Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Refleks.............................................................................................................................3
2.2 Gerak Refleks....................................................................................................................................3
2.3 Jenis Gerak Refleks...........................................................................................................................4
2.4 Macam - Macam Gerak Refleks........................................................................................................5
2.5 Lengkung Refleks..............................................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................................................8
3.1 Refleks Fisiologis..............................................................................................................................8
3.2 Dasar Pemeriksaan Refleks...............................................................................................................8
3.3 Jenis Refleks Fisiologis.....................................................................................................................8
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................10
4.2 Saran................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gerak tubuh dapat dibedakan menjadi dua yaitu gerak yang disadari dan gerak yang tidak
disadari. . Otak memberi arahan yang mengatur urutan aktifitas medulla untuk memulai gerakan
bila diperlukan, mengarahkan tubuh ke depan selama terjadi percepatan, untuk mengubah
gerakan dari berjalan menjadi melompat bila diperlukan, dan terus-menerus mengawasi dan
mengatur keseimbangan. Semua hal ini dilakukan melalui sinyal analitis dan parintah yang
dibangkitkan di dalam otak. Tetapi hal ini juga memerlukan banyak sirkuit neuronal pada
medulla spinalis yang merupakan objek perintah. Sirkuit ini mengadakan semua kendali
langsung pada otot tetapi dalam peran yang sedikit.
Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan reflex. Dengan adanya kegiatan
reflex dimungkinkan terjadinya hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ yang
terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan keadaan sekelilingnya. Pada gerak yang
disadari impuls melalui jalan panjang yaitu dari reseptor ke saraf sensorik, di bawa ke otak untuk
selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan, di bawa oleh
saraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Karena sesuatu dan lain
hal, sering terjadi rangsangan yang melalui saraf sensorik tidak sampai di olah di otak. Namun
melalui jalan terpendek untuk segera sampai ke efektor. Peristiwa ini disebut refleks. Gerak yang
ditimbulkan oleh peristiwa refleks disebut gerak refleks. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan control dari otak. Jadi
dapat dikatakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu. Contohnya gerak refleks misalnya berkedip, bersin atau batuk

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan refleks fisiologis ?
2. Bagaimana cara pemeriksaan refleks fisiologis ?
3. Apa saja jenis-jenis refleks fisologis ?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui apa pengertian dari refleks fisiologis.
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan refleks fisiologis.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis refleks fisiologis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Refleks
Refleks merupakan suatu mekanisme respons dalam usaha melindungi tubuh atau mengelak dari
rangsangan yang membahayakan atau mencelakakan. Refleks juga merupakan respons otomatis
terhadap stimulus yang menjalar pada rute lengkung refleks. Respons yang terjadi pada refleks
berlangsung cepat dan tidak disadari oleh yang bersangkutan. Refleks semacam ini merupakan
refleks bawaan yang pusatnya di sumsum tulang belakang. Berdasarkan reaksi yang terjadi dari
suatu refleks, dikenal ada dua macam refleks, yaitu refleks sederhana dan refleks kompleks. a.
Refleks sederhana, bila refleks ini hanya menyertakan efektor tunggal, misalnya kaki menginjak
duri, langsung ditarik. b. Refleks kompleks, bila refleks ini mengikutsertakan banyak efektor.
Misalnya seseorang menginjak duri maka kaki langsung diangkat sambil berteriak kesakitan.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan,
tanpa memerlukan control dari otak. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf
kemudian diterima oleh sel saraf penghubung, tanpa di olah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motorik untuk disampaikan ke efektor yaitu otot/kelenjar. Di samping refleks
bawaan ada pula refleks yang dipelajari, yaitu suatu reaksi tubuh karena latihan secara teratur
dan terus-menerus, sehingga kalau ada rangsangan yang sesuai dengan apa yang dilatih tersebut
reaksinya akan cepat seperti reflex
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam
otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum
tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya
refleks pada lutut. Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung
reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan
saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan
(sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis

2.2 Gerak Refleks


Gerak refleks atau tindakan refleks adalah gerakan spontan dari setiap organ atau bagian tubuh
yang telah menerima stimulus. Hal ini terjadi tanpa kesadaran apapun dan langsung. Refleks
melindungi tubuh dari bahaya. Jadi bagaimana refleks yang terjadi setelah Anda menyentuh
kompor? Di tangan Anda ujung saraf yang mengambil stimulus dan membawanya ke tulang
belakang dan otak. Akhir saraf (dalam hal ini terbakar tangan Anda) disebut neuron sensorik
(juga dikenal sebagai neuron aferen) karena dibutuhkan stimulus – panas ke tangan – ke kolom
tulang belakang dan otak untuk interpretasi. Otak kemudian menafsirkan stimulus dan mengirim
pesan kembali ke otot-otot di tangan oleh neuron motorik (juga disebut neuron eferen). Proses ini
disebut lengkung refleks.

3
2.3 Jenis Gerak Refleks
Jenis gerak refleks akibat adanya otot rangka yang bergerak meliputi:
1.Fleksor,
2.Ekstensor,
3.Alat gerak,
4.Statokinetik.

Jenis gerak refleks yang melibatkan fungsi organ internal meliputi:


1.Pencernaan,
2.Jantung,
3.Ekskresi,
4.Sekresi.

Jenis gerak refleks berdasarkan tingkat kompleksitas neuron (saraf) meliputi:


1.Refleks monosynaptic (atau monosegmental) , yang hanya melibatkan satu segmen dari sistem
saraf pusat,
2.Refleks multisynaptic (atau intersegmental) , yang melibatkan lebih dari satu segmen dari
sistem saraf pusat.
3.Refleks monosynaptic berarti hanya ada satu neuron yang terlibat setiap jalan di jalan ke
sumsum tulang belakang (disebut aferen atau neuron sensorik) dan satu dari sumsum tulang
belakang (disebut eferen atau neuron motorik). Contoh dari refleks monosynaptic adalah patela
(knee jerk) refleks.

Sebuah refleks multisynaptic, karena Anda bisa menebak, lebih kompleks. Dalam bentuk yang
paling sederhana, refleks multisynaptic memiliki lebih dari satu neuron (disebut interneuron)
dalam proses lengkung refleks. Hal ini juga melibatkan lebih dari satu area sistem saraf pusat –
biasanya sumsum tulang belakang dan otak. Contoh dari jenis ini adalah refleks fleksor.
Refleks dapat memiliki rangsang (sering dikenal sebagai memfasilitasi) tindakan atau inhibisi
(melemah dan penekan) aktivitas. Sebagai contoh, kita dapat mempelajari tindakan refleks pada
detak jantung. Refleks rangsang saraf simpatis akan meningkatkan detak jantung. Untuk
menurunkan detak jantung, atau bahkan menghentikan detak jantung, saraf vagus adalah refleks
penghambatan.

4
Refleks regangan merupakan salah satu refleks yang paling sederhana dan monosynaptic. Ini
kontraksi otot yang diregangkan dan memberikan kontribusi untuk menyeimbangkan dan
koordinasi. Sebuah refleks tendon dalam adalah contohnya. Bagaimana cara kerjanya? Ketika
Anda berdiri, lutut menekuk sedikit, dan tanpa refleks tendon dalam yang terletak di sekitar lutut
Anda, Anda bisa jatuh. Refleks yang akan meluruskan lutut Anda dan menjaga Anda berdiri
tegak jika Anda kehilangan keseimbangan. Selain dari lutut, refleks tendon dalam yang terletak
di sepanjang bagian luar siku, dan pada pergelangan tangan dan pergelangan kaki

2.4 Macam - Macam Gerak Refleks


Terdiri dari 4 jenis gerak refleks, yaitu : refleks superficial, reflek tendon atau periosteum, reflek
patologis, dan yang terakhir reflek primittive.Sebenarnya selain dari 4 jeni reflek tersebut masih
ada jenis rflek yang lainnya seperti apraxia, alexia, agraphia, fingdragnisia, disorientasi kiri
kanan, acalculia. Namun disini saya hanya akan membahas mengenai 4 jenis reflek yang sudah
saya diatas, karena 4 jenis reflek tersebut yang sering muncul atau digunakan dalam
pemeriksaan.

