metabolisme Benda Keton dan Etanol

Dalam kondisi metabolik dengan laju oksidasi asam lemak yang tinggi, hati
menghasilkan banyak asetoasetat dan D(-)-3-hidroksibutirat (β-hidroksibutirat). Asetoasetat
secara terus menerus mengalami dekarboksilasi spontan untuk menghasilkan aseton. Ketiga
zat ini secara kolektif dikenal sebagai benda keton. Asetoasetat dan 3-hidroksibutirat dapat
saling terkonversi oleh enzim mitokondria, yakni D(-)-3-hidroksibutirat dehidrogenase.
Konsentrasi badan keton dalam darah pada mamalia cukup gizi secara normal tidak melebihi
0,2 mmol/L. In vivo, hati tampaknya adalah satu-satunya organ pada hewan nonpemamah
biak yang menambahkan badan keton dalam jumlah bermakna ke dalam darah. Jaringan di
luar hati menggunakan badan keton ini sebagai substrat respirasi. Aliran neto benda keton
dari hati ke jaringan ekstrahepatik terjadi karena sintesis aktif oleh hati dan tingkat
pemakaian yang rendah. Situasi sebaliknya terjadi di jaringan ekstrahepatik.2

Dua molekul asetil-KoA yang terbentuk dalam oksidasi-β menyatu dan membentuk
asetoasetil-KoA melalui pembalikan reaksi tiolase. Asetoasetil-KoA yang merupakan bahan
awal untuk ketogenesis, juga secara langsung dibentuk dari empat karbon terminal asam
lemak selama terjadinya oksidasi-β. Kondensasi asetoasetil-KoA dengan molekul lain selain
asetil-KoA oleh 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA sintase membentuk 3-hidroksi-3-
metilglutaril-KoA (HMG-KoA). 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA liase kemudian
menyebabkan asetil-KoA terlepas dari HMG-KoA yang menyisakan asetoasetat bebas.
Atom-atom karbon yang terlepas di molekul asetil-KoA berasal dari molekul aseoasetil-KoA
awal. Agar terjadi ketogenesis, kedua enzim harus terdapat di mitokondria. Hal ini hanya
dijumpai di hati dan epitel pemamah biak. Pada keadaan ketosis, D-(-)-3-hidroksibutirat
secara kuantitatif merupakan bahan keton utama yang terdapat dalam darah dan urin.2

Di jaringan ekstrahepatik, asetoasetat diaktifkan menjadi aseoasetil-KoA oleh


suksinil-KoA-asetoasetat KoA transferase. KoA dipindahkan dari suksinil-KoA untuk
membentuk asetoasetil-KoA. Asetoasetil-KoA dipecah menjadi asetil-KoA oleh tiolase dan
dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Jika kadarnya dalam darah meningkat, oksidasi benda
keton meningkat sampai sekitar 12 mmol/L, badan-badan keton ini menyebabkan perangkat
oksidatif mengalami kejenuhan. Jika hal ini terjadi, sejumlah berat konsumsi oksigen
diperlukan untuk mengoksidasi benda keton.2

Pada kebanyakan kasus, ketonemia disebabkan oleh meningkatnya produksi badan


keton oleh hati , bukan karena defisiensi pemakaiannya oleh jaringan di luar hati. Sementara
asetoasetat dan D(-)-3-hidroksibutirat mudah dioksidasi oleh jaringan ekstrahepatik, aseton
sulit dioksidasi in vivo dan umumnya dikeluarkan dari paru.

