Anda di halaman 1dari 14

Zulian Pratama

Blog Para Pecinta Alam

Monday, 12 November 2012


Makalah :Katabolisme Protein (Biokimia)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua organisme membutuhkan penyediaan materi dan energi yang tetap dari lingkungannya
agar tetap hidup. Bagi sejumlah besar organisme, penyediaan utama materi dan satu-satunya
penyediaan energi berasal dari molekul organik yang dimakannya (Kimball: 2003: 143). Dengan
bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan
energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang
diambil dari simpanan kimiawi dapat dilakukan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai
panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul
kompleks disebut jalur katabolik (Campbell, 2003: 159).
Jalur katabolik dapat terjadi secara aerob (dengan menggunakan oksigen) dan anaerob (tanpa
menggunakan oksigen). Terdapat tiga tahap utama di dalam katabolisme aerobik, yaitu
makromolekul sel dipecahkan menjadi unit-unit pembangun utamanya (tahap I), produk yang
telah terbentuk pada tahap I selanjutnya diubah menjadi molekul yang lebih sederhana (tahap II),
produk akhir dari tahap II yang berupa asetil KoA selanjutnya memasuki lintas akhir (tahap III).
Pada tahap akhir ini, terjadi oksidasi nutrien, menghasilkan karbon dioksida, air dan amonia
sebagai produk akhirnya. Penguraian enzimatik dari masing-masing nutrien penghasil utama
energi utama pada sel (karbohidrat, lipid, dan protein) berlangsung secara bertahap melalui
sejumlah reaksi enzimatik yang berurutan dan berbeda antara satu nutrien dengan nutrien
lainnya. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas mengenai proses katabolisme protein
peranan utama utama pada tubuhl dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah tentang katabolisme protein ini adalah:
Bagaimana proses transaminasi?
Bagaimana proses deaminasi oksidatif?
Bagaimana proses katabolisme asam amino?
Bagaimana proses`siklus urea?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu:
Untuk mengetahui proses deaminasi oksidatif
Untuk mengetahui proses transaminasi
Untuk mengetahui katabolisme asam amino
Untuk mengetahui proses siklus urea
BAB II
PEMBAHASAN

Katabolisme asam amino terjadi melalui reaksi transaminase yang melibatkan pemindahan gugus
amino secara enzimatik dari satu asam amino ke asam amino lainnya. Enzim yang terlibat dalam
reaksi ini adalah transminase atau amino transminase. Enzim mini spesifik bagi ketoglutarat
sebagai penerima gugus amino namun tidak spesifik bagi asam amino sebagai pemberi gugs
asam amino (Toha, 2005).
2.1 Proses Transaminasi
Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan pemindahan gugus amino
dari satu asam amino ke gugus asam amino lain. Dalam reaksi transaminasi ini gugus amino dari
suatu asam amino dipindahkan dari salah satu dari ketiga senyawa keto, yaitu asam piruvat,
ketoglutarat atau ksaloasetat, sehingga senyawa senyawa keto ini diubah menjadi asam amino
sedangkan asam amino semula diubah menjadi asam keto. Ada dua enzim yang berperan yaitu
alanin transaminase dan glutamate trasminase yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi berikut
(Poedjiadi, 1994) :
alanin
transaminase

asam amino + asam piruvat

asam keto + alanin

glutamate
transaminase

asam amino + asam ketoglutarat

asam keto + asam glutamat

Transaminase mempunyai gugus prostentik, piridoksal pospat, pada sisi aktifnya yang berfungsi
sebagai senywa antara pembawa gugus amino menuju ketoglutarat. Molekul ini mengalami
perubahan dapat balik diantara bentuk aldehidanya, piridoksal pospat yang dapat menerima
gugus amino dan bentuk teraminasinya piridoksamin pospat yang dapat memberikan gugus
amino (Toha, 2005).
Reaksi transminasi bersifat reversible. Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang hilang, karena
gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto (Poedjiadi, 1994).
Alanin Transminasi merupakan merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap asam
piruvat alanin sebagai satu pasang substrat, tetapi tidak terhadap asam asam-asam amino yang
lain. Dengan demikian Alanin transaminase dapat mengubah berbagai jenis asam amino menjadi
alanin, xdelama tersedia sam piruvat. Glutamat transminase dapat mengubah berbagai jenis asam
amino menjadi alanin, selama tersedia asam piruvat. Glutamat transminase merupakan enzim
yang mempunyai kekhasan terhadap glutamate-ketoglutarat sebagai satu pasang substrat, karena
itu enzim ini dapat mengubah asam-asam amino menjadi asam glutamat. Apabila alanin
transminase terdapat dalam jumlah banyak, maka alanin yang dihasilkan dari reaksi transminase
akan diubah menjadi asam glutamate (Poedjiadi, 1994).

Alanin + asam ketoglutarat

asam piruvat + asam glutamat

Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi tersebut ialah alanin-glutamat transminase
(Poedjiadi, 1994).

Dari reaksi-reaksi diatas dapat dilihat bahwa walaupun ada beberapa jalur reaksi transminase,
namun asam ketoglutarat merupakan akseptor gugus amino yang terakhir. Dengan demikian hasil
reaksi transminasi keseluruhan ialah asam glutamate (Poedjiadi, 1994).
Reaksi transminasi ini terjadi dalam mitokondria maupun dalam cairan sitoplasma. Semua enzim
transminasi tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat sebagai koenzim. Piridoksalfosfat tidak hanya
merupakan koenzim pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada reaksi-reaksi metabolisme yang
lain (Poedjiadi, 1994).
2.2 Proses Deaminasi Oksidatif
Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat. Dalam beberapa
sel misalnya bakteri, asam glutamat dapat mengalami proses diaminasi oksidatif yang
menggunakan glutaman dehidrogenase sebagai katalis.
Asam glutamat + NAD+

asam ketoglutarat + NH4+ + NHDH + H+

Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+ . selain
NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+ sebagai akseptor elektron.
Oleh karena asam glutamat merupakan hasil akhir proses transaminasi, maka glutamat
dehidrogenase merupakan enzim yang penting dalam metabolisme asam amino.
Dua jenis dehidrogenase lain yang penting ialah L-asam amino oksidase dan
asam amino oksidase.

D-

L-asam amino oksidase adalah enzim flavoprotein yang mempunyai gugus prostetik
flavinmononukleotida (FMN). Enzim ini terdapat dalam sel hati pada endoplasmik retikulum dan
bukan merupakan enzim yang penting. D asam amino oksidase adalah juga enzim flavoprotein
dan merupakan katalis pada reaksi :
Enzim ini mempunyai FAD sebagai gugus prospetik dan terdapat dalam sel hati. Oleh
karena D-asamamino jarang terdapat dalam tubuh manusia, maka fungsi D-asam amino
oksidase.
Proses diaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif dan non oksidatif. Contoh
asam amino yang mengalami proses deaminasi oksidatif adalah asam glutamat. Reaksi degradasi
asam glutamat dikatalis oleh enzim L-glutamat dehidrogenase yang dibantu oleh NAD atau
NADP.
Deaminasi non oksidatif adalah penghilangan gugus amino dari asam amino serin yang
dikatalis oleh enzim serindehidratase. Asam amino teronin juga dapat mengalami deaminasi non
oksidatif dengan katalis kreonin dehidratase menjadi keto butirat.

2.3 Katabolisme Asam Amino


Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas tiga jalur, pertama produksi asam amino
dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua,
pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino
menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan
pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari asam-asam amino.
Reaksi metabolisme asam amino melalui proses pelepasan gugus amino dan kemudian baru
perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Proses pelepasan gugus amino tersebut
meliputi reaksi transaminasi dan deaminasi. Transaminasi merupakan proses katabolisme asam
amino yang melibatkan pemindahan gugus amino dari satu asam amino pada asam amino lain.
Asam amino tersebut dipindahkan pada salah satu dari tiga senyawa keto (asam piruvat,
ketoglutarat atau oksaloasetat) sehingga senyawa keto tersebut diubah menjadi asam amino.
Deaminasi oksidatif pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium.
2.3.1 Beberapa jalur Metabolik dari asam amino sebagai berikut:
a.