1. Refleks Superficial
reflek superficial terdiri dari 3 jenis reflek yaitu:
Reflek dinding perut : jika terjadi geresan baik secara sengaja maupun tidak sengaja pada bagian
dinding perut bagian epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke
medial,maka akan terjadi kontraksi pada dinding perut.
Reflek cremaster : berikan goresan pada paha bagian medial dari atas ke bawah, maka akan
terjadi elevasi testes ipsilateral.
Reflek gluteal : lakukan goresan pada bagian gluteal maka terjadi gerakan reflektorik otot gluteal
ipsilateral.
2. Refleks Tendon/ Refleks Periosteum
Refleks Biceps (BPR) : berikan pukulan pada bagian atas siku dengan posisi tangan setengan
ditekuk, maka respon lengan fleksi lengan pada persendian siku.
Refleks Triceps (TPR) : lakukan ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan ekstensi pada lengan bawah bagian
siku.
Refleks Periosto Radialis : lakukan : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan fleksi pada lengan bawah
pada sendi siku dan supinasi.

5
Refleks Periostoulnaris : jika diberian ketukan pada pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi
lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi, maka akan terjadi gerakan pronasi pada
tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
Refleks Patela (KPR) : berikan ketukan pada daerah tendon patella dengan menggunakan
hammer , maka akan terjadi gerakan plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises
femoris.
Refleks Achilles (APR) : jika dilakukan ketukan pada tendon acilles, maka akan ada gerakan
plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal, maka akan terjadi kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
Refleks Klonus Kaki : posisikan klien dorsofleksi secara maksimal dan posisi tungkai fleksi pada
sendi lutut, maka akan terjadi kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
3. Refleks Patologis
Babinsky : berikan goresan pada telapak kaki dari bagian atas ke bawah, maka akan terjadi :
ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
Rossolimo : brikan pukulan ringan pada telapak kaki, maka akan terjadi fleksi pada jari jari kaki.
Hoffman : jika diberikan goresan pada jari tengah maka akan terjadi gerakan fleksi pada bagian
jari jari.
Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian
ventral menghadap ke atas, maka tidak akan terjadi gerakan fleksi pada sendi siku.
Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan, maka tidak akan terjadi
oposisi pada ibu jari.
mekanisme refleks
4. Refleks Primitif
Sucking Refleks : jika kita berikan sentuhan pada bagian bibir, maka akan muncul gerakan pada
bibir, lidah dan juga rahang seperti bayi waktu menyusu.
Snout Refleks : berikan ketukan pada bibir bagian atas , maka akan terjadi kontraksi otot
disekitar bibir atau di bawah hidung.
Grasps refleks : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan klien, maka akan terjadi respon
mengepal pada tangan.
Palmo Mental Refleks : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar, maka
akan terjadi kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)

6
2.5 Lengkung Refleks
Jarak terpendek yang dilalui impuls untuk gerak refleks disebut lengkung refleks. Aktivitas di
lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau
tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan besarnya potensial generator. Di
sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial pascasinaps eksitatorik dan potensial
pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di saraf tertaut-taut sinaps. Respon yang
kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial
aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap. Di efektor yang berupa otot
polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi di otot polos.
Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk
mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa
hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di susunan saraf pusat, dan aktivitas
di lengkung reflex merupakan aktivitas yang termodifikasi oleh berbagai rangsangan yang
terkumpul (konvergen) di neuron eferen. Semua lengkung refleks terdiri dari komponen yang
sama yaitu :
1. Reseptor adalah ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap rangsangan
misalnya kulit.
2. Neuron aferen (sensorik) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medulla spinalis
yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.
3. Neuron eferen (motorik) : melintas sepanjang akson neuron motorik sampai efektor yang akan
merespon impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer sehingga menghasilkan aksi yang
khas.
4. Alat efektor : dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang merespon,
merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar

7
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Refleks Fisiologis
Refleks fisiologis adalah refleks regang otot (muscle stretch reflex) yang muncul sebagai akibat
rangsangan terhadap tendon atau periosteum atau kadang-kadang terhadap tulang, sendi, fasia
atau aponeurosis. Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks fisiologis.
Pemeriksaan refleks fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya,
dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan,
kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak, nyeri
punggung/pinggang gangguan fungsi otonom. Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis tidak
hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga tingkatannya.

3.2 Dasar Pemeriksaan Refleks


1. Pemeriksaan menggunakan alat refleks hammer.
2. penderita harus berada dalam posisi rileks dan santai. Bagian tubuh yang akan diperiksa harus
dalam posisi sedemikian rupa sehingga gerakan otot nantinya akan terjadi dapat muncul secara
optimal.
3. rangsangan harus diberikan secara cepat dan langsung, pukulan keras harus dalam batas nilai
ambang, tidak perlu terlalu keras.
4. Oleh karena sifat reaksi tergantung pada tonus otot, maka otot yang diperiksa harus dalam
keadaan sedikit kontraksi

3.3 Jenis Refleks Fisiologis


1. refleks biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2. refleks triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3. refleks periosto radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os.symmetric posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.

8
4. refleks periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah
fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.
5. refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon Achilles. Respon : plantar fleksi longlegs karena
kontraksi m.gastroenemius.
6. refleks patella (KPR) : ketukan dengan tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
7. refleks klonus lutut : pegangdan dorong os patella kea rah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8. refleks klonus kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi
lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
9. reflek kornea : dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N
IV & VIII)
10. reflek faring : faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan (N IX &
X)
11. reflek abdominal : menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada
orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.
12. reflek kremaster : menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang
sama naik/kontriksi (L 1-2)
13. reflek anal : menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani (S 3-4-5)
14. reflek bulbo cavernosus : tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan ke dalam anus,
positif bila kontraksi spincter ani (S 3-4/saraf spinal)
15. reflek moro : refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan.
16. reflek babinski : goreskan ujung reflek hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari,
hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal (jari kaki
meregang/aduksi ekstensi).
17. sucking reflek : reflek menghisap pada bayi.
18. grasping reflek : reflek memegang pada bayi.
19. rooting reflek : bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

9
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Refleks merupakan suatu mekanisme respons dalam usaha melindungi tubuh atau mengelak dari
rangsangan yang membahayakan atau mencelakakan. Respons yang terjadi pada refleks
berlangsung cepat dan tidak disadari oleh yang bersangkutan. Refleks semacam ini merupakan
refleks bawaan yang pusatnya di sumsum tulang belakang. Unit dasar setiap kegiatan reflex
terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu
atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf
eferen, dan efektor. Refleks fisiologis adalah refleks regang otot (muscle stretch reflex) yang
muncul sebagai akibat rangsangan terhadap tendon atau periosteum atau kadang-kadang terhadap
tulang, sendi, fasia atau aponeurosis. Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai
refleks fisiologis.

4.2 Saran
Kita perlu mengetahui gerak tubuh apa saja yang mungkin pernah kita lakukan tanpa kita sadari,
terutama kita yang berkecimpung dalam bidang kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA
http://okmi07.heck.in/makalah-tentang-reflek-fisiologis-dan-re.xhtml
http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/05/makalah-refleks-fisiologis-dan.html
http://haerulrachmat.blogspot.co.id/2011/05/laporan-fisiologi-refleks-fisiologis.html
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-106365-Ilmu%20Faal-Sistem%20Gerak
%20Refleks.html http://tintakarya-elnino.blogspot.co.id/2011/08/makalah-gerak-refleks.html
Prawirphartono, Slamet dan Hidayati, Sri.2001.
Sains Biologi.
Jakarta: Bumi Aksara. Sloane, Ethel.2004.
Anatomi Dan Fisiologi untuk pemula.
Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai