Anda di halaman 1dari 19

SISTEM KEKEBALAN TUBUH

2.1 PENGERTIAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam
tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga
berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga
telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
2.2 FUNGSI SISTEM IMUN
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan
jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan
atau tidak bekerja dengan baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit
Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari
komponen tubuh.
Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau ke
seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel
peronda tersebut akan membinasakannya.
2.3 MACAM-MACAM SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan
kekebalan tubuh spesifik.
2.3.1 Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh
memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit
menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata
memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan
melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh Glandula
Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk
memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan
dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan
bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang
dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut
lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel
bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen
berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.
Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada
patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka
sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi
berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah
putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak
yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya
fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan
adalah benda cair, maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja
membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan
pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh
dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa
racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna
bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak
berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar
macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(selsel microgial),
jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil
berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan diri
pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul
sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam
menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan
jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam
proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh
sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada
sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik,
maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang
diperantarai oleh limfosit.
2.3.2 Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan spesifik: imunitas diperantarai antibodi untuk respon imun yang
diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan
melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel
limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara
mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b segera
melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang
sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel
Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang
sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1
limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya.
Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada
respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang
menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen
yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit
B memori
biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen
spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang
sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa
resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka
seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
PERTAHANAN SPESIFIK:IMUNITAS DIPERANTARAI SEL
Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah
limfosit T.
Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan
oleh suatu sel yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna
dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi
yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika kebetulan sel
tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi
mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan
antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya
cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan antigennya cocok,
Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah
terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan sel tersebut
dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari sel yang
diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang berfungsi
untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T
Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang terkena
penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan senyawa
bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar dan mati.
2.4 JENIS-JENIS ANTIBODI
Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig), hanya dibuat
oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y.
Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang ada, yaitu IgM, IgG,
IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali
muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit B akan
membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan Limfosit T
saat antigen menyerang.
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara
mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang
ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan
ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh makrofag. Antobodi
mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya menjadi lebih mudah
menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai
kemampuan unutk memecah membran sel. IgMdan IgG bekerja paling maksimal
dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan
tubuh lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan
mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit. IgA dapat
ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi.IgD merupakan antibodi
yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun. IgE merupakan antibodi
yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar merespon infeksi dari
protozoa dan parasit.
Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi
menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses
penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi
komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis
dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis
dati protein komplemen pada bakteri atau virus.
Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan lain-lain. Organ
imun merujuk kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa, nodus limfa, tonsil,
apendiks dan sebagainya. Kebanyakan sel imun terdiri daripada sel T dan sel B. Sel
B akan matang dalam sumsum tulang, apabila sistem darah diserang, ia akan
memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria. Sel T dihasil oleh
sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak
menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti
virus, bakteria dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal,
tubuh manusia akan dapat menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika
daya imun berada dalam paras rendah, peluang menghidapi penyakit menjadi lebih
tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang tua. Sistem imun bayi masih di
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Oleh itu, antibodi badan masih
lemah untuk melawan pelbagai mikroorganisma. Manakala organ sistem imun orang
tua telah uzur dan semakin merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun.
Sistem kekebalan tubuh harus selalu dalam keadaan seimbang.Jika tidak, akan
terganggu.Penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui
dan telah ada sejak lahir (primer). Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena
faktor lain, misalnya infeksi (AIDS, campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit
ganas misalnya kanker, leukemia, obat-obatan misalnya obat yang mengandung
hormon kortikosteroid, obat untuk kanker, dan lain-lain.
Sebetulnya, tubuh memiliki zat yang secara otomatis akan menormalkan sistem
imun.Kalau imunnya kurang maka ditingkatkan, kalau terlalu tinggi diturunkan.Di
dalam tubuh, ada zat yang mempunyai sifat seperti itu. Namun, ada kalanya tubuh
tak berhasil menormalkan sistem imunnya sendiri. Akhirnya, dicarilah cara
menormalkan sistem imun tubuh dari luar dengan imunomodulator.
Imunomodulator adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau
memengaruhi) sistem imun tubuh menjadi ke arah normal. Produk imunomodulator
berperan menguatkan sistem imun tubuh (imuno stimulator) atau menekan reaksi
sistem imun yang berlebihan (imuno suppressan).Misalnya,diberikan bersama
antibiotic.Selain sintetik, produk imunomodulator kini juga dibuat dari tanaman.
Ternyata, ada tanaman tertentu yang memiliki efek meningkatkan kekebalan tubuh.
Misalnya, daun meniran. Setelah diteliti, daun ini punya efek meningkatkan sistem
imun tubuh. Sekarang sudah dibuat dalam bentuk obat. Yang harus diketahui,
imunomodulator adalah obat, dan bukan suplemen yang bisa dikonsumsi sehari-
hari. Fungsinya pun hanya membantu meningkatkan kekebalan.
Konsumsi imunomodulator pada orang normal tidak ada gunanya, karena tubuh
masih bisa menyeimbangkan sistem imun.. Sistem imun tubuh itu, kan, sama
seperti organ tubuh lain, memerlukan energi. Oleh karenanya, agar sistem imun
tubuh baik, gizi pun harus seimbang. Sel-sel kekebalan itu bisa bergerak, butuh
makanan (energi) juga. Jadi, makan cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral. Sama seperti fungsi organ lain.
2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MERENDAHKAN SISTEM KEIMUNAN
Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita. Berikut adalah
faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan kita:
1. Cara hidup yang tidak sihat
2. Kekurangan zat makanan
3. Pencemaran udara atau alam sekitar
4. Keletihan
5. Tekanan dan kerisauan
6. Kurang bersenaman
7. Penggunaan antibiotik yang berlebihan
Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat
jangkitan. Orang yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih,
tidak bersemangat, sentiasa selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai
akan menyebabkan muntah dan mual), luka sukar untuk sembuh, alergi dan
sebagainya. Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh menyebabkan
kecederaan pada sel.
2.6 PENYAKIT AKIBATKAN KETIDAKSEIMBANGAN SISTEM IMUN
Berikut adalah penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan sistem imun:
Penyakit AIDS
Juga dikenali sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang mana
virus HIV menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan manusia, virus tersebut
akan memusnahkan sel otak dan leucocytes dan ia membiak dan berkembang di
limfosit menyebabkan badan manusia hilang keupayaan untuk melawan penyakit.
Pesakit akan lemah dan terdedah kepada pelbagai penyakit berjangkit seperti
tuberkulosis pulmonari, kandidiasis, kayap, manakala enteritis, pneumonia,
cephalitis dan lain-lain yang disebabkan oleh mikroorganisma patogenik yang luar
biasa.
Penyakit Autoimunitas
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan
jaringan sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau imunitas
diperantarai sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh
membuat antibodi yang menghancurkan insulin sehingga tubuh penderita tidak bisa
membuat gula. Pada myasthenia gravis, sistem imun membuat antibodi yang
menyerang jaringan normal seperti neuromuscular dan menyebabkan paralisis dan
lemah. Pada demam rheumatik, antibodi menyerang jantung dan bisa
menyebabkan kerusakan jantung permanen. Pada Lupus Erythematosus sistemik,
biasa disebut lupus, antibodi menyerang berbagai jaringan yang berbeda,
menyebabkan gejala yang menyebar.
Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap antigen.
Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi terbagi atas 2 jenus
yaitu:reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda.
Reaksi alergi langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi ini
disebabkan oleh prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang terkena antigen.
Antibodi IgE tertempel pada sel Mast,leukosit yang memiliki senyawa histamin. Sel
mAst banyak terdapat pada paru-paru sehingga saat antibodi IgE menempel pada
sel Mast, Histamin dikeluarkan dan menyebabkan bersin-bersin dan mata berair.
Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim adalah
saat makrofag tidak dapat menelan antigen atau menghancurkannya. Akhirnya
Limfosit T segera memicu pembengkakan pada jaringan.
Untuk mempunyai sistem imun yang sempurna untuk menentang virus dan bakteri,
kita perlu mempunyai syarat tertentu seperti berikut:
1. Nutrisi Yang Sempurna
Setiap hidangan mesti mempunyai berbagai zat yang lengkap, tidak memilih
makanan, tidak berlebihan serta meliputi nutrien asas seperti karbohidrat, protein,
vitamin, mineral, air, fiber, lemak dan sebagainya.
2. Olah raga Yang Sesuai
Olah raga dapat meningkatkan ketahanan asalkanbermasa panjang (15 menitt ke
atas), olah raga ini dapat menyalurkan oksigen yang segar kepada organ dan tisu
dalam badan kita. Olah raga merujuk kepada joging, berenang, berjalan, berbasikal,
melompat, yoga dan sebagainya, yang mana ia dapat menggalakkan peredaran
darah, menguatkan fungsi kardiovaskular dan meningkatkan sistem imun badan.
3. Sentiasa Gembira dan Bijak Menangani Tekanan
Tekanan psikologi dan kegelisahan dalam tempo yang panjang boleh mengganggu
sistem keimunan badan dan tidak baik untuk kesihatan. Apabila otak berada dalam
keadaan tertekan, ia menghasilkan sejenis hormon kortisol. Jika hormon ini
berlebihan, ia memberi kesan yang negatif dan mengganggu sistem keimunan kita.
4. Pengambilan Nutrisi Yang Mencukupi
Kesibukan menyebabkan ramai yang menjadikan makanan yang telah diproses
sebagai pilihan, yang mana mempunyai kandungan nutrient yang telah hilang.
Nutrien dan sistem imun mempunyai hubung kait. Oleh itu, adalah penting untuk
kita mengambilkan nutrien yang meningkatkan keimunan kita.
Protein: Pengambilan protein yang mencukupi dalam pemakanan harian kita
amatlah penting kerana protein adalah nutrien penting yang diperlukan untuk
penghasilan imunoglobulin dan pelbagai antibodi. Ini kerana protein terdiri daripada
22 jenis asid amino yang berlainan, 8 jenis daripadanya ialah keperluan badan
manusia, badan manusia tidak dapat memprosesnya dan harus mengambilnya
badan anda dengan protein yang mencukupi dan berkualiti seperti: daging, ikan,
telur dan kekacang.
Vitamin dan mineral: Membekalkan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh
badan seperti Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Zink, Besi, Selenium dan sebagainya.
Lingzhi: Lingzhi mengandungi polisakarida, kompaun triterpene, germanium,
protein, unsur selenium dan sebagainya yang dapat membantu menentang kanser
dan melaraskan sistem imun. Lingzhi kaya dengan germanium yang dapat
meningkatkan penyerapan oksigen dalam darah, mempercepatkan metabolisme
dan meningkatkan tahap imun badan manusia. Kompaun Triterpene ialah organik
kompaun semula jadi yang dapat memperbaiki alergi dan keradangan. Polisakarida
yang mengandungi bahan pencegah kanser dapat mempercepatkan pertumbuhan
antibodi, menguatkan sistem imun dan daya tahan badan untuk membantu
mencegah pertumbuhan tumor dan penyakit kanker.
Teh Hijau: Teh hijau mempunyai kandungan antioksidan seperti Flavonoid dan
catechin. Oleh itu, ia dapat membantu meningkatkan sistem imun kita. Ahli sains
menemui theanine di dalam daun teh yang dapat membantu sel imun badan
menentang bakteria dan virus.
Aloe Vera: Tumbuh di kawasan panas dan kering, aloe vera mempunyai ketahanan
terhadap cuaca yang tinggi. Ia boleh menyejukkan badan dan mengeluarkan toksin,
menyembuhkan keradangan dan menentang bakteria serta meningkatkan daya
ketahanan tubuh. Aloe vera mempunyai pelbagai zat aktif seperti asid amino, unsur
mikro, vitamin dan sebagainya, khasnya unsur germanium dan sebagainya yang
terkandung dalam unsur mikro yang dapat membantu badan mengeluarkan bahan
toksin, memulihkan tisu yang luka dan meningkatkan sistem imun badan dengan
cepat.
2.7 ANTIGEN
Antigen ialah suatu zat yang bila diberikan secara parenteral ke dalam tubuh
akan merangsang pembentukan antibodi yang akan bereaksi secara khas dan dapat
diamati.

2.7.1 Determinan antigen


Untuk menjadi suatu antigen, sesuatu zat harus memiliki sejumlah sifat-sifat
tertentu.
Sifat asing
Hanya antigen yang bersifat asing terhadap suatu individu akan merangsang suatu
respon imun. Suatu individu dalam keadaan normal tidak akan memberikan respons
imun terhadap antigen tubuhnnya sendiri.
Keantigenan suatu zat berkaitan dengan derajat keasingannya. Penyuntikan sel
darah merah domba atau ekstrak jaringan ginjal tikus kepada seekor kelinci akan
merangsang pembentukan antibodi. Tetapi penyuntikan sel darah merah kelinci
atau ekstrak jaringan ginjal terhadap kelinci yang sama tidak akan merangsang
pembentukan antibodi.
Ukuran
Keantigenan berkaitan dengan ukuran molekulnya. Molekul yang sangat besar
misalnya hemosianin (Berat Molekulnya 6,75 juta ) bersifas sangat antigenik.
Biasanya suatu antigen mempunnyai berat molekul 10.000 atau lebih.
Tergantung dari ukuran antigen dan kemampuan merangsang pembentukan
antibodi antigen-antigen dapat dibagi menjadi :
Antigen lengkap
Antigen tidak lengkap/sebagian
Antigen lengkap: Dapat merangsang pembentukan antibodi dan menyebabkan
reaksi khas dan dapat diamati dengan antibodi yang terbentuk contohnya protein,
polisakarida dan lain-lain.
Antigen tidak lengkap (juga disebut hapten): Hapten ialah zat-zat yang tidak dapat
merangsang pembentukan antibodi sendiri, tetapi dapat bereaksi secara khas
dengan antibodi, contohnya lipid, asam nukleat, sulfonamida, penisilin dan lain-
lain.golongan ini penting dalam klinik karena dapat terjadi sejumlah reaksi
hipersensitivitas sebagai komplikasi pemberian obat-obatan. Hapten dapat dibagi
dalam 2 jenis:
Hapten rumit
Hapten sederhana
Hapten rumit
Merupakan zat-zat yang berat molekulnya relatif tinggi dan dapat mengadakan
presipitasi dengan antibiotik yang khas misalnya antigen Wassermann (kardiolipit),
polisakarida (zat Cstreptokokus) dan asam nukleat.
Hapten sederhana:
Berat molekulnya relatif sederhana dan tidak dapat mengadakan presipitasi dengan
antibodi yang khas misalnya pikrat klorida, asam tartrat, asam para aminobenzoat.
Zat-zat semacam ini jika terkena tangan, terisap melalui pernafasan atau disuntikan
dapat membentuk senyawaan dengan protein plasma sehingga menjadi gabungan
hapten asing dan menyebabkan sensitisasi.

Sifat kimiawi:
Sebagai besar antigen yang ada berupa protein dan polisakarida. Tetapi tidak
semua protein bersifat antigenik, gelatin misalnya merupakan salah satu
perkecualian. Gugus aromatik harus ada supaya bersifat antigen. Gelatin tidak
bersifat antigenik sebab tidak mempunyai gugus aromatik.
Kepekaan terhadap enzim-enzim jaringan:
Hanya zat-zat yang dimetabolisasikan dan peka terhadap enzim-enzim jaringan
tdak bersifat antigenik misalnya lateks polistiren. Asam D amino yang tidak di
metabolisasikan bi dalam tidak bersifat antigenik. Polipeptiida yang tersusun dari
asam L amino bersifat antigenik.
Kekhasan antigen:
Suatu molekul antigen ada tempat-tempat aktif pada daerah tertentu. Tempat-
tempat ini disebut determinan antigen. Bagian lainya molekul antigen bersift
lembam(INERT). Pada reaksi antigen-antibodi, molekul antigen akan bereaksi khas
pada tempat detrminan dengan gugus pasanganya pada molekul antibodi,misalnya
kekhasan antigenik pada kelompok Lancefield pada Streptoccoccus pyogenes type
A tergantung pada adanya N. Asetilglukosamin pada rantai samping kerangka
ramnosa.
Kekhasan spesies:
Jaringan dari semua individu pada suatu spesies mengandung antigen yang spesies.
Hal ini berguna untuk :
Melacak hubungan evolusi
Pada kedokteran kehakiman dipakai untuk mengidentifikasi spesies dari daerah dan
bercak- bercak cairan seperma
Isospesifisitas
Isoangen ialah antigen yang ditemukan pada beberapa anggota dari suatu spesies
misalnya :
Antigen eritrosit manusia yang dipakai untuk mengklompokkan golongan darah
manusia.
Antigen hitokompatibilitas: HL-A (human leucocyte antigen sistem). Dipergunakan
pada transplantasi jaringan dari suatu individu kepada individu lain.
Auto spesifisitas:
Sejumlah antigen dapat bekerja sebagai auto antigen, misalnya protein lensa mata,
tiroglobulin dan lain-lain. Dalam keadan tertentu misalnya terluka, terinfeksi atau
pada pemberian obat-obatan, jaringan berubah molekul-molekulnya sehinga
menjadi asing bagi tubuh individu tersebut dan merangsaang pembuatan antibodi.
Spesifisitas organ
Sifat ini terbatas pada organ atau jaringan suatu spesies. Jika mereka sangat
terbatas pada suatu organ, hal ini disebut khas organ misalnyatiroglobuin, proten
lensa mata otak, susunan tulang belakang dan kelenjar adrenal suatu apesies
mempunyai spesifisitas yang mirip dengan organ yang sama pada spesies lain.
Spesifisitas heterogenik (hetrofil)
Ditemukan pada sejumlah binatang dan mikrooganisme yang sekelompok. Contoh-
contohnya ialah:
Antigen forsmann ditemukan pada jaringan marmut, kucing, kuda, domba, kuman,
rikettsia
Reaksi Weil felik pada demam tikus
Reaksi Paul Bunnel pada mononucleosis infectiosa
Uji aglutinasi dingin pada pneumoni atipik primer (primary atypical pneumonia)
2.8 ANTIBODI IMUNOLOGLOBULIN
Antibodi didefinisikan sebagai suatu zat cair ( - globulin) yang dibuat
sebagai respon terhhadap rangsangan antigen. Ia bekerja sebagai zat perlindungan
terhadap organisme tertentu. Antibodi ditentukan di dalam serum, getah bening
dan cairan tubuh lainya. Serum yang mengandung kadar antibodi tinggi sesudah
infeksi atau imunisasi disebut serum imun. Sifat-sifat antibodi:
Merupakan suatu protein
Terbentuk sebagai respon terhadap rangsangan antigen
Bereaksi khas dengan antigen yang cocok dengannya dan hasil reaksinya mudah
diamati
Secara kimiawi molekul antibodi sulit dibedakan dengan gama globulin biasa.
Globulin merupakan suatu campuran yang rumit dari molekul-molekul protein yang
mirip satu sama lain.
IMUNOGLOBULIN: Sebagai batas imunoglobulin ialah protein yang berasal dari
hewan yang memiliki aktivitas sebagai antibodi, termasuk juga protein-protein lain
yang struktur kimiawinya mirip dengannya
Imunoglobulin dibuat oleh elpplasma dan juga oleh linfosit. Imunoglobulin
merupakan 20 sampai 25% dari seluruh protein serum. Istilah imunoglobulin
bedasarkan konsep struktural dan kimiawi, sedangkan istilah antibodi berdasarkan
konsep biologis dan fungsional. Semua antibodi merupakan imunoglobulin, tetapi
tdak semua imunoglobulin bersifat sebagai antibodi.
Bedasarkan ukuranya,kandungan karbonhidrat dan analisis asam aminonya, telah
ditetapkan lima kelompok imunoglobulin yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
2.8.1 Struktur Imuoglobulin:
Imunoglobulin adalah glikoprotein,tiap molekulnya mempunyai dua pasang rantai
polipeptida yang ukurannya berbeda terikat oleh ikatan disulfide (S-S). Rantai
pendek disebut rantai ringan (light = L) dan rantai panjang disebut rantai berat
(heavy = H). Berat molekul rantai L ialah 25.000 sedangkan rantai H 50.000. Rantai
L menempel pada rantai H oleh ikatan disulfide. Kedua rantai H diikat oleh 1-5
ikatan S-S tergantung jenis kelas immunoglobulin tersebut. Secara structural dan
antigenic rantai H berbeda untuk tiap-tiap kelas.
Kelas-kelas immunoglobulin
IgG merupakan bagian terbesar immunoglobulin serum. Berat molekulnya 150.000
dan angka sedimentasinya 7S. Distribusinya merata pada ruang intravaskuler dan
ekstravaskuler. Waktu paruhnya 23 hari. Bentuknya serupa lingkaran dan
panjangnya 250-300 A. Konsentrasinya didalam serum normal adalah 5-16 mg/ml.
IgG berperan pada berbagai reaksi imunologis seperti presipitasi, pengikatan
komplemen, netralisasi toksin dan virus.
Sifat-sifatnya dapat dilihat pada table berikut:

No. Sifat-sifat IgG1 IgG2 IgG3 IgG4


1. Pengikatan komplement
+ + + +
2. Pengikatan makrofag
+ + + +
3. Pengikatan jaringan heterogen
+ - + +
4. Hambatan pengikatan IgE
- - - +
5. Melewati plasenta + + - +

Ada 4 kelas IgG yang telah ditemukan yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4. Tiap-tiap jenis
ini mempunyai jenis rantai gama yang berbeda yang dapat dibedakan dengan
antiserum khusus.
IgA
IgA adalah gama atau beta globulin yang dapat bergerak cepat, merupakan 10%
globulin serum. Kadar normalnya di dalam serum ialah 0,6-4,2 mg/ml. Waktu
paruhnya 6-8 hari. Berat molekulnya 160.000 dengan angka sendimentasi 7S.
Terdapat dalam konsentrasi tinggi pada kolostrum, air mata, cairan empedu, air liur
serta secret saluran pencernaan dan hidung. Jumlahnya akan sangat meningkat
pada kasus myeloma multiple. Tidak dapat melewati plasenta. IgA tidak mengikat
komplemen tetapi secara aktif mengubah jalur reaksi complement. IgA mengikat
fagositosit dan penghancuran mikroorganisme di dalam sel.
IgA yang terdapat di dalam secret mengandung unit struktur tambahan yang
disebut bagian transport (T) atau sekretori (S). Bagian T dibuat di dalam sel epitel
kelenjar, usus dan saluran pernafasan. Bagian ini melekat pada molekul IgA selama
pengangkutannya melalui sel. Bagian T mengikatkan dua molekul IgA pada bagian
Fc. Juga dapat ditemukan rantai J pada IgA. Rantai J ini dibuat oleh sel limfoid.
IgM
Juga disebut sebagai macroglobulin yang merupakan 5%-10% dari seluruh serum
globulin (kadarnya di dalam serum 0,5-2 mg/ml). Waktu paruhnya 10 haril. Berat
molekulnya 900.000-1.000.000 dengan angka sendimentasi 19S. Sebagian besar
IgM berada di dalam pembuluh darah (intravaskuler). Sering ditemukan bentuk
polimer dengan rantai J. Bentuknya merupakan bulatan. IgM terbentuk lebih dini
pada respon primer, sedangkan IgG dibuat lebih belakangan. Waktu paruhnya 5
hari. Tidak dapat melewati plasenta. IgM lebih efisien bekerja pada reaksi aglutinasi,
reaksi sitolisis dan sitotoksik. Pada septikemia sering ditemukan difisiensi IgM.
IgD
Konsentrasinya di dalam serum ialah 0,03 mg/ml. Sebagian besar berada
intravaskuler. Waktu paruhnya 3 hari. Fungsinya tidak diketahui dengan jelas.
IgE
Merupakan antibody reaginik yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe
cepat.
Berat molekulnya 190.000 dan angka sedimentasinya 8S. Waktu paruhnya 2 hari.
Dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada 56C selama 1 jam. Mempunyai
afinitas terhadap sel-sel jaringan (terutama mast-cell) pada spesies yang sama.
Menjadi perantara pada reaksi Prausnitz-Kustner. Tidak dapat melewati plasenta
atau mengikat komplemen. Sebagian besar berada intravaskuler. Dalam keadaan
normal, kadarnya di dalam serum sangat kecil. Pada keadaan atopic seperti asma,
demam jerami (hayfever) atau eksim kadarnya akan meningkat, demikian pula
pada anak-anak yang mengidap infeksi cacing.
2.9 REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI
Reaksi Antigen antibody sangat berguna untuk menegakkan diagnosis laboratorium
berbagai penyakit dan untuk mengidentifikasikan mikroorganisme penyebab infeksi
pada survey epidemiologis. Reaksi antigen antibody in vitro disebut reaksi serologis.
Gambaran reaksi antigen antibody:
Reaksi ini bersifat sangat spesifik
Seluruh molekul bereaksi, bukan hanya fragmennya
Tidak terjadi denaturasi antigen atau antibody selama terjadinya infeksi
Ikatan ini terjadi pada permukaan antigen sebab permukaan antigenlah yang
bersifat imunologis.
Ikatan yang terjadi bersifat kokoh tetapi reversibel. Daya ikatan ini dipengaruhi oleh
sifat afinitas dan aviditas. Afinitas ialah intensitas daya tarik antara molekul-molekul
antigen dan antibody. Aviditas ialah kekuatan ikatan sesudah terjadi pembentukan
kompleks antigen antibody.
Baik antigen maupun antibody keduanya berperan pada pembentukan aglutinasi
atau presipitasi.
Antigen dan antibody dapat berikatan dalam proporsi yang beraneka ragam.
Perbandingan efisiensi kelas-kelas Imunoglobulin pada berbagai jenis reaksi
serologis
Reaksi IgG IgM IgA
Presipitasi Kuat Lemah Variabel
Aglutinasi Lemah Kuat Sedang
Pengikatan komplemen Lemah Kuat Negatif
Lisis Lemah Kuat Negatif

PRESIPITASI
Jika antigen terlarut bergabung dengan antibodinya dalam lingkungan yang
mengandung elektrolit (NaCl) pada suhu dan pH yang cocok, maka gabungan
antigen ini menjadi presipitat yang tidak dapat larut.

Penggunaan reaksi presipitasi


Penentuan jenis kuman, misalnya mendeteksi adanya zat polisakarida khas
kelompok pada streptokokus menurut lancefield dll.
Identifikasi unsur antigenic pada kuman di dalam jaringan binatang yang terinfeksi
misalnya uji ascoli pada diagnosis penyakit antraks.
Pembakuan toksin dan antitoksin
Mencari antibody di dalam serum misalnya reaksi kahn untuk membantu
menegakkan diagnosis sifilis.
Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah, serum,dll.

HIPOTESIS PEMBENTUKAN JALA: Antigen bervalensi banyak yang bergabung dengan


antibody bervalensi dua dalam perbandingan yang beraneka ragam bereaksi di
dalam campuran dan hasilnya tergantung dari perbandingan di dalam campuran
tersebut. Presipitasi terjadi bila terbentuk jala yang cukup besar dengan formasi
molekul antigen dan antibody berselang-seling. Hal ini hanya mungkin terjadi pada
daerah keseimbangan. Pada daerah kelebihan antigen dan antibody pembentukan
jala tidak meluas sebab valensi antigen dan antibody sudah jenuh.

2.9.1 Presipitasi :
Jika antigen terlarut bergabung dengan antibodinya dalam lingkungan yang
mengandung elektrolit ( NaCl ) pada suhu dan pH yang cocok, maka gabungan
antigen antibodi ini menjadi presipitat yang tidak dapat larut.
Penggunaan reaksi presipitasi :
Menentukan jenis kuman
Identifikasi unsur antigenik pada kuman di dalam jaringan binatang yang terinfeksi
Pembakuan toksin dan antitoksin
Mencari antibodi di dalam serum
Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah, serum dll.
HIPOTESIS PEMBENTUKAN JALA :
Antigen bervalensi banyak yang bergabung dengan antibodi bervalensi dua
dalam perbandingan yang beraneka ragam bereaksi di dalam campuran dan
hasilnya tergantung dari perbandingan di dalam campuran tersebut. Presipitasi
terjadi bila terbentuk jala yang besar dengan formasi molekul antigen dan antibodi
berselang-seling. Mungkin terjadi pada daerah keseimbangan. Daerah kelebihan
antigen dan antibodi pembentukan jala tidak meluas sebab valensi antigen antibodi
sudah jenuh.
Cara melakukan reaksi presipitasi :
Uji cincin :
Uji ini sangat sederhana untuk mendeteksi adanya antigen. Antigen di alirkan
melalui tepi tabung kecil yang telah berisi serum sehingga membentuk dua lapisan.
Reaksi smpai terlihat berupa zona putih pada batas antara kedua cairan antigen
dan serum yang berisi antibodi tadi.
Cara gelas atas :
Jika setetes antigen dan setetes antibodi di reaksikan pada sebuah gelas alas lalu di
aduk dan di goyang-goyangkan maka akan terlihat suatu flokulasi
( penggumpalan ), misalnya pada uji VDRL untuk membantu diagnosis sifilis.
Uji tabung reaksi :
Uji Khan untuk membantu diagnosis sifilis merupakan salah satu contoh reaksi
flokulasi di dalam tabung reaksi.
Cara difusi dalam jel :
Antigen dan antibodi dapat di bandingkan untuk menentukan determinan yang
sesuai.
Contoh difusi dalam jel :
Difusi tunggal satu dimensi
Difusi ganda satu dimensi
Difusi tunggal dua dimensi ( imunodifusi radial )
Difusi ganda dua dimensi
Imunoelektroforesis
Elektroforesis radioimun
REAKSI AGLUTINASI
Jika suatu partikel dicampurkan dengan antibodi di dalam elektrolit pada suhu
dan pH yang cocok, partikel ini akan di gumpalkan atau di aglutinasikan. Cara ini
lebih peka dari pada cara presipitasi dalam mendeteksi suatu antibodi.
Cara melakukan uji aglutinasi :
Uji aglutinasi langsung :
Mikroaglutinasi
Dikerjakan pada sebuah gelas alas bersih dengan mencampurkan satu tetes serum
anti dengan satu tetes suspensi antigen. Reaksi ini akan segera terjadi,
dipergunakan untuk mendeteksi antigen kuman, penentuan golongan dan tipe
darah dll.

2. Makroaglutinasi
Dikerjakan sebagai uji kuantitatif untuk menghitung titer antibody dan untuk
memastikan hasil mikroaglutinasi. Dibawah ini diuraikan jenis-jenis aglutinasi yang
terlihat pada antigen kuman:
Jenis aglutinasi flagel atau H yang tampak jika suatu suspensi kuman bergerak
yang diberi formalin dicampurkan dengan serum anti. Terjadi flokulasi atau
gumpalan seperti salju. Aglutinasi ini akan terjadi setelah pengeraman selama 2
sampai 4 jam pada 52 C.
Aglutinasi jenis somatik atau O terjadi apabila suatu suspensi kuman yang
dimatikan dengan pemanasan atau diolah dengan alkohol dicampur dengan serum
anti homolog. Aglutinasi yang terjadi bersifat padat dengan butiran-butiran halus.
Reaksi ini terjadi dalam waktu 18 sampai 24 jam sesudah pengeraman pada 37 C.
Aglutinasi Vi mirip dengan aglutinasi O dan terjadi perlahan-lahan pada 37 C.
Uji aglutinasi tak langsung atau pasif :
Dewasa ini partikel-partikel lembam seperti lateks, bentonit atau sel darah merah
telah banyak dipakai sebagai pembantu antigen. Cara ini lebih peka. Partikel lateks
terutama dipergunakan untuk menunjukkan adanya faktor Rematoid.
Suatu uji hemaglutinasi pasif jenis khusus ialah uji Rose-Waaler. Pada penderita
artritis rematoid, auto antibodi penderita (faktor RA) muncul di dalam serum dan
bekerja sebagai antibodi terhadap gama globulin. Faktor RA dapat mengumpulkan
sel darah merah yang dilapisi oleh globulin. Antigen yang dipergunakan disini ialah
suspensi sel darah merah domba yang disensitisasikan dengan dosis subaglutinasi
anti eritrosit domba dari kelinci (amboseptor).
Uji Coomb: Dipergunakan untuk mendeteksi adanya antibodi tak lengkap
(antibodi anti Rh non aglutinasi), antigen brucella, Shigella dan Salmonella.
Serum yang mengandung antibodi anti Rh tak lengkap dicampurkan dengan sel-
sel Rh positif. Globulin antibodi melapisi permukaan eritrosit. Eritrosit yang dilapisi
globulin antibodi dicuci supaya bebas dari protein-protein yang tidak melekat
padanya, lalu diolah dengan serum anti kelinci terhadap gama globulin manusia
(serum Coomb). Sel-sel ini akan diaglutinasikan. Inilah dasar dari UJI COOMB.
Uji peningkatan komplemen (Complement fixation test atau CFT): Cara ini sangat
peka dan dapat mendeteksi 0,04 g nitrogen antibodi dan 0,1 g antigen. Cara ini
dipergunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit:
Penyakit-penyakit oleh kuman misalnya gonore, bruselosis.
Penyakit-penyakit spiroketa misalnya sifilis (reaksi Wassermann) dan lain-lain.
Penyakit-penyakit oleh rickettsia misalnya demam tifus.
Penyakit-penyakit oleh Chlamydia misalnya Lymphogranuloma venereum.
Penyakit-penyakit parasit misalnya Kala azar, kista hidatid, amubiasis.
Dasarnya :
Kemampuan kompleks antigen antibodi mengikat komplemen.
Caranya :
Serum penderita dipanaskan pada 56 C selama 30 menit untuk merusak
komplemen yang terkandung di dalam serum itu sendiri. Serum penderita,
komplemen (serum marmot) dan antigen dieramkan pada 37 C selama 1 jam. Lalu
dimasukkan sel darah merah domba yang disensitisasikan sebagai sistem indikator.
Seluruh campuran ini dieramkan lagi pada 37 C selama 1 jam.
Penafsiran :
Jika komplemen sudah terpakai habis, tidak akan terjadi hemolisis. Hal ini berarti
bahwa telah terjadi reaksi antara antigen dan antibodi dan hasilnya dinyatakan
positif.
Jika sel darah merah yang disensitisasikan dilisiskan, berarti komplemen tidak
terikat dan hasilnya dinyatakan negatif.
Uji netralisasi :
Antibodi khas dapat menetralkan efek biologis virus, toksin dan enzim.
Netralisasi virus : Jika virus dicampurkan dengan serum imun akan kehilangan
kemampuan untuk mengidentifikasikan pejamu baru misalnya vaksinia, influenza
dan poliomielitis. Netralisasi dapat dihitung pada :
Selaput korio alantois janin ayam (pembentukan pocks)
Menghitung plaque pada biakan jaringan selapis.
Netralisasi toksin : toksisitas endotoksin tidak dapat dinetralkan dengan serum anti,
tetapi eksotoksin kuman merupakan antigen kuat yang dapat merangsang
pembentukan antibodi (antitoksin). Antibodi ini dapat melindungi seseorang dari
penyakit-penyakit seperti difteri dan tetanus. Uji schick didasarkan atas
kemampuan antibodi yang beredar untuk menetralkan toksin difteri. Uji anti
streptolisin O (ASO) menetralkan aktivitas hemolisis toksin karena adanya
antitoksi pada serum penderita.
Opsonisasi : Merupakan suatu reaksi serologis lain yang menyebabkan kuman lebih
peka terhadap fagositosis. Zat yang ada di dalam serum yang meningkatkan
fagositosis disebut opsonin.
Indeks opsinin ialah perbandingan aktivitas fagositosis darah normal. Indeks
opsonin diukur dengan mengeramkan darah sitrat agar dengan suspensi kuman
pada 37 C selama 15 menit. Lalu jumlah kuman yang difagosit tiap lekosit dihitung
pada sediaan hapus darah yang telah diwarnai.
Uji perlekatan imun (Treponema pallidum):
Jika suatu suspensi spiroketa hidup diolah dengan antibodi khas dan
komplemen. Spiroketa ini akan saling melekat. Uji ini dipakai untuk
mengidentifikasikan spiroketa. Reaksi perlekatan ini juga terjadi pada protozoa,
microfilaria dan kuman lain.
Imunoflouresensi: Flouresensi ialah sifat penyerapan berkas sinar suatu
panjang gelombang lain. Reaksi serologis yang menggunakan serum anti berlabel
dipergunakan untuk mendeteksi sejumlah kecil antigen atau antibodi aktif. Cara ini
hanya cocok untuk reaksi kualitatif. Cara antibodi fluoresensi dipergunakan untuk:
Diagnosis serologis cepat sejumlah bakteri
Mendeteksi antibodi antitoksoplasma
Menunjukkan adanya leptospira pada otot manusia dan binatang
Mendeteksi adanya virus di dalam sel.
Sejumlah modifikasi cara antibodi fluoresensi dapat diuraikan seperti di bawah ini:
Cara langsung:
Biasanya dipergunakan untuk mendeteksi antigen dengan menggunakan satu tahap
antibodi berlabel zat berfluoresensi.
Cara tak langsung:
Dipergunakan dengan cara menuangi sediaan antigen pada gelas alas dengan
serum tak berlabel. Sediaan ini lalu di cuci bersih dan diberi gamaglobulin terhadap
serum manusia yang berlabel zat berfluoresensi.
Cara Sandwitch
Dipergunakan untuk mendeteksi antibodi di dalam jaringan. Irisan jaringan diberi
larutan encer antigen. Sesudah dicuci (untuk menghilangkan kelebihan antigen),
irisan ini diberi antibodi berlapis fluoresensi.
Uji mikroskop elektron imun:
Mikroskop elektron imun:
Cara ini berguna untuk mempelajari beberapa virus misalnya virus hepatitis B dan
virus-virus penyebab diare. Partikel-partikel virus dicampur dengan serum anti khas
lalu dilihat di bawah mikroskop elektron. Partikel-partikel virus akan menggumpal.
Uji feritin imun:
Feritin dikonyugasikan dengan antibodi, lalu antibodi berlabel ini bereaksi dengan
antigen dan hasilnya dapat dilihat dibawah mikroskop elektron. Feritin merupakan
zat yang padat elektron yang diperoleh dari limpa kuda.
Sistem imunoenzim:
Beberapa enzim stabil seperti peroksida dapat dikonyugasikan dengan antibodi.
Irisan jaringan yang mengandung antigen yang sesuai diolah dengan serum anti
berlabel peroksidasa. Peroksidasa yang terikat pada antigen dapat diamati di bawah
mikroskop elektron dengan cara mikro-histokimia. Beberapa enzim lain seperti
oksidasa glukosa, fosfatasa dan tirosinasa juga dapat dipakai pada uji imunoenzim
ini.
2.10 FAGOSITOSIS
Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung
partikel padat dengan membran sel dan membentuk fagosom internal. Fagositosis
adalah bentuk spesifik dari endositosis yang melibatkan internalisasi vesikular
terhadap partikel padat, seperti bakteri, dan bentuk lain yang cukup berbeda
dengan fagositosis, yaitu pinositosis, yaitu internalisasi vesikular terhadap berbagai
cairan. Fagositosis bertanggung jawab terhadap akuisisi nutrisi pada beberapa sel,
dan di dalam sistem imunitas, fagositosis adalah mekanisme utama untuk
menghilangkan patogen dan serpihan sel. Bakteri, sel mati jaringan, dan partikel
mineral kecil adalah contoh objek yang akan difagositasi.
Proses ini mirip dengan proses memakan pada tingkat sel tunggal organisme. Di
makhluk multiseluler, proses telah diadaptasi untuk mengeliminasi serpihan dan
patogen.
Fagositosis di sistem imunitas mamalia diaktifkan oleh penempelan Pathogen-
associated moleculer patterns (PAMPS), yang mengaktivasi NF-B. Oposin seperti
C3b dan antibodi bisa beraksi sebagai tempat penempelan dan membantu
fagositosis patogen.
Fagositosis adalah sebuah proses yang aktif dimana patogen yang telah terikat oleh
pencerap, akan diliputi oleh membran makrofaga dengan kontraksi sistem aktin-
miosin, dan masuk ke dalam vesikel yang disebut fagosom. Setelah fagosom
menjadi asam, beberapa lisosom makrofaga akan terinduksi dan membentuk fusi
guna mengeluarkan enzim, protein untuk mendegradasi patogen. Fusi antara
fagosom dan granula makrofaga disebut fagolisosom dengan respon antomikrobial
intraselular. Degradasi bisa dilakukan dengan menggunakan oksigen ataupun tanpa
oksigen
Degradasi menggunakan oksigen bergantung pada NADPH. Hidrogen peroksida dan
myeloperoksidase mengaktifkan sistem berhalogenasi yang memicu penghancuran
bakteri. Beberapa zat yang disekresi di dalam fagolisosom antara lain adalah
hidrogen peroksida (H2O2), anion superoksida (O2-), nitrit oksida (NO). Zat ini
diperoleh dengan bantuan enzim NADPH lysosomal dan enzim lain melalui proses
kimiawi yang disebut respiratory burst yang disertai peningkatan konsumsi oksigen
dalam rentang waktu yang sangat singkat.[1]
Degradasi tanpa oksigen bergantung pada pelepasan granula, berisi enzim
proteolitik seperti defensin, lisozim, dan protein kationik. Peptida antimikrobial juga
muncul dalam granula ini, termasuk laktoferin yang melepaskan zat besi untuk
menyediakan kondisi yang tidak baik bagi pertumbuhan bakteri.
Di berbagai protista, fagositosis digunakan sebagai cara untuk mencari makan
untuk menyediakan semua kebutuhan nutrisi mereka. Hal ini disebut nutrisi
fagotropik, berbeda dengan nutrisi osmotrofik yang melakukan penyerapan, bukan
fagositosis.
2.11 MEKANISME SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki
pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam
maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya
tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya
tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian.
Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan
serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri
sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda
asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali
maka terjadilah proses pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun
humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody
(Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam
lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa
makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari
berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang)
beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme
pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan
kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar
limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam
pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus,
bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah
putih) dihasilkan oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di
dalam badan antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah.
Dengan begitu, sistem imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman
ataupun substansi lain yang bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan
organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan
mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan
mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika
kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya.
Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit
dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi
limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi
limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B
berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci
keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan
ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga
antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang
merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus,
ataupun sel yang terinfeksi.
Beberapa kasus penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan system
kekebalan tubuh, diantaranya:
Penyakit autoimun dimana sistem imun yang kadangkala salah mengira bagian
tubuh kita sendiri dikenal sebagai benda asing dan menyerang diri kita sendiri.
Biasanya antibodi yang menyerang diri sendiri ini bisa terbentuk karena adanya
rangsangan virus sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan
dapat memberikan kerusakan organ pada tubuh kita. Salah satu contoh penyakit
yang paling nyata yaitu Sistemic Lupus Eryhtematosus (Lupus).
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan,
demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif,
sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-
kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa
muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat
banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih
gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit
LUPUS ini
Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Sistem imun kadang merespons secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu
benda asing sehingga antigen yang masuk ini disebut alergen dan bisa
menumbulkan gejala seperti bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa
menimbulkan reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis.
Berbagai macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim,
pilek alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.
Jumlah antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah CD4. Jika jumlahnya
kurang maka dicurigai seseorang mempunyai penyakit immunocompromized
dimana daya tahan tubuhnya sangat rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang
terkena HIV/AIDS, dan non HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang
terkena kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dll)

DAFTAR RUJUKAN

Guide,Suide,MD,(1990).Mikrobiologi Dasar Ed.3.Jakarta: Binarupa Aksara


Tambayong,Jan,dr,(2000).Mikrobiologi Untuk Keperawatan.Jakarta: Widya Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekebalan
Ishimoto H, Yanagihara K, Araki N, et al. (2008). "Single-cell observation of
phagocytosis by human blood dendritic cells". Jpn. J. Infect Dis.
M.J.Parka, V.A. Stucke.Microbiology for Nursing.(1982).Bailliere Tindall.

Anda mungkin juga menyukai