Anda di halaman 1dari 5

NAMA : GITA AGUSTINA

NIM : 1420120011

KELAS : 1A KEPERAWATAN

MEKANISME LENGKUNG REFLEKS

Pengertian Gerak Refleks

Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute
yang disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya, denyut
jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu) dan respons somatis (misalnya,
sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut) merupakan kerja refleks.

Lengkung refleks

Unit dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri
atas alat indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih yang umumnya terdapat di pusat integrasi
sentral, neuron eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sninaps) antara neuron somatik
aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk
susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis,
sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion dorsalis atau di ganglion-ganglion homolog
nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis atau melalui nervus cranial
yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis
bersifat motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie.

 Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari komponen yang sama.

a. Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.

b. Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla
spinalis.

c. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.

d. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.

e. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang
merespon.

Sifat Umum Refleks

1. Rangsangan Adekuat

Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan
ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah refleks
menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat melalui
rangsangan raba linier multiple, yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit.
Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang (sementara itu,
ketepatan gerakan kaki yang menggaruk ke tempat yang teriritasi itu merupakan contoh sinyal
local yang baik). Bila rangsangan raba multiple itu terpisah jauh atau tidak dalam satu garis,
rangsangan yang adekuat tidak akan timbul dan tidak terjadi garukan. Lalat merayap, tetapi juga
dapat melompat dari satu tempat ke tempat lain. Lompatan ini memisahkan rangsangan raba
tersebut sehingga tidak terbentuk rangsangan adekuat untuk refleks menggaruk.
2. Jalur Bersama Akhir

Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian eferen
dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot
pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dank arena itu dinamakan
jalur bersama akhir (final common path). Sejumlah besar masukan impuls bertemu di tempat
tersebut. Memang, permukaan neuron motorik dan dendritnya rata-rata menampung sekitar
10.000 simpul sinaps. Sedikitnya terdapat lima masukan dari segmen spinal yang sama untuk
neuron motorik spinal tertentu. Di samping yang umumnya dipancarkan melalui interneuron,
dari berbagai bagian medulla spinalis lain dan traktus descendens yang panjang dan multipel dari
otak. Seluruh jaras ini berkumpul dan menentukan aktivitas jalur bersama akhir.

3. Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral

Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan
keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan pengaruh inhibisi
atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral kuat, impuls eksitasi tidak saja menyebar ke
berbagai daerah somatic medulla spinalis melainkan juga ke daerah otonom. Pada orang yang
mengalami paraplegia kronis, misalnya, rangsangan noksius yang lemah dapat menimbulkan
refleks kencing, defekasi, berkeringat, dan tekanan darah yang fluktuatif.

Proses Terjadinya Gerak Refleks

Aktivitas di lengkung refleks dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor


yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial
aksi yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan
besarnya potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial
pascasinaps eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di saraf
tertaut-taut sinaps. Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang bersifat
gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap.
Di efektor yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan
potensial aksi di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut
selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.

Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan aktivitas yang termodifikasi
oleh berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen.

Gambar Lengkung refleks

Macam-macam Refleks

 Refleks tendon biceps brachii C5-6

Fleksi sendi siku ketika mengetuk tendon biceps

 Refleks tendon triceps C6-7 dan C8

Ekstensi sendi siku ketika mengetuk tendon triceps

 Refleks tendon brachioradialis C5-6 dan 7

Supinasi articulatio radioulnaris ketika mengetuk insersio tendon brachioradialis.

 Refleks abdominalis superficialis


Kontraksi otot-otot abdomen di bawah kulit yang digores. Kulit abdomen atas T6-T7,
kulit abdomen tengah T8-T9, kulit abdomen bawah T10-T12.

 Refleks tendon patella (knee jerk) L2,L3 dan L4

Ekstensi sendi lutut ketika mengetuk tendon patella.

 Refleks tendon Achilles (ankle jerk) S1 dan S2

Plantarfleksi sendi tumit ketika mengetuk tendon achilles tendo calcaneus.

Anda mungkin juga menyukai