Ketogenesis diatur di tiga tahap :2

1. Ketosis tidak terjadi in vivo, kecuali jika terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas
dalam darah yang berasal dari lipolisis triasilgliserol di jaringan adiposa. Asam lemak
bebas adalah prekusor benda keton di hati. Hati, baik dalam keadaan kenyang maupun
puasa mengekstraksi sekitar 30% asam lemak bebas yang melewatinya sehingga pada
konsentrasi tinggi, aliran asam lemak yang melewati cukup banyak. Karena itu,
faktor-faktor yang mengatur mobilisasi asam lemak dari jaringan asiposa penting
untuk mengontrol ketogenesis.
2. Setelah diserap oleh hati, asam lemak bebas mengalami oksidasi-β menjadi CO2 atau
benda keton atau teresterfikasi menjadi triasilgliserol dan fosfolipid. Masuknya asam
lemak ke dalam jalur oksidatif diatur oleh karnitin palmitoiltransferase-I (CPT-1) dan
asam lemak lainnya yang terserap diesterifikasi. Pada keadaan puasa, aktivitas enzim
ini meningkat sehingga oksidasi asam lemak juga meningkat.
3. Asetil-KoA yang dibentuk dalam oksidasi-β dioksidasi dalam siklus asam sitrat atau
memasuki jalur ketogenesis untuk membentuk benda keton. Seiring dengan
meningkatnya kadar asam lemak bebas serum, semakin banyak asam lemak bebas
yang diubah menjadi benda keton dan semakin sedikit yang dioksidasi melalui siklus
asam sitrat menjadi CO2. Pemisahan asetil-KoA antara jalur ketogenesis dan oksidasi
menjadi CO2 diatur sedemikian rupa sehingga energi bebas total yang terserap dalam
ATP yang terbentuk dari oksidasi asam lemak bebas akan konstan sewatu
konsentrasinya dalam serum berubah. Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa
oksidasi sempurna 1 mol palmitat menyebabkan produksi netto 106 mol ATP melalui
oksidasi-β dan pembentukan CO2 dalam siklus asam sitrat, sementara hanya 26 mol
ATP dihasilkan jika asetoasetat adalah produk akhirnya dan hanya 21 mol jika 3-
hidroksibutirat adalah produk akhirnya. Jadi, ketogenesis dapat dianggap sebagai
mekanisme yang memungkinkan hati mengoksidasi asam lemak dalam jumlah besar
meskipun terdapat pembatasan-pembatasan yang ditimnulkan oleh sistem fosforilasi
oksidatif.

Alkoholisme menyebabkan penimbunan lemak di hati (hiperlipidemia) dan akhirnya


dapat menyebabkan sirosis. Perlemakan hati disebabkan oleh kombinasi gangguan oksidasi
asam lemak dan meningkatnya lipogenesis yang diperkirakan disebabkan oleh perubahan
potensial redoks [NADH]/[NAD+] di hati, dan juga krena interferensi kerja faktor-faktor
transkripsi yang mengatur ekspresi berbagai enzim yang berperan di jalur ini. Oksidasi etanol
oleh alkohol dehidrogenase menyebabkan produksi berlebihan NADH. NADH yang
dihasilkan bersaing dengan ekuivalen pereduksi dari substrat lain, termasuk asam lemak
untuk rantai respirasi, yang menghambat oksidasi substrat tersebut, dan menyebabkan
peningkatan esterifikasi asam lemak menjadi triasilgliserol sehingga terjadi perlemakan hati.2

Oksidasi etanol menyebabkan terbentuknya asetaldehida, yang dioksidasi oleh asetaldehida


dehidrogenase menjadi asetat. Meningkatnya rasio [NADH]/[NAD+] juga menyebabkan
meningkatnya [laktat]/[piruvat] sehingga terjadi hiperlaktatasidemia yang menurunkan
ekskresi asam urat dan memperparah gout.2

Hormon-hormon yang Mengatur Metabolisme

Aliran nutrien organik sepanjang jalur metabolik diatur oleh berbagai hormon
termasuk insulin, glukagon, epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan.

Insulin

Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong
penyerapan dan penyimpanan bahan-bahan tersebut dalam bentuk glikogen, trigliserida, dan
protein.5,6

Efek insulin terhadap karbohidrat :

1. Insulin mempermudah transpor glukosan ke dalam sebagian besar sel.


2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di otot rangka
dan hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambar penguraian ini maka insulin cenderung menyebabkan penyimpanan
karbohidat dan mengurangi pengeluaran glukosa oleh hati.
4. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin
melakukannya dengan mengurangi jumlah asam amino di darah yang tersedia bagi
hati untuk glukoneogenesis dan dengan menghambat enzim-enzim hati yang
diperlukan untuk mengubah asam amino menjadi glukosa.

Efek insulin terhadap lemak :

1. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan lemak.
2. Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui
rekrutmen GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai prekusor untuk pembentukan asam
lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida.
3. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam
lemak dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
4. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan asam
lemak dari jaringan ke dalam darah.

Efek insulin terhadap protein :

1. Insulin mendorong transpor aktif asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menyediakan bahan-
bahan untuk membentuk protein di dalam sel.
2. Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein oleh perangkat
pembentuk protein yang ada di sel.
3. Insulin menghambat penguraian protein.