Glisin

Glisin dapat mengalami reaksi deaminasi oksidatif oleh glisin oksidase, yaitu enzim yang
terdapat dalam jaringan hati dan ginjal. Dalam reaksi ini glisin akan diubah menjadi asam
glioksilat dan amonia. Asam glioksilat yang terbentuk dapat di uraikan lebih lanjut menjadi
formaldehida dan karbondioksida.
CH2 (NH2)COOH + O2
glisin

CHO COOH + NH3


Asam glioksilat

Selain itu, glisin dapat diubah menjadi serin dengan adanya 5-formiltetrahidrofolat. Dalam
reaksi ini 5-formiltetrahidrofolat berfungsi sebagai donor gugus formil kepada glisin.
CH2 (NH2) COOH + 5 Formil THFA
glisin

CH2OH CH (NH2) COOH


serin

Glisin dapat berfungsi dalam proses penawar racun, misalnya apabila asam benzonat atau
derivatnya termasuk dalam makanan maka glisin akan bergabung dengan zat-zat tersebut
sehingga terbentuk asam hipurat yang tidak bersifat racun. Dalam tubuh glisin dapat di bentuk
dari serin dalam jumlah yang cukup, sehingga glisin adalah asam amino nonesential. Serin
dibentuk dari asam 3-fosfogliserat yang merupakan salah satu hasil antara dalam proses
glikolisis. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan antara glikolisis dengan
biosintesis glisin.
b.

Alanin

Alanin dalah asam amino asam nonessential yang dapat dibuat dalam tubuh melalui reaksi
transaminasi piruvat dengan asam glutamate atau asam amino lain.
Asam piruvat merupakan senyawa yang terbentuk pada jalur metabolism karbohidrat. Dengan
demikian reaksi metabolisme alanin ini merupakan hubungan antara metabolisme protein dengan
metabolisme karbohidrat.
c.

Valin

Melalui beberapa tahap reaksi, valin dapat diubah menjadi suksinil KoA yang kemudian masuk
ke dalam siklus asam sitrat. Dalam metabolisme ini, valin mula-mula diubah menjadi asam
ketoisovalerat dengan cara transaminasi. Selanjutnya asam ketoisovalerat diubah berturut-turut
menjadi isobutiril KoA dan suksinil KoA..
d.

Leusin

Leusin dapat diubah menjadi asam keto melalui reaksi transaminasi oksidatif. Kemudian asam
keto ini melalui beberapa tahap reaksi diubah menjadi asetil KoA. Salah satu senyawa yang
terbentuk dalam tahap reaksi tersebut ialah hidroksi metal glutamil KoA (HMG CoA), yang
juga merupakan salah satuu zat antara dalam biosintesis kolesterol. Hal ini merupakan salah satu
contoh hubungan antara metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Leusin adalah salah satu
asam amino esensial yang disintesis oleh organism mikro atau tumbuhan dari asam piruvat.
e.

Isoleusin

Dalam metabolisme isoleusin juga mengalami reaksi transaminasi oksidatif sehingga terbentuk
asam keto, yaitu asam keto metal valerat. Kemudian asam inii melalui beberapa tahap reaksi
diubah menjadii asetil KoA dan pripionil KoA. Asetil KoA dapat langsung masuk ke dalam
siklis asam sitrat, sedangkan propionil KoA diubah terlebih dahulu menjadi suksinil KoA baru
kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat.
Isoleusin juga merupakan asam amino esensial yang disintesis dalam organism mikro.
Biosintesis isoleusin ini dimulai dari asam .ketobutirat yang dapat dibentuk dari treonin.
Melalui beberapa tahap reaksi asam ketobutirat diubah menjadi isoleusin.
Serin
Metabolisme serin berlangsung melalui reksi deaminasi dan menghasilkan asam piruvat.
Metabolisme ini terjadi dengan menggunakan treonin aldolase selau katalis. Biosintesis serin
dimulai dari asam fosfogliserat yang terbentuk pada proses glikolisis dan berlanssung melalui
beberapa tahap reaksi sehingga terbentuk serin. Disamping itu serin dapat pula terbentuk dari
glisin. Serin juga bagian dari fosfatidil serin yaitu salah satu lipid yang terdapat dalam otak.
Serin juga dapat membentuk etanolamania yang merupakan bagian dari fosfotidil etanol amina.

f.

Treonin

Treonin mengalami metabolisme yang serupa dengan serin. Asam ketobutirat kemudian diubah
menjadi propionil KoA yang selanjutnya diubah menjadi suksinil KoA. Disamping metabolisme
tersebut treonin juga dapat diubah menjadi glisin dan asetaldehida dengan cara pemecahan
molekulnya. Reaksi pemecahan molekul treonin ini berlangsung oleh enzim aldose treonin dan
peridoksalfosfat sebagai koenzim. Biosintesis treonin berasal dari asam aspartat melalui
beberapa tahap reaksi sebagai berikut:
g.

Tirosin

Tirosin dapat diubah menjadi asam p-hidrosifenilpiruvat dengan cara transaminasi. Reaksi ini
berlangsung dengan bantuan enzim tirosin ketoglutarat transaminase dan piridoksalfosfat sebagai
koenzim. Selanjutnya melalui beberapa tahap reaksi asam p-hidroksifelanilpiruvat diubah
menjadi asam fumarat dan asam asetoasetat. Asam asetoasetat pada akhirnya diubah menjadi
asetil KoA dan asam asetat.
h.

Fenilalanin

Fenilalanin dapat diubah menjadi tirosin yang kemudian melalui bebeerapa tahap reaksi dapat
diubah menjadi asam formiat dan asam asetoasetat. Reaksi pembentukan tirosin dan fenilalanin
adalah reaksi tidak reversible, artinya fenilalanin tidak dapat dibentuk dari tirosin dan karenanya
fenilalanninn adalah asam amino esensial sedangkan tirosin merupakan asam amino nonesensial.
Biosintesis fenilalanin terjadi pada organisme mikro dan dapat dibentuk dari asam fosfoenol
piruvat dan eritrosa-4-fosfat. Kedua jenis ini melalui beberapa tahap reaksi dapat membentuk
asam fenilpiruvat yang selanjutnya dengan reaksi transaminasi terbentuk fenilalanin.
i.

Triptofan

Triptofan adalah suatu asam amino esensia dan satu-satunya asam amino esensial yang
mengandung cicncin indol. Metabolisme triptofan berlangsung antara lain melalui jalur
kinurenin-antranilat, yaitu suatu metabolisme melalui beberapa tahap reaksi yang menghasilkan
,ketoadipatt yang kemudian membentuk asetoasetil KoA. Dalam metabolisme ini inurenin dan
asam 3-hidroksi antranilat merypakan senyawa-senyawa antara. Seperti fenilalanin, triptofan
juga dapat dibentuk dari reaksi fosfoenolpiruvat dengan eritrosa-4-fosfat. Melalui beberapa tahap
reaksi terbentuk asam antranilat yang kemudian dapat dibentuk menjadi triptofan. Biosintesis ini
terjadi pada organism mikro.

j.

Sistin dan sistein

Sistin dan sistein adalah senyawa yang saling dapat diubah dari yang satu kepada yang lain dan
megalami metabolisme yang sama dalam tubuh. Dalam metabolisme sistein dapat diubah
menjadi asam piruvat melalui tiga cara:
a.

Reaaksi pengubahan sistein dengan enzim sistein desulfhidrase

b.
Melalui pembentukan asam sisteinsulfinat, kemudian diubah menjadi asam sulfinilpiruvat
sehingga membentuk asa piruvat.
c.
Melalui reaksi transaminasi membentuk asam tiolpiruvat, kemudian diubah menjadi asam
piruvat
.
Sistein dan sistin adalah asam amino non esensial yang dibuat dari asam amino esensial
metionin. Metionin terlebih dahulu diubah menjadi homosistein, kemudian homosistein bereaksi
dengan serin membentuk homoserin dan sistein.
k.

Metionin

Telah dikemukakan di muka bahwa metionin dapat diubah menjadi sistein, tetapi sistein tidak
dapat diubah kembali menjadi metionin. Homoserin yang terbentuk pada reaksi pengubahan
metionin menjadi sistein dapat diubah menjadi asam ketobutirat.
Biosistein metionin berawal dari asam aspartat. Asam ini dapat diubah berturut-turut menjadi
aspartilfosfat, aspartatsemialdehida, homoserin, sistationin, homosistin dan metionin. Biosintesis
ini terjadi pula pada tumbuhan atau organize mikro.
l.

Asparagin dan asam aspartat

Dalam metabolismenya, asparagin diubah menjadi asam aspartat dengan bantuan enzim
asaparaginase. Kemudian asam aspartat diubah menjadi asam oksaloasetat oleh enzim
transaminase. Disamping itu asam aspartat dapat membentuk beberapa buah asam amino esensial
melalui beberapa tahap reaksi. Asam amino esensial yang terbentuk dari asam aspartat
adalahlisin, metionin, treonin dan isoleusin. Sebalinya asam aspartat dapat dibentuk dari asam
oksaloasetat dengan reaksi transaminasi. Dari asam aspartat dapat dibentuk asparagin dengan
enzim asaparagon sintase. Dalam reaksi ini diperlukan donor gugus amino dan ATP sebagai
sumber energy yang diubah menjadi AMP. Sebagai kofaktor diperluan ion Mg+. donor gugus
amino untuk reaksi yang terjadi pada binatang mamalia adalah glutamine, sedangkan pada
bakteri digunakan ammonia. Asaparagin dapat pula dibentuk dari asam a ketosuksinat.
m.

Glutamin dan asam glutamate

Dalam reaksi transaminasi asam glutamate diubah menjadi asam ketoglutarat dengan bantuan
enzim glutamate transaminase, asam ketoglutarat dapat pula dibentuk dari asam glutamate

dengan reaksi deaminasi oksidatif. Dalam reaksi ini yang bekerja sebagai katalis ialah glutamate
dedirogenase dengan bantuan oenzim NAD+ atau NADP+. Oleh karena transaminasi meupun
deaminasi oksidatif tersebut adalah reaksi yang reversible, maka kedua reaksi tersebut dapat
merupakan reaksi katabolisme maupun biosintesis asam glutamate. Dalam otak asam glutamate
dapat diubah menjadi amino butitat dengan reaksi dekarboksilasi oleh enzim glutamate
dekarboksilase. Asam amino butirat ini dapat diubah kembali menjadi asam glutamate oleh
asam ketoglutarat.
Glutamine dapat diubah menjadi asam glutamate oleh enzim glutaminase dalam reaksi deaminasi
yang bersifat reversible. Biosintesis glutamine dari asam glutamate berlangsung dengan bantuan
enzim glutamine sintetase serta ATP dan Mg++. Enzim tersebut terdapat dalam ginjal, otak dan
retina.
n.

Lisin

Merupakan asam amino monokarboksilat. Lisin tidak dapat dibentuk menjadi lisin
kembali setelah mengalami reaksi deaminasi. Melalui beberapa tahap reaksi, maka lisin dapat
diubah menjadi asam glutarat. Lisin dapat terbentuk dari asam aspartat.
o.

Histidin

Histidin dapat berfungsi untuk pembentuk protein dalam tubuh, selain itu histidin dapat
diubah menjadi histamine dengan cara dekarboksilasi. Histamin adalah suatu senyawa yang
dapat memperkecil tekanan darah , dan juga meningkatkan pengeluaran cairan lambung. Enzim
bekerja sebagai katalis dalam asam amino aromatik dekarboksilase yang terdapat dalam ginjal,
otak dan hati.
2.4 Proses Siklus Urea
Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 mengemukakan serangkain reaksi kimia proses
pembentukan urea. Mereka berpendapat urea terbentuk dari amonia dan karbondioksida melalui
serangkaian reaksi yang berupa siklus (siklus urea). Pembentukan urea ini terutama terjadi di hati
karena enzim-enzim yang bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada mitokondianya. Urea
adalah suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral, yang mana terdapat dalam
urine (Poedjiadi, 1994).
Biosintesis urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakan suatu siklus sebagai
berikut (Poedjiadi, 1994):
Tahap 1. Sintesis karbomil fosfat
Pada reaksi ini satu mol amonia (NH3) bereksi dengan satu mol karbondioksida (CO2)
dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase. Reaksi ini membutuhkan energi, karenanya
reaksi ini melibatkan dua mol ATP yang diubah menjadi ADP (Poedjiadi, 1994)

Di samping itu dibutuhkan Mg++ dan N-asetil-glutamat.


Tahap 2. Pembentukan sitrulin.
Karbamil fosfat yang terbentuk bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin. Dalam
reaksi ini bagian karbamil bergabung dengan ornitin dan memisahkan gugus fosfat. Pada reaksi
ini ornitin transkarbamilase yang ada di mitokondria sel hati sebagai katalis (Poedjiadi, 1994).
Tahap 3. Pembentukan asam argininosuksinat.
Reaksi ini antara sitrulin dengan asam aspartat membentuk asam argininosuksinat. Reaksi
ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinat sintetase. Reaksi tersebut ATP
merupakan sumber energi dengan jalan melepaskan gugus fosfat dan berubah menjadi AMP
(Poedjiadi, 1994).
Tahap 4. Penguraian asam argininosuksinat.
Dalam reaksi ini asam argininosuksinat diuraikan menjadi arginin dan asam fumarat.
Reaksi ini berlangsung dengan bantuan enzim argininosuksinase, suatu enzim yang terdapat
dalam hati dan ginjal (Poedjiadi, 1994).
Tahap 5. Penguraian arginin.
Reaksi arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang bekerja sebagai katalis
dalam reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam hati. Ornitin yang terbentuk
dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi kembali dengan karbamilfosfat untuk membentuk sitrulin
pada tahap ke 2. Kemudian urea yang terbentuk dikeluarkan dari dalam tubuh bersama urine.
Dan tahap-tahap tersebut di atas berulang menjadi suatu siklus urea (Poedjiadi, 1994).
Reaksi keseluruhan siklus urea ini sebagai berikut:
2NH3 + CO2 + 3ATP + 2H2O Urea + 2ADP + AMP + 2Pi + Ppi
Oleh karena pisofosfat yang terbentuk dalam reaksi (PPi) terhidrolisis lebih lanjut menjadi fosfat,
maka pembentukan satu molekul urea membentuk empat ikatan fosfat berenergi tinggi.
Pada eukariota, siklus urea (bahasa Inggris: urea cycle, ornithine cycle) merupakan bagian dari
siklus nitrogen, yang meliputi reaksi konversi amonia menjadi urea. Siklus ini ditemukan
pertama kali oleh Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932 (Poedjiadi, 1994).
Pada mamalia, siklus urea terjadi di dalam hati, produk urea kemudian dikirimkan ke
organ ginjal untuk diekskresi. Dua jenjang reaksi pada siklus urea terjadi di dalam mitokondria.
Ringkasan reaksi siklus urea adalah (Poedjiadi, 1994):
1. 1. Amonia

