DEGRADASI PROTEIN
Disusun Oleh :
2014
PENDAHULUAN
Degradasi protein adalah proses penguraian dari senyawa protein menjadi monomer
penyusunnya yaitu asam amino. Proses degradasi protein terjadi di lisosom, terutama protein
ekstraseluler dan protein yang ada dipermukaan sel. Dapat juga terjadi disitosol dan
retikulum endoplasma. Fungsi dari degradasi protein antara lain mengurai protein menjadi
molekul kecil, membuang protein rusak dan protein asing didalam sel, serta mendaur ulanga
sam amino.
Transaminasi adalah proses utama untuk mengeluarkan nitrogen dari asam amino.
Umumnya, nitrogen dipindahkan sebagai gugus amino dari asam amino asal ke α-
ketoglutarat sehingga terbentuk glutamat, sementara asam amino semula berubah menjadi
asam α-keto padanannya. Misalnya asam amino aspartat dapat mengalami transaminasi
membentuk asam α-keto-oksaloasetat. Dalam proses ini, gugus amino dipindahkan ke α-
ketoglutarat, yang berubah menjadi asam amino glutamat. Semua asam amino kecuali lisin
dan treonin dapat mengalami reaksi transaminasi. Enzim yang mengkatalis reaksi ini dikenal
sebagai transaminase atau aminotransferase. Untuk sebagian besar reaksi ini, α-ketoglutarat
dan glutamat berfungsi sebagai salah satu pasangan α-keto-asam amino. Kofaktornya adalah
piridoksal fosfat.
Reaksi deaminasi oksidatif terjadi dalam jaringan ginjal dan hati. Berbeda dengan
reaksi transaminasi yang memidahkan gugus amino, deamiasi oksidatif oleh glutamat
dehidrogease menghasilkan gugus amino bebas disebut ammonia (NH3).
A. Transaminasi
Transaminasi adalah proses utama untuk mengeluarkan nitrogen dari asam amino.
Umumnya, nitrogen dipindahkan sebagai gugus amino dari asam amino asal ke α-
ketoglutarat sehingga terbentuk glutamat, sementara asam amino semula berubah menjadi
asam α-keto padanannya. Misalnya asam amino aspartat dapat mengalami transaminasi
membentuk asam α-keto-oksaloasetat. Dalam proses ini, gugus amino dipindahkan ke α-
ketoglutarat, yang berubah menjadi asam amino glutamat. Semua asam amino kecuali lisin
dan treonin dapat mengalami reaksi transaminasi. Enzim yang mengkatalis reaksi ini dikenal
sebagai transaminase atau aminotransferase. Untuk sebagian besar reaksi ini, α-ketoglutarat
dan glutamat berfungsi sebagai salah satu pasangan α-keto-asam amino. Kofaktornya adalah
piridoksal fosfat.
Secara keseluruhan, pada reaksi transaminasi, gugus amino dari salah satu asam
amino menjadi gugus asam amino pada asam amino kedua. Karena bersifat reversible, reaksi
ini dapat digunakan untuk mengeluarkan nitrogen dari asam aminoatau untuk memindahkan
nitrogen ke asam α-keto untuk membentuk asam amino. Dengan demikian, reaksi tersebut
berperan pada penguraian maupun pembentukan asam amino (Marks, 1996).
Setiap aminotransferase spesifik untuk satu atau lebih
gugus amino donor. Aminotransferase dinamakan setelah
kespesifikasiannya terhadap gugus amino donor karena
aseptor dari gugus amino hampir selalu α-ketoglutarat.
Dua reaksi aminotransferase yang paling penting dikatalis
oleh alanin aminotransferase (ALT) and aspartat
aminotransferase (AST) (Harvey, 2011).
Hampir semua asam α-amino yang terdapat dalam tubuh mengalami transaminasi dengan
menggunakan enzim transaminase masing-masing yang sesuai. Enzim transaminase
berkofaktor dengan piridoksin yang merupakan unit penyusun vitamin B6 (Sumardjo, 2009).
Piridoksal fosfat bereaksi dengan asam amino mementuk suatu basa Schiff. Setelah pergesera
ikatan rangkapnya, terjadi pembebasan asam α-keto1 dan terbentuk piridoksamin fosfat.
Piridoksamin fosfat kemudian membentuk basa Schiff dengan asam α-keto2. Setelah
pergesera ikatan rangkapnya, terjadi pembebasa asam amino2 dan terbentuk piridoksal fosfat
yang terikat ke enzim. Hasil bersih adalah bahwa gugus amino dari gugus amino1
dipindahkan ke asam amino2. Dalam semua reaksi lain yang membutuhkan piridoksal fosfat,
gugus amino substrat membentuk basa Schiff dengan piridoksal fosfat (Marks, 1996).
B. Deaminasi Oksidatif
Reaksi deaminasi oksidatif terjadi dalam jaringan ginjal dan hati. Berbeda dengan reaksi
transaminasi yang memidahkan gugus amino, deamiasi oksidatif oleh glutamat dehidrogease
menghasilkan gugus amino bebas disebut ammonia (NH3).
Asam amino Glutamat, Glutamin, Prolin, Aspartat, Aspargin, Alanin, Glisin, Serin,
non-esensial Sistein, Tirosin
1. Biosintesis Glutamat
Glutamat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi transaminasi sederhana. Katalisator
reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase. Reaksi ini adalah reaksi dasar yang penting
didalam biosintesis semua asam amino karena glutamat adalah donor gugus amino dalam
biosintesis asam amino yang lain melalui reaksi transaminasi.
2. Biosintesis Glutamin
Glutamin dibentuk dari dari glutamat melalui kerja glutamin sintetase. Glutamin sintetase
adalah enzim alosterik.
3. Biosintesis Prolin
Prolin merupakan senyawa turunan siklik glutamat. Glutamat mula-mula direduksi
menjadi senyawa gamma-semialdehid yang kemudian mengalami penutupan dan reduksi
lebih lanjut menjadi prolin.
4. Biosintesis alanin
Pada kebanyakan organisme, asam amino non esenssial berasal dari piruvat oleh
transaminasi dari glutamat.
Siklus glukosa-alanin
5. Biosintesis Aspartat
Aspartat juga berasal oleh transaminasi dari glutamat dengan oksaloasetat. Dalam
banyak bakteri, aspartat adalah prekursor langsung asparagin dalam suatu reaksi yang
dikatalisis oleh asparagin sintetase.
6. Biosintesis Asparagin
Pembentukan asam amino asparagin berasal langsung dari prekursornya yaitu aspartat
dengan dikatalisis oleh asparagin sintetase.
7. Biosintesis Tirosin
Tirosin adalah asam amino non esensial, tetapi dibuat dari asam amino esensial
fenilalanin melalui hidroksilasi pada posisi 4 pada gugus fenil oleh fenilanin oksigenase,
yang juga ikut dalam degradasi fenilalanin.
Biosintesis tirosin dari fenilalanin
8. Biosintesis Sistein
Pada mamalia, sistein dibuat dari dua asam amino lainnya, yaitu metionin yang esensial
di dalam makanan dan serin yang tidak esensial. Metionin memberikan atom sulfur dan serin
memberikan kerangka karbon pada sintesis sistein. Pada reaksi pertama di dalam lintas ini,
metionin dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menjadi S-adenosilmetionin
oleh reaksi dengan ATP
SAM merupakan prekursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi
norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM menjadi S-
adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya berubah menjadi homosistein dan
adenosin dengan bantuan enzim adenosilhomosisteinase. Homosistein dapat diubah kembali
menjadi metionin oleh metionin sintase.
Peran metionin dalam sintesis sistein
9. Biosintesis serin
Jalur utama untuk serin dimulai dari 3-fosfogliserat suatu senyawa antara glikolisis. Pada
tahap pertama, gugus α-hidroksil dioksidasi oleh NAD+ menghasilkan 3-fosfohidroksipiruvat.
Transaminasi dari glutamat menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin oleh
fosfoserin fosfatase.
Asam amino serin dengan 3-karbon adalah prekursor glisin berkarbon 2, melalui
penarikan 1 atom karbon pada posisi 3.
D. Siklus Krebs
Seperti yang telah dijelaskan, tahap pertama degradasi protein adalah transaminasi
dari asam amino tersebut menggunakan enzim aminotransferase yang menghasilkan piruvat
dan glutamat. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi oksidatif berubah menjadi asetil Koa
dan masuk ke siklus kreb mealui reaksi dengan oksaloasetat dan menjadi sitrat. Kemudian
glutamat akan terdeaminasi, dengan gugus amin melepaskan H+ dan mereduksi NAD+
menjadi NADH (energi) serta menghasilkan NH4. NH4 masuk ke siklus urea dan glutamat
berubah menjadi α-ketoglutarat dan masuk ke siklus kreb.
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus
asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.
Seperti yang terlihat, asam amino alanin, glisin, cysteine, serine, dan threonine masuk
ke siklus kreb melalui perubahan menjadi piruvat. Leucine, lysine, phenylelenine, tyrosine
masuk melaui perubahan menjadi acetoacetate, sedangkan Tryptophan, leusin, isoleusin juga
dapat masuk melalui perubahan menjadi Acetyl-Coa. Glutamate, Glutamine, Histidin, Prolin,
dan Arginin masuk melalui perubahan menjadi α-ketoglutarat. Valine, Methionine,
Threonine, dan Isoleusin juga dapat masuk ke siklus kreb melalui perubahan menjadi
Suksinat. Aspartat, tyrosine, Phenylalanine masuk melalui perubahan menjadi fumarat.
Aspartat dan Asparagin masuk melalui oksaloacetate.
E. Siklus Urea
Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian reaksi
kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk dari ammonia
dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus, yang mereka
namakan siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam hati. Urea adalah
suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urin yang
dikeluarkan dari dalam tubuh (Poedjiadji,1994).
Biosintesis urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakn suatu siklus sebagai
berikut (Poedjiadji,1994) :
Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol ammonia bereaksi
dengan satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase.
Reaksi ini membutuhkan energy, karenanya reaksi ini melibatkan 2 mol ATP yang
diubah menjadi ADP.Di samping itu sebagai kofaktor dibutuhka Mg++ dan N-
asetilglutamat.
Dalam reaksi ini asam arginiosuksinat diuraikan menjadi arginin dan asam
fumarat. Reaksi ini berlagsung dengan bantuan enzim arginin osuksinase, suatu enzim
yang terdapat dalam hati dan ginjal.
Reaksi terakhir ini melengkapi tahap reaksi pada siklus urea. Dalam reaksi ini
arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam
reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam hati. Ornitin yang terbentuk
dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi kembali dengan karbamil fosfat untuk membentuk
sitrulin (Tahap 2). Demikian seterusnya reaksi berlangsung secara berulang-ulang
sehingga merupakan suatu siklus. Adapun urea yang terbentuk dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Dan tahap-tahap tersebut di atas berulang menjadi suatu siklus urea.
Reaksi keseluruhan siklus urea ini ialah sebagai berikut :
2 NH3 + CO2 + 3 ATP + 2H2O→ Urea + Fumarat+ 2ADP + AMP + 2Pi + Ppi
Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reaksi ini (PPi) terhidrolisis lebih
lanjut menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea membutuhkan 4 ikatan
fosfat berenergi tinggi.
Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi dalam hati karena enzim-enzim yang
bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada mitokondria pada sel hati.
Pada eukariota, siklus urea merupakan bagian dari siklus nitrogen, yang
meliputi reaksi konversi amonia menjadi urea. Pada mamalia, siklus urea terjadi di
dalam hati, produk urea kemudian dikirimkan ke organ ginjal untuk diekskresi. Dua
jenjang reaksi pada siklus urea terjadi di dalam mitokondria (Poedjiadji,1994).
carbamoyl
2 citrulline + Pi OTC mitochondria
phosphate + ornithine
citrulline + aspartate +
3 argininosuccinate + AMP + PPi ASS cytosol
ATP
4 argininosuccinate Arg + fumarate ASL cytosol
Keterangan :
Pi : Ortofosfat atau fosfat anorganik
CPS-1 : enzim carbamoyl phosphate synthetase I
OTC : enzim Ornithine transcarbamoylase
ASS : enzim argininosuccinate synthetase
ASL : enzim argininosuccinate lyase
ARG1 : enzim arginase 1
Pada setiap putaran siklus asam sitrat terdapat empat pasang atom hidrogen dipindahkan
dari isositrat, α-ketoglutarat, suksinat dan malat melalui aktivitas dehidrogenasi spesifik.
Atom hidrogen ini pada beberapa tahap memberikan elektronnya dalam rantai transport
elektron dan menjadi ion H+ yang terlepas dalam medium cair. Elektron tersebut dingkut
sepanjang rantai molekul pembawa elektron sampai elektron mencapai sitokrom a3 atau
sitokrom oksidase yang menyebabkan pemindahan elektron ke oksigen, yakni molekul
penerima elektron terakhir pada organisme aerobik. Pada saat masing-masing atom oksigen
menerima atom dua elektron dai rantai tersebut, dua atom H+ yang setara dengan dua H+ yang
dilepaskan sebelumnya dari dua atom hidrogen yang dipindahkan oleh dehidrogenase,
diambil dari medium cair untuk membentuk H2O (Lehninger, 1995 : 150).
Mula-mula molekul NADH2 memasuki reaksi dan dihidrolisis oleh enzim dehidrogenase
diikuti molekul FADH2 yang dihidrolisis oleh enzim flavoprotein, keduanya melepaskan ion
Hidrogen diikuti elektron, peristiwa ini disebut reaksi oksidasi. Selanjutnya elektron ini akan
ditangkap oleh Fe+++ sebagai akseptor elektron dan dikatalis oleh enzim sitokrom b, c, dan a.
Peristiwa ini disebut reaksi reduksi. Reaksi reduksi dan oksidasi ini berjalan terus sampai
elektron ini ditangkap oleh Oksigen (O2) sehingga berikatan dengan ion Hidrogen (H+)
menghasilkan H2O (air).
b) Elektron dari FADH2 kemudian ditransfer ke pusat belerang besi (Fe-S) kemudian ke
ubikuinon sehingga ubikinon tereduksi menjadi ubikinol.
Kompleks suksinat-Q reduktase tidak memompa proton karena perubahan energi bebas
yang dikatalisisnya terlalu kecil, sehingga lebih sedikit ATP yang dihasilkan dari oksidasi
FADH2 daripada NADH.
3. Kompleks III (Cytochrome reductase)
Pompa proton kedua dari rantai pernafasan adalah sitokrom reduktase. Sitokrom
merupakan protein pemindah elektron yang mengandung heme sebagai gugus prostetik.
Atom besinya terdapat bergantian antara keadaan tereduksi (2+) dan teroksidasi (3+).
Sitokrom reduktase memiliki dua jenis sitokrom, yakni b dan c.
Sitokrom reduktase berfungsi mengkatalisis transfer elektron dari QH2 ke sitokrom c,
dan secara bersamaan memompa proton melewati membran dalam mitokondria. Proses
transfer elektron yang terjadi:
Sintesis ATP
Sintesis ATP dilakukan melalui pompa ATP sintase yang memiliki dua bagian utama,
yaitu :
a. Bagian F0, adalah suatu segmen hidrofobik yang membentang selebar bentangan
mitokondria. F0 merupakan saluran proton kompleks ini. F0 terdiri dari empat jenis
polipeptida, yaitu α, ß, γ,δ dan ε.
b. Bagian F1, terdiri dari bola-bola ATPase. Peranan F1 pada keadaan normal adalah
untuk sintesis ATP. F1 terdiri dari lima jenis rantai polipeptida α3, ß3, γ, δ dan ε.
Transfer elektron menyebabkan H+ keluar dari membran dalam mitokondria menuju
ruang antarmembran sehingga terjadi gradien proton yang tinggi, akibatnya konsentrasi H+
yang tinggi membuat ruang antarmembran bersifat asam sehingga akan mengaktifkan enzim
ATP sintase. Enzim ATP sintase mendorong ion H+ masuk ke dalam matriks melalui ATP
sintase. Menurut Boyer dalam Stryer (2000), peranan gradien proton bukan untuk
membentuk ATP tetapi melepaskannya dari sintase. Potensial membran positif menyebabkan
sintesis ATP melalui peningkatan konsentrasi H+ lokal pada gerbang antara F0 dan F1.
Translokasi tiga H+ menyebabkan pembentukan satu ATP (Stryer, 2000).
Penghitungan ATP
ATP yang dihasilkan dalam degradasi asam amino berasal dari fosforilasi tingkat
substrat dan fosforilasi oksidatif senyawa berenergi tinggi, seperti NADH dan FADH2.
Masing-masing asam amino memiliki jumlah produk NADH dan FADH yang berbea,
tergantung jalur masuk dari asam amino tersebut.
Contoh :
1. Glisin
Glisin diubah menjadi serin oleh reaksi transaminase dengan enzim serin-
hidroksimetil-transferase, kemudian mengalami deaminasi dengan enzim serin
dehidratase menjadi asam piruvat (Martoharsono, 2006).
NH3