Glukagon

Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang juga dipengaruhi oleh


insulin, tetapi pada kebanyakan kasus efek glukagon adalah berlawanan dengan efek insulin.
Tempat utama kerja glukagon adalah hati, tempat hormon ini menimbulkan efek pada
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.5

Efek glukagon pada karbohidrat :

Efek keseluruhan glukagon terhadap metabolisme karbohidrat menyebabkan


peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah
meningkat. Glukagon melaksanakan efek hiperglikemiknya dengan menurukan sintesis
glikogen, mendorong glikogenolisis dan merangsang glukoneogenesis.

Efek glukagon pada lemak :

Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong
penguraian lemak serta inhibisi sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton
hati (ketogenesis) dengan mendorong perubahan asam lemak menjadi benda keton. Karena
itu, kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh glukagon.
Efek glukagon pada protein :

Glukagon menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian protein


hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada metabolisme
protein hati. Glukagon mendorong katabolisme protein di hati tetapi tidak berefek nyata pada
kadar asam amino darah karena hormon ini tidak mempengaruhi protein otot, simpanan
protein utama di tubuh.

Epinefrin, Kortisol, Hormon Pertumbuhan

Hormon-hormon stres, khususnya epinefrin dan kortisol meningkatkan kadar glukosa


dan asam lemak darah melalui berbagai efek metabolik. Selain itu, kortisol memobilisasi
asam amino dengan mendorong katabolisme protein. Kedua hormon tidak berperan penting
dalam mengatur metabolisme bahan bakar pada kondisi istirahat, namun keduanya penting
untuk respon metabolik terhadap stres. Selama kelaparan jangka panjang, kortisol juga
membantu mempertahankan konsentrasi glukosa darah.5

Hormon pertumbuhan (GH) memiliki efek anabolik di otot. Meskipun dapat


meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah, namun GH dalam keadaan normal
kurang penting untuk regulasi keseluruhan metabolisme bahan bakar. Tidur lelap, stres,
olahraga dan hipoglikemia berat merangsang sekresi GH untuk menyediakan asam lemak
sebagai sumber energi dan menyisakan glukosa untuk otak pada keadaan-keadaan di atas.
GH, seperti kortisol ikut membantu mempertahankan konsentrasi glukosa darah selama
kelaparan.5

Meskipun hormon tiroid meningkatkan laju metabolik keseluruhan dan memiliki efek
anabolik dan katabolik namun perubahan sekresi hormon tiroid biasanya tidak penting dalam
homeostasis bahan bakar karena kontrol sekresi hormon tiroid tidak ditunjukan untuk
mempertahankan kadar nutrien dalam darah dan mula-kerja hormon tiroid terlalu lambat
untuk menimbulkan efek pada penyesuaian cepat yang diperlukan untuk mempertahankan
kadar nutrien darah dalam batas normal.5

Kecuali efek anabolik GH pada metabolisme protein, semua efek metabolik hormon-
hormon ini berlawanan dengan efek insulin. Insulin sendiri dapat menurunkan kadar glukosa
darah dan asam lemak darah, sementara glukagon, epinefrin, kortisol dan GH semuanya
meningkatkan kadar nutrien-nutrien ini di dalam darah. Karena itu, hormon lain dianggap
sebagai antagonis insluin.5
Kesimpulan

Mengkonsumsi alkohol berlebihan (peminum alkohol kronik) dapat menyebabkan


terjadinya perlemakan hati (fatty liver). Oksidasi etanol oleh alkohol dehidrogenase
menyebabkan produksi berlebihan NADH. Dimana NADH yang berlebihan ini bersaing
dengan ekuivalen pereduksi dari substrat lain, termasuk asam lemak untuk rantai respirasi,
yang menghambat oksidasi substrat tersebut, dan menyebabkan peningkatan esterifikasi asam
lemak menjadi triasilgliserol sehingga terjadi perlemakan hati.

Daftar Pustaka

1. Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius;2010.h.23-


7,123-4.
2. Murray RK, Hartono A, Ronardy DH. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC;
2009.h.152-79,194-208,225-58.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC;
2010.h.335-42,478-9,568-72.
4. Sumardjo D. Pengantar kimia : buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan
program strata I fakultas bioeksata. Jakarta: EGC; 2008.h.242-46.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.h.781-91.
6. Rumahorbo H. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin. Jakarta:
EGC; 2005.h.15.

Anda mungkin juga menyukai