Amonia merupakan produk dari reaksi deaminasi oksidatif yang bersifat toksik. Pada
manusia, kegagalan salah satu jenjang pada siklus urea dapat berakibat fatal, karena tidak
terdapat lintasan alternatif untuk menghilangkan sifat toksik tersebut selain mengubahnya
menjadi urea. Defisiensi enzimatik pada siklus ini dapat mengakibatkan simtoma hiperamonemia
yang dapat berujung pada kelainan mental, kerusakan hati dan kematian. Sirosis pada hati yang
diakibatkan oleh konsumsi alkohol berlebih terjadi akibat defisiensi enzim yang menghasilkan
Sarbamil fosfat pada jenjang reaksi pertama pada siklus ini. Ikan mempunyai rasio amonia yang
rendah di dalam darah, karena amonia diekskresi sebagai gugus amida dalam senyawa
glutamina. Reaksi hidrolisis pada glutamina akan menkonversinya menjadi asam glutamat dan
melepaskan gugus amonia. Sedangkan manusia hanya mengekskresi sedikit sekali amonia, yang
dikonversi oleh asam di dalam urin menjadi ion NH4+, sebagai respon terhadap asidosis karena
amonia memiliki kapasitas seperti larutan penyangga yang menjaga pH darah dengan
menetralkan kadar asam yang berlebih (Poedjiadi, 1994).
1. 2. Urea
Urea merupakan zat diuretik higroskopik dengan menyerap air dari plasma darah menjadi
urin. Kadar urea dalam darah manusia disebut BUN (bahasa Inggris: Blood Urea Nitrogen).
Peningkatan nilai BUN terjadi pada simtoma uremia dalam kondisi gagal ginjal akut dan kronis
atau kondisi gagal jantung dengan konsekuensi tekanan darah menjadi rendah dan penurunan
laju filtrasi pada ginjal. Pada kasus yang lebih buruk, hemodialisis ditempuh untuk
menghilangkan larutan urea dan produk akhir metabolisme dari dalam darah (Poedjiadi, 1994).
Pada hewan seperti burung dan reptil yang harus mencadangkan air di dalam tubuhnya, nitrogen
diekskresi sebagai asam urat yang bersenyawa dengan sedikit kandungan air. Sedang pada
manusia, asam urat tidak disintesis dari amonia, melainkan dari adenina dan guanina yang
terdapat pada berbagai nukleotida. Asam urat biasanya diekskresi dalam jumlah sedikit, melalui
urin. Kadar asam urat dalam darah dapat meningkat pada penderita gangguan ginjal dan
leukimia. Bentuk garam dari asam urat dapat mengendap menjadi batu ginjal maupun batu
kemih. Pada artritis, endapan garam dari asam urat terjadi pada tulang rawan yang terdapat pada
persendian (Poedjiadi, 1994).
1. 3. Jenjang reaksi
Sarbamil fosfat sintetase, sebuah enzim, merupakan katalis pada reaksi dengan substrat
NH3, CO2 dan ATP menjadi sarbamil fosfat,
yang kemudian diaktivasi oleh asam N-asetilglutamat yang terbentuk dari asam glutamat dan
asetil-KoA dengan enzim N-asetilglutamat sintetase. N-asetilglutamat merupakan regulator yang
penting dalam ureagenesis selain arginina, kortikosteroid dan protein yang lain (Poedjiadi, 1994).
Reaksi kondensasi yang terjadi pada ornitina lantas memicu konversi sarbamil fosfat menjadi
sitrulina dengan bantuan enzim ornitina transarbamilase. Kemudian sitrulina dilepaskan dari

dalam matriks menuju sitoplasma, dan kondensasi terjadi dengan asam aspartat dan enzim
argininosuksinat sintetase, membentuk asam argininosuksinat, yang kemudian diiris oleh
argininasuksinat liase menjadi asam fumarat dan arginina. Asam fumarat akan dioksidasi dalam
siklus sitrat di dalam mitokondria, sedangkan arginina akan teriris menjadi urea dan ornitina
dengan enzim arginase hepatik. Baik argininosuksinat liase maupun arginase diinduksi oleh rasa
lapar, dibutiril cAMP dan kortikosteroid (Poedjiadi, 1994).
Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke
dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui
ginjal berupa urin (Poedjiadi, 1994).
EKSKRESI NH3
NH3 tidak dapat diekskresi oleh ginjal
NH3 harus dirubah dulu menjadi urea oleh hati
Jika hati ada kelainan (sakit) proses perubahan NH3 urea terganggu penumpukan NH3
dalam darah uremia
NH3 bersifat racun meracuni otak coma
Karena hati yang rusak disebut Koma hepatikum

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katabolisme asam amno terjadi melalui reaksi transaminase yang melibatkan pemindahan gugus
amino secara enzimatik dari satu asam amono ke asam amino lainnya. Transaminasi ialah proses
katabolisme asam amino yang melibatkan pemindahan gugus amino dari satu asam amino ke
gugus asam amino lain.
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2003. Biology Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : UI Press.
Poerwo Soedarmo dan A. Djaeni Sediaoetama. 1973. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Toha, Abdul Hamid A. 2005. Biokimia : Metabolisme Biomolekul. Bandung : Alfabeta.

Zulian Pratama II at 23:48


Share

2 comments:

gery kurniawan9 October 2013 at 09:02


gimana copy x om???

Reply

nisa mustikandrina20 May 2015 at 13:59


tau nih

Reply
Add comment

Home
View web version

About Me

My Photo
Zulian Pratama II
biasa saja jadi orang....
View my complete profile
Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai