Anda di halaman 1dari 16

FISIOLOGI PERELIAKU KONTROL GERAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Fisiologi Perilaku


Dosen Pengampu: Ners. Kholis Khoirul Huda, M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH:
ALDINA RILANDA 2031060462
DWI WULANDARI 2031060271
FEBRY WILLY DAHLAN SYAFRUDIN 2031060359
MUHAMMAD ARVIN NUR AZHARI 2031060094

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Kontrol Gerak”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan teman-teman yang telah memberi dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Perilaku. Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa kelancaran penulisan makalah adalah berkat
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan makalah ini.

kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan pembaca.

Bandar Lampung, 10 maret 2022

Kelompok 5
BAB 1...........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB 2...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................3
BAB 3...........................................................................................................................................................3
PENUTUP.....................................................................................................................................................3
A. Kesimpulan......................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mekanisme khusus dan karakteristik tubuh manusia berada di luar kendali kita. Misalnya, rasa haus
dan lapar membuat kita mencari air dan makanan, dan ketika kita merasa kedinginan, kita mencari
kehangatan dan tempat berteduh. Manusia sebenarnya bergerak secara otomatis. Kami memiliki emosi,
pikiran dan pengetahuan. Ini adalah serangkaian kehidupan yang memungkinkan Anda untuk hidup
secara otomatis dalam situasi yang berbeda. Dalam kasus manusia, sekelompok sel dengan fungsi khusus
seperti sistem pencernaan yang mencerna dan menyerap makanan, dan sistem pernapasan yang
mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Fungsi masing-masing sistem berperan dalam
fungsi seluruh tubuh.

Gerak dapat terjadi secara sadar dan tak sadar. Gerak yang terjadi secara sadar disebut gerak sadar
(gerak biasa) dan gerak yang terjadi tanpa disadari disebut gerak refleks. Sistem saraf pusat terdiri dari
otak dari sumsum tulang belakang. Otak dibedakan atas 3 daerah, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang menyusun batang otak. Pada otak depan, bagian yang menonjol adalah otak besar (serebrum),
yang berfungsi untuk mengendalikan semua aktivitas tubuh. Otak tengah berfungsi membantu koordinasi
gerakan mata, ukuran pupil mata, refleks pendengaran, dan tempat serabut saraf yang menghubungkan
bagian otak belakang dengan otak depan.Otak belakang meliputi pons varolii, otak kecil, dan medula
oblongata. Otak kecil (serebelum) manusia berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan
mengkoordinasikan otot-otot sebagai alat gerak. Medula oblongata atau sumsum lanjutan berfungsi
mengatur denyut jantung, kecepatan pernapasan, suhu tubuh, tekanan darah, dan kegiatan tubuh lain yang
tidak disadari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi otot rangka
2. Bagaimana kontrol refleks Gerakan
3. Bagaimana kontrol Gerakan oleh otak
4. Apa saja macam-macam gangguan yang berhubungan dengan kontrol gerakan

C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi otot rangka
2. Mengetahui kontrol refleks Gerakan
3. Mengetahui kontrol Gerakan oleh otak
4. Mengetahui macam-macam gangguan yang berhubungan dengan kontrol gerakan
BAB 2
PEMBAHASAN

1.Anatomi Fisiologi Otot Rangka

Otot-otot rangka adalah otot-otot yang menggerakkan kerangka ke berbagai arah, sehingga ia
bertanggung jawab atas tindakan-tindakan. Otot rangka terdiri atas dua jenis serat otot. Yakni, Serat-
Serat Otot Ekstrafusal dan Serat-Serat Otot Intrafusal. Adapun Serat Otot Ekstrafusal merupakan salah
satu serat otot yang bertanggung jawab atas gaya yang dikeluarkan oleh kontraksi otot rangka, serat
otot ini disarafi oleh akson-akson neuron motorik alfa. Sedangkan Serat Otot Intrafusal adalah serat otot
yang berfungsi sebagai reseptor rentangan, tersusun paralel dengan serat-serat otot ekstrafusal,
sehingga mendeteksi perubahan panjang otot, serat otot ini disarafi oleh dua akson, yakni akson
sensoris dan akson motorik.

Struktur Otot Rangka

Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka dan kira- kira 10 persen lainnya terdiri dari
otot jantung dan otot polos. Otot rangka dibentuk oleh berbagai jenis jaringan, jaringan-jaringan ini
terdiri atas jaringan saraf, pembuluh darah, jaringan ikat, dan sejumlah serat otot sendiri yang
diameternya berkisar dari 10 sampai 80 mikrometer, masing-masing serat ini terbuat dari rangkaian
subunit yang lebih kecil.
Terdapat tiga lapisan jaringan ikat dalam serabut otot rangka, lapisan terluar yang melapisi seluruh otot
disebut epimisium, di dalam lapisan ini terdapat lapisan perimisium yaitu lapisan jaringan ikat yang
membungkus satu kelompok serabut otot tersendiri yang disebut fasikuli. Masing-masing serabut otot di
dalam fasikuli dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut endomisium.

Sel-sel otot memiliki bentuk yang unik, walau demikian sel-sel ini memiliki organela-organela yang
hampir sama dengan yang dimiliki sel lain pada umumnya, seperti mitokondria, lisosom, dan lainnya.
Namun, tidak seperti kebanyakan sel dalam tubuh, sel-sel otot memiliki inti yang multinuclear atau lebih
dari satu. Salah satu ciri khas lain dari sel ini ialah penamakan garis garis striae, garis ini dihasilkan dari
pergantian bagian gelap dan terang di sepanjang serabut otot.

Sarkolema adalah membran serabut otot yang terdiri dari membran sel yang sebenarnya, yang disebut
membran plasma dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan tipis bahan polisakarida yang
mengandung sejumlah serat kolagen tipis.

Sarkoplasma adalah matriks yang terdiri dari unsur-unsur intraselular yang di dalamnya mengandung
protein-protein selular, organela, dan miofibril. Miofibril merupakan struktur threadlike berjumlah
banyak yang mengandung protein kontraktil. Miofibril ini disusun oleh dua tipe filamen protein yaitu,
filamen tebal yang disusun oleh protein miosin dan filamen tipis yang disusun oleh protein aktin. Di
dalam aktin terdapat tambahan protein yaitu troponin dan tropomiosin, molekul ini berukuran kecil di
dalam otot, namun memegang peranan penting dalam regulasi proses kontraksi otot. Letak dari filamen
filamen inilah yang mengakibatkan terbentuknya penampakan striae pada serabut-serabut otot.

2.Refleks

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak
refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke
otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan otak berupa tanggapan, dibawa oleh
saraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat
dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak
(Robinson, 2002). Jadi dapat dikatakan gerak refleks terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa
disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima
rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung
(asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke
efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan
atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung
berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut (Sherwood, 2001).

Adapun pengertian dari refleks adalah suatu bentuk respon segera, baik motorik maupun sekretorik
terhadap impuls dari saraf sensorik aferen. Refleks merupakan suatu jalur saraf sederhana, dimana
stimulus akan disampaikan ke medulla spinalis. Dari medulla spinalis, sinyal akan disampaikan baik ke
otak maupun ke saraf eferen sebagai pemegang kendali otot-otot yang terpengaruh oleh stimulus.
Dengan demikian, tanpa adanya intervensi dari otak, otot dapat berkontraksi sebagai respon dari
stimulus (Robinson, 2002). Tidak adanya intervensi dari otak, membuat refleks dapat terjadi secara
cepat di luar kesadaran.

3.Kontrol Gerakan Oleh Otak

Organisasi Korteks Motorik

Korteks motorik primer terletak di girus prasental, yang tepat rostral terhadap sulkus sentral. Korteks
motorik primer menunjukkan organisasi somatotopik (dari soma, tubuh, dan topos, tempat). Penting
untuk diingat bahwa korteks motorik primer diorganisasi sesuai gerakan gerakan tertentu oleh bagian
bagian tubuh tertentu. Perintah-perintah gerakan yang diinisiasi di korteks moyorik dibantu dan
dimodifikasi – terutama oleh ganglia basal dan serebelum.

Masukan korteks utama ke korteks motorik primer adalah kortrks asosiasi frontal, yang terletak rostral
terhadapnya. Dua wilayah yang langsung bersebelahan dengan korteks motorik primer – area motorik
suplementer dan korteks premotorik yang sangat penting dalam kontrol gerakan.

Area motorik suplementer (supplementary motor area, SMA) terletak pada permukaan medial otak,
tepat rostral terhadap korteks motorik primer. Sedangkan korteks premotorik terletak terutama pada
permukaan lateral, yang juga dapat rostral terhadap korteks motorik primer.

Kontrol Gerakan oleh Korteks : Jalur Menurun

Neuron-neuron di korteks motorik primer mengontrol gerakan melalui dua kelompok jalur menurun :
kelompok lateral dan kelompok ventromedial. Pemberian nama pada kelompok lateral dan kelompok
ventromedial sesuai dengan lokasi mereka di materi putih urat saraf tulang belakang. Kelompok lateral
terdiri atas saluran kortikospinal, saluran kortikobulbar, dan saluran rubrospinal. Sistem ini terutama
terlibat dalam kontrol gerakan tungkai mandiri, terutama gerakan tangan dan jari. Gerakan tungkai
mandiri berarti tungkai kanan dan tungkai kiri melakukan gerakan yang berbeda.

Kelompok ventromedial terdiri atas saluran vestibulospinal, saluran tektospinal, saluran retikulospinal,
dan saluran ventral kortikospinal. Saluran-saluran ini mengontrol gerakan yang lebih otomatis : gerak
kasar otot-otot di batang tubuh serta gerak terkoordinasi batang tubuh dan tungkai yang terlibat dalam
postur dan perpindahan tempat.

Berikut ini penjabaran dari tiap-tiap bagian dari kelompok lateral saluran turun:

1) Saluran Kortikospinal

Saluran kortikospinal terdiri atas akson-akson neuron-neuron korteks yang berujung di materi kelabu
urat saraf tulang belakang. Ada dua macam saluran kortikospinal, yakni : saluran kortikospinal lateral
dan saluran kortikospinal ventral. Pada tingkat medula kaudal, kebanyakan serat menyeberang dan
turun melalui urat saraf tulang belakang kontralateral, inilah yang disebut sebagai saluran kortikosteroid
lateral. Sedangkan serat-serat lainnya turun melalui urat saraf tulang belakang ipsateral, inilah yang
disebut sebagai saludan kortikospinal ventral.
Saluran kortikospinal lateral berfungsi untuk mengontrol bagian-bagian distal tungkai : lengan, tangan,
dan jari tangan serta betis bawah, kaki, dan jari kaki. Jalur kortikospinal mengontrol gerakan tangan dan
jari tangan dan sangat diperlukan untuk menggerakkan jari-jari tangan secara mandiri ketika menggapai
benda.

Merencanakan dan Mengawali Gerakan: Peran Korteks Asosiasi Motorik

Area motorik suplementer dan korteks pramotorik terlibat dalam perencanaan gerakan dan mereka
melaksanakan rencana-rencana ini melalui sambungan-sambungan dengan korteks motorik primer.
Area motorik Suplementer dan korteks premotorik menerima informasi dari area-area asosiasi korteks
premotorik menerima informasi dari area-area asosiasi korteks parietal dan temporal. Korteks motorik
suplementer terlibat dalam pembelajaran dan pelaksanaan perilaku yang terdiri atas urut-urutan
gerakan. Korteks pramotorik terlibat dalam pembelajaran dan pelaksanaan respons-respons yang
disinyalkan oleh keberadaan stimulus arbiter.

Area Motorik Suplementer

Area motorik suplementer memainkan peran sangat penting dalam urutan perilaku. Misalnya, salah satu
urutan adalah dorong, kemudian tarik, kemudian putar. Neuron-neuron di area motorik suplementer
dan menemukan bahwa neuron-neuron dan aktivitasnya , tampaknya mengodekan unsur-unsur urutan
ini.

Korteks Pramotorik

Kortks pramotorik terlbat dalam pembelajaran dan pelaksanaan gerakan kompleks yang dipandu oleh
informasi sensoris. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa tampaknya korteks pramotorik
terlibat dalam penggunaan stimulus arbiter untuk mengindikasikan gerakan yang harus dilakukan.
Misalnya, orang dapat menunjuk ke benda tertentu sewaktu ada yang dapat menyebutkan namanya,
atau seorang penari dapat melakukan gerakan tertentu ketika diminta koreografer. Asosiasi antara
stimulus dan gerakan yang dipicu ini bersifat arbiter dan harus dipelajari.

Korteks pramotorik memainkan peran dalam mempelajari kontrol gerakan sebagai respons terhadap
stimulus arbiter. Contohnya, ketika subjek dihadapkan pada benda yang berat, maka ia akan
mencengkeram lebih kuat dibandingkan yang ringan. Kekuatan yang dibutuhkan untuk menggenggam
dan mengankat benda ini diindikasikan oleh sinyal arbiter.

Meniru dan Memahami Gerakan: Peran Sistem Neuron Cermin

Neuron cermin terletak pada korteks pramotorik ventral, saling tersambung dengan neuron-neuron di
korteks parietal posterior, dan mengandung neuron cermin. Jadi, neuron cermin adalan neuron yang
mencerminkan gerakan orang lain,suara-suara yang mengindikasikan terjadinya tindakan yang diakrabi.
Saat kita melihat melihat orang lain melakukan sesuatu, neuron cermin berpendar seolah kita juga
melakukan hal yang sama.

Kontrol Menggapai Dan Menggenggam

Connolly, Andersen, dan Goodale (2005), Menemukan bahwa ketika orang-orang akan melakukan
gerakan menunjuk atau menggapai ke lokasi tertentu, wilayah ini menjadi aktif. Barangkali, korteks
parietal menentukan letak target dan menyediakan informasi mengenai lokasi ini ke mekanisme-
mekanisme motorik di korteks frontal.

Korteks parietal posterior, bagian anterior sulkus intraparietal (aIPS) terlibat dalam mengontrol gerakan
tangan dan jari yang terlibat dalam mencengkram objek sasaran.

Penelitian pencitraan-fungsional oleh Shmuelof dan Zohary (2005), Seseorang menonton video singkat
yang menunjukkan sebuah tangan menggapai untuk mencengkram berbagai macam benda. Terkadang,
tangan itu muncul di medan visual kiri, sementara objek muncul di medan visual kanan; terkadang
subjek memfokuskan pandangan mereka pada sebuah titik tetap yang terletak di antara tangan dan
benda. Jadi, informasi visual mengenai tangan yang bentuknya disesuaikan untuk mencengram benda
diteruskan ke sisi lain otak. Analisis aktivasi otak menunjukkan bahwa informasi mengenai sifat benda
mengaktivasi aliran ventral (‘apa’) sistem visual, sementara informasi mengenai bentuk tangan
mengaktivasi aIPS, yang merupakan bagian dari aliran dorsal (‘di mana’). Hasil-hasil itu menunjukkan
bahwa aIPS terlibat dalam pengenalan gerak mencengram maupun pelaksanaannya.

Cacat Gerakan Terampil: Apraksia

Apraksia adalah kesulitan melaksanakan gerakan bermakana, meskipun tidak ada paralisis atau
kelemahan otot. Apraksia mengacu kepada ketidak mampuan menirukan gerakan atau melakukan
gerakan sebagai respon terhadap instruksi lisan atau ketidakmampuan manunjukkan gerak yang
dilakukan menggunakan perkakas atau peralatan yang di akrab.

Ada 4 jenis utama apraksia:

1) Apraksia tungkai, mengacu kepada masalah-masalah gerakan lengan, tangan, dan jari.
2) Apraksia oral, mengacu kepada masalah-masalah gerakan otot-otot yang digunakan dalam
berbicara.
3) Apraksia agrafia, mengacu kepada jenis tertentu cacat menulis.
4) Apraksia konstruksional, mengacu kepada kesulitan menggambar atau mengkontruksi benda.

Apraksia Tungkai

Apraksia tungkai dicirikan oleh gerakan bagian tungkai yang salah, gerakan yang salah dari tungkai yang
benar, atau gerakan yang benar tetapi tidak dengan urutan yang sesuai. Cara memeriksanya adalah
dengan meminta pasian melakukan sejumlah gerakan, misalnya meniru gerak tangan yang dilakukan
oleh pemeriksa. Gerak-gerak yang paling sulit melibatkan pantomim tindakan-tindakan tertentu tanpa
adanya benda-benda yang biasanya digunakan saat melakukan gerakan tersebut. Misalnya bila pasian
diminra berpura-pura menggosok gigi, pasien mungkin menggunakan jarinya seolah-olah jarinya itu sikat
gigi, bukan berpura-pura memegang sikat gigi di tangannya.

Apraksia Konstruksional

Apraksia konstruksional disebabkan oleh lesi hemisfer kanan terutama lobus parietal kanan. Penderita
mengalami kesulitan menggambar atau membangun sesuatu dari unsur-unsurnya, misalnya balok
mainan.

Ganglia Basal

Ganglia basal merupakan komponen sistem motorik. Rusaknya ganglia basal dapat menyebabkan cacat
motorik parah. Nukleus motorik ganglia basal melibatkan nukleus kaudata, putamen dan globus palidus.
Ganglia basal menerima sebagian besar masukannya dari semua wilayah korteks serebrum dan
subtantia nigra. Ganglia basal memiliki dua keluaran utama : korteks motorik primer, area motorik
suplementer, dan korteks pramotorik serta motorik batang otak yang bersumbangsih kepada jalur-jalur
ventromedial. Melalui sambungan-sambungan ini, ganglia basal memengaruhi gerakan yang berada
dibawah kendali korteks motorik primer dan memberikan sejumlah kontrol langsung atas sistem
ventromedial.

Korteks frontal, parietal, dan temporal menjulurkan akson-akson ke nukleus kaudata dan putamen, yang
kemudian menyambung dengan globus palidus. Globus palidus mengirimkan informasi kembali nke
korteks motorik melalui nukleus anterior ventral dan ventrolateral di talamus, melengkapi lengkungan
itu. Dengan demikian, ganglia basal dapat memonitor informasi somatosensoris dan memperoleh
informasi mengenai gerakan yang direncakan dan dilaksanakan oleh korteks motorik. Dengan
menggunakan informasi ini dan informasi lain yang mereka terima dari bagian lain otak, ganglia basal
kemudian dapat memengaruhi gerakan-gerakan yang dikontrol oleh korteks motorik. Penjuluran-
penjuluran dari neuron-neuron di korteks motorik yang menyebabkan gerakan di bagian-bagian tertentu
tubuh menjulurke bagian-bagian tertentu tubuh menjulur ke bagian-bagian tertentu putamen, dan
segregasi ini di pertahankan sampai ke korteks motorik. Kerusakan berkas nigrostriatal, jalur
dopaminergik dari substantia nigra ke nukleus kaudata dan putamen (neostriatum), menyebabkan
penyakit Parkinson. Kompleksitas lengkungan korteks-ganglia basal.

Tautan-tautan lengkungan dibuat oleh neuron-neuron perangsang (pensekresi-glutamat) maupun


neuron-neuron penghambat (pensekresi-GABA). Nukleus kadata dan putamen menerima masukkan
perangsang dari korteks serebrum. Keduanya mengirimkan akson-akson penghambat ke divisi-divisi
eksternal dan internal globus palidus (secara berurutan, Gpi dan Gpe). Nukleuas subtalamus menerima
masukkan perangsang dari korteks serebrum dan mengirimkan masukkan perangsang ke Gpi. Jalur yang
ditunjukkan dengan garis tak putus-putus yang mencakup Gpi disebut jalur langsung. Efek netto
lengkungan itu adalah merangsang karena adanya dua tautan penghambat di dalamnya. Masing-masing
tautan penghambat (anak panah merah) membalikkan tanda masukkan ke tautan itu. Dengan demikian
masukkan perangsang ke nukleus kaudata dan putamen menyebabkan struktur-struktur ini
menghambat neuron-neuron di Gpi. Penghambatan ini menghilangkan efek menghambat dari
sambungan-sambungan antara Gpi terhadap talamus VA/VL, neuron-neuron di talamus VA/VL menjadi
semakin terangsang. Perangsangan ini diteruskan ke korteks motorik dan disitu memfasilitasi gerakan.

Jalur yang ditujukkan dalam garis putus-putus, yang men cakup Gpe, dikenal sebagai jalur tidak
langsung. Neuron-neuron di Gpe mengirimkan masukkan menghambat ke nuleus subtalamus, yang
mengirimkan masukkan perangsang ke Gpi, lalu diterukan ke sirkuit identik. Efek akhir lengkunga ini
terhadap korteks talamus dan frontal bersifat menghambat. Globus palidus juga menjulurkan akson ke
berbagai nukleus motorik di batang otak yang bersumbangsih kepada sistem ventromedial. Efek jalur ini
adalah menghambat korteks motorik.

Serebelum adalah bagian penting sistem motorik. Didalamnya terkandung sekitar 50 miliar neuron.
Sewaktu serebelum rusak, gerakan orang orang menjadi tersentak-sentak, kacau, dan tidak
terkoordinasi. Bagian medial serebelum secara filogenetis lebih tua dari bagian lateral dan turut serta
dalam kontrol sistem ventromedial.

Lobus flokulonodular, terletak di ujung kaudal serebelum, menerima masukan dari sistem vestibular.
Vermis, terletak di garis tengah, menerima informasi audiotoris dan visual dari tektum serta informasi
kulit dan kinestik dari urat saraf tulang belakang. Vermis mengirimkan keluaran ke nukleus fastigial.
Neuron-neuron di nukleus fastigial menjulurkan akson-akson ke nukleus vestibular. Dengan demikian,
neuron-neuron ini memengaruhi prilaku melalui saluran-saluran vestibular dan retikulospinal, dua hari
tiga jalur ventromedial. Masukan ini di sampaikan ke korteks serebelum melalui nukleus retikular
tegmental pontin. Zona intermediate di korteks serebelum menjulurkan akson ke nukleus merah.
Mpengaruhi gerakan-gerakan lengan dan betis. Baik korteks asisosiasi frontal maupun motorik primer
mengirimkan informasi mengenai gerakan yang diniatkan ke zona lateral serebelum melalui nukleus
pontin, zona lateral yang juga menerima informasi dari sistem somatosensoris, memberitahukan posisi
saat ini dan laju gerakan tungkai, informasi yang dibutuhkan untuk menghitung perincian gerakan. Hasil
dari perhitungan ini dikirimkan ke nukleus dentata terlibat dalam kontrol gerakan terampil yang cepat
oleh sistem kortikospinal dan rubrospinal.

Pada manusia lesi pada wilayah berbeda menimbulkan gejala yag berbeda. Kerusakan lobus
flokulonodular atau vermis menyebabkan gangguan postur dan keseimbangan. Kerusakan zona
intermediate menimbulkan cacat gerakan yang di kontrol oleh sistem rubrospinal; gejala utama
kerusakan ini adalah kekakuan tungkai. Kerusakan zona lateral menyebabkan kelemahan dan
dekomposisi gerakan. Lesi zona lateral pada korteks serebelum juga tampaknya merusak pengaturan
waktu gerakan balistik yang cepat.

Formasi Retikular

Formasi retikular terdiri atas sejumlah besar nukleus yang terletak di inti medula, pons, dan otak tengah.
Formasi retikular mengontrol aktivitas sisitem motorik gamma dan karenanya mengatur kekencangan
otot. Dengan demikian, formasi retikular berperan dalam kontrol postur.
Formasi retikular juga berperan dalam lokomosi. Stimulasi wilayah lokomotor mesenfalon, yang terletak
ventral terhadap kolikulus inferior, wilayah di formasi otak tengah yg stimulasinya menyebabkan
gerakan tungkai berganti ganti yang normal terlihat saat lokomosi.

5. Macam macam gangguan

Kelainan pada sistem gerak terjadi ketika ada kerusakan atau gangguan pada organ-organ yang
termasuk di dalamnya. Kelainan pada sistem gerak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

 Geneti
 Infeksi
 Kerusakan pada otak, seperti stroke
 Cedera atau kecelakaan
 Gangguan atau kerusakan saraf, termasuk saraf tulang belakang dan saraf tep
 Gangguan metabolisme
 Efek samping obat-obatan tertentu
 Keracunan
 Jenis-Jenis Kelainan pada Sistem Gerak
 Ada banyak penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada sistem gerak tubuh, di antaranya:
 1. Myasthenia gravis
 Myasthenia gravis merupakan kondisi melemahnya otot-otot rangka pada tubuh. Penyebabnya
adalah adanya gangguan komunikasi antara sel saraf dengan jaringan otot.
 Gejala yang muncul bisa berbeda-beda pada tiap penderita, mulai dari kesulitan bicara atau
cadel, suara serak, napas pendek, hingga kelopak mata turun. Penderita juga bisa mengalami
kesulitan bergerak, seperti bangun dari posisi duduk ke berdiri, mengangkat benda, atau naik-
turun tangga.
 Gejala lain yang mungkin muncul ialah kesulitan dalam menunjukkan ekspresi wajah. Penderita
myasthenia gravis biasanya juga mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur
atau ganda, serta kesulitan mengunyah dan menelan.
 Umumnya, gejala myasthenia gravis timbul ketika penderitanya beraktivitas dan akan membaik
setelah beristirahat. Gejala penyakit ini dapat muncul secara perlahan dan cenderung
memburuk bila tidak diobati.
 2. Tremor
Tremor adalah gerakan gemetar yang terjadi secara berulang tanpa disengaja. Tremor umumnya
terjadi di tangan dan kepala, tapi bisa juga terjadi di bagian tubuh lain, seperti kaki, perut, dan
pita suara.
 Meski umumnya tidak mengancam nyawa, tremor dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Orang
yang mengalami tremor akan kesulitan untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan, seperti
menulis, berjalan, menyuap makanan, atau menggenggam benda.
 Tremor disebabkan oleh gangguan pada area otak yang berfungsi mengatur pergerakan otot.
Tremor bisa terjadi tanpa penyebab yang jelas, tetapi sering kali kondisi ini merupakan gejala
dari suatu penyakit.
 3. Penyakit Parkinson
 Penyakit Parkinson terjadi karena tubuh kekurangan zat dopamin yang berperan dalam
mengatur gerakan tubuh. Pada kondisi ini, terdapat kerusakan sel saraf di otak yang
mengakibatkan gerakan tubuh menjadi lambat dan tidak normal.
 Ada tiga gejala utama penyakit Parkinson, yakni mengalami tremor berupa pill-rolling tremor,
gerak tubuh melambat, dan kaku otot. Selain gejala utama, ada beberapa gejala lainnya yang
mungkin muncul, di antaranya:
 Mengalami gangguan keseimbangan yang membuat penderita rentan terjatuh dan cedera
 Kesulitan dalam berjalan
 Bicara melambat dan tidak jelas
 Kesulitan dalam menulis
 • Susah menelan

• Sulit menahan buang air kecil atau besar

 • Produksi air liur berlebih



 Penderita penyakit Parkinson juga lebih rentan mengalami depresi, cemas, serta demensia.

 4. Distonia

 Distonia adalah gangguan yang menyebabkan otot bergerak sendiri tanpa sadar. Gerakan otot
ini dapat terjadi pada salah satu anggota tubuh saja atau seluruhnya. Akibatnya, penderita
distonia memiliki postur tubuh yang aneh dan mengalami tremor.

 Penyebab distonia

 Adalah adanya gangguan pada bagian otak yang berfungsi mengendalikan kecepatan dan
koordinasi gerakan tubuh.

 Kelainan sistem gerak tubuh ini dapat menimbulkan gejala berupa kedutan, tremor, kram otot,
mata berkedip tanpa kendali, gangguan bicara dan menelan, serta posisi salah satu bagian tubuh
yang tidak normal, misalnya leher miring.

 5. Ataksia

 Ataksia merupakan kelainan pada otak kecil dan saraf tulang belakang yang memengaruhi
koordinasi gerakan tubuh. Ataksia menyebabkan seseorang sulit menggerakkan tubuh dengan
mulus dan lancar.

 Gejala ataksia meliputi koordinasi gerak tubuh yang buruk, gemetar atau tremor, langkah kaki
yang tidak stabil atau seperti mau jatuh, perubahan cara bicara, sulit bicara dan menelan, serta
gerakan bola mata yang tidak normal. Penderita ataksia juga bisa mengalami gangguan dalam
berpikir atau emosi, serta kesulitan dalam menulis.

 6. Chorea

 Chorea adalah kelainan saraf otot yang menyebabkan munculnya gerakan tubuh yang tidak
disadari. Penyakit ini ditandai dengan gerakan berulang yang singkat, cepat, dan tidak
terkontrol.

 Chorea umumnya terjadi pada wajah, mulut, lengan, tangan, dan kaki. Akibatnya, penderita
mengalami gangguan bicara, kesulitan menelan, lidah sering menjulur, tangan sulit dikepalkan,
hingga gaya berjalan yang aneh.

 7. Sklerosis lateral amiotrofik (ALS)

 ALS merupakan penyakit degeneratif yang mengganggu fungsi otak dan saraf tulang belakang.
Penderitanya bisa mengalami kesulitan dalam melakukan beberapa aktivitas, seperti berbicara,
menelan, berdiri, berjalan, dan menaiki tangga. Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan
untuk ALS.

 Gejala ALS pada setiap orang bisa berbeda, tergantung area sistem saraf yang mengalami
kelainan. Gejala yang mungkin muncul meliputi suara serak, sulit menelan, bicara tidak jelas,
emosi tidak stabil, dan produksi air liur berlebih. Gejala lainnya bisa berupa lemas, kedutan,
sesak napas, hingga penyusutan jaringan otot.

 Di samping ketujuh penyakit di atas, masih ada kelainan sistem gerak lain yang umumnya
berupa gangguan otot, tulang, dan jaringan ikat. Dua di antaranya yang sering terjadi adalah
tendinitis dan osteoarthritis.

 Penyakit-penyakit di atas sering kali membuat pasiennya kesulitan menjalani aktivitas sehari-
hari. Jika dibiarkan, kelainan pada sistem gerak tersebut bahkan bisa membuat penderitanya
menjadi difabel. Oleh karena itu, kelainan pada sistem gerak perlu secepatnya dikonsultasikan
ke dokter.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwasannya Kontrol gerak adalah kajian faktor-
faktor neurologis (syaraf) yang mempengaruhi gerakan manusia. Neurophysiological mengacu pada
fungsi tubuh secara spesifik dalam kaitannya dengan sistem syaraf.Gerak dapat terjadi secara sadar dan
tak sadar. Gerak yang terjadi secara sadar disebut gerak sadar (gerak biasa) dan gerak yang terjadi tanpa
disadari disebut gerak refleks. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dari sumsum tulang belakang. Otak
dibedakan atas 3 daerah, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang menyusun batang otak. Pada
otak depan, bagian yang menonjol adalah otak besar (serebrum), yang berfungsi untuk mengendalikan
semua aktivitas tubuh. Otot-otot rangka adalah otot-otot yang menggerakkan kerangka ke berbagai
arah, sehingga ia bertanggung jawab atas tindakan-tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi

Chen, et al. (2017). Rest tremor revisited: Parkinson’s disease and other disorders. Translational
Neurodegeneration, 6, pp. 16.

American Association of Neurological Surgeon. Movement Disorders.

Kaneshiro, N.K. National Institutes of Health (2021). U.S. National Library of Medicine MedlinePlus. Fine
Motor Control

Anda mungkin juga menyukai