Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BIOKIMIA

DEGRADASI PROTEIN

Disusun Oleh :

1. Mahardika Himas Nugraeni (13304241047)


2. Maryatul Qibtyah (13304
3. Annisa Rahmi (133
4. Ajeng Narulita (1330424
5. Fittarahmawati (133042410

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014
PENDAHULUAN

Degradasi protein adalah proses penguraian dari senyawa protein menjadi monomer
penyusunnya yaitu asam amino. Proses degradasi protein terjadi di lisosom, terutama protein
ekstraseluler dan protein yang ada dipermukaan sel. Dapat juga terjadi disitosol dan
retikulum endoplasma. Fungsi dari degradasi protein antara lain mengurai protein menjadi
molekul kecil, membuang protein rusak dan protein asing didalam sel, serta mendaur ulanga
sam amino.

Transaminasi adalah proses utama untuk mengeluarkan nitrogen dari asam amino.
Umumnya, nitrogen dipindahkan sebagai gugus amino dari asam amino asal ke α-
ketoglutarat sehingga terbentuk glutamat, sementara asam amino semula berubah menjadi
asam α-keto padanannya. Misalnya asam amino aspartat dapat mengalami transaminasi
membentuk asam α-keto-oksaloasetat. Dalam proses ini, gugus amino dipindahkan ke α-
ketoglutarat, yang berubah menjadi asam amino glutamat. Semua asam amino kecuali lisin
dan treonin dapat mengalami reaksi transaminasi. Enzim yang mengkatalis reaksi ini dikenal
sebagai transaminase atau aminotransferase. Untuk sebagian besar reaksi ini, α-ketoglutarat
dan glutamat berfungsi sebagai salah satu pasangan α-keto-asam amino. Kofaktornya adalah
piridoksal fosfat.
Reaksi deaminasi oksidatif terjadi dalam jaringan ginjal dan hati. Berbeda dengan
reaksi transaminasi yang memidahkan gugus amino, deamiasi oksidatif oleh glutamat
dehidrogease menghasilkan gugus amino bebas disebut ammonia (NH3).
A. Transaminasi

Transaminasi adalah proses utama untuk mengeluarkan nitrogen dari asam amino.
Umumnya, nitrogen dipindahkan sebagai gugus amino dari asam amino asal ke α-
ketoglutarat sehingga terbentuk glutamat, sementara asam amino semula berubah menjadi
asam α-keto padanannya. Misalnya asam amino aspartat dapat mengalami transaminasi
membentuk asam α-keto-oksaloasetat. Dalam proses ini, gugus amino dipindahkan ke α-
ketoglutarat, yang berubah menjadi asam amino glutamat. Semua asam amino kecuali lisin
dan treonin dapat mengalami reaksi transaminasi. Enzim yang mengkatalis reaksi ini dikenal
sebagai transaminase atau aminotransferase. Untuk sebagian besar reaksi ini, α-ketoglutarat
dan glutamat berfungsi sebagai salah satu pasangan α-keto-asam amino. Kofaktornya adalah
piridoksal fosfat.

Secara keseluruhan, pada reaksi transaminasi, gugus amino dari salah satu asam
amino menjadi gugus asam amino pada asam amino kedua. Karena bersifat reversible, reaksi
ini dapat digunakan untuk mengeluarkan nitrogen dari asam aminoatau untuk memindahkan
nitrogen ke asam α-keto untuk membentuk asam amino. Dengan demikian, reaksi tersebut
berperan pada penguraian maupun pembentukan asam amino (Marks, 1996).
Setiap aminotransferase spesifik untuk satu atau lebih
gugus amino donor. Aminotransferase dinamakan setelah
kespesifikasiannya terhadap gugus amino donor karena
aseptor dari gugus amino hampir selalu α-ketoglutarat.
Dua reaksi aminotransferase yang paling penting dikatalis
oleh alanin aminotransferase (ALT) and aspartat
aminotransferase (AST) (Harvey, 2011).

Alanin aminotransferase (ALT)

ALT terdapat di banyak jaringan, mengkatalis


pemindahan gugus amino dari alanin ke α-ketoglutarat
membentuk piruvat dan glutamat.

Aspartate aminotransferase (AST)

AST merupakan pegecualian pada aturan yang menyataka


bahwa aminotransferase memindahkan gugus amino membentuk glutamat. Selama
katabolisme asam amino, AST memindahkan gugus amino dari glutamat menjadi
oksaloasetat membetuk aspartat yang digunakan sebagai sumber nitrogen pada siklus urea
(Harvey, 2011).

Hampir semua asam α-amino yang terdapat dalam tubuh mengalami transaminasi dengan
menggunakan enzim transaminase masing-masing yang sesuai. Enzim transaminase
berkofaktor dengan piridoksin yang merupakan unit penyusun vitamin B6 (Sumardjo, 2009).

Piridoksal fosfat bereaksi dengan asam amino mementuk suatu basa Schiff. Setelah pergesera
ikatan rangkapnya, terjadi pembebasan asam α-keto1 dan terbentuk piridoksamin fosfat.
Piridoksamin fosfat kemudian membentuk basa Schiff dengan asam α-keto2. Setelah
pergesera ikatan rangkapnya, terjadi pembebasa asam amino2 dan terbentuk piridoksal fosfat
yang terikat ke enzim. Hasil bersih adalah bahwa gugus amino dari gugus amino1
dipindahkan ke asam amino2. Dalam semua reaksi lain yang membutuhkan piridoksal fosfat,
gugus amino substrat membentuk basa Schiff dengan piridoksal fosfat (Marks, 1996).
B. Deaminasi Oksidatif

Reaksi deaminasi oksidatif terjadi dalam jaringan ginjal dan hati. Berbeda dengan reaksi
transaminasi yang memidahkan gugus amino, deamiasi oksidatif oleh glutamat dehidrogease
menghasilkan gugus amino bebas disebut ammonia (NH3).

Glutamat merupakan molekul unik, satu-satunya asam amino yang mengalami


deaminasi oksidatif (dikatalis oleh glutamat dehidrogenase). Glutamat dehidrogenase mampu
menggunakan koenzim NAD+ maupun NADP+. NAD+ digunakan terutama pada deaminasi
oksidatif dan NADP+ digunakan dalam aminasi reduktif (Harvey, 2011).

C. Sintesis Asam Amino


Makhluk hidup mempunyai kemampuan yang berbeda dalam kemampuannya
melakukan sintesis ke-20 macam asam amino. Manusia hanya mampu melakukan sintesis 10
dari 20 asam amino yang dibutuhkan sebagai unit pembangun bagi biosintesis protein.
Kesepuluh asam amino ini disebut asam amino non esensial atau asam amino yang dapat
diganti, yang dibentuk dari amonia dan berbagai sumber karbon. Kesepuluh asam amino yang
lain harus diperoleh dari makanan dan karenanya disebut nutritif esensial atau asam amino
yang tidak dapat diganti.

Asam amino Glutamat, Glutamin, Prolin, Aspartat, Aspargin, Alanin, Glisin, Serin,
non-esensial Sistein, Tirosin

Asam amino Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triptofan,


esensial Valin, Arginin, Histidin

1. Biosintesis Glutamat
Glutamat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi transaminasi sederhana. Katalisator
reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase. Reaksi ini adalah reaksi dasar yang penting
didalam biosintesis semua asam amino karena glutamat adalah donor gugus amino dalam
biosintesis asam amino yang lain melalui reaksi transaminasi.

Reaksi biosintesis glutamat

2. Biosintesis Glutamin
Glutamin dibentuk dari dari glutamat melalui kerja glutamin sintetase. Glutamin sintetase
adalah enzim alosterik.
3. Biosintesis Prolin
Prolin merupakan senyawa turunan siklik glutamat. Glutamat mula-mula direduksi
menjadi senyawa gamma-semialdehid yang kemudian mengalami penutupan dan reduksi
lebih lanjut menjadi prolin.

4. Biosintesis alanin
Pada kebanyakan organisme, asam amino non esenssial berasal dari piruvat oleh
transaminasi dari glutamat.

Siklus glukosa-alanin

5. Biosintesis Aspartat
Aspartat juga berasal oleh transaminasi dari glutamat dengan oksaloasetat. Dalam
banyak bakteri, aspartat adalah prekursor langsung asparagin dalam suatu reaksi yang
dikatalisis oleh asparagin sintetase.
6. Biosintesis Asparagin
Pembentukan asam amino asparagin berasal langsung dari prekursornya yaitu aspartat
dengan dikatalisis oleh asparagin sintetase.

7. Biosintesis Tirosin
Tirosin adalah asam amino non esensial, tetapi dibuat dari asam amino esensial
fenilalanin melalui hidroksilasi pada posisi 4 pada gugus fenil oleh fenilanin oksigenase,
yang juga ikut dalam degradasi fenilalanin.
Biosintesis tirosin dari fenilalanin

8. Biosintesis Sistein
Pada mamalia, sistein dibuat dari dua asam amino lainnya, yaitu metionin yang esensial
di dalam makanan dan serin yang tidak esensial. Metionin memberikan atom sulfur dan serin
memberikan kerangka karbon pada sintesis sistein. Pada reaksi pertama di dalam lintas ini,
metionin dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menjadi S-adenosilmetionin
oleh reaksi dengan ATP

Biosintesis S-adenosilmetionin (SAM)

SAM merupakan prekursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi
norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM menjadi S-
adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya berubah menjadi homosistein dan
adenosin dengan bantuan enzim adenosilhomosisteinase. Homosistein dapat diubah kembali
menjadi metionin oleh metionin sintase.
Peran metionin dalam sintesis sistein

9. Biosintesis serin
Jalur utama untuk serin dimulai dari 3-fosfogliserat suatu senyawa antara glikolisis. Pada
tahap pertama, gugus α-hidroksil dioksidasi oleh NAD+ menghasilkan 3-fosfohidroksipiruvat.
Transaminasi dari glutamat menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin oleh
fosfoserin fosfatase.
Asam amino serin dengan 3-karbon adalah prekursor glisin berkarbon 2, melalui
penarikan 1 atom karbon pada posisi 3.

D. Siklus Krebs
Seperti yang telah dijelaskan, tahap pertama degradasi protein adalah transaminasi
dari asam amino tersebut menggunakan enzim aminotransferase yang menghasilkan piruvat
dan glutamat. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi oksidatif berubah menjadi asetil Koa
dan masuk ke siklus kreb mealui reaksi dengan oksaloasetat dan menjadi sitrat. Kemudian
glutamat akan terdeaminasi, dengan gugus amin melepaskan H+ dan mereduksi NAD+
menjadi NADH (energi) serta menghasilkan NH4. NH4 masuk ke siklus urea dan glutamat
berubah menjadi α-ketoglutarat dan masuk ke siklus kreb.
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus
asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.
Seperti yang terlihat, asam amino alanin, glisin, cysteine, serine, dan threonine masuk
ke siklus kreb melalui perubahan menjadi piruvat. Leucine, lysine, phenylelenine, tyrosine
masuk melaui perubahan menjadi acetoacetate, sedangkan Tryptophan, leusin, isoleusin juga
dapat masuk melalui perubahan menjadi Acetyl-Coa. Glutamate, Glutamine, Histidin, Prolin,
dan Arginin masuk melalui perubahan menjadi α-ketoglutarat. Valine, Methionine,
Threonine, dan Isoleusin juga dapat masuk ke siklus kreb melalui perubahan menjadi
Suksinat. Aspartat, tyrosine, Phenylalanine masuk melalui perubahan menjadi fumarat.
Aspartat dan Asparagin masuk melalui oksaloacetate.
E. Siklus Urea

Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian reaksi
kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea terbentuk dari ammonia
dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimia yang berupa siklus, yang mereka
namakan siklus urea. Pembentukan urea ini terutama berlangsung dalam hati. Urea adalah
suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, terdapat dalam urin yang
dikeluarkan dari dalam tubuh (Poedjiadji,1994).
Biosintesis urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakn suatu siklus sebagai
berikut (Poedjiadji,1994) :

1. Tahap 1 Sintesis Karbamil Fosfat.

Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol ammonia bereaksi
dengan satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase.
Reaksi ini membutuhkan energy, karenanya reaksi ini melibatkan 2 mol ATP yang
diubah menjadi ADP.Di samping itu sebagai kofaktor dibutuhka Mg++ dan N-
asetilglutamat.

2. Tahap 2 Pembentukan Sitrulin.


Karbamil fosfat yang terbentuk bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin.
Dalam reaksi ini bagian karbamil bergabung dengan ornitin dan memisahkan gugus
fosfat. Sebagai katalis pada pembentukan sitrulin adalah ornitin transkarbamilase
yang terdapat pada bagian mitokondria sel hati.

3. Tahap 3 Pembentukan Asam Argininosuksinat.

Selanjutnya sitrulin bereaksi dengan asam aspartat membentuk asam


argininosuksinat. Reaksi ini berlangsung dengan bantun enzim argininosuksnat
sintetase. Dalam reaksi tersebut ATP merupakan sumber energy dengan jalan
melepaskan gugus fosfat dan berubah menjadi AMP.

4. Tahap 4 Penguraian Asam Argininosuksinat.

Dalam reaksi ini asam arginiosuksinat diuraikan menjadi arginin dan asam
fumarat. Reaksi ini berlagsung dengan bantuan enzim arginin osuksinase, suatu enzim
yang terdapat dalam hati dan ginjal.

5. Tahap 5 Penguraian Arginin.

Reaksi terakhir ini melengkapi tahap reaksi pada siklus urea. Dalam reaksi ini
arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam
reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam hati. Ornitin yang terbentuk
dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi kembali dengan karbamil fosfat untuk membentuk
sitrulin (Tahap 2). Demikian seterusnya reaksi berlangsung secara berulang-ulang
sehingga merupakan suatu siklus. Adapun urea yang terbentuk dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Dan tahap-tahap tersebut di atas berulang menjadi suatu siklus urea.
Reaksi keseluruhan siklus urea ini ialah sebagai berikut :

2 NH3 + CO2 + 3 ATP + 2H2O→ Urea + Fumarat+ 2ADP + AMP + 2Pi + Ppi

Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reaksi ini (PPi) terhidrolisis lebih
lanjut menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea membutuhkan 4 ikatan
fosfat berenergi tinggi.
Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi dalam hati karena enzim-enzim yang
bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada mitokondria pada sel hati.

Tahapan-tahapan proses yang terjadi di dalam siklus urea

Pada eukariota, siklus urea merupakan bagian dari siklus nitrogen, yang
meliputi reaksi konversi amonia menjadi urea. Pada mamalia, siklus urea terjadi di
dalam hati, produk urea kemudian dikirimkan ke organ ginjal untuk diekskresi. Dua
jenjang reaksi pada siklus urea terjadi di dalam mitokondria (Poedjiadji,1994).

Tabel 1. Tahapan reaksi kimia pada siklus urea

Reaksi kimia pada siklus urea

Step Reaktan Produk Enzim Lokasi

1 NH4+ + HCO3− + 2ATP carbamoyl phosphate + 2ADP + Pi CPS1 mitochondria

carbamoyl
2 citrulline + Pi OTC mitochondria
phosphate + ornithine

citrulline + aspartate +
3 argininosuccinate + AMP + PPi ASS cytosol
ATP
4 argininosuccinate Arg + fumarate ASL cytosol

5 Arg + H2O ornithine + urea ARG1 cytosol

Keterangan :
Pi : Ortofosfat atau fosfat anorganik
CPS-1 : enzim carbamoyl phosphate synthetase I
OTC : enzim Ornithine transcarbamoylase
ASS : enzim argininosuccinate synthetase
ASL : enzim argininosuccinate lyase
ARG1 : enzim arginase 1

Peranan Siklus Urea dalam Tubuh


Asam amino yang berasal protein dalam makanan diabsorsi melaluitranspor aktif dan
dibawa ke hati. Di hati, asam amino disintesis menjadi molekul protein atau dilepas ke dalam
sirkulasi untuk ditranspor ke dalam sel lain. Setelah memasuki sel-sel tubuh, asam amino
bergabung dengan ikatan peptida6 untuk membentuk protein seluler yang dipakai untuk
pertumbuhan dan regenerasi jaringan. Hanya ada sedikit simpanan asam amino dalam sel-sel
tubuh, kecuali sel-sel hati. Protein intraseluler tubuh sendiri terus terhidrolisis menjadi asam
amino dan disintesis ulang menjadi protein. Asam amino dari makanan dan as am
amino dari penguraian protein intraseluler membentuk kelompok asam amino utama yang
memenuhi kebutuhan tubuh.
Penguraian asam amino untuk energi berlangsung di hati. Jika sel telah mendapatkan
protein yang mencukupi kebutuhannya, setiap asam amino tambahan akan dipakai sebagai
energi atau disimpan sebagai lemak. Urea tidak diputus oleh enzim manusia. Namun, bakteri,
termasuk bakteri yang terdapat dalam saluran cerna manusia, dapat memutuskan urea
menjadi amonia dan CO₂. (urease, enzim yang mengkatalisis reaksi ini, merupakan enzim
pertama yang dapat dikristalisasi).
Sampai tahap tertentu, manusia mengekskresikan urea ke dalam usus dan air liur.
Bakteri usus mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini serta amonia yang dihasilkan oleh
reaksi bakteri lain di dalam usus, diserap masuk ke dalam vena porta hepatika. Dalam
keadaan normal, amonia ini diekstrasi oleh hati dan diubah menjadi urea.
F. Fosforilasi Oksidatif dan Penghitungan ATP
ATP pada katabolisme protein terbentuk dari fosforilasi tingkat substrat dan fosforilasi
oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah proses pembentukan ATP akibat transfer elektron dari
NADH atau FADH2 kepada O2 melalui kompleks protein yang terdapat pada membran dalam
mitokondria. Sintesis ATP terjadi jika proton dari ruang antarmembran mengalir kembali ke
dalam matriks mitokondria melalui kompleks enzim (Stryer, 2000 : 455).

Pada setiap putaran siklus asam sitrat terdapat empat pasang atom hidrogen dipindahkan
dari isositrat, α-ketoglutarat, suksinat dan malat melalui aktivitas dehidrogenasi spesifik.
Atom hidrogen ini pada beberapa tahap memberikan elektronnya dalam rantai transport
elektron dan menjadi ion H+ yang terlepas dalam medium cair. Elektron tersebut dingkut
sepanjang rantai molekul pembawa elektron sampai elektron mencapai sitokrom a3 atau
sitokrom oksidase yang menyebabkan pemindahan elektron ke oksigen, yakni molekul
penerima elektron terakhir pada organisme aerobik. Pada saat masing-masing atom oksigen
menerima atom dua elektron dai rantai tersebut, dua atom H+ yang setara dengan dua H+ yang
dilepaskan sebelumnya dari dua atom hidrogen yang dipindahkan oleh dehidrogenase,
diambil dari medium cair untuk membentuk H2O (Lehninger, 1995 : 150).
Mula-mula molekul NADH2 memasuki reaksi dan dihidrolisis oleh enzim dehidrogenase
diikuti molekul FADH2 yang dihidrolisis oleh enzim flavoprotein, keduanya melepaskan ion
Hidrogen diikuti elektron, peristiwa ini disebut reaksi oksidasi. Selanjutnya elektron ini akan
ditangkap oleh Fe+++ sebagai akseptor elektron dan dikatalis oleh enzim sitokrom b, c, dan a.
Peristiwa ini disebut reaksi reduksi. Reaksi reduksi dan oksidasi ini berjalan terus sampai
elektron ini ditangkap oleh Oksigen (O2) sehingga berikatan dengan ion Hidrogen (H+)
menghasilkan H2O (air).

1. Kompleks I (NADH dehydrogenase)


Kompleks I mengandung enzim NADH reduktase (NADH dehidrogenase),yaitu suatu
enzim besar (880 kd) yang terdiri dari paling sedikit 34 rantai polipeptida. NADH reduktase
berbentuk huruf L dan terdiri dari dua bagian. Bagian horizontal hidrofobik tertanam pada
membran, mengandung subunit yang disandikan oleh DNA mitokondria, sedangkan bagian
vertikal yang mengandung protein perifer membran menjulur ke dalam matriks.

Mekanisme transfer elektron pada kompleks ini adalah:


1) Pengikatan NADH dan transfer dua elektron potensialnya ke flavin mononukleotida
(FMN). Gugus prostetik kompleks tersebut menjadi bentuk tereduksi, FMNH2.
NADH + H+ + FMN  FMNH2 + NAD+
2) Elektron ditransfer dari FMNH2 ke rumpun belerang-besi (Fe-S), sehingga Fe-S
tereduksi.
3) Elektron dari belerang-besi kemudian diangkut ke koenzim Q atau ubikuinon (Q)
sehingga ubikuinon tereduksi menjadi ubikuinol (QH2)
2. Kompleks II (Succinat Dehydrogenase)
Kompleks II memiliki berat molekul yang lebih kecil daripada kompleks I, yakni 220.000
dalton. Enzim yang terdapat di kompleks ini adalah enzim suksinat dehidrogenase. Enzim ini
tersusun dari dua polipeptida, suatu protein integral membran dalam mitokondria. Koenzim
yang terdapat di kompleks ini adalah :

Mekanisme transpor elektron yang terjadi :

a) Suksinat dioksidasi menjadi fumarat dengan menghasilkan FADH2 yang kemudian


masuk ke dalam kompleks ini.

b) Elektron dari FADH2 kemudian ditransfer ke pusat belerang besi (Fe-S) kemudian ke
ubikuinon sehingga ubikinon tereduksi menjadi ubikinol.
Kompleks suksinat-Q reduktase tidak memompa proton karena perubahan energi bebas
yang dikatalisisnya terlalu kecil, sehingga lebih sedikit ATP yang dihasilkan dari oksidasi
FADH2 daripada NADH.
3. Kompleks III (Cytochrome reductase)
Pompa proton kedua dari rantai pernafasan adalah sitokrom reduktase. Sitokrom
merupakan protein pemindah elektron yang mengandung heme sebagai gugus prostetik.
Atom besinya terdapat bergantian antara keadaan tereduksi (2+) dan teroksidasi (3+).
Sitokrom reduktase memiliki dua jenis sitokrom, yakni b dan c.
Sitokrom reduktase berfungsi mengkatalisis transfer elektron dari QH2 ke sitokrom c,
dan secara bersamaan memompa proton melewati membran dalam mitokondria. Proses
transfer elektron yang terjadi:

1) Ubikinon tereduksi dan diterima oleh sitokrom b


2) Dua elektron dibawa ke sitokrom c1, lalu ke sitokrom c.

4. Kompleks IV (Cytochrome Oxydase)


Sitokrom oksidase mengkatalisis transfer elektron dari ferositokrom c (bentuk tereduksi)
ke molekul oksigen sebagai akseptor elektron terakhir. Reaksi oksidasi dilakukan oleh suatu
kompleks yang terdiri dari 3 subunit, yaitu sub unit I, II, dan III.

Proses yang terjadi :


1) Elektron dibawa menuju kompleks IV melalui ruang antar membran.
2) 2 elektron yang dibawa sitokrom c diterima oleh sub unit I.
3) Terjadi pemompaan 4 H+ ke ruang antar membran yang dengan O2 sebagai penerima
elektron terakhir membentuk 2 molekul H2O.
Aliran sepasang elektron melalui kompleks ini menyebabkan 2H+ ditranspor ke sisi
sitosol, setengah dari hasil yang diperoleh NADH reduktase, karena daya termodinamikanya
lebih kecil.

Sintesis ATP
Sintesis ATP dilakukan melalui pompa ATP sintase yang memiliki dua bagian utama,
yaitu :

a. Bagian F0, adalah suatu segmen hidrofobik yang membentang selebar bentangan
mitokondria. F0 merupakan saluran proton kompleks ini. F0 terdiri dari empat jenis
polipeptida, yaitu α, ß, γ,δ dan ε.
b. Bagian F1, terdiri dari bola-bola ATPase. Peranan F1 pada keadaan normal adalah
untuk sintesis ATP. F1 terdiri dari lima jenis rantai polipeptida α3, ß3, γ, δ dan ε.
Transfer elektron menyebabkan H+ keluar dari membran dalam mitokondria menuju
ruang antarmembran sehingga terjadi gradien proton yang tinggi, akibatnya konsentrasi H+
yang tinggi membuat ruang antarmembran bersifat asam sehingga akan mengaktifkan enzim
ATP sintase. Enzim ATP sintase mendorong ion H+ masuk ke dalam matriks melalui ATP
sintase. Menurut Boyer dalam Stryer (2000), peranan gradien proton bukan untuk
membentuk ATP tetapi melepaskannya dari sintase. Potensial membran positif menyebabkan
sintesis ATP melalui peningkatan konsentrasi H+ lokal pada gerbang antara F0 dan F1.
Translokasi tiga H+ menyebabkan pembentukan satu ATP (Stryer, 2000).

Penghitungan ATP
ATP yang dihasilkan dalam degradasi asam amino berasal dari fosforilasi tingkat
substrat dan fosforilasi oksidatif senyawa berenergi tinggi, seperti NADH dan FADH2.
Masing-masing asam amino memiliki jumlah produk NADH dan FADH yang berbea,
tergantung jalur masuk dari asam amino tersebut.

Contoh :
1. Glisin
Glisin diubah menjadi serin oleh reaksi transaminase dengan enzim serin-
hidroksimetil-transferase, kemudian mengalami deaminasi dengan enzim serin
dehidratase menjadi asam piruvat (Martoharsono, 2006).
NH3

NH2CH2—COOH ——— HOCH2CH(NH2)COOH ——— CH3CO—COOH

N5N10-metilena-FH4 FH4 H2O


Asam piruvat akan masuk ke siklus Krebs dan mengikuti siklus hingga
menghasilkan oksaloasetat. Jadi energi yang dihasilkan dari glisin-oksaloasetat
adalah 4 NADH, 1 FADH dan 1 ATP.
2. Glutamat
Glutamat masuk melalui jalur α-ketoglutarat dengan terlebih dahulu
mengalami deaminasi dengan menghasilkan 1 NADH/NADPH.

Energi yang dihasilkan dari glutamat hingga menjadi oksaloasetat adalah 3


NADH, 1 FADH dan 1 ATP. Akan tetapi, katabolisme protein juga memerlukan
ATP untuk siklus urea, sehingga jumlah bersih ATP yang dihasilkan adalah jumlah
ATP pembentukan dikurangi 3 ATP.
DAFTAR PUSTAKA
Harvey Richard A., Denise Ferrier. 2011. Biochemistry 5th Edition. Philadelphia : Lippincott
Wiliams & Wilkins.
Lehninger, Albert L. 1985. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Marks, Dawn B., Allan D. Marks., Colleen M. Smith,. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar.
Jakarta : EGC.
Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia Jilid 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Murray Robert K, et al,. 2003. Harper’s Illustrated Biochemistry 26th Edition. USA :
McGraw-Hill Companies